Laporan Praktik Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rsud dr. Pirngadi Kota Medan Chapter III V

BAB III
TINJAUAN KHUSUS RSUD dr. PIRNGADI KOTA MEDAN

3.1 Sejarah RSUD dr. Pirngadi Kota Medan
RSUD dr. Pirngadi Kota Medan didirikan pada tanggal 11 Agustus 1928
oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan nama GEMENTA ZIEKEN HUIS.
Setelah Jepang masuk ke Indonesia pada tahun 1942 diambil alih dan berganti
nama menjadi Syuritsu Byusono Ince yang dipimpin oleh seorang putra Indonesia
yaitu dr. Raden Pirngadi Gonggo Putro. Setelah kemerdekaan bangsa Indonesia,
pada tahun 1947 diambil alih oleh pemerintah negara RIS dengan nama Rumah
Sakit Kota Medan. Dengan berdirinya NKRI pada tanggal 17 Agustus 1950
Rumah Sakit Kota Medan diambil alih oleh pemerintah pusat/kementerian
kesehatan di Jakarta dengan nama RSU Pusat. Kemudian pada tahun 1971,
diserahkan dari pusat ke Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan berganti nama
menjadi RSU Pusat Provinsi Medan. Pada tahun 1979 diganti menjadi RSU dr.
Pirngadi Medan dan semenjak tanggal 27 Desember 2001 telah diserahkan
kepemilikannya dari Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara kepada Pemerintahan
Kota Medan. Pada tanggal 6 September 2002, status kelembagaan RSU dr.
Pirngadi Medan ditetapkan menjadi Badan Pelayanan Kesehatan RSU dr. Pirngadi
Kota Medan. Sesuai Peraturan Daerah Pemerintahan Kota Medan No. 3 Tahun
2009, sejak tanggal 4 Maret 2009 BPK RSU dr. Pirngadi Kota Medan berubah

menjadi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan. Berdasarkan Keputusan Walikota
Medan tanggal 13 Oktober 2011 bahwa RSUD dr. Pirngadi Kota Medan
ditetapkan statusnya menjadi PPK BLUD RSUD dr. Pirngadi Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

RSUD dr. Pirngadi Kota Medan adalah rumah sakit kelas B Pendidikan
yang mempunyai fasilitas dan kemampuan medis spesialis dasar, spesialis luas,
dan beberapa subspesialis yang terletak di Jl. Prof. Haji Mohammad Yamin, SH
No. 47 dan Jl. Perintis Kemerdekaan, Kelurahan Perintis Kemerdekaan,
Kecamatan Medan Timur. Kepegawaian RSUD dr. Pirngadi Kota Medan meliputi
tenaga medis, tenaga penunjang medis, dan tenaga non medis.

3.2 Struktur Organisasi
RSUD dr. Pirngadi Kota Medan dipimpin oleh seorang Direktur yang dalam
melaksanakan tugasnya dibantu oleh 3 orang wakil direktur yaitu:
1. Wakil direktur bidang administrasi umum.
2. Wakil direktur bidang pelayanan medis dan keperawatan.
3. Wakil direktur bidang sumber daya manusia dan pendidikan.
Direktur RSUD dr. Pirngadi Kota Medan juga dibantu oleh kelompok

pejabat fungsional yang terdiri dari staf medik fungsional dan instalasi yang
bertanggung jawab kepada kepala rumah sakit melalui wakil direktur bidang
administrasi umum dan wakil direktur bidang pelayanan medis dan keperawatan.
Salah satu instalasi tersebut adalah instalasi farmasi yang bertugas mengatur dan
menyelenggarakan semua kegiatan kefarmasian di rumah sakit. Struktur
organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan dapat dilihat pada lampiran 1 halaman
73.

Universitas Sumatera Utara

3.3 Instalasi Farmasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan
Instalasi Farmasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan merupakan salah satu unit
fungsional bersifat swakelola yang dipimpin oleh seorang apoteker dan dalam
melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada kepala rumah sakit melalui
wakil direktur bidang administrasi umum rumah sakit. Motto instalasi farmasi
adalah ”Obat yang Bermutu dan Terjangkau Adalah yang Utama”. Instalasi
farmasi dibagi menjadi empat bagian subinstalasi, yaitu subinstalasi administrasi,
subinstalasi perlengkapan, subinstalasi distribus dan subinstalasi farmasi klinis.
Struktur Instalasi Farmasi dapat dilihat di lampiran 2 halaman 74.
3.3.1 Sub instalasi administrasi

Merupakan bagian dari instalasi farmasi rumah sakit yang bertugas
melaksanakan

kegiatan

administrasi

kefarmasian

di

instalasi

farmasi.

Kesekretariatan dipimpin oleh seorang apoteker yang disebut dengan sekretaris
instalasi farmasi.
Dalam melaksanakan tugasnya sub instalasi administrasi dibagi dua bagian,
yaitu:
1. Umum, kepegawaian dan rumah tangga, tugasnya adalah:

a) Mencatat surat-surat yang masuk ke instalasi farmasi dan mengarsipkannya
dengan rapi. Pada buku agenda, surat-surat yang masuk dicatat tanggal, asal
surat, isi ringkas, nomor surat dan sebagainya
b) Mencatat surat-surat yang keluar dari instalasi farmasi dan menyampaikan ke
alamat

yang

dituju

dengan

pertanggungjawaban

yang

jelas

dan


mengarsipkannya
c) Mengarsipkan data-data pegawai di instalasi farmasi

Universitas Sumatera Utara

d) Membalas surat yang masuk ke instalasi farmasi
e) Mengatur mutasi pegawai di lingkungan instalasi farmasi
f) Mengarsipkan resep dan kuitansi penjualan resep
g) Mengurus permintaan keperluan rumah tangga di instalasi farmasi misalnya
alat tulis, dan mengurus kerusakan alat-alat rumah tangga
2. Akuntansi, laporan dan statistik, tugasnya adalah:
a) Mencatat semua data-data pengeluaran dan pemasukan obat-obatan, dan alat
kesehatan
b) Melakukan pemeriksaan silang (cross check) dengan gudang dan sub instalasi
distribusi setiap bulan dan menyesuaikannya dengan kartu administrasi
persediaan farmasi
c) Membuat laporan bulanan penjualan obat-obatan yang terjual melalui resep
setiap bulan
d) Membuat laporan pengeluaran obat-obatan, dan alat kesehatan yang
dikeluarkan instalasi farmasi dalam bentuk laporan tahunan

e) Menyesuaikan jumlah uang hasil penjualan dengan kuitansi penjualan resep
yang akan disetor ke bagian keuangan setiap hari
f) Membuat neraca rugi laba berdasarkan data dari semua bagian instalasi
farmasi rumah sakit setiap akhir tahun. Berdasarkan data yang dikumpulkan
tersebut dapat diketahui persediaan akhir setiap bulan dan setiap tahun.
Selain tugas-tugas di atas, subinstalasi administrasi juga bertugas membuat,
mengatur, dan mengevaluasi perhitungan unit cost. Unit cost adalah biaya yang
dikeluarkan oleh instalasi farmasi rumah sakit untuk keperluan pemeriksaan,

Universitas Sumatera Utara

perawatan, dan tindakan medis bagi pasien, yang dalam penggunaannya tidak
dapat ditentukan jumlah satuannya seperti reagen, kapas, plester, dan lain-lain.
Penentuan besarnya biaya unit cost untuk pasien rawat jalan, operasi dan
rawat inap dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
a. Pasien rawat jalan
Unit cost perbekalan farmasi =

Jumlah biaya perbekalan farmasi yang dikeluarkan setiap bulan
Jumlah pasien berkunjung setiap bulan


Keterangan: Data diambil minimal selama 3 bulan berturut-turut kemudian
dihitung rata-ratanya.
b. Pasien rawat inap
Unit cost perbekalan farmasi =

Jumlah biaya perbekalan farmasi yang dikeluarkan setiap bulan
Jumlah hari rawatan setiap bulan

Biaya unit cost untuk pasien Askes, Jamkesmas, Medan sehat, Pempropsu
dan umum besarnya adalah sama. Jumlah biaya unit cost ini dicatat oleh petugas
ruangan melalui sistem komputerisasi, dihitung jumlahnya oleh petugas instalasi
farmasi dan pembayarannya langsung diklaim oleh instalasi farmasi ke keuangan
rumah sakit. Contoh rekapitulasi perhitungan unit cost dapat dilihat pada lampiran
3 halaman 75.
Setiap bulan dibuat neraca rugi/laba untuk unit cost sehingga dapat
dievaluasi secara berkala dan dapat segera disesuaikan jika terdapat perubahan
yang signifikan. Contoh biaya unit cost dapat dilihat pada tabel 3.1.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.1 Perhitungan Unit cost Partus Normal Pasien Jamkesmas/ Medan Sehat/
Pempropsu
No

Nama Perb. Farmasi

Kemasan

Harga Satuan

Pemakaian

Harga Pemakaian

1.

Lidokain

Amp


Rp 863,-

2 amp

Rp 1.726,-

2.

Kapas

1 kg

Rp 31.460,-

1 ons

Rp 3.146,-

3.


Iodin Povidon/ 60 cc

Botol

Rp 3.500,-

¼ botol

Rp 875,-

4.

Chromic 2/0

Sachet

Rp 11.477,-

2 sachet


Rp 22.954,-

5.

Gelang bayi dan Ibu

Pasang

Rp 2.200

1 pasang

Rp 2.200,-

Jumlah

Rp 30.901,-

3.3.2 Sub instalasi perbekalan
Sub instalasi perbekalan farmasi dipimpin oleh seorang apoteker dan
bertugas untuk membantu dan menunjang fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
dalam

hal

pemilihan,

perencanaan,

pengadaan,

produksi,

penerimaan,

penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan dan administrasi
perbekalan farmasi sesuai kebutuhan rumah sakit.
Sub instalasi perbekalan farmasi dibagi atas dua bagian, yaitu:
1. Unit perencanaan dan pengadaan, mempunyai tugas sebagai berikut:
a) Merencanakan seluruh kebutuhan perbekalan farmasi dan alat kesehatan di
dalam rumah sakit. Perencanaan ini dilakukan berdasarkan data pemakaian
periode yang lalu, sisa stok, dan pola penyakit, kemudian di tambahkan
sebesar 10%
b) Memesan dan menyediakan perbekalan farmasi sesuai permintaan untuk
kebutuhan rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara

Bagian perencanaan dan pengadaan melakukan pemesanan bahan-bahan
obat dan alat kesehatan untuk kebutuhan selama satu bulan berdasarkan
permintaan dari gudang kecuali ada permintaan kebutuhan khusus yang
mendesak. Prinsip pengadaan perbekalan farmasi yaitu tersedianya seluruh
kebutuhan perbekalan farmasi dengan jenis dan jumlah yang memadai sesuai
dengan formularium yang berlaku di rumah sakit tersebut
Proses pengadaan perbekalan farmasi dapat dijelaskan melalui tahap
berikut:
a. Sub instalasi distribusi meminta barang ke gudang dengan menyerahkan
formulir B2 (Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi) yang dapat dilihat
pada lampiran 4 halaman 76 . Jika barang yang diminta hampir habis (dilihat
dari kartu stok gudang) maka gudang akan membuat permohonan pembelian
barang dengan menggunakan formulir P1(Permohonan Pembelian Barang
Medis) (lampiran 5 halaman 77) dan menyerahkannya pada unit pengadaan.
b. Unit pengadaan memesan perbekalan farmasi dengan menggunakan surat
pesanan/order pembelian (Lampiran 6 halaman 78) kepada PBF setelah
disetujui dan ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi. Untuk pemesanan
obat-obat Askes harus sesuai dengan DPHO dan disetujui oleh petugas Askes.
c. Untuk pengadaan obat golongan narkotika seperti; kodein, petidin, fenthanyl,
dan morfin sulfat dilakukan oleh unit pengadaan dengan menggunakan surat
pesanan form N-9 (lampiran 7 halaman 79) kepada PT. Kimia Farma yang
ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi atau apoteker yang ada ditempat.
Sedangkan obat psikotropika seperti diazepam dan luminal dapat dipesan dari

Universitas Sumatera Utara

PBF lainnya selain PT. Kimia Farma. Contoh formulir pemesanan obat
psikotropika dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 80.
d. Barang pesanan kemudian diantar oleh PBF ke gudang dengan membawa
faktur penjualan dan diperiksa oleh petugas gudang. Sebelum jatuh tempo
pihak PBF akan datang untuk penagihan. Pada saat penagihan, PBF membawa
faktur asli beserta kuitansi, surat pesanan SSP PPh (lampiran 9 halaman 81),
dan SSP PPN (lampiran 10 halaman 82). Pembayaran dilakukan apabila berkas
penagihan telah disetujui oleh direktur.
2. Unit Gudang
Unit gudang bertugas menerima, menyimpan dan menyalurkan perbekalan
farmasi ke seluruh unit pelayanan yang ada di rumah sakit. Apabila ada
perbekalan farmasi yang persediaannya hampir habis, pihak gudang akan
mencatat dan memintanya ke unit pengadaan sebulan sekali yang ditulis dalam
formulir P1(Permohonan Pembelian Barang Medis). Permintaan perbekalan
farmasi ke pengadaan dapat dilakukan lebih dari satu kali dalam sebulan jika
kebutuhan

rumah

sakit

meningkat

dibandingkan

biasanya.

Formulir

P1(Permohonan Pembelian Barang Medis) dikirim ke pengadaan, maka
pengadaan akan membuat order pembelian dan memesannya ke PBF.
Perbekalan farmasi yang telah dipesan diantar oleh PBF ke bagian gudang.
Petugas unit gudang memeriksa kesesuaian barang dengan faktur dan surat
pesanan, yang meliputi jenis, jumlah, tanggal kadaluarsa, nomor batch, dan
kondisi barang. Apabila telah sesuai maka barang yang diantar dicatat di buku
barang masuk disertai potongan harganya, lalu dicatat di kartu stok gudang.
Kemudian faktur ditandatangani oleh penerima barang di unit gudang. Harga di

Universitas Sumatera Utara

buku barang masuk gudang sudah disesuaikan dengan HPP yaitu harga modal
ditambah PPN 10%. Jika barang yang diterima tidak sesuai dengan faktur dan
surat pesanan maka barang akan dikembalikan.
Perbekalan farmasi yang masuk ke gudang harus dicatat dalam buku barang
masuk dan barang yang keluar dicatat dalam kartu stok gudang. Gudang
mengeluarkan barang berdasarkan permintaan dari sub instalasi distribusi dengan
menggunakan formulir B2 (Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi).
Penyimpanan dan pengeluaran perbekalan farmasi dilakukan berdasarkan
prinsip FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out). Obat-obat
narkotika dan psikotropika disimpan di dalam lemari khusus yang terkunci. Obatobat yang penyimpanannya pada suhu tertentu seperti serum, vaksin dan
supositoria disimpan dalam lemari pendingin. Setiap akhir bulan petugas gudang
membuat laporan sisa stok dan menghitung jumlah dan kondisi perbekalan
farmasi dan alat kesehatan di gudang.
Unit gudang dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Gudang obat-obatan
Bertugas membuat permohonan pembelian obat, menerima, menyimpan,
dan menyalurkan perbekalan farmasi berupa obat-obatan. Gudang obat terbagi
dua yaitu gudang obat Askes dan gudang obat swakelola. Gudang obat Askes
khusus mengelola obat-obatan yang termasuk dalam DPHO, sedangkan gudang
swakelola mengelola obat-obatan selain obat yang termasuk dalam DPHO dan
obat-obat yang sesuai dengan formularium rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara

2. Gudang alat kesehatan
Bertugas membuat permohonan pembelian alat kesehatan, menerima,
menyimpan, dan menyalurkan alat kesehatan habis pakai seperti kapas, infus set,
adult diapers, plester, dan lain-lain. Bahan-bahan cairan seperti alkohol, formalin,
dan hidrogen peroksida juga disimpan dan didistribusikan oleh gudang alat
kesehatan habis pakai.
Setiap akhir bulan petugas melakukan stock opname yaitu menghitung
jumlah dan kondisi (kadaluarsa) perbekalan farmasi dan alat kesehatan di gudang
dan membuat laporan sisa stok.
3.3.3 Sub instalasi distribusi
Sub instalasi distribusi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan dipimpin oleh
seorang apoteker. Distribusi perbekalan farmasi (obat-obatan dan alat kesehatan)
merupakan salah satu fungsi utama pelayanan farmasi rumah sakit. Hal terpenting
yang harus diperhatikan adalah menjamin pemberian obat yang benar dan tepat
kepada pasien sesuai dengan dosis dan jumlah yang tertulis pada resep/kartu obat.
Sistem distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan dan pasien rawat
inap dilakukan berdasarkan resep perorangan (Individual Prescription). Untuk
pasien rawat inap Askes, Jamkesmas, Medan Sehat, dan Pempropsu untuk sediaan
injeksi dilakukan berdasarkan One Day Dose Dispensing (ODDD), namun
sediaan oral belum dilakukan. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan mendesak
perbekalan farmasi pada sore dan malam hari (emergency) dengan sistem floor
stock.

Universitas Sumatera Utara

One Day Dose Dispensing (ODDD) merupakan sistem distribusi di mana
obat dikemas untuk satu hari pemakaian. Sistem ini melibatkan apoteker dalam
memonitor penyampaian perbekalan farmasi kepada pasien sehingga tercapai
penggunaan obat yang rasional dan efektif.
Secara umum sistem pemasukan dan pengeluaran perbekalan farmasi pada
sub instalasi distribusi adalah sebagai berikut:
1. Sub instalasi distribusi meminta perbekalan farmasi ke gudang berdasarkan
besarnya kebutuhan rumah sakit dengan menggunakan formulir B2
(Permintaan dan Pengeluaran Farmasi)
2. Sub instalasi distribusi menerima barang dari gudang dan menyalurkannya
berdasarkan permintaan melalui resep, dan kartu obat.
Sistem pengawasan terhadap pemasukan dan pengeluaran barang dari dan
ke sub instalasi distribusi dilakukan dengan cara cross check dengan sub instalasi
administrasi setiap bulan.
Pendistribusian perbekalan farmasi dilakukan melalui:
1. Pelayanan farmasi pasien umum rawat inap dan rawat jalan
2. Pelayanan farmasi pasien Askes, Jamkesmas, Medan sehat, dan Pempropsu
rawat inap
3. Pelayanan farmasi pasien Jamkesmas, Medan Sehat, dan Pempropsu rawat
jalan
4. Apotek satelit Instalasi Gawat Darurat (IGD)
5. Apotek satelit Instalasi Bedah Sentral (IBS)
6. Distribusi ruang perawatan/poliklinik

Universitas Sumatera Utara

3.3.3.1 Pelayanan farmasi rawat inap/jalan umum
Pelayanan farmasi rawat inap/jalan melayani pasien umum, pasien kredit
(pasien yang berasal dari perusahaan yang bekerja sama dengan RSUD dr.
Pirngadi seperti PJKA, PLN, dan lain-lain), dan pasien penderita HIV. Permintaan
obat menggunakan resep/kartu obat. Untuk pasien penderita HIV harus disertai
kartu pasien VCT (Voluntary Counseling and Testing). Pasien rawat jalan umum
berasal dari poliklinik seperti poliklinik paru, gigi, mata, neurologi, obstetri dan
ginekologi, nefrologi, gastrologi, kardiologi, dan lain-lain. Pasien umum yang
rawat inap berasal dari ruang rawat inap seperti ruang VIP, Plus A, Plus B. Pasien
HIV berasal dari poliklinik VCT .
1. Prosedur pelayanan rawat jalan
a. Pasien umum
Pasien umum adalah masyarakat umum yang datang untuk berobat ke
rumah sakit dan harus membayar pengobatannya sendiri karena tidak mempunyai
jaminan kesehatan apapun.
Prosedur pelayanan farmasi rawat jalan:
1) Pasien memberikan resep kepada apoteker/asisten apoteker
2) Resep diberi harga dan diinformasikan kepada pasien. Jika pasien setuju lalu
membayar, maka obat segera disiapkan
3) Obat diserahkan beserta kuitansi (rangkap dua). Lembar asli diberikan pada
pasien dan lembar copy sebagai pertinggal di apotek pelayanan farmasi rawat
jalan

Universitas Sumatera Utara

4) Resep asli dan kuitansi disimpan di apotek yang akan diserahkan kepada
bagian administrasi untuk diperiksa kembali dan diarsipkan. Nomor resep sama
dengan nomor kuitansi. Uang yang diterima akan disetorkan ke bagian
keuangan.
b. Pasien kredit
Pasien kredit adalah pasien yang berasal dari perusahaan yang bekerja sama
dengan RSUD dr. Pirngadi Kota Medan.
Prosedur pelayanan farmasi pasien kredit:
1) Pasien menyerahkan resep rangkap tiga disertai surat keterangan dari
perusahaan yang sudah disetujui oleh bagian keuangan rumah sakit
2) Apoteker/asisten apoteker memeriksa kelengkapan resep, dan menyiapkan obat
serta memberi etiket
3) Obat diserahkan kepada pasien disertai informasi yang dibutuhkan
4) Pasien menandatangani resep sebagai bukti telah menerima obat
5) Penagihan biaya dilakukan ke perusahaan oleh bagian keuangan rumah sakit
c. Pasien poliklinik VCT (Voluntary Counseling and Testing)
Prosedur pelayanan farmasi pasien VCT:
1) Pasien membawa resep asli yang telah diberi stempel dari poliklinik VCT
disertai kartu pasien VCT lalu diserahkan kepada apoteker/asisten apoteker
2) Resep diperiksa kelengkapannya, lalu obat disiapkan
3) Obat-obat yang diambil dicatat di dalam kartu pasien VCT
4) Lalu obat diserahkan kepada pasien
5) Pasien menandatangani buku catatan pengambilan obat
6) Obat yang digunakan di buat laporannya dan dilaporkan ke Menteri Kesehatan

Universitas Sumatera Utara

2. Prosedur pelayanan farmasi rawat inap
a. Pasien umum
1) Perawat/keluarga pasien membawa kartu obat/resep ke apotek
2) Jika pasien membawa kartu obat, maka obat yang terdapat di kartu obat disalin
kembali pada blanko copy resep. Obat tersebut diberi harga, jika pasien setuju
lalu membayar, maka obat segera disiapkan
3) Obat diserahkan beserta kuitansi (rangkap dua). Lembar asli diberikan pada
pasien dan lembar copy sebagai pertinggal di apotek pelayanan farmasi rawat
inap
4) Lembar copy resep dan kuitansi disimpan di apotek yang akan diserahkan
kepada bagian administrasi untuk diperiksa kembali dan diarsipkan
b. Pasien kredit
1. Pasien menyerahkan resep rangkap tiga disertai surat keterangan dari
perusahaan kepada apoteker/asisten apoteker. Resep sudah diperiksa dan
disetujui oleh bagian keuangan rumah sakit
2. Apoteker/asisten apoteker memeriksa kelengkapan resep, dan menyiapkan obat
serta memberi etiket
3. Obat diserahkan kepada pasien disertai informasi yang dibutuhkan
4. Pasien menandatangani resep sebagai bukti telah menerima obat
5. Penagihan biaya dilakukan ke perusahaan oleh bagian keuangan rumah sakit
3.3.3.2

Pelayanan farmasi rawat inap Askes/ Jamkesmas/ Medan sehat/
Pempropsu

Pasien Askes adalah pasien yang berasal dari Instansi Pemerintahan yaitu
PNS beserta keluarga yang meliputi istri dan 2 orang anak. Jaminan untuk anak

Universitas Sumatera Utara

maksimum sampai umur 21 tahun (kecuali disertai surat aktif kuliah, jaminan
sampai umur 25 tahun).
Pasien Jamkesmas adalah pasien yang termasuk dalam program pelayanan
kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini diselenggarakan
secara nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan
kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin. Peserta Jamkesmas adalah
semua anggota keluarga yang termasuk dalam kartu keluarga yang dinyatakan
miskin oleh lurah setempat.
Untuk pasien Jamkesmas, pemberian obat berdasarkan formularium
Jamkesmas. Penagihan biaya dilakukan satu bulan sekali ke bagian keuangan
rumah sakit setelah semua berkas dan data-data terkumpul dan telah diperiksa
oleh apoteker dan disetujui oleh kepala Instalasi Farmasi serta tim verifikasi.
Ada beberapa syarat yang berlaku untuk pasien Jamkesmas diantaranya:
1) Kertas resep rangkap tiga
2) Membawa fotokopi kartu Jamkesmas
3) Protokol terapi untuk obat-obat khusus dan hasil pemeriksaan laboratorium.
Pasien Medan sehat adalah pasien yang

termasuk dalam program

pemerintah daerah kota Medan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi
warga kota Medan yang tidak mempunyai jaminan kesehatan apapun seperti
Jamkesmas atau Askes. Jika pasien berasal dari keluarga yang mampu, maka tidak
diperbolehkan mengikuti program Medan sehat ini. Pemberian obat pasien Medan
sehat adalah sesuai formularium Jamkesmas. Penagihan biaya juga sama
ketentuannya seperti pasien Jamkesmas.

Universitas Sumatera Utara

Beberapa syarat yang berlaku untuk pasien Medan sehat diantaranya:
a. Pasien membawa resep
b. Membawa fotokopi kartu peserta Medan sehat
c. Protokol terapi untuk obat-obat khusus dan hasil pemeriksaan laboratorium
Pasien Pempropsu adalah pasien yang termasuk dalam program pemerintah
Propinsi Sumatera Utara untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi warga
Sumatera Utara yang tidak mempunyai jaminan kesehatan apapun seperti
Jamkesmas, Medan sehat, atau Askes. Setiap warga Sumatera Utara berhak
menjadi peserta program ini, tetapi harus memenuhi syarat yang telah ditetapkan.
Pemberian obat pasien Pempropsu juga disesuaikan dengan formularium
Jamkesmas. Penagihan biaya juga sama ketentuannya seperti pasien Jamkesmas.
Beberapa syarat yang berlaku untuk pasien Pempropsu diantaranya:
1) Membawa fotokopi KTP
2) Membawa fotokopi Kartu Keluarga
3) Memiliki Surat permohonan bantuan pelayanan kesehatan dari Dinas
Kesehatan Propinsi Sumatera Utara
4) Memiliki surat keterangan kurang mampu dari kelurahan yang diketahui oleh
Camat
5) Membawa surat rujukan dari puskesmas/dokter/spesialis/RS Daerah
Prosedur pelayanan farmasi rawat inap untuk pasien Askes:
a. Perawat membawa kertas resep rangkap tiga beserta status pasien ke apotek
b. Petugas Askes memeriksa kesesuaian resep dengan status pasien dan
memeriksa kelengkapan resep (tanda tangan dokter dan kepala ruangan)

Universitas Sumatera Utara

c. Petugas Askes menyetujui jika syarat sudah terpenuhi dan resep diberikan
kepada tim legalisasi untuk diperiksa rasionalisasi penggunaan obatnya
d. Untuk obat oral yang diresepkan harus sesuai dengan formularium dan jumlah
maksimum 3 hari pemakaian
e. Untuk obat-obat tertentu harus disertai protokol terapi. Contoh formulir
protokol terapi dari ruangan dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 83.
f. Resep dinomori dan dicatat
g. Lalu disiapkan obat-obat sesuai dengan resep
h. Dibuat catatan pemberian obat sesuai dengan obat yang diresepkan. Formulir
catatan pemberian obat dapat dilihat pada lampiran 12 halaman 84.
i. Obat diantar ke ruangan oleh petugas dan diperiksa oleh perawat
j. Penagihan biaya obat dilakukan dengan mengarsipkan CPO dan copy resep,
untuk pengklaiman diserahkan keperusahaan yang bersangkutan (PT. Askes).
Prosedur pelayanan farmasi rawat inap untuk pasien Jamkesmas/Medan
Sehat/Pempropsu:
1. Perawat membawa resep beserta status pasien ke apotek
2. Tim legalisasi mengkaji rasionalitas obat yang tertera pada resep
3. Untuk obat oral yang diresepkan harus sesuai dengan formularium dan jumlah
maksimum 3 hari pemakaian
4. Untuk obat-obat tertentu harus disertai protokol terapi
5. Resep dinomori dan dicatat
6. Lalu disiapkan obat-obat sesuai dengan resep
7. Dibuat catatan pemberian obat sesuai dengan obat yang diresepkan
8. Obat diperiksa dan diserahkan kepada perawat untuk dibawa ke ruangan

Universitas Sumatera Utara

3.3.3.3 Pelayanan farmasi pasien Jamkesmas/ Medan sehat/ Pempropsu
rawat jalan
Pelayanan farmasi ini

khusus melayani pasien Jamkesmas/Medan

sehat/Pempropsu rawat jalan. Pasien Jamkesmas/Medan sehat/Pempropsu ini
berasal dari berbagai poliklinik di rumah sakit.
Prosedur pelayanan farmasi pasien Jamkesmas/ Medan sehat/ Pempropsu
rawat jalan:
1. Pasien datang membawa resep dari poliklinik disertai kartu peserta dan surat
jaminan perawatan bagi pasien Jamkesmas, Medan sehat dan Pempropsu
2. Petugas farmasi mengambil kartu kendali obat pasien, dan mengembalikan
kartu peserta Jamkesmas/Medan Sehat pasien beserta nomor antrian
3. Petugas farmasi mencatat nama dan nomor resep
4. Apoteker memeriksa rasionalitas penggunaan obat yang tertera pada resep
5. Obat disiapkan dan dibuat etiket
6. Obat yang diresepkan dicatat dalam kartu obat
7. Obat diserahkan kepada pasien beserta informasi mengenai obat
8. Pasien menandatangani resep sebagai bukti telah menerima obat
9. Resep diinput ke komputer dan dibuat penagihannya ke bagian verfikasi
kemudian diklaim kebagian keuangan rumah sakit.
3.3.3.4 Pelayanan farmasi di Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Pelayanan farmasi di IGD dipimpin oleh seorang apoteker. Pelayanan
farmasi di IGD selama 24 jam dilayani oleh petugas yang terbagi atas 3 shift yaitu
pagi, siang dan malam hari. Pada setiap pergantian shift dilakukan serah terima

Universitas Sumatera Utara

barang dan uang. Pengadaan barang dari unit gudang dengan menggunakan
formulir B2 (Daftar permintaan dan pengeluaran farmasi).
Tugas dan fungsi dari pelayanan farmasi di IGD:
1) Melayani perbekalan farmasi untuk pasien yang masuk dari IGD, baik pada
jam kerja maupun diluar jam kerja dan hari libur. Melayani pasien umum,
pasien Askes, pasien Jamkesmas, pasien Medan sehat, pasien Pempropsu,
pasien kredit dan pasien yang tidak diketahui identitasnya (Mr./Mrs. X)
2) Melayani perbekalan farmasi untuk pasien yang memerlukan tindakan bedah di
KBE, yaitu tindakan bedah yang dilakukan 24 jam untuk yang tidak terjadwal
3) Pasien yang membutuhkan observasi ODC (One Day Care)
Fungsi ODC yaitu sebagai tempat observasi pasien yang memerlukan
penanganan khusus seperti pasien jantung, hipertensi. Pemantauan keadaan pasien
di ODC ini dilakukan 1 hari (12 jam). Jika pasien tidak diperbolehkan untuk
pulang lebih dari 12 jam maka pasien dimasukkan ke ruang rawat inap, dan untuk
terapi tambahan maka petugas ruangan mengambil perbekalan farmasi di
pelayanan farmasi.
Prosedur pelayanan farmasi di IGD:
a. Pasien Umum
1. Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan oleh pasien di kartu obat
dan di resep sementara.
2. Petugas pelayanan farmasi IGD memberikan perbekalan farmasi yang diminta
dan menginput ke komputer pada pelayanan obat pasien umum.

Universitas Sumatera Utara

3. Pembayaran langsung dipungut oleh juru pungut IGD untuk pasien PBJ.
Sedangkan untuk pasien rawat inap dipungut oleh juru pungut ruangan.
Selanjutnya juru pungut instalasi farmasi akan menghitung dan mengklaim
jumlah biaya perbekalan farmasi yang dipakai ke pihak rumah sakit.
4. Pada resep bebas, petugas IGD memberi harga dan menginformasikan pada
keluarga pasien. Bila keluarga pesien setuju maka petugas IGD menyiapkan
perbekalan farmasi dan menginput ke komputer pada penjualan langsung dan
mencetak kuitansi. Kuitansi asli diberikan pada keluarga pasien bersamaan
dengan penyerahan perbekalan farmasi setelah pembayaran perbekalan
farmasi.
b. Pasien Askes
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh pasien Askes yaitu pasien harus
membawa kartu Askes. Perbekalan farmasi yang diberikan untuk pasien Askes
harus sesuai dengan DPHO.
Prosedur pelayanan pasien Askes:
1. Dokter menulis perbekalan farmasi yang dibutuhkan pada resep sementara
yang dibawa oleh petugas farmasi ke pelayanan farmasi IGD
2. Obat yang diresepkan harus sesuai DPHO. Jika diluar DPHO, maka petugas
farmasi IGD mengkonfirmasikan ke dokter untuk mengganti obat yang sesuai
dengan DPHO atau memakai protokol terapi untuk dilaporkan ke komite
medis, apakah penggunaan obat diluar DPHO diterima atau ditolak. Contoh
formulir protokol terapi dari IGD dapat dilihat pada lampiran 13 halaman 85.
3. Petugas farmasi memberikan perbekalan farmasi tersebut kepada perawat

Universitas Sumatera Utara

4. Jika pasien tidak membawa kartu Askes, maka pasien dianggap pasien umum
dan resep diinput di komputer pada pelayanan obat pasien umum. Apabila
dikemudian harinya pasien menyerahkan fotokopi kartu Askes, maka petugas
IGD merubah status pasien ke komputer menjadi pelayanan obat pasien Askes
dan ditulis di buku perubahan status. Perubahan status maksimal 3x24 jam,
selanjutnya melapor ke bagian pendaftaran IGD dan pelayanan farmasi IGD
5. Penagihan biaya obat dilakukan oleh bagian keuangan apotek dengan
mengarsipkan kuitansi dan copy resep, untuk diberikan kepada bagian
keuangan rumah sakit. Oleh bendahara rumah sakit dilakukan pengklaiman ke
perusahaan yang bersangkutan (PT. Askes).
c. Pasien Kredit
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh pasien kredit yaitu pasien harus
membawa kartu anggota perusahaan.
Prosedur pelayanan pasien kredit:
1. Dokter menulis perbekalan farmasi yang dibutuhkan pada resep sementara
yang dibawa oleh petugas farmasi ke pelayanan farmasi IGD
2. Petugas farmasi memberikan perbekalan farmasi tersebut kepada perawat
3. Jika pasien tidak membawa kartu anggota perusahaan, maka pasien dianggap
pasien umum dan resep diinput di komputer pada pelayanan obat pasien umum.
Apabila dikemudian harinya pasien

menyerahkan fotokopi kartu anggota

perusahaan, maka petugas IGD merubah status pasien ke komputer menjadi
pelayanan obat pasien kredit dan ditulis di buku perubahan status. Perubahan
status maksimal 3x24 jam, selanjutnya melapor ke bagian pendaftaran IGD dan
pelayanan farmasi IGD

Universitas Sumatera Utara

4. Penagihan biaya obat dilakukan oleh bagian keuangan apotek dengan
mengarsipkan kuitansi dan copy resep, untuk diberikan kepada bagian
keuangan rumah sakit. Oleh bendahara rumah sakit dilakukan pengklaiman ke
perusahaan yang bersangkutan.
d. Pasien Jamkesmas/Medan sehat/Pempropsu
Persyaratan yang dipenuhi oleh pasien Jamkesmas /Medan sehat/Pempropsu
adalah pasien harus membawa kartu Jamkesmas/Medan Sehat/Pempropu.
Perbekalan farmasi yang diberikan harus sesuai dengan formularium Jamkesmas.
Prosedur pelayanan pasien Jamkesmas/Medan sehat/Pempropsu:
1. Dokter menulis perbekalan farmasi yang dibutuhkan pada resep sementara
yang dibawa oleh petugas farmasi ke pelayanan farmasi IGD.
2. Obat yang diresepkan harus sesuai formularium Jamkesmas. Jika diluar
formularium Jamkesmas, maka menggunakan protokol terapi untuk dilaporkan
ke komite medis, apakah penggunaan obat diluar formularium diterima atau
ditolak.
3. Petugas farmasi memberikan perbekalan farmasi tersebut kepada perawat
4. Jika pasien tidak membawa kartu Jamkesmas/Medan sehat/Pempropsu maka
pasien dianggap sebagai pasien calon dan apabila dikemudian harinya pasien
menyerahkan fotokopi kartu Jamkesmas/Medan sehat/Pempropsu maka
petugas IGD merubah status pasien ke komputer menjadi pelayanan obat
pasien Jamkesmas/Medan sehat /Pempropsu dan ditulis di buku perubahan
status. Perubahan status maksimal 3x24 jam, selanjutnya melapor ke bagian
pendaftaran IGD dan pelayanan farmasi IGD dan apabila pasien tidak
menyerahkan kelengkapan syarat maka pasien dianggap sebagai pasien umum.

Universitas Sumatera Utara

e. Pasien Mr./Mrs. X
Untuk pasien Mr./Mrs. X perbekalan farmasi yang diberikan sama seperti
pada pasien Jamkesmas. Biaya perbekalan farmasi dimasukkan ke komputer pada
pelayanan obat pasien umum dan akan ditagih ke bagian keuangan rumah sakit
setelah pasien meninggalkan rumah sakit. Jika pasien tidak mampu membayar,
maka petugas IGD melaporkan ke bagian pelayanan medis agar membuat surat
keterangan miskin yang ditandatangani oleh direktur rumah sakit, sehingga pasien
tersebut tidak perlu membayar biaya pengobatan dan perbekalan farmasi yang
digunakan. Penagihan biaya dilakukan pada bagian keuangan rumah sakit.
f. Pasien Kamar Bedah Emergency (KBE)
Prosedur pelayanan pasien KBE, adalah:
1. Petugas KBE akan mencatat semua kebutuhan operasi ke dalam lembar
pemakaian obat-obatan dan alat kesehatan untuk pasien operasi
2. Obat dan alat kesehatan disiapkan, petugas IGD akan menghitung setiap
pengeluaran. Jika operasi selesai maka petugas akan menginput total
pengeluaran farmasi ke komputer pada pelayanan obat pasien (berdasarkan
status pasien tersebut)
3. Untuk obat golongan narkotika, petugas farmasi IGD mencatat ke formulir
pemakaian narkotika yang dilengkapi nama dokter, nama pasien dan
ditandatangani oleh dokter yang bersangkutan untuk keperluan pelaporan
narkotika setiap bulannya. Formulir pemakaian obat golongan narkotika dapat
dilihat pada lampiran 14 halaman 86. Pembuatan laporan seluruh narkotika
yang digunakan di rumah sakit dilakukan oleh bagian administrasi instalasi
farmasi rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara

3.3.3.5 Pelayanan farmasi di Instalasi Bedah Sentral (IBS)
Pelayanan farmasi di IBS melayani kebutuhan perbekalan farmasi untuk
operasi yang terencana. Untuk pasien umum, pembiayaan obat dan alat kesehatan
yang digunakan dalam operasi di tanggung sendiri. Untuk pasien Askes, biaya
penggunaan obat-obat operasi ditanggung oleh PT. Askes dan obat yang
digunakan harus sesuai DPHO. Sedangkan untuk pasien Jamkesmas/ Medan
sehat/ Pempropsu, biaya penggunaan obat-obat ditanggung oleh pemerintah dan
obat yang digunakan harus sesuai formularium Jamkesmas.
Persyaratan bagi pasien Askes, Jamkesmas, Medan Sehat dan Pempropsu,
yaitu:
a. Kartu Askes/ Jamkesmas/ Medan sehat dan Pempropsu
b. Surat Jaminan Perawatan (SJP)
c. Protokol terapi
d. Resep
Adapun alur pelayanan farmasi IBS yaitu:
1. Pasien Askes. Jamkesmas, Pemprovsu, Medan sehat
a) Perawat di ruangan membawa pasien ke kamar bedah
b) Petugas/kamar bedah menulis permintaan perbekalan farmasi di formulir
pemakaian obat-obatan dan alat kesehatan untuk pasien operasi (lampiran 15
halaman 87). Petugas farmasi menyerahkan perbekalan farmasi sesuai dengan
permintaan yang ada di formulir tersebut
c) Perawat yang menerima perbekalan farmasi menandatangani formulir
pemakaian obat-obat dan alat kesehatan untuk pasien operasi dan juga
petugas farmasi yang menyerahkan

Universitas Sumatera Utara

d) Setelah

selesai

operasi,

perbekalan

farmasi

yang

tidak

digunakan

dikembalikan oleh perawat ke apotek, lalu petugas farmasi mencoret di
formulir tersebut
e) Setelah itu dokter yang mengoperasi dan dokter anestesi menandatangani
formulir tersebut
f) Petugas farmasi menuliskan perbekalan farmasi yang digunakan kamar bedah
ke resep sementara, kemudian membawa resep sementara itu kelantai tiga
untuk diserahkan keperawat
g) Dokter di ruangan memindahkan resep sementara tersebut ke resep asli dan
melampirkan persyaratan-persyaratan yang diperlukan seperti yang telah
disebutkan di atas
h) Petugas farmasi membawa resep asli tersebut beserta kelengkapannya ke
pelayanan farmasi IBS dan petugas farmasi menginput perbekalan farmasi ke
komputer
i) Petugas

farmasi

menyerahkan

resep

tersebut

ke

pelayanan

Askes/Jamkesmas/Medan sehat dan Pempropsu rawat inap untuk diklaim
j) Untuk perbekalan farmasi yang masuk paket operasi seperti benang-benang,
elektroda dan prostigmin dibuat harganya di formulir pemakaian obat-obatan
dan alat kesehatan untuk pasien operasi, lalu formulir tersebut diserahkan ke
bagian administrasi instalasi farmasi untuk diklaim ke bagian keuangan
rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara

2. Pasien Umum
a. Perawat di ruangan membawa pasien ke kamar bedah
b. Petugas apotek meminta keluarga pasien untuk membayar biaya perbekalan
farmasi sejumlah tertentu ke Bank Bukopin sebagai panjar
c. Petugas/kamar bedah menulis permintaan perbekalan farmasi di formulir
pemakaian obat-obatan dan alat kesehatan untuk pasien operasi
d. Petugas farmasi menyerahkan perbekalan farmasi sesuai dengan permintaan
yang ada di formulir tersebut
e. Perawat yang menerima perbekalan farmasi menandatangani formulir
pemakaian obat-obat dan alat kesehatan untuk pasien operasi dan juga
petugas farmasi yang menyerahkan
f. Setelah

selesai

operasi,

perbekalan

farmasi

yang

tidak

digunakan

dikembalikan oleh perawat ke apotek, lalu petugas farmasi mencoret di
formulir tersebut
g. Setelah itu dokter yang mengoperasi dan dokter anestesi menandatangani
formulir tersebut
h. Semua biaya perbekalan diinput ke komputer dan ditagih ke bendahara rumah
sakit oleh petugas keuangan farmasi.
Perbekalan farmasi yang terdapat di pelayanan farmasi IBS adalah obatobatan sediaan injeksi terutama anestesi dan alat kesehatan habis pakai. Obat-obat
dan alat-alat kesehatan di pelayanan farmasi IBS ini berasal dari gudang instalasi
farmasi yang diminta dua kali seminggu dengan menggunakan formulir B2
(Permintaan dan Pengeluaran Farmasi).

Universitas Sumatera Utara

Pemakaian obat narkotika di kamar bedah dicatat dalam formulir pemakaian
obat golongan narkotika dan ditandatangani oleh dokter yang bersangkutan.
Formulir ini merupakan pertinggal di sub instalasi distribusi. Ini akan
memudahkan instalasi farmasi rumah sakit untuk mengetahui jumlah pemakaian
obat narkotika sehingga mudah untuk membuat laporan penggunaan obat-obat
golongan narkotika.
Pemasukan dan pengeluaran barang dicatat dalam buku pemasukan dan
pengeluaran, lalu dimasukkan ke kartu stok dan di cross check dengan sub
instalasi administrasi setiap bulan. Setiap akhir bulan petugas apotek melakukan
stock opname.
3.3.3.6 Distribusi ruangan
Distribusi ruangan melayani permintaan dari poliklinik (rawat jalan) dan
ruang perawatan (rawat inap). Perbekalan farmasi yang didistribusikan ke
poliklinik dan ruang perawatan adalah perbekalan farmasi yang termasuk ke
dalam unit cost. Obat dan alat kesehatan yang didistribusikan dari distribusi
ruangan ke poliklinik dan ruangan perawatan merupakan kebutuhan rutin seperti
injeksi, betadin, salep, gelang ibu dan bayi, kapas, alkohol, plester, reagen dan gas
medis.
Perbekalan farmasi yang didistribusikan ke poliklinik dan ruang perawatan
adalah berdasarkan permintaan pemakaian dengan menggunakan Formulir B2
(Daftar permintaan dan penggunaan farmasi). Permintaan ini dilakukan seminggu
sekali.

Universitas Sumatera Utara

Pengadaan barang berasal dari gudang instalasi farmasi yang biasanya
diamprah seminggu dua kali dengan menggunakan Formulir B2 (Daftar
permintaan dan pengeluaran farmasi). Pemasukan barang dari gudang dan
pengeluaran ke ruangan didokumentasikan dalam buku pemasukan dan
pengeluaran, kemudian dipindahkan ke kartu apotek dengan sistem alfabet untuk
tiap jenis barang. Semua perbekalan farmasi diinput kekomputer.
3.3.4 Sub Instalasi Farmasi Klinis
Sub instalasi farmasi klinis RSUD dr. Pirngadi Kota Medan dipimpin oleh
seorang apoteker, yang merupakan koordinator farmasi klinis yang membawahi
beberapa bidang, diantaranya Pelayanan Informasi Obat (PIO), pendidikan dan
pengembangan serta konsultasi obat.
Adapun bagian dari farmasi klinis yang telah berjalan adalah:
1) Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pemberian informasi obat (PIO) dilakukan terhadap pasien yang mengambil
obatnya di unit pelayanan farmasi rawat jalan. Dengan adanya informasi,
diharapkan pasien mengerti tentang cara penggunaan obat, mewaspadai efek
samping obat yang mungkin timbul selama penggunaan obat, mengetahui manfaat
pengobatan sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pasien dan tujuan
pengobatan yang optimal dapat tercapai. PIO dilakukan di ruang konseling
farmasi rawat jalan Jamkesmas/MedansSehat/Pempropsu.
Adapun PIO yang diberikan meliputi:
a. Pola hidup yang seharusnya dilaksanakan oleh pasien untuk menunjang
pengobatan yang sedang dijalaninya

Universitas Sumatera Utara

b. Memberikan informasi akan pentingnya kepatuhan dalam mengkonsumsi obat
c. Memberikan informasi tentang cara penggunaan obat
2) Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS)
Instalasi farmasi rumah sakit juga melakukan Penyuluhan Kesehatan
Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) yang pelaksanaannya dilakukan oleh
apoteker. Penyuluhan diberikan kepada pasien yang menderita penyakit kronis
seperti tuberkulosis, hipertensi, dan diabetes melitus di ruang tunggu pelayanan
farmasi rawat jalan Jamkesmas/Medan Sehat/Pempropsu.
Adapun penyuluhan yang diberikan meliputi:
a. Penyakit hipertensi dan penggunaan obat hipertensi dengan benar.
b. Penyakit diabetes dan penggunaan obat diabetes dengan benar.
c. Penyakit asma dan penggunaan obat asma dengan benar.
3) Pencampuran Obat Sitostatika
Selain kegiatan PIO yang dilakukan pada pelayanan farmasi klinis,
dilakukan juga pelayanan pencampuran obat sitostatika. Pelayanan farmasi di
ruang sitostatika dipimpin oleh apoteker sebagai penanggung jawab. Sebelumnya
pencampuran obat sitostatika dilaksanakan oleh perawat di ruang perawat yang
non aseptis, sehingga tidak terjamin sterilitas dari produk akhir. Terjadinya
perubahan pelayanan dari perawat ke apoteker pada pencampuran obat sitostatika
di ruang aseptis memberikan hasil akhir yang terjamin sterilitasnya.
Prosedur kerja di ruang pencampuran sitostatika yaitu:
a. Sebelum memasuki ruang steril, matikan lampu UV, nyalakan exhaust system,
AC dan lampu penerang ruangan

Universitas Sumatera Utara

b. Lepaskan perhiasan, jam tangan serta barang lain yang melekat pada tangan,
kemudian cuci tangan dengan sabun antiseptik sampai bersih
c. Petugas pencampuran obat kanker masuk ke dalam ruang steril dengan
memakai alat pelindung khusus yaitu: baju pelindung, topi, masker, sarung
tangan, masker, sarung tangan, sepatu khusus
d. Gunakan desinfektan untuk kotak aseptis dengan menyemprotkan alkohol 70%
ke seluruh permukaan dalam kotak aseptis tersebut, kemudian nyalakan
Laminar Air Flow (LAF) sesuai dengan protap yang telah ditentukan
e. Pasang alas kemoterapi pada meja tempat mencampur obat kanker,
pencampuran obat kanker dilakukan secara aseptis, setelah selesai mencampur,
matikan Laminair Air Flow (LAF), kotak tersebut dibersihkan, lalu alas
kemoterapi bekas dibersihkan dengan menyemprot alkohol 70%
f. Tuliskan jam selesainya obat tersebut dicampur pada etiket
g. Lepaskan alat pelindung diri, sampah-sampah dimasukkan dalam tong sampah
yang dibagi dalam dua tempat, tong sampah khusus untuk tempat pembuangan
sampah bekas obat sitostatika, tong sampah biasa untuk tempat pembuangan
sampah yang tidak berbahaya
h. Matikan exhaust system, AC dan lampu penerang kemudian hidupkan lampu
UV
i. Tutup pintu antar obat yang telah dicampur keruangan pasien dan antar sampah
yang berbahaya dalam bag ke IPAL untuk dibagi dalam incenerator.
Pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien sitostatika berlaku bagi pasien
umum, Askes dan Jamkesmas/Medan sehat/Pempropsu.

Universitas Sumatera Utara

Prosedur pelayanannya adalah sebagai berikut:
1. Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan oleh pasien di kertas resep.
Bagi pasien Askes pemilihan jenis obat berdasarkan standar DPHO, sedangkan
pasien Jamkesmas pemilihan jenis obat berdasarkan formularium Jamkesmas
2. Perawat ruangan membawa status ke lantai tiga untuk diperiksa oleh apoteker,
kemudian apoteker menghitung dosis pemakaian obat kanker
3. Apoteker menuliskan kembali di lembar formulir nama obat-obat sitotoksik,
kemudian asisten apoteker menyiapkan obat dan mencampur obat sitotoksik di
lantai enam dengan diawasi oleh apoteker
4. Setelah selesai apoteker menyerahkan obat sitostatika ke perawat ruangan
untuk diberikan pada pasien
5. Perawat ruangan menyerahkan kuitansi asli kepada keluarga pasien dan
dilakukan penagihan biaya obat langsung bagi pasien umum. Sedangkan pasien
Askes dan Jamkesmas tidak dipungut biaya

3.4 Central Steril Supply Department (CSSD)
Central Sterilization Supply Department (CSSD) atau Instalasi Pusat
Pelayanan Sterilisasi merupakan satu unit/departemen dari rumah sakit yang
menyelenggarakan proses pencucian, pengemasan dan sterilisasi terhadap semua
alat atau bahan yang dibutuhkan rumah sakit dalam merawat/ melakukan tindakan
kepada pasien dalam kondisi steril. Instalasi CSSD dipimpin oleh seorang
apoteker sebagai kepala instalasi yang bertanggung jawab langsung kepada
direktur rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara

Latar belakang berdirinya CSSD di rumah sakit adalah:
d. Besarnya angka kematian akibat infeksi nosokomial
e. Kuman mudah menyebar, mengkontaminasi benda dan menginfeksi manusia
di lingkungan rumah sakit
f. Merupakan salah satu pendukung jaminan mutu pelayanan rumah sakit akan
peran dan fungsi CSSD sangat penting.
Tujuan dibentuknya CSSD di rumah sakit adalah:
4. Mengurangi infeksi nosokomial dengan menyediakan peralatan yang telah
mengalami penyortiran, pencucian dan sterilisasi yang sempurna
5. Memutuskan mata rantai penyebaran kuman di lingkungan rumah sakit
6. Menyediakan dan menjamin kualitas sterilisasi produk yang dihasilkan
Fungsi CSSD di rumah sakit adalah:
e. Menyediakan peralatan dan bahan steril untuk tindakan medis dan penunjang
medis
f. Tempat dilakukan proses desinfeksi, sterilisasi alat dan bahan habis pakai steril
g. Mendistribusikan alat dan bahan habis pakai steril
h. Mendokumentasikan semua kegiatan harian (jumlah instrumen atau jumlah
bahan habis pakai yang disterilkan)
Sistem pelayanan yang dilakukan dibagi atas 2 kelompok yaitu:
3) Sistem titipan
Menerima alat kesehatan yang belum steril dari ruangan untuk disterilkan di
CSSD, kemudian menyerahkannya kembali kepada ruangan yang bersangkutan
dalam keadaan steril. Ruangan yang dilayani adalah klinik atau ruang perawatan
yang membutuhkan.

Universitas Sumatera Utara

4) Sistem distribusi
Memproses penyediaan kebutuhan alat atau perlengkapan bedah dimulai
dari

pencucian,

pengeringan,

pengepakan,

sterilisasi,

penyimpanan

dan

pendistribusian. Melayani kebutuhan alat bedah steril untuk ruangan IBS, KBE,
kamar bedah THT, kamar bedah mata dan kamar bedah kulit.
Kegiatan sterilisasi yang dilakukan di instalasi CSSD pada autoklaf
dilakukan dengan beberapa tahap yaitu:
a. Alat kotor disortir dan dicek kelengkapannya kemudian dicuci dengan larutan
antiseptik lalu disikat dengan air mengalir untuk membuang darah yang
melekat pada alat
b. Direndam dengan larutan antiseptik selama 30 menit
c. Dicuci dengan air bersih dan disikat sampai bersih
d. Direndam di ultrasonik dengan larutan antiseptik selama 30 menit
e. Dibilas di alat ultrasonik dengan air panas
f. Dikeringkan di alat ultrasonic
g. Alat dikeluarkan dan disusun sesuai tindakan operasi
h. Diberi tanda (biodict test)
i. Sterilkan pada suhu 132oC selama 15 menit
j. Didistribusikan ke bagian yang membutuhkan

Universitas Sumatera Utara

Kegiatan sterilisasi yang dilakukan di instalasi CSSD pada oven dilakukan
dengan beberapa tahap yaitu:
1. Alat kotor disortir dan dicek kelengkapannya kemudian dicuci dengan larutan
antiseptik lalu disikat dengan air mengalir untuk membuang darah yang
melekat pada alat
2. Direndam dengan larutan antiseptik selama 30 menit
3. Dicuci dengan air bersih dan disikat sampai bersih
4. Direndam di ultrasonik dengan larutan antiseptik selama 30 menit
5. Dibilas di alat ultrasonik dengan air panas
6. Dikeringkan di alat ultrasonic
7. Alat dikeluarkan dan disusun sesuai tindakan operasi
8. Diberi tanda (indikator paper)
9. Sterilkan pada suhu 160oC selama 2 jam
10. Didistribusikan ke bagian yang membutuhkan

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PEMBAHASAN

RSUD dr. Pirngadi Kota Medan merupakan rumah sakit milik pemerintah
kota Medan dan setelah beberapa kali mengalami perubahan akhirnya menerapkan
status menjadi Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah RSUD
dr. Pirngadi Kota Medan.
RSUD dr. Pirngadi Kota Medan dipimpin oleh seorang direktur yang dalam
melaksanakan tugasnya dibantu oleh 3 wakil direktur yaitu; wakil direktur bidang
administrasi umum, wakil direktur bidang pelayanan medis dan keperawatan dan
wakil direktur bidang sumber daya manusia dan pendidikan.
RSUD dr. Pirngadi Kota Medan telah memiliki Formularium Rumah Sakit
yang digunakan sebagai standar penulisan resep oleh dokter. Formularium Rumah
Sakit disusun oleh Komite Farmasi dan Terapi dibawah Komite Medis.
Keanggotaan Komite Farmasi dan Terapi terdiri dari dokter dari Staf Medis
Fungsional (SMF) dan Apoteker dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Formularium ini direvisi setiap 3 tahun sekali dengan mempertimbangkan
perkembangan pola penyakit di masyarakat serta kemajuan dibidang obat-obatan
dan kedokteran.
Instalasi Farmasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan telah menjadi instansi
yang menerapkan sistem swakelola. Instalasi Farmasi Rumah Sakit memiliki 4
bagian instalasi yaitu distribusi, administrasi, perlengkapan dan farmasi klinis.
Setiap bagian mempunyai tugas dan fungsi masing-masing yang saling berkaitan
satu sama lain.

Universitas Sumatera Utara

Dalam mengelola perbekalan farmasi, Instalasi Farmasi Rumah Sakit
menggunakan sistem dana bergulir (Revolving Fund System), artinya pemerintah
memberikan modal awal selanjutnya instalasi farmasi akan mengelola dana
tersebut untuk pengembangan Instalasi Farmasi. Pengelolaan perbekalan farmasi
yang tidak dapat ditentukan jumlah satuannya seperti penggunaan plester,
antiseptik, kapas, dan alat/bahan habis pakai dibuat dalam sistem unit cost. Sistem
ini diberlakukan pada pasien rawat inap, rawat jalan, tindakan medis, operasi dan
lain-lain. Besarnya biaya unit cost yang ditentukan untuk tiap-tiap tindakan
berbeda sesuai dengan surat keputusan dari direktur.
Hasil penghitungan unit cost setiap bulan akan dimasukkan ke dalam neraca
Rugi/Laba bulanan. Selanjutnya dari neraca Rugi/Laba bulanan akan dibuat
neraca tahunan sehingga dapat diketahui besarnya keuntungan atau kerugi