Aspek Hukum Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank yang tidak Berbadan Hukum

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar Valuta Asing/ valas/ Foreign exchange/forex adalah pasar yang
memperdagangkan mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain
(pasangan mata uang/pair) yang melibatkan pasar-pasar uang utama di dunia
selama 24 jam nonstop. 1Valas adalah merupakan suatu mekanisme dimana orang
dapat mentransfer dayabeli antarnegara,memperoleh atau menyediakan kredit
untuk transaksi perdagangan internasional, dan meminimalkan kemungkinan
resiko kerugian akibat terjadinya fluktuasi kurs suatu mata uang,dikarenakan
perbedaan nilai mata uang tiap Negara. 2
Pada kegiatan perdagangan internasional,pembeli dan penjual memiliki
nominal uang dalam mata uang yang berbeda dan tidak ada kurs tunggal mata
uang dollar melainkan kurs yang berbeda-beda tergantung pada bank mana atau
pelaku pasar mana yang bertransaksi. Oleh karena itu,si pembeli membutuhkan
kepemilikan atas mata uang yang digunakan penjual agar ia bisa melakukan
transaksi jual-beli. Dengan kata lain, pembeli harus menukar sejumlah uang ke
dalam mata uang penjual, nilai tukar antara mata uang satu dengan yang lainnya
tidaklah selalu setara. Hal ini bergantung pada mekanisme pasar perdagangan
internasional.
1


R. Serfianto D.P,Pasar Uang dan Pasar Valas,(Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama,2013),hlm.120.
2
Mahyus Ekanada, Analisis Pengaruh Volatilitas Nilai Tukar pada Ekspor Komoditi
http://www.bi.go.id/id/publikasi/jurnalManufaktur
di
Indonesia,
ekonomi/Documents/81b520e02b0443d1a4393908c6d90468canalisipengaruh1.pdf diakses pada
tanggal 9 Juni 2017.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan survey BIS (Bank International for Settlement bank sentral
dunia), yang dilakukan pada akhir tahun 2004, nilai transaksi pasar valuta asing
mencapai lebih dari USD$1,4 triliun per harinya. 3
Transaksi pasar valuta asing di Indonesia dari data yang dihimpun dari BI,
sampai September 2014 total transaksi kegiatan usaha penukaran valuta asing
(KUPVA) Bukan Bank meningkat. Rata-rata Pembelian uang kertas asing (UKA)
dan cek pelawat (travelers cheque/TC) mencapai Rp 7,9 triliun per bulan.

Sedangkan penjualan UKA sebesar Rp 7,8 triliun setiap bulan. Jumlah KUPVA
Bukan Bank di Indonesia kini mencapai 916 kantor pusat yang tersebar di seluruh
wilayah Tanah Air. Mengingat tingkat likuiditas dan percepatan pergerakan harga
yang tinggi tersebut, maka pasar valuta asing juga memiliki risiko yang tinggi.
Sehingga perlu adanya pengawasan kegiatan usaha penukaran valas oleh
pemerintah melalui izin kegiatan usaha penukaran valuta asing. 4
Izin kegiatan usaha penukaran valuta asing (KUPVA) adalah izin yang
diberikan Bank Indonesia selaku Bank Sentral terhadap pedagang valuta asing
yang akan mendirikan dan melaksanakan kegiatan jual beli uang kertas asing.
Menurut ketentuan umum Pasal 1 ayat 5 dan 6 Peraturan Bank Indonesia Nomor
12/22/PBI/2010 tentang Pedagang Valuta Asing, pedagang valuta asing terdiri
dari:
(1) Pedagang Valuta Asing Bukan Bank adalah perusahaan berbadan hukum
Perseroan Terbatas bukan bank yang maksud dan tujuan perseoran adalah
melakukan kegiatan usaha jual beli uang kertas asing (UKA) dan pembelian
3

Mario Singh, Langkah Praktis Meraup Profit di Pasar Valuta Asing, (Jakarta: PT.
Gramedia, 2014),hlm.2.
4

Ibid, hlm. 3.

Universitas Sumatera Utara

Traveller’s Cheque (TC) yang telah memenuhi ketentuan dan persyaratan
dalam Peraturan Bank Indonesia ini.
(2) Pedagang Valuta Asing Bank adalah bank umum bukan bank devisa yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan
prinsip syariah, Bank Perkreditan Rakyat, atau Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah, yang melakukan kegiatan usaha jual beli UKA dan pembelian TC
yang telah memenuhi ketentuan dan persyaratan dalam Peraturan Bank
Indonesia ini.
Adapun tujuan pemberian izin KUPVA bukan bank oleh Pemerintah
melalui Bank Indonesia dan Pemerintah Daerah yaitu :
1. Melindungi mata uang rupiah; dan
2. Memberikan perlindungan terhadap masyarakat.
Pemerintah memberikan pengawasan untuk melindungi uang rupiah dari
adanya kurs jual dan beli mata uang asing dimasyarakat, dimana bisa terdapat
permainan dalam penetapan kurs yang dapat berdampak terhadap penurunan
rupiah. Pedagang valas illegal ini mengupayakan untuk menawarkan jual beli

valas dengan harga lebih menarik daripada perbankan. Ini untuk lebih menarik
banyak nasabah agar mau menukarkan uangnya.
Selain melindungi mata uang rupiah, Pemerintah juga berupaya
memberikan perlindungan terhadap masyarakat, karena apabila tidak adanya
pengawasan dari pemerintah dapat terjadi transaksi mata uang palsu baik rupiah
maupun dollar terlebih dolar dimana masyarakat tidak mengetahui keaslian uang

Universitas Sumatera Utara

asing. Apabila pedagang valuta asing bukan bank telah terdaftar dalam perizinan
kegiatan usaha valuta asing, maka pemerintah dapat mengawasi transaksi mata
uang asing yang terjadi melalui transaksi pedagang valas tersebut.
Perizinan terhadap KUPVA Bukan Bank dikeluarkan atau diterbitkan oleh
dua instansi, yaitu melalui Bank Indonesia dan Pemerintah Daerah. Pertama Bank
Indonesia sebagai lembaga yang bertujuan mempunyai tugas untuk: 5
1) Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.
2) Mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran.
3) Mengatur dan Mengawasi Bank.
Dalam memberikan kepastian perlindungan terhadap masyarakat serta
mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran Bank Indonesia

mengeluarkan izin KUPVA Bukan Bank, sesuai dengan Pasal 11 ayat 1 Peraturan
Bank Indonesia Nomor 18/20/PBI/2016 tentang Kegiatan Usaha Penukaran
Valuta Asing, bahwa Badan Usaha Bukan Bank yang akan melakukan kegiatan
usaha sebagai penyelenggara KUPVA Bukan Bank wajib terlebih dahulu
memperoleh izin dari Bank Indonesia. Maka Pedagang Valuta Asing Bukan Bank
harus terlebih dahulu memenuhi persyaratan pemberian izin dari Bank Indonesia
yang terdapat dalam pasal 11 ayat 3 Peraturan Bank Indonesia Nomor
18/20/PBI/2016 antara lain :
1) Berbadan hukum Perseroan Terbatas yang seluruh sahamnya dimiliki oleh:
a) Warga negara Indonesia; dan/atau

5

Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, 2003), hlm. 97.

Universitas Sumatera Utara

b) Badan usaha yang seluruh sahamnya dimiliki oleh warga negara
Indonesia;

2) Mencantumkan dalam anggaran dasar perseroan bahwa maksud dan tujuan
perseroan adalah melakukan kegiatan jual beli UKA dan pembelian Cek
Pelawat;
3) Memenuhi jumlah modal disetor yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;
dan
4) Modal disetor tidak berasal dari dan/atau untuk tujuan pencucian uang
(money laundering).
Berdasarkan hal di atas setelah mendaftarkan izin dan persyaratan telah
diberikan, selanjutnya Bank Indonesia melakukan pemeriksaan persyaratan dan
lokasi tempat usaha, serta melakukan penyuluhan terhadap pemohon izin.
Pemberian izin usaha akan diberikan setelah semua unsur tersebut dipenuhi dan
dilarang dialihkan kepada pihak lain.
Pemerintah Daerah yang diberikan kewenangan Pemerintah Pusat salah
satunya dalam menerbitkan izin, dalam hal ini KUPVA Bukan Bank selain
melalui Bank Indonesia juga melalui Pemerintah Daerah khususnya Pemerintah
kota Medan selaku pemberi izin usaha pedagang valuta asing berdasarkan Perda
No.10

Tahun


2002

tentang

Industri,Perdagangan,Gudang/Ruangan

dan

Retribusi
Tanda

Izin
Daftar

Usaha
Perusahaan.

Berdasarkan Pasal 7 ayat (2) butir b Perda No.10 Tahun 2002 adapun persyaratan
yang harus dipenuhi untuk mendapatkan izin KUPVA Bukan Bank yaitu:


Universitas Sumatera Utara

a. Foto copy Akte pendirian Perusahaan yang telah didaftarkan di Pengadilan
Negara.
b. Foto copy kartu Tanda Penduduk Penanggung Jawab Perusahaan dan para
persen
c. Foto copy NPWP
d. Foto copy HO dan Industri bagi kegiatan usaha perdagangan yang
dipersyaratkan berdasarkan ketentuan Undang-Undang Gangguan (HO)
e. Pas photo penanggung jawaban perusahaan 3 x 4 sebanyak 2 lembar
berwarna.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/20/PBI/2016 tentang
Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing, bila pedagang valas tersebut belum
terdaftar dan tidak memiliki izin maka kegiatan pedagang valas tersebut akan
dicabut dan dihentikan.Dalam hal ini meskipun pedagang valas telah memiliki
izin dari Pemerintah Daerah,tetapi tidak memiliki izin dari Bank Indonesia maka
izin usahanya akan dicabut berdasarkan peraturan yang berlaku. Oleh karena
Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/20/PBI/2016 bahwa setiap Kegiatan Usaha
Penukaran Valuta Asing Bukan Bank harus mendapatkan izin agar menjadi suatu
KUPVA Bukan Bank yang Berbadan Hukum (Legal),namun disisi lain terdapat

pula Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank yang tidak Berbadan
Hukum (illegal).Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk menganalisis
permasalahan letak Legalitas dari Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan
Bank yang tidak Berbadan Hukum yang dituangkan kedalam skripsi yang
berjudul Aspek Hukum Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank
yang tidak Berbadan Hukum.

Universitas Sumatera Utara

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah
mengenai hal-hal berikut :
1. Bagaimana kedudukan Bank Indonesia dalam sistem keuangan di
Indonesia?
2. Bagaimana peran Bank Indonesia terhadap Kegiatan Usaha Penukaran
Valuta Asing Bukan Bank berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.
18/20/PBI/2016?
3. Bagaimana aspek hukum Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan
Bank yang tidak Berbadan Hukum?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1.

Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan dalam skripsi ini dapat
diuraikan sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui kedudukan Bank Indonesia dalam sistem keuangan
Indonesia.

b. Untuk mengetahui peran Bank Indonesia terhadap Kegiatan Usaha
Penukaran Valuta Asing Bukan Bank berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia No. 18/20/PBI/2016.
c. Untuk mengetahui aspek hukum Kegiatan Usaha Penukaran Valuta
Asing Bukan Bank yang tidak Berbadan Hukum.

Universitas Sumatera Utara

2. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan yang diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut :
1. Secara Teoritis
Secara Teoritis, pembahasan tentang Aspek Hukum Kegiatan

Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank yang tidak Berbadan
Hukum dapat memberikan pengetahuan mengenai peraturan hukum
apa saja dan bagaimana peran lebih lanjut Bank Indonesia dalam
mengatasi
masalah tentang KUPVA BB yang tidak Berbadan Hukum.
2. Secara Praktis
Pembahasan ini diharapkan dapat memberi masukan atau menjadi
tambahan materi bagi para pembacanya, baik masyarakat pada
umumnya maupun akademisi pada khususnya ingin mengetahui lebih
lanjut mengenai dasar hukum dalam Kegiatan Usaha Penukaran Valuta
Asing Bukan Bank.

D. Keaslian Penulisan
Untuk mengetahui keaslian penulisan keaslian penulisan, sebelum
melakukan penulisan skripsi berjudul Aspek Hukum Kegiatan Usaha
Penukaran Valuta Asing Bukan Bank yang tidak Berbadan Hukum. Pada
dasarnya belum pernah ditulis menjadi judul skripsi di Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara. Penulis menulis skripsi ini berdasarkan literatur –
literatur yang diperoleh di perpustakaan, peraturan perundang-undangan yang

Universitas Sumatera Utara

berkaitan dengan Valuta Asing,media cetak dan elektronik dan juga melalui
bantuan para pihak. Oleh karena itu secara akademik penelitian ini dapat
dipertanggung-jawabkan kebenarannya.
E. Tinjauan Kepustakaan.
1. Valuta asing
Valuta Asing atau yang disingkat dengan kata “Valas” secara bebas dapat
diartikan sebagai mata uang yang dikeluarkan dan digunakan sebagai alat
pembayaran yang sah di negara lain. 6
Valas adalah merupakan suatu mekanisme dimana orang dapat mentransfer
dayabeli antarnegara,memperoleh atau menyediakan kredit untuk transaksi
perdagangan internasional, dan meminimalkan kemungkinan resiko kerugian
akibat terjadinya fluktuasi kurs suatu mata uang,dikarenakan perbedaan nilai mata
uang tiap Negara. 7
Dari pengertian tentang Valas diatas terdapat suatu hal yang relative yaitu
kata “ di negara lain”. Jadi suatu mata uang dikatakan sebagai valuta asing
tergantung dari siapa yang melihat. Untuk duduk di negara yang bukan negara
asal mata uang akan menyebut sebagai valuta asing atau valas dan sebaliknya
penduduk di negara asal mata uang tidak akan menyebutnya demikian. Sebagai
contoh bagi orang Indonesia mata uang US Dollar adalah Valuta Asing,
sedangkan bagi orang Amerika mata uang US Dollar tentunya bukan valuta asing.
6

Heli Charisma Berlianta, S.E, Mengenal Valuta Asing, Yogyakarta; Gadjah Mada
University Press, hlm.1.
7
Mahyus Ekanada, Analisis Pengaruh Volatilitas Nilai Tukar pada Ekspor Komoditi
http://www.bi.go.id/id/publikasi/jurnalManufaktur
di
Indonesia,
ekonomi/Documents/81b520e02b0443d1a4393908c6d90468canalisipengaruh1.pdf diakses pada
tanggal 9 Juni 2017.

Universitas Sumatera Utara

2. Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing
Menurut Bank Indonesia, Kegiatan Usaha Penukaran Valuta asing
(KUPVA) merupakan kegiatan jual dan beli uang kertas asing serta pembelian cek
pelawat (traveller’s cheque). 8
Menurut ketentuan umum Pasal 1 ayat 5 dan 6 Peraturan Bank Indonesia
Nomor 12/22/PBI/2010 tentang Pedagang Valuta Asing, Kegiatan Usaha
Penukaran Valuta Asing terdiri dari:
(1) Kegiatan Usaha PenukaranValuta Asing Bukan Bank adalah perusahaan
berbadan hukum Perseroan Terbatas bukan bank yang maksud dan tujuan
perseoran adalah melakukan kegiatan usaha jual beli uang kertas asing (UKA)
dan pembelian Traveller’s Cheque (TC) yang telah memenuhi ketentuan dan
persyaratan dalam Peraturan Bank Indonesia ini.
(2) Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bank adalah bank umum bukan bank
devisa yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau
berdasarkan prinsip syariah, Bank Perkreditan Rakyat, atau Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah, yang melakukan kegiatan usaha jual beli UKA dan pembelian
TC yang telah memenuhi ketentuan dan persyaratan dalam Peraturan Bank
Indonesia ini. 9
Dalam hukum ekonomi bila terdapat penawaran dan permintaan terhadap
suatu barang dan keduanya bertemu maka akan terbentuk dua hal yaitu pasar dan
harga. Begitu juga dengan Kegiatan Valas, bila permintaan terhadap valuta
8

m.hukumonline.com/berita/baca/It54229c26c55eb/bi-sempurnakan-aturan-kupva-olehpedagang-valas diakses pada tanggal 11 Juni 2017.
9
Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/22/PBI/2010 tentang Pedagang Valuta Asing.

Universitas Sumatera Utara

tertentu bertemu dengan penawaran terhadap valuta yang sama maka akan
terbentuk pasar dan harga. 10
Pasar valuta asing dapat di artikan tempat bertemunya penawaran dan
permintaan valuta asing, pasar valuta asing ada di seluruh dunia, mulai dari
perorangan sampai pemerintah yang melakukan kegiatan di pasar valuta asing.
Dengan pesatnya kemajuan teknologi komunikasi membuat pasar setiap negara
dapat secara langsung berhubungan dengan pasar dinegara lain sehingga hampir
tidak ada lagi batasan negara bagi pasar valuta asing. Pasar valuta asing
mengalami peningkatan pesat pada awal dekade 70-an. Ada beberapa factor yang
menyebabkan peningkatan ini yaitu antara lain:
1. Pergerakan nilai tukar valuta.
Pada saat nilai tukar valuta mengalami pergerakan yang cukup signifikan
sehingga menarik bagi beberapa kalangan tertentu untuk berkecimpung di
dalam pasar valuta tersebut.
2. Bisnis yang semakin mengglobal.
Dengan semakin sengitnya persaingan bisnis membuat perusahaan harus
mencari pasar baru dan sumber daya baru yang lebih murah. Hal ini
menyebabkan terjadinya perdagangan antar negara dan relokasi industry ke
negara lain yang dinilai mempunyai sumber daya yang lebih murah
disbanding negara asal.
3. Tujuan perusahaan untuk melakukan perdagangan valas.
Pada awalnya perusahaan melakukan transaksi valas hanya untuk
membayar kewajiban mereka dalam valas. Tetapi semakin lama tujuan mereka
10

Ibid., hlm. 2.

Universitas Sumatera Utara

berkembang dengan mencoba memperoleh laba dari tujuan mereka
berkembang dengan mencoba memperoleh laba dari transaksi valas. Dan pada
akhirnya berkembang untuk meminimalkan resiko yang ada.
4. Perkembangan telekomunikasi yang pesat.
Dengan

adanya

sarana

telepon,

telex,

facsimile,

RMDS

maka

memudahkan para pelaku pasar untuk berkomunikasi sehingga transaksi
dengan lebih mudah terjadi.
5. Perkembangan perangkat computer yang pesat.
Dengan berkembangnya perangkat computer pada akhir dekade 80-an
memudahkan proses penyelesaian dan administrasi transaksi yang ada.
6. Terbentuknya produk valas baru.
Produk baru yang berdasarkan pada transaksi valas mulai bermunculan.
7. Keuntungan yang diperolah.
Keuntungan yang diperoleh di pasar valas meningkat sehingga membuat
banyak pihak tertarik terjun di pasar ini. 11

Pasar valuta asing berfungsi membantu lalu lintas pembayaran internasional
melalui:
a) Transfer Daya Beli
Transfer daya beli sangat diperlukan terutama dalam perdagangan
internasional (ekspor-impor) maupun dalam transaksi modal lintas negara
yang biasanya melibatkan pihak-pihak yang tinggal di negara berlainan yang
memiliki mata uang yang berbeda bentuk dan nilainya. Sebagai contoh, jika

11

R. Serfianto D. Purnomo, Op.cit., hlm. 125.

Universitas Sumatera Utara

kita ingin mengimpor barang dari Amerika Serikat, kita perlu mengonversi
uang rupiah menjadi dolar AS sehingga dapat digunakan untuk membeli
produk AS yang akan kita impor.
b) Penyediaan Kredit
Pengiriman

barang

antarnegara

dalam

perdagangan

internasional

membutuhkan waktu sehingga harus ada cara untuk membiayai barang
tersebut dalam perjalanan pengiriman,
termasuk setelah barang sampai ke tujuan yang biasanya memerlukan waktu
hingga kemudian dapat dijual kepada pembeli. Importir yang ingin membeli
barang dari luar negeri dapat mengajukan permohonan kredit bernama Letter
of Credit (L/C) kepada bank guna membiayai transaksi impornya.
c) Mengurangi Resiko Valas
Pihak importer dan eksportir selalu mengharapkan keuntungan dalam usaha
perdagangan internasional yang dijalaninya. Namun, keinginan tersebut sering
terhambat karena terjadi perubahan nilai valas yang dimilikinya. Untuk
mengantisipasi risiko semacam itu maka pihak eksportir maupun importer
dapat melakukan lindung nilai (hedging) dengan membeli kontrak berjangka
valas melalui perbankan atau melalui perusahaan pialang perdagangan
berjangka. 12

12

Ibid., hlm., 127-128.

Universitas Sumatera Utara

Dalam pasar valas tersebut terdapat beberapa pelaku pasar yang
melakukan transaksi jual-beli valuta asing dipasar atau peserta pasar bisa
dibedakan sebagai berikut:
1. Pedagang (Dealer)
Dealer disebut juga pembentuk pasar ( market maker ) yang berfungsi
membuat pasar valas bergairah. Dealer umumnya mengkhususkan pada mata
uang tertentu dan menetapkan tingkat persediaan teretentu pada mata uang
tersebut. Biasanya yang bertindak sebagai dealer adalah bank, meskipun ada
beberapa yang nonbank. Mereka mendapatkan keuntungan dari selisih harga
jual dan harga beli valuta asing. Istilah Pedagang ( Dealer ) dalam hal ini
berbeda dengan Pedagang Valas (money changer) yang hanya berfungsi
menjual dan membeli valas secara fisik dan tunai.
2. Perusahaan atau Perorangan
Perusahaan maupun individu dapat melakukan transaksi perdagangan valuta
asing (valas). Pasar valas juga dapat dimanfaatkan untuk memperlancar
transaksi bisnis. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah eksportir, importer,
investor, domestic, investor internasional, perusahaan multinasional, dan lainlain.
3.

Spekulan dan Arbitrator

Spekulan dan arbitrator bertindak atas kehendak mereka sendiri dan mereka
tidak memiliki kewajiban unutk melayani konsumen serta tidak menjamin
kelangsungan pasar, hal tersebut berbeda dengan dealer. Spekulan juga pelaku

Universitas Sumatera Utara

pasar yang akan meramaikan transaksi di pasar uang atau pasar valas. Para
spekulan mendapatkan keuntungan dari fluktuasi harga valas (capital gain).
Sedangkan

arbitrator

memperoleh

keuntungan

dengan

memanfaatkan

perbedaan harga di berbagai pasar.
4.

Bank Sentral

Fungsi Bank Sentral (misalnya Bank Indonesia) dalam pasar valas umumnya
adalah sebagai stabilitator nilai tukar mata uang local. Bank Sentral
memanfaatkan pasar valas untuk mendapatkan atau membelanjakan cadangan
valuta asing agar dapat memengaruhi stabilitas nilai tukar mata uang sehingga
berdampak positif bagi perekonomian negara yang bersangkutan.
5.

Pialang (Broker)

Pialang (broker) bertindak sebagai perantara yang mempertemukan penawaran
dan permintaan terhadap mata uang tertentu. Agar dapat melaksanakan tugas
dengan baik, perusahaan pialang harus punya akses langsung dengan para
dealer dan bank yang melakukan perdagangan valas diseluruh dunia. 13
Uang Asing merupakan alat pembayaran resmi yang diterbitkan oleh
suatu negara untuk memenuhi kewajiban di luar wilayah negaranya atau di
dalam wilayah negara lain. Setiap negara berdaulat menerbitkan alat bayarnya
sendiri dan umumnya melarang penggunaan mata uang asing sebagai alat bayar
umum di wilayah negaranya. Orang asing yang berada di dalam wilayah suatu
negara, untuk dapat melakukan transaksi, terlebih dahulu harus menukarkan
mata uang negaranya dengan mata uang domestic negara tempat ia melakukan
13

Ibid., hlm.,128-129.

Universitas Sumatera Utara

transaksi. Namun demikian, asas kebebasan berkontrak (freedom of contract),
yang telah diterima secara umum di seluruh dunia. Membuka peluang bagi
setiap orang untuk secara bebas memperjanjikan penggunaan mata uang asing
dalam transaksi yang mereka buat, terutama dalam hal salah satu pihaknya
adalah orang asing. Kebebasan untuk menggunakan mata uang asing sebagai
alat bayar dalam suatu kontrak transaksi bersifat terbatas, yaitu sebatas rasio
kontrak atau rasio transaksi yang mendukung penggunaan mata uang demikian
itu. 14 Secara umum, alat bayar resmi yang berlaku di dalam wilayah suatu
negara adalah alat bayar yang secara resmi diterbitkan oleh negara
bersangkutan.
Sebagai alat tukar resmi yang di terbitkan oleh suatu negara, mata uang
asing umumnya ditandai dengan berbagai penanda mata uang sebagai alat tukar,
antara lain nomor seri, indikasi dan desain tertentu. Ketiga persyaratan minimal
itu merupakan persyaratan minimal pada umumnya diatur di dalam ketentuan
hukum negara bersangkutan di bawah hukum tentang persyaratan, penerbitan,
peredaran dan pengendalian nilai tukar uang. Setiap mata uang asing yang
diadakan secara tidak memenuhi kedua persyaratan minimal demikian itu
merupakan mata uang yang tidak memenuhi persyaratan hukum dank arena
berpeluang menjadi objek penegakan hukum.
Di dalam Pasal 19 UU Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang
Perubahan atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

14

Ralph H Folsom dkk, International Business Transaction, (USA: West Publishing Co,
1992), hlm. 133.

Universitas Sumatera Utara

menyatakan bahwa Bank Indonesia berwenang menetapkan macam, harga, ciriciri uang yang akan dikeluarkan, bahan yang akan digunakan serta tanggal mulai
berlakunya uang tersebut sebagai alat pembayaran yang sah. Ketentuan Pasal 20
UU BI menyebutkan pula bahwa Bank Indonesia merupakan satu-satunya
lembaga yang memiliki wewenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan rupiah
serta menjaga stabilitas perekonomian.
3. Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank
Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Bukan Bank (KUPVA BB) merupakan
kegiatan usaha yang meliputi kegiatan penukaran yang dilakukan dengan
mekanisme jual dan beli Uang Kertas Asing (UKA) serta pembelian cek pelawat.
KUPVA BB merupakan tempat alternative selain Bank untuk menukarkan valuta
asing. 15
Bank Indonesia menegaskan adanya kewajiban bagi penyelenggara
Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB) untuk
memperoleh izin beroperasi. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia, KUPVA BB
yang saat ini belum memperoleh izin dari Bank Indonesia harus mendaftarkan
usahanya agar memiliki izin beroperasi. Pengaturan perizinan bagi KUPVA BB
menjadi sangat penting untuk memudahkan pengawasan. Selain itu untuk
pengembangan industry yang sehat dan efisien, fungsi pengaturan dan
pengawasan sangat diperlukan dalam mencegah dimanfaatkanny KUPVA BB
untuk pencucian uang, pendanaan terorisme, atau kejahatan lainnya. 16

15

www.bi.go.id/id/ruang-media/info-terbaru/Pages/BI-Tegaskan-Kewajiban-Perizinanbagi-Penyelenggara-KUPVA-Bukan-Bank.aspxdiakses pada tanggal 11 Juni 2017.
16
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

F. Metode Penelitian
Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan
dapat dipetanggung jawabkan secara ilmiah, maka metode penulisan yang
digunakan antara lain :
1. Jenis dan Sifat Penulisan
Dalam menyusun skripsi penulis menggunakan metode penelitian hukum
yuridis normatif, karena penulis meneliti peraturan perundang-undangan dan
sumber data yang digunakan berasal dari data sekunder.
Sifat penelitian ini merupakan penelitian deskriptif atau menggambarkan sifat
atau gejala. Hal tersebut dikarenakan penelitian ini bertujuan untuk
memberikan data yang seteliti mungkin mengenai aspek hukum Kegiatan
Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank.
2. Sumber Data
a. Data Sekunder
Data sekunder meliputi :
1) Bahan Hukum Primer, yaitu berupa peraturan perundang-undangan di
bidang hukum yang mengikat, antara lain Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, Undang-Undang Nomor 11
Tahun 1953 tentang Penetapan Undang-Undang Pokok Bank
Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1968 tentang Bank

Universitas Sumatera Utara

Sentral, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Peraturan Bank Indonesia
No. 18/20/PBI/2016 tentang Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing
Buka Bank, Surat Edaran Bank Indonesia No. 18/42/DKSP, KUHD,
Keputusan

Menteri

Perindustrian

dan

Perdagangan

RI

No.

408/MPP/Kep/10/1997, Perda Kota Medan No. 9 tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Usaha Perindustrian dan Perdagangan.
2) Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan yang memberi penjelasan
mengenai bahan hukum primer, seperti doktrin-dotrin yang ada dalam
buku, jurnal hukum maupun internet.
3) Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan – bahan yang dapat memberi
petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan/atau bahan
hukum sekunder, seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia dan
sebagainya.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis yaitu dengan cara Penelitian
Kepustakaan, yakni dengan cara meneliti bahan pustaka yang disebut dengan
data sekunder berupa perundang – undangan, karya ilmiah para ahli, sejumlah
buku – buku, artikel – artikel, baik dari surat kabar, majalah maupun media
elektronik.

Universitas Sumatera Utara

4. Analisis Data
Metode yang digunakan adalah metode kualitatif, yaitu dengan :
a. Mengumpulkan bahan hukum primer, sekunder, tersier yang relevan.
b. Mengelompokkan bahan – bahan hukum yang relevan dan sistematis.
c. Mengolah bahan – bahan hukum tersebut sehingga dapat menjawab
permasalahan yang telah disusun.
d. Memaparkan kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis terhadap
bahan – bahan hukum yang telah diolah tersebut.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, maka akan diberikan gambaran
secara ringkas mengenai uraian dari bab ke bab yang berkaitan satu dengan yang
lainnya. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :
Bab I berisikan pendahuluan yang pada pokoknya menguraikan tentang
latar belakang pengangkatan judul skripsi, perumusan masalah yang menjadi
pokok pembahasan dalam bab, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan,
tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan diakhiri dengan sistematika
penulisan.
Bab II berisikan pembahasan tentang kedudukan Bank Indonesia dalam
sistem keungan Indonesia, yang pada pokoknya menguraikan tentang pengertian
Bank Indonesia, tujuan dan tugas Bank Indonesia, status dan kedudukan Bank

Universitas Sumatera Utara

Indonesia sebagai Lembaga Negara yang Independen, serta status dan kedudukan
Bank Indonesia sebagai Bank Sentral.
Bab IIImerupakan bab yang menguraikan tentang Bagaimana peran Bank
Indonesia terhadap kegiatan usaha penukaran valuta asing bukan bank
berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 18/20/PBI/2016 yang dimulai dari
defenisi kegiatan uaha penukaran valuta asing, mengenal transaksi valuta asing,
kemudian peran Bank Indonesia terhadap kegiatan usaha penukaran valuta asing
bukan bank.
Bab IV akan menjelaskan secara mendalam tentang Bagaimana aspek
hukum kegiatan usaha penukaran valuta asing bukan bank yang tidak berbadan
hukum, yang dimulai dari membahas pengaturan kegiatan usaha penukaran valuta
asing bukan bank berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 18/20/PBI/2016
serta pengaturan kegiatan usaha penukaran valuta asing bukan bank yang tidak
berbadan hukum.
Bab V merupakan bab penutup. Bab ini berisikan kesimpulan dan intisari
dari bab – bab yang telah dibahas sebelumnya, serta saran yang menyangkut
rumusan masalah yang mungkin berguna untuk Pejabat Bank Indonesia dan juga
Penyelenggara KUPVA BB.

Universitas Sumatera Utara