Pengaruh Profitabilitas Dan Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Dan Keputusan Investasi Sebagai Variabel Intervening

12

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Landasan Teori

2.1.1. Nilai Perusahaan
Nilai

perusahaan

merupakan

persepsi

investor

terhadap


tingkat

keberhasilan perusahaan yang dapat dikaitkan dengan harga saham dan
profitabilitas. Harga saham yang tinggi akan berdampak pada nilai perusahaan
yang tinggi. Adapun yang dimaksud dengan harga saham di atas adalah harga
yang terjadi pada saat saham diperdagangkan di pasar bursa (Bursa Efek
Indonesia), atau lebih tepatnya disebut harga penutupan (clossing price) saham di
pasar bursa. Profit yang maksimal akan mendorong kemakmuran bagi para
pemegang saham. Kemakmuran pemegang saham akan meningkatkan nilai
perusahaan. Kemakmuran pemegang saham meningkat jika harga saham yang
dimilikinya juga meningkat.
Nilai perusahaan juga dapat diukur dengan menggunakan nilai wajar pasar
saham. Bagi perusahaan yang sudah go public, nilai wajar pasar sahamnya
ditentukan oleh mekanisme permintaan dan penawaran di bursa, yang tercermin
dalam listing price. Harga pasar mencerminkan berbagai keputusan dan kebijakan
manajemen, sehingga nilai perusahaan merupakan akibat dari tindakan
manajemen.
Menurut Brigham dan Houston (2001) nilai perusahaan merupakan harga
yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual.


Universitas Sumatera Utara

13

Sedangkan menurut Keowndkk., (2004) nilai perusahaan merupakan nilai pasar
atas surat berharga hutang dan ekuitas pemegang saham yang beredar.
Dalam mengelola perusahaan para pemegang saham sebagai principal
dapat menunjuk para profesional (manajerial) atau sering juga disebut sebagai
agen untuk mencapai tujuan perusahaan. Agency theory menyatakan, pihak
manajemen bisa saja bertindak mengutamakan kepentingan dirinya sendiri
(Jensen dan Meckling, 1976). Terjadinya konflik yang disebut dengan agency
conflict disebabkan pihak pihak yang terkait, yaitu principal dan agen
mempunyai keinginan yang saling bertentangan. Agency conflict dapat
menyebabkan

penurunan

nilai


perusahaan.

Oleh

karena

itu

principal

membutuhkan berbagai informasi mengenai tindakan manajemen dalam
mengelola perusahaan.
Adapun tujuan yang ingin dicapai perusahaan tersebut adalah untuk
memaksimalkan nilai pemegang saham. Nilai pemegang saham akan meningkat
apabila diikuti dengan peningkatan nilai perusahaan, yang ditandai dengan tingkat
pengembalian investasi yang tinggi kepada para pemegang saham. Menurut
Soliha dan Taswan (2002), nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan
pemilik perusahaan sebab dengan nilai perusahaan yang tinggi akan menunjukan
kemakmuran pemegang saham juga tinggi.
Menurut Rakhimsyah dan Barbara (2011) nilai perusahaan yang dibentuk

melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang

peluang

investasi. Adanya peluang investasi dapat memberikan sinyal positif tentang
pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga akan meningkatkan
harga saham, dengan meningkatnya harga saham maka nilai perusahaan juga akan

Universitas Sumatera Utara

14

meningkat. Untuk mencapai nilai perusahaan, umumnya para investor
menyerahkan pengelolaannya kepada para profesional. Para profesional
diposisikan sebagai manajer ataupun komisaris. Untuk mencapai tujuan
perusahaan tersebut, manajer membuat keputusan investasi yang menghasilkan
Net Present Value positif.
Menurut Brigham dan Houston (2006) yang menjelaskan rasio Price Book
Value (PBV) mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen
dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh. Rasio

ini menunjukkan seberapa jauh suatu perusahaan mampu menciptakan nilai
perusahaan relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan (Utama & Yulianto,
1998). Semakin tinggi rasio tersebut semakin berhasil perusahaan menciptakan
nilai bagi pemegang saham (Anis, 2004). Dalam hal ini peneliti menggunakan
PBV sebagai alat untuk mengukur nilai perusahaan.
Penelitian ini menggunakan istilah nilai perusahaan dengan Price Book
Value (PBV), dimana PBV yang tinggi akan membuat pasar percaya bahwa
prospek perusahaan tersebut bagus (kemakmuran para pemegang saham terjamin).
Hal itu juga yang menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab nilai
perusahaan yang tinggi mengindikasikan kemakmuran pemegang saham juga
tinggi (Soliha dan Taswan, 2002).
Brigham dan Houston (2006) menjelaskan bahwa rasio PBV digunakan
untuk mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan
organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh. Rasio ini
menunjukkan seberapa jauh suatu perusahaan mampu menciptakan nilai
perusahaan relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan (Utama & Yulianto,

Universitas Sumatera Utara

15


1998). Semakin tinggi rasio tersebut semakin berhasil perusahaan menciptakan
nilai bagi pemegang saham (Anis, 2004). PBV dapat dihitung secara manual
dengan rumus sebagai berikut (Fakhruddin dan Hadianto (2001) dalam
Ayuningtiyas ) :
(PBV) =

Harga saham
x100%
Nilai Buku Saham

2.1.2 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan daya tarik utama bagi pemilik perusahaan
(Pemegang Saham) karena profitabilitas adalah hasil yang diperoleh melalui
usaha manajemen atas dana yang diinvestasikan oleh para pemegang saham dan
juga mencerminkan pembagian laba yang menjadi haknya yaitu seberapa banyak
yang diinvestasikan kembali dan seberapa banyak yang dibayarkan sebagai
dividen tunai ataupun dividen saham kepada mereka (Jusriani dan Shiddiq, 2013).
Menurut (Soliha dan Taswan, 2002) menyatakan bahwa profitabilitas adalah
tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat

menjalankan operasinya. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang
saham adalah keuntungan setelah bunga dan pajak.
Profitabilitas sebagai tolak ukur dalam menentukan alternatif pembiayaan,
namun cara untuk menilai profitabilitas suatu perusahaan yaitu tergantung pada
laba dan aktiva yang dibagikan yaitu laba bersih setelah pajak (Net Income) yang
berasal dari kegiatan operasi perusahaan di bagi total aktiva (Total Assets).
Dengan adanya profitabilitas suatu perusahaan tidak mengherankan apabila ada
beberapa perusahaan yang mempunyai perbedaan dalam menentukan suatu
alternatif untuk menghitung profitabilitas. Hal ini bukan suatu keharusan akan

Universitas Sumatera Utara

16

tetapi yang paling penting adalah profitabilitas mana yang akan digunakan.
Tujuannya adalah semata

mata sebagai alat mengukur efisiensi penggunaan

modal di dalam perusahaan yang bersangkutan.

Sedangkan menurut Brigham dan Gapenski (2006), Profitability is the net
results of a number of policies and decisions. Maksudnya profitabilitas adalah
hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan perusahaan. Setiap
perusahaan yang didirikan, berorientasi kepada profit yang dihasilkan dengan
tidak mengorbankan kepentingan pelanggannya, agar mendapatkan kepuasan.
Perolehan profit merupakan ukuran keberhasilan kinerja finansial perusahaan.
Ukuran kinerja finansial memberikan petunjuk apakah strategi perusahaan,
implementasi dan pelaksanaannya memberikan kontribusi atau tidak kepada
peningkatan profit perusahaan yang diproksikan dengan Return On Assets (ROA).
Rasio profitabilitas yang diukur dengan Return on asset (ROA) merupakan
pengukuran kemampuan perusahaaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan
keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan.
ROA digunakan untuk melihat tingkat efisiensi operasi perusahaan secara
keseluruhan. Semakin tinggi rasio proitabilitas ini, maka semakin baik suatu
perusahaan.
Penelitian ini menggunakan istilah profitabilitas dengan Return On Assets
(ROA), karena ROA merupakan salah satu dari rasio profitabitas. Rasio ROA
mencerminkan hasil dari dana yang diinvestasikan oleh investor. Para
investor menanamkan sahamnya pada perusahaan bertujuan untuk memperoleh
return saham. Return saham terdiri dari yield dan capital gain. Semakin tinggi

kemampuan memperoleh profit, maka semakin besar return saham yang

Universitas Sumatera Utara

17

diharapkan oleh para investor. Oleh karena itu perusahaan yang memiliki
profitabilitas tinggi akan diminati sahammnya oleh para investor.
ROA ini merupakan salah satu faktor yang penting dalam menciptakan
nilai

perusahaan.

Perbaikan

ROA

merupakan

cerminan


dari perbaikan

profitabilitas, yang dapat dijadikan sebagai titik awal dari pencapaian skala
ekonomi yang relevan, pengurangan biaya pencarian hubungan antara
perusahan dengan konsumen dan supplier, pengurangan biaya overhead yang
tidak memberi nilai tambah pada produk dan mengeliminasi biaya yang
tidak memberikan kontribusi terhadap kebutuhan konsumen. Hasil penelitian
Soliha dan Taswan (2002) juga menghasilkan hubungan positif signifikan
antara profitabilitas dengan nilai perusahaan. Dengan demikian profitabilitas
yang diproksikan ke Return On Asset (ROA) dapat mempengaruhi nilai
perusahaan, yang diukur dengan skala rasio dan besarnya dinyatakan dengan
persentase (%), atau dapat dihitung secara manual dengan rumus sebagai berikut
(Winarsi Endang, 2010) :
(ROA) =

Laba sebelum pajak
x100%
Total Aktiva


Return on Equity (ROE) merupakan suatu pengukuran dari penghasilan
(income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa
maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan kedalam
perusahaan. Secara umum tentu saja semakin tinggi return atau penghasilan yang
diperoleh semakin baik kedudukan pemilik perusahaan. ROE dapat dihitung
secara manual dengan rumus sebagai berikut (Syamsuddin Lukman, 2007) :
(ROE) =

Laba bersih setelah pajak
x100%
Modal Sendiri

Universitas Sumatera Utara

18

Return on Investment (ROI) merupakan pengukuran terhadap efisiensi
penggunaan aktiva perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setelah
pajak. ROI dapat dihitung secara manual dengan rumus sebagai berikut
(Syamsuddin Lukman, 2007) :
(ROI) =

Laba bersih setelah pajak
x100%
Total Aktiva

Net Profit Margin (NPM) merupakan pengukuran terhadap seberapa besar
total penjualan yang dilakukan dapat memperoleh laba bersih terhadap
perusahaan. NPM dapat dihitung secara manual dengan rumus sebagai berikut
(Syamsuddin Lukman, 2007) :
(NPM) =

Laba bersih setelah pajak
x100%
Penjualan

2.1.3 Kebijakan Hutang
Hutang adalah instrumen yang sangat sensitive terhadap perubahan nilai
perusahaan. Semakin tinggi proporsi hutang maka semakin tinggi harga saham,
namun pada titik tertentu peningkatan hutang akan menurunkan nilai perusahaan
karena manfaat yang diperoleh dari penggunaan hutang lebih kecil daripada biaya
yang ditimbulkannya. Para pemilik perusahan lebih suka perusahan menciptakan
hutang pada tingkat tertentu untuk menaikan nilai perusahaan.
Kebijakan hutang bisa digunakan untuk menciptakan nilai perusahaan
yang diinginkan, namun kebijakan hutang juga tergantung dari ukuran perusahaan
(Soliha dan Taswan, 2002). Artinya perusahaan yang besar relatif lebih mudah
untuk mengakses ke pasar modal. Kemudahan ini mengindikasikan bahwa

Universitas Sumatera Utara

19

perusahaan besar relatif lebih mudah untuk memenuhi sumber dana dari hutang
melalui pasar modal.
Menurut Mardiyati, et. al, (2012) kebijakan hutang merupakan kebijakan
perusahaan tentang seberapa jauh sebuah perusahaan menggunakan pendanaan
hutang. Terdapat beberapa teori tentang pendanaan hutang dengan hubungan
terhadap nilai perusahaan yaitu:
a. Teori struktur modal dari Miller dan Modligiani (Capital Structure Theory)
Pada teori ini mereka berpendapat bahwa dengan asumsi tidak ada
pajak, bancruptcy cost, tidak adanya informasi asimetris antara pihak
manajemen dengan para pemegang saham, dan pasar terlibat dalam kondisi
yang efisien, maka value yang bisa diraih oleh perusahaan tidak terkait dengan
bagaimana perusahaan melakukan strategi pendanaan. Setelah menghilangkan
asumsi tentang ketiadaan pajak, hutang dapat menghemat pajak yang dibayar
(karenahutang menimbulkan pembayaran bunga yang mengurangi jumlah
penghasilan yang terkena pajak) sehingga nilai perusahaan bertambah.
b. Trade Off Theory
Pada teori ini menjelaskan bahwa semakin tinggi perusahaan
melakukan pendanaan menggunakan hutang maka semakin besar pula resiko
mereka untuk mengalami kesulitan keuangan karena membayar bunga tetap
yang terlalu besar bagi para debtholders setiap tahunnya dengan kondisi laba
bersih yang belum pasti (bancruptcy cost of debt).
c. Pendekatan teori keagenan (Agency Approach)
Menurut pendekatan ini, struktur modal disusun untuk mengurangi
konflik antar berbagai kelompok kepentingan.Konflik antara pemegang

Universitas Sumatera Utara

20

saham dengan manajer sebenarnya adalah konsep free cash flow. Tetapi ada
kecenderungan bahwa manajer ingin menahan sumber daya (termasuk free
cash flow) sehingga mempunyai kontrol atas sumber daya tersebut. Hutang
bisa dianggap sebagai cara untuk mengurangi konflik keagenan terkait free
cash flow. Jika perusahaan menggunakan hutang maka manajer akan dipaksa
untuk mengeluarkan kas dari perusahaan (untuk membayar bunga).
d. Teori Signalling
Jika manajer memiliki keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan
karenanya ingin agar harga saham meningkat, manajer tersebut tentunya ingin
mengkomunikasikan hal tersebut kepada para investor. Manajer bisa
menggunakan utang yang lebih banyak, yang nantinya berperan sebagai
sinyal yang lebih terpercaya. Ini karena perusahaan yang meningkatkan
hutang bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek
perusahaan di masa yang akan datang. Investor diharapkan akan menangkap
sinyal tersebut, sinyal yang mengindikasikan bahwa perusahaan mempunyai
prospek yang prospektif di masa depan. Jadi, kita dapat menyimpulkan dari
penjelasan diatas bahwasanya hutang merupakan tanda atau signal positif dari
perusahaan.
Kebijakan hutang sangat sensitif terhadap perubahan nilai perusahaan.
Semakin tinggi proporsi hutang maka semakin tinggi harga saham, namun pada
titik tertentu peningkatan hutang akan menurunkan nilai perusahaan karena
manfaat yang diperoleh dari penggunaan hutang lebih kecil daripada biaya yang
ditimbulkannya. Kebijakan hutang bisan digunakan untuk menciptakan nilai
perusahaan yang diinginkan, namun kebijakan hutang juga tergantung dari ukuran

Universitas Sumatera Utara

21

perusahaan. Artinya, perusahaan yang besar relatif lebih mudah untuk akses ke
pasar modal. Penelitian ini menggunakan istilah kebijakan hutang dengan Debt to
Equity Ratio (DER), karena DER menunjukkan seberapa besar aset perusahaan
diperoleh atau didanai dengan hutang. DER juga menunjukkan risiko yang
dihadapi oleh perusahaan berkaitan dengan hutang yang dimilikinya. Dengan
demikian kebijakan hutang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. DER dapat
dihitung secara manual dengan rumus sebagai berikut (Syamsuddin Lukman,
2007) :
(DER) =

Total Hutang
x100%
Total Modal

2.1.4 Kebijakan Dividen
Dividen merupakan bagian dari net profit (laba bersih) yang akan
dibagikan kepada para pemegang saham. Dividen merupakan bagian dari
keuntungan perusahaan yang didistribusikan kepada para pemegang saham dan
pada umumnya dapat dilakukan secara berkala baik dalam bentuk uang (Cash),
dividen saham (Stock Dividend), dan dividen ekstra. Dividen ekstra diberikan
sebagai tambahan pembayaran dividen pada pemegang saham karena adanya
kelebihan harga yang diperoleh perusahaan dari yang diprediksikan. Dividen
ekstra biasanya diberikan oleh perusahaan yang menganut kebijakan dividen kecil
yang teratur (Hermuningsih, 2007).
Kebijakan perusahaan terhadap pembayaran dividen merupakan keputusan
yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Kebijakan ini akan melibatkan dua
pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda, yaitu pihak pertama para
pemegang saham dan pihak kedua perusahaan itu sendiri. Dividen diartikan

Universitas Sumatera Utara

22

sebagai pembayaran kepada para pemegang saham oleh pihak perusahaan dengan
keuntungan yang diperoleh. Kebijakan dividen adalah kebijaksanaan yang
berhubungan dengan pembayaran deviden oleh pihak perusahaan, berupa
penentuan besarnya pembayaran dividen dan besarnya laba ditahan untuk
kepentingan pihak perusahaan (Hermuningsih, 2009).
Apabila manajemen meningkatkan porsi laba perlembar saham yang
dibayarkan sebagai dividen, maka pihak manajemen dapat meningkatkan
kesejahteraan para pemegang saham. Hal ini menyarankan bahwa keputusan
dividen yaitu jumlah dividen yang dibayarkan merupakan suatu hal yang sangat
penting. Dalam banyak hal dividen sering diperlakukan sebagai pertimbangan
terakhir setelah pertimbangan investasi dan pertimbangan pembiayaan lainnya,
sehingga timbul the residual theory of dividend. Di samping itu ada juga yang
mempertimbangkan pembagian dividen kas untuk mengurangi masalah keagenan,
sehingga timbul peranan dividen dalam mengurangi masalah keagenan (agency
problems), dan masih banyak lagi pertimbangan manajemen dalam menentukan
besarnya dividen yang akan dibagikan.
Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang dapat dikaitkan dengan
penentuan apakah laba yang dihasilkan oleh perusahaan akan dibagikan kepada
para pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan (hold) oleh
perusahaan dalam bentuk laba ditahan. Kebijakan terhadap pembayaran dividen
merupakan keputusan yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Kebijakan ini
akan melibatkan dua pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda, yaitu
pihak pertama para pemegang saham dan pihak kedua adalah pihak manajemen
atau perusahaan itu sendiri.

Universitas Sumatera Utara

23

Kebijakan Dividen adalah salah satu kebijakan yang harus diambil oleh
manajemen untuk memutuskan apakah laba yang diperoleh perusahaan selama
satu periode akan dibagi semua atau dibagi sebagian dan sebagian lagi tidak
dibagi dalam bentuk laba ditahan (Tampubolon, 2004). Apabila perusahaan
memutuskan untuk membagi laba yang diperoleh sebagai dividen berarti akan
mengurangi jumlah laba yang ditahan yang akhirnya juga mengurangi sumber
dana intern yang akan digunakan untuk mengembangkan perusahaan. Apabila
perusahaan tidak membagikan labanya sebagai dividen akan bisa memperbesar
sumber dana intern perusahaan dan akan meningkatkan kemampuan perusahaan
untuk mengembangkan perusahaan, sehingga akan menaikkan nilai perusahaan.
Indikator yang digunakan untuk mengukur kebijakan dividen dalam penelitian ini
adalah Dividend Payout Ratio (DPR) (Brigham dan Houston, 2006).
Setiap perusahaan, di satu sisi mengharapkan adanya pertumbuhan
perusahaan, dan di sisi lain juga ingin membagikan dividen kepada para
pemegang saham. Oleh karena itu, dalam hal ini manajemen perusahaan
hendaknya dapat membuat kebijakan dividen yang tepat dan cermat, artinya
manajemen perusahaan harus dapat menentukan berapa persen laba yang harus
dibegikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen dan berapa persen
laba yang harus ditahan untuk mendukung pertumbuhan investasi perusahaan,
sehingga kepentingan para pemegang saham dan kepentingan perusahaan dapat
terpenuhi. Karena penentuan kebijakan dividen tersebut tidak mudah, biasanya
perusahaan menggunakan media yaitu dengan melaksanakan Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) untuk membuat keputusan mengenai penentuan
kebijakan dividen tersebut.

Universitas Sumatera Utara

24

Penelitian ini menetapkan dividend payout ratio sebagai proksi kebijakan
dividen, didasarkan suatu pertimbangan bahwa DPR lebih banyak digunakan
untuk mengukur persentase dividen tunai yang diberikan oleh perusahaan kepada
para pemegang saham atas laba per lembar saham yang dihasilkan dalam periode
akuntansi, dari pada rasio dividen lainnya. Menurut Fakhruddin dan Hadianto
(2001) dalam Ayuningtiyas (2013), Dividend Payout Ratio adalah rasio antara
dividen yang dibayarkan dibandingkan dengan jumlah laba bersih per lembar
saham yang diperoleh perusahaan. Besarnya dividend payout ratio dijadikan
ukuran oleh para investor yang hendak menanam modal pada saham di bursa efek.
DPR dapat dihitung secara manual dengan rumus sebagai berikut (Fakhruddin dan
Hadianto (2001) dalam Ayuningtiyas ) :
(DPR) =

Deviden per lembar saham
x100%
Laba per Lembar Saham

Hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki dividend payout ratio
besar menunjukkan perusahaan tersebut memiliki kinerja finansial yang baik.
Perusahaan yang memberikan dividen dalam jumlah

yang relatif besar akan

melahirkan sentimen positif pada para investor, dan akan membuat para investor
termotivasi untuk menanam modal yang dimiliki pada saham perusahaan tersebut.
Dari beberapa penjelasan di atas dengan demikian kebijakan dividen dapat
mempengaruhi nilai perusahaan.

2.1.5 Keputusan Investasi
Menurut Gitosudarma dan Basri (2008) menyatakan bahwa

Investasi

merupakan pengeluaran uang pada saat ini, dimana hasil yang diharapkan dari
pengeluaran uang itu baru akan diterima di tahun yang akan datang. Keputusan

Universitas Sumatera Utara

25

investasi di suatu perusahaan menyangkut pemilihan terhadap investasi yang
diinginkan untuk memperoleh keuntungan dari berbagai kesempatan investasi
yang ada, yaitu dengan memilih salah satu atau lebih alternatif investasi yang
dinilai paling menguntungkan investor.
Keputusan untuk investasi cenderung dilakukan pada aset tetap karena
nilainya relatif besar. Gitosudarmo dan Basri (2008) menjelaskan,

Suatu

perusahaan melakukan investasi terhadap aset tetap dalam beberapa bentuk,
seperti penggantian aset tetap, ekspansi atau perluasan, diversifikasi produk,
eksplorasi, penelitian dan pengembangan dan lain

lain.

Beberapa bentuk

investasi tersebut merupakan satu set kesempatan investasi yang harus dapat
dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mengembangkan usaha.
Keputusan investasi adalah penanaman modal dengan harapan akan
memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang (Jogiyanto, 2010). Menurut
signaling Theory, informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan
investasi pihak luar perusahaan merupakan hal yang penting. Menurut (Jogiyanto,
2010), informasi yang dipublikasi sebagai suatu pengumuman akan memberikan
signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman
tersebut mengandung nilai positif, maka akan banyak investor yang berinvestasi
keperusahaan.
Pengambilan keputusan terhadap investasi biasanya sangat sulit, karena
perlu dilakukan penilaian terlebih dahulu terhadap investasi atas situasi di masa
yang akan datang yang tidak dapat diramal karena adanya faktor ketidakpastian di
masa depan. Gitosudarmo dan Basri (2008) menjelaskan, Ketidakpastian masa
depan disebabkan oleh perubahan teknologi, ekonomi dan sosial, kekuatan-

Universitas Sumatera Utara

26

kekuatan

persaingan,

dan

tindakan-tindakan

atau

kebijakan-kebijakan

pemerintah. Itulah sebabnya, setiap perusahaan yang akan melakukan investasi
hendaknya dapat mengantisipasi hal-hal tersebut berdasarkan data historis,
perilaku konsumen, survei pasar, dan juga ketajaman intuisi manajer.
Keputusan investasi pada penelitian ini diproksikan dengan Price Earning
Ratio (PER). Pendekatan PER merupakan pendekatan yang lebih populer dipakai
dikalangan analisis saham dan para praktisi

(Tandelilin, 2001 dalam

Ayuningtiyas). Dalam pendekatan price earning ratio atau disebut juga
pendekatan multiplier, investor akan menghitung berapa kali (multiplier) nilai
earning yang tercermin dalam harga suatu saham. PER menggambarkan rasio
atau perbandingan antara harga saham terhadap earning (laba) perusahaan
(Tandelilin, 2001 dalam Ayuningtiyas). Dari beberapa penjelasan di atas dengan
demikian keputusan investasi yang diproksikan dengan Price Earning Ratio
(PER) dapat mempengaruhi nilai perusahaan. PER dapat dihitung secara manual
dengan rumus sebagai berikut (Fakhruddin dan Hadianto (2001) dalam
Ayuningtiyas ) :
(PER) =

Harga Saham
x100%
Laba per Lembar Saham

Berdasarkan penelitian terdahulu, ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi nilai perusahaan, diantaranya: profitabilitas, kebijakan hutang,
kebijakan dividen dan keputusan investasi. Beberapa faktor tersebut memiliki
hubungan dan pengaruh terhadap nilai perusahaan yang tidak konsisten,
contohnya:

Universitas Sumatera Utara

27

1. Profitabilitas

:

menurut

Soliha

dan

Taswan

(2002)

profitabilitas

mempengaruhi nilai perusahaan. Menurut Ayuningtias (2013) profitabilitas
berpengruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan
menurut Gusaptono (2010) profitabilitas yang diproksikan dengan Return On
Assets (ROA) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai
perusahaan.
2. Kebijakan hutang : menurut Mardiyati et. al. (2012) menyatakan bahwa
kebijakan hutang berpengaruh positif akan tetapi tidak signifikan terhadap
nilai perusahaan. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Miller dan
Modigliani (1961) dan penelitian Soliha dan Taswan (2002). Akan tetapi
menurut Jusriani dan Shiddiq (2013) menyatakan kebijakan hutang yang
diproksikan ke Debt to Equity Ratio (DER) tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap nilai perusahaan.
3. Kebijakan dividen : menurut Tengku Fryska D Sinar (2014) menyatakan
bahwa kebijakan dividen tidak signifikan dan bernilai negatif terhadap nilai
perusahaan. Myers dan Majluf (1984) menyatakan bahwa kebijakan dividen
memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Sedangkan menurut Jusriani
dan Shiddiq (2013) menyatakan bahwa kebijakan dividen mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
4. Keputusan Investasi : menurut Rakhimsyah dan Barbara (2011) menyatakan
bahwa keputusan investasi mempengaruhi nilai perusahaan. Sedangkan
menurut Wahyudi dan Pawestri (2006) menyatakan bahwa keputusan investasi
tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

28

2.2 . Review Peneliti Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan dasar dalam
melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Penelitian Dwi Ayuningtiyas dan Kurnia (2013) dengan judul penelitian
Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan Kebijakan Dividen dan
Kesempatan Investasi sebagai Variabel Antara. Dengan kesimpulan:

a.

Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap Kebijakan Dividen.

b.

Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap Kesempatan
Investasi.

c.

Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap Nilai Perusahaan

d.

Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap Nilai Perusahaan
melalui Kebijakan Dividen dan Kesempatan Investasi.

2.

Penelitian Ika Fanindya Jusriani dan Shiddiq Nur Raharjo (2013) dengan
judul penelitian

Analisis Pengaruh Profitabilitas, Kebijakan Dividen,

Kebijakan Utang, dan Kepemilikan manajerial terhadap Nilai Perusahaan
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2009

2011).

Dengan kesimpulan penelitian:

Profitabilitas (ROE) dan Kebijakan dividen (DPR) memiliki pengaruh positif
yang signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV), sedangkan Kebijakan utang
dan Kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap nilai perusahaan (PBV).
3.

Penelitian Umi Mardiyati et. al. (2012) dengan judul penelitian Pengaruh
Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang dan Profitabilitas Terhadap Nilai

Universitas Sumatera Utara

29

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Periode 2005-2010 . Dengan kesimpulan:
a) Kebijakan dividen yang diproksikan dengan variabel Dividend Payout
Ratio (DPR) secara parsial memiliki pengaruh yang tidak signifikan
terhadap nilai perusahaan manufaktur yang diproksikan dengan PBV.
b) Kebijakan hutang berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap
nilai perusahaan.
c) Profitabilitas memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap nilai
perusahaan.
4.

Penelitian Leli Amnah Rakhimsyah dan Barbara Gunawan (2011) dengan
judul penelitian

Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan,

Kebijakan Dividen dan Tingkat Suku Bunga terhadap Nilai Perusahaan.
Dengan kesimpulan: Keputusan investasi berpengaruh terhadap Nilai
perusahaan, Keputusan pendanaan tidak berpengaruh terhadap Nilai
perusahaan,

Kebijakan

dividen

berpengaruh

negatif

terhadap

Nilai

perusahaan dan Tingkat Suku Bunga tidak berpengaruh terhadap Nilai
Perusahaan.
5.

Penelitian Euis Soliha dan Taswan (2002) dengan judul penelitan Pengaruh
Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan serta Beberapa Faktor yang
mempengaruhinya.

Dengan kesimpulan penelitian: Kebijakan hutang

berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV),
dan Insider Ownership berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

30

Ringkasan review peneliti terdahulu disajikan dalam Tabel 2.1
Tabel 2.1.Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping)
No
1

Nama/Tahun
Dwi
Ayuningtiyas.
2013

Judul
Pengaruh
Profitabilitas
terhadap
Nilai
Perusahaan
Kebijakan Dividen
dan
Kesempatan
Investasi
sebagai
Variabel Antara

Variabel
Variabel Independen
- Profitabilitas
Variabel Antara
- Kebijakan Dividen
- Kesempatan
Investasi

Variabel Dependen
- Nilai Perusahaan

2

Ika Fanindya
Jusriani,
Shiddiq Nur
Rahardjo
2013

Analisis Pengaruh
Profitabilitas,
Kebijakan Deviden,
Kebijakan Utang,
dan
Kepemilikan
Manajerial
Terhadap
Nilai
Perusahaan (Studi
Empiris Pada
Perusahaan
Manufaktur
yang
Terdaftardi Bursa
Efek Indonesia
Periode 2009
2011)

Variabel
Independent:
- Profitabilitas
- Kebijakan
Dividen
- Kebijakan
Hutang
- Kepemilikan
Manajerial
Variabel Dependent:
- Nilai
Perusahaan

Hasil Penelitian
Hasil
Penelitian
ini
adalah:
1. Profitabilitas
berpengaruh positif
signifikan
terhadap
Kebijakan Dividen.
2. Profitabilitas
berpengaruh positif
signifikan
terhadap
Kesempatan Investasi.
3. Profitabilitas
berpengaruh positif
signifikan
terhadap
Nilai Perusahaan.
4. Profitabilitas
berpengaruh positif
signifikan
terhadap
Nilai
Perusahaan
melalui
Kebijakan
Dividen
dan
Kesempatan Investasi.
Hasil Penelitian adalah:
1. Variabel
profitabilitas(ROE)
diperoleh memiliki
pengaruh
positif
yang
signifikan
terhadapnilai
perusahaan (PBV).
Perusahaan
yang
memiliki ROE yang
besar
akan
cenderung memiliki
PBV yang lebih
besar.
2. Variabel kebijakan
dividen
(DPR)
diperoleh memiliki
pengaruh
positif
yang
signifikan
terhadap
nilai
perusahaan (PBV).
Perusahaan
yang
memiliki DPR yang
besar
akan
cenderung memiliki
PBV yang lebih
besar.

Universitas Sumatera Utara

31

No

3

4

Nama/Tahun

Judul

Umi Mardiyati
et. al
2012

Pengaruh
Kebijakan Dividen,
Kebijakan Hutang
dan
Profitabilitas
Terhadap
Nilai
Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa
Efek
Indonesia
(BEI)
Periode
2005-2010

Leli Amnah
Rakhimsyah
Dan Barbara
Gunawan
2011

Pengaruh
Keputusan
Investasi,
Keputusan
Pendanaan,Kebijak
an
Dividendan
Tingkat
Suku
Bunga
Terhadap
Nilai Perusahaan

Variabel

Hasil Penelitian

Variabel
Independent:
- Kebijakan Dividen
- Kebijakan Hutang
- Profitabilitas

3. Variabel kebijakan
utang
(DER)
diperoleh
tidak
memiliki pengaruh
yang
signifikan
terhadap
nilai
perusahaan (PBV).
4. Variabel
kepemilikan
manajerial (INSDR)
diperoleh
tidak
memiliki pengaruh
yang
signifikan
terhadap
nilai
perusahaan (PBV).
Hasil Penelitian adalah:

1. Kebijakan

dividen
yang
diproksikan
dengan
variabel
Dividend payout ratio
Variabel Dependent:
(DPR) secara parsial
- Nilai Perusahaan
memiliki
pengaruh
yang tidak signifikan
terhadap
nilai
perusahaan
manufaktur
yang
diproksikan
dengan
PBV.
2. Kebijakan
hutang
berpengaruh
positif
tetapi tidak signifikan
terhadap
nilai
perusahaan.
3. Profitabilitas memiliki
pengaruh yang positif
signifikan
terhadap
nilai perusahaan.
Variabel
Hasil Penelitian adalah:
Independent:
1. Keputusan Investasi
- Keputusan
Berpengaruh
Investasi
terhadap
Nilai
- Keputusan
perusahaan.
pendanaan
2. Keputusan
- Kebijakan Dividen
Pendanaan
tidak
berpengaruh
- Tingkat
Suku
terhadap
Nilai
Bunga
perusahaan.
3. Kebijakan Dividen
VariabelDependent:
berpengaruh negatif
- Niliai Perusahaan
terhadap
Nilai
Perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

32

N0

5

Nama/Tahun

Euis Soliha dan
Taswan
2002

Judul

Pengaruh
Kebijakan Hutang
Terhadap
Nilai
Perusahaan
Serta
Beberapa
Faktor
yang
Mempengaruhinya

Variabel

Hasil Penelitian

Variabel
Independent:
- Kebijakan Hutang
- Insider Ownership
- Firm Profitability
- Firm Size
Variabel Dependent:
- Nilai Perusahaan
- Kebijakan Hutang

4. Tingkat Suku Bunga
tidak berpengaruh
terhadap
Nilai
Perusahaan
Hasil Penelitian adalah:
1. Kebijakan
hutang
berpengaruh positif
namun
tidak
signifikan terhadap
nilai
perusahaan
(PBV).
2. Insider Ownership
berpengaruh
signifikan terhadap
nilai perusahaan

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Profitabilitas, Kebijakan Hutang, Kebijakan Dividen, Keputusan Investasi, dan Insider Ownership Terhadap Nilai Perusahaan

0 38 130

Pengaruh Profitabilitas, Cash Position dan Keputusan Investasi Terhadap Kebijakan Dividen dengan Kebijakan Utang Sebagai Variabel Intervening

1 16 112

Pengaruh Profitabilitas, Kebijakan Hutang, Kebijakan Dividen, Keputusan Investasi, dan Insider Ownership Terhadap Nilai Perusahaan

0 0 20

Pengaruh Profitabilitas, Kebijakan Hutang, Kebijakan Dividen, Keputusan Investasi, dan Insider Ownership Terhadap Nilai Perusahaan

0 0 3

Pengaruh Profitabilitas, Kebijakan Hutang, Kebijakan Dividen, Keputusan Investasi, dan Insider Ownership Terhadap Nilai Perusahaan

0 0 22

Pengaruh Profitabilitas Dan Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Dan Keputusan Investasi Sebagai Variabel Intervening

0 0 14

Pengaruh Profitabilitas Dan Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Dan Keputusan Investasi Sebagai Variabel Intervening

0 0 2

Pengaruh Profitabilitas Dan Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Dan Keputusan Investasi Sebagai Variabel Intervening

0 0 11

Pengaruh Profitabilitas Dan Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Dan Keputusan Investasi Sebagai Variabel Intervening

0 0 3

Pengaruh Profitabilitas Dan Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Dan Keputusan Investasi Sebagai Variabel Intervening

0 0 9