Pendapatan Bumn Sebagai Pendapatan Negara Ditinjau Dari Uu Bumn Dan Uu Keuangan Negara

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan hasil studi tentang BUMN yang dilakukan oleh
United and Development Organization (UNIDO), organisasi dibawah
naungan PBB untuk pengembangan industri bersama ICPE (International
Center For Public Enterprise) yang berpusat di Ljubljana, Yugoslavia,
dimana dikemukakan bahwa pada umumnya negara – negara yang
mempunyai usaha negara atau BUMN mencantumkan hasrat dan latar
belakang penguasaan negara pada bidang kehidupan yang vital dan
strategis, oleh karena bidang itu menyangkut kepentingan umum atau
masyarakat banyak. 1
Kehadiran maupun pendirian usaha negara atau BUMN di setiap
Negara sering kali berbeda. Namun demikian, umumnya latar belakang
pendirian usaha Negara atau BUMN tidak hanya didasarkan pada alasan
ideologis semata, akan tetapi sering kali pula didasari alasan ekonomis,
sosial, politik, warisan sejarah, dan sebagainya. 2
Secara historis kehadiran BUMN di Indonesia sudah ada sebelum
Indonesia merdeka, pada jaman pemerintahan Hindia Belanda dahulu
sudah dikenal Spoorswagen (SS), Gemeenschapelijke Mijnbow Maatscapij
1


Laporan dari Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI) dalam Profit dan Anatomi BUMN,
Jakarta, Edisi Kedua, Volume 1, 1989, hlm .4.
2
Sri Maemunah Suharto, Pengelompokan BUMN dalam Rangka Penyusunan Tolok Ukur
pada Evaluasi Kinerja di Indonesia, Ringkasan Disertasi, Program Pascasarjana Universitas,
(Surabaya : Airlangga, 1996), hlm.3.

Universitas Sumatera Utara

Biliton (GMB), yakni perusahaan tambang timah di Pulau Belitung,
Perusahaan Pegadaian, PLN, Jawatan Pos Telegram, dan sebagainya.
Setelah Indonesia merdeka, pemerintah Indonesia mengambil alih seluruh
perusahaan utilitas publik tersebut sebagai perusahaan Negara dengan
status jawatan, misalnya Jawatan Kereta Api, Jawatan PTT (Jawatan Pos
Telegram), Jawatan Pegadaian, Jawatan Angkutan Motor RI (DAMRI),
dan sebagainya. 3
Selain meneruskan BUMN sebagai warisan Pemerintah Hindia
Belanda, maka Pemerintah Indonesia juga mendirikan BUMN berdasarkan
ketentuan dalam Pasal 33 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia 1945.

Umumnya BUMN yang didirikan itu diatur secara tersendiri, seperti bank
– bank Negara (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri), usaha jasa penerbangan
Garuda, Pelayanan Nasional Indonesia (PELNI), pabrik semen seperti
Semen Gersik, Semen Padang, dan sebagainya.
Peran BUMN semakin bertambah penting setelah pembangunan
ekonomi mulai digalakkan melalui pembangunan sarana dan prasarana
ekonomi. Swasta dan koperasi bersama dengan BUMN pada awal
mulanya diharapkan untuk menyelenggarakan roda perekonomian ternyata
tidak dapat memainkan peran yang berarti, sehingga pemerintah merasa
perlu untuk menangani sendiri roda perekonomian nasional. Peranan
neraga pada tahun 1950an – 1970an sangat menonjol, hal ini terbukti dari
pendirian BUMN pada masa itu dipilih sebagai suatu alternatif terbaik
3

Aminuddin Ilmar, Hak Menguasai Negara Dalam Privatisasi BUMN, (Makassar :
Kencana, 2012), Hlm.73.

Universitas Sumatera Utara

guna mengembangkan roda perekonomian nasional. Mar’ie Muhammad

dan Astar Siregar mengemukakan bahwa bagi Negara – Negara sedang
berkembang kehadiran dan peranan usaha Negara merupakan kebutuhan
yang esensial untuk mempercepat pembangunan nasional. 4
Berbagai investasi sangat diperlukan untuk memicu pertumbuhan
roda perekonomian nasional, akan tetapi usaha

swasta nsional dan

koperasi belum sepenuhnya dapat diandalkan, sehingga Negara tampil ke
depan dan melakukan perannya melalui pendirian BUMN sebagai
perusahaan perintis atau pioneer dalam perekonomian nasional, sebelum
akhirnya usaha swasta dan koprasi sanggup melaksanakan dan
menyelenggarakan cabang – cabang produksi yang tidak menguasai hajat
hidup orang banyak.
Konsep pendirian BUMN tidak hanya didasari pada ketentuan
didalam Pasal 33 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia 1945, akan
tetapi didasari juga dengan pertimbangan sebagai usaha perintis kegiatan
ekonomi yang belum dapat dilaksanakan oleh usaha swasta dan koperasi.
Apabila BUMN yang didirikan itu dianggap sukses, maka tahap demi
tahap saham BUMN akan dijual kepada pada investor swasta. 5

Dalam ketentuan Pasal 4 ayat (1) dan (2) Undang – undang No. 19
Prp 1960 tentang Perusahaan Negara disebutkan secara jelas sifat
pendirian BUMN, yakni BUMN merupakan kesatuan produksi yang

4

Mar’ie Muhammad dan Astar Siregar, “Badan Usaha Milik Negara,” dalam Hendra
Esmara (Penyuting), Memelihara Momentum Pembangunan, (Jakarta : Gramedia, 1985), hlm. 212.
5
Rudhi Prasetya dan Neil Hamilton, “The Regulation of Indonesia State Enterprises,”
Malaya Law Review, volume 16, Nomor 2, 1977, hlm.305.

Universitas Sumatera Utara

bersifat memberi jasa, menyelenggarakan kemanfaatan umum, dan
memupuk pendapatan. Dengan melihat ketentuan diatas dapat dilihat
perbedaan yang mendasar antara perusahaan BUMN dan perusahaan
swasta dan koperasi, dimana perusahaan swasta dan koperasi meletakkan
pemupukan keuntungan sebagai hal yang utama. Sedangkan pendirian dari
perusahaan BUMN harus pula sejalan dengan tujuan umum dari Negara,

yakni meningkatkan kesejahteraan umum dan memcerdaskan kehidupan
bangsa, sehingga sudah selayaknya jika BUMN tidak hanya difungsikan
sebagai unit ekonomi yang melaksanakan fungsi profitisasi semata, tetapi
diharuskan juga melaksanakan fungsi sosial.
Akan tetapi sekarang ini adanya keinginan dari pemerintah dan
sebagian pakar untuk memfokuskan BUMN pada upaya profitisasi.
Umumnya mereka melihat bahwa penyatuan kedua fungsi tersebut pada
dasarnya bertolak belakang dalam penyelenggaraan BUMN dan tidak akan
dapat menghasilkan suatu kinerja usaha yang maksimal, oleh karenanya
mereka mengusulkan untuk mempertegas misi dan tujuan serta peranan
BUMN. 6
Keinginan pemerintah

untuk mengarahkan semua BUMN ke

dalam bentuk BUMN Persero dengan mengukur tingkat keberhasilan
BUMN melalui pengukuran secara kuantitatif dengan dasar return on
investment (ROI), keseimbangan modal dan asset serta keuntungan, tanpa
memerhatikan maksud dan tujuan pendirian BUMN pada awal mulanya
6


Rudhi Prasetya, “Beberapa Segi Perusahaan Negara, Yayasan Penelitian dan
Pengembangan Hukum (Law Centre), Nomor 2, 1975, hlm.41.

Universitas Sumatera Utara

sesuai dengan ketentuan UU No. 19 Tahun 1969 tentang bentuk – bentuk
Usaha Negara merupakan suatu kesalahan yang sangat mendasar.
Seperti dikemukakan oleh Mar’ie Muhammad dan Astar Siregar,
bahwa peran penting dari BUMN sangat ditentukan oleh sifat, maksud,
dan tujuan pendirian BUMN tersebut. 7 Sementara Todung Mulya Lubis
mengemukakan bahwa pengertian BUMN sendiri banyak bergantung dari
sistem hukum dan sistem ekonomi dari Negara yang bersangkutan. 8
Pasal 1 Prp No. 19 Tahun 1960 tentang Perusahaan Negara
sebagaimana pernah diberlakukan, yang sekarang menjadi UU No. 19
Tahun 2003 tentang BUMN, dikemukakan pengertian BUMN sebagai
semua perusahaan dalam bentuk apa pun yang modalnya untuk seluruhnya
merupakan kekayaan Negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain
dengan atau berdasarkan ketentuan undang – undang. 9 Hal yang sama
dikemukakan pula dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor

740/KMK.00/1989 tentang Peningkatan Efisiensi dan Produktivitas
BUMN, dimana pengertian BUMN adalah badan usaha yang seluruh
modalnya dimiliki oleh negara dan badan usaha yang tidak seluruh
sahamnya dimiliki oleh Negara tetapi statusnya disamakan dengan
BUMN, yakni BUMN yang merupakan patungan atau kerja sama antara
pemerintah dengan pemerintah daerah, BUMN yang merupakan badan
usaha yang merupakan patungan antara pemerintah dengan BUMN

7

Mar’ie Muhammad dan Astar Siregar, Badan Usaha Milik Negara, (Jakarta:Gramedia,
1985) ,hlm.218.
8
T. Mulya Lubis, Hukum dan Ekonomi, (Jakarta : Sinar Harapan, 1987), hlm.59.
9
Aminuddin Ilmar, Op.cit.,hlm.78.

Universitas Sumatera Utara

lainnya, dan BUMN yang merupakan badan usaha patungan dengan usaha

swasta nasional/asing, dengan saham mayoritas minimal 51%. 10
Rumusan lain dari BUMN dikemukakan P.de Haan, et al., (1986)
yang mengemukakan bahwa perusahaan Negara itu berbeda dengan badan
– badan pemerintahan, dan bahwasanya perusahaan Negara itu melakukan
pengurusan yang berkaitan dengan perdagangan dengan didasarkan untung
rugi, penerimaan dan pengeluaran modal. 11 Selanjutnya dikemukakan
bahwa seandainya perusahaan Negara itu tidak dapat memperoleh
keuntungan, akan tetapi pada dasarnya sedapat mungkin memperoleh
keuntungan sebagai penutup atau pengganti biaya yang telah dikeluarkan
oleh perusahaan Negara itu. 12
Dahulu BUMN dibagi menjadi tiga bentuk usaha Negara yakni
sebagai berikut:
1. Semua perusahaan yang didirikan dan diatur menurut ketentuan
IBW dengan stbl.1972 Nomor 419 dinamakan Perusahaan
Jawatan disingkat “Perjan.”
2. Semua perusahaan yang modal seluruhnya dimiliki oleh
Negara dari kekayaan Negara yang dipisahkan dan yang tidak
dibagi atas saham – saham yang didirikan dan diatur
berdasarkan ketentuan Undang – undang Nomor 19 prp
Tahun1960 dan telah diganti dengan PP Nomor 13 Tahun


10

Ibid.,hlm.79.
P. de Haan et al., “Bestuursrech in de Sociale Rechtstaat, Deel 1”, Kluwer-Deventer,
Amsterdam, 1986, hlm.161.
12
Ibid.,162.
11

Universitas Sumatera Utara

1998, perusahaan ini dinamakan Perusahaan Umum disingkat
“Perum.”
3. Semua perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas yang
diatur menurut Kitab Undang – undang Hukum Dagang
(KUHD) dengan stbl.1847 Nomor 23 telah diganti melalui
Undang – undang Nomor 1 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (PT), baik yang sahamnya untuk seluruhnya atau
untuk sebagiannya dimiliki oleh Negara dari kekayaan Negara

yang

dipisahkan,

perusahaan

ini

dinamakan

dengan

“persero.” 13
Berbeda dengan kedua bentuk usaha BUMN lainnya, yakni Perjan
yang memang dikhususkan untuk mengelola dan melayani kebutuhan yang
menyangkut hajat hidup orang banyak dan tidak diarahkan untuk
memperoleh keuntungan dan kini Perjan sudah tidak ada lagi, sedangkan
Perum diarahkan sebagai perusahaan yang dapat menutup operasinya
dengan memperoleh keuntungan, tetapi bukan menjadi tujuan utamanya.
Lain halnya dengan BUMN Persero yang memang diarahkan untuk

memperoleh keuntungan dalam arti, karena baiknya pelayanan yang
diberikan dan pembinaan organisasi yang baik, efektif, efisien, dan
ekonomi

secara

business

zakelijik,

cost

accounting

principles,

management effectiveness, dan pelayanan umum yang baik dan
memuaskan dengan memperoleh surplus atau laba. Status hukumnya

13

Aminuddin Ilmar, Op.cit.,hlm.84.

Universitas Sumatera Utara

sebagai badan hukum perdata, yang berbentuk perseroan terbatas. Modal
pendirian persero baik seluruhnya atau sebagian merupakan milik Negara
dari kekayaan Negara yang dipisahkan, sehingga dimungkinkan adanya
joint dan mixed enterprise dengan swasta (nasional dan/atau asing) dan
adanya penjualan saham – saham perusahaan milik Negara. 14
Selain itu BUMN persero tidak memiliki semua fasilitas Negara
dan dipimpin oleh suatu direksi. Dan peranan Negara adalah sebagai
pemegang saham

dalam perusahaan. Intensitas madezeggenschap

terhadap perusahaan bergantung pada besarnya jumlah saham (modal)
yang dimiliki, atau berdasarkan perjanjian tersendiri antara pihak
pemerintah dan pihak pemilik (pendiri) lainnya.

15

Menurut ketentuan Undang – undang No. 19 Tahun 2003 tentang
BUMN pada pasal 1, bagian ketentuan umum, butir (1), dan (2)
mengatakan,

Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut

BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya
dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari
kekayaan negara yang dipisahkan. Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya
disebut Persero, adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang
modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 %
(lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik
Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. Dari penguraian
pasal 1 UU No.19 Tahun 2003 diatas dapat diketahui bahwa modal yang
14
15

Ibid. hlm.85.
Ibid. hlm.86.

Universitas Sumatera Utara

dimiliki BUMN persero berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan
minimal 51%. Dalam hal ini berarti Negara merupakan pemilik saham
mayoritas. Pada UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
dikatakan kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau
oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak
lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan
pada perusahaan negara/ perusahaan daerah. Sedangkan pada UU No.15
Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan dikatakan bahwa BPK
bertugas memeriksa pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan
Negara yang dilakukan oleh BUMN.
Dari hal tersebut diatas apabila melihat adanya kekayaan Negara
yang dipisahkan yang terdapat pada perusahaan BUMN maka kekayaan
Negara tersebut seharusnya mendapat pemeriksaan dari BPK. Dan hal ini
merupakan perdebatan yang beberapa waktu lalu diujimaterikan di MK.
Kerancuhan makna kekayaan Negara yang dipisahkan pada UU Keuangan
Negara menjadikan keberadaan Keuangan BUMN kurang jelas, disatu sisi
BUMN seharusnya diperiksa oleh BPK, disisi lain karena tidak hanya
kekayaan Negara yang ada didalam BUMN tidak perlu diperiksa oleh
BPK. Dari segi pendapatan pun menjadi kabur, bagaimana pendapatan
BUMN tersebut dikatakan pendapatan Negara, sementara tidak seluruh
kekayaan BUMN merupakan kekayaan Negara. Tidak hanya itu, hal ini
juga akan berpengaruh apabila direksi melakukan penyimpangan atas
keuangan BUMN.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan latar belakang yang telah Penulis buat, Penulis tertarik
untuk meninjau secara yuridis bagaimana makna dari kekekayaan Negara
yang dipisahkan pada BUMN sebenarnya, dan bagaimana hubungannya
terhadap pendapatan BUMN serta penyimpangan – penyimpangan
keuangan yang dilakukan oleh direksi. Penulis berharap, dengan adanya
penulisan ini, maka makna dari keuangan Negara menjadi jelas. Demi
terciptanya perusahaan – perusahaan BUMN yang dapat memajukan
perekonomian Indonesia, bukannya justru menutupi penyelewengan
keuangan negara oleh pihak – pihak yang tidak bertanggung jawab di
Negara ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana

peran

dan

kewenangan

Negara

terhadap

perusahaan BUMN ditinjau dari pengaturan perundang –
undangan yang ada?
2. Bagaimana pengertian dari “Kekayaan Negara” dalam
pendapatan BUMN, dapat mengakibatkan tuduhan tindak
pidana korupsi yang mengancam Direksi BUMN?
3. Pendapatan

BUMN

yang

manakah

yang

merupakan

pendapatan Negara jika ditinjau dari peraturan yang mengatur

Universitas Sumatera Utara

tentang

pendapatan

BUMN

dan

pendapatan

Negara?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.

Tujuan Penulisan
Adapun tujuan utama dalam Penulisan Skripsi ini adalah untuk

memenuhi syarat guna mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara dan sebagai tambahan pengetahuan.
Namun berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan
yang akan dicapai dalam penulisan ini adalah :
a.

Untuk mengetahui dan menganalisis lebih lanjut mengenai
pengaturan peran dan kewenangan Negara terhadap BUMN
dalam peraturan perundang – undangan yang terkait.

b.

Untuk mengetahui dan menganalisis lebih lanjut mengenai
pengertian dari “Kekayaan Negara” dalam pendapatan BUMN,
serta hubungannya dengan tuduhan tindak pidana korupsi yang
mengancam Direksi BUMN.

c.

Untuk mengetahui dan menganalisis lebih lanjut mengenai
Pendapatan BUMN yang merupakan pendapatan Negara
ditinjau dari peraturan yang mengatur tentang pendapatan
BUMN dan pendapatan Negara.

2.

Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan ini adalah :

Universitas Sumatera Utara

a.

Secara Teoritis, penulisan skripsi ini dapat dijadikan sebagai
bahan

kajian

pengetahuan

di

guna

mengembangkan

bidang

Hukum

khasanah

Perusahaan

ilmu

khususnya

mengenai Pendapatan BUMN dalam rangka pemeliharaan
BUMN di Indonesia yang sehat, efisien dan transparan. Bebas
dari tindakan kejahatan yang dapat merugikan para pihak,
terutama Negara.
b.

Secara Praktis, penulisan skripsi ini dapat memberikan
sumbangan pemikiran secara yuridis mengenai bagaimana
kondisi Pendapatan BUMN serta bagaimana seharusnya
pengunaan Kekayaan Negara yang ada di dalam BUMN, serta
menelaah lebih lanjut kemungkinan penyelewengan Kekayaan
Negara pada BUMN oleh Direksi BUMN.

D. Keaslian Penulisan
Bahwa skripsi ini yang berjudul “Pendapatan BUMN Sebagai
Pendapatan Negara di Tinjau dari UU BUMN dan UU Keuangan
Negara” yang diangkat penulis dalam skripsi ini belum pernah ditulis di
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Skripsi ini memiliki keterkaitan sebagai perbandingan dengan skripsi
yang pernah dibahas oleh Happy Pardede dalam skripsinya yang berjudul
“Kewenangan badan pemeriksaan keuangan (BPK) mengaudit perusahaan
badan usaha milik Negara (BUMN) ditinjau dari Undang – undang No. 19

Universitas Sumatera Utara

Tahun 2003 Tentang BUMN dan Undang – undang No. 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara”, dan oleh Theresia DM. Simanjuntak dalam
skripsi yang berjudul “Tinjauan Yuridis Implementasi audit terbatas BPK
selaku auditor Negara terhadap pemeriksaan BUMN/BUMD berdasarkan
UU No. 15 Tahun 2006 tentang BPK.
Perbedaan pembahasan yang diangkat oleh penulis dengan yang
ditulis oleh Happy Pardede dan Theresia DM. Simanjuntak, sangatlah
signifikan, yakni Happy Pardede dan Theresia DM. Simanjutak membahas
peran audit dari BPK terhadap Perusahaan BUMN, sedangkan penulis
lebih menitikberatkan pembahasannya pada sejauh mana makna dari
Kekayaan Negara yang terkandung di dalam Pendapatan BUMN.
Penulisan Skripsi ini dimulai dari mengumpulkan bahan-bahan yang
berkaitan dengan Perusahaan BUMN, Pendapatan dari Perusahaan
BUMN, serta Kekayaan Negara yang terkadung di dalam BUMN yang
dijadikan sebagai bahan ulasan, peraturan perundang-undangan yang
berkaitan, baik melalui literatur yang diperoleh dari perpustakaan, media
cetak maupun media elektronik. Sehubungan dengan keaslian judul skripsi
ini, penulis membuktikan bahwa judul skripsi tersebut belum ada atau
belum terdapat di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.
Apabila dikemudian hari, ternyata terdapat judul yang sama atau
telah ditulis oleh orang lain dalam bentuk skripsi sebelum skripsi ini

Universitas Sumatera Utara

dibuat, maka hal tersebut dapat diminta pertanggungjawaban dikemudian
hari.

E. Tinjauan Kepustakaan
Undang-Undang BUMN Indonesia memberikan batasan BUMN
dalam Pasal 1 angka (1) dan (2) yakni Badan Usaha Milik Negara, yang
selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Perusahaan
Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang
berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang
seluruh atau paling sedikit 51 % (lima puluh satu persen) sahamnya
dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar
keuntungan. 16 Perusahaan Perseroan, merupakan BUMN yang berbentuk
perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau
paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh
Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.
Hal inilah yang membedakannya dengan bentuk BUMN lainnya, yaitu
Perusahaan Umum (Perum). Perusahaan Umum, merupakan BUMN yang
seluruh modalnya dimiliki Negara dan tidak terbagi atas saham, yang
bertujuan untuk kemanfataan umum berupa penyediaan barang dan/atau
16

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN ( Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3608)

Universitas Sumatera Utara

jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan
prinsip pengelolaan perusahaan (Pasal 1 angka 4 Undang-Undang
BUMN). Berdasarkan kedua ketentuan pasal di atas menunjukan
kedudukan pemerintah selaku pemegang saham dan pemilik modal pada
kedua bentuk BUMN tersebut. Kedudukan pemerintah selaku pemegang
saham merupakan cerminan kepemilikan modal pemerintah pada
Perusahaan Perseroan, sedangkan kedudukan pemerintah sebagai pemilik
modal merupakan cerminan kepemilikan pemerintah pada Perusahaan
Umum. Kedudukan pemerintah sebagai pemegang saham dan atau pemilik
modal dalam BUMN sejalan dengan tugas dan kewenangan pemerintah
terhadap pembinaan BUMN.
Secara sederhana, BUMN dapat didefinisikan sebagai Bentuk
usaha yang seluruh sahamnya atau minimal saham mayoritasnya dimiliki
oleh Negara. 17
Undang – Undang Keuangan Negara member definisi kekayaan
Negara pada pasal 2 butir (g) yakni kekayaan negara/kekayaan daerah
yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga,
piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang,
termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/ perusahaan
daerah. 18

17

Aminuddin Ilmar, Op.cit.,hlm.79.
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara ( Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3608)
18

Universitas Sumatera Utara

Maksud dan tujuan pendirian Perusahaan Perseroan di Indonesia
ditentukan dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003
Tentang Badan Usaha Milik Negara (Undang-Undang BUMN), yaitu
sebagai berikut:
1. Menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan
berdaya saing kuat;
2. Mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan. 19
Penjelasan Pasal 12 Undang-Undang BUMN menentukan :
Persero sebagai salah satu pelaku ekonomi nasional dituntut untuk dapat
memenuhi permintaan pasar melalui penyediaan barang dan/atau jasa yang
bermutu tinggi dan berdaya saing kuat baik dipasar dalam negeri maupun
internasional. Dengan demikian dapat meningkatkan keuntungan dan nilai
Persero yang bersangkutan sehingga akan memberikan manfaat yang
optimal bagi pihak-pihak terkait. Tuntutan untuk dapat menyediakan
barang dan/jasa yang bermutu tinggi merupakan bagian dari maksud dan
tujuan pendirian Perusahaan Perseroan, agar Perusahaan Perseroan mampu
menghadapi perkembangan dunia bisnis, sedangkan sifat mengejar
keuntungan/laba (profit oriented) merupakan konsekuensi langsung dari
kedudukan Perusahaan Perseroan sebagai Perseroan Terbatas.
Undang-Undang BUMN memberikan penugasan lain kepada
Perusahaan Perseroan sebagai BUMN, selain maksud dan tujuan pendirian

19

Pasal 12 Undang – undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN ( Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3608)

Universitas Sumatera Utara

Perusahaan Perseroan sebagaimana diatur dalam pasal 12 Undang-Undang
BUMN. Penugasan tersebut merupakan penugasan khusus yang diberikan
kepada Perusahaan Perseroan sebagai BUMN untuk melaksanakan tugas
pelayanan umum.
Ketentuan yang dimaksud adalah pasal 66 Undang-Undang
BUMN, yang menentukan :
(1)Pemerintah dapat memberikan penugasan khusus kepada
BUMN menyelenggarakan fungsi kemanfaatan umum dengan tetap
memperhatikan maksud dan tujuan kegiatan BUMN.
(2)Setiap penugasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus
terlebih dahulu mendapatkan persetujuan RUPS/Menteri. 20
Penjelasan Pasal 66 Undang-Undang BUMN menentukan :
Ayat (1)
Meskipun BUMN didirikan dengan maksud dan tujuan untuk
mengejar keuntungan, tidak tertutup kemungkinan untuk hal-hal yang
mendesak, BUMN diberikan penugasan khusus oleh pemerintah. Apabila
penugasan tersebut menurut kajian secara finansial tidak fisibel,
pemerintah harus memberikan kompensasi atas semua biaya yang telah
dikeluarkan oleh BUMN tersebut termasuk margin yang diharapkan.
Ayat (2)

20

Pasal 66 Undang – undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN ( Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3608)

Universitas Sumatera Utara

Karena penugasan pada prinsipnya mengubah rencana kerja dan
anggaran perusahaan yang telah ada, penugasan tersebut harus diketahui
dan disetujui pula oleh RUPS/Menteri.
Organ Dalam Perusahaan Perseroan Pasal 13 Undang-Undang
BUMN menentukan organ dalam Perusahaan Perseroan terdiri atas :
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
2. Direksi
3. Komisaris 21
Organ dalam Perusahaan Perseroan sama seperti organ dalam
Perseroan Terbatas, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Perseroan
Terbatas (Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007). Perbedaanya adalah
pada tugas dan kewenangan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
dalam Perusahaan Perseroan. Pengertian RUPS dalam Perusahaan
Perseroan mempunyai makna yang berbeda dengan RUPS pada Perseroan
Terbatas pada umumnya. RUPS dalam Perusahaan Perseroan adalah
Menteri dalam hal seluruh saham Perusahaan Perseroan dimiliki oleh
Negara. Undang-Undang BUMN juga mengenal pranata hukum lain selain
ketiga organ tersebut, seperti Satuan Pengawas Intern (Pasal 67 Undang Undang BUMN), komite audit dan komite lainnya (Pasal 70 UndangUndang BUMN). Satuan Pengawas Internal merupakan aparat pengawas
internal

perusahaan,

yang

dipimpin

oleh

seorang

kepala

yang

bertanggungjawab kepada Direktur Utama. Satuan Pengawas Internal
21

Pasal 13 Undang – undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN ( Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3608)

Universitas Sumatera Utara

dibentuk untuk membantu Direktur Utama dalam

melaksanakan

pemeriksaan internal keuangan dan pemeriksaan operasional BUMN serta
menilai pengendalian, pengelolaan, dan pelaksanaannya pada BUMN yang
bersangkutan

serta

memberikan

saransaran

perbaikannya.

Pertanggungjawaban Satuan Pengawas Internal diberikan kepada Direktur
Utama perusahaan.
Ketentuan lebih lanjut tentang Komite Audit diatur lebih lanjut
dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor : Kep-103/MBN/2002 tentang
Pembentukan Komite Audit Badan Usaha Milik Negara. Pasal 2
Keputusan Menteri tersebut menentukan :
1. Komisaris/Dewan Pengawas BUMN dapat membentuk Komite
Audit, yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu
Komisaris/Dewan Pengawas dalam melaksanakan tugasnya.
2. Komite Audit bersifat mandiri, baik dalam pelaksanan tugasnya
maupun dalam pelaporan dan bertanggungjawab langsung kepada
Komisaris/Dewan Pengawas. 22

22

Pasal 2 Kep-103/MBN/2002 tentang Pembentukan Komite Audit Badan Usaha Milik

Negara.

Universitas Sumatera Utara

F. Metode Penulisan
Didalam suatu penulisan skripsi, posisi metodelogi sangatlah penting
sebagai suatu pedoman. Pedoman ini nantinya akan menjelaskan mengenai
apa yang seharusnya atau yang tidak seharusnya dilakukan dalam
penulisan.
1.

Tipe Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini, digunakan metode penelitian yuridis
normatif. Metode yuridis normatif bersifat kepustakaan yakni bahanbahan yang diperoleh berdasarkan pada bahan hukum primer,
sekunder, tersier yaitu inventarisasi peraturan-peraturan 23 yang
berkaitan dengan pendapatan perusahaan BUMN yang didalamnya
terkandung

Kekayaan

Negara

serta

yang

berkaitan

dengan

kemungkinan penyelewengan kekayaan Negara yang terdapat didalam
BUMN yang dapat menimbulkan tuduhan tindak pidana korupsi
terhadap Direksi BUMN.
2.

Jenis Data
Bahan atau Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah Data Sekunder yang terdiri dari sumber hukum primer berupa
peraturan perundang-undangan yaitu Undang – Undang No. 19 Tahun
2003 tentang BUMN, Undang – Undang No. 17 Tahun 2003 Tentang
Keuangan Negara, serta peraturan perundang-undangan lain yang
berkaitan. Selain itu bahan hukum sekunder seperti literatur yang

23

Bambang Sungono, Metode Penelitian Hukum (Suatu Pengantar), (Jakarta:PT Raja
Grafindo Persada, 2001), hlm.12.

Universitas Sumatera Utara

diperoleh dari perpustakaan seperti bahan bacaan, buku-buku, jurnaljurnal dan artikel-artikel yang berhubungan dengan Pendapatan
BUMN dan Kekayaan Negara . Serta kamus – kamus hukum dan
ensiklopedia yang dipergunakan sebagai bahan hukum tersier yang
mendukung data primer maupun sekunder.
3.

Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian ini
adalah dengan cara penelitian kepustakaan (library research) yaitu
penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan literatur dengan
sumber data berupa bahan hukum primer dan ataupun bahan hukum
sekunder yang ada hubungannya dengan permasalahan yang dibahas
oleh penulis.

4.

Teknik Analisis Data
Dalam mengolah dan menganalisis data yang akan digunakan
adalah metode kualitatif. Pendekatan kualitatif memusatkan kepada
prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan satuan-satuan gejala
yang ada dalam kehidupan manusia, atau pola-pola yang dianalisis
gejala-gejala sosial budaya dengan menggunakan kaidah-kaidah
hukum positif yang bersangkutan untuk memperoleh gambaran
mengenai pola-pola yang berlaku. 24 Oleh karenanya analisis yang
dilakukan seputar permasalahan makna Kekayaan Negara yang
terdapat dalam Pendapatan Perusahaan BUMN, dan bagaimana

24

Ibid., hlm.14.

Universitas Sumatera Utara

penyelewengan

terhadap

Kekayaan

Negara

tersebut

dapat

menyebabkan Tuduhan Tindak Pidana Korupsi .

G. Sistematika Penulisan
Dalam menguraikan permasalahan dan pembahasan penulisan yang
berjudul “Pendapatan BUMN Sebagai Pendapatan Negara di Tinjau
dari UU BUMN dan UU Keuangan Negara “ penulis membagi
penelitian ini dalam 5 bab yaitu :
Bab I berupa pendahuluan yang merupakan penjelasan tentang latar
belakang pemilihan judul, dan permasalahan serta ruang lingkup dan
pokok permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini. Penjelasan itu juga
meliputi tujuan penulisan, kerangka konsepsional serta metode penulisan
yang di pergunakan.
Bab II berupa penjabaran mengenai Peran dan Kewenangan
Negara Terhadap Perusahaan BUMN. Termasuk didalamnya Makna
BUMN, Sejarah BUMN,

Pembentukan BUMN, Kedudukan BUMN

dalam Ekonomi Nasional, Lembaga – lembaga Negara yang Berperan dan
Berwenang Atas Perusahaan BUMN, Peraturan Perundang – undangan
yang Mengatur Kewenangan Negara Terhadap Perusahaan BUMN
Bab III berupa penjabaran mengenai Pengertian dari “Kekayaan
Negara” dalam Pendapatan BUMN, dapat Mengakibatkan Tuduhan
Tindak Pidana Korupsi yang Mengancam Direksi BUMN. Termasuk
didalamnya pembahasan mengenai Makna Kekayaan Negara, Pendapatan

Universitas Sumatera Utara

BUMN,

Keberadaan

Direksi

Pada

Perusahaan

BUMN,

serta

Penyelewengan Pendapatan BUMN oleh Direksi yang Mengakibatkan
Tuduhan Tindak Pidana Korupsi.
Bab IV berupa penjabaran mengenai Pendapatan BUMN yang
Merupakan Pendapatan Negara Jika Ditinjau dari Peraturan yang
Mengatur Tentang Pendapatan BUMN dan Pendapatan Negara. Termasuk
didalamnya Pendapatan Negara dan Pendapatan BUMN.
Bab V merupakan Penutup berisi Kesimpulan dan Saran dari
Penulisan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara