Analisis Agribisnis sebagai Ilmu Ekonomi

Analisis Agribisnis sebagai Ilmu Ekonomi dan Sistem Ekonomi

Posted on April 10, 2012 by Mutiara S Zainal

Standar

BAB I PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Agribisnis pada hakikatnya merupakan bagian dari sistem ekonomi. Hal tersebut didasari dengan seluruh kegiatan yang melibatkan pembuatan dan penyaluran sarana usahatani; kegiatan produksi di unit usahatani; penyimpanan, pengolahan dan distribusi komoditas usahatani dan berbagai produk yang dibuat dari proses produksi tersebut.
Secara garis besar, seluruh kegiatan usahatani dalam agribisnis berlandaskan pada ilmu ekonomi. Hal tersebut merunut pada hakikat agribisnis sebagai bagian dari sistem ekonomi. Namun demikian, tidak sepenuhnya agribisnis membahas tentang ilmu ekonomi.
Dewasa ini, masih terdapat berbagai pemahaman manusia akan keterpisahan manajemen agribisnis dengan syariah Islam. Akibatnya, sering terjadi praktik-praktik agribisnis yang bertentangan dengan syariah Islam serta tidak mengindahkan tanda-tanda kebesaran dan keberadaan Allah SWT. Padahal, manajemen agribisnis dengan syariah Islam adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Kedua aspek tersebut saling melengkapi satu sama lain, sehingga menjadi kesatu-paduan ilmu yang dinamakan agribisnis.

II. Rumusan Masalah
1. Pengertian Agribsisnis
2. Sub Sistem Agribisnis sebagai ilmu ekonomi
3. Sub Sistem sebagai sistem ekonomi
4. Menegaskan makna agribisnis syariah untuk setiap sub sistem Agribisnis

II. Tujuan Penulisan
1. Sebagai bahan penyempurnaan nilai mata kuliah Agribisnis dalam Islam oleh
2. Menginformasikan pembaca bahwa agribisnis beserta subsistemnya merupakan bagian dari ilmu dan sistem ekonomi.
3. Meluruskanmindset pembaca yang pada umumnya memiliki pemahaman bahwa agribisnis dan syariah Islam adalah sesuatu yang terpisah.

BAB II PEMBAHASAN

I. Agribisnis Bagian dari Sistem Ekonomi

I.I. Agribisnis

Agribisnis didefinisikan sebagai keseluruhan aktivitas produksi dan distribusi sarana produksi usaha tani, aktivitas usaha tani, serta penyimpanan, pengolahan, distribusi komoditas usaha tani, dan aktivitas lain yang membentuk produk tersebut. Sistem Agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub-sub sistem yang saling terkait satu sama lainnya.Secara umum agribisnis dapat dipandang dari dua segi, yaitu agribisnis sebagai suatu sistem dan agribisnis sebagai suatu bidang usaha (perusahaan pertanian).

I.II. Agribisnis Sebagai Suatu Sistem
Pada dasarnya sistem dapat didefinisikan sebagai sekumpulan unsur-unsur (subsistem-subsistem ) yang saling berhubungan melalui berbagai bentuk interaksi dan bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang tedrtentu. Karakteristik atau ciri-ciri suatu sistem adalah sebagai berikut :
• Terdiri atas unsur-unsur/komponen-komponen/subsistem-subsistem yang membentuk satu kesatuan (totalitas) sistem .
• Adanya tujuan dan saling ketergantungan antara satu subsistem dengan subsistem yang lainnya.
• Adanya interaksi antar subsistem.
• Mengandung mekanisme, kadang-kadang disebut juga sebagai transformasi (dalam sistem produksi misalnya mengubah input menjadi output)
• Ada lingkungan yang mengakibatkan dinamika sistem (cuaca, lingkungan ekonomi, sosial-budaya, hukum dan politik, perkembangan teknologi, persaingan, kekuatan eksternal lainnya).

Pengertian agribisnis sebagai suatu sistem dikemukakan oleh pencetus agribisnis, yaitu Davis dan Goldberg (1957) sebagai berikut :
“Agribusiness is the sum total of all operations involved in the manufacture and distribution of farm supplies; production activities on the farm; and the storage, processing and distribution of farm comodities and items made form them” (Agribisnis adalah jumlah total dari seluruh kegiatan yang melibatkan pembuatan dan penyaluran sarana usahatani; kegiatan produksi di unit usahatani; penyimpanan, pengolahan dan distribusi komoditas usahatani dan berbagai produk yang dibuat darinya).

Adjid,DA (2001) mengemukakan bahwa agribisnis konsep dari suatu sistem yang integrative yang terdiri dari beberapa subsistem, yaitu
(1) subsitem pengadaan sarana produksi pertanian (Agroinput),
(2) subsistem produksi pertanian (Agro product),
(3) subsistem pengolahan dan industri hasil pertanian (agroindustry),
(4) subsistem pemasaran hasil pertanian (agromarketing), dan
(5) subsistem kelembagaan penunjang kegiatan pertanian (agro supporting).

Subsistem kedua merupakan on-farmagribusiness, sedangkan subsistem yang lain merupakan off-fram agribusiness. Sedangkan subsistem agribisnis adalah bagian dari sistem agribisnis di mana suatu usaha terkait atau terpengaruh langsung maupun tidak langsung dengan suatu proses produksi biologis.
Berikut ini akan dibahas secara singkat masing-masing subsistem agribisnis ini dan para pelakunya mulai dari subsistem agribisnis hulu sampai dengan subsistem agribisnis hilir.

1. Subsistem Pasokan Input (Agro-input).
Subsistem pasokan input atau sektor masukan ini adalah mewadahi semua pengusaha, baik skala kecil, menengah maupun besar yang menyediakan atau memasok input bagi para petani di subsistem usahatani (on-farm atau agro-production). Mereka adalah para pemasok benih/bibit tanaman, ternak dan ikan; produsen pupuk, pestisida, makanan ternak/ikan, alat dan mesin pertanian, vaksin hewan, bahan bakar; para pemasok tenaga kerja (hewan dan manusia) dan sektor pembiayaan misalnya Bank Pertanian, koperasi kredit, dan sebagainya. Subsistem pemasok input mempunyai peranan penting dalam meningkatkan efisiensi usahatani (penggunaan mesin¬-mesin pertanian yang dapat menghemat pemakaian tenaga kerja manusia, terutama di daerah kekurangan penduduk) dan produktivitas hasil (penggunaan bibit unggul dan pupuk buatan), serta perluasan usahatani (melalui peminjaman modal dari lembaga pembiayaan usahatani). Di AS misalnya, pada tahun 1986 para petani membeli sekitar 70 persen dari semua input yang mereka gunakan dalam proses produksi di tingkat usahatani. Di Indonesia angka tersebut mungkin tidak jauh berbeda khususnya untuk para petani modern (petani berdasi) dan usahatani dalam bentuk perkebunan (estate), tetapi mungkin lebih rendah untuk petani kecil atau petani pada umumnya. Karena itu, sektor input yang efisien, yang mampu memasok input dalam jumlah dan waktu yang tepat merupakan fakta penentu untuk meningkatkan atau paling tidak mempertahankan peningkatan efisiensi produksi yang telah dicapai pada saat sebelumnya. Di Indonesia, para petani tidak jarang menghadapi kesulitan dalam memperoleh input utama seperti pupuk, pakan, pestisida/obat-obatan veteriner dan kredit usahatani yang menyebabkan tidak optimalnya hasil dan pendapatan yang diperoleh petani. Pupuk dan pestisida adakalanya sulit diperoleh pada tempat dan waktu yang dibutuhkan dan pencairan kredit yang datangnya terlambat. Di Indonesia institusi pemerintah yang bertanggung jawab untuk memajukan sektor ini terdiri atas: Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Departemen Keuangan dan mungkin juga Departemen Koperasi dan UMKM.

2. Subsistem Usahatani (Agro-Production)
Ini adalah sektor pusat (inti) dalam agribisnis. Apabila ukuran, tingkat output, dan efisiensi sektor ini meningkat pesat, sektor lain (off-farm) juga akan ikut berkembang baik. Baik buruknya keadaan sektor ini akan berdampak langsung terhadap situasi keuangan sektor hulu (sektor input) dan sektor hilir (pengolahan dan distribusi/pemasaran). Di Indonesia subsistem ini barangkali yang paling banyak menyerap tenaga kerja.Di sini berhimpun jutaan petani kecil/gurem, ribuan petani menengah dan ratusan petani skala besar. Di Indonesia tugas untuk memajukan subsistem ini berada di bawah tanggung jawab beberapa departemen yaitu: Departemen Pertanian (komoditas pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan), Departemen Kehutanan (tanaman hutan, lebah madu) dan Departemen Kelautan dan Perikanan (hasil laut dan ikan). Dalam sistem agribisnis, subsistem inilah barangkali yang kinerjanya belum begitu memuaskan (bahkan mungkin yang paling rendah) dibandingkan tiga subsistem yang lainnya.

3. Subsistem Pasca Panen dan Pengolahan (Aqro Industry).
Sektor ini bertanggung jawab atas pengubahan bentuk bahan baku yang dihasilkan sektor usahatani menjadi produk konsumsi akhir pada tingkat pengecer. Di AS inilah sektor terbesar di antara subsistem yang lainnya.Di Indonesia sektor ini mungkin nomor dua terbesar, setelah sektor usahatani.Sektor ini rnenghasilkan nilai tambah paling besar dibandingkan subsistem lainnya.lndustri pangan olahan, jamu dan kosmetika, serta industri tekstil di Indonesia banyak dikuasai dan dikendalikan oleh beberapa perusahaan besar baik perusahaan domestik maupun perusahaan asing/multinasional. Karena menghasilkan nilai tambah terbesar maka sektor ini diyakini dapat menjadi sektor penarik bagi sektor usahatani.Maka prioritas pengembangan sektor industri di Indonesia pada saat ini kiranya lebih tepat pada pembenahan sektor agroindustri ini, bukan pada sektor industri hi-tech seperti pesawat terbang, elektronika dan semacamnva.

4. Subsistem Distribusi dan Pemasaran(Agro Marketing).
Distribusi dan pemasaran produk agribisnis yang efisien perlu diciptakan.Para pelaku di sektor distribusi dan pemasaran melibatkan para pedagang besar dan pedagang eceran.Para pedagang besar produk primer membeli produk dari pedagang pengumpul atau langsung dari para petani dan menjualnya kembali kepada para pedagang eceran atau kepada perusahaan agroindustri.Untuk pemasaran produk-produk olahan banyak melibatkan para pedagang besar dan ribuan atau bahkan jutaan pedagang eceran di Indonesia usaha di sektor distribusi ini banyak menyediakan lapangan kerja.khususnya bagi pekerja informal (pedagang kaki lima, pedagang asongan, warung-warung kecil). Akhir-akhir ini industri eceran pangan cenderung mengarah pada toko yang makin besar dan menawarkan lebih banyak ruang peragaan yang tentu menampung lebih banyak jenis produk. Produk pangan segar dan olahan banyak dijua! di toko serba ada atau superstorer (TOSERBA) dan berbagai toko swalayan. Perusahaan pertokoan modern yang berqerak di sektor eceran ini misalnya HERO SUPERMARKET. TOSERBA YOGYA TOSERBA MATAHARI. INDOMARKET dan sebagainya. Kecenderungan ini pada sisi lain banyak mematikan pedagang-pedagang kecil atau para pedagang di pasar tradisiona. Pertokoan modern ini membentuk mata rantai pertokoan (chain-store) yang didefinisikan sebagai pasar swalayan dengan sabelas toko atau lebih di bawah naungan satu manajemen pusat.Toko semacam ini cenderung menawarkan harga yang lebih rendah dan berusaha semakin tanggap terhadap kebutuhan konsumen.Dalam hal ini banyak diterapkan teknik penjualan masal untuk memperbesar omzet.Alat-alat penemuan teknologi, seperti pengendalian persediaan dengan menggunakan komputer atau pengamat elektronik di pintu keluar-masuk, juga digunakan untuk memperlancar operasi. Untuk menjamin kenyamanan dan keamanan berbelanja bagi para pembeli tidak lupa dirancang tempat yang cukup leluasa dengan ruangan ber-AC. gerobak belanja dan tim security (satuan pengamanan) yang cukup bersahabat. Untuk mengurangi dampak negatif dari kecenderungan perkembangan ini terhadap para pedagang kecil, peritel modern ini hanya diperbolehkan beroperasi di kota-kota besar (setingkat kotamadya/kabupaten dan propinsi).

5. Subsistem Jasa Pendukung (Agro Supporting).
Komponen-komponen dari subsistem ini meliputi antara lain jasa-jasa: penelitian dan pengembangan (litbang) pendidikan dan pelatihan (diklat), jasa penyuluhan, keuangan dan transportasi. Penyediaan berbagai jasa ini diperlukan untuk membuat sistem agribisnis tersebut lengkap dan bekerja baik.Di Indonesia pemerintah memiliki jasa-jasa yang disebutkan tersebut sehingga pemerintah dapat berfungsi dan bertindak sebagai koordinator sistem. Kegiatan litbang menghasilkan output berupa rakitan teknologi pertanian benih/bibit unggul, masukan kebijakan dan sebagainya yang diperlukan oleh para pelaku agribisnis. Di Indonesia selama ini fungsi tersebut dikerjakan oleh lembaga–lembaga litbang milik departemen.Pendidikan dan pelatihan menawarkan berbagai jasa untuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan di bidang pertanian dari para pelaku agribisnis.Selanjutnya jasa-jasa penyuluhan. Berbagai bentuk pendidikan non formal, diperlukan untuk mengubah perilaku dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para pelaku agribisnis khususnya di subsistem usahatani (penyuluhan pertanian) dan agroindustri : penyuluhan perindustrian). Tak kalah pentingnya adalah jasa-jasa yang diberikan oleh sektor transportasi dan keuangan yang berfungsi untuk memperlancar arus input dari pemasok input ke usahatani dan arus komoditas dari usahatani ke subsistem agroindustri atau langsung ke konsumen akhir. Selanjutnya lembaga penyedia jasa keuangan berperan dalam membantu tersedianya dana tambahan untuk melakukan perluasan usaha, memanfaatkan peluang usaha baru dan untuk investasi baru.

Contoh : Sistem Agribisnis Kedelai
Sistem ini terdiri atas
1. Subsistem pasukan input untuk budidaya di tingkat usahatani kedelai, misalnya
a. produsen atau pemasok barang berupa pupuk, pestisida, benih kedelai, alat dan mesin pertanian,
b. produsen atau penyedia jasa seperti perdagangan, kredit, tenaga kerja (SDM) dan sebagainya.
2. Subsistem budidaya atau produksi biologis di tingkat usahatani sebagai subsistem utama, di mana semua input (lahan, modal dan tenaga kerja) diramu dalam suatu proses produksi untuk menghasilkan biji kedelai sebagai produk utamanya dan hasil ikutannya seperti daun, akar dan batangnya yang bila dikeringkan dapat dipakai untuk bahan bakar atau yang masih segar bisa dijadikan makanan ternak.
3. Subsistem pasca panen, agro-processing atau agroindustri, di mana:
a. buah kedelai dipanen, dikeringkan dan dipisahkan biji dari polongnya, disortir, dikemas dan sebagainya.
b. biji kedelai diolah untuk menjadi benih atau menjadi komoditas yang siap dipasarkan dengan suatu standar perdagangan tertentu.
c. biji kedelai diolah lebih lanjut untuk menjadi produk konsumsi atau setengah matang seperti tahu, tempe atau lainnya.
d. atau oleh warung makanan atau pedagang kaki lima diolah dari tempe setengah matang menjadi produk akhir siap santap seperti tempe goreng; kripik tempe atau pepes tahu.
e. daun ; akar dan batangnya serta kulit polongnya diolah untuk menjadi pupuk kompos atau untuk media budidaya jamur.
4. Subsistem agro-marketing, di mana semua komoditas atau produk komsumsi tersebut dipasarkan melalui serangkaian kegiatan promosi, dan didistribusikan melalui pedagang besar, eceran, dan sebagainya.
5. Subsistem penunjang yang meliputi: sistem informasi, litbang tanaman pangan, hukum dan perundang-undangan, kebijaksanaan pemerintah (kebijaksanaan substitrasi impor).

I.III. Agribisnis Sebagai Bidang Usaha
Selanjutnya agribisnis juga dapat dipandang sebagai suatu bidang usaha (perusahaan). Perusahaan agribisnis adalah suatu institusi atau organisasi bisnis yang berusaha di dalam salah satu subsistem, beberapa subsistem atau secara terpadu total di dalam sistem agribisnis yang dikelola dengan keterampilan manajerial yang baik untuk meraih keuntungan, materiil maupun moril
Beberapa contoh:

1. Perusahaan dalam satu subsistem
• Pabrik pupuk (PT Pupuk Sriwijaya), alsintan (PT United Tractor)
• Petani kacang-kacangan yang bermitra dengan PT Kacang Garuda
• Pabrik rokok (PT Gudang Garam), pabrik susu (PT Sari Husada)
• Eksportir gaplek, koperasi pemasaran, pialang komoditas
2. Perusahaan dalam dua subsistem atau lebih
• Perkebunan lengkap dengan pabriknya (PTP Nusantara) untuk teh, karet dan kelapa sawit.
• Peternakan ayam pedaging, lengkap dengan pabrik pakan dan rumah pemotongan ayamnya.
3. Perusahaan terpadu (integrasi vertikal)
• Kebun nenas, pabrik pengalengan nenas, dan eksportir nenas kalengan
• Kebun tanaman obat, pabrik jamu, outlet-outlet tempat penjualan jamu milik perusahaan.

Lingkungan Agribisnis
Keberhasilan Agribisnis sebagai suatu sistem sangat dipengaruhi oleh keberadaan dan keadaan komponen-komponen yang ada dalam sistem agribisnis tersebut dan factor-faktor lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu sebelum melakukan usaha Agribisnis langkah pertama yang harus dilakukan oleh pelaku Agribisnis adalah mengidentifikasi faktor- faktor apa yang kemungkinan dapat mempengaruhi keberhasilan usaha Agribisnis yang akan dikembangkan pada suatu wilayah tertentu.
Lingkungan agribisnis digolongkan menjadi dua yaitu :
a. Lingkungan internal yang meliputi faktor organisasi dan manajemen, faktor pemasaran, faktor teknik dan faktor keuangan.
b. Lingkungan eksternal meliputi politik, ekonomi, sosial budaya, teknologi dan demografi.

Faktor lingkungan agribisnis keluarga mencakup unsur-unsur yang ada di sekitar petani baik yang dekat maupun yang jauh, baik yang dapat dilihat maupun yang tidak dapat dilihat, yang mempengaruhi terhadap rencana, pelaksanaan dan hasil agribisnis keluarga.

II. Prinsip-prinsip Ekonomi dalam Agribisnis
Sistem Perekonomian, secara garis besar, organisasi perekonomian di berbagai negara dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu :

1. Sistem pasar bebas atau laissez faire (perekonomian pasar)
2. Sistem ekonomi perencanaan; dan
3. Sistem ekonomi campuran

1. Sistem Pasar Bebas
Sistem pasar bebas atau laissez faire (perekonomian pasar) sering juga disebut dengan pasar persaingan sempurna. Pada sistem ini masyarakat diberikan kesempatan dan kebebasan penuh untuk menentukan kegiatan ekonomi yang ingin mereka lakukan dan pemerintah sama sekali tidak ikut campur tangan serta tidak berusaha mempengaruhi kegiatan ekonomi yang dilakukan masyarakat. Keinginan konsumen dicetuskan langsung di pasar dan merupakan dasar untuk mengalokasikan sumberdaya yang terbatas.
Sistem pasar bebas merupakan sistem kapitalis. Kapitalisme merupakan suatu sistem dimana harta benda dimiliki dan dikendalikan oleh masyarakat. Setiap laba yang dihasilkan dengan menggunakan harta pribadi menjadi hak pemilik harta tersebut. Motif untuk mencari laba dan kemungkinan menumpuk kekayaan diyakini oleh banyak pihak sebagai satu-satunya faktor pendorong terbesar yang menyebabkan keberhasilan sistem ini.
Ciri- ciri Sistem Pasar Bebas (Pasar Persaingan Sempurna):
1. Jumlah perusahaan banyak sehingga setiap perusahaan relatif kecil peranannya dan tidak dapat menentukan harga.
Masing-masing perusahaan mengikuti harga pasar (Price Teker), dan keuntungan yang diperoleh adalah keuntungan secara akunting (keuntungan normal). Dalam hal ini perusahaan dapat saja menurunkan tingkat harga jual tetapi dalam jangka panjang hal ini tidak dapat bertahan karena perusahaan pasti merugi atau perusahaan lain tidak dapat mengikutinya.
2. Produknya homogen (Homogenous product) dan relatif tidak memiliki perbedaan yang spesifik. Jadi masing-masing penjual relatif tidak memiliki kekuatan pasar untuk mempengaruhi pembeli.
3. Bebas untuk memasuki atau keluar pasar (Free Entry and Free Exit).
Ciri ini berkenaan dengan keuntungan normal yang diperoleh setiap penjual pada pasar persaingan sempurna. Jika dalam suatu periode waktu terdapat banyak permintaan (Boom) maka akan terjadi keuntungan secara ekonomis, dan ini merangsang perusahaan baru untuk memasuki pasar. Karena jumlah perusahaan bertambah maka pangsa pasar masing-masing perusahaan akan berkurang dan mengakibatkan keuntungan menjadi normal kembali. Begitu juga jika terjadi kekurangan permintaan maka sebagian perusahaan akan dengan mudah keluar dari pasar , sehingga pangsa pasar dari perusahaan yang ada sekarang menjadi lebih besar, sehingga kerugian akan berkurang dan akhirnya mendapat keuntungan yang normal.
4. Konsumen dan produsen mempunyai informasi yang sempurna mengenai harga barang dan biaya faktor produksi.

Produksi pertanian merupakan contoh terbaik dari pasar persaingan sempurna. Jumlah produsen pertanian (petani) yang sangat banyak, keseragaman sebagian besar komoditi pertanian dan jumlah pembeli produk pertanian yang besar, secara bersama-sama menghasilkan situasi pasar bebas yang baik. Melalui pasar bebas, para produsen pertanian akan segera mengetahui perubahan keinginan konsumen dan para produsen tersebut akan menanggapi dengan cepat.
Sistem pasar bebas di satu pihak terbukti sebagai suatu sistem ekonomi yang berhasil. Hal-hal yang telah dicapai oleh negara-negara maju menunjukkan bahwa mekanisme pasar adalah sistem yang efisien dalam mengalokasikan faktor-faktor produksi dan mengembangkan perekonomian. Hal ini disebabkan hal-hal berikut:
• Pasar dapat memberikan informasi yang lebih tepat mengenai harga dan jumlah permintaan barang.
• Pasar memberikan perangsang kepada para pengusaha untuk mengembangkan usaha mereka.
• Pasar memberikan perangsang kepada para pengusaha untuk memperoleh keahlian modern.
• Pasar memberikan perangsang penggunaan barang dan faktor produksi secara lebih efisien.
• Pasar memberikan kebebasan sepenuhnya kepada masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi.

Disamping itu, sistem pasar bebas juga mempunyai akibat buruk terhadap perekonomian sehingga perlu campur tangan pemerintah untuk memperbaikinya. Dampak buruk dari sistem pasar bebas tersebut antara lain:
• Kebebasan yang tidak terbatas akan menindas golongan ekonomi lemah.
• Kegiatan ekonomi menjadi tidak stabil keadaannya. Pada suatu saat perekonomian akan mengalami kemakmuran yang cepat, tetapi pada saat berikutnya akan mengalami kemerosotan yang serius.
• Sistem mekanisme pasar akan menimbulkan kekuatan monopoli yang merugikan.
• Mekanisme pasar tidak dapat menyediakan beberapa jenis barang secara efisien.
• Kegiatan konsumen dan produsen akan menimbulkan eksternalitas (akibat sampingan, baik atau buruk) yang merugikan.

2. Sistem Ekonomi Perencanaan
Sistem ekonomi perencanaan (sosialisme) dipraktikkan di negara-negara Komunis, seperti, Uni Soviet (sekarang Rusia) dan Eropa Timur. Sistem ini menghendaki pemerintah sepenuhnya menentukan corak kegiatan ekonomi yang akan dilakukan. Sistem ini berawal dari adanya keyakinan bahwa kegiatan ekonomi yang diatur oleh mekanisme pasar akan menimbulkan pengangguran dan ketidakadilan. Sistem ini berkeyakinan bahwa pemerintah akan dapat menjalankan fungsinya secara lebih efisien daripada sistem yang dapat dijalankan dalam sistem pasar bebas. Untuk menjamin kelancaran usaha dan mencapai sasaran yang ditetapkan dalam perencanaan yang dibuat maka alat-alat modal dikuasai dan dimiliki oleh pemerintah.

3. Sistem Ekonomi Campuran
Sistem ekonomi campuran adalah sistem ekonomi yang dikendalikan dan diawasi oleh pemerintah, tetapi masyarakat masih mempunyai kebebasan yang cukup luas untuk menentukan kegiatan-kegiatan ekonomi yang ingin mereka jalankan. Mekanisme pasar masih tetap memegang peranan penting dalam menentukan corak kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat.
Tujuan pokok campur tangan pemerintah adalah untuk menghindari akibat yang kurang menguntungkan dari sistem ekonomi pasar bebas. Misalnya, dalam sistem pasar bebas, golongan ekonomi lemah makin tertindas dan golongan ekonomi kuat akan semakin kuat. Campur tangan pemerintah memungkinkan dilakukannya usaha-usaha untuk menghindari hal tersebut.
Campur tangan pemerintah dalam perekonomian dapat dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu sebagai berikut:
1. Peraturan-peraturan yang bertujuan untuk mengatur dan mengawasi kegiatan ekonomi agar dapat berjalan dengan baik.
2. Secara langsung melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi (perusahaan negara).
3. Dengan mengadakan kebijakan fiskal (kebijakan yang berkenaan dengan tarif pajak dan pengeluaran pemerintah) dan kebijaksanaan moneter (mengatur dan mengawasi sektor moneter) dengan tujuan agar perekonomian dapat berkembang dengan baik.
Sistem ekonomi campuran ini di Indonesia dikenal dengan nama sistem ekonomi kerakyatan. Pada hakikatnya sistem ini benar-benar berorientasi pada kekuatan, sekaligus kepentingan rakyat banyak. Ekonomi kerakyatan adalah ekonomi yang demokratis, yang ditujukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam ekonomi kerakyatan yang demokratis, ada pemihakan sepenuh hati dari pemerintah kepada mereka yang lemah dan miskin pada “sektor” ekonomi rakyat (Mubyarto, 1991).
Sekalipun sudah diupayakan penyusunan dan pengembangan konsep ekonomi kerakyatan oleh beberapa ekonom, praktek kehidupan ekonomi di Indonesia selama ini masih jauh dari kaidah-kaidah dalam ekonomi kerakyatan. Justru, pada hakikatnya kehidupan ekonomi saat itu merupakan aplikasi sistem kapitalis (erony capitalism) yang banyak diwarnai pola Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme (KKN).
Yang muncul ke permukaan adalah sisi negatif kapitalisme, seperti pemusatan kekuatan ekonomi pada kelompok bisnis tertentu, semakin memburuknya distribusi pendapatan, banyaknya pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dan kepentingan kaum marginal banyak dikorbankan dalam berbagai kasus dengan pengusaha. Sisi positif yang biasanya muncul pada negara kapitalis, yaitu berkembangnya demokrasi, belum tampak di Indonesia selama pemerintahan Orde Baru.
Oleh karena itu, diperlukan sebuah konsep ekonomi kerakyatan kontemporer, yaitu konsep yang tidak saja mampu memfasilitasi proses pembangunan ekonomi yang lebih baik (terciptanya keadilan dan pemerataan) tetapi juga dapat meningkatkan daya saing Indonesia dalam rangka menghadapi tantangan ekonomi dunia yang mengarah pada globalisasi.

III. Perlunya Agribisnis Syariah Islam
Agribisnis adalah kegiatan manusia yang memanfaatkan sumber daya alam untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah cara pandang ekonomi bagi kegiatan dalam bidang pertanian. Agribisnis mmempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran. Secara luas, agribisnis berarti “bisnis berbasis sumber daya alam”.
Objek agribisnis dapat berupa tumbuhan, hewan, ataupun organisme lainnya.Kegiatan budidaya termasuk dalam bagian hulu agribisnis.Apabila produk budidaya (hasil panen) dimanfaatkan oleh pengelola sendiri, kegiatan ini disebut pertanian subsisten, dan merupakan kegiatan agribisnis paling primitif.Pemanfaatan sendiri dapat berarti juga menjual atau menukar untuk memenuhi keperluan sehari-hari.
Dalam arti luas agribisnis tidak hanya mencakup kepada industri makanan saja.Seiring perkembangan teknologi, pemanfaatan produk pertanian berkaitan erat dengan farmasi, teknologi bahan, dan penyediaan energi.
Sistem dan Manajemen Agribisnis syariah adalah suatu konsep yang dapat dijadikan ikhtiar membangun sebuah nilai-nilai kebenaran dalam berbisnis berdasarkan kesadaran akan makna penciptaan alam raya sebagai anugerah yang harus di kelola dengan baik, yaitu secara ekonomi maupun spiritual dalam satu kesatuan yang sinergis.
Konsep ini bertujuan untuk ikut memajukan peradapan Islam di Indonesia melalui kinerja di bidang Agribisnis, disamping itu juga digunakan untuk menjembatani pemahaman umat manusia mengenai fenomena-fenomena yang terkait dengan agribisnis menuju sebuah penghayatan yang penuh dengan keikhlasan dan ketakwaan terhadap kemahabesaran dan keagungan Allah SWT.
Pada saat ini masih terdapat berbagai pemahaman umat manusia terhadap manajemen agribisnis dan syariah Islam sebagai sesuatu yang terpisah.Akibatnya, sering terjadi praktik-praktik agribisnis yang bertentangan dengan syariah Islam serta tidak mengindahkan tanda-tanda kebesaran dan keberadaan Allah SWT.
Agribisnis merupakan suatu cara pandang baru terhadap pertanian yang berorientasi pada optimasi pemanfaatan sumberdaya yang telah dikaruniakan Allah SWT untuk kesejahteraan umat manusia. Agribisnis bersifat megasektor yang melingkupi berbagai kelompok kegiatan, antara lain pertanian (hortikultura dan tanaman pangan), perkebunan & kehutanan, Perikanan, peternakan, industry-industri pengolahan dan pengemasan hasil (Agroindustri), serta jasa-jasa yang mendukungnya seperti perbankan, asuransi, penyuluhan, transportasi, pergudangan, dan pengawasan mutu.
Menurut pandangan Islam, agribisnis seharusnya menjadi tulang punggung perekonomian dunia karena merupakan sektor yang mampu menyediakan bahan makanan atau pun bahan baku bagi industri-industri pengolahan. Akantetapi diketahui bahwa kontribusi sektor agribisnis mengalami penurunan yang cukup tajam selama periode 1969-2004.Hal tersebut patut menjadi perhatian untuk segenap pelaku agribisnis Indonesia untuk senantiasa meningkatkan kinerja sektor tersebut, khususnya pada sektor hilir agribisnis (off farm).Dengan perhatian yang diberikan diharapkan menurunnya kontribusi dari kegiatan on farm dapat dikompensasikan dengan peningkatan kontribusi sektor industry dari pengolahan hasil-hasil agribisnis.Melalui ajaran-Nya yang bersifat qauniyyah (melalui ciptaan-Nya), Al-Quran member dorongan kepada manusia untuk berusaha membangun sektor agribisnis secara professional dan berkelanjutan bagi kesejahteraan umat manusia sesuai dengan syariah.Islam merupakan agama yang ajarannya sangat lengkap merangkum segala aspek kehidupan, baik dunia maupun akhirat, termasuk aspek-aspek yang berkaitan dengan lingkup sektor agribisnis.Sebagai contoh, umat manusia dituntut untuk memajukan sektor agribisnis secara berkelanjutan dalam arti tetap memperhatikan kelestarian lingkungan serta tidak membuat kerusakan di muka bumi. Hal tersebut dijelaskan dalam surat Al A’raf ayat 56.

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan).Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Al A’raf: 56).

Menyadari begitu pentingnya peranan sektor agribisnis bagi kesejahteraan umat manusia maka pelaku agribisnis, khususnya kaum muslim tidak perlu ragu dalam mengembangkan sektor agribisnis atas dasar Al Quran dan Hadis. Dewasa ini, perlu disadari bahwa terdapat keterkaitan yang erat antara wawasan mengenai agribisnis dengan dakwah Islam, yaitu memotivasi para pelaku agribisnis dalam melakukan upaya-upaya pengambangan sektor tersebut.Selain itu, diharapkan dapat meluruskan berbagai masalah penyalahgunaan sektor agribisnis yang berkaitan dengan pelanggaran syariah Islam dan nilai-nilai kesucian martabat manusia itu sendiri. Untuk itu, para da’i Islam dituntut unutk memiliki wawasan yang luas dan proporsional mengenai sektor agribisnis dengan tujuan antara lain sebagai berikut.

Mampu menelaah sektor agribisnis sebagai berkah Allah SWT yang dapat dijadikan sebagai alat dakwah untuk meningkatkan keimanan umat manusia, terutama para pelaku agribisnis.
Mencegah terjadinya penyalahgunakan sektor agribisnis oleh umat manusia dan para pelaku agribisnis, khususnya kea rah hal-hal yang merusak syariah Islam seperti melakukan pengolahan komoditas agribisnis menjadi bahan makanan dan minuman yang diharamkan oleh Allah SWT, melaksanakan agribisnis dengan metode-metode merusak lingkungan, serta menggunakan teknik-teknik bioteknologi mutakhir dalam upaya meningkatkan produksi agribisnis yang tidak sesuai dengan syariah Islam.
Manajemen adalah suatu rangakaian proses yang meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi, dan pengendalian dalam rangka memberdayakan seluruh sumberdaya organisasi, baik sumberdaya manusia, modal, material, maupun teknologi secara optimal untuk mencapai tujuan organisasi. Sebagai sebuah organisasi, sistem agribisnis memerlukan suatu pekerjaan yang dikelola dengan benar, rapi, jelas, terarah, tertib, dan teratur sebagaimana yang ditekankan oleh syariah Islam.Hal ini dijelaskan dalam Hadis riwayat Thabrani serta Tirmidzi dan Nasa’i.

“Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan pekerjaan, dilakukan secara itqan (tepat, terarah, jelas, dan tuntas).”(HR.Thabrani)

“Tinggalkan oleh engkau perbuatan yang meragukan menuju perbuatan yang tidak meragukan.”(HR.Tirmidzi dan Nasa’i)

Rangkaian kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi, dan pengendalian dikenal sebagai fungsi-fungsi manajemen yang juga diterapkan dalam manajemen agribisnis.Hanya saja, penerapannya berbeda-beda berdasarkan karakteristik usaha, skala usaha, jenis komoditas, dan variasi-variasi lainnya.Fungsi-fungsi manajemen berlaku pada setiap tahapan kegiatan agribisnis, baik manajemen produksi, agroindustri, pemasaran, maupun dalam manajemen risiko agribisnis.
Manajemen Produksi Agribisnis: Produksi agribisnis merupakan seperangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi dalam penciptaan produk-produk agribisnis (produk usaha pertanian, perikanan, peternakan, maupun perkebunan dan kehutanan serta hasil olahan produk-produk tersebut). Hal ini merupakan bentuk pelaksanaan dari subsistem pengorganisasian input dan subsistem produk primer (budi daya). Sementara perencanaan produksi pertanian terdiri atas pemilihan komoditas, pemilihan lokasi, penentuan skala usaha, dan perencanaan proses produksi (biaya produksi dan jadwal proses produksi), perencanaan pola produksi, serta perencanaan dan sistem pengadaan input. Dengan demikian, manajemen produksi pertanian ditujukan untuk meningkatkan produksi, baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Al Quran menganjurkan untuk melipatgandakan hasil panen dan memperbaiki kualitas melalui penerapan teknologi budidaya yang tepat dan penggunaan input produksi yang baik. Ini terungkap dalam beberapa ayat berikut.

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kamu.”(Al Baqarah: 168)

Manajemen Pemasaran: Manajemen Pemasaran produk-produk agribisnis harus dilakukan dengan baik agar diperoleh keuntungan maksimal. Ini penting di perhatikan karena mengingat keunikan sifat produk agribisnis yang mudah rusak/busuk (perishable), kamba (voluminous), dan mutu yang bervariasi (quality variation).Pemasaran produk-produk agribisnis harus lebih di galakkan pada semua segmen pasar, mulai dari pasar tradisional, ritel, supermarket, hypermarket (wholesaler) domestic maupun segmen pasar international melalui kegiatan ekspor-impor.Hal ini sangat didukung dalam ajaran Islam yang dijlaskan dalam al Quran pada ayat-ayat berikut

“Tuhan kamulah yang melayarkan bahtera unutk kamu di laut agar kamu mencari karunia-Nya.Sesungguhnya Dia Maha Penyayang terhadap kamu.”(Al Isra:66)

Manajemen Resiko: Agribisnis merupaka salah satu aktivitas bisnis yang mempunyai resiko yang cukup tinggi. Faktor resiko ini mempunyai unsur penyedot biaya yang sulit di perkirakan besarnya, terutama yang berkaitan dengan produk-produk agribisnis yang cepat rusak (perishable).Resiko tersebut dapat berupa risiko penurunan produksi maupun penurunan nilai produk atau pendapat bisnis bersih. Risiko penurunan produksi agribisnis dapat disebabkan oleh bencana alam seperti banjir, gempa bumi, kebakaran, serangan hama penyakit, pencurian, maupun kesalahan dalam menerapkan teknik budidaya. Risiko penurunan nilai terjadi akibat penurunan mutu, perubahan harga, perubahan selera konsumen, perubahan kondisi input, maupun perubahan kondisi perekonomian secara umum. Risiko-risiko tersebut yang sering menghantui para pelaku agribisnis.Walaupun demikian, untuk hal tersebut perlu dipahami bahwa segala bentuk ujian-ujian merupakan cobaan atau musibah yang datangnya dari Allah SWT.

“Perumpamaan harta yang mereka nahkahkan dalam kehidupan dunia ini seperti perumpamaan angin yang mengandung hawa yang sangat dingin yang menimpa ladang kaum yang menganiaya dirinya, lalu angin itu membinasakannya.DanAllah tidak menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (Ali ‘Imran: 117)

Jadi, Pelaksanaan manajemen agribisnis sesuai dengan syariah Islam berarti mengupayakan setiap kegiatan dalam subsistem agribisnis menjadi amal shaleh dan bernilai ibadah.
Kemudian dalam sektor agribisnis, zakat merupakan suatu motivasi untuk memaksimumkan produktivitas sektor tersebut.Tingkat pengeluaran zakat sebanding dengan tingkat produktifitas sektor agribisnis.Artinya, semakin tinggi produktifitas sektor agribisnis semakin tinggi pula zakat yang dikeluarkan.Hal tersebut secara nyata berdampak positif bagi peningkatan dan pemerataan kesejahteraan umat.

Menurut Butarbutar(2001), terdapat beberapa manfaat pengeluaran zakat yang perlu diperhatikan bagi umat Islam sebagai berikut:
• Untuk memperoleh kehidupan yang tenang di akhirat
• Memberikan kontribusi dalam mengangkat harkat hidup sesame umat
• Memajukan organisasi secara mikro dan pertumbuhan ekonomi secara makro
• Memperluas investasi dan produksi sehingga membuka lapangan pekerjaan dan menyejahterakan umat
• Membersihkan jiwa dari sifat pelit, bakhil, dan penyakit-penyakit hati lainnya
• Mendatangkan berkah dan menumbuhkan kasih sayang kepada sesama umat

Pada zaman Nabi Muhammad SAW telah dilakukan perdagangan, baik perdagangan dalam negeri maupun perdagangan luar negeri.Misi yang diemban selain untuk berdagang dan mencari keuntungan, juga untuk berdakwah menyiarkan agama Islam (Rahman, 1989).Melalui kegiatan-kegiatan tersebut, syiar Islam dapat berkembang dan tersebar dalam waktu yang relatif singkat di seluruh belahan dunia.Para sahabat nabi dan orang-orang Arab sering melakukan perjalanan dalam rangka berdagang ke berbagai negeri termasuk ke China, Malaysia, Filipina, dan Indonesia.

BAB III PENUTUP

I. Kesimpulan
Agribisnis didefinisikan sebagai keseluruhan aktivitas produksi dan distribusi sarana produksi usaha tani, aktivitas usaha tani, serta penyimpanan, pengolahan, distribusi komoditas usaha tani, dan aktivitas lain yang membentuk produk tersebut. Agribisnis terbagi dalam beberapa subsistem, yaitu (1) subsitem pengadaan sarana produksi pertanian (Agro input),(2) subsistem produksi pertanian (Agro product),(3) subsistem pengolahan dan industri hasil pertanian (agro industry), (4) subsistem pemasaran hasil pertanian (agro marketing), dan (5) subsistem kelembagaan penunjang kegiatan pertanian (agro supporting).
Sistem ekonomi dalam agribisnis terbagi menjadi tiga, yaitu: sistem pasar bebas, sistem ekonomi perencanaan, dan sistem ekonomi campuran.
Sistem dan Manajemen Agribisnis syariah adalah suatu konsep yang dapat dijadikan ikhtiar membangun sebuah nilai-nilai kebenaran dalam berbisnis berdasarkan kesadaran akan makna penciptaan alam raya sebagai anugerah yang harus di kelola dengan baik, yaitu secara ekonomi maupun spiritual dalam satu kesatuan yang sinergis.

II. Saran
Demikian makalah ini disusun dengan sebaik-baiknya. Makalah yang kami susun ini tak luput dari kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya, kami selaku penyusun sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Sekian dan terima kasih.

AGROINDUSTRI

DEFINISI AGROINDUSTRI

Agroindustri adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut. Secara eksplisit pengertian Agroindustri pertama kali diungkapkan oleh Austin (1981) yaitu perusahaan yang memproses bahan nabati (yang berasal dari tanaman) atau hewani(yang dihasilkan oleh hewan). Agroindustri berasal dari dua kata, agricultural dan industry yang berarti suatu industri yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku utamanya atau suatu industri yang menghasilkan suatu produk yang digunakan sebagai sarana atau input dalam usaha pertanian. Definisi agroindustri dapat dijabarkan sebagai kegiatan industri yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang, dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut. Dengan demikian agroindustri meliputi industri pengolahan hasil pertanian, industry yang memproduksi peralatan dan mesin pertanian, industri input pertanian (pupuk, pestisida, herbisida dan lain-lain) dan industri jasa sektor pertanian. Apabila dilihat dari sistem agribisnis, agroindustri merupakan bagian (subsistem) agribisnis yang memproses dan mentranformasikan bahan-bahan hasil pertanian (bahan makanan, kayu dan serat) menjadi barang-barang setengah jadi yang langsung dapat dikonsumsi dan barang atau bahan hasil produksi industri yang digunakan dalam proses produksi seperti traktor, pupuk, pestisida, mesin pertanian dan lain-lain.

Proses yang digunakan mencakup pengubahan dan pengawetan melalui perlakuan fisikatau kimiawi, penyimpanan, pengemasan dan distribusi. Produk Agroindustri ini dapat merupakan produk akhir yang siap dikonsumsi ataupun sebagai produk bahan bakuindustri lainnya. Agroindustri merupakan bagian dari kompleks industri pertanian sejak produksi bahan pertanian primer, industri pengolahan atau transformasi sampai penggunaannya oleh konsumen. Agroindustri merupakan kegiatan yang saling berhubungan (interlasi) produksi, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, pendanaan,pemasaran dan distribusi produk pertanian. Dari pandangan para pakar sosial ekonomi, agroindustri (pengolahan hasil pertanian) merupakan bagian dari lima subsistemagribisnis yang disepakati, yaitu subsistem penyediaan sarana produksi dan peralatan. usaha tani, pengolahan hasil, pemasaran, sarana dan pembinaan. Agroindustri dengan demikian mencakup Industri Pengolahan Hasil Pertanian (IPHP), Industri Peralatan DanMesin Pertanian (IPMP) dan Industri Jasa Sektor Pertanian (IJSP).

Industri Hasil Pengolahan Hasil Pertanian (IPHP) dapat dibagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut :

  1. IPHP Tanaman Pangan, termasuk di dalamnya adalah bahan pangan kayakarbohidrat, palawija dan tanaman hortikultura.

  2. IPHP Tanaman Perkebunan, meliputi tebu, kopi, teh, karet, kelapa, kelapa sawit,tembakau, cengkeh, kakao, vanili, kayu manis dan lain-lain.

  3. IPHP Tanaman Hasil Hutan, mencakup produk kayu olahan dan non kayu sepertidamar, rotan, tengkawang dan hasil ikutan lainnya.

  4. IPHP Perikanan, meliputi pengolahan dan penyimpanan ikan dan hasil laut segar,pengalengan dan pengolahan, serta hasil samping ikan dan laut.

  5. IPHP Peternakan, mencakup pengolahan daging segar, susu, kulit, dan hasil samping lainnya.

Industri Peralatan dan Mesin Pertanian (IPMP) dibagi menjadi dua kegiatan sebagai berikut :

  1. IPMP Budidaya Pertanian, yang mencakup alat dan mesin pengolahan lahan(cangkul, bajak, traktor dan lain sebagainya).

  2. IPMP Pengolahan, yang meliputi alat dan mesin pengolahan berbagai komoditaspertanian, misalnya mesin perontok gabah, mesin penggilingan padi, mesin pengering dan lain sebagainya.

Industri Jasa Sektor Pertanian (IJSP) dibagi menjadi tiga kegiatan sebagai berikut :

  1. IJSP Perdagangan, yang mencakup kegiatan pengangkutan, pengemasan serta penyimpanan baik bahan baku maupun produk hasil industri pengolahan pertanian.

  2. IJSP Konsultasi, meliputi kegiatan perencanaan, pengelolaan, pengawasan mutu serta evaluasi dan penilaian proyek.

  3. IJSP Komunikasi, menyangkut teknologi perangkat lunak yang melibatkan penggunaan komputer serta alat komunikasi modern lainya.

Dalam kerangka pembangunan pertanian, agroindustri merupakan penggerak utama perkembangan sektor pertanian, terlebih dalam masa yang akan datang posisi pertanian merupakan sektor andalan dalam pembangunan nasional sehingga peranan agroindustri akan semakin besar. Dengan kata lain, dalam upaya mewujudkan sektor pertanian yang tangguh, maju dan efisien sehingga mampu menjadi leading sector dalam pembangunan nasional, harus ditunjang melalui pengembangan agroindustri, menuju agroindustri yang tangguh, maju serta efisien.

Dengan pertanian sebagai pusatnya, agroindustri merupakan sebuah sektor ekonomi yang meliputi semua perusahaan, agen dan institusi yang menyediakan segala kebutuhanpertanian dan mengambil komoditas dari pertanian untuk diolah dan didistribusikan kepada konsumen. Nilai strategis agroindustri terletak pada posisinya sebagai jembatanyang menghubungkan antar sektor pertanian pada kegiatan hulu dan sektor industri pada kegiatan hilir. Dengan pengembangan agroindustri secara cepat dan baik dapat meningkatkan, jumlah tenaga kerja, pendapatan petani, volume ekspor dan devisa, pangsa pasar domestik dan internasional, nilai tukar produk hasil pertanian dan penyediaan bahan baku industri.

Penerapan Teknologi untuk Agroindustri

Salah satu kendala dalam pengembangan agroindustri di Indonesia adalah kemampuan mengolah produk yang masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan sebagian besar komoditas pertanian yang diekspor merupakan bahan mentah dengan indeks retensi pengolahan sebesar 71-75%. Angka tersebut menunjukkan bahwa hanya 25-29% produk pertanian Indonesia yang diekspor dalam bentuk olahan. Kondisi ini tentu saja memperkecil nilai tambah yang yang diperoleh dari ekspor produk pertanian, sehingga pengolahan lebih lanjut menjadi tuntutan bagi perkembangan agroindustri di era global ini. Teknologi yang digolongkan sebagai teknologi agroindustri produk pertanian begitu beragam dan sangat luas mencakup teknologi pascapanen dan teknologi proses.

Untuk memudahkan, secara garis besar teknologi pascapanen digolongkan berdasarkan tahapannya yaitu, tahap awal atau tahap sebelum pengolahan, tahap pengolahan dan tahap pengolahan lanjut. Perlakuan pascapanen tahap awal meliputi, pembersihan, pengeringan, sortasi dan pengeringan berdasarkan mutu, pengemasan, transport dan penyimpanan, pemotongan/pengirisan, penghilangan biji, pengupasan dan lainnya. Perlakuan pascapanen tahap pengolahan antara lain, fermentasi, oksidasi, ekstraksi buah,ekstraksi rempah, distilasi dan sebagainya. Sedangkan contoh perlakuan pascapanen tahap lanjut dapat digolongkan ke dalam teknologi proses untuk agroindustri, yaitu penerapan pengubahan (kimiawi, biokimiawi, fisik) pada hasil pertanian menjadi produk dengan nilai ekonomi yang lebih tinggi seperti,

  1. Kakao ; lemak kakao,bubuk kakao, produk coklat.

  2. Kopi ; Kopi bakar, produk-produk kopi, minuman, kafein.

  3. Teh ; Produk-produk teh, minuman kesehatan.

  4. Ekstrak/oleoresin ; produk-produk dalam bentuk bubuk atau enkapsulasi.

  5. Minyak atsiri ; produk-produk aromaterapi, isolat dan turunan kimia.

Produk-produk yang dihasilkan ada yang dapat digunakan secara langsung dari sejak tahap awal, seperti rempah-rempah, sari buah dan lainnya, serta ada pula yang menjadi bahan baku untuk industri lainya, seperti industri makanan, kimia dan farmasi.

Contoh Penerapan Teknologi untuk Produk Agroindustri

Bahan Dasar

Teknologi yang Diterapkan

Produk

Padi

Pengeringan, penggilingan

Beras

Ubi kayu

Sortasi, pemarutan, ekstraksi, pengayakan, pengeringan

Tapioka

BuahKelapa

Pengeringan, pengempaan, hidrolisis, penyabunan, pemucatan (bleaching), penghilangan bau (deodorisasi)

Minyak goreng

Tebu

Pemerasan, evaporasi, penjernihan (karbonisasi, sulfitasi), kristalisasi

Gula pasir

Daun teh

Pelayuan, fermentesi, pengeringan

teh hitam

Daunnilam

Penyulingan (distilasi)

Minyaknilam

Getah karet

Penggumpalan (koagulan), pengepresan, pembentukan, pengasapan

Karet sit asap(RSS)

Minyak nabati

Netralisasi, esterifikasi

Oleokimia(ester)

Minyaknilam

Isolasi, ekstraksi, pemurnian

Isolat

Ubi kayu

Pemarutan, likuifaksi, sakarifikasi isomerasi, pemisahan (kromatografi)

Gula cairfruktosa

Onggok

Fermentasi, klasifikasi, asidifikasi, kristalisasi

Asam sitrat

Tetestebu

Fermentasi, penggaraman, kristalisasi

MSG(monosodium glutamat)

Bijikakao

Fermentasi, pengeringan, penggilingan, pengempaan, formulasi

Cokelat

Kulitudang

Pengeringan, penggilingan, penghilangan protein, penghilangan mineral, destilasi

Khitin,Khitosan

Rumput laut

Pengeringan, penggilingan, ekstraksi, pemurnian

Karagenan

Kayu

Penghancuran, pemasakan dengan soda atau sulfat, termomekanis

Pulp

Pulp

Penghancuran (beating), penghalusan (refining), penambahan bahan pengisi

Kertas

Pengembangan Agroindustri

Pengembangan Agroidustri di Indonesia terbukti mampu membentuk pertumbuhanekonomi nasional. Di tengah krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997-1998, agroindustri ternyata menjadi sebuah aktivitas ekonomi yang mampu berkontribusi secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Selama masa krisis, walaupun sektor lain mengalami kemunduran atau pertumbuhan negatif, agroindustri mampu bertahan dalam jumlah unit usaha yang beroperasi. Kelompok agroindustri yang tetap mengalami pertumbuhan antara lain yang berbasis kelapa sawit, pengolahan ubi kayu dan industri pengolahan ikan.

Kelompok agroindustri ini dapat berkembang dalam keadaan krisis karena tidak bergantung pada bahan baku dan bahan tambahan impor serta peluang pasar ekspor yang besar. Sementara kelompok agroindustri yang tetap dapat bertahan pada masa krisis adalah industri mie, pengolahan susu dan industri tembakau yang disebabkan oleh peningkatan permintaan di dalam negeri dan sifat industri yang padat karya.

Kelompok agroindustri yang mengalami penurunan adalah industri pakan ternak danminuman ringan. Penurunan industri pakan ternak disebabkan ketergantungan imporbahan baku (bungkil kedelai, tepung ikan dan obat-obatan). Sementara penurunan pada industri makanan ringan lebih disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat sebagai akibat krisis ekonomi. Berdasarkan data perkembangan ekspor tiga tahun setelah krisis moneter 1998-2000, terdapat beberapa kecenderungan komoditas mengalami pertumbuhan yang positif antara lain, minyak sawit dan turunannya, karet alam, hasillaut, bahan penyegar seperti kakao, kopi dan teh, hortikultuta serta makanan ringan/kering.

Berdasarkan potensi yang dimiliki, beberapa komoditas dan produk agroindustri yang dapat dikembangkan pada masa mendatang antara lain, produk berbasis pati, hasil hutannon kayu, kelapa dan turunannya, minyak atsiri dan flavor alami, bahan polimer nonkaret serta hasil laut non ikan.

Dengan demikian, agroindustri merupakan langkah strategis untuk meningkatkan nilai tambah hasil pertanian melalui pemanfaatan dan penerapan teknologi, memperluas lapangan pekerjaan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada kenyataannya, perkembangan nilai ekspor agroindustri masih relatif lambat dibandingkan dengan subsektor industri lainnya. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

  1. Kurang cepatnya pertumbuhan sektor pertanian sebagai unsur utama dalam menunjang agroindustri, di pihak lain juga disebabkan oleh kurangnya pertumbuhan sektor industri yang mendorong sektor pertanian.

  2. Pemasaran produk agroindustri lebih dititik beratkan pada pemenuhan pasar dalam negeri. Produk-produk agroindustri yang diekspor umumnya berupa bahan mentah atau semi olah.

  3. Kurangnya penelitian yang mengkaji secara mendalam dan menyeluruh berbagai aspek yang terkait dengan agroindustri secara terpadu, mulai dari produksi bahanbaku, pengolahan dan pemasaran serta sarana dan prasarana, seperti penyediaanbibit, pengujian dan pengembangan mutu, transportasi dan kelengkapan kelembagaan.

  4. Kurangnya minat para investor untuk menanamkan modal pada bidang agroindustri.

Tantangan dan harapan bagi pengembangan agroindustri di Indonesia adalah bagaimana meningkatkan keunggulan komparatif produk pertanian secara kompetitif menjadi produk unggulan yang mampu bersaing di pasar dunia. Dalam lingkup perdagangan, pengolahan hasil pertanian menjadi produk agroindustri ditunjukkan untuk meningkatkan nilai tambah komoditas tersebut. Semakin tinggi nilai produk olahan, diharapkan devisa yang diterima oleh negara juga meningkat serta keuntungan yang diperoleh oleh para pelaku agoindustri juga relatif tinggi.

Untuk dapat terus mendorong kemajuan agroindustri di Indonesia antara lain diperlukan :

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63