MAKALAH PENGANTAR ILMU HUKUM TENTANG MAT

MAKALAH
PENGANTAR ILMU HUKUM
TENTANG MATERI MUATAN PERUNDANG-UNDANGAN

DISUSUN OLEH:

Bahy Murteza Akhmad
(07)
Diego Thufall Pallas
(10)
Gilang Bagas Wicaksono (14)
Hanik Ummu Sulaim
(15)
Yulius Gilang Aji H.
(28)

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
PRODIP I KEPABEANAN DAN CUKAI
BDK YOGYAKARTA
2013 / 2014


MATERI MUATAN PERUNDANG-UNDANGAN
Pasal 8 Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004
mengatur materi muatan yang harus diatur dengan undang-undang berisi hal-hal yang:
1.

Mengatur lebih lanjut ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang meliputi:
1. Hak-hak asasi manusia;
2. Hak dan kewajiban warga negara;
3. Pelaksanaan dan penegakan kedaulatan negara serta pembagian kekuasaan negara;
4. Wilayah negara dan pembagian daerah;
5. Kewarganegaraan dan kependudukan;
6. Keuangan negara.

2.

Diperintahkan oleh suatu Undang-undang untuk diatur dengan Undang-undang.
Pasal 10 UU Nomor 12 Tahun 2011

(1) Materi muatan yang harus diatur dengan Undang-Undang berisi :

a. pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
b. perintah suatu Undang-Undang untuk diatur Undang-Undang
c. pengesahan perjanjian internasional tertentu
d. tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi; dan/atau
e. pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat.
(2) Tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf d
dilakukan oleh DPR atau Presiden.
Pasal 11 UU Nomor 12 Tahun 2011
Materi muatan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang sama dengan materi
muatan Undang-Undang
Pasal 12 UU Nomor 12 Tahun 2011
Materi muatan Peraturan Peemerintah berisi materi untuk menjalankan Undang-Undang
sebagaimana mestinya
Pasal 13 UU Nomor 12 Tahun 2011
Materi muatan Peraturan Presiden berisi materi yang diperintahkan oleh Undang-Undang,
materi untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah, atau materi untuk melaksanakan
penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan.
Pasal 14 UU Nomor 12 Tahun 2011
Materi muatan Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota berisi

materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan
i

serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi.
Pasal 6 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011.
Ayat (1) sebagai berikut:
“Materi Muatan Peraturan Perandang-undangan mengandung asas
1.

Pengayoman,

2.

Kemanusian,

3.

Kebangsaan,


4.

Kekeluargaan,

5.

Kenusantaraan,

6.

Bhinneka tunggal ika,

7.

Keadilan,

8.

Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan,


9.

Ketertiban dan kepastian hukum dan atau

10.

Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.
Sedangkan ayat (2),

menyatakan “Selain asas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Peraturan Perundang-undangan
tertentu dapat berisi asas lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan Perundang-undangan yang
bersangkutan”.
Apa yang dimaksudkan dengan asas-asas yang berlaku dalam materi muatan peraturan
perundang-undangan tersebut dijelaskan dalam penjelasan Pasal 6 ayat (1) sebagai berikut:
1.

Asas pengayoman; Bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus
berfungsi memberikan perlindungan dalam rangka menciptakan ketentraman masyarakat.

2.


Asas kemanusian; Bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus
mencerminkan perlindungan dan penghormatan hak-hak asasi manusia serta harkat dan
martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara proporsional.

3.

Asas kebangsaan; Bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus
mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang pluralistik (kebhinekaan) dengan tetap
menjaga prinsip negara kesatuan Republik Indonesia.

4.

Asas kekeluargaan; Bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus
mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap pengambilan keputusan.

5.

Asas kenusantaraan; Bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan
senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan materi muatan

Peraturan Perundang-undangan yang dibuat di daerah merupakan bagian dari sistem hukum
nasional yang berdasarkan Pancasila.

6.

Asas bhinneka tunggal ika; Bahwa Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus
memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi khusus daerah,
ii

dan budaya khususnya yang menyangkut masalah-masalah sensitif dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
7.

Asas keadilan; Bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus
mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara tanpa kecuali.

8.

Asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan; Bahwa setiap Materi Muatan
Peraturan Perundang-undangan tidak boleh berisi hal-hal yang bersifat membedakan

berdasarkan latar belakang, antara lain:
1.

Agama,

2.

Suku,

3.

Ras,

4.

Golongan,

5.

Gender,


6.

Atau status sosial.

7.

Asas ketertiban dan kepastian hukum; Bahwa setiap Materi Muatan Peraturan
Perundang-undangan harus dapat menimbulkan ketertiban dalam masyarakat melalui
jaminan adanya kepastian hukum.

8.

Asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.

Bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan
keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan individu dan masyarakat dengan
kepentingan bangsa dan negara.
Sedangkan penjelasan Pasal 6 ayat (2) menjelaskan bahwa “Yang dimaksud dengan “asas
lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan Perundang-undangan yang bersangkutan”,antara

lain:
1.

Dalam Hukum Pidana, misalnya, asas legalitas, asas tiada hukuman tanpa kesalahan, dan
asas praduga tak bersalah;

2.

Dalam Hukum Perdata, misalnya, dalam hukum perjanjian, antara lain, asas kesepakatan,
kebebasan berkontrak, dan iktikad baik.
Selain kedua ketentuan dalam Pasal 5 dan Pasal 6 tersebut, pembentukan peraturan

perundang-undangan juga harus berpedoman, serta bersumber dan berdasar pada Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945.

i

Penjelasan :
Asas Legalitas
merupakan asas yang digunakan untuk menentukan suatu perbuatan termasuk dalam kategori

perbuatan pidana yang merupakan terjemahan dari principle of legality.
Asas Tiada Pidana Tanpa Kesalahan,
Untuk menjatuhkan pidana kepada orang yang telah melakukan tindak pidana, harus dilakukan
bilamana ada unsur kesalahan pada diri orang tersebut.
Asas Praduga tak bersalah,
asas yg menyatakan bahwa setiap orang yg disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, atau diperiksa
pd sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan hakim yg
berkekuatan hukum yg menyatakan bahwa tersangka atau tertuduh bersalah
Asas Kebebasan Berkontrak (freedom of contract)
Setiap orang dapat secara bebas membuat perjanjian selama memenuhi syarat sahnya perjanjian
dan tidak melanggar hukum, kesusilaan, serta ketertiban umum. Menurut Pasal 1338 ayat (1)
KUH Perdata, “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya.” “Semua perjanjian…” berarti perjanjian apapun, diantara siapapun.
Tapi kebebasan itu tetap ada batasnya, yaitu selama kebebasan itu tetap berada di dalam batasbatas persyaratannya, serta tidak melanggar hukum (undang-undang), kesusilaan (pornografi,
pornoaksi) dan ketertiban umum (misalnya perjanjian membuat provokasi kerusuhan).
Asas Kepastian Hukum (Pacta Sunt Servanda)
Jika terjadi sengketa dalam pelaksanaan perjanjian, misalnya salah satu pihak ingkar janji
(wanprestasi), maka hakim dengan keputusannya dapat memaksa agar pihak yang melanggar itu
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai perjanjian – bahkan hakim dapat memerintahkan
pihak yang lain membayar ganti rugi. Putusan pengadilan itu merupakan jaminan bahwa hak dan
kewajiban para pihak dalam perjanjian memiliki kepastian hukum – secara pasti memiliki
perlindungan hukum.
Asas Konsensualisme (concensualism)
Asas konsensualisme berarti kesepakatan (consensus), yaitu pada dasarnya perjanjian sudah lahir
sejak detik tercapainya kata sepakat. Perjanjian telah mengikat begitu kata sepakat dinyatakan
dan diucapkan, sehingga sebenarnya tidak perlu lagi formalitas tertentu. Pengecualian terhadap
prinsip ini adalah dalam hal undang-undang memberikan syarat formalitas tertentu terhadap suatu
perjanjian, misalkan syarat harus tertulis – contoh, jual beli tanah merupakan kesepakatan yang
harus dibuat secara tertulis dengan akta otentik Notaris.
Asas Itikad Baik (good faith/tegoeder trouw)

ii

Itikad baik berarti keadaan batin para pihak dalam membuat dan melaksanakan perjanjian harus
jujur, terbuka, dan saling percaya. Keadaan batin para pihak itu tidak boleh dicemari oleh
maksud-maksud untuk melakukan tipu daya atau menutup-nutupi keadaan sebenarnya.
Asas Kepribadian (personality)
Asas kepribadian berarti isi perjanjian hanya mengikat para pihak secara personal – tidak
mengikat pihak-pihak lain yang tidak memberikan kesepakatannya. Seseorang hanya dapat
mewakili dirinya sendiri dan tidak dapat mewakili orang lain dalam membuat perjanjian.
Perjanjian yang dibuat oleh para pihak hanya berlaku bagi mereka yang membuatnya.

i

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

HUBUNGAN IMPLEMENTASI PERAWAT TENTANG PATIENT SAFETY DENGAN RESIKO CEDERA PADA INFANT DAN TODDLER

38 264 22

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG DESAIN KEMASAN PRODUK DENGAN INTENSI MEMBELI

9 123 22

ANALISIS YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA MEREK AIR MINUM MINERAL "AQUA-versus-INDOQUALITY" (Studi Putusan Mahkamah Agung RI No. 04.PK/N/HaKI/2004)

2 65 91

FUNGSI DAN KEWENANGAN BADAN PENGAWAS PASAR MODAL (BAPEPAM) DALAM RANGKA PENEGAKAN HUKUM DI BURSA EFEK JAKARTA (BEJ)

5 65 215