Pengaruh Anemia Dalam Kehamilan Terhadap Kejadian Perdarahan Post Partum Persalinan Normal Di Rumah Sakit Umum Haji Medan Periode 2011-2013

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kehamilan

1. Kehamilan

Kehamilan adalah suatu proses pembuahan sel telur wanita oleh

spermatozoa dari pihak pria. Sel telur yang dibuahi akan berkembang menjadi

bakal embrio yang kemudian akan menjalani pembelahan sampai menjadi embrio.

Bakal janin ini lalu akan menempel di selaput lendir rahim yang terletak di rongga rahim (Ronald, 2011, hlm. 15)

2. Anemia

Anemia merupakan kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu

memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen yang kaya zat besi dalam sel darah merah keseluruh jaringan. Menurut WHO (1992) anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin lebih rendah dari batas normal untuk

kelompok orang yang bersangkutan (Tarwono, et al, 2007, hlm. 30) 3. Kriteria anemia

Kriteria menurut WHO (1996) adalah: a. Laki-laki dewasa : Hb < 13 gr/dl

b. Wanita dewasa tidak hamil : Hb < 12 gr/dl c. Wanita hamil : Hb < 11 gr/d d. Anak unur 6-14 tahun : Hb < 12 gr/dl

e. Anak umur 6 bulan-6 tahun: Hb < 11 gr/dl (Tarwono, et al, 2007, hlm. 31)


(2)

Anemia padja kehamilan adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk

kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin ≤ 10,5 g/dl pada trimester II dan ≤ 11,0 g/dl trimester I dan trimester III (Tarwono, et al, 2007, hlm. 63)

5. Derajat Anemia Pada Ibu Hamil a. Ringan : 9-10 gr/dl b. Anemia sedang : 7-8 gr/dl c. Anemia berat : < 7 gr/dl

d. Tidak anemia : ≥ 11 gr/dl (Manuaba, 2001, hlm. 51) 6. Klasifikasi Anemia Kehamilan

a. Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak

cukup yang ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum (serum iron), dan jenuh transferin menurun, kapasitas besi total

meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta di tempat yang lain sangat kurang bahkan tidak ada sama sekali (Rukiyah, et al, 2010, hlm. 114)

Penyebab anemia defisiensi yaitu dikarenakan asupan yang tidak ade kuat dan peningkatan kebutuhan ibu hamil, dimana ibu hamil memerlukan zat gizi yang lebih tinggi sekitar 200-300 persen dari wanita tidak hamil. Makanan yang banyak mengandung zat besi seperti berasal dari daging hewan, buah dan sayuran hijau (Tarwono, et al, 2007, hlm. 65)


(3)

b. Anemia Karena Infeksi 1) Infeksi cacing tambang

Terjadi perdarahan menahun, kehilangan darah melalui intestinum

2) Infeksi malaria

Kehilangan darah karena terjadi hemolisis eritrosit dalam proses infeksi

3) Inveksi HIV

Menimbulkan gangguan sistem eritropoitik dan mengurangi reaksi

terhadap obat anti anemia ( Manuaba, 2001, hlm. 50) c. Anemia Defisiensi Folat (Megaloblastik) pada Kehamilan

Definisi dari anemia folat yaitu kurangnya kandungan asam folat yang ada pada tubuh ibu hamil. Pada kehamilan, kebutuhan folat meningkat lima sampai sepuluh kali lipat karena transfer folat dari ibu kejanin yang menyebabkan di lepasnya cadangan folat maternal (Prawirohardjo, 2008, hlm. 778)

Asam folat merupakan vitamin yang di butuhkan saat hamil. Asam folat berfungsi untuk metabolism makanan menjadi energi, sintesis DNA, pematangan sel darah merah, pertumbuhan sel janin dan plasenta (Tarwono, Wasnidar, 2007,

hlm. 71)

Penyebab anemia defisiensi folat (Megaloblastik) pada kehamilan yaitu:

Peningkatan lebih besar dapat terjadi karena kehamilan multiple, diet yang buruk,

infeksi, adanya anemia hemolitik atau pengobatan antikonvulsi dan kadar

esterogen dan progesteron yang tinggi selama kehamilan tampaknya memiliki

efek penghambat terhadap absorbsi folat (Prawirohardjo, 2010, hlm. 778)


(4)

Beberapa penyakit genetik juga bisa menyebabkan anemia. Jika tubuh memiliki penyakit sel sabit atau talasemia, yang berbentuk seperti bulat sabit atau seperti huruf C, dimana normal sel darah merah berbentuk seperti donat tanpa lubang (lingkaran pipih di bagian tengahnya) sehingga memungkinkan mereka melewati pembuluh darah dengan mudah dan memasuk oksigen), Sulit bagi sel darah merah berbentuk bulan sabit untuk melewati pembuluh darah terutama di bagian pembuluh darah yang menyempit, karena sel darah merah ini akan tersangkut dan akan menimbulkan rasa sakit, infeksi serius dan kerusakan organ tubuh sehingga tubuh akan mengalami kesulitan memproduksi sel darah merah yang sehat, sehingga dapat menyebabkan anemia (Proverawati, 2011, hlm. 132)

7. Faktor Risiko dalam Kehamilan

Tubuh berada pada risiko tinggi untuk menjadi anemia selama kehamilan jika:

a. Mengalami 2 kehamilan yang berdekatan b. Hamil dengan lebih dari satu anak

c. Sering mual dan muntah karena sakit pada pagi hari d. Tidak mengonsumsi cukup zat besi

e. Mengalami menstruasi berat sebelum kehamilan f. Hamil saat masih remaja

g. Kehilangan banyak darah (misalnya, dari cedera atau selama operasi) 8. Gejala dan Tanda Anemia pada Kehamilan

Gejala awal biasanya tidak ada atau tidak spesifik misalnya: a. kelelahan


(5)

c. pusing

d. dispnea ringan dengan tenaga e. Pucat

f. dan jika terjadi anemia berat, akan mengalami takikardi atau hipotensi.

(Proverawati, 2011. hlm.134-135) 9. Efek Anemia pada Ibu Hamil

Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karna itulah kejadian ini harus diwaspadai. Anemia yang terjadi saat ibu hamil pada trimester I akan dapat mengakibatkan: abortus, missed abortus dan kelainan kongenital. Anemia pada

kehamilan trimester II dapat menyebabkan: persalinan premature, perdarahan

antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intra uterin

sampai kematian, BBLR, gestosis dan mudah terkenan infeksi dan bahkan

mengakibatkan kematian. Saat persalinan, anemia dapat menimbulkan gangguan, baik primer maupun sekunder, janin akan lahir dengan anemia, dan persalinan dengan tindakan yang disebabkan karna ibu cepat lelah. Saat post partum (setelah

melahirkan) anemia dapat menyebabkan: atonia uteri, retensio plasenta,

perlukaan sukar sembuh, mudah terjadi febris puerpuralis dan gangguan involusio

uteri (Kartika, 2012, hlm. 115)

10. Pencegahan dan Pengobatan Anemia Pada Kehamilan a. Pencegahan dan pengobatan anemia defisiensi besi

Pencegahan: meski pun pemberian ini controversial, suplementasi zat besi (ferro sulfat biasanya secara oral 325 mg sekali / hari) biasanya di berikan secara rutin kepada wanita hamil untuk mencegah penipisan simpanan besi tubuh dan mencegah anemia yang mungkin timbul dari perdarahan abdominal atau


(6)

kehamilan berikutnya dan di sertai pemberian nutrisi/makanan yang banyak mengandung unsure zat besi, diantaranya daging hewan, telur, ikan dan sayuran hijau (Proverawati, 2011, hlm. 131).

Pengobatan: Pemberian Ferro sulfat, per oral 325 mg sekali / hari. Satu tablet ferro sulfat di minum pada sing hari, biasanya cukup efektif. Peningkatan dosis sering menyebabkan efek samping pada saluran pencernaan, terutama sembelit, dan satu dosis menghambat penyerapan dosis berikutnya, sehingga mengurangi persentase asupan. Sekitar 20 persen wanita hamil tidak cukup menyerap zat besi tambahan, benerapa dari mereka memerlukan terapi parenteral, biasanya dekstran besi. Beberapa nama dagang, misalnya IMFERON 100 mg IM setiap hari dengan total ≥ 1000 mg selama 3 minggu (Proverawati, 2011, hlm. 130)

b. Pencegahan dan pengobatan anemia karena infeksi

Pencegahan dan pengobatan ditujukan kepada sebab pokok anemianya, misalnya antibiotika untuk infeksi, obat-obat anti malaria, obat cacing dan lain-lain (Rinawati, 2010, hlm. 59)

c. Pencegahan dan pengobatan anemia defisiensi folat (megaloblastik)

Pencegahan: untuk pencegahan, semua wanita hamil diberi folat 0.4 mg sekali/hari. Wanita yang memiliki janin dengan spina bifida harus minum 4,0 mg

sekali/hari, mulai sebelum konsepsi dan pemberian diet tinggi asam folat seperti ayam, hati, ikan, daging, telur, brokoli, bayam, asparagus, air jeruk dan kacang-kacangan (Proverawati, 2011, hlm. 132)

Pengobatan: Pengobatan Anemia defisiensi folat (megaloblastik) pada


(7)

1) Asam folat 15-30 mg per hari 2) Vitamin B12 3 x 1 tablet perhari

3) Sulfas ferosus 3 x 1 tablet per hari

4) Pada kasus yang berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban dapat diberikan transfuse darah (Kartika, 2012, hlm. 114)

d. Pencegahan dan pengobatan anemia karena kelainan hemoglobin

(hemoglobinopathies)

Pencegahan: ada 2 pendekatan target dalam pencegahan yaitu secara retrospektif dan prospektif. Pendekatan retrospektif dilakukan dengan cara melakukan penelusuran terhadap anggota keluarga dengan riwayat keluarga. Sementara pendekatan prospektif dilakukan dengan melakukan skrining untuk

mengidentifikasi karier hemolobinopathi pada populasi tertentu. Secara garis

besar bentuk pencegahan dapat berupa edukasi tentang penyakit

hemoglobinopathi pada masyarakat, skrining (carrier testing), konseling genetika

pranikah, dan diagnosis prenatal ( HTA Indonesia, 2010 hlm. 9)

Pengobatan: hemoglobinopathi pada kehamilan

Perawatan di arahkan untuk mengatasi anemia. Transfusi darah biasanya dilakukan untuk setiap anemia jika gejala yang dialami cukup parah atau terdapat gejala dan tanda-tanda gangguan kardio pulmonal maka keputusan tidak

didasarkan pada kadar Hct tersebut (Proverawati, 2011, hlm. 136)

B. Perdarahan Post Partum Persalinan Normal

1. Perdarahan post partum persalinan normal

Perdarahan post partum persalinan normal adalah perdarahan yang ≥ 500 ml setelah bayi lahir pervaginam. Beradasarkan saat terjadinya perdarahan post


(8)

partum dibagi menjadi perdarahan post partum primer dan sekunder. Perdarahan post partum primer adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama sedangkan perdarahan post partum sekunder adalah perdarahan yang terjadi setelah 24 jam persalinan. Sifat perdarahan post partum bisa banyak, bergumpal-gumpal sampai menyebabkan syok bahkan kematian (Prawirohardjo, 2010, hlm. 523)

2. Faktor Predisposisi Perdarahan Post Partum

a. Keadaan umum parturien yang mempunyai gizi rendah

1) Hamil dengan anemia

2) Hamil dengan kekurangan gizi (malnutrisi)

b. Kelemahan dan kelelahan otot rahim :

1) Multiparitas :wanita yang melahirkan ≥ 3 kali. 2) Jarak kehamilan dan persalinan kurang dari 2 tahun 3) Persalinan lama atau terlantar

4) Persalinan dengan tindakan narkose

5) Kesalahan penanganan kala III

c. Pertolongan persalinan dengan tindakan disertai narkose

d. Overdistensi pada kehamilan

1) Hidramnion

2) Gemelli


(9)

3. Etiologi perdarahan post partum

Perdarahan post partum bisa disebabkan karena :

a. Atonia Uteri

Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang

menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat

implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir

(Prawirohardjo, 2010, hlm. 524)

Kegagalan kontraksi otot rahim menyebabkan pembuluh darah pada bekas implantasi plasenta terbuka sehingga menimbulkan perdarahan. Untuk meningkatkan kontraksi otot rahim dan menghentikan perdarahan dapat dilakukan dengan masasse fundusi uteri, memberikan uterotonika dengan menyuntikan

oksitoksin dan sejenisnya, memberikan prostaglandin, melakukan tamponade

uterus dan vagina, menghentikan sumber perdarahan, dengan ligasi arteria

hipogastrika interna dan melakukan histerektomi (Manuaba, 2010, hlm. 395)

b. Retensio Plasenta

Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam persalinan bayi. Pada beberapa kasus dapat terjadi retensio plasenta berulang

(habitual retensio plasenta). Plasenta ini harus dikeluarkan karena dapat

menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi karna sebagai benda mati, plasenta

inkarserata, polip plasenta dan terjadi degenerasi ganas korio karsinoma.

(Manuaba, 2010, hlm. 399)

Plasenta yang sukar dilepaskan dengan pertolongan aktif kala tiga bisa

disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus. Disebut sebagai


(10)

plasenta inkreta bila plasenta sampai menembus miometrium dan disebut plasenta

perkreta bila vili korialis sampai menembus perimetrium.

(Prawirohardjo, 2010, hlm.526)

c. Sisa Plasenta (Plasenta Rest)

Sisa plasenta/plasenta rest adalah tertinggalnya sebagian plasenta atau selaputnya di uterus. Gejala klinis sisa plasenta adalah terdapat sub involusi uteri,

terjadi perdarahan yang sedikit dan berkepanjangan, dapat juga terjadi perdarahan banyak dan mendadak setelah berhenti beberapa waktu.

Untuk menghindari terjadinya sisa plasenta dapat di lakukan dengan membersihkan kavum uteri dengan membungkus tangan dengan sarung tangan

sehingga kasar, mengupasnya sehingga mungkin sisa membrane dapat sekaligus di bersihkan, segera setelah bayi lahir di lakukan kuretase menggunakan kuret

post partum yang besar dan kuretase ini bisa dilakukan oleh tenaga terlatih

(Manuaba, 2010, hlm. 413) d. Robekan Jalan Lahir

Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan trauma. Pertolongan persalinan yang semakin manipulatik dan traumatik akan memudahkan robekan jalan lahir. Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomy,

robekan spontan perineum, truma forceps atau vakum ekstraksi atau karena versi

ekstraksi (Prawirohardjo, 2010, hlm.526)

Robekan jalan lahir selalu memberikan perrdarahan dalam jumlah yang bervariatif banyak. Perdarahan yang berasal dari jalan lahir selalu harus dievaluasi. Untuk dapat menetapkan sumber perdarahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan dalam dan pemeriksaan spekulum. Setelah sumber perdarahan


(11)

diketahui secara pasti, perdarahan di hentikan dengan melakukan ligasi (Manuaba,

2010, hlm. 410).

C. Pengaruh Anemia Dalam Kehamilan Terhadap Kejadian Perdarahan Post partum Persalinan Normal

Pada anemia jumlah efektif sel darah merah berkurang. Hal ini mempengaruhi jumlah haemoglobin dalam darah yang memiliki peran penting

dalam mengantar oksigen keseluruh tubuh. Berkurangnya jumlah hb

menyebabkan jumlah oksigen yang diikat dalam darah juga sedikit, sehingga mengurangi jumlah pengiriman oksigen ke organ-organ vital ibu dan janin (Tarwono, et al, 2007, hlm. 63).

Anemia dalam kehamilan dapat berpengaruh buruk terutama saat kehamilan, persalinan dan nifas. Prevalensi anemia yang tinggi berakibat negatif seperti Gangguan dan hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak.

Patofisiologi : Anemia dalam kehamilan menyebabkan plasenta kekurangan nutrisi dan oksigen yang akan dibawa/ditransfer ke sel tubuh maupun ke otak. Sehingga dapat memberikan efek buruk pada ibu itu sendiri maupun pada bayi yang dilahirkan. Pada saat hamil, bila terjadi anemia dan tidak tertangani hingga akhir kehamilan maka berpengaruh pada saat post partum. Saat hamil

apabila terjadi anemia maka akan mengganggu perkembangan sel salah satunya adalah desidua atau tempat melekatnya plasenta di dinding uterus menjadi tipis

sehingga penanaman plasenta bisa semakin dalam di dinding uterus menembus

desidua, sehingga menyebabkan plasenta sulit terlepas. Dan saat post partum


(12)

karena oksigen yang dikirim ke uterus kurang. Jumlah oksigen dalam darah yang

kurang menyebabkan otot-otot uterus tidak berkontraksi dengan adekuat sehingga timbul atonia uteri, retensio plasenta yang disebabkan terlalu dalamnya

perlekatan plasenta yang akan mengganggu kerja kontraksi yang menyebabkan

adanya sisa plasenta dan apabila terjadi robekan jalan lahir maka yang

menyebabkan perdarahan terus menerus karena Hemoglobin fungsinya berkurang

dan apabila tidak ditangani dengan cepat yang akhirnya akan mengakibatkan


(1)

1) Asam folat 15-30 mg per hari 2) Vitamin B12 3 x 1 tablet perhari 3) Sulfas ferosus 3 x 1 tablet per hari

4) Pada kasus yang berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban dapat diberikan transfuse darah (Kartika, 2012, hlm. 114)

d. Pencegahan dan pengobatan anemia karena kelainan hemoglobin (hemoglobinopathies)

Pencegahan: ada 2 pendekatan target dalam pencegahan yaitu secara retrospektif dan prospektif. Pendekatan retrospektif dilakukan dengan cara melakukan penelusuran terhadap anggota keluarga dengan riwayat keluarga. Sementara pendekatan prospektif dilakukan dengan melakukan skrining untuk mengidentifikasi karier hemolobinopathi pada populasi tertentu. Secara garis besar bentuk pencegahan dapat berupa edukasi tentang penyakit hemoglobinopathi pada masyarakat, skrining (carrier testing), konseling genetika

pranikah, dan diagnosis prenatal ( HTA Indonesia, 2010 hlm. 9)

Pengobatan: hemoglobinopathi pada kehamilan

Perawatan di arahkan untuk mengatasi anemia. Transfusi darah biasanya dilakukan untuk setiap anemia jika gejala yang dialami cukup parah atau terdapat gejala dan tanda-tanda gangguan kardio pulmonal maka keputusan tidak didasarkan pada kadar Hct tersebut (Proverawati, 2011, hlm. 136)

B. Perdarahan Post Partum Persalinan Normal 1. Perdarahan post partum persalinan normal

Perdarahan post partum persalinan normal adalah perdarahan yang ≥ 500 ml setelah bayi lahir pervaginam. Beradasarkan saat terjadinya perdarahan post


(2)

partum dibagi menjadi perdarahan post partum primer dan sekunder. Perdarahan post partum primer adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama sedangkan perdarahan post partum sekunder adalah perdarahan yang terjadi setelah 24 jam persalinan. Sifat perdarahan post partum bisa banyak, bergumpal-gumpal sampai menyebabkan syok bahkan kematian (Prawirohardjo, 2010, hlm. 523)

2. Faktor Predisposisi Perdarahan Post Partum

a. Keadaan umum parturien yang mempunyai gizi rendah 1) Hamil dengan anemia

2) Hamil dengan kekurangan gizi (malnutrisi) b. Kelemahan dan kelelahan otot rahim :

1) Multiparitas :wanita yang melahirkan ≥ 3 kali. 2) Jarak kehamilan dan persalinan kurang dari 2 tahun 3) Persalinan lama atau terlantar

4) Persalinan dengan tindakan narkose 5) Kesalahan penanganan kala III

c. Pertolongan persalinan dengan tindakan disertai narkose d. Overdistensi pada kehamilan

1) Hidramnion 2) Gemelli


(3)

3. Etiologi perdarahan post partum

Perdarahan post partum bisa disebabkan karena : a. Atonia Uteri

Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang

menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir

(Prawirohardjo, 2010, hlm. 524)

Kegagalan kontraksi otot rahim menyebabkan pembuluh darah pada bekas implantasi plasenta terbuka sehingga menimbulkan perdarahan. Untuk meningkatkan kontraksi otot rahim dan menghentikan perdarahan dapat dilakukan dengan masasse fundusi uteri, memberikan uterotonika dengan menyuntikan oksitoksin dan sejenisnya, memberikan prostaglandin, melakukan tamponade uterus dan vagina, menghentikan sumber perdarahan, dengan ligasi arteria

hipogastrika interna dan melakukan histerektomi (Manuaba, 2010, hlm. 395)

b. Retensio Plasenta

Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam persalinan bayi. Pada beberapa kasus dapat terjadi retensio plasenta berulang (habitual retensio plasenta). Plasenta ini harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi karna sebagai benda mati, plasenta inkarserata, polip plasenta dan terjadi degenerasi ganas korio karsinoma.

(Manuaba, 2010, hlm. 399)

Plasenta yang sukar dilepaskan dengan pertolongan aktif kala tiga bisa disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus. Disebut sebagai plasenta akreta bila implantasi menembus desidua basalis, disebut sebagai


(4)

plasenta inkreta bila plasenta sampai menembus miometrium dan disebut plasenta

perkreta bila vili korialis sampai menembus perimetrium.

(Prawirohardjo, 2010, hlm.526)

c. Sisa Plasenta (Plasenta Rest)

Sisa plasenta/plasenta rest adalah tertinggalnya sebagian plasenta atau selaputnya di uterus. Gejala klinis sisa plasenta adalah terdapat sub involusi uteri, terjadi perdarahan yang sedikit dan berkepanjangan, dapat juga terjadi perdarahan banyak dan mendadak setelah berhenti beberapa waktu.

Untuk menghindari terjadinya sisa plasenta dapat di lakukan dengan membersihkan kavum uteri dengan membungkus tangan dengan sarung tangan sehingga kasar, mengupasnya sehingga mungkin sisa membrane dapat sekaligus di bersihkan, segera setelah bayi lahir di lakukan kuretase menggunakan kuret post partum yang besar dan kuretase ini bisa dilakukan oleh tenaga terlatih

(Manuaba, 2010, hlm. 413) d. Robekan Jalan Lahir

Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan trauma. Pertolongan persalinan yang semakin manipulatik dan traumatik akan memudahkan robekan jalan lahir. Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomy, robekan spontan perineum, truma forceps atau vakum ekstraksi atau karena versi ekstraksi (Prawirohardjo, 2010, hlm.526)

Robekan jalan lahir selalu memberikan perrdarahan dalam jumlah yang bervariatif banyak. Perdarahan yang berasal dari jalan lahir selalu harus dievaluasi. Untuk dapat menetapkan sumber perdarahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan dalam dan pemeriksaan spekulum. Setelah sumber perdarahan


(5)

diketahui secara pasti, perdarahan di hentikan dengan melakukan ligasi (Manuaba, 2010, hlm. 410).

C. Pengaruh Anemia Dalam Kehamilan Terhadap Kejadian Perdarahan Post partum Persalinan Normal

Pada anemia jumlah efektif sel darah merah berkurang. Hal ini mempengaruhi jumlah haemoglobin dalam darah yang memiliki peran penting dalam mengantar oksigen keseluruh tubuh. Berkurangnya jumlah hb menyebabkan jumlah oksigen yang diikat dalam darah juga sedikit, sehingga mengurangi jumlah pengiriman oksigen ke organ-organ vital ibu dan janin (Tarwono, et al, 2007, hlm. 63).

Anemia dalam kehamilan dapat berpengaruh buruk terutama saat kehamilan, persalinan dan nifas. Prevalensi anemia yang tinggi berakibat negatif seperti Gangguan dan hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak.

Patofisiologi : Anemia dalam kehamilan menyebabkan plasenta kekurangan nutrisi dan oksigen yang akan dibawa/ditransfer ke sel tubuh maupun ke otak. Sehingga dapat memberikan efek buruk pada ibu itu sendiri maupun pada bayi yang dilahirkan. Pada saat hamil, bila terjadi anemia dan tidak tertangani hingga akhir kehamilan maka berpengaruh pada saat post partum. Saat hamil apabila terjadi anemia maka akan mengganggu perkembangan sel salah satunya adalah desidua atau tempat melekatnya plasenta di dinding uterus menjadi tipis sehingga penanaman plasenta bisa semakin dalam di dinding uterus menembus desidua, sehingga menyebabkan plasenta sulit terlepas. Dan saat post partum


(6)

karena oksigen yang dikirim ke uterus kurang. Jumlah oksigen dalam darah yang kurang menyebabkan otot-otot uterus tidak berkontraksi dengan adekuat sehingga timbul atonia uteri, retensio plasenta yang disebabkan terlalu dalamnya perlekatan plasenta yang akan mengganggu kerja kontraksi yang menyebabkan adanya sisa plasenta dan apabila terjadi robekan jalan lahir maka yang menyebabkan perdarahan terus menerus karena Hemoglobin fungsinya berkurang dan apabila tidak ditangani dengan cepat yang akhirnya akan mengakibatkan