Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja di PTPN-IV (Studi Kasus di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada zaman dalam era globalisasi seperti sekarang ini, segalanya cepat berubah dan berkembang sejalan dengan tuntutan zaman dan majunya teknologi maka dari hari ke hari mobilitas masyarakat semakin banyak dan dituntut cepat. Menjawab semua itu, dunia perusahaan khususnya mengenai tenaga kerja sekarang ini sudah sangat dipersulit oleh karena teknologi yang bertambah maju. Jasa tenaga kerja salah satunya yang menjadi tulang punggung perusahaan dan pembangunan nasional telah banyak diganti dengan semakin canggihnya alat-alat yang dipergunakan untuk pengganti tenaga kerja. Walaupun demikian tenaga kerja merupakan salah satu yang diharuskan ada dalam masyarakat Indonesia untuk mempersempit adanya pengangguran di segala bidang usaha.

Apabila berbicara mengenai masalah ketenagakerjaan, maka penelaahannya akan dapat ditinjau dari berbagai faktor dan makna. Karena kenyataan telah membuktikan bahwa faktor ketenagakerjaan sebagai Sumber Daya Manusia, di masa Pembangunan Nasional sekarang merupakan faktor yag teramat penting bagi terselenggaranya Pembangunan Nasional di Negara kita Republik Indonesia. Bahkan faktor tenaga kerja merupakan sarana sangat dominan di dalam kehidupan


(2)

suatu bangsa, karena itu ia merupakan faktor penentu bagi mati dan hidupnya suatu bangsa.

Salah satu keberhasilan pembangunan nasional adalah kualitas manusia Indonesia,yang menentukan berhasil tidaknya usaha untuk memenuhi tahap tinggal landas. Peningkatan kualitas manusia tidak mungkin tercapai tanpa adanya jaminan hidup yang pasti untuk didapatkannya, dan peningkatan kualitas tenaga kerja serta perlindungan terhadap tenaga kerja harus disesuaikan dengan harkat dan martabat manusia.4

Sasaran utama Pembangunan Nasional tersebut adalah peningkatan kesejahteraan bangsa secara merata bagi semua golongan tingkatan masyarakat. Oleh sebab itu, menjadi cita-cita pula untuk meratakan hasil pembangunan secara bertahap yang akan dicapai nanti, tanpa kerjasama maka tidak akan tercapai apa sebenarnya yang dicita-citakan oleh pembangunan disektor ketenagakerjaan.

Sejalan dengan perkembangan kehidupan sosial ekonomi masyarakat, pemerintah Orde Baru mengeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan dibidang ketenagakerjaan guna mengganti ketentuan lama yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman dan untuk memperbaiki kondisi ketenagakerjaan di Indonesia dalam rangka memberikan pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan kepada warga Negara, pada saat itu

4

Abdul Khakim, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia.(Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2003 ) hal. ix


(3)

masih digunakan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok mengenai Ketenagakerjaan.5

Hukum ketenagakerjaan dengan segala problema dan implikasi tertentu sangat menarik untuk dibahas. Apalagi setelah reformasi banyak menutut banyak perubahan dan penyempurnaan secara signifikan, sehingga diperlukan suatu kajian dan pemahaman tersendiri dan juga menuntut akan terealisasinya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 setelah mempunyai banyak perubahan dari undang-undang lain dan peraturan-peraturan pelaksanaan sebelumnya.

Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk meningkatkan harkat, martabat, dan harga diri tenaga kerja serta mewujudkan masyarakat sejahtera, adil, makmur dan merata, baik materiil maupun spiritual (penjelasan umun atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenaga Kerjaan).6

Kepedulian terhadap pembangunan merupakan usaha yang komprehensif, antara lain mencakup pengembangan sumber daya manusia, peningkatan produktifitas daya saing tenaga kerja Indonesia, upaya perluasan kesempatan kerja, pelayanan penempatan kerja dan pembinaan hubungan industrial.

5

Maimun, Hukum Ketenaga Ker jaan Suatu Pengantar, ( Jakarta : PT.Pradnya Paramita, 2004) hal. 8

6


(4)

Tenaga kerja mempunyai peran dan arti yang sangat penting sebagai kelompok masyarakat produktivitas yang menunjang pelaksanaan pembangunan. Kedudukan tenaga kerja (istilah umumnya dikatakan sebagai Buruh) dalam berbagai macam aspek pembangunan semakin diperhitungkan, mengingat bahwa suksesnya pembangunan terletak pada manusia itu sendiri dalam mengelolanya sehingga manusia tersebut menjadi subyek pembangunan sekaligus menjadi obyek pembangunan. Memang diakui, bahwa jumlah penduduk yang besar apabila tidak diiringi dengan pertumbuhan produksi akan menjadi beban yang bisa menghambat lajunya pembangunan. Namun apabila jumlah penduduk itu digunakan, dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan menguntungkan bagi usaha pembangunan di segala bidang. Bila dilihat dari pandangan ahli ekonomi penduduk merupakan unsur :

a) Yang menciptakan dan mengembangkan teknologi

b) Yang mengorganisasi penggunaan diberbagai faktor produksi.7

Walaupun semakin canggihnya alat-alat yag dipergunakan oleh perusahaan untuk tetap menjalankan roda kerja maka semua tidak lepas dari tenaga kerja manusia. Hal tersebut telah dibuktikan oleh mereka yang bekerja pada lapangan pekerjaan di perusahaan tempat mereka bekerja.

Perlindungan tenaga kerja juga sangat mendapat perhatian dalam hukum ketenagakerjaan, salah satu tujuan pembangunan ketenagakerjaan, salah satu tujuan pembangunan ketenagakerjaan adalah memberikan perlindungan kepada

7


(5)

tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan dan memilki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan.

Menurut Pasal 99 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenaga Kerjaan setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga kerja. Dalam ketentuan tersebut Jamsostek merupakan suatu hak yang tidak hanya dimiliki oleh pekerja/ buruh tetapi juga keluarga. Pemberian hak kepada pekerja/ buruh ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan pelayanan bila ada anggota keluarga pekerja/ buruh mengalami sakit atau memerlukan bantuan medis lain seperti hamil dan melahirkan serta mereka yang mendapatkan kecelakaan kerja.8

Kesejahteraan yang perlu dikembangkan bukan hanya bagi tenaga kerja sendiri, akan tetapi juga bagi keluarganya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam arti luas, yang harus tetap dipelihara termasuk pada saat tenaga kerja kehilangan sebahagian atau pun seluruh penghasilannya sebagai akibat terjadinya resiko-resiko sosial antara lain kecelakaan kerja, sakit, meninggal dunia, cacat dan hari tua. Dalam keadaan hilang sama sekali, kehilangan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi dirinya dan keluarganya. Oleh karena resiko ini bersifat universal, maka perlu dipecahkan secara sistematis, terencana, bertahap serta berkelanjutan.

Berdasarkan pemaparan di atas, perlu dibahas masalah Jaminan Sosial Tenaga Kerja di perusahaan PT.Perkebunan Nusantara IV khususnya pada Unit

8


(6)

Kebun Bah Jambi, dimana perlu diketahui bahwa perusahaan PT. Perkebunan Nusantara IV ini merupakan salah satu perusahaan BUMN yang terbesar di Sumatera Utara dan mempunyai banyak tenaga kerja, untuk itu ingin diketahui lebih mendetail berapa banyak kecelakaan kerja yang dihadapi oleh perusahaan ini dan apakah perusahaan itu mengikuti aturan yang berada pada Undang-Undang Ketenaga Kerjaan dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Oleh karena itu untuk membahas hal tersebut dipilih judul skripsi yaitu “Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Bah Jambi,Pematang Siantar”.

B. Permasalahan

Dalam penulisan skripsi harus ditentukan terlebih dahulu mengenai masalah yang merupakan titik tolak dari pembahasan selanjutnya. Yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah :

1. Bagaimana Pengaturan Hukum tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja atas Kecelakaan Kerja.

2. Bagaimana Keberadaan Serikat Buruh / Serikat Pekerja dalam Suatu Perusahaan.

3. Bagaimana Hambatan-hambatan yang dihadapi Tenaga Kerja dalam Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Ketika Kecelakaan Kerja dihadapi oleh Tenaga Kerja di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar.


(7)

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Sehubungan dengan perusahaan yang dikemukakan di atas maka penulisan skripsi ini bertujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tentang Pengaturan Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja atas Kecelakaan Kerja.

2. Untuk mengetahui peran Serikat Buruh/Serikat Pekerja dalam Suatu Perusahaan.

3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi Tenaga Kerja dalam Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Ketika Kecelakaan Kerja dihadapi oleh Tenaga Kerja di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar.

Dari hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang jelas antara lain :

1. Manfaat Teoritis, hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sedikit sumbangan pengetahuan tentang pelaksanaan jaminan sosial tenaga kerja terhadap kecelakaan kerja di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar.

2. Manfaat Praktis, diharapkan hasil penulisan ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yuridis yang berkaitan dengan pelaksanaan jaminan sosial tenaga kerja terhadap kecelakaan kerja yang sesuai dengan kaedah hukum.


(8)

1. Jenis Peneltian

Di dalam pengumpulan data dan informasi yang diperlukan untuk penulisan skripsi ini, telah dikumpulkan data-data yang diperlukan untuk dapat mendukung penulisan skripsi.

Cara pengumpulan data dilakukan dengan dua (2) cara, yakni :

Pertama, penelusuran bahan Kepustakaan (Library Research) dari perpustakaan terhadap bahan-bahan yang relevan dengan penulisan skripsi ini yakni, buku-buku yang bersumber dari Hukum Ketenagakerjaan dan buku tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, yang di dalamnya juga terdapat Pendapat Sarjana tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, serta Perundang-undangan yang dipakai seperti : Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, serta Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Kedua, pengambilan data dari lapangan yang disebut dengan Penelitian Lapangan (Field Research), yakni PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Bah Jambi. Dalam hal ini yang diperlukan adalah tentang dokumentasi Perusahaan terutama yang berkaitan dengan Kecelakaan Kerja dan Pembayaran Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang mengalami kecelakaan kerja.


(9)

Penelitian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar dengan pertimbangan bahwa tempat tersebut memenuhi karakteristik untuk mendapatkan gambaran mengenai masalah yang akan diteliti.

3. Alat Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data ini di lapangan, maka alat yang dipakai untuk mendapatkan data tersebut melalui, studi dokumen di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Bah Jambi dan melalui wawancara dengan beberapa kepala bagian di perusahaan tersebut.

4. Analisis Hasil

Setelah melakukan penelitian dan pengumpulan data dengan berbagai macam cara dan diperlukannya dokumentasi perusahaan, maka akan dilakukan analisis data.

E. Keaslian Penulisan

Sepanjang yang telah ditelusuri dan diketahui di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara bahwa penulisan tentang Kajian Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja dan data yang diperoleh dari perpustakaan, judul ini belum pernah ditulis sebagai skripsi.

Dengan demikian, dilihat dari permasalahan serta tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini, maka dapat dikatakan bahwa skripsi ini merupakan karya yang asli.


(10)

F. Tinjauan Kepustakaan 1. Pengertian Asuransi

Asuransi adalah bagian dari ilmu ekonomi dengan misi utamanya melindungi kekayaan” itu terhadap resiko kerugian yang dihadapinya. Asuransi jiwa adalah alat keuangan untuk menyediakan dana bagi pemeliharaan ahli waris dan harta peninggalan seseorang yang sudah meninggal. Asuransi kesehatan adalah alat keuangan untuk menyediakan untuk menyediakan dana untuk perawatan sakit si tertanggung dan keluarganya selama ia tidak mampu bekerja (disabled). Dimana asuransi kesehatan bertujuan untuk membayar biaya rumah sakit, biaya pengobatan dan mengganti kerugian tertanggung atas hilangnya pendapatannya karena cedera akibat kecelakaan atau penyakit.9

Ditinjau dari sudut perseorangan, asuransi jiwa adalah suatu metode untuk menciptakan suatu estate, suatu metode untuk menjaga agar rencana menghimpun harta untuk kepentingan orang lain (terutama keluarganya) dapat terwujud, baik kepala keluarga (breadwinner) meninggal sebelum waktunya (prematurely) maupun hidup sampai tua Bangka.

Berdasarkan Pasal 246 dalam KUHD bahwa Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian, dengan mana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena peristiwa yang tak tertentu.

9


(11)

2. Dasar Hukum Asuransi

Berdasarkan Pasal-Pasal KUHD yaitu

a. Pasal 246 bahwa asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian, dengan mana penanggung mengikatkan diri pada tertanggung, dengan menerima premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena peristiwa yang tak tertentu.

b. Pasal 247 dimana Pertanggungan itu antara lain dapat mengenai :  Bahaya kebakaran

 Bahaya yang mengancam hasil pertanian yang belum dipaneni  Jiwa satu atau beberapa orang

 Bahaya laut dan perbudakan

 Bahaya yang mengancam pengangkutan di daratan, di sungai, dan di perairan

c. Pasal 257 dimana Perjanjian pertanggungan berlaku seketika setelah ia ditutup: hak-hak dan kewajiban-kewajiban penanggung dan tertanggung mulai berlaku semenjak saat itu, bahkan sebelum polisnya ditandatangani. d. Pasal 268, pertanggungan dapat mengenai segala kepentingan yang dapat

dinilai dengan uang, dapat terkena sesuatu bahaya, dan tidak dilarang oleh undang-undang.


(12)

Jaminan sosial dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan istilah Social Security. Istilah ini untuk pertama kalinya dipakai secara resmi oleh Amerika Serikat dalam suatu Undang-Undang yang bernama The Social Security Act Of 1935. Kemudian dipakai secara resmi oleh New Zealand Tahun 1938 sebelum secara resmi dipakai oleh ILO (International Labour Organization). Menurut ILO :

“Social Security pada prinsipnya adalah sistem perlindungan yang diberikan oleh masyarakat untuk para warganya, melalui berbagai usaha dalam menghadapi resiko-resiko ekonomi atau sosial yang dapat mengakibatkan terhentinya/sangat berkurangnya penghasilan”.10

Sedangkan Kennet Thomson, seorang tenaga ahli pada Sekretariat Jenderal International Social Security Association (ISSA) di Jenewa, dalam Regional Training Seminar ISSA di Jakarta bulan Juni 1980, mengatakan bahwa :

“Jaminan sosial dapat diartikan sebagai perlindungan yang diberikan oleh masyarakat bagi anggota-anggotanya untuk risiko-risiko atau peristiwa-peristiwa tertentu dengan tujuan sejauh mungkin untuk menghindari terjadinya peristiwa -peristiwa tersebut yang dapat mengakibatkan hilangnya atau turunnya sebagian besar penghasilan, dan untuk memberikan pelayanan medis dan/atau jaminan keuangan terhadap konsekuensi ekonomi dari peristiwa tersebut, serta jaminan untuk tunjangan keluarga dan anak”.11

10

Astek Menjawab, Masalah Astek, No. 3 Tahun I, Juli, 1985, hal. 15

11

Sentanoe Kertonegoro, Jaminan Sosial dan Pelaksanaannya di Indonesia, Cet. I, Mutiara, Jakarta, hal. 29


(13)

Sejalan dengan dua pengertian di atas, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial, pada Pasal 2 ayat (4) menggariskan bahwa :

“Jaminan Sosial sebagai perwujudan dari sekuritas sosial adalah seluruh sistem perlindungan dan pemeliharaan kesejahteraan sosial bagi warga Negara yang diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau masyarakat guna memelihara taraf kesejahteraan sosial”.12

Namun kenyataannya menunjukkan, bahwa Hukum Perburuhan Indonesa tidak memasukkan Kesehatan Kerja, Keselamatan Kerja dan Keamanan Kerja di dalam konsepsi jaminan sosial, hal ini berarti, bahwa Hukum Perburuhan Indonesia mendefikasikan jaminan sosial itu secara murni atau secara sempit, seperti yang dikemukakan oleh Imam Soepomo, bahwa: “Jaminan sosial adalah pembayaran yang diterima pihak buruh dalam hal buruh di luar kesalahannya tidak melakukan pekerjaan, jadi menjamin kepastian pendapatan (income security) dalam hal buruh kehilangan upahnya karena alasan di luar kehendaknya”.13

Pengertian jaminan sosial secara sempit ini lebih dipertegas lagi oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor : PER-03/MEN/1980 yang dalam Pasal 2 ayat (1) menentukan, bahwa :

12

H. Zainal Asikin, S.H., S.U. (dkk), Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2008) hal. 99

13

Imam Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan, Cet. V, Penerbit Djambatan, 1982, (selanjutnya disebut Imam Soepomo I) hal. 136


(14)

“Program jaminan sosial adalah program yang meliputi jaminan sakit, hamil, bersalin, hari tua/pensiun, kecelakaan/cacad dan meninggal dunia bagi tenaga kerja dan/atau keluarganya”.14

Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah upaya kebijaksanaan yang ditujukan kepada tenaga kerja terutama yang berada di lingkungan perusahaan dalam hal penyelenggaraan, perlindungan dengan interaksi kerja yang saling menguntungkan kedua belah pihak (tenaga kerja dan pengusaha). Dalam kamus popular “Pekerjaan sosial” istilah jaminan sosial adalah suatu program perlindungan yang diberikan oleh Negara, masyarakat dan organisasi sosial kepada seseorang/individu yang menghadapi kesukaran-kesukaran dalam kehidupan dan penghidupannya, seperti penyakit kronis, kecelakaan kerja dan sebagainya.15

Pengertian Jaminan Sosial Tenaga Kerja dinyatakan dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 1992, yaitu

“Suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit bersalin, hari tua dan meninggal dunia”.

Dari pengertian jaminan sosial tenaga kerja di atas dapat ditarik kesimpulan, jaminan sosial mempunyai beberapa aspek, antara lain :

14

H. Zainal Asikin, S.H., S.U. (dkk), op. cit., hal. 100

15


(15)

a. Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal bagi tenaga kerja beserta keluarganya.

b. Merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah menyumbangkan tenaga dan pikirannya kepada perusahaan tempat dimana mereka bekerja. c. Dengan adanya upaya perlindungan dasar akan memberikan kepastian

berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruh penghasilan yang hilang.

d. Menciptakan ketenangan bekerja karena adanya upaya perlindungan terhadap resiko-resiko kerja dan upaya pemeliharaan terhadap tenaga kerja. e. Dengan adanya jaminan sosial tenaga kerja akan menciptakan ketenangan

bekerja pada akhirnya mendukung kemandirian dan harga diri mausia dalam menghadapi resiko sosial ekonomi.

4. Dasar Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang JAMSOSTEK ini dikeluarkan berlandaskan dasar-dasar hukum.

a. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945

b. Undang No. 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-Undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari Republik Indonesia untuk Seluruh Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 41)


(16)

c. Undang-Undang No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 55 : Tambahan Lembaran Negara Nomor 2912)

d. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Lembara Negara Tahun 1970 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2918) e. Undang-Undang No. 7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan di

Perusahaan (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3201).

5. Pengertian Kecelakaan Kerja

Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan terjadi. Tak terduga karena di belakang peristiwa tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai dengan kerugian material maupun penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling berat, baik bagi pengusaha maupun bagi pekerja/buruh.16

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja termasuk penyakit yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, demikian juga kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju ke tempat kerja dan pulang ke rumah menuju jalan yang biasa atau wajar dilalui.

16

Zaeni Asyhadie, Hukum Ker ja, Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007, hal. 107


(17)

Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 bahwa kecelakaan kerja itu tidak hanya kecelakaan yang terjadi di ruangan kerja saja, tetapi juga kecelakaan yang terjadi sejak pekerja meninggalkan rumahnya menuju tempat bekerjanya sampai dia pulang kembali ke rumahnya dengan melalui jalan yang biasa dilaluinya. Kecelakaan yang terjadi di jalan raya atau yang terjadi selama seorang pekerja melakukan pekerjaan atas perintah atasan dianggap kecelakaan kerja.

Sebaliknya, tidak dianggap sebagai kecelakaan kerja, apabila seorang pekerja di dalam perjalanannya menuju ke tempat atau pulang kerja mampir terlebih dahulu ke suatu tempat dan terjadi kecelakaan di tempat itu. Kecelakaan yang demikian tidak dianggap sebagai kecelakaan kerja yang mana mampir untuk tugas pribadi atau tugas rumah.

Disamping itu penyakit yang timbul sebagai akibat langsung dari pekerjaan juga dapat dianggap sebagai kecelakaan kerja. Namun kalau penyakit itu menyebabkan cacat atau meninggal. Maka untuk dapat dianggap sebagai kecelakaan kerja haruslah dia memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat tersebut adalah :

a. Pekerjaan tenaga kerja harus menanggung risiko penyebab penyakit tersebut.

b. Pekerja/tenaga kerja yang bersangkutan berhubungan langsung dengan risiko tersebut.


(18)

d. Tidak ada kelalaian yang disengaja oleh pekerja/tenaga kerja sehingga ia terkena penyakit itu.

e. Khusus untuk penyakit slicosic, absestorius, dan bynosis absestorius, dan bynosis tidak dianggap sebagai penyakit kerja, bila pekerja belum datang ke tempat tersebut (tempat penyebab penyakit) selama 10 (sepuluh) tahun.

6. Pengertian Organisasi Buruh/Pekerja

Menurut RG. Kartasapoetra, dalam bukunya Hukum Perburuhan di Indonesia berlandaskan Pancasila.17

Jelasnya, yang dimaksud dengan Organisasi Buruh di tanah air kita adalah organisasi yang didirikan oleh dan untuk kaum buruh secara sukarela yang berbentuk sebagai berikut :

a. Serikat Buruh,

Serikat buruh adalah suatu organisasi yang didirikan oleh dan untuk buruh secara sukarela, berbentuk kesatuan dan mencakup lapangan pekerjaan, serta disusun secara vertikal dari pusat sampai unit-unit kerja (basis);

b. Gabungan Serikat Buruh,

Gabungan Serikat Buruh adalah suatu organissasi buruh yang anggota-anggotanya terdiri dari Serikat Buruh seperti di atas.

17

RG. Kartasapoetra, et al, Hukum Perburuhan di Indonesia Berdasarkan Pancasila, Cet. I, Bina Aksara 1986, hal. 211


(19)

Dari pengertian di atas yang diberikan oleh RG. Kartasapoetra, maka tampaknya apa yang dikemukakan itu adalah sesuai dengan bunyi pasal 1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Nomor PER/01/MEN/1975 tentang Pendaftaran Organisasi Buruh, tanpa memberikan penjelasan sedikitpun.

Sesungguhnya Organisasi Buruh oleh Peraturan Mentranskop di atas adalah FBSI (Federasi Buruh Seluruh Indonesia) yang sekarang ini disebut denga SPSI. Ini dapat dibuktikan dengan adanya Surat Mentranskop Nomor 286a/DD/Dphk/1974 tentang Pengakuan Organisasi Buruh FBSI, yang mengakui FBSI itu sebagai salah satu wadah Perserikatan Buruh Vaksentral yang mengorganisir semua Serikat Buruh Lapangan Pekerjaan di seluruh Indonesia tanpa kecuali.

Sedangkan yang dimaksud dengan Serikat Buruh dan Gabungan Serikat Buruh dapat dijelaskan sebagai berikut;

Misalnya pada PT Perkebunan Nusatara IV Unit Kebun Bah Jambi, SPBUN adalah Serikat Pekerja / Serikat Buruh Perkebunan PT Perkebunan Nusantara IV (Persero). SPBUN Basis Kebun Bah Jambi merupakan bagian dari SPBUN PT Perkebunan Nusantara IV di Medan., terdaftar di Pemerintah Kabupaten Simalungun, Dinas Koperasi dan UKM yang dulunya bernama Dinas Tenaga Kerja Nomor : 25/ SP-DISKOP PKM dan TK/ 2001 tanggal 27 November 2001


(20)

yang saat ini berkantor di Medan, yang berfungsi sebagai wadah berhimpunnya Pekerja PT Perkebunan Nusantara IV (Persero).18

7. Dasar Hukum Organisasi Buruh/Pekerja a) Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28

Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 ini memberikan hak kepada seluruh warga Negara untuk berserikat, berkumpul da mengeluarkan pendapatnya. Meskipun sifatnya agak umum namun pasal inilah yang dipakai dasar oleh para buruh kita untuk mendirikan barisan Buruh Indonesia pada awal-awal kemerdekaan Republik Indonesia.

b) Undang-Undang Dasar Sementara 1950 Pasal 29

Pada intinya menentukan bahwa setiap orang berhak untuk mendirikan Serikat Pekerja dan masuk ke dalamnya untuk melindungi dan memperjuangkan kepentingannya. Jadi, Pasal 29 Undang-Undang Sementara Tahun 1950 lebih khusus sifatnya dari Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945.

c) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1956 tentang Persetujuan Konvensi ILO Nomor 98 Tahun 1949

Pada pokoknya sebagai berikut :

1) Menjamin kebebasan buruh untuk masuk Serikat Buruh;

2) Melindungi Buruh terhadap campur tangan majikan dalam hal ini;

18


(21)

3) Melindungi Serikat Buruh terhadap campur tangan majikan dalam mendirikan, cara bekerja serta cara mengurus organisasinya;

4) Menjamin penghargaan hak berorganisasi;

5) Menjamin perkembangan serta penggunaan badan perundingan sukarela untuk mengatur syarat-syarat dan keadaan-keadaan kerja dengan perjanjian perburuhan.

d) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Tenaga Kerja Pasal 11 yang bunyinya :

 Tiap tenaga kerja berhak mendirikan dan menjadi anggota Perserikatan Tenaga Kerja;

 Pembentukan Tenaga Kerja dilakukan secara demokratis.

e) Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Nomor 8/Edrn/1974 tentang pembentukan/FBSI pada perusahaan-perusahaan;

Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Nomor 01/Men/1975 tentang Pendaftaran Organisasi Buruh.

8. Ruang Lingkup PT Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Bah Jambi

Kebun Bah Jambi adalah salah satu Unit Usaha dari PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) berada di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara yang berkantor pusat di Jl. Letjend. Suprapto Medan. Bergerak dibidang Usaha


(22)

Perkebunan dan Pengolahan Kelapa sawit yang menghasilkan Minyak (CPO) dan Inti (PK).19

Lokasi Kebun Bah Jambi berada di Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi dan Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun. Jarak dengan Kota Medan sebagai Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara berkisar 147 km dan dari Pematang Siantar 19 km.

Kebun Bah Jambi memiliki luas HGU 8.060,5 Ha yang terdiri dari 9 Afdeling Tanaman Kelapa Sawit, Emplasmen, Pembibitan, Pabrik dan Kolam Limbah. Topografi tanah keadaannya sedikit bergelombang dan berbukit. Jenis tanah Podolik Coklat Kuning (PCK) dan Podsolik Coklat (PC).20

Pada umumnya keadaan areal di lokasi PT Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Bah Jambi rata dan sebagian tempat berbukit dengan ketinggian tempat 368 meter di atas permukaan laut (dpl).

Dari lokasi tersebut, ada beberapa keuntungan yang dimiliki oleh lokasi PT Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Bah Jambi antara lain :

 Dekat dengan areal perkebunan yang menjadi lahan penghasil bahan baku  Dekat dengan jalan raya sehingga memudahkan pendistribusian produk  Tenaga kerja mudah didapat dan dicari

PT Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Bah Jambi memiliki Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimana dahulu, sebelum pengambilalihan oleh Pemerintah

19

Selayang Pandang Kebun Bah Jambi, op. cit., hal. 4

20


(23)

Republik Indonesia, Pabrik Bah Jambi adalah milik Perusahaan Belanda NV. Handle Veroging Amsterdam (HVA) yang mengelola Produk Sisal (Agave Sisalana). Kemudian direnovasi menjadi Pabrik Kelapa Sawit dan mulai beroperasi pada tahun 1967 dengan kapasitas awal 30 ton Tandan Buah Segar (TBS) per jam, yang kemudian pada tahun 1972 ditingkatkan menjadi 50 ton Tandan Buah Segar (TBS) per jam.

Pada tahun 1998 dilaksanakan pembenahan tata letak, tata ruang serta penyempurnaan mesin-mesin PKS dari kapasitas 50 ton Tandan Buah Segar (TBS) menjadi 60 ton Tandan Buah Segar (TBS). PKS Unit Kebun Bah Jambi dengan luas 8.832,15 meter2 sebagai tempat untuk mengolah buah kelapa sawit menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan Inti Sawit (PK) yang merupakan bahan setengah jadi yang selanjutnya dikirim ke PT. SAN Belawan, PAMINA Adolina dan sejak tahun 2000 Inti Sawit (PK) diolah ke PPIS Pabatu menjadi OIL dan PK Meal.21

G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Pada bagian Pendahuluan ini diuraikan tentang latar belakang, permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan, metode penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, sistematika penulisan

21


(24)

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA ATAS KECELAKAAN KERJA

Pada bagian bab ini diuraikan tentang sejarah jaminan sosial tenaga kerja di Indonesia, macam-macam jaminan sosial tenaga kerja, peran pemerintah dalam perlindungan jaminan sosial tenaga kerja.

BAB III PERANAN SERIKAT BURUH/SERIKAT PEKERJA DALAM PERUSAHAAN

Pada bagian bab ini diuraikan tentang pengertian serikat buruh/serikat pekerja, sejarah serikat buruh/serikat pekerja, tujuan serikat buruh/serikat pekerja,dasar hukum serikat buruh/serikat pekerja,peran dan fungsi serikat buruh/serikat pekerja dalam suatu perusahaan.

BAB IV PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA ATAS KECELAKAAN KERJA PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT KEBUN BAH JAMBI

Pada bagian bab ini diuraikan tentang gambaran umum PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Bah Jambi, pelaksanaan jaminan sosial tenaga kerja di PT Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Bah Jambi terhadap kecelakaan kerja, hambatan yang diterima tenaga kerja dalam menerima uang jaminan sosial tenaga kerja yang diderita tenaga kerja.


(1)

Dari pengertian di atas yang diberikan oleh RG. Kartasapoetra, maka tampaknya apa yang dikemukakan itu adalah sesuai dengan bunyi pasal 1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Nomor PER/01/MEN/1975 tentang Pendaftaran Organisasi Buruh, tanpa memberikan penjelasan sedikitpun.

Sesungguhnya Organisasi Buruh oleh Peraturan Mentranskop di atas adalah FBSI (Federasi Buruh Seluruh Indonesia) yang sekarang ini disebut denga SPSI. Ini dapat dibuktikan dengan adanya Surat Mentranskop Nomor 286a/DD/Dphk/1974 tentang Pengakuan Organisasi Buruh FBSI, yang mengakui FBSI itu sebagai salah satu wadah Perserikatan Buruh Vaksentral yang mengorganisir semua Serikat Buruh Lapangan Pekerjaan di seluruh Indonesia tanpa kecuali.

Sedangkan yang dimaksud dengan Serikat Buruh dan Gabungan Serikat Buruh dapat dijelaskan sebagai berikut;

Misalnya pada PT Perkebunan Nusatara IV Unit Kebun Bah Jambi, SPBUN adalah Serikat Pekerja / Serikat Buruh Perkebunan PT Perkebunan Nusantara IV (Persero). SPBUN Basis Kebun Bah Jambi merupakan bagian dari SPBUN PT Perkebunan Nusantara IV di Medan., terdaftar di Pemerintah Kabupaten Simalungun, Dinas Koperasi dan UKM yang dulunya bernama Dinas Tenaga Kerja Nomor : 25/ SP-DISKOP PKM dan TK/ 2001 tanggal 27 November 2001


(2)

yang saat ini berkantor di Medan, yang berfungsi sebagai wadah berhimpunnya Pekerja PT Perkebunan Nusantara IV (Persero).18

7. Dasar Hukum Organisasi Buruh/Pekerja a) Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28

Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 ini memberikan hak kepada seluruh warga Negara untuk berserikat, berkumpul da mengeluarkan pendapatnya. Meskipun sifatnya agak umum namun pasal inilah yang dipakai dasar oleh para buruh kita untuk mendirikan barisan Buruh Indonesia pada awal-awal kemerdekaan Republik Indonesia.

b) Undang-Undang Dasar Sementara 1950 Pasal 29

Pada intinya menentukan bahwa setiap orang berhak untuk mendirikan Serikat Pekerja dan masuk ke dalamnya untuk melindungi dan memperjuangkan kepentingannya. Jadi, Pasal 29 Undang-Undang Sementara Tahun 1950 lebih khusus sifatnya dari Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945.

c) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1956 tentang Persetujuan Konvensi ILO Nomor 98 Tahun 1949

Pada pokoknya sebagai berikut :

1) Menjamin kebebasan buruh untuk masuk Serikat Buruh;

2) Melindungi Buruh terhadap campur tangan majikan dalam hal ini;

18


(3)

3) Melindungi Serikat Buruh terhadap campur tangan majikan dalam mendirikan, cara bekerja serta cara mengurus organisasinya;

4) Menjamin penghargaan hak berorganisasi;

5) Menjamin perkembangan serta penggunaan badan perundingan sukarela untuk mengatur syarat-syarat dan keadaan-keadaan kerja dengan perjanjian perburuhan.

d) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Tenaga Kerja Pasal 11 yang bunyinya :

 Tiap tenaga kerja berhak mendirikan dan menjadi anggota Perserikatan Tenaga Kerja;

 Pembentukan Tenaga Kerja dilakukan secara demokratis.

e) Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Nomor 8/Edrn/1974 tentang pembentukan/FBSI pada perusahaan-perusahaan;

Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Nomor 01/Men/1975 tentang Pendaftaran Organisasi Buruh.

8. Ruang Lingkup PT Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Bah Jambi

Kebun Bah Jambi adalah salah satu Unit Usaha dari PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) berada di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara yang berkantor pusat di Jl. Letjend. Suprapto Medan. Bergerak dibidang Usaha


(4)

Perkebunan dan Pengolahan Kelapa sawit yang menghasilkan Minyak (CPO) dan Inti (PK).19

Lokasi Kebun Bah Jambi berada di Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi dan Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun. Jarak dengan Kota Medan sebagai Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara berkisar 147 km dan dari Pematang Siantar 19 km.

Kebun Bah Jambi memiliki luas HGU 8.060,5 Ha yang terdiri dari 9 Afdeling Tanaman Kelapa Sawit, Emplasmen, Pembibitan, Pabrik dan Kolam Limbah. Topografi tanah keadaannya sedikit bergelombang dan berbukit. Jenis tanah Podolik Coklat Kuning (PCK) dan Podsolik Coklat (PC).20

Pada umumnya keadaan areal di lokasi PT Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Bah Jambi rata dan sebagian tempat berbukit dengan ketinggian tempat 368 meter di atas permukaan laut (dpl).

Dari lokasi tersebut, ada beberapa keuntungan yang dimiliki oleh lokasi PT Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Bah Jambi antara lain :

 Dekat dengan areal perkebunan yang menjadi lahan penghasil bahan baku  Dekat dengan jalan raya sehingga memudahkan pendistribusian produk  Tenaga kerja mudah didapat dan dicari

PT Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Bah Jambi memiliki Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimana dahulu, sebelum pengambilalihan oleh Pemerintah

19

Selayang Pandang Kebun Bah Jambi, op. cit., hal. 4 20


(5)

Republik Indonesia, Pabrik Bah Jambi adalah milik Perusahaan Belanda NV. Handle Veroging Amsterdam (HVA) yang mengelola Produk Sisal (Agave Sisalana). Kemudian direnovasi menjadi Pabrik Kelapa Sawit dan mulai beroperasi pada tahun 1967 dengan kapasitas awal 30 ton Tandan Buah Segar (TBS) per jam, yang kemudian pada tahun 1972 ditingkatkan menjadi 50 ton Tandan Buah Segar (TBS) per jam.

Pada tahun 1998 dilaksanakan pembenahan tata letak, tata ruang serta penyempurnaan mesin-mesin PKS dari kapasitas 50 ton Tandan Buah Segar (TBS) menjadi 60 ton Tandan Buah Segar (TBS). PKS Unit Kebun Bah Jambi dengan luas 8.832,15 meter2 sebagai tempat untuk mengolah buah kelapa sawit menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan Inti Sawit (PK) yang merupakan bahan setengah jadi yang selanjutnya dikirim ke PT. SAN Belawan, PAMINA Adolina dan sejak tahun 2000 Inti Sawit (PK) diolah ke PPIS Pabatu menjadi OIL dan PK Meal.21

G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Pada bagian Pendahuluan ini diuraikan tentang latar belakang, permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan, metode penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, sistematika penulisan

21


(6)

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA ATAS KECELAKAAN KERJA

Pada bagian bab ini diuraikan tentang sejarah jaminan sosial tenaga kerja di Indonesia, macam-macam jaminan sosial tenaga kerja, peran pemerintah dalam perlindungan jaminan sosial tenaga kerja.

BAB III PERANAN SERIKAT BURUH/SERIKAT PEKERJA

DALAM PERUSAHAAN

Pada bagian bab ini diuraikan tentang pengertian serikat buruh/serikat pekerja, sejarah serikat buruh/serikat pekerja, tujuan serikat buruh/serikat pekerja,dasar hukum serikat buruh/serikat pekerja,peran dan fungsi serikat buruh/serikat pekerja dalam suatu perusahaan.

BAB IV PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

ATAS KECELAKAAN KERJA PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT KEBUN BAH JAMBI

Pada bagian bab ini diuraikan tentang gambaran umum PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Bah Jambi, pelaksanaan jaminan sosial tenaga kerja di PT Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Bah Jambi terhadap kecelakaan kerja, hambatan yang diterima tenaga kerja dalam menerima uang jaminan sosial tenaga kerja yang diderita tenaga kerja.


Dokumen yang terkait

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja di PTPN-IV (Studi Kasus di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

8 99 104

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja Di PTPN – IV (Studi Kasus Di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

1 57 104

Analisis Kinerja Mutu Teh Hitam di PTPN IV Kebun Bah Butong

16 129 72

Studi Pemeliharaan Mesin Genset PTPN III Kebun Rambutan

4 47 64

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja di PTPN-IV (Studi Kasus di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

0 0 10

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja di PTPN-IV (Studi Kasus di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

0 0 1

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja di PTPN-IV (Studi Kasus di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

0 0 26

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja di PTPN-IV (Studi Kasus di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

0 0 2

BAB I PENDAHULUAN - Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja Di PTPN – IV (Studi Kasus Di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

0 0 24

TINJAUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA ATAS KECELAKAAN KERJA DI PTPN – IV (STUDI KASUS DI PTPN – IV UNIT KEBUN BAH JAMBI, PEMATANG SIANTAR) SKRIPSI

0 0 10