JAM Rima

Nama

: Rima Sapta Maisa

Npm

: 180810130067

Fakultas

: Ilmu Budaya

JIKA AKU MENJADI SEORANG BUDAYAWAN
DI DESA PASAWAHAN KIDUL

Desa Pasawahan Kidul adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan
Pasawahan, kabupaten Purwakarta, provinsi Jawa Barat. Desa Pasawahan Kidul
terdiri atas 3 bagian kewilayahan (dusun), 12 rukun tetangga, dan 6 rukun warga. Saat
ini saya berkesempatan untuk melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di desa pasawahan
kidul, sebuah desa yang bisa dikatakan sebagai desa transisi menuju desa modern.
Mengacu pada Peraturan Daerah nomor 70 tahun 2015 tentang desa

berbudaya, Badan Permusyawaratan Desa telah menetapkan Desa Pasawahan Kidul
sebagai Desa Berbudaya. Desa Berbudaya adalah desa yang berdasarkan pada nilai nilai gotong royong, kekeluargaan, kebersamaan, dan kearifan lokal dalam rangka
penyelengaraan kehidupan bermasyarakat berbangsa, dan bernegara dalam rangka
peningkatan kualitas desa.
Menurut Soerjono Soekanto, “Kebudayaan adalah sesuatu yang mencakup
semua yang didapat atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.”
Menurut saya cakupan budaya sangatlah luas, ia mencakup segala sesuatu yang
menjadi kebiasaan masyarakat didalamnya. Setelah mengikuti berbagai kegiatan
dalam KKN ini, sedikit banyak saya mengetahui kebudayaan masyarakat desa
pasawahan kidul. Terlebih saat ini kabupaten purwakarta sedang mempersiapkan hari
jadinya dengan tagline ‘Purwakarta Spirit Budaya’. Setiap minggunya banyak
diadakan acara di pusat kota yang terletak di dekat kantor bupati. Banyak pula

penampilan-penampilan budaya khas Purwakarta yang disajikan dalam bentuk
panggung-panggung kecil di sekitar wilayah situ buleud, Purwakarta.
Desa Pasawahan Kidul juga ikut serta mengirimkan beberapa orang
perwakilannya dalam acara-acara tersebut. Pasawahan Kidul mengirimkan beberapa
murid yang aktif dalam sanggar tari untuk menarikan tarian jaipong ataupun tari
merak dalam rangka memeriahkan hari jadi purwakarta. Ya, di desa ini memang
terdapat satu tempat pelestarian budaya tari yang mengajarkan kurang lebih 40 murid

di dalamnya. Terlihat antusias anak-anak ketika saya berkesempatan mengunjungi
sanggar tersebut. Kegiatan menari ini bukan hanya untuk melestarikan tarian khas
sunda saja, melainkan pula dapat meningkatkan rasa percaya diri bagi anak-anak
ketika harus tampil di depan khalayak ramai. Jika saya menjadi pelestari budaya saya
ingin mencari tahu asal mula budaya ini muncul, saya juga ingin menumbuhkan
kecintaan generasi muda terhadap budaya, mengajak lebih banyak generasi muda
untuk mempelajari budaya asalnya, membudayakan budaya yang baik dan benar,
serta ingin menampilkan budaya yang dapat ditampilkan ke masyarakat yang lebih
luas lagi, masyarakat internasional. Saya ingin menunjukkan bahwa bangsa ini kaya
akan budaya dan bangga atas budaya yang dimilikinya. Karena bangsa yang hebat
adalah bangsa yang mencintai budaya dan menghargai sejarahnya.
Budaya gotong royong dan kekeluargaan di desa ini pun yang saya rasakan
cukup kuat. Terbukti dengan masih berjalannya budaya setempat yaitu ‘plerek’,
Sebuah budaya unik asli purwakarta yang menurut saya patut dicontoh oleh
masyarakat daerah lainnya. Plerek merupakan budaya mengumpulkan satu liter beras
setiap bulannya bagi masing-masing keluarga, yang nantinya disatukan dan diberikan
kepada warga yang membutuhkan. Beras plerek juga dapat dijual yang hasil
penjualannya dapat digunakan untuk keperluan warga itu sendiri, misalnya perbaikan
jalan ataupun penyumbang dana untuk berbagai penyelenggaraan kegiatan desa.
Setiap bulannya ada warga yang bertugas untuk mengambil beras plerek ke setiap

rumah, sehingga komunikasi antar warga berjalan harmonis. Warga pun tak segan

untuk memberikan beras kepada orang-orang yang berkekurangan dari segi ekonomi.
Namun sayangnya di salah satu dusun di desa ini, beras plerek sudah tidak berjalan
lagi. Jika saya menjadi seorang budayawan, saya ingin menghidupkan kembali
budaya khas ini disemua wilayah desa pasawahan kidul.
Ada satu lagi budaya yang menarik di desa ini, yaitu budaya tanam padi yang
diberi nama sistem tanam padi ‘legowo’ . Sebuah sistem tanam padi yang dicetuskan
oleh seorang warga lokal dan terbukti dapat meningkatkan hasil produksi pertanian.
Jika saya menjadi seorang budayawan saya ingin lebih menyuarakan dan mengajak
masyarakat untuk membudayakan tanam padi ini dan membuat hak paten atas
penemuan sistem tanam padi legowo yang telah diaplikasikan bahkan diluar desa
pasawahan kidul ini. Desa ini banyak memiliki budaya unik dengan kearifan lokal
yang dibarengi dengan masyarakat yang berbudi luhur. Masih banyak potensi yang
dapat dikembangkan untuk kehidupan masyarakat berbudaya yang lebih sejahtera.