2017 Hukum Sesi 4 Rima Malpraktik

(1)

KRIMINALISASI

KRIMINALISASI

DALAM PELAYANAN

DALAM PELAYANAN

KESEHATAN :

KESEHATAN :

PERSPEKTIF

PERSPEKTIF

HUKUM PIDANA

HUKUM PIDANA

Program Studi Magister Hukum

Kesehatan

Fakultas Hukum UGM

Tahun 2017


(2)

PELAYANAN KESEHATAN

PELAYANAN KESEHATAN

(1)

(1)

KESEHATAN :

keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

UPAYA (PELAYANAN) KESEHATAN :

setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan

yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat”.


(3)

PELAYANAN KESEHATAN

PELAYANAN KESEHATAN

(

(

2

2

)

)

LINGKUP PELAYANAN KESEHATAN :Pelayanan Kesehatan Promotif.

Pelayanan Kesehatan Preventif.Pelayanan Kesehatan Kuratif.

Pelayanan Kesehatan Rehabilitatif.

PELAKU PELAYANAN (UPAYA) KESEHATAN :

Tenaga Kesehatan.

TENAGA KESEHATAN :

setiap orang yang mengabdikan diri dalam

bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.


(4)

PELAYANAN KESEHATAN

PELAYANAN KESEHATAN

(

(

3

3

)

)

LINGKUP TENAGA KESEHATAN :

Tenaga Kesehatan dan Asisten Tenaga KesehatanTenaga Kesehatan meliputi TENAGA MEDIS,

tenaga psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, tenaga teknik biomedika, tenaga kesehatan tradisional, dan tenaga kesehatan lain.

INGAT :

Putusan MK No. 82/PUU-XIII/2015 tanggal 14

Desember 2016 membatalkan Pasal 11 ayat (1) huruf a, Pasal 11 ayat (2), Pasal 90, Pasal 94 UU Tenaga Kesehatan terkait “TENAGA MEDIS” .


(5)

HUKUM PIDANA (1)

HUKUM PIDANA (1)

HUKUM PIDANA :

bagian dari aturan hukum yang berlaku di

suatu negara.

RUANG LINGKUP HUKUM PIDANA :

Hukum Pidana Materiil = Hukum Pidana

Substantif = HUKUM PIDANA.

Hukum Pidana Formil = HUKUM ACARA

PIDANA.

Hukum Pelaksanaan Pidana = HUKUM PENITENSIER.


(6)

HUKUM PIDANA (

HUKUM PIDANA (

2

2

)

)

HUKUM PIDANA (MATERIIL) :

mengatur tiga persoalan (trias hukum

pidana) : tindak pidana, sanksi pidana dan pertanggungjawaban pidana.

HUKUM ACARA PIDANA :

mengatur proses penyelesaian perkara

tindak pidana (sistem peradilan pidana) yang meliputi tahap penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan sidang pengadilan.

HUKUM PENITENSIER :

mengatur tata cara pelaksanaan (eksekusi)


(7)

ISTILAH DAN PENGERTIAN

MALPRAKTIK (1)

Malpraktik = Malpraktek = Malapraktik = Malapraktek.

Malpraktik bukan merupakan istilah

yuridis, tetapi istilah sosiologis.Malpraktik = Mal dan Praktik.Mal (bahasa Yunani) : buruk.

Praktik (KBBI) : menjalankan pekerjaan (misal dokter, pengacara).

Malpraktik : menjalankan pekerjaan

secara buruk.

Malapraktik (KBBI) : praktik kedokteran

yang salah, tidak tepat, menyalahi undang-undang atau kode etik.


(8)

ISTILAH DAN

ISTILAH DAN

PENGERTIAN

PENGERTIAN

MALPRAKTIK (2)

MALPRAKTIK (2)

J. Guwandi :

Malpraktik merupakan istilah yang memiliki

konotasi buruk, bersifat stigmatis,

menyalahkan.

Malpraktik adalah praktik buruk dari

seseorang yang memegang suatu profesi dalam arti umum (seperti profesi medis, ahli hukum, akuntan).

CATATAN : malpraktik dalam pelayanan kesehatan sering disebut dengan “malpraktik medik”.


(9)

PENGERTIAN

PENGERTIAN

MALPRAKTIK MEDIK (

MALPRAKTIK MEDIK (

1

1

)

)

Ari Yunanto & Helmi :

Malpraktik medik adalah kesalahan baik

disengaja maupun tidak disengaja (kelalaian) dalam menjalankan profesi medik yang tidak sesuai dengan Standar Profesi Medik dan

Standar Prosedur Operasional dan berakibat buruk/fatal dan atau mengakibatkan kerugian

lainnya pada pasien, yang mengharuskan dokter

bertanggung jawab secara administrasi, perdata, dan atau pidana.

Catatan :

Pengertian Standar Profesi dan Standar

Prosedur Operasional bisa dibaca pada Penjelasan Pasal 50 UU No. 29 Tahun 2004.


(10)

PENGERTIAN

PENGERTIAN

MALPRAKTIK MEDIK (2)

MALPRAKTIK MEDIK (2)

Adami Chazawi :

Malpraktik medik terjadi jika dokter atau

orang yang ada di bawah perintahnya dengan

sengaja atau karena kelalaian melakukan

perbuatan (aktif atau pasif) dalam praktik medik terhadap pasiennya dalam segala tingkatan yang melanggar standar profesi, standar prosedur, atau prinsip-prinsip kedokteran, atau dengan melanggar hukum tanpa wewenang, dengan menimbulkan

akibat kerugian bagi tubuh, kesehatan fisik maupun mental, nyawa pasien, sehingga membentuk pertanggungjawaban hukum.


(11)

PENGERTIAN

PENGERTIAN

MALPRAKTIK MEDIK (3)

MALPRAKTIK MEDIK (3)

MALPRAKTIK MEDIK DAN KELALAIAN MEDIK :

Malpraktik Medik (Medical Malpractice):

perbuatannya bisa dilakukan dengan sengaja (kesengajaan) maupun tidak dengan sengaja (kelalaian).

Kelalaian Medik (Medical Negligence) : perbuatannya dilakukan tidak dengan sengaja (kelalaian).

KESIMPULAN :

Malpraktik dalam pelayanan kesehatan bisa

diberikan pengertian luas sebagai “medical malpractice” dan pengertian sempit sebagai “medical negligence”.


(12)

MALPRAKTIK MEDIK :

MALPRAKTIK MEDIK :

PERSPEKTIF HUKUM PIDANA (1)

PERSPEKTIF HUKUM PIDANA (1)

Malpraktik medik : PERSPEKTIF HUKUM

ADMINISTRASI, HUKUM PERDATA, HUKUM PIDANA.

Malpraktik medik : PERSPEKTIF HUKUM

ADMINISTRASI :“pelanggaran disiplin”.

Malpraktik medik : PERSPEKTIF HUKUM

PERDATA : “timbulnya kerugian”.

Malpraktik medik : PERSPEKTIF HUKUM

PIDANA : “tindak pidana”. CATATAN :

Bandingkan dengan Pasal 66 UU No. 29


(13)

MALPRAKTIK MEDIK :

MALPRAKTIK MEDIK :

PERSPEKTIF HUKUM PIDANA (2)

PERSPEKTIF HUKUM PIDANA (2)

Malpraktik medik dalam perspektif hukum

pidana : “tindak pidana”.

Tindak pidana : “perbuatan” yang dilarang

dan diancam dengan “sanksi pidana” di dalam peraturan perundang-undangan .

Sanksi pidana : pidana pokok dan pidana

tambahan.

Pidana pokok : pidana mati, penjara,

kurungan, denda, tutupan.

Pidana tambahan : pencabutan hak-hak

tertentu, perampasan barang-barang tertentu, pengumuman putusan pengadilan.


(14)

MALPRAKTIK MEDIK :

MALPRAKTIK MEDIK :

PERSPEKTIF HUKUM PIDANA (3)

PERSPEKTIF HUKUM PIDANA (3)

Malpraktik medik dalam perspektif hukum

pidana berkaitan dengan “tindak pidana” dalam “peraturan perundang-undangan”.

Peraturan perundang-undangan yang

mengatur dan merumuskan “tindak pidana” serta bisa dikaitkan dengan malpraktik medik :

1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

2. UU No. 29 Tahun 2004 (6-10-2004/2005). 3. UU No. 36 Tahun 2009 (13-10-2009).


(15)

MALPRAKTIK MEDIK

MALPRAKTIK MEDIK

DALAM KUHP (1)

DALAM KUHP (1)

Pasal 267 KUHP :

Pemalsuan Surat

Keterangan Dokter

Seorang dokter yang dengan sengaja

memberikan surat keterangan palsu tentang ada atau tidaknya penyakit, kelemahan, atau cacat (pidana penjara maksimal 4 tahun).

Keterangan diberikan dengan maksud untuk

memasukkan seseorang ke dalam RS atau untuk menahannya di RS (pidana penjara maksimal 8 tahun 6 bulan).

Orang yang dengan sengaja menggunakan

surat keterangan palsu di atas (pidana penjara maksimal 4 tahun).


(16)

MALPRAKTIK MEDIK

MALPRAKTIK MEDIK

DALAM KUHP (

DALAM KUHP (

2

2

)

)

Pasal 322 KUHP :

Rahasia Kedokteran

Barangsiapa dengan sengaja membuka

rahasia yang wajib disimpannya karena jabatan atau pekerjaannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu (pidana penjara maksimal 9 bulan atau denda maksimal Rp. 600,00).

Perbuatan di atas hanya dapat dituntut atas

pengaduan orang yang bersangkutan (korban pembukaan rahasia jabatan).


(17)

MALPRAKTIK MEDIK

MALPRAKTIK MEDIK

DALAM KUHP (

DALAM KUHP (

3

3

)

)

Pasal 344 KUHP :

Euthanasia

Barangsiapa merampas nyawa orang lain

atas permintaan orang itu sendiri yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati (pidana penjara maksimal 12 tahun).

Catatan :

Euthanasia : eu (baik) dan thanatos (mati) :

kematian yang baik.


(18)

MALPRAKTIK MEDIK

MALPRAKTIK MEDIK

DALAM KUHP (

DALAM KUHP (

4

4

)

)

Pasal 346-349 KUHP :

Aborsi

Pasal 346 KUHP :

seorang perempuan yang

sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu (pidana penjara maksimal 6 tahun).

Pasal 347 KUHP :

barangsiapa dengan

sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang perempuan tanpa persetujuannya (pidana penjara maksimal 12 tahun); jika mengakibatkan meninggalnya perempuan tersebut (pidana penjara maksimal 15 tahun).


(19)

MALPRAKTIK MEDIK

MALPRAKTIK MEDIK

DALAM KUHP (

DALAM KUHP (

5

5

)

)

Pasal 346-349 KUHP :

Aborsi

Pasal 348 KUHP :

barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang perempuan dengan persetujuannya (pidana penjara maksimal 5 tahun 6 bulan); jika mengakibatkan meninggalnya perempuan tersebut (pidana penjara maksimal 7 tahun).

Pasal 349 KUHP :

dokter, bidan atau juru obat yang membantu melakukan dalam Pasal 346, atau melakukan atau membantu melakukan dalam Pasal 347, 348 (pidana ditambah 1/3 dan dapat dicabut hak menjalankan pekerjaan).


(20)

MALPRAKTIK MEDIK

MALPRAKTIK MEDIK

DALAM KUHP (

DALAM KUHP (

6

6

)

)

Pasal

359

KUHP

:

Kelalaian

Menyebabkan Kematian

Barangsiapa karena kealpaannya

menyebabkan orang lain mati (pidana penjara maksimal 5 tahun atau kurungan maksimal 1 tahun).

CATATAN : pasal

a quo

yang sering

digunakan untuk menjerat kasus “MEDICAL NEGLIGENCE”.


(21)

MALPRAKTIK MEDIK

MALPRAKTIK MEDIK

DALAM KUHP (

DALAM KUHP (

7

7

)

)

Pasal 360 KUHP : Kelalaian Menyebabkan

Luka

CATATAN : pasal di atas Barangsiapa karena

kealpaannya menyebabkan orang lain mendapat luka-luka berat (pidana penjara maksimal 5 tahun atau kurungan maksimal 1 tahun).

Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan

orang lain luka-luka sehingga timbul penyakit atau halangan menjalankan pekerjaan (pidana penjara maksimal 9 bulan atau kurungan maksimal 6 bulan atau denda maksimal Rp. 4.500,00).

CATATAN : pasal a quo yang sering digunakan


(22)

MALPRAKTIK MEDIK

MALPRAKTIK MEDIK

DALAM KUHP (

DALAM KUHP (

8

8

)

)

Pasal 361 KUHP :

Pemberatan Sanksi

Pidana

Perbuatan dalam Pasal 359, 360 yang

dilakukan ketika menjalankan pekerjaan

(pidana ditambah 1/3 dan dapat dicabut

hak menjalankan pekerjaan, merampas

barang

yang

digunakan

untuk

melakukan perbuatan, hakim dapat

memerintahkan

pengumuman


(23)

MALPRAKTIK MEDIK

MALPRAKTIK MEDIK

DALAM UU NO. 29/2004 (1)

DALAM UU NO. 29/2004 (1)

Pasal 75 :

Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan

sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki STR (pidana penjara maksimal 3 tahun atau denda maksimal Rp. 100 juta).

Setiap dokter atau dokter gigi WNA yang

dengan sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki STR sementara/bersyarat (pidana penjara maksimal 3 tahun atau denda maksimal Rp. 100 juta).


(24)

MALPRAKTIK MEDIK

MALPRAKTIK MEDIK

DALAM UU NO. 29/2004 (2)

DALAM UU NO. 29/2004 (2)

Pasal 76 :

setiap dokter atau dokter gigi yang

dengan sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki SIP (pidana penjara maksimal 3 tahun atau denda maksimal Rp. 100 juta).

Pasal 77 :

setiap orang yang dengan sengaja menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain yang menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki STR dan/atau izin praktik (pidana penjara maksimal 5 tahun atau denda maksimal Rp. 150 juta).


(25)

MALPRAKTIK MEDIK

MALPRAKTIK MEDIK

DALAM UU NO. 29/2004 (3)

DALAM UU NO. 29/2004 (3)

Pasal 78 :

setiap orang yang dengan sengaja

menggunakan alat, metode atau cara lain dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan kesan seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki STR dan/atau izin praktik (pidana penjara maksimal 5 tahun atau denda maksimal Rp. 150 juta).

Pasal 79 :

setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja tidak memasang papan nama, atau tidak membuat rekam medis, atau tidak memenuhi kewajiban dalam Pasal 51 huruf a,b,c,d atau e (pidana kurungan paling lama 1 tahun atau denda maksimal Rp. 50 juta).


(26)

MAPRAKTIK MEDIK

MAPRAKTIK MEDIK

DALAM UU NO. 29/2004 (4)

DALAM UU NO. 29/2004 (4)

Pasal 80 :

Setiap orang yang dengan sengaja

mempekerjakan dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 (pidana penjara maksimal 10 tahun atau denda maksimal Rp. 300 juta).

Pelaku perbuatan korporasi dipidana denda

maksimal Rp. 300 juta ditambah dengan 1/3 atau pencabutan izin.


(27)

MALPRAKTIK MEDIK

MALPRAKTIK MEDIK

DALAM UU NO. 36/2009 (1)

DALAM UU NO. 36/2009 (1)

Pasal 190 :

Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan

dan/atau tenaga kesehatan yang melakukan praktik atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang dengan sengaja tidak memberikan pertolongan pertama terhadap pasien yang dalam keadaan gawat darurat (pidana penjara maksimal 2 tahun “dan” denda maksimal Rp. 200 juta).

Perbuatan mengakibatkan

kecacatan/kematian (pidana penjara maksimal 10 tahun “dan” denda maksimal Rp. 1 miliar).


(28)

MALPRAKTIK MEDIK

MALPRAKTIK MEDIK

DALAM UU NO. 36/2009 (2)

DALAM UU NO. 36/2009 (2)

Pasal 191 :

setiap orang yang tanpa izin

melakukan praktik pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan alat dan teknologi sehingga mengakibatkan kerugian harta benda, luka berat atau kematian (pidana penjara maksimal 1 tahun “dan” denda maksimal Rp. 100 juta).

Pasal 192 :

setiap orang yang dengan

sengaja memperjualbelikan organ atau jaringan tubuh dengan dalih apapun (pidana penjara maksimal 10 tahun “dan” denda maksimal Rp. 1 miliar).


(29)

MALPRAKTIK MEDIK

MALPRAKTIK MEDIK

DALAM UU NO. 36/2009 (3)

DALAM UU NO. 36/2009 (3)

Pasal 193 :

setiap orang yang dengan

sengaja melakukan bedah plastik dan rekonstruksi untuk tujuan mengubah identitas seseorang (pidana penjara maksimal 10 tahun “dan” denda maksimal Rp. 1 miliar).

Pasal 194 :

setiap orang yang dengan

sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan Pasal 75 ayat 2 (pidana penjara maksimal 10 tahun “dan” denda maksimal Rp. 1 miliar).

Pasal 195 :

setiap orang yang dengan

sengaja memperjualbelikan darah dengan dalih apapun (pidana penjara maksimal 5 tahun “dan” denda maksimal Rp. 500 juta).


(30)

MALPRAKTIK MEDIK

MALPRAKTIK MEDIK

DALAM UU NO. 36/2009 (4)

DALAM UU NO. 36/2009 (4)

Pasal 196 : setiap orang yang dengan sengaja

memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standar dan atau persyaratan keamanan, khasiat atau kemanfaatan dan mutu

(pidana penjara maksimal 10 tahun “dan” denda maksimal Rp. 1 miliar).

Pasal 197 : setiap orang yang dengan sengaja

memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar (pidana penjara maksimal 15 tahun “dan” denda maksimal Rp. 1,5 miliar).

Pasal 198 : setiap orang yang tidak memiliki

keahlian dan kewenangan untuk melakukan praktik kefarmasian (pidana denda maksimal Rp. 100 juta).


(31)

MALPRAKTIK MEDIK

MALPRAKTIK MEDIK

DALAM UU NO. 36/20

DALAM UU NO. 36/20

14

14

(1)

(1)

Pasal-pasal dalam UU No. 36/2014 yang

memuat tindak pidana yaitu : Pasal 83-86.

Pasal 83 : Setiap orang yang bukan Tenaga

Kesehatan melakukan praktik seolah-olah sebagai Tenaga Kesehatan yang telah memiliki izin dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun.

CATATAN :

Bandingkan Pasal 88 UU No. 36/2014

dengan Pasal 77 UU No. 29/2004.

Apakah Pasal 83 UU No. 36/2014 bisa

menjadi ketentuan “lex specialis” dari Pasal 77 dan Pasal 78 UU No. 29/2004 ?


(32)

MALPRAKTIK MEDIK

MALPRAKTIK MEDIK

DALAM UU NO. 36/20

DALAM UU NO. 36/20

14

14

(

(

2

2

)

)

Pasal 84 ayat (1) : Setiap Tenaga Kesehatan

yang melakukan kelalaian berat yang mengakibatkan Penerima Pelayanan Kesehatan luka berat dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun.

Pasal 84 ayat (2) : Jika kelalaian berat

sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

mengakibatkan kematian, setiap Tenaga Kesehatan dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun.

CATATAN : pasal di atas bisa menjadi

ketentuan khusus (lex specialis) dari Pasal 359-360 KUHP.


(33)

MALPRAKTIK MEDIK

MALPRAKTIK MEDIK

DALAM UU NO. 36/20

DALAM UU NO. 36/20

14

14

(

(

3

3

)

)

Pasal 85 ayat (1) : Setiap Tenaga Kesehatan

yang dengan sengaja menjalankan praktik tanpa memiliki STR dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp 100 juta.

Pasal 84 ayat (2) : Setiap Tenaga Kesehatan

warga negara asing yang dengan sengaja memberikan pelayanan kesehatan tanpa memiliki STR Sementara dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp 100 juta.

CATATAN : pasal di atas bisa menjadi

ketentuan khusus (lex specialis) dari Pasal 75 UU No. 29/2004.


(34)

MALPRAKTIK MEDIK

MALPRAKTIK MEDIK

DALAM UU NO. 36/20

DALAM UU NO. 36/20

14

14

(

(

4

4

)

)

Pasal 86 ayat (1) : Setiap Tenaga Kesehatan

yang menjalankan praktik tanpa memiliki izin (SIP) dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp 100 juta.

Pasal 86 ayat (2) : Setiap Tenaga Kesehatan

warga negara asing yang dengan sengaja memberikan pelayanan kesehatan tanpa memiliki SIP dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp 100 juta.

CATATAN : pasal di atas bisa menjadi

ketentuan khusus (lex specialis) dari Pasal 76 UU No. 29/2004.


(35)

PENEGAKAN HUKUM PIDANA

PENEGAKAN HUKUM PIDANA

MALPRAKTIK MEDIK (1)

MALPRAKTIK MEDIK (1)

Proses

penegakan

hukum

pidana

malpraktik dalam pelayanan kesehatan

menggunakan UU No. 8 Tahun 1981

tentang Hukum Acara Pidana atau Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana

(KUHAP).

Mekanisme :

1. Penyelidikan

2. Penyidikan.

3. Penuntutan.

4. Pemeriksaan Sidang Pengadilan.

5. Pelaksanaan Putusan.


(36)

PENEGAKAN HUKUM PIDANA

PENEGAKAN HUKUM PIDANA

MALPRAKTIK MEDIK (2)

MALPRAKTIK MEDIK (2)

Penyelidikan : tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan.

Penyidikan : tindakan penyidik untuk

mencari dan mengumpulkan bukti guna membuat terang tindak pidana yang terjadi dan menemukan tersangka pelakunya.


(37)

PENEGAKAN HUKUM PIDANA

PENEGAKAN HUKUM PIDANA

MALPRAKTIK MEDIK (3)

MALPRAKTIK MEDIK (3)

Ketentuan Khusus UU No. 36 Tahun 2009

:

Penyidikan tindak pidana di bidang

kesehatan tidak hanya menjadi kewenangan “Kepolisian”, melainkan merupakan kewenangan “Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)” di lingkungan Kementerian Kesehatan.

Penyidikan yang dilakukan oleh PPNS

tetap berada di bawah koordinasi dan pengawasan dari Kepolisian.


(38)

PENEGAKAN HUKUM PIDANA

PENEGAKAN HUKUM PIDANA

MALPRAKTIK MEDIK (4)

MALPRAKTIK MEDIK (4)

Penuntutan : tindakan penuntut umum

untuk melimpahkan perkara pidana ke

pengadilan agar diperiksa dan diputus

oleh hakim di sidang pengadilan.

Pemeriksaan

Sidang

Pengadilan

:

tindakan

hakim

untuk

menerima,

memeriksa,

dan

memutus

perkara

pidana di sidang pengadilan.

Pelaksanaan Putusan : tindakan jaksa

untuk

melaksanakan

putusan

pengadilan

yang

telah

mempunyai

kekuatan hukum yang tetap.


(39)

PENEGAKAN HUKUM PIDANA

PENEGAKAN HUKUM PIDANA

MALPRAKTIK MEDIK (5)

MALPRAKTIK MEDIK (5)

Pasal tindak pidana yang biasanya digunakan

oleh aparat penegak hukum untuk menjerat malpraktik dalam pelayanan kesehatan (kelalaian medik), yaitu Pasal 359 KUHP dan Pasal 360 KUHP.

Pasal 359 KUHP dan Pasal 360 KUHP adalah

“delik culpa”, dengan adanya elemen “karena kealpaannya” dan “delik materiil” yang menghendaki akibat berupa matinya orang lain atau menyebabkan orang lain luka-luka berat.

CATATAN : seharusnya Pasal 359 dan 360

KUHP tidak diterapkan lagi dengan adanya Pasal 84 UU No. 36/2014.


(40)

PENEGAKAN HUKUM PIDANA

PENEGAKAN HUKUM PIDANA

MALPRAKTIK MEDIK (6)

MALPRAKTIK MEDIK (6)

Persoalan fundamental dalam delik culpa

adalah masalah pembuktian atau penentuan “kealpaan” dan “hubungan kausal kealpaan dengan akibat” yang dilarang undang-undang.

Penentuan ada tidaknya kealpaan

dilakukan secara “normatif”.

Penentuan hubungan kausalitas kealpaan

dan akibat dilakukan dengan menggunakan “doktrin kausalitas”.


(41)

PENEGAKAN HUKUM PIDANA

PENEGAKAN HUKUM PIDANA

MALPRAKTIK MEDIK (7)

MALPRAKTIK MEDIK (7)

Pembuktian malpraktik dalam pelayanan

kesehatan (kelalaian medik) sesungguhnya tidak mudah bagi hakim yang tidak menguasai profesi di bidang pelayanan kesehatan.

Namun demikian, pelaku malpraktik dalam

pelayanan kesehatan (kelalaian medik) tetap bisa dibuktikan kesalahan/kealpaannya.

Pembuktian malpraktik dalam pelayanan

kesehatan (kelalaian medik) bisa menggunakan : Doktrin 4D (Duty, Deriliction of Duty, Damage, Direct Causation) dan Doktrin Res Ipsa Loquitur.


(42)

REFERENSI (1)

REFERENSI (1)

Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan

(M. Jusuf Hanafiah dan Amri Amir).

Hukum Medik (

J. Guwandi).

Malpraktik Kedokteran : Tinjauan Norma

dan Doktrin Hukum

(Adami Chazawi).

Sumpah Hippocrates : Aspek Hukum

Malpraktik Dokter

(Munir Fuady).

Hukum Pidana Malpraktik Medik

(Ari

Yunanto dan Helmi).

Tuntutan Pidana dan Perdata Malpraktik

(Mudakir Iskandarsyah).


(43)

REFERENSI (2)

REFERENSI (2)

Batas Pertanggungjawaban Hukum

Malpraktik Dokter (Hendroyono Soewono).

Hukum Malpraktik Kedokteran (Rinanto

Suryadhimirtha).

Asas-asas Hukum Pidana (Moeljatno).

Asas-Asas Hukum Pidana (Bambang

Poernomo).

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.UU No. 29 Tahun 2004.

UU No. 36 Tahun 2009.UU No. 36 Tahun 2014.


(44)

(1)

PENEGAKAN HUKUM PIDANA

PENEGAKAN HUKUM PIDANA

MALPRAKTIK MEDIK (5)

MALPRAKTIK MEDIK (5)

Pasal tindak pidana yang biasanya digunakan

oleh aparat penegak hukum untuk menjerat malpraktik dalam pelayanan kesehatan (kelalaian medik), yaitu Pasal 359 KUHP dan Pasal 360 KUHP.

Pasal 359 KUHP dan Pasal 360 KUHP adalah

“delik culpa”, dengan adanya elemen “karena kealpaannya” dan “delik materiil” yang menghendaki akibat berupa matinya orang lain atau menyebabkan orang lain luka-luka berat.

CATATAN : seharusnya Pasal 359 dan 360

KUHP tidak diterapkan lagi dengan adanya Pasal 84 UU No. 36/2014.


(2)

PENEGAKAN HUKUM PIDANA

PENEGAKAN HUKUM PIDANA

MALPRAKTIK MEDIK (6)

MALPRAKTIK MEDIK (6)

Persoalan fundamental dalam delik culpa

adalah masalah pembuktian atau penentuan “kealpaan” dan “hubungan kausal kealpaan dengan akibat” yang dilarang undang-undang.

Penentuan ada tidaknya kealpaan

dilakukan secara “normatif”.

Penentuan hubungan kausalitas kealpaan

dan akibat dilakukan dengan menggunakan “doktrin kausalitas”.


(3)

PENEGAKAN HUKUM PIDANA

PENEGAKAN HUKUM PIDANA

MALPRAKTIK MEDIK (7)

MALPRAKTIK MEDIK (7)

Pembuktian malpraktik dalam pelayanan kesehatan (kelalaian medik) sesungguhnya tidak mudah bagi hakim yang tidak menguasai profesi di bidang pelayanan kesehatan.

Namun demikian, pelaku malpraktik dalam pelayanan kesehatan (kelalaian medik) tetap bisa dibuktikan kesalahan/kealpaannya.

Pembuktian malpraktik dalam pelayanan kesehatan (kelalaian medik) bisa menggunakan : Doktrin 4D (Duty, Deriliction of Duty, Damage, Direct Causation) dan Doktrin Res Ipsa Loquitur.


(4)

REFERENSI (1)

REFERENSI (1)

Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan

(M. Jusuf Hanafiah dan Amri Amir).

Hukum Medik (

J. Guwandi).

Malpraktik Kedokteran : Tinjauan Norma

dan Doktrin Hukum

(Adami Chazawi).

Sumpah Hippocrates : Aspek Hukum

Malpraktik Dokter

(Munir Fuady).

Hukum Pidana Malpraktik Medik

(Ari

Yunanto dan Helmi).

Tuntutan Pidana dan Perdata Malpraktik

(Mudakir Iskandarsyah).


(5)

REFERENSI (2)

REFERENSI (2)

Batas Pertanggungjawaban Hukum

Malpraktik Dokter (Hendroyono Soewono).

Hukum Malpraktik Kedokteran (Rinanto

Suryadhimirtha).

Asas-asas Hukum Pidana (Moeljatno).

Asas-Asas Hukum Pidana (Bambang

Poernomo).

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.UU No. 29 Tahun 2004.

UU No. 36 Tahun 2009.UU No. 36 Tahun 2014.


(6)