S TB 0905918 Chapter4

(1)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

Deskripsi Lokasi Penelitian

Berdasarkan website resmi SMA Negeri 5 Bandung, pembangunan gedung Hoogere Burger School (HBS) pada tahun 1915 yang terletak di Beliton Straat (Jl. Belitung) Bandung bertujuan untuk menyelenggarakan pendidikan bagi masyarakat Belanda yang bermukim di Hindia Belanda pada akhir abad ke 19. HBS menerima murid untuk pertama kalinya tahun 1916 dan dibuka bagi masyarakat Belanda serta bagi kaum bangsawan pribumi. Pendidikannya berorientasi pada sistem pendidikan Eropa kontinen dengan lama masa belajar tiga tahun. Bangunan asli dari HBS ini adalah yang kini menjadi bangunan induk di bagian depan, yang dipergunakan bersama-sama dengan SMAN 3 Bandung, serta rangkaian bangunan yang memanjang dari barat sampai timur yang saat ini digunakan sebagai ruang BP/BK, perpustakaan, dan ruang audio visual SMAN 5.

Gambar 4.1 Hoogere Burger School (HBS) pada masa kolonial Belanda (kiri), dan

Gambar 4.2 Hoogere Burger School (HBS) saat ini (kanan) Sumber : id.wikipedia.org (kiri), www.ivonesia.com (kanan)

Dalam penelitian yang berjudul “KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI

RUANG KELAS BANGUNAN KOLONIAL HOOGERE BURGER


(2)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BANDUNG” ini peneliti berusaha untuk mencari apakah kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di SMAN 3 dan SMAN 5 di Kota Bandung telah memenuhi standar pencahayaan alami ruang kelas atau belum. Ruang kelas yang peneliti gunakan sebagai sampel adalah ruang 1 (XII IPA 1), ruang 3 (XII IPA 3), dan ruang 5 (XII IPA 5) yang terletak di lantai dua SMAN 3 Bandung, dan ruang 2 (XII IPA 2), ruang 3 (XII IPA 3), serta ruang 4 (XII IPA 4) yang terletak di lantai 2 SMAN 5 Bandung. Alasan dari pengambilan sampel ini adalah karena bangunan HBS pada sampel tersebut selain masih aktif digunakan untuk kegiatan PBM, juga dikarenakan ruang kelas tersebut sebagian besar masih mengandalkan pencahayaan alami dalam kesehariannya.


(3)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 4.3 Denah Lokasi Sampel Penelitian SMAN 3 Bandung


(4)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 4.4 Denah Lokasi Sampel Penelitian SMAN 5 Bandung

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAN 3 dan 5 Bandung yang berlokasi di Jl. Belitung No. 8 Bandung.


(5)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 4.5 Lokasi Penelitian

(Sumber : Google Earth)

SMAN 3 dan 5 Bandung terletak di tengah Kota Bandung, tepatnya di Jalan Belitung no. 8 berdiri di atas tanah seluas 14.240 m². Bangunan gedung sekolah ini berada pada daerah yang rata-rata bangunan yang ada di wilayah ini merupakan bangunan yang dibangun pada masa kolonialisasi Belanda sekitar awal abad ke-19.

Letak bangunan gedung sekolah ini berbatasan langsung dengan Jalan Belitung pada bagian Utara, Jalan Kalimantan pada bagian Barat, Jalan Bali pada bagian Timur, dan bangunan rumah tinggal kolonial yang sekarang menjadi milik TNI pada bagian Selatan.


(6)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 4.6 Batas-batas wilayah SMAN 3 dan SMAN 5 Bandung

(Sumber : Google Earth)

2. Sirkulasi dan Pencapaian

Bangunan HBS yang sekarang menjadi SMA Negeri 3 dan 5 Bandung memiliki pintu gerbang utama dan pintu masuk utama pada bagian Utara yang menghadap ke Jalan Belitung serta pintu masuk lain dari arah Timur yang menghadap ke Jalan Bali dan dari arah Barat yang menghadap ke Jalan Kalimantan. Bangunan ini dapat diakses dari dua arah melalui ketiga pintu masuk tersebut. Akses utama pada bangunan ini hanya digunakan untuk guru, pegawai, dan tamu yang datang ke sekolah, sedangkan siswa masuk lewat pintu samping Barat dan Timur. Pada bagian Barat hanya boleh diakses oleh siswa-siswi SMA Negeri 3 Bandung dan bagian Timur hanya boleh diakses oleh siswa-siswi SMA Negeri 5 Bandung.


(7)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Orientasi Matahari terhadap Bangunan

Gambar 4.7 Orientasi matahari terhadap bangunan (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Façade bangunan kolonial HBS di SMAN 3 dan SMAN 5 Bandung ini

menghadap ke arah Jalan Belitung (sebelah utara), dengan pembagian SMAN 3 di sayap kiri (sebelah barat) yaitu ke arah Jalan Kalimantan, dan SMAN 5 di sayap kanan (sebelah timur) yaitu ke arah Jalan Bali. Pada pagi hari hingga menjelang siang hari ruang kelas di SMAN 5 Bandung mendapatkan cahaya matahari pagi lebih banyak dibandingkan dengan ruang kelas di SMAN 3 Bandung. Sementara pada waktu siang hingga sore hari matahari lebih banyak menyinari ruang kelas di SMAN 3 Bandung daripada ruang kelas di SMAN 5 Bandung. Hal ini menyebabkan kondisi pencahayaan alami ruang kelas di SMAN 5 Bandung lebih terang di saat pagi hari hingga menjelang siang hari dibandingkan dengan kondisi


(8)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pencahayaan alami ruang kelas di SMAN 3 Bandung yang hanya mendapatkan cahaya matahari maksimal dari siang hari hingga sore hari.

4. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan di sekitar SMAN 3 dan SMAN 5 Bandung dikelilingi oleh pohon-pohon besar yang pada umumnya telah berumur ratusan tahun. Hal ini menyebabkan kondisi jalanan di sekitar SMAN 3 dan SMAN 5 menjadi teduh, karena pohon-pohon besar tersebut sedikit banyak menghalangi sinar matahari langsung pada pagi hari hingga sore hari.

Gambar 4.8 Kondisi lingkungan di SMAN 3 dan SMAN 5 Bandung (Sumber : Dokumentasi Pribadi)


(9)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Untuk mengukur variabel X yakni mengenai kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS, peneliti melaksanakan kegiatan penelitian pertama pada hari Sabtu, tanggal 1 Maret 2014 pada bangunan HBS di SMA Negeri 3 Bandung yang memiliki kondisi cuaca cerah dan sedikit berawan dengan suhu udara rata-rata adalah 32o C. Dan untuk penelitian kedua dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 23 Maret 2014 pada bangunan HBS di SMA Negeri 5 Bandung yang memiliki kondisi cuaca cerah dan sedikit berawan dengan suhu udara rata-rata adalah 29o C. (Sumber :

www.stageofbandung.info).

Pengukuran kinerja pencahayaan alami (KPA) ruang kelas bangunan HBS dilakukan pada pukul 07.00 – 15.00 WIB, dengan interval waktu setiap 1 jam, yaitu pada jam antara 07.00 – 08.00 WIB (KPA 1), 08.05 – 09.00 WIB (KPA 2), 09.05 – 10.00 WIB (KPA 3), 10.05 – 11.00 WIB (KPA 4), 11.05 – 12.00 WIB (KPA 5), 12.05 – 13.00 WIB (KPA 6), 13.05 – 14.00 WIB (KPA 7), dan 14.05 – 15.00 WIB (KPA 8).

Hasil penelitian dalam pengukuran kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan selanjutnya akan dideskripsikan dalam bentuk grafik dan tabel agar dapat terlihat tingkat pencahayaan yang terjadi pada tiap sampel yang kemudian hasilnya akan dibandingkan dengan RSNI 03-2396-2001 tentang

“Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Alami pada Bangunan Gedung” yang dikeluarkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup. Setelah itu akan diketahui hasil penelitian tersebut bahwa dalam sampel kelas ada yang telah memenuhi standar tingkat pencahayaan yang diperbolehkan dan ada yang belum memenuhi standar tingkat pencahayaan.

Untuk pengukuran pada ruang kelas, kelas yang digunakan untuk sampel penelitian adalah sebanyak 6 kelas yang dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, yaitu:

a. A1 untuk ruang kelas bangunan kolonial SMAN 3 yang terletak di lantai 2 yaitu ruang 1 yang digunakan oleh kelas XII IPA 1 berada pada sayap kiri gedung HBS dengan bukaan menghadap Jalan Kalimantan.


(10)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b. A2 untuk ruang kelas bangunan kolonial SMAN 3 yang terletak di lantai

2 yaitu ruang 3 yang digunakan oleh kelas XII IPA 3 berada pada sayap kiri gedung HBS dengan bukaan menghadap Jalan Belitung.

c. A3 untuk ruang kelas bangunan kolonial SMAN 3 yang terletak di lantai 2 yaitu ruang 5 yang digunakan oleh kelas XII IPA 5 berada pada sayap kiri gedung HBS dengan bukaan menghadap Jalan Belitung.

d. B1 untuk ruang kelas bangunan kolonial SMAN 5 yang terletak di lantai 2 yaitu ruang 2 yang digunakan oleh kelas XII IPA 2 berada pada sayap kanan gedung HBS dengan bukaan menghadap Jalan Belitung dan Jalan Bali.

e. B2 untuk ruang kelas bangunan kolonial SMAN 5 yang terletak di lantai 2 yaitu ruang 3 yang digunakan oleh kelas XII IPA 3 berada pada sayap kanan gedung HBS dengan bukaan menghadap Jalan Belitung.

f. B3 untuk ruang kelas bangunan kolonial SMAN 5 yang terletak di lantai 2 yaitu ruang 4 yang digunakan oleh kelas XII IPA 4 berada pada sayap kanan gedung HBS dengan bukaan menghadap Jalan Belitung.

1. Gambaran Umum Ruang Kelas Bangunan HBS di SMAN 3 Bandung

Ruang kelas bangunan HBS di SMAN 3 Bandung terletak di sebelah sayap kiri bangunan dan memiliki dua lantai. Setiap lantai pada bangunan HBS masing-masing memiliki lima ruang kelas. Pada lantai satu dipergunakan untuk kelas XII IPS, sedangkan pada lantai dua dipergunakan untuk kelas XII IPA.

Ruang kelas bangunan HBS di SMAN 3 Bandung ini memiliki ukuran ruang kelas yang tidak modular. Masing-masing kelas memiliki ukuran luas dengan panjang 9m x lebar 8m x tinggi 6m dan tebal dinding ±30cm.


(11)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 4.9. Denah ruang kelas bangunan HBS di SMAN 3 Bandung

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Ruang kelas bangunan HBS di SMAN 3 Bandung ini memiliki banyak bukaan pada setiap ruangnya. Pada ruang 1 dan 2 di lantai dua terdapat enam buah jendela yang terdiri dari dua lapis material. Pada lapis pertama terdiri dari jendela jalusi kayu dengan bukaan menghadap ke luar. Dan pada lapis kedua terdiri dari jendela kaca dengan bukaan menghadap ke dalam. Dua buah jedela tersebut menghadap ke Jalan Kalimantan, dan empat buah lainnya menghadap ke Jalan Belitung. Sedangkan pada ruang 3, 4, dan 5 terdapat empat buah jendela jalusi kayu berlapis kaca yang menghadap ke arah Jalan Belitung, dan dua buah jendela jalusi kayu dengan arah bukaan yang menghadap ke lorong kelas. Jendela yang digunakan masing- masing berukuran 2,5m x 1m.


(12)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 4.10 Jendela pada ruang kelas bangunan HBS di SMAN 3

Bandung

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berikut ini adalah hasil dari format survey yang dikembangkan, yaitu sebagai berikut :

a) Format pengukuran geometri ruang

Pengukuran geometri ruang dilakukan dengan cara mengukur volume ruang kelas dari masing- masing sampel ruang ruang kelas.

 SMAN 3 Bandung

Tabel 4.1 Format pengukuran geometri ruang di SMAN 3 Bandung

Ruang Gambar Panjang

(p)

Lebar ( )

Tinggi (t)

Volume (p x x t)


(13)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu XII

IPA 1

9 m 8 m 6 m 432 m2

XII IPA 3

9 m 8 m 6 m 432 m2

XII IPA 5

9 m 8 m 6 m 432 m2

JUMLAH 1296 m2

b) Format pencatatan material dinding, lantai dan plafon

Pencatatan material dinding, lantai dan plafon meliputi hal sebagai berikut :

Tabel 4.2 Format pencatatan material dinding, lantai, dan plafon di SMAN 3 Bandung


(14)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Jenis Material yang Digunakan

Gambar Efek yang

Ditimbulkan Daya Tahan Material terhadap Sinar Matahari

Dinding Ruangan kelas

terasa terang dan luas dikarenakan ruang kelas menggunakan cat berwarna putih dan kuning muda.

Daya tahan material

terhadap sinar matahari cukup kuat, warna dan tekstur tidak berubah.

Lantai Keramik

Lantai

menggunakan tegel sehingga tidak

menimbulkan bayangan yang jelas pada meja dan kursi

Daya tahan material

terhadap sinar matahari kurang kuat,

dikarenakan warna tegel yang tidak merata. Warna tegel yang terpapar sinar matahari terlihat lebih pudar

dibandingkan dengan warna tegel yang terlindung dari


(15)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu sinar matahari.

Plafon Gypsum Plafon

menggunakan plafon gypsum yang dicat warna putih sehingga

menimbulkan kesan ruangan yang terang.

Daya tahan material

terhadap sinar matahari cukup baik, warna dan tekstur tidak berubah.

2. Gambaran Umum Ruang Kelas Bangunan HBS di SMAN 5 Bandung

Ruang kelas bangunan HBS di SMAN 5 Bandung terletak di sebelah sayap kanan bangunan dan memiliki dua lantai. Setiap lantai pada bangunan HBS masing-masing memiliki lima ruang kelas. Pada lantai satu dipergunakan untuk kelas XII IPS, sedangkan pada lantai dua dipergunakan untuk kelas XII IPA.

Ruang kelas bangunan HBS di SMAN 5 Bandung ini merupakan refleksi cermin dari ruang kelas bangunan HBS di SMAN 3 Bandung yang memiliki ukuran ruang kelas yang tidak modular. Masing-masing kelas memiliki ukuran luas dengan panjang 9m x lebar 8m x tinggi 6m dan tebal dinding ±30cm.


(16)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 4.11. Denah ruang kelas bangunan HBS di SMAN 5 Bandung

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Sama seperti halnya dengan ruang kelas bangunan HBS di SMAN 3 Bandung, ruang kelas bangunan HBS di SMAN 5 Bandung ini juga memiliki banyak bukaan pada setiap ruangnya. Pada ruang 1 dan 2 di lantai dua terdapat enam buah jendela yang terdiri dari dua lapis material. Pada lapis pertama terdiri dari jendela jalusi kayu dengan bukaan menghadap ke luar. Dan pada lapis kedua terdiri dari jendela kaca dengan bukaan menghadap ke dalam. Dua buah menghadap ke Jalan Bali, dan empat buah menghadap ke Jalan Belitung. Sedangkan pada ruang 3, 4, dan 5 terdapat empat buah jendela jalusi kayu berlapis kaca yang menghadap ke arah Jalan Belitung, dan dua buah jendela jalusi kayu dengan arah bukaan yang menghadap ke lorong kelas. Jendela yang digunakan masing-masing berukuran 2,5m x 1m.


(17)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 4.12. Jendela pada ruang kelas bangunan HBS di SMAN 5

Bandung

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berikut ini adalah hasil dari format survey yang dikembangkan, yaitu sebagai berikut :

1. Format pengukuran geometri ruang

Pengukuran geometri ruang dilakukan dengan cara mengukur volume ruang kelas dari masing- masing sampel ruang ruang kelas.


(18)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu  SMAN 5 Bandung

Tabel 4.3 Format pengukuran geometri ruang di SMAN 5 Bandung

Ruang Gambar Panjang

(p)

Lebar ( )

Tinggi (t)

Volume

(p x x

t)

XII IPA 2

9 m 8 m 6 m 432 m2

XII IPA 3

9 m 8 m 6 m 432 m2

XII IPA 4

9 m 8 m 6 m 432 m2


(19)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Format pencatatan material dinding, lantai dan plafon

Pencatatan material dinding, lantai dan plafon meliputi hal sebagai berikut :

Tabel 4.4 Format pencatatan material dinding, lantai, dan plafon di SMAN 5 Bandung

Jenis Material

yang Digunakan

Gambar Efek yang

Ditimbulkan Daya Tahan Material terhadap Sinar Matahari

Dinding Ruangan kelas

terasa terang dan luas dikarenakan ruang kelas menggunakan cat berwarna kuning muda.

Daya tahan material terhadap sinar matahari cukup kuat, warna dan tekstur tidak berubah.

Lantai Keramik

Lantai

menggunakan tegel sehingga tidak

menimbulkan bayangan yang jelas pada meja dan kursi.

Daya tahan material terhadap sinar matahari kurang kuat, dikarenakan warna tegel yang tidak merata. Warna tegel yang terpapar sinar


(20)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu matahari terlihat lebih pudar

dibandingkan dengan warna tegel yang terlindung dari sinar matahari. Plafon

Gypsum

Plafon menggunakan plafon gypsum yang dicat warna putih sehingga

menimbulkan kesan ruangan yang terang.

Daya tahan material terhadap sinar matahari cukup baik, warna dan tekstur tidak berubah.

3. Perhitungan Untuk Perencanaan Pencahayaan Alami

Perhitungan untuk perancangan pencahayaan alami siang hari dari suatu sudut ruangan adalah sebagai berikut :

a. Ukuran ruang kelas bangunan HBS : 9 m x 8 m.

b. Titik-titik ukur utama pada ruang kelas adalah 1/3 d : 1/3 x 9 m = 3 m. c. Berdasarkan fungsi TUU dan TUS, maka :

1) flmin TUU

 flmin TUU = 0,35d  flmin TUU = 0,35 x 8 m  flmin TUU = 2,8% 2) flmin TUS


(21)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu  flmin TUS = 0,20 x 8 m

 flmin TUS = 1,6%

3) Koreksi dari kusen jendela 30%, maka : a) flmin TUU :

flmin TUU = (0,35 x 8 m) + (0,35 x 3 m) flmin TUU = 2,8% + 1,05%

flmin TUU = 3,85% b) flmin TUS :

flmin TUS = (0,20 x 8 m) + (0,20 x 3 m) flmin TUS = 1,6% + 0,6%

flmin TUS = 2,2%

d. Karena letak jendela simetris ke arah melebar (ke kiri dan ke kanan), maka :

 flmin TUU = 3,85% : 2 flmin TUU = 1,925%  flmin TUS = 2,2%

Berdasarkan perhitungan untuk pencahayaan alami di atas, maka didapat flmin TUU ruang kelas bangunan HBS adalah 1,925% dan flmin TUS ruang kelas bangunan HBS adalah 2,2%.

4. Hasil Pengukuran

Berikut ini adalah hasil pengukuran kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan HBS dan kualitas PBM yang peneliti laksanakan di ruang kelas bangunan kolonial HBS di SMAN 3 Bandung dan SMAN 5 Bandung.

a. Hasil Pengukuran Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan

Kolonial HBS di SMAN 3 Bandung

Dalam penelitian pengukuran kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di SMAN 3 Bandung, peneliti menggunakan tiga buah sampel ruang kelas, yaitu : ruang 1 (XII IPA


(22)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1), ruang 3 (XII IPA 3), dan ruang 5 (XII IPA 5). Masing-masing kelas memiliki ukuran ruang yang tidak modular yaitu 9 m x 8 m. Berikut ini adalah hasil pengukuran data kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan HBS menggunakan alat pengukur cahaya yaitu, luxmeter

yang diukur dengan jarak 1/3 dari papan tulis dan kemudian data tersebut dicocokkan dengan perhitungan untuk perencanaan pencahayaan alami.

1) Ruang A1 (XII IPA 1)

Pengukuran kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS pada ruang A1 (XII IPA 1) di SMAN 3 Bandung dilakukan dengan interval waktu setiap satu jam, yaitu :

Tabel 4.5 Kinerja pencahayaan alami (KPA) di ruang A1

No. Kinerja

Pencahayaan Alami (KPA)

Denah Hasil Pengukuran Kinerja Pencahayaan Alami


(23)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. KPA 2

3. KPA 3


(24)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5. KPA 5

6. KPA 6


(25)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 8. KPA 8

Berdasarkan denah hasil pengukuran kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial di ruang A1 (XII IPA 1) di atas, daerah pengukuran yang berwarna biru menunjukkan bahwa flmin (faktor langit minimal) atau DF (Daylight Factor) di daerah pengukuran tersebut belum memenuhi standar perhitungan perencanaan pencahayaan alami ruang kelas, yaitu sebesar 1,925% di TUU dan 2,2% di TUS. Sedangkan daerah pengukuran yang berwarna hijau menunjukkan bahwa flmin (faktor langit minimal) atau DF (Daylight Factor) di daerah pengukuran tersebut telah memenuhi standar perhitungan pencahayaan alami ruang kelas. Dapat dilihat dari hasil pengukuran di atas bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A1 (XII IPA 1) SMAN 3 Bandung memenuhi standar perhitungan perencanaan pencahayaan alami ruang kelas hanya pada waktu-waktu tertentu, yaitu berkisar pada pukul 09.05-12.00 WIB.

Berikut ini adalah grafik hasil pengukuran kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A1 (XII IPA 1) SMAN 3 Bandung pada interval waktu per satu jam.


(26)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 4.13 Grafik KPA 1 di ruang A1 (XII IPA 1)

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A1 (XII IPA 1) pada KPA 1 mengalami penurunan harga

DF (Daylight Factor) dari TUS 1 ke TUU sebesar 0,07%.

Kemudian kinerja pencahayaan alami tersebut mengalami kenaikan harga DF (Daylight Factor) dari TUU ke TUS 2 sebesar 0,02%.

b) KPA 2 (08.05-09.00 WIB) 1,45

1,38

1,40

1,34 1,36 1,38 1,40 1,42 1,44 1,46

TUS 1 TUU TUS 2

D

A

Y

L

IG

H

T

F

A

C

T

O

R

(%

)

TITIK UKUR

GRAFIK KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS BANGUNAN KOLONIAL HBS DI RUANG A1 (XII IPA 1) PADA PUKUL

07.00-08.00 WIB


(27)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 4.14 Grafik KPA 2 di ruang A1 (XII IPA 1)

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A1 (XII IPA 1) pada KPA 2 mengalami penurunan harga

DF (Daylight Factor) dari TUS 1 ke TUU sebesar 0,6%.

Kemudian kinerja pencahayaan alami tersebut mengalami kenaikan harga DF (Daylight Factor) dari TUU ke TUS 2 sebesar 0,02%.

1,84

1,24 1,26

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00

TUS 1 TUU TUS 2

D

A

Y

L

IG

H

T

F

A

C

T

O

R

(%

)

TITIK UKUR

GRAFIK KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS BANGUNAN KOLONIAL HBS DI RUANG A1 (XII IPA 1)

PADA PUKUL 08.05-09.00 WIB


(28)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c) KPA 3 (09.05-10.00 WIB)

Gambar 4.15 Grafik KPA 3 di ruang A1 (XII IPA 1) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A1 (XII IPA 1) pada KPA 3 mengalami penurunan harga

DF (Daylight Factor) dari TUS 1 ke TUU sebesar 0,59%.

Kemudian kinerja pencahayaan alami tersebut kembali mengalami penurunan harga DF (Daylight Factor) dari TUU ke TUS 2 sebesar 0,15%.

3,09

2,50 2,35

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50

TUS 1 TUU TUS 2

D

A

Y

L

IG

H

T

F

A

C

T

O

R

(%

)

TITIK UKUR

GRAFIK KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS BANGUNAN KOLONIAL HBS DI RUANG A1 (XII IPA 1)

PADA PUKUL 09.05-10.00 WIB


(29)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu d) KPA 4 (10.05-11.00 WIB)

Gambar 4.16 Grafik KPA 4 di ruang A1 (XII IPA 1) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A1 (XII IPA 1) pada KPA 4 mengalami penurunan harga

DF (Daylight Factor) dari TUS 1 ke TUU sebesar 0,24%.

Kemudian kinerja pencahayaan alami tersebut kembali mengalami penurunan harga DF (Daylight Factor) dari TUU ke TUS 2 sebesar 0,40%.

3,54

3,30

2,90

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00

TUS 1 TUU TUS 2

D

A

Y

L

IG

H

T

F

A

C

T

O

R

(%

)

TITIK UKUR

GRAFIK KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS BANGUNAN KOLONIAL HBS DI RUANG A1(XII IPA 1)

PADA PUKUL 10.05-11.00 WIB


(30)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu e) KPA 5 (11.05-12.00 WIB)

Gambar 4.17 Grafik KPA 5 di ruang A1 (XII IPA 1) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A1 (XII IPA 1) pada KPA 5 mengalami penurunan harga

DF (Daylight Factor) dari TUS 1 ke TUU sebesar 6,57%.

Kemudian kinerja pencahayaan alami tersebut kembali mengalami penurunan harga DF (Daylight Factor) dari TUU ke TUS 2 sebesar 0,18%.

8,83

2,26 2,08

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00

TUS 1 TUU TUS 2

D

A

Y

L

IG

H

T

F

A

C

T

O

R

(%

)

TITIK UKUR

GRAFIK KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS BANGUNAN KOLONIAL HBS DI RUANG A1 (XII IPA 1)

PADA PUKUL 11.05-12.00 WIB


(31)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu f) KPA 6 (12.05-13.00 WIB)

Gambar 4.18 Grafik KPA 6 di ruang A1 (XII IPA 1) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A1 (XII IPA 1) pada KPA 6 mengalami penurunan harga

DF (Daylight Factor) dari TUS 1 ke TUU sebesar 1,6%.

Kemudian kinerja pencahayaan alami tersebut kembali mengalami penurunan harga DF (Daylight Factor) dari TUU ke TUS 1 sebesar 0.05%.

1,95

0,35 0,30

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50

TUS 1 TUU TUS 2

D

A

Y

L

IG

H

T

F

A

C

T

O

R

(%

)

TITIK UKUR

GRAFIK KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS BANGUNAN KOLONIAL HBS DI RUANG A1 (XII IPA 1)

PADA PUKUL 12.05-13.00 WIB


(32)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu g) KPA 7 (13.05-14.00 WIB)

Gambar 4.19 Grafik KPA 7 di ruang A1 (XII IPA 1) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A1 (XII IPA 1) pada KPA 7 mengalami penurunan harga

DF (Daylight Factor) dari TUS 1 ke TUU sebesar 1,04%.

Kemudian kinerja pencahayaan alami tersebut kembali 1,73

0,69

0,36 0,00

0,50 1,00 1,50 2,00

TUS 1 TUU TUS 2

D

A

Y

L

IG

H

T

F

A

C

T

O

R

(%

)

TITIK UKUR

GRAFIK KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS BANGUNAN KOLONIAL HBS DI RUANG A1 (XII IPA 1)

PADA PUKUL 13.05-14.00 WIB


(33)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu mengalami penurunan harga DF (Daylight Factor) dari TUU ke TUS 2 sebesar 0,33%.

h) KPA 8 (14.05-15.00 WIB)

Gambar 4.20 Grafik KPA 8 di ruang A1 (XII IPA 1) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A1 (XII IPA 1) pada KPA 8 mengalami penurunan harga

1,45

0,78

0,48 0,00

0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 1,60

TUS 1 TUU TUS 2

D

A

Y

L

IG

H

T

F

A

C

T

O

R

(%

)

TITIK UKUR

GRAFIK KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS BANGUNAN KOLONIAL HBS DI RUANG A1 (XII IPA 1)

PADA PUKUL 14.05-15.00 WIB


(34)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DF (Daylight Factor) dari TUS 1 ke TUU sebesar 0,67%.

Kemudian kinerja pencahayaan alami tersebut kembali mengalami penurunan harga DF (Daylight Factor) dari TUU ke TUS 2 sebesar 0,30%.

Jika grafik kinerja percahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A1 (XII IPA 1) SMAN 3 Bandung dilihat secara keseluruhan dari KPA 1 hingga KPA 8, maka hasilnya adalah seperti berikut ini.

Gambar 4.21 Grafik KPA secara keseluruhan di ruang A1 (XII IPA 1)

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A1 (XII IPA 1) mengalami kenaikan harga DF (Daylight

Factor) pada interval waktu di KPA 1 hingga interval waktu di

KPA 5. Namun pada interval waktu di KPA 5 hingga interval waktu di KPA 6 kinerja pencahayaan alami di ruangan tersebut mengalami penurunan harga DF (Daylight Factor) yang tajam. Kemudian pada interval waktu di KPA 6 hingga interval waktu

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50 5,00 KPA 1 KPA 2 KPA 3 KPA 4 KPA 5 KPA 6 KPA 7 KPA 8 D A Y L IG H T F A C T O R

INTERVAL WAKTU

GRAFIK KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS BANGUNAN KOLONIAL HBS DI RUANG A1(XII IPA 1)

SECARA KESELURUHAN (KPA 1-KPA 8)

HARGA DF RATA-RATA (%)


(35)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu di KPA 7 kinerja pencahayaan alami di ruangan tersebut sedikit mengalami kenaikan harga DF (Daylight Factor) dan pada akhirnya kembali mengalami penurunan di interval harga DF

(Daylight Factor) waktu di KPA 7 hingga di interval waktu

KPA 8.

Berikut ini adalah data hasil pengukuran kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A1 (XII IPA 1) yang disajikan dalam bentuk tabel secara keseluruhan.

Tabel 4.6 Data kinerja pencahayaan alami bangunan kolonial HBS di ruang A1 (XII IPA 1)

Berdasarkan data di atas maka dapat dilihat bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A1 (XII IPA 1) telah memenuhi standar perhitungan perencanaan pencahayaan alami ruang kelas walaupun hanya sebagian kecil dari waktu di saat PBM berlangsung. Yaitu pada interval waktu ke-3 (09.05-10.00) hingga interval waktu ke-5 (11.05-12.00). Hal ini diperkuat dengan banyaknya jendela yang dimiliki oleh ruang A1 (XII IPA 1) yang menghadap

NO. JAM TITIK Ei (lux) Eo (lux) DF (%) KETERANGAN DF RATA-RATA (%) KESIMPULAN 1 07.00 - 08.00 TUS 1 125.6 86.7 1.45 TIDAK SESUAI STANDAR

TUU 119.4 86.7 1.38 TIDAK SESUAI STANDAR TUS 2 121.6 86.7 1.40 TIDAK SESUAI STANDAR 2 08.05 - 09.00 TUS 1 180.4 98.3 1.84 TIDAK SESUAI STANDAR TUU 122.2 98.3 1.24 TIDAK SESUAI STANDAR TUS 2 123.7 98.3 1.26 TIDAK SESUAI STANDAR 3 09.05 - 10.00 TUS 1 154.9 50.1 3.09 SESUAI STANDAR

TUU 125.4 50.1 2.50 SESUAI STANDAR TUS 2 117.8 50.1 2.35 SESUAI STANDAR 4 10.05 - 11.00 TUS 1 185.7 52.5 3.54 SESUAI STANDAR TUU 173.5 52.5 3.30 SESUAI STANDAR TUS 2 152.3 52.5 2.90 SESUAI STANDAR 5 11.05 - 12.00 TUS 1 195.2 22.1 8.83 SESUAI STANDAR TUU 50 22.1 2.26 SESUAI STANDAR TUS 2 45.9 22.1 2.08 SESUAI STANDAR 6 12.05 - 13.00 TUS 1 142.5 72.9 1.95 TIDAK SESUAI STANDAR

TUU 25.6 72.9 0.35 TIDAK SESUAI STANDAR TUS 2 22.2 72.9 0.30 TIDAK SESUAI STANDAR 7 13.05 - 14.00 TUS 1 199.7 115.3 1.73 TIDAK SESUAI STANDAR TUU 79 115.3 0.69 TIDAK SESUAI STANDAR TUS 2 41.6 115.3 0.36 TIDAK SESUAI STANDAR 8 14.05 - 15.00 TUS 1 84.4 58.2 1.45 TIDAK SESUAI STANDAR TUU 45.2 58.2 0.78 TIDAK SESUAI STANDAR TUS 2 28.2 58.2 0.48 TIDAK SESUAI STANDAR

KURANG MEMENUHI KURANG MEMENUHI MEMENUHI MEMENUHI MEMENUHI KURANG MEMENUHI KURANG MEMENUHI KURANG MEMENUHI 1.41 1.45 2.65 3.25 4.39 0.87 0.93 0.90


(36)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu langsung ke arah luar, yaitu empat buah jendela yang menghadap Jalan Kalimantan dan dua buah jendela yang menghadap Jalan Jawa. Selain itu kondisi lingkungan di sekitar bangunan SMAN 3 Bandung juga turut mempengaruhi kinerja pencahayaan alami bangunan kolonial HBS di bagian sayap paling kiri yang tidak terlalu banyak tertutup oleh pohon-pohon besar. Sehingga cahaya matahari langsung masih dapat menembus ke dalam ruang A1 (XII IPA 1) pada jam tertentu.

Gambar 4.22 Kondisi lingkungan di sekitar ruang A1 (XII IPA 1) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

2) Ruang A2 (XII IPA 3)

Pengukuran kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS pada ruang A2 (XII IPA 3) di SMAN 3 Bandung dilakukan dengan interval waktu setiap satu jam, yaitu :

Tabel 4.7 Kinerja pencahayaan alami (KPA) di ruang A2

No. Kinerja

Pencahayaan Alami (KPA)

Denah Hasil Pengukuran Kinerja Pencahayaan Alami


(37)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. KPA 1

2. KPA 2


(38)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4. KPA 4

5. KPA 5


(39)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 7. KPA 7

8. KPA 8

Berdasarkan denah hasil pengukuran kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial di ruang A2 (XII IPA 3) di atas, daerah pengukuran yang berwarna biru menunjukkan bahwa flmin (faktor langit minimal) atau DF (Daylight Factor) di daerah pengukuran tersebut belum memenuhi standar perhitungan perencanaan pencahayaan alami ruang kelas, yaitu sebesar 1,925% di TUU dan 2,2% di TUS. Dapat dilihat dari hasil pengukuran di atas bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A2 (XII IPA 3) SMAN 3 Bandung kurang memenuhi standar perhitungan perencanaan pencahayaan alami ruang kelas.


(40)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Berikut ini adalah grafik hasil pengukuran kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A2 (XII IPA 3) SMAN 3 Bandung pada interval waktu per satu jam.

a) KPA 1 (07.00-08.00 WIB)

Gambar 4.23 Grafik KPA 1 di ruang A2 (XII IPA 3) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A2 (XII IPA 3) pada KPA 1 mengalami penurunan harga

DF (Daylight Factor) dari TUS 1 ke TUU sebesar 0,24%.

Kemudian kinerja pencahayaan alami tersebut kembali mengalami penurunan harga DF (Daylight Factor) dari TUU ke TUS 2 sebesar 0,09%.

b) KPA 2 (08.05-09.00 WIB) 0,40

0,16

0,07 0,00

0,10 0,20 0,30 0,40 0,50

TUS 1 TUU TUS 2

D

A

Y

L

IG

H

T

F

A

C

T

O

R

(%

)

TITIK UKUR

GRAFIK KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS BANGUNAN KOLONIAL HBS DI RUANG A2 (XII IPA 3)

PADA PUKUL 07.00-08.00 WIB


(41)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 4.24 Grafik KPA 2 di ruang A2 (XII IPA 3)

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A2 (XII IPA 3) pada KPA 2 mengalami penurunan harga

DF (Daylight Factor) dari TUS 1 ke TUU sebesar 0,45%.

Kemudian kinerja pencahayaan alami tersebut kembali mengalami penurunan harga DF (Daylight Factor) dari TUU ke TUS 2 sebesar 0,07%.

0,64

0,19

0,12 0,00

0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70

TUS 1 TUU TUS 2

D

A

Y

L

IG

H

T

F

A

C

T

O

R

(%

)

TITIK UKUR

GRAFIK KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS BANGUNAN KOLONIAL HBS DI RUANG A2 (XII IPA 3)

PADA PUKUL 08.05-09.00 WIB


(42)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c) KPA 3 (09.05-10.00 WIB)

Gambar 4.25 Grafik KPA 3 di ruang A2 (XII IPA 3) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A2 (XII IPA 3) pada KPA 3 mengalami penurunan harga

DF (Daylight Factor) dari TUS 1 ke TUU sebesar 0,43%.

Kemudian kinerja pencahayaan alami tersebut kembali mengalami penurunan harga DF (Daylight Factor) dari TUU ke TUS 2 sebesar 0,08%.

0,62

0,19

0,11 0,00

0,20 0,40 0,60 0,80

TUS 1 TUU TUS 2

D

A

Y

L

IG

H

T

F

A

C

T

O

R

(%

)

TITIK UKUR

GRAFIK KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS BANGUNAN KOLONIAL HBS DI RUANG A2 (XII IPA 3)

PADA PUKUL 09.05-10.00 WIB


(43)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu d) KPA 4 (10.05-11.00 WIB)

Gambar 4.26 Grafik KPA 4 di ruang A2 (XII IPA 3) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A2 (XII IPA 3) pada KPA 4 mengalami penurunan harga

DF (Daylight Factor) dari TUS 1 ke TUU sebesar 0,51%.

Kemudian kinerja pencahayaan alami tersebut kembali mengalami penurunan harga DF (Daylight Factor) dari TUU ke TUS 2 sebesar 0,05%.

0,62

0,11 0,06

0,00 0,20 0,40 0,60 0,80

TUS 1 TUU TUS 2

D

A

Y

L

IG

H

T

F

A

C

T

O

R

(%

)

TITIK UKUR

GRAFIK KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS BANGUNAN KOLONIAL HBS DI RUANG A2 (XII IPA 3)

PADA PUKUL 10.05-11.00 WIB


(44)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu e) KPA 5 (11.05-12.00 WIB)

Gambar 4.27 Grafik KPA 5 di ruang A2 (XII IPA 3) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A2 (XII IPA 3) pada KPA 5 mengalami penurunan harga

DF (Daylight Factor) dari TUS 1 ke TUU sebesar 0,42%.

Kemudian kinerja pencahayaan alami tersebut kembali mengalami penurunan harga DF (Daylight Factor) dari TUU ke TUS 2 sebesar 0,05%.

0,58

0,16

0,11 0,00

0,20 0,40 0,60 0,80

TUS 1 TUU TUS 2

D

A

Y

L

IG

H

T

F

A

C

T

O

R

(%

)

TITIK UKUR

GRAFIK KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS BANGUNAN KOLONIAL HBS DI RUANG A2 (XII IPA 3)

PADA PUKUL 11.05-12.00 WIB


(45)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu f) KPA 6 (12.05-13.00 WIB)

Gambar 4.28 Grafik KPA 6 di ruang A2 (XII IPA 3) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A2 (XII IPA 3) pada KPA 6 mengalami penurunan harga

DF (Daylight Factor) dari TUS 1 ke TUU sebesar 0,28%.

Kemudian kinerja pencahayaan alami tersebut kembali mengalami penurunan harga DF (Daylight Factor) dari TUU ke TUS 2 sebesar 0,05%.

0,43

0,15

0,10 0,00

0,10 0,20 0,30 0,40 0,50

TUS 1 TUU TUS 2

D

A

Y

L

IG

H

T

F

A

C

T

O

R

(%

)

TITIK UKUR

GRAFIK KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS BANGUNAN KOLONIAL HBS DI RUANG A2 (XII IPA 3)

PADA PUKUL 12.05-13.00 WIB


(46)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu g) KPA 7 (13.05-14.00 WIB)

Gambar 4.29 Grafik KPA 7 di ruang A2 (XII IPA 3) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A2 (XII IPA 3) pada KPA 7 mengalami penurunan harga

DF (Daylight Factor) dari TUS 1 ke TUU sebesar 0,35%.

Kemudian kinerja pencahayaan alami tersebut kembali mengalami penurunan harga DF (Daylight Factor) dari TUU ke TUS 2 sebesar 0,08%.

0,61

0,26

0,18 0,00

0,20 0,40 0,60 0,80

TUS 1 TUU TUS 2

D

A

Y

L

IG

H

T

F

A

C

T

O

R

(%

)

TITIK UKUR

GRAFIK KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS BANGUNAN KOLONIAL HBS DI RUANG A2 (XII IPA 3)

PADA PUKUL 13.05-14.00 WIB


(47)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu h) KPA 8 (14.05-15.00 WIB)

Gambar 4.30 Grafik KPA 8 di ruang A2 (XII IPA 3) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A2 (XII IPA 3) pada KPA 8 mengalami penurunan harga

DF (Daylight Factor) dari TUS 1 ke TUU sebesar 0,26%.

Kemudian kinerja pencahayaan alami tersebut kembali 0,51

0,25

0,15 0,00

0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60

TUS 1 TUU TUS 2

D

A

Y

L

IG

H

T

F

A

C

T

O

R

(%

)

TITIK UKUR

GRAFIK KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS BANGUNAN KOLONIAL HBS DI RUANG A2 (XII IPA 3)

PADA PUKUL 14.05-15.00 WIB


(48)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu mengalami penurunan harga DF (Daylight Factor) dari TUU ke TUS 2 sebesar 0,10%.

Jika grafik kinerja percahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A2 (XII IPA 3) SMAN 3 Bandung dilihat secara keseluruhan dari KPA 1 hingga KPA 8, maka hasilnya adalah seperti berikut ini.

Gambar 4.31 Grafik KPA secara keseluruhan di ruang A2 (XII IPA 3)

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berdasarkan grafik tersebut, dapat dilihat bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A2 (XII IPA 3) mengalami kenaikan harga DF (Daylight

Factor) pada KPA 1 hingga KPA 2. Kemudian pada KPA 2

hingga KPA 4 kinerja pencahayaan alami tersebut mengalami penurunan harga DF (Daylight Factor) sedikit demi sedikit. Pada KPA 4 hingga KPA 5 kinerja pencahayaan alami tersebut kembali beranjak naik, namun pada KPA 5 hingga KPA 6 kinerja pencahayaan alami tersebut kembali mengalami penurunan harga DF (Daylight Factor) . Pada KPA 6 hingga

0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35 0,40 KPA 1 KPA 2 KPA 3 KPA 4 KPA 5 KPA 6 KPA 7 KPA 8 D A Y L IG H T F A C T O R

INTERVAL WAKTU

GRAFIK KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS BANGUNAN KOLONIAL HBS DI RUANG A2 (XII IPA 3)

SECARA KESELURUHAN (KPA 1-KPA 8)

HARGA DF RATA-RATA (%)


(49)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu KPA 7 kinerja pencahayaan alami tersebut mengalami kenaikan yang cukup tinggi dan kemudian pada akhirnya kinerja pencahayaan alami tersebut mengalami penurunan kembali pada KPA 7 hingga KPA 8.

Berikut ini adalah data hasil pengukuran kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A2 (XII IPA 3) yang disajikan dalam bentuk tabel secara keseluruhan.

Tabel 4.8 Data kinerja pencahayaan alami bangunan kolonial HBS di ruang A2 (XII IPA 3)

Berdasarkan data di atas maka dapat dilihat bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A2 (XII IPA 3) belum memenuhi standar pencahayaan ruang kelas yang telah ditetapkan. Hal ini diperkuat dengan harga DF (Daylight Factor) rata-rata ruangan tersebut dalam satu hari berada di bawah standar tata cara perancangan pencahayaan alami ruang kelas, yaitu hanya 0,28%. Sementara harga DF (Daylight Factor) rata-rata minimum ruang kelas adalah 2,2%. Selain itu jumlah jendela yang terdapat di ruang

NO. JAM TITIK Ei (lux) Eo (lux) DF (%) KETERANGAN DF RATA-RATA (%) KESIMPULAN 1 07.00 - 08.00 TUS 1 65.4 163.8 0.40 TIDAK SESUAI STANDAR

TUU 25.7 163.8 0.16 TIDAK SESUAI STANDAR TUS 2 11.4 163.8 0.07 TIDAK SESUAI STANDAR 2 08.05 - 09.00 TUS 1 113.5 178.6 0.64 TIDAK SESUAI STANDAR TUU 33.4 178.6 0.19 TIDAK SESUAI STANDAR TUS 2 20.9 178.6 0.12 TIDAK SESUAI STANDAR 3 09.05 - 10.00 TUS 1 114.7 184.7 0.62 TIDAK SESUAI STANDAR TUU 34.7 184.7 0.19 TIDAK SESUAI STANDAR TUS 2 21.1 184.7 0.11 TIDAK SESUAI STANDAR 4 10.05 - 11.00 TUS 1 120.7 193.8 0.62 TIDAK SESUAI STANDAR TUU 22.1 193.8 0.11 TIDAK SESUAI STANDAR TUS 2 12.2 193.8 0.06 TIDAK SESUAI STANDAR 5 11.05 - 12.00 TUS 1 104.7 181.6 0.58 TIDAK SESUAI STANDAR TUU 28.9 181.6 0.16 TIDAK SESUAI STANDAR TUS 2 19.2 181.6 0.11 TIDAK SESUAI STANDAR 6 12.05 - 13.00 TUS 1 85.7 198.3 0.43 TIDAK SESUAI STANDAR TUU 30.4 198.3 0.15 TIDAK SESUAI STANDAR TUS 2 19.2 198.3 0.10 TIDAK SESUAI STANDAR 7 13.05 - 14.00 TUS 1 122.2 198.9 0.61 TIDAK SESUAI STANDAR TUU 52.6 198.9 0.26 TIDAK SESUAI STANDAR TUS 2 35.9 198.9 0.18 TIDAK SESUAI STANDAR 8 14.05 - 15.00 TUS 1 95.4 187 0.51 TIDAK SESUAI STANDAR TUU 47.4 187 0.25 TIDAK SESUAI STANDAR TUS 2 28.3 187 0.15 TIDAK SESUAI STANDAR

0.35 0.30 0.21 0.31 0.31 0.27 KURANG MEMENUHI KURANG MEMENUHI KURANG MEMENUHI 0.28 0.23 KURANG MEMENUHI KURANG MEMENUHI KURANG MEMENUHI KURANG MEMENUHI KURANG MEMENUHI


(50)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu A2 (XII IPA 3) lebih sedikit dibandingkan dengan ruang A1(XII IPA 1), yaitu hanya terdapat empat buah jendela jalusi berlapis kaca yang menghadap ke Jalan Belitung dan dua buah jendela jalusi yang menghadap ke koridor kelas. Kondisi lingkungan yang ada di sekitar ruang A2 (XII IPA 3) juga turut mempengaruhi kinerja pencahayaan alami di ruangan tersebut karena di sekitar ruang A2 (XII IPA 3) banyak terdapat pohon-pohon besar yang menghalangi masuknya cahaya matahari ke dalam ruangan.

Gambar 4.32 Kondisi Lingkungan di sekitar ruang A2 (XII IPA 3) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

3) Ruang A3 (XII IPA 5)

Pengukuran kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS pada ruang A3 (XII IPA 5) di SMAN 3 Bandung dilakukan dengan interval waktu setiap satu jam, yaitu :

Tabel 4.9 Kinerja pencahayaan alami (KPA) di ruang A3

No. Kinerja

Pencahayaan Alami (KPA)

Denah Hasil Pengukuran Kinerja Pencahayaan Alami


(51)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. KPA 1

2. KPA 2


(52)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4. KPA 4

5. KPA 5


(53)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 7. KPA 7

8. KPA 8

Berdasarkan denah hasil pengukuran kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial di ruang A3 (XII IPA 5) di atas, daerah pengukuran yang berwarna biru menunjukkan bahwa flmin (faktor langit minimal) atau DF (Daylight Factor) di daerah pengukuran tersebut belum memenuhi standar perhitungan perencanaan pencahayaan alami ruang kelas, yaitu sebesar 1,925% di TUU dan 2,2% di TUS. Dapat dilihat dari hasil pengukuran di atas bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A3 (XII IPA 5) SMAN 3 Bandung kurang memenuhi standar perhitungan perencanaan pencahayaan alami ruang kelas.


(54)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Berikut ini adalah grafik hasil pengukuran kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A3 (XII IPA 5) SMAN 3 Bandung pada interval waktu per satu jam.

a) KPA 1 (07.00-08.00 WIB)

Gambar 4.33 Grafik KPA 1 di ruang A3 (XII IPA 5) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A3 (XII IPA 5) pada KPA 1 mengalami penurunan harga

DF (Daylight Factor) dari TUS 1 ke TUU sebesar 1,14%.

Kemudian kinerja pencahayaan alami tersebut kembali mengalami penurunan harga DF (Daylight Factor) dari TUU ke TUS 2 sebesar 0,08%.

b) KPA 2 (08.05-09.00 WIB) 1,44

0,30 0,22

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00

TUS 1 TUU TUS 2

D

A

Y

L

IG

H

T

F

A

C

T

O

R

(%

)

TITIK UKUR

GRAFIK KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS BANGUNAN KOLONIAL HBS DI RUANG A3 (XII IPA 5)

PADA PUKUL 07.00-08.00 WIB


(55)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 4.34 Grafik KPA 2 di ruang A3 (XII IPA 5)

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A3 (XII IPA 5) pada KPA 2 mengalami penurunan harga

DF (Daylight Factor) dari TUS 1 ke TUU sebesar 1,14%.

Kemudian kinerja pencahayaan alami tersebut kembali mengalami penurunan harga DF (Daylight Factor) dari TUU ke TUS 2 sebesar 0,08%.

1,45

0,30 0,24

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00

TUS 1 TUU TUS 2

D

A

Y

L

IG

H

T

F

A

C

T

O

R

(%

)

TITIK UKUR

GRAFIK KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS BANGUNAN KOLONIAL HBS DI RUANG A3 (XII IPA 5)

PADA PUKUL 08.05-09.00 WIB


(56)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c) KPA 3 (09.05-10.00 WIB)

Gambar 4.35 Grafik KPA 3 di ruang A3 (XII IPA 5) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A3 (XII IPA 5) pada KPA 3 mengalami penurunan harga

DF (Daylight Factor) dari TUS 1 ke TUU sebesar 1,09%.

Kemudian kinerja pencahayaan alami tersebut kembali mengalami penurunan harga DF (Daylight Factor) dari TUU ke TUS 2 sebesar 0,07%.

1,41

0,32 0,25

0,00 0,50 1,00 1,50

TUS 1 TUU TUS 2

D

A

Y

L

IG

H

T

F

A

C

T

O

R

(%

)

TITIK UKUR

GRAFIK KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS BANGUNAN KOLONIAL HBS DI RUANG A3 (XII IPA 5)

PADA PUKUL 09.05-10.00 WIB


(57)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu d) KPA 4 (10.05-11.00 WIB)

Gambar 4.36 Grafik KPA 4 di ruang A3 (XII IPA 5) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A3 (XII IPA 5) pada KPA 4 mengalami penurunan harga

DF (Daylight Factor) dari TUS 1 ke TUU sebesar 0,53%.

Kemudian kinerja pencahayaan alami tersebut kembali mengalami penurunan harga DF (Daylight Factor) dari TUU ke TUS 2 sebesar 0,06%.

0,67

0,14

0,08 0,00

0,20 0,40 0,60 0,80

TUS 1 TUU TUS 2

D

A

Y

L

IG

H

T

F

A

C

T

O

R

(%

)

TITIK UKUR

GRAFIK KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS BANGUNAN KOLONIAL HBS DI RUANG A3 (XII IPA 5)

PADA PUKUL 10.05-11.00 WIB


(58)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu e) KPA 5 (11.05-12.00 WIB)

Gambar 4.37 Grafik KPA 5 di ruang A3 (XII IPA 5) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A3 (XII IPA 5) pada KPA 5 mengalami penurunan harga

DF (Daylight Factor) dari TUS 1 ke TUU sebesar 0,77%.

Kemudian kinerja pencahayaan alami tersebut mengalami kenaikan harga DF (Daylight Factor) dari TUU ke TUS 2 sebesar 0,02%.

1,02

0,25 0,27

0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20

TUS 1 TUU TUS 2

D

A

Y

L

IG

H

T

F

A

C

T

O

R

(%

)

TITIK UKUR

GRAFIK KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS BANGUNAN KOLONIAL HBS DI RUANG A3 (XII IPA 5)

PADA PUKUL 11.05-12.00 WIB


(59)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu f) KPA 6 (12.05-13.00 WIB)

Gambar 4.38 Grafik KPA 6 di ruang A3 (XII IPA 5) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A3 (XII IPA 5) pada KPA 6 mengalami penurunan harga

DF (Daylight Factor) dari TUS 1 ke TUU sebesar 0,60%.

Kemudian kinerja pencahayaan alami tersebut mengalami kenaikan harga DF (Daylight Factor) dari TUU ke TUS 2 sebesar 0,01%.

0,83

0,23 0,24

0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00

TUS 1 TUU TUS 2

D

A

Y

L

IG

H

T

F

A

C

T

O

R

(%

)

TITIK UKUR

GRAFIK KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS BANGUNAN KOLONIAL HBS DI RUANG A3 (XII IPA 5)

PADA PUKUL 12.05-13.00 WIB


(60)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu g) KPA 7 (13.05-14.00 WIB)

Gambar 4.39 Grafik KPA 7 di ruang A3 (XII IPA 5) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A3 (XII IPA 5) pada KPA 7 mengalami penurunan harga

DF (Daylight Factor) dari TUS 1 ke TUU sebesar 0,56%.

Kemudian kinerja pencahayaan alami tersebut kembali mengalami penurunan harga DF (Daylight Factor) dari TUU ke TUS 2 sebesar 0,28%.

1,02

0,46

0,18 0,00

0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20

TUS 1 TUU TUS 2

D

A

Y

L

IG

H

T

F

A

C

T

O

R

(%

)

TITIK UKUR

GRAFIK KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS BANGUNAN KOLONIAL HBS DI RUANG A3 (XII IPA 5)

PADA PUKUL 13.05-14.00 WIB


(61)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu h) KPA 8 (14.05-15.00 WIB)

Gambar 4.40 Grafik KPA 8 di ruang A3 (XII IPA 5) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A3 (XII IPA 5) pada KPA 8 mengalami penurunan harga

DF (Daylight Factor) dari TUS 1 ke TUU sebesar 0,65%.

Kemudian kinerja pencahayaan alami tersebut kembali 0,93

0,28

0,20 0,00

0,20 0,40 0,60 0,80 1,00

TUS 1 TUU TUS 2

D

A

Y

L

IG

H

T

F

A

C

T

O

R

(%

)

TITIK UKUR

GRAFIK KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS BANGUNAN KOLONIAL HBS DI RUANG A3 (XII IPA 5)

PADA PUKUL 14.05-15.00 WIB


(62)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu mengalami penurunan harga DF (Daylight Factor) dari TUU ke TUS 2 sebesar 0,08%.

Jika grafik kinerja percahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A3 (XII IPA 5) SMAN 3 Bandung dilihat secara keseluruhan dari KPA 1 hingga KPA 8, maka hasilnya adalah seperti berikut ini.

Gambar 4.41 Grafik KPA secara keseluruhan di ruang A3 (XII IPA 5)

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berdasarkan grafik tersebut, dapat dilihat bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A3 (XII IPA 5) mengalami kenaikan harga DF (Daylight

Factor) sedikit demi sedikit dari KPA 1 hingga KPA 3. Namun

pada KPA 3 hingga KPA 4 kinerja pencahayaan alami di ruangan tersebut mengalami penurunan harga DF (Daylight

Factor) yang cukup tajam. Kemudian pada KPA 4 hingga KPA

5 kinerja pencahayaan alami di ruangan tersebut kembali mengalami kenaikan harga DF (Daylight Factor) dan kemudian sedikit mengalami penurunan harga DF (Daylight

0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 KPA 1 KPA 2 KPA 3 KPA 4 KPA 5 KPA 6 KPA 7 KPA 8 D A Y L IG H T F A C T O R

INTERVAL WAKTU

GRAFIK KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS BANGUNAN KOLONIAL HBS DI RUANG A3 (XII IPA 5)

SECARA KESELURUHAN (KPA 1-KPA 8

HARGA DF RATA-RATA (%)


(63)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger

School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Factor) pada KPA 5 hingga KPA 6. Pada KPA 6 hingga KPA

7 kinerja pencahayaan alami tersebut kembali bergerak naik walaupun tidak banyak. Dan kemudian pada KPA 7 hingga KPA 8 kinerja pencahayaan alami di ruangan tersebut kembali mengalami penurunan harga DF (Daylight Factor).

Berikut ini adalah data hasil pengukuran kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A3 (XII IPA 5) yang disajikan dalam bentuk tabel secara keseluruhan.

Tabel 4.10 Data kinerja pencahayaan alami bangunan kolonial HBS di ruang A3 (XII IPA 5)

Berdasarkan data di atas maka dapat dilihat bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang A3 (XII IPA 5) belum memenuhi standar pencahayaan ruang kelas yang telah ditetapkan. Hal ini diperkuat dengan harga DF (Daylight Factor) rata-rata ruangan tersebut dalam satu hari berada di bawah standar tata cara perancangan pencahayaan alami ruang kelas, yaitu hanya 0,53%. Sementara harga DF (Daylight Factor) rata-rata minimum ruang kelas adalah 2,2%. Selain itu jumlah jendela yang terdapat di ruang

NO. JAM TITIK Ei (lux) Eo (lux) DF (%) KETERANGAN DF RATA-RATA (%) KESIMPULAN 1 07.00 - 08.00 TUS 1 114.8 79.6 1.44 TIDAK SESUAI STANDAR

TUU 23.5 79.6 0.30 TIDAK SESUAI STANDAR TUS 2 17.6 79.6 0.22 TIDAK SESUAI STANDAR 2 08.05 - 09.00 TUS 1 117.8 81.3 1.45 TIDAK SESUAI STANDAR TUU 24.3 81.3 0.30 TIDAK SESUAI STANDAR TUS 2 19.7 81.3 0.24 TIDAK SESUAI STANDAR 3 09.05 - 10.00 TUS 1 119.9 84.8 1.41 TIDAK SESUAI STANDAR TUU 26.8 84.8 0.32 TIDAK SESUAI STANDAR TUS 2 21 84.8 0.25 TIDAK SESUAI STANDAR 4 10.05 - 11.00 TUS 1 121.5 181.3 0.67 TIDAK SESUAI STANDAR TUU 24.8 181.3 0.14 TIDAK SESUAI STANDAR TUS 2 14.7 181.3 0.08 TIDAK SESUAI STANDAR 5 11.05 - 12.00 TUS 1 102.6 100.3 1.02 TIDAK SESUAI STANDAR TUU 24.6 100.3 0.25 TIDAK SESUAI STANDAR TUS 2 27.5 100.3 0.27 TIDAK SESUAI STANDAR 6 12.05 - 13.00 TUS 1 83.5 100.2 0.83 TIDAK SESUAI STANDAR TUU 23.1 100.2 0.23 TIDAK SESUAI STANDAR TUS 2 24.5 100.2 0.24 TIDAK SESUAI STANDAR 7 13.05 - 14.00 TUS 1 197.4 192.9 1.02 TIDAK SESUAI STANDAR TUU 87.9 192.9 0.46 TIDAK SESUAI STANDAR TUS 2 35.3 192.9 0.18 TIDAK SESUAI STANDAR 8 14.05 - 15.00 TUS 1 152 163.8 0.93 TIDAK SESUAI STANDAR TUU 46.3 163.8 0.28 TIDAK SESUAI STANDAR TUS 2 33.1 163.8 0.20 TIDAK SESUAI STANDAR

0.65

0.66

0.66

0.30

0.51

0.44 KURANG MEMENUHI

KURANG MEMENUHI KURANG MEMENUHI KURANG MEMENUHI KURANG MEMENUHI KURANG MEMENUHI KURANG MEMENUHI KURANG MEMENUHI 0.55 0.47


(1)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

g) KPA 7 (13.05-14.00 WIB)

Gambar 4.69 Grafik KPA 7 di ruang B3 (XII IPA 4) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang B3 (XII IPA 4) pada KPA 7 mengalami penurunan harga DF (Daylight Factor) dari TUS 1 ke TUU sebesar 0,53%. Kemudian kinerja pencahayaan alami tersebut kembali mengalami penurunan harga DF (Daylight Factor) dari TUU ke TUS 2 sebesar 0,06%.

0,67

0,14

0,08 0,00

0,20 0,40 0,60 0,80

TUS 1 TUU TUS 2

D

A

Y

L

IG

H

T

F

A

C

T

O

R

(%

)

TITIK UKUR

GRAFIK KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS BANGUNAN KOLONIAL HBS

DI RUANG B3 (XII IPA 4) PADA PUKUL 13.05-14.00 WIB


(2)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

h) KPA 8 (14.05-15.00 WIB)

Gambar 4.70 Grafik KPA 8 di ruang B3 (XII IPA 4) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang B3 (XII IPA 4) pada KPA 8 mengalami penurunan harga DF (Daylight Factor) dari TUS 1 ke TUU sebesar 0,15%. Kemudian kinerja pencahayaan alami tersebut kembali mengalami penurunan harga DF (Daylight Factor) dari TUU ke TUS 2 sebesar 0,02%.

0,27

0,12 0,10 0,00

0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30

TUS 1 TUU TUS 2

D

A

Y

L

IG

H

T

F

A

C

T

O

R

(%

)

TITIK UKUR

GRAFIK KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS BANGUNAN KOLONIAL

HBS DI RUANG B3 (XII IPA 4) PADA PUKUL 14.05-15.00 WIB


(3)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Jika grafik kinerja percahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang B3 (XII IPA 4) SMAN 5 Bandung dilihat secara keseluruhan dari KPA 1 hingga KPA 8, maka hasilnya adalah seperti berikut ini.

Gambar 4.71 Grafik KPA secara keseluruhan di ruang B3 (XII IPA 4)

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Berdasarkan grafik tersebut, dapat dilihat bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang B3 (XII IPA 4) mengalami kenaikan harga DF (Daylight Factor) pada KPA 1 hingga KPA 3. Namun pada KPA 3 hingga KPA 4 kinerja pencahayaan di ruangan tersebut mengalami penurunan harga DF (Daylight Factor) dan kemudian kembali mengalami kenaikan harga DF (Daylight Factor) pada KPA 4 hingga KPA 5. Pada KPA 5 hingga KPA 6 kinerja pencahayaan di ruangan tersebut kembali mengalami penurunan harga DF (Daylight Factor). Pada KPA 6 hingga KPA 7 kinerja pencahayaan di ruangan tersebut mengalami kenaikan harga DF (Daylight Factor) yang cukup tajam hingga akhirnya pada KPA 7 hingga KPA 8

0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35 KPA 1 KPA 2 KPA 3 KPA 4 KPA 5 KPA 6 KPA 7 KPA 8 D A Y L IG H T F A C T O R (% )

INTERVAL WAKTU

GRAFIK KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS BANGUNAN KOLONIAL

HBS DI RUANG B3 (XII IPA 4) SECARA KESELURUHAN (KPA 1-KPA 8)

HARGA DF RATA-RATA (%)


(4)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kinerja pencahayaan alami tersebut kembali mengalami penurunan harga DF (Daylight Factor).

Berikut ini adalah data hasil pengukuran kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang B3 (XII IPA 4) yang disajikan dalam bentuk tabel secara keseluruhan.

Tabel 4.16 Data kinerja pencahayaan alami bangunan kolonial HBS di ruang B3 (XII IPA 4)

Berdasarkan data di atas maka dapat dilihat bahwa kinerja pencahayaan alami ruang kelas bangunan kolonial HBS di ruang B3 (XII IPA 4) belum memenuhi standar pencahayaan ruang kelas yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan oleh harga DF (Daylight Factor) rata-rata ruangan tersebut dalam satu hari berada di bawah standar tata cara perancangan pencahayaan alami ruang kelas, yaitu hanya 0,16%. Sementara harga DF (Daylight Factor) rata-rata minimum ruang kelas adalah 2,2%. Selain itu jumlah jendela yang menhadap ke arah jalan raya di ruang B3 (XII IPA 4) lebih sedikit dibanding ruang B1 (XII IPA 2). Ruang B3 (XII IPA 4) hanya

NO. JAM TITIK Ei (lux) Eo (lux) DF (%) KETERANGAN DF RATA-RATA (%) KESIMPULAN 1 07.00 - 08.00 TUS 1 34.4 127.7 0.27 TIDAK MEMENUHI

TUU 10.4 127.7 0.08 TIDAK MEMENUHI TUS 2 8.7 127.7 0.07 TIDAK MEMENUHI 2 08.05 - 09.00 TUS 1 35.3 128.7 0.27 TIDAK MEMENUHI TUU 11.2 128.7 0.09 TIDAK MEMENUHI TUS 2 9.8 128.7 0.08 TIDAK MEMENUHI 3 09.05 - 10.00 TUS 1 36.9 132.7 0.28 TIDAK MEMENUHI TUU 11.8 132.7 0.09 TIDAK MEMENUHI TUS 2 10.9 132.7 0.08 TIDAK MEMENUHI 4 10.05 - 11.00 TUS 1 47 198.9 0.24 TIDAK MEMENUHI TUU 14.7 198.9 0.07 TIDAK MEMENUHI TUS 2 8.2 198.9 0.04 TIDAK MEMENUHI 5 11.05 - 12.00 TUS 1 58.7 181.8 0.32 TIDAK MEMENUHI TUU 12.1 181.8 0.07 TIDAK MEMENUHI TUS 2 15.3 181.8 0.08 TIDAK MEMENUHI 6 12.05 - 13.00 TUS 1 38.7 165.7 0.23 TIDAK MEMENUHI TUU 8.8 165.7 0.05 TIDAK MEMENUHI TUS 2 10.8 165.7 0.07 TIDAK MEMENUHI 7 13.05 - 14.00 TUS 1 125.4 188.4 0.67 TIDAK MEMENUHI TUU 25.7 188.4 0.14 TIDAK MEMENUHI TUS 2 14.2 188.4 0.08 TIDAK MEMENUHI 8 14.05 - 15.00 TUS 1 49.9 186.9 0.27 TIDAK MEMENUHI TUU 22.1 186.9 0.12 TIDAK MEMENUHI TUS 2 19.2 186.9 0.10 TIDAK MEMENUHI

0.14 KURANG MEMENUHI

0.16 KURANG MEMENUHI 0.16 KURANG MEMENUHI

0.12 KURANG MEMENUHI

0.29 KURANG MEMENUHI 0.15 KURANG MEMENUHI

0.15 KURANG MEMENUHI


(5)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memiliki empat buah jendela jalusi berlapis kaca yang menghadap ke arah Jalan Belitung dan dua buah jendela jalusi yang menghadap ke koridor kelas. Kondisi lingkungan yang ada di sekitar ruang B3 (XII IPA 4) juga turut mempengaruhi kinerja pencahayaan alami di ruangan tersebut karena di sekitar ruang B3 (XII IPA 4) banyak terdapat pohon-pohon besar yang menghalangi masuknya cahaya matahari ke dalam ruangan.

Gambar 4.72 Kondisi lingkungan di sekitar ruang B3 (XII IPA 4)


(6)

Tania Nandini, 2014

Kinerja Pencahayaan Alami Ruang Kelas Bangunan Kolonial Hoogere Burger School (Hbs) Pada Sekolah Menengah Atas Di Kota Bandung