Lengkap File: Bilangan Rasional, Sejarah dan Pengertiannya

BILANGAN RASIONAL
Sejarah dan pengertiannya
oleh
Sumardyono, M.Pd.

Konsep bilangan rasional pada Standar Isi terkait dengan konsep bilangan bulat dan pecahan,
sebagai berikut:

Kelas VII, Semester 1

Standar Kompetensi

Komptensi Dasar

Bilangan
1. Memahami sifat-sifat operasi
hitung bilangan dan
penggunaannya dalam
pemecahan masalah

1.1 Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan

pecahan
1.2 Menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan
bulat dan pecahan dalam pemecahan masalah

Pada makalah ini akan dibahas mengenai tema bilangan rasional secara umum. Sifat-sifat
bilangan bulat dan pecahan tidak dibahas secara khusus. Pembahasan bilangan rasional ini untuk
menjadi wawasan bagi guru dan agar dapat memahami bilangan bulat dan pecahan secara lebih
komprehensif.
“Sejarah” Bilangan Rasional
Sebelum mempelajari bilangan rasional, siswa telah dikenalkan dengan beberapa jenis bilangan,
antara lain: bilangan asli, bilangan cacah, bilangan prima, bilangan bulat, bilangan pecahan atau
pecahan, bilangan positif, bilangan negatif.

Mula-mula yang dikenal manusia adalah bilangan bulat positif, yaitu bilangan asli (natural
numbers, N). Bilangan asli dibutuhkan manusia untuk membilang sesuatu yang utuh, seperti

banyak orang, banyak hewan, dan semacamnya.

Selanjutnya manusia mengenal bilangan pecahan (fractions) dengan berbagai macam bentuk. Di
Mesir kuno dikenal dengan penyebut 1 atau 2 saja. Di Perancis kuno, dikenal dengan penyebut

kelipatan 6 atau 12. Di bangsa-bangsa lain juga akhirnya mengenal pecahan dengan ragam
bentuk yang berbeda-beda.

Mengenai bilangan prima (prime numbers), telah menjadi kajian intensif orang Yunani kuno,
terutama pada perguruan Pythagoras. Mereka menemukan bahwa bilangan prima adalah
“sumber bilangan asli” di mana semua bilangan asli dapat dinyatakan dalam faktorisasi prima.
Pada perkembangan selanjutnya, orang membutuhkan bilangan bertanda
oleh karena kuantitas sesuatu dapat “berjalan” ke dua arah yang
berlawanan. Misalnya untuk menjawab pertanyaan “berapa kambing
yang dia punya?”. Padalah faktanya ia berutang 3 ekor kambing dan
tidak memiliki kambing sama sekali. Daripada menjawab “tidak ada”,
jawaban “negatif tiga” akan lebih masuk akal. Dipelopori Brahmagupta
(598-670) dan juga al-Biruni (973-1048), penggunaan bilangan bertanda
menjadi luas diterima orang.

Salah satu perkembangan penting kemampuan berhitung manusia adalah dimulainya
penggunaan angka nol. Walaupun telah disinggung oleh bangsa Maya dan juga oleh
matematikawan India-semisal Brahmagupta, tetapi konsep bilangan
nol (zero) dan penggunaan angka nol belum dipahami manusia
hingga pengenalan dan penggunaan sistem desimal sekitar abad ke12 hingga abad ke-15. Di tangan matematikawan muslim, terutama

al-Kashi (1380-1429), penulisan desimal menjadi trend. Dalam
penulisan desimal ini, angka nol mutlak dibutuhkan. Muncullah
kemudian angka dan bilangan nol.
Dengan bilangan nol, orang sekarang telah memiliki referensi untuk
menjawab pertanyaan “berapa banyak ... ?” Kita menyebutnya
dengan istilah bilangan cacah (whole numbers).

Ditambah pecahan, manusia telah memiliki pengetahuan dalam menyatakan semua kuantitas
hasil pembagian bilangan bulat dengan bilangan asli.

Kemunculan Bilangan Rasional dari Sudut Pandang Matematis

Mula-mula dikenal bilangan asli. Apakah setiap bilangan asli dapat dinyatakan sebagai perkalian
bilangan-bilangan lain? Ya, yaitu dengan satu dan jenis bilangan baru yang disebut bilangan
prima.

Untuk 2 + ... = 6 maka dapat ditemukan bilangan asli 4 untuk mengisi titik-titik.
Tetapi bagaimana bila 2 + ... = 2. Daripada menyebut bahwa tidak ada bilangan asli yang
mengisi titik-titik, lebih baik kita memperluas jenis bilangan yang kita kenal. Muncullah
bilangan nol.


Semua bilangan asli dan nol, kita golongkan sebagai himpunan bilangan cacah (whole numbers).

Untuk mengisi titik-titik pada 3 + ... = 2

kita memerlukan bilangan dengan “arah” yang

berlawanan dari biasanya. Muncullah bilangan negatif.

Semua bilangan cacah dan bilangan negatifnya, kita golongkan sebagai himpunan bilangan bulat
(integers)

Selanjutnya, untuk menjawab 2 × ... = 3 maka kita memerlukan jenis bilangan baru yang kita
sebut pecahan. Dalam kasus ini, kita dapatkan pecahan dalam bentuk a /b dengan a dan b
bilangan-bilangan bulat. Satu-satunya kasus di mana kita tidak menemukan adanya pecahan
yang sesuai adalah kasus
0 × ... = a dengan a sebarang bilangan bulat kecuali nol.
Seperti bilangan bulat, pecahan-pun terdiri atas pecahan positif dan pecahan negatif.

Nah, semua bilangan yang telah kita kenal hingga di sini, digolongkan menjadi satu jenis

bilangan yang disebut bilangan rasional.

Pengertian Bilangan Rasional

Apa sesungguhnya bilangan rasional itu? Dapatkah kita menyatakan pengertian bilangan
rasional secara sederhana?
Pengertian bilangan rasional dapat dikaitkan dengan kata “rasio” (ratio) yang menjadi kata dasar
dari “rasional”. Dalam matematika, rasio berarti perbandingan. Umumnya sebuah perbandingan
dinyatakan dengan bilangan bulat.
Perhatikan yang berikut ini merupakan perbandingan.
2:5

3 : 10

Tetapi tidaklah lazim dalam matematika menulis perbandingan seperti.
2,4 : 1,7
Suatu perbandingan terkait dengan notasi pembagian.
Untuk contoh pertama di atas 2 : 5 menyatakan perbandingan a terhadap b, maka kita tulis a =
2/5b atau a/b = 2/5.


Nah, bilangan rasional memiliki pengertian yang serupa, yaitu bilangan real yang dapat
dinyatakan dalam bentuk

dengan a , b bilangan-bilangan bulat.

Seharusnya jelas bahwa b ≠ 0, karena bila b = 0 maka

bukan bilangan real.

Perhatikan bahwa setiap bilangan real tidak dapat dibagi dengan nol.
Untuk a ≠ 0 maka
Sedang

tidak terdefinisi

bentuk tidak tentu.

Kedua bentuk di atas bukan bilangan real, sebab tidak ada bilangan real r sedemikian hingga 0.r
= a atau 0.r = 0.


Kalimat lain yang ekuivalen, bilangan rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam
bentuk

dengan a , b bilangan-bilangan bulat dan b ≠ 0.

pertanyaan
Bagaimana kebenaran kalimat berikut? Bilangan rasional adalah bilangan bulat atau bilangan
pecahan yang dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan biasa paling sederhana .

Struktur Himpunan Bilangan Rasional

Dengan mengikuti uraian sebelumnya, maka bilangan rasional dapat dinyatakan sebagai
bilangan bulat atau pecahan yang dapat dinyatakan dalam bentuk biasa atau common fraction
(terdiri atas pembilang dan penyebut). Himpunan bilangan rasional adalah gabungan semua
bilangan bulat dan pecahan “biasa”. Lambang himpunan bilangan rasional adalah Q.
Secara lengkap struktur bilangan rasional sebagai berikut.
BILANGAN RASIONAL

PECAHAN BIA“A


BILANGAN BULAT

BILANGAN BULAT
NEGATIF

BILANGAN
CACAH

NOL

SATU

PECAHAN
MURNI

PECAHAN
TAK MURNI

BILANGAN ASLI


BILANGAN PRIMA

BILANGAN KOMPOSIT

Catatan:


Pecahan murni adalah pecahan dalam bentuk a /b dengan a  b.



Salah satu jenis pecahan murni adalah pecahan satuan (kadang disebut pecahan mesir).



Pecahan tak murni adalah pecahan dalam bentuk a /b dengan a  b.
Pecahan satuan adalah pecahan biasa dengan pembilang 1. Seperti bilangan satu yang
“membentuk” semua bilangan asli, maka pecahan satuan juga membentuk semua pecahan
biasa.


Pertanyaan
Di mana kedudukan pecahan desimal dan pecahan campuran?

Bilangan Rasional pada Garis Bilangan

Diketahui himpunan bilangan asli: 1, 2, 3, 4, 5, ....
Jika setiap bilangan asli di atas diwakili oleh ruas garis sebanyak 1, 2, 3, 4, 5, ... maka diperoleh.
1

______

2

____________

3

__________________

4


________________________

5

______________________________

dan seterusnya (semua ruas garis dirangkaikan)

Jika semua ruas garis yang mewakili bilangan asli tersebut kita himpitkan pada ujung-ujungnya,
kita peroleh “sebuah garis” yang dinamakan garis bilangan asli.

1

2

3

4

5

...

Jika akhirnya kita menganggap setiap bilangan asli di atas sebagai jarak (dalam satuan tertentu)
ke titik ujung yang sama, maka kita dapat menganggap titik ujung yang sama itu dengan 0

0

1

2

3

4

5

...

Dengan cara serupa untuk arah berlawanan, kita dapat garis bilangan untuk bilangan bulat
negatif (beserta titik nol)
5

...

4

3

2

1

0

Dengan menggabung kedua garis bilangan di atas, kita peroleh garis bilangan untuk bilangan
bulat.

...

5

4

3

2

1

0

1

2

3

4

5

...

Kenyataannya, pada garis bilangan di atas, setiap titik mewakili sebuah bilangan (real). Garis
bilangan di atas untuk kemudian disebut garis bilangan real atau cukup disebut garis bilangan.

Di mana titik-titik yang mewakili semua bilangan rasional?

Sebuah titik pada garis bilangan merupakan (mewakili) sebuah bilangan rasional jika terdapat
bilangan asli n sedemikian hingga n kali jaraknya terhadap titik nol jatuh di sebuah titik bilangan
bulat.

Contoh. Sebuah titik adalah ¾ jika 4 kali jaraknya terhadap titik 0 jatuh pada titik bilangan 3.

...

5

4

3

2

1

0

1

2

3

4

5

...

¾

Sifat Bilangan Rasional
Dengan menganggap setiap bilangan bulat sebagai sebuah “pecahan” dalam bentuk pecahan
biasa dengan penyebut 1, maka sifat-sifat bilangan rasional “mengikuti” sifat-sifat pecahan
biasa.




Berlaku sifat-sifat terhadap operasi penjumlahan: identitas 0, tertutup, komutatif, asosiatif.



Negatif dari suatu bilangan rasional adalah juga bilangan rasional.



Berlaku sifat-sifat terhadap operasi perkalian: identitas 1, tertutup, komutatif, asosiatif.

Kebalikan dari suatu bilangan rasional adalah juga sebuah bilangan rasional.

pertanyaan
1. Carilah beberapa bilangan rasional a dan b yang memenuhi a 2 + b2 = 1
2. Carilah beberapa bilangan rasional a dan b yang memenuhi a 2 + b2 = 2
3. Himpunan bilangan rasional bersifat “padat di mana-mana” (dense every where), yaitu
bahwa untuk setiap 2 bilangan rasional, pasti ada bilangan rasional lain di antara keduanya.
Buktikan hal ini!

Bilangan Rasional dalam Bentuk Desimal

Pandang beberapa bilangan rasional berikut:

2

¾

8/3

22/7

Semua bilangan rasional di atas jika dinyatakan dalam bentuk desimal, diperoleh
¾ = 0,75000... dapat ditulis

0, 750 atau 2,00..0..

8/3 = 2,666... dapat ditulis

2, 6 atau 2,666..6..

22/7 = 3,142857142857142857..... dapat ditulis 3,142857 atau 3,142857...142857...

Terlihat bahwa pada setiap bilangan rasional di atas, bentuk desimalnya memuat pengulangan
angka atau deretan angka tertentu secara terus menerus. Pada ¾

sesungguhnya memuat

pengulangan angka nol. Akan tetapi, biasanya pengulangan angka nol tidak diperhatikan atau
dikatakan tidak ada pengulangan angka (terus menerus). Pada 8/3 terdapat pengulangan angka 6.
Dan pada 22/7 terdapat pengulangan deretan angka “142857”.
Apakah setiap bentuk rasional a /b jika dinyatakan dalam bentuk desimal pasti memiliki angka
atau deretan angka yang berulang? Ya.
Sebaliknya juga benar bahwa setiap bilangan dalam bentuk desimal yang memiliki angka atau
deretan angka yang berulang pasti merupakan bilangan rasional.

Contoh perhatikan bilangan 2, 71717171...
Misal x = 2, 71717171... maka 100x = 271,717171...

sehingga 100x – x = 269. Dari sini

diperoleh x = 269/99 suatu bilangan rasional.

Jadi, bilangan rasional adalah bilangan real yang dalam bentuk desimal memiliki angka atau
deretan angka yang berulang.

Pertanyaan
1. Apakah π bilangan rasional?
2. Nyatakan 2,02820282028...2028...

dalam bentuk pecahan biasa!

3. Temukan deretan angka yang berulang pada bilangan rasional 1/13, 1/17, dan 1/109.
4. Nyatakan 0,999999..... (9 berulang) dalam bentuk pecahan biasa. Apa simpulan Anda?

Bilangan 2
Jika kita dapat menyatakan suatu bilangan dalam bentuk pecahan biasa, maka kita telah
membuktikan bahwa bilangan tersebut merupakan bilangan rasional. Cara lain adalah dengan
membuktikan bahwa bentuk desimal bilangan tersebut memuat angka atau deretan angka yang
berulang secara terus menerus.

Akan tetapi dalam beberapa kasus bilangan, cara-cara tersebut tidak dapat diterapkan. Untuk
mendapatkan keyakinan (bukti matematis) maka diperlukan cara-cara cerdas atau kreatif untuk
membuktikan rasional atau tidak suatu bilangan. Jadi, tidak ada cara umum untuk membuktikan
suatu bilangan merupakan bilangan rasional atau bukan.

Salah satu kasus yang cukup sederhana dan terkenal adalah kasus bilangan dalam bentuk akar,
2.

Apakah bilangan 2 merupakan bilangan rasional?
Perhatikan beberapa angka desimal dari 2 berikut ini.

Tampak bahwa belum ada angka atau deretan angka yang berulang. Apakah kita cukup yakin

bahwa 2 bukan bilangan rasional? Secara matematis, ini tidak cukup. Siapa tahu setelah
desimal ke-1000 misalnya mulai muncul yang berulang? Nah, daripada menulis semua angka

desimal 2 (yang jelas tidaklah mungkin), maka diperlukan cara lain untuk meyakinkan bahwa
2 rasional atau 2 bukan rasional.

Bukti paling sederhana menggunakan metode pengandaian (reductio ad absurdum). Pada bukti
ini konsep yang dipergunakan hanyalah konsep bilangan genap dan konsep FPB.


Andaikan 2 bilangan rasional. Jadi, menurut definisi bilangan rasional maka 2 dapat

dinyatakan dalam bentuk pecahan biasa, misal 2 = a /b dengan a dan b bilangan-bilangan
bulat.



Karena setiap bentuk pecahan biasa memiliki bentuk paling sederhana, maka dapat
diasumsikan a /b adalah bentuk paling sederhana . (jika belum sederhana, buat menjadi paling
sederhana). Bentuk a /b paling sederhana artinya a dan b tidak memiliki faktor prima yang



sama. Dengan kata lain, FPB a dan b adalah 1.

Kuadratkan kesamaan 2 = a /b maka diperoleh:

2 = (a 2)/(b2)

atau

2b2 = a 2. Ini apa

artinya? Setiap bilangan bila dikali dua pasti menjadi bilangan genap, bukan? Jadi, a 2
merupakan bilangan genap. Nah, mungkinkah kuadrat dari suatu bilangan ganjil adalah
bilangan genap? Tentu tetap merupakan bilangan ganjil. Jadi, hanya bilangan genap yang
dikuadratkan menjadi bilangan genap. Contoh, 32 = 9 (tetap bilangan ganjil), 42 = 16 (tetap
bilangan genap). Jadi, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa a pasti merupakan


bilangan genap.



merupakan penggandaan (dikali dua) sebuah bilangan bulat.



Misalkan a = 2k untuk suatu bilangan bulat k. Ingat, bahwa setiap bilangan genap pasti
Kembali ke 2b2 = a 2 dengan a = 2k diperoleh

2b2 = a 2  2b2 = (2k)2  2b2 = 4k2  b2 = 2k2

Jadi, b2 adalah bilangan genap. Serupa sebelumnya, maka b adalah bilangan genap.
Perhatikan hingga di sini kita dapatkan bahwa a maupun b merupakan bilangan genap. Ini
artinya a dan b memiliki faktor persekutuan 2. Jelas, ini kontradiksi dengan asumsi bahwa
FPB a dan b adalah 1. Karena penalaran kita di atas tidak ada yang salah, maka seharusnya
pengandaian mula-mula yang salah. Ini artinya 2 bukan bilangan rasional.

Bilangan real yang bukan bilangan rasional disebut bilangan irasional (irrational numbers).

Selain 2, semua bilangan bentuk akar dari bilangan yang bukan bilangan kuadrat adalah bukan
bilangan rasional.

Beberapa bilangan rasional dan bukan rasional.

Pecahan dengan deretan 108 angka yang berulang di bawah ini merupakan bilangan rasional
1/109.

0,0091743119266055045871559633027522935779816513761467889908256880733944954128
44036697247706422018348623853211009174311926605504587155963302752293577981651

37614678899082568807339449541284403669724770642201834862385321100917431192660
55045871559633027522935779816513761467889908256880733944954128440366972477064
22018348623853211009174311...
Namun pecahan berikut – yang merupakan pecahan yang sangat penting – tidak memiliki bagian
desimal (berapapun panjangnya) yang berulang – sehingga bukan merupakan pecahan rasional,

 = 3,

dengan kata lain termasuk pecahan irasional.

1415926535

8979323846

2643383279

5028841971

6939937510

5820974944

5923078164

0628620899

8628034825

3421170679

8214808651

3282306647

0938446095

5058223172

5359408128

4811174502

8410270193

8521105559

6446229489

5493038196

4428810975

6659334461

2847564823

3786783165

2712019091

4564856692

3460348610

4543266482

1339360726

0249141273

7245870066

0631558817

4881520920

9628292540

9171536436

7892590360

0113305305

4882046652

1384146951

9415116094

3305727036

5759591953

0921861173

8193261179

3105118548

0744623799

6274956735

1885752724

8912279381

8301194912

9833673362

4406566430

8602139494

6395224737

1907021798

6094370277

0539217176

2931767523

8467481846

7669405132

0005681271

4526356082

7785771342

7577896091

7363717872

1468440901

2249534301

4654958537

1050792279

6892589235

4201995611

2129021960

8640344181

5981362977

4771309960

5187072113

4999999837

2978049951

0597317328

1609631859

5024459455

3469083026

4252230825

3344685035

2619311881

7101000313

7838752886

5875332083

8142061717 7669147303

....

Daftar pustaka dan bacaan

Posamentier, Alfred. 2003. Math Wonders, to inspire teachers and students . Virginia (USA):
Associasion for Supervision and Curriculum Development (ASCD)
Vivaldi, Franco. 2008. Essensial Mathematics . London: School of Mathematical Sciences
(Quenn Mary Univ.)