s geo 0705852 chapter i

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H2O. Air merupakan komponen utama makhluk hidup dan mutlak diperlukan untuk kelangsungan hidupnya.

Dublin, 26-31 Januari 1992 – The Dublin Statement (International Conference on Water and the Environment)

“Air merupakan bagian penting dari lingkungan dan merupakan wadah

bergantungnya berbagai bentuk kehidupan dan kesehjateraan manusia. Kelangkaan dan penyalahgunaan air bersih akan menghadapi ancaman yang serius dan makin bertambah terhadap pengembangan dan

perlindungan lingkungan yang berkelanjutan.”

Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Namun demikian, air dapat menjadi malapetaka bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya.

Air seperti halnya energi, adalah hal yang esensial bagi kehidupan. Sebagai ilustrasi, ketika manusia tidak makan maka akan dapat bertahan selama satu bulan, namun apabila satu hari tidak minum, maka kemampuan bertahannya tidak akan berlangsung lama. Ini menjelaskan bahwa betapa penting keberadaan air.


(2)

jumlah atau seberapa banyak air yang tersedia disuatu tempat. Jumlah air di bumi relatif tetap, yakni sebesar ± 1,4 miliar km3. Hampir 97,5 % air di dunia dalam keadaan asin. Bila dianggap permukaan bumi ini seragam (tanpa lembah dan gunung), maka jumlah air sebesar itu akan menutup rata seluruh permukaan bumi sedalam 2,6 km. Dari jumlah sebesar itu, hanya 2,5% air di dunia yang bersifat tawar. Sekitar 1,7% tersimpan dalam bentuk es, terutama sekali di daerah kutub, sedangkan 0,1% berada di atmosfer sebagai uap air. Dari seluruh air tawar di bumi, sekitar dua pertiga berwujud es di kutub. Sementara sebagian besar dari epertiga sisa air tawar berupa air tanah yang berada pada kedalaman 200-600 m di bawah permukaan tanah.

Dari keseluruhan air tawar, hanya 0,006% yang mengalir di permukaan bumi, sementara kandungan air tawar dalam tubuh makhluk hidup seluruhnya sebesar 0,003% yakni sekitar setengah dari jumlah air tawar di danau, sungai, dan rawa-rawa di bumi kita. Secara keseluruhan dapat dinyatakan bahwa jumlahnya relatif tetap atau konstan. Air akan selalu ada karena air bersikulasi dan tidak pernah berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer mengikuti siklus hidrologi.

Namun dengan keberadaan air di dunia yang melimpah ruah, tentunya tidak semua air dapat dimanfaatkan untuk keperluan hidup sehari-hari. Air yang dapat dimanfaatkan jumlahnya terbatas. Pemanfaatan air untuk keperluan sehari-hari terkait erat dengan kualitas air itu sendiri. Kualitas air berhubungan dengan standar mutu yang dibutuhkan untuk pemanfaatan air sesuai dengan


(3)

peruntukannya, air bersih untuk keperluan sehari-hari harus memenuhi beberapa syarat seperti di bawah ini:

1. Syarat Fisik, yaitu keadaan fisik air tersebut yang tidak boleh berbau, tidak berwarna dan tidak berrasa

2. Syarat kimia, yaitu keadaan air yang tidak mengandung zat-zat kimia yang dapat meracuni tubuh

3. Syarat biologis, yaitu bahwa air tidak boleh mengandung bakteri-bakteri yang merugikan (patogen)

Syarat-syarat tersebut dapat dijadikan dasar untuk mendapatkan air bersih yang memenuhi syarat sesuai standar kualitas air sehingga dapat dikonsumsi.

Dewasa ini, air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius. Untuk mendapat air yang baik sesuai dengan standar mutu, saat ini menjadi barang yang mahal, karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia. Sehingga secara kualitas, sumberdaya air telah mengalami penurunan.

Upaya pemenuhan kebutuhan air oleh manusia dapat mengambil air dari dalam tanah, air permukaan, atau langsung dari air hujan. Dari ke tiga sumber air tersebut, air tanah yang paling banyak digunakan karena air tanah memiliki beberapa kelebihan di banding sumber-sumber lainnya antara lain karena kualitas airnya yang lebih baik serta pengaruh akibat pencemaran yang relatif kecil. Air tanah disini terbagi menjadi dua, ada air tanah dangkal dan air tanah dalam (shallow water and deep water).


(4)

Akan tetapi air yang dipergunakan tidak selalu sesuai dengan syarat kesehatan, karena sering ditemui air tersebut mengandung bibit ataupun zat-zat tertentu yang dapat menimbulkan penyakit yang justru membahayakan kelangsungan hidup manusia. Pemanfaatan air tanah sebagai sumber air bersih oleh penduduk di wilayah-wilayah perkotaan di Indonesia, sampai sat ini masih menjadi andalan utama. Cara umum yang dipakai adalah dengan membuat sumur bor atau sumur gali. Alasan utama pemanfaatan airtanah adalah karena lebih murah dan mudah, disamping perusahaan-perusahaan air minum pemerintah (PAM atau PDAM), tidak dapat memenuhi kebutuhan air penduduk secara memadai. Tetapi, kualitas airtanah dangkal yang banyak digunakan oleh

penduduk rentan terhadap pencemaran sebagaimana air permukaan.

Djajadiningrat (2001) menyatakan bahwa kecenderungan gangguan terhadap kulaitas air tanah dangkal dari lingkungan pemukiman cukup tinggi.

Pencemaran dapat terjadi ketika badan air mengalir melalui pori-pori batuan dibawah tanah maupun yang mengalir dipermukaan tanah, hal ini disebabkan karena sifat dan karakteristik air yang mudah melarutkan unsur-unsur kimia tertentu maupun logam-logam berat lainnya. Mineral-mineral yang terkandung di dalam batuan merupakan faktor dominan sebagai sumber yang memberikan pencemaran pada badan air yang mengalir di daratan. Disamping itu pembuangan limbah ke dalam sungai maupun tanah yang berasal dari limbah industri dan pertambangan serta limbah pertanian, rumah tangga dan limbah lainnya dapat menyebabkan baku mutu air menjadi turun kualitasnya.


(5)

Masalah yang berhubungan dengan air adalah masalah-masalah yang berkaitan dengan pemanfaatan air bagi keperluan tertentu. Sebagaimana diketahui bahwa sumberdaya air dapat dijumpai di permukaan tanah, seperti sungai, danau, rawa, udara dan lautan serta yang berada di bawah permukaan tanah, seperti air tanah dangkal (shallow groundwater) dan air tanah dalam (deep groundwater).

Selain masalah pencemaran, kualitas airtanah juga dipengaruhi oleh aktivitas manusia diatasnya dan perlakuan masyarakat (treatment) itu sendiri. Kecamatan Dayeuhkolot, adalah kecamatan yang memiliki permasalahan-permasalah seperti diatas yang menyagkut akan kulaitas airtanah dangkal. Permasalahan yang ada saat ini diperparah lagi dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dimana daerah sempadan Sungai Citarum adalah daerah yang telah berubah fungsi menjadi kawasan pemukiman padat dan kumuh.

Sejak tahun 1980 an perkembangan penduduk di bantaran sungai Citarum, khususnya kecamatan Daeyuhkolot terus mengalami perkembangan yang pesat. Perkembangan tersebut diiringi dengan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat pula. Laju pertumbuhan penduduk yang cepat mengakibatkan terjadinya kepadadatan penduduk Beberapa teori mengemukakan bahwa unsur kimia airtanah dipengaruhi oleh kondisi alam dan kondisi limbah akivitas manusia. Kondisi alam antara lain dipengaruhi oleh batuan penyusun aquifer.

Mengingat sebagian besar penduduk di kecamatan Dayeuhkolot masih memanfaatkan sumber air bersih dari airtanah dangkal atau sumur gali, tentunya perlu ada suatu penelitian guna menguji kualitas airtanah dangkal dan mengetahui


(6)

oleh penduduk setempat agar terciptanya perilaku yang sehat dan berwawasan lingkungan.

Oleh karena itu peneliti berkeinginan untuk meneliti permasalahan tersebut

dengan judul “Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, dirumuskan kedalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana kualitas airtanah dangkal berdasarkan karakteristik fisika dan kimia di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung?

2. Bagaimana persebaran kelas kualitas airtanah dangkal di Kecamatan

Dayeuhkolot Kabupaten Bandung?

3. Bagaimana perlakuan masyarakat pada setiap kelas kualitas airtanah dangkal di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi kualitas airtanah berdasarkan parameter fisika dan kimia air. 2. Menentukan kelas kulitas airtanah berdasarkan karakteristik fisika dan kimia. 3. Mengevaluasi perlakuan masyarakat terhadap airtanah sebagai pemenuh


(7)

1.4. Manfaat Penelitian

Dari informasi yang ada, diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Sebagai bahan pendalaman materi geografi mengenai hidrologi khususnya airtanah dangkal

2. Memberikan informasi terhadap masyarakat setempat mengenai kualitas air tanah dangkal sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam penggunaannya. 3. Sebagai masukan data untuk peneliti selanjutnya dengan permasalahan yang

lebih aktual

4. Sebagai bahan pengayaan dalam proses pembelajaran geografi mengenai pokok bahasan airtanah di SMA kelas XII.

1.5. Definisi Operasional

Judul dalam penelitian ini adalah “Perlakuan Masyarakat Pada Setiap Kelas

Kualitas Airtanah Dangkal di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung” Agar

tidak terjadi kesalah pahaman tentang istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini, maka peneliti perlu menjelaskan istilah yang ada pada judul yaitu: 1. Menurut Sunaryo (2005:69) perlakuan umumnya berwujud sikap, peran serta,

atau tindakan. Perlakuan (treatment) pada penelitian ini merupakan suatu kegiatan dengan menggunakan prosedur standar yang dilakukan oleh masyarakat dalam memperoleh airtanah dengan kondisi yang kurang baik sehingga dapat menjernihkan airtanah dan memperoleh air bersih untuk


(8)

2. Masyarakat

Menurut Koenjaraningrat (1990:14) adalah “kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu

dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama”. Masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang ada di Kecamatan Dayeuhkolot.

3. Airtanah Dangkal

Menurut Kodoatie (1996 : 7) “Airtanah dangkal adalah sejumlah air di bawah permukaan bumi yang dapat dikumpulkan dengan sumur-sumur, terowongan atau sistem drainase, juga dapat disebut aliran secara alami yang mengalir ke permukaan tanah melalui pancaran atau rembesan.” Airtanah dangkal dalam penelitian ini diperoleh melalui air sumur gali yang ada di wilayah penelitian. 4. Kualitas Air

Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air terhadap penggunaan tertentu dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia. Kualitas air mencakup tiga karakteristik yaitu fisik, kimia dan biologi. Pada penelitian ini parameter kualitas airtanah yang diuji terdiri dari fisika yaitu bau, rasa, suhu, zat padat terlarut (TDS), kekeruhan, dan daya hantar listrik (DHL) serta kimiawi yaitu pH, kesadahan (CaCO3), besi (Fe), zat organik (KmnO4), sulfat (SO4), nitrat (NO3) dan nitrit (NO2).

5. Karakteristik Fisika dan Kimia

Dalam penelitian parameter fisika dan kimia yang telah ditentukan diuji di laboraotrium air dan disesuaikan dengan baku mutu air, kemudian ditentukan


(9)

kelas mutu airtanah dangkal yang kepada kualitas air minum No: 492/MENKES/PER/IV/2010. Baku mutu untuk karakteristik fisika: (1) bau adalah tidak berbau; (2) rasa adalah tidak berasa; (3) TDS dengan nilai maksimum kandungan 500 mg/L; (4) kekeruhan dengan nilai maksimum kandungan 5 NTU. Baku mutu untuk karakteristik kimia: (1) pH dengan nilai antara 6,5 – 8,5; (2) besi dengan nilai kandungan maksimum 0,3 mg/L; (3) kesadahan dengan nilai kandungan maksimum 500 mg/L CaCO3; (4) nitrat dengan nilai kandungan maksimum 50 mg/L; (5) nitrit dengan nilai kandungan maksimum 3 mg/L; (6) sulfat dengan nilai kandungan maksimum 250 mg/L; dan (7) zat organik dengan nilai kandungan maksimum 10 mg/L. Kelas kualitas air mengacu pada standar kualitas air di perairan umum (PP No. 82 Tahun 2001) dengan ketentuan tiap parameternya sebagai berikut:

 Kelas I: tidak berasa, tidak berbau, DHL < 2250 Umhos/cm, kekeruhan tidak lebih dari 5 NTU, pH 6.5-8.5, kesadahan tidak lebih dari 500 mg/L, besi tidak lebih dari 0,3 mg/L, nitrat tidak lebih dari 10 mg/L, nitrit minimal 1 mg/L.

 Kelas II: tidak berasa, tidak berbau, DHL < 2250 Umhos/cm, kekeruhan tidak lebih dari 5 NTU, pH 5-9, kesadahan > 500 mg/L, besi tidak lebih dari 5 mg/L, nitrat tidak lebih dari 10 mg/L, nitrit minimal 1 mg/L.

 Kelas III: berasa, berbau, DHL < 2250 Umhos/cm, kekeruhan lebih dari 5 NTU, pH 6-9, kesadahan > 500 mg/L, besi lebih dari 5 mg/L, nitrat tidak lebih dari 10 mg/L, nitrit < 1 mg/L atau 0,06 mg/L.

 Kelas IV: berasa, berbau, DHL 2250 Umhos/cm, kekeruhan lebih dari 5 NTU, pH 5-9, kesadahan > 500 mg/L, besi lebih dari 5 mg/L, nitrat tidak lebih dari 10 mg/L, nitrit < 0,06 mg/L.


(1)

Akan tetapi air yang dipergunakan tidak selalu sesuai dengan syarat kesehatan, karena sering ditemui air tersebut mengandung bibit ataupun zat-zat tertentu yang dapat menimbulkan penyakit yang justru membahayakan kelangsungan hidup manusia. Pemanfaatan air tanah sebagai sumber air bersih oleh penduduk di wilayah-wilayah perkotaan di Indonesia, sampai sat ini masih menjadi andalan utama. Cara umum yang dipakai adalah dengan membuat sumur bor atau sumur gali. Alasan utama pemanfaatan airtanah adalah karena lebih murah dan mudah, disamping perusahaan-perusahaan air minum pemerintah (PAM atau PDAM), tidak dapat memenuhi kebutuhan air penduduk secara memadai. Tetapi, kualitas airtanah dangkal yang banyak digunakan oleh penduduk rentan terhadap pencemaran sebagaimana air permukaan. Djajadiningrat (2001) menyatakan bahwa kecenderungan gangguan terhadap kulaitas air tanah dangkal dari lingkungan pemukiman cukup tinggi.

Pencemaran dapat terjadi ketika badan air mengalir melalui pori-pori batuan dibawah tanah maupun yang mengalir dipermukaan tanah, hal ini disebabkan karena sifat dan karakteristik air yang mudah melarutkan unsur-unsur kimia tertentu maupun logam-logam berat lainnya. Mineral-mineral yang terkandung di dalam batuan merupakan faktor dominan sebagai sumber yang memberikan pencemaran pada badan air yang mengalir di daratan. Disamping itu pembuangan limbah ke dalam sungai maupun tanah yang berasal dari limbah industri dan pertambangan serta limbah pertanian, rumah tangga dan limbah lainnya dapat menyebabkan baku mutu air menjadi turun kualitasnya.


(2)

Masalah yang berhubungan dengan air adalah masalah-masalah yang berkaitan dengan pemanfaatan air bagi keperluan tertentu. Sebagaimana diketahui bahwa sumberdaya air dapat dijumpai di permukaan tanah, seperti sungai, danau, rawa, udara dan lautan serta yang berada di bawah permukaan tanah, seperti air tanah dangkal (shallow groundwater) dan air tanah dalam (deep groundwater).

Selain masalah pencemaran, kualitas airtanah juga dipengaruhi oleh aktivitas manusia diatasnya dan perlakuan masyarakat (treatment) itu sendiri. Kecamatan Dayeuhkolot, adalah kecamatan yang memiliki permasalahan-permasalah seperti diatas yang menyagkut akan kulaitas airtanah dangkal. Permasalahan yang ada saat ini diperparah lagi dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dimana daerah sempadan Sungai Citarum adalah daerah yang telah berubah fungsi menjadi kawasan pemukiman padat dan kumuh.

Sejak tahun 1980 an perkembangan penduduk di bantaran sungai Citarum, khususnya kecamatan Daeyuhkolot terus mengalami perkembangan yang pesat. Perkembangan tersebut diiringi dengan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat pula. Laju pertumbuhan penduduk yang cepat mengakibatkan terjadinya kepadadatan penduduk Beberapa teori mengemukakan bahwa unsur kimia airtanah dipengaruhi oleh kondisi alam dan kondisi limbah akivitas manusia. Kondisi alam antara lain dipengaruhi oleh batuan penyusun aquifer.

Mengingat sebagian besar penduduk di kecamatan Dayeuhkolot masih memanfaatkan sumber air bersih dari airtanah dangkal atau sumur gali, tentunya perlu ada suatu penelitian guna menguji kualitas airtanah dangkal dan mengetahui bagaimana perlakuan masyarakat pada setiap kelas kualitas air yang digunakan


(3)

oleh penduduk setempat agar terciptanya perilaku yang sehat dan berwawasan lingkungan.

Oleh karena itu peneliti berkeinginan untuk meneliti permasalahan tersebut

dengan judul “Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten

Bandung”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, dirumuskan kedalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana kualitas airtanah dangkal berdasarkan karakteristik fisika dan kimia di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung?

2. Bagaimana persebaran kelas kualitas airtanah dangkal di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung?

3. Bagaimana perlakuan masyarakat pada setiap kelas kualitas airtanah dangkal di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi kualitas airtanah berdasarkan parameter fisika dan kimia air. 2. Menentukan kelas kulitas airtanah berdasarkan karakteristik fisika dan kimia. 3. Mengevaluasi perlakuan masyarakat terhadap airtanah sebagai pemenuh


(4)

1.4. Manfaat Penelitian

Dari informasi yang ada, diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Sebagai bahan pendalaman materi geografi mengenai hidrologi khususnya airtanah dangkal

2. Memberikan informasi terhadap masyarakat setempat mengenai kualitas air tanah dangkal sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam penggunaannya. 3. Sebagai masukan data untuk peneliti selanjutnya dengan permasalahan yang

lebih aktual

4. Sebagai bahan pengayaan dalam proses pembelajaran geografi mengenai pokok bahasan airtanah di SMA kelas XII.

1.5. Definisi Operasional

Judul dalam penelitian ini adalah “Perlakuan Masyarakat Pada Setiap Kelas Kualitas Airtanah Dangkal di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung” Agar tidak terjadi kesalah pahaman tentang istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini, maka peneliti perlu menjelaskan istilah yang ada pada judul yaitu: 1. Menurut Sunaryo (2005:69) perlakuan umumnya berwujud sikap, peran serta,

atau tindakan. Perlakuan (treatment) pada penelitian ini merupakan suatu kegiatan dengan menggunakan prosedur standar yang dilakukan oleh masyarakat dalam memperoleh airtanah dengan kondisi yang kurang baik sehingga dapat menjernihkan airtanah dan memperoleh air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari secara terus menerus.


(5)

2. Masyarakat

Menurut Koenjaraningrat (1990:14) adalah “kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama”. Masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang ada di Kecamatan Dayeuhkolot.

3. Airtanah Dangkal

Menurut Kodoatie (1996 : 7) “Airtanah dangkal adalah sejumlah air di bawah permukaan bumi yang dapat dikumpulkan dengan sumur-sumur, terowongan atau sistem drainase, juga dapat disebut aliran secara alami yang mengalir ke permukaan tanah melalui pancaran atau rembesan.” Airtanah dangkal dalam penelitian ini diperoleh melalui air sumur gali yang ada di wilayah penelitian. 4. Kualitas Air

Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air terhadap penggunaan tertentu dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia. Kualitas air mencakup tiga karakteristik yaitu fisik, kimia dan biologi. Pada penelitian ini parameter kualitas airtanah yang diuji terdiri dari fisika yaitu bau, rasa, suhu, zat padat terlarut (TDS), kekeruhan, dan daya hantar listrik (DHL) serta kimiawi yaitu pH, kesadahan (CaCO3), besi (Fe), zat organik (KmnO4), sulfat (SO4), nitrat (NO3) dan nitrit (NO2).

5. Karakteristik Fisika dan Kimia

Dalam penelitian parameter fisika dan kimia yang telah ditentukan diuji di laboraotrium air dan disesuaikan dengan baku mutu air, kemudian ditentukan


(6)

kelas mutu airtanah dangkal yang kepada kualitas air minum No: 492/MENKES/PER/IV/2010. Baku mutu untuk karakteristik fisika: (1) bau adalah tidak berbau; (2) rasa adalah tidak berasa; (3) TDS dengan nilai maksimum kandungan 500 mg/L; (4) kekeruhan dengan nilai maksimum kandungan 5 NTU. Baku mutu untuk karakteristik kimia: (1) pH dengan nilai antara 6,5 – 8,5; (2) besi dengan nilai kandungan maksimum 0,3 mg/L; (3) kesadahan dengan nilai kandungan maksimum 500 mg/L CaCO3; (4) nitrat dengan nilai kandungan maksimum 50 mg/L; (5) nitrit dengan nilai kandungan maksimum 3 mg/L; (6) sulfat dengan nilai kandungan maksimum 250 mg/L; dan (7) zat organik dengan nilai kandungan maksimum 10 mg/L. Kelas kualitas air mengacu pada standar kualitas air di perairan umum (PP No. 82 Tahun 2001) dengan ketentuan tiap parameternya sebagai berikut:

 Kelas I: tidak berasa, tidak berbau, DHL < 2250 Umhos/cm, kekeruhan tidak lebih dari 5 NTU, pH 6.5-8.5, kesadahan tidak lebih dari 500 mg/L, besi tidak lebih dari 0,3 mg/L, nitrat tidak lebih dari 10 mg/L, nitrit minimal 1 mg/L.

 Kelas II: tidak berasa, tidak berbau, DHL < 2250 Umhos/cm, kekeruhan tidak lebih dari 5 NTU, pH 5-9, kesadahan > 500 mg/L, besi tidak lebih dari 5 mg/L, nitrat tidak lebih dari 10 mg/L, nitrit minimal 1 mg/L.

 Kelas III: berasa, berbau, DHL < 2250 Umhos/cm, kekeruhan lebih dari 5 NTU, pH 6-9, kesadahan > 500 mg/L, besi lebih dari 5 mg/L, nitrat tidak lebih dari 10 mg/L, nitrit < 1 mg/L atau 0,06 mg/L.

 Kelas IV: berasa, berbau, DHL 2250 Umhos/cm, kekeruhan lebih dari 5 NTU, pH 5-9, kesadahan > 500 mg/L, besi lebih dari 5 mg/L, nitrat tidak lebih dari 10 mg/L, nitrit < 0,06 mg/L.