S PAUD 1103283 Chapter3

(1)

Ayu Wulandari, 2015

PROFIL KARAKTER COURAGE ANAK USIA DINI PADA KONDISI KELUARGA SINGLE PARENTS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, hal ini didasarkan pada permasalahan yang tertuang dalam pertanyaan penelitian. Dalam penelitian kualitiatif tentu menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu wawancara, pengamatan, atau penelaah dokumen (Moleong, 2010). Sugiyono (2008) memaparkan bahwa pendekatan kualitatif tidak merubah proses ataupun kondisi yang ada di lapangan. Penelitian kualitatif memaparkan data di lapangan tanpa adanya manipulasi yang dilakukan, selain itu bentuk dari data yang dipaparkan adalah bentuk naratif atau deskripsi analisis.

Penelitian kualitatif menurut Moleong (2010, hlm. 44) menyatakan bahwa:

Penelitian kualitatif juga berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengadakan analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori dari-dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitiannya bersifat sementara, dan hasil penelitiannya bersifat sementara, dan hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak: peneliti dan subjek penelitian.

Penelitian kualitatif dilakukan bertujuan untuk menemukan makna, serta pemahaman yang mendalam, bukan hanya penjelasan tentang hubungan atau pengaruh terbatas, karena itu yang lebih diutamakan adalah EMIK yaitu pandangan atau perspektif dan penghayatan si pemilik realitas. Bukan ETIK yaitu pandangan atau perspektif dan penghayatan si peneliti sebagai orang luar (Putera, 2011). Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama (Moleong, 2010).


(2)

Ayu Wulandari, 2015

PROFIL KARAKTER COURAGE ANAK USIA DINI PADA KONDISI KELUARGA SINGLE PARENTS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Desain Penelitian

Penelitian ini berfokus pada karakter anak yang terbentuk dalam pengasuhan orang tua tunggal. Untuk melakukan penelitian terkait profil pengembangan karakter anak pada orang tua tunggal, peneliti membutuhkan informasi dari ibu tunggal dan juga ayah tunggal yang disebabkan oleh perceraian. Sehingga digunakan pendekatan fenomenologi untuk menunjang penelitian ini. Pendekatan fenomenologi merupakan sebuah penelitian yang fokus terhadap fenomena tertentu. Menitikberatkan pandangan subjek terhadap penelitian. Peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi-situasi tertentu (Moleong, 2010, hlm. 17).

Dalam filsafat modern, fenomenologi menyelidiki pengalaman kesadaran, yang berkaitan dengan pertanyaan. Adapun pengertian fenomenologis menurut Moleong (2010, hlm. 15), adalah pandangan berfikir yang menekankan pada fokus kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interpretasi interpretasi dunia. Pencarian arti dari pengalaman hidup seseorang merupakan tujuan dari studi fenomenologi (Sukmadinata, 2010, hlm. 63). Sejalan dengan yang dikembangkan Sukmadinata, Smith (2009, hlm. 52) juga menyampaikan bahwa fenomenologi bertujuan untuk menangkap dan mengklarifikasi situasi yang dialami dalam kehidupan seseorang sehari-hari.

B. Penjelasan Ilmiah

Karakter adalah seluruh kebaikan yang membentuk kualitas mental atau moral, kekuatan moral, dan reputasi seseorang yang tidak diwariskan namun dibangun secara berkesinambungan hari demi hari, sehingga memfokuskan tingkah laku orang tersebut dalam mengaplikasikan nilai kebaikan. Karakter yang dimaskud dalam penelitian ini adalah character courage, seperti yang disampaikan oleh Peterson & Seligman (2004) bahwa character courage terdiri atas 4 aspek didalamnya, yaitu:


(3)

Ayu Wulandari, 2015

PROFIL KARAKTER COURAGE ANAK USIA DINI PADA KONDISI KELUARGA SINGLE PARENTS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Keberanian

Keberanian adalah percaya diri dalam melakukan segala sesuatu, dan tidak menghindar dari ancaman, tantangan, kesulitan, atau sakit. Kebalikan dari keberanian adalah pengecut atau spinelessness.

2. Kegigihan

Kegigihan yaitu ketekunan (rajin) untuk menyelesaikan segala sesuatu yang sudah dimulai, mampu bertahan dalam suatu tindakan meskipun mengalami hambatan. Antonim dari ketekunan adalah semua hal yang negatif seperti kemalasan, menyerah, dan tidak mau mencoba. Ketekunan menjadi ciri khusus seseorang dan mengatur motivasi untuk menyelesaikan tugas dengan kontrol diri dan regulasi pada dirinya.

3. Integritas

Integritas yaitu kemampuan seseorang untuk menyajikan diri dengan cara yang tulus terhadap perasaan dan tindakan orang lain. Orang yang berbicara kebenaran (jujur), dan mengambil tanggung jawab, bersikap baik dari diri sendiri kepada orang lain. Integritas, keaslian dan kejujuran adalah nilai utama dalam hubungan (bersosialisasi). Lawan dari integritas adalah berbohong dan memaksakan kehendak sendiri kepada orang lain.

4. Vitality

Vitality mengacu pada perasaan merasa hidup yang penuh semangat dan antusiasme untuk menampilkan dalam setiap aktivitas. Orang yang kuat dan energik, gembira dan bersemangat dalam menghadapi kehidupan. Vitalitas adalah kepuasan dan keterlibatan, memiliki kekuatan seperti rasa ingin tahu dan cinta terhadap pembelajaran. Antonim dari kekuatan ini adalah negatif; lamban, depresi, kusam, letih, lesu, lemas, dan merasa tak bernyawa.

Single parents yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang tua yang secara sendirian membesarkan anak-anaknya tanpa kehadiran, dukungan atau tanggung jawab pasangan dengan latar belakang bercerai, yaitu ibu single parents dan ayah


(4)

Ayu Wulandari, 2015

PROFIL KARAKTER COURAGE ANAK USIA DINI PADA KONDISI KELUARGA SINGLE PARENTS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi

Lokasi pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan kepada orangtua tunggal yang tinggal di Kota Bandung.

2. Subjek Penelitian

Metode pengambilan contoh tidak terlalu mengikat, sejauh penetapan kasus benar-benar tepat. Jumlah contoh yang diambil dan tekhnik pengambilannya adalah subjektif, yaitu menurut kehendak peneliti, sesuai dengan subjek yang diinginkan. (Daniel, 2001).

Menurut Patton (dalam Alwasilah, 2002) penelitian kualitatif tidak membutuhkan

probability sampling, stratified sampling, dan convenience sampling, tetapi memilih

purposeful sampling atau criterion-based selection menurut LeCompte & Preissle.

Alwasilah (2002) menyampaikan pendapat mengenai purposive sampling merupakan: jurus agar manusia, latar, dan kejadian tertentu (unik, khusus, tersendiri, aneh

nyeleneh) betul-betul diupayakan terpilih (tersertakan) untuk memberikan informasi penting yang tidak mungkin diperoleh melalui jurus lain.

Pemilihan sampel secara purposive memiliki empat tujuan menurut Maxwell (Alwasilah, 2002), yakni:

a. Karena kekhasahan atau kerefresentatifan dari latar, individu, atau kegiatan. b. Demi heterogenitas dalam populasi.

c. Untuk mengkaji kasus-kasus yang kritis terhadap (mementahkan) teori-teori yang ada, yakni menjadi landasan diawal penelitian maupun yang berkembang dalam proses penelitian.

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti telah menentukan beberapa sampel yang diambil secara purposive. Adapun penjelasan mengenai partisipan adalah sebagai berikut:

a. Nama Anak : Fs Usia Anak : 6 tahun Jenis kelamin : Laki-laki


(5)

Ayu Wulandari, 2015

PROFIL KARAKTER COURAGE ANAK USIA DINI PADA KONDISI KELUARGA SINGLE PARENTS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Nama Ibu : Ibu Dn

Usia Ibu : 31 tahun

Pekerjaan : Pegawai asuransi Alamat : Kota Bandung b. Nama Anak : Bn

Usia Anak : 8 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Nama Ayah : Bapak Sn Usia Ayah : 33 tahun

Pekerjaan : Buruh (kuli panggul) Alamat : Kota Bandung

D. Teknik Pengumpulan Data

Ciri khas penelitian kualitatif adalah adanya peran serta aktif peneliti dalam proses pengumpulan data dan pengolahan data, serta yang menentukan keseluruhan skenario di dalam penelitian adalah peneliti itu sendiri (Moleong, 2008). Menurut Lincoln dan Guba (Alwasilah, 2002, hlm. 78) “humans as primary date-gathering

intrumens” (manusia atau peneliti sendiri sebagai instrumen pengumpul data primer). Sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Lincoln dan Guba, bahwa dalam penelitian ini yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri.

Peneliti berperan untuk fokus terhadap penelitian baik terhadap sumber data, pengumpulan data, analisis data serta membuat kesimpulan atas temuannya di lapangan (Sugiyono, 2008). Penelitian kualitatif juga berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan, dan mengandalkan manusia sebagai alat penelitian. Dalam penelitian kualitatif tidak digunakan instrument standar, tetapi peneliti berperan sebagai instrumen. Meskipun daftar pertanyaan disiapkan sebagai pedoman, namun dalam pelaksanaannya dikembangkan dan disesuaikan dengan kenyataan dilapangan (Sukmadinata, 2010).

Meskipun dalam penelitian ini yang menjadi key intrumen adalah peneliti, namun dalam penelitian ini dimungkinkan untuk menggunakan metode penelitian kualitatif


(6)

Ayu Wulandari, 2015

PROFIL KARAKTER COURAGE ANAK USIA DINI PADA KONDISI KELUARGA SINGLE PARENTS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang dapat membantu memaksimalkan proses pengumpulan data selama penelitian. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

Interview atau wawancara yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan bertatapan langsung dengan responden, dengan menggunakan daftar percakapan, dan wawancara dalam penelitian pendekatan kualitatif dibagi menjadi tiga kategori, yaitu wawancara dengan cara melakukan pembicaraan informal (informal conversational interview), wawancara umum yang terarah (general interview guide approach), dan wawancara terbuka yang standar (standardized open-ended interview) (Suwarsono, 2006; Daniel, 2001). Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara semi struktural (structural interview) menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu wawancara, pengamatan, atau penelaah dokumen (Moleong, 2010).

Tabel 3.1 Tabel Wawancara

No. Kode Pertanyaan Hasil

1. CC. KB. 2. 1.a

Apakah anak anda termasuk anak yang berani untuk tampil didepan orang banyak?

2. CC. KB. 2. 1.b

Apakah anak anda mampu memberi tahu pada temannya ketika temannya melakukan hal yang salah dan

berbahaya?

3. CC. KB. 2. 1.c Bagaimana sikap anak anda ketika menghadapi masalah?

4. CC. KB. 2. 1.d

Apakah anak anda berani mengambil keputusan ketika dihadapkan dalam pilihan?

5. CC. KB. 2. 1.e

Selaku single parents, upaya apa yang dilakukan dalam meningkatkan keberanian pada anak?

6. CC. KG. 2. 2.a

Apakah anak mampu menyelesaikan sesuatu baik tugas atau mainan sampai selesai?

7. CC. KG. 2. 2.b Apakah tipe anak anda termasuk anak yang mampu bertahan ketika


(7)

Ayu Wulandari, 2015

PROFIL KARAKTER COURAGE ANAK USIA DINI PADA KONDISI KELUARGA SINGLE PARENTS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu mengalami halangan dan tantangan?

8. CC. KG. 2. 2.c

Bagaimana upaya anda dalam meningkatkan kegigihan pada anak selaku single parents?

9. CC. IG. 2. 3.a

Apakah anak anda termasuk anak yang tulus dalam membantu teman yang mengalami kesulitan?

10. CC. IG. 2. 3.b

Apakah anak anda termasuk anak yang mampu berinteraksi dan

membuat hubungan yang baik dengan orang lain?

11. CC. IG. 2. 3.c

Bagaimana upaya anda dalam meningkatkan integritas pada anak selaku single parents?

12. CC. VT. 2. 4.a Bagaimana anak anda bersikap ketika menemukan hal baru?

13. CC. VT. 2. 4.b

Bagaimana semangat anak anda dalam menghadapi kegiatan sehari-hari?

14. CC. VT. 2. 4.c Apakah anak anda termasuk anak yang ceria dan aktif?

15. CC. VT. 2. 4.d

Bagaimana upaya anda dalam membangun dan meningkatkan semangat pada anak selaku single parents?

2. Observasi

Observasi adalah suatu usaha untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis, dengan prosedur terstandar dengan teknik yang memungkinkan peneliti menarik inferensi (kesimpulan) dari makna dan sudut pandang responden, kejadian, peristiwa, atau proses yang diamati melalui kegiatan pencatatan secara sistematis yang terkait dengan kejadian-kejadian, perilaku, objek-objek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan (Alwasilah, 2002; Arikunto, 2010; Sarwono, 2006).


(8)

Ayu Wulandari, 2015

PROFIL KARAKTER COURAGE ANAK USIA DINI PADA KONDISI KELUARGA SINGLE PARENTS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1

Catatan Lapangan

E. Validitas Data

Validitas bukanlah hasil melainkan tujuan. Validitas relatif (nisbi) dalam pengertiannya bahwa ia seyogianya dinilai dalam kaitannya dengan tujuan dan lingkungan penelitian itu sendiri, bukan sekadar persoalan metode atau kesimpulan yang terlepas dari konteksnya (Alwasilan, 2002, hlm.169).

Validitas kualitatif merupakan upaya pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian dengan menerapkan prosedur tertentu, sementara realibilitas kualitatif mengidentifikasi bahwa pendekatan yang digunakan peneliti konsisten jika diterapkan peneliti lain (Creswell, 1998, hlm. 144). Jika data yang peneliti peroleh dapatkan di lapangan dianggap kurang cukup atau diragukan kevalidannya maka peneliti melakukan validitas data untuk mampu mendapatkan data yang lebih valid lagi dengan cara-cara sebagai berikut:

1. Triangulasi

Teknik triangulation (triangulasi) yaitu kombinasi metodologi untuk memahami satu fenomena, triangulasi dilakukan dengan tujuan untuk mengecek kebenaran data


(9)

Ayu Wulandari, 2015

PROFIL KARAKTER COURAGE ANAK USIA DINI PADA KONDISI KELUARGA SINGLE PARENTS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan membandingkan data yang diperoleh dari sumber lain mengenai pola pengembangan karakter anak usia dini dengan orang tua tunggal selama peneliti di lapangan (Alwasilah, 2002; Tarsiya, 2014). Patton (dalam Tasiyah, 2014) memaparkan terdapat empat cara untuk menguji validitas data, yaitu; a) membandingkan hasil wawancara, observasi serta cacatan lapangan yang telah diperoleh di lapangan dengan berbagai teori pendukung perihal yang akan diteliti yaitu pengembangan karakter pada anak usia dini dengan orang tua tunggal, b) membandingkan pengakuan informan secara pribadi dengan kenyataan perilaku dari informan itu sendiri, c) perbandingan pendapat pada saat penelitian, dengan situasi yang terjadi sebelumnya, d) membandingkan pendapat antara orang biasa, dan orang yang memahami tentang karakter dan pengembangannya.

2. Refleksivitas

Selain triangulasi peneliti juga melakukan refleksivitas, yaitu pengkajian yang cermat dan hati-hati terhadap seluruh proses penelitian (Sukmadinata, 2010). Penelitian kualitatif yang baik berisi pandangan peneliti tentang interpretasi mereka terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan serta dipengaruhi oleh latar belakang mereka, seperti hubungan dengan subjek penelitian, gender, kebiasaan yang ada di rumah, dan status sosial ekonomi begitu pemaparan Creswell (2010), refleksivitas juga dianggap sebagai salah satu kunci dalam penelitian kualitatif.

a. Adaptasi selama melakukan penelitian

Dalam penelitian yang bersifat interaktif, memerlukan adaptasi sehingga ketika proses penelitian berlangsung, baik subjek penelitian maupun peniliti akan merasa nyaman. Selama penelitian berlangsung, baik ibu subjek I dan ayah subjek II memberikan respon yang baik terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Meskipun ada perbedaan respon antara ibu subjek I dan ayah subjek II, dimana ibu subjek I lebih terbuka dan gamblang terhadap sesuatu yang dia rasakan atau lakukan. Namun, ayah subjek II tetap merespon dengan baik terhadap peneliti.


(10)

Ayu Wulandari, 2015

PROFIL KARAKTER COURAGE ANAK USIA DINI PADA KONDISI KELUARGA SINGLE PARENTS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam melaksanakan penelitian ini, tentu saja ada kekurangan atau kelemahan yang muncul. Ketika melakukan wawancara, peneliti sering merespon terhadap apa yang dinyatakan oleh subjek penelitian, sehingga peneliti lepas kontrol terhadap konteks pembicaraan yang diharapkan. Ketika melakukan observasi, Subjek I yang bisa di observasi oleh peneliti di sekolah, sedangkan subjek II di observasi di rumah, sehingga peneliti mengalami kesulitan untuk menyesuaikan waktu observasi dan menyeimbangkan beberapa kegiatan yang dilakukan anak. sehingga, keterbatasan dan pengalaman yang dimiliki peneliti menjadi kekurangan dalam penelitian ini.

b. Subjektivitas sebagai mahasiswa PGPAUD

Selama melakukan penelitian, seringkali peneliti menggunakan sudut pandang subjektif pribadi dalam merespon pernyataan subjek penelitian. Melihat pola asuh yang diterapkan oleh orangtua subjek penelitian, terkadang peneliti memberikan respon, baik itu berbagi pendapat dengan orangtua subjek penelitian atau memberikan pujian terhadap subjek penelitian. Melihat permasalahan pola asuh yang diterapkan orangtua subjek penelitian, seringkali peneliti menganggap bahwa perilaku subjek yang muncul diakibatkan oleh penerapan pola asuh orangtua subjek. Namun, orangtua subjek penelitian sering menganggap bahwa itu adalah perilaku subjek, sehingga orangtua subjek harus menerapkan pola asuh tersebut untuk mengatasi perilaku subjek.

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelititan kualitatif, peneliti tidak boleh menunda dan membiarkan data penelitian menumpuk untuk nanti dianalisis. Setelah melakukan observasi atau

interview, peneliti harus segera melakukan analisis lapangan dan menulis laporannya dengan segera. Menurut Glaser (1978) apabila analisis tersebut ditunda maka peneliti tidak akan memperoleh theoretical sensitivity, yaitu kepekaan teoritis terhadap data yang dikumpulkan (Alwasilah, 2002).

Pendapat lain mengenai analisis data kualitatif disampaikan oleh Bogdan & Biklen (dalam Moleong, 2008), yang menyatakan bahwa teknik analisis data


(11)

Ayu Wulandari, 2015

PROFIL KARAKTER COURAGE ANAK USIA DINI PADA KONDISI KELUARGA SINGLE PARENTS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kualitatif yaitu upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Teknik analisis data yang digunakan adalah grounded theory atau disebut juga penyusunan Teori-Dari-Bawah (TDB). Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif dan berkelanjutan yang tujuan akhirnya menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep, dan pembangunan suatu teori baru, hal ini dapat kita sebut sebagai grounded theory yang di dalamnya terdapat tiga unsur yaitu konsep, kategori, dan proposisi (Moleong, 2008; Sarwono, 2006).

Strauss & Corbin (dalam Emzir, 2008, hlm. 192) munyampaikan bahwa:

pendekatan grounded theory adalah suatu metode penelitian kualitatif yang menggunakan suatu prosedur yang sistematis untuk mengembangkan teori secara induktif yang memperoleh teori dasar tentang suatu fenomena. Temuan penelitian merupakan suatu perumusan teoritis menyangkut kenyataan dibawah penyelidikan, bukan terdiri atas serangkaian angka-angka, atau suatu kelompok yang terlepas berhubungan dengan tema-tema. melalui metodologi ini, konsep dan hubungan antarkonsep tidak hanya dihasilkan, tetapi juga untuk sementara di uji.

Menurut Emzir (2008, hlm. 210) proses analisis data dalam penelitian grounded theory bersifat sistematis dan mengikuti format standar sebagai berikut:

1. Dalam pengodean terbuka (open coding), peneliti membentuk kategori awal dari informasi tentang fenomena yang dikaji dengan pemisahan kategori menjadi segmen-segmen. Di dalam setiap kategori, peneliti menemukan beberapa propertics, atau subkategori, dan mencari data untuk membuat dimensi (to demansionalize), atau memperlihatkan kemungkinan ekstrem pada kontinum property tersebut.

2. Dalam pengodean poros (axial coding), peneliti merakit dalam cara baru setelah open coding. Rakitan data ini dipresentasikan menggunakan paradigma pengodean atau diagram logika dimana peneliti mengidentifikasi fenomena sentral (yaitu kategori sentral tentang fenomena), menjajaki kondisi kausal (yaitu kategori yang memengaruhi fenomena), menspesifikasikan


(12)

Ayu Wulandari, 2015

PROFIL KARAKTER COURAGE ANAK USIA DINI PADA KONDISI KELUARGA SINGLE PARENTS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

strategi (yaitu tindakan atau interaksi yang dihasilkan dari fenomena sentral), mengidentifikasi konteks dan kondisi yang menengahinya (yaitu kondisi luas dan sempit yang memengaruhi strategi), dan menggambarkan konsekuensi (yaitu hasil dari strategi).

3. Dalam pengodean selektif (selective coding), peneliti mengidentifikasi “garis

cerita” dan menulis cerita yang mengintegrasikan kategori dalam model pengodean poros. Dalam fase ini, proposisi bersyarat (conditional proposition) atau hipotesis biasanya disajikan.

4. Akhirnya, peneliti dapat mengembangkan dan menggambarkan secara visual suatu matrik kondisional yang menjelaskan kondisi sosial, historis dan ekonomis yang memengaruhi fenomena sentral. Fase analisis ini tidak sering ditemukan dalam studi grounded theory.

Tabel 3.2 Tabel Coding

Waktu Wawancara Hasil Wawancara Koding

6 Juni 2015 P : Usia berapa pak? R : 33 tahun

14. Sikap responsive orang tua

P : Kelas berapa sekarang? R : Yang kesatu kelas 3 SMP (16 tahun), sama baru masuk SD (6-7 tahun).

34. Usia

P : Oia kan katanya bapa sudah pisah ya sama istrinya?

R : Muhun.

14. Sikap responsive orang tua

P : Sudah berapa lama bapa bercerai?

R : Udah 2 tahun aja.

34, Usia (Lamanya bercerai, ketika anak berusia 4-5 tahun) P : Oh gitu..oia bapa kan sendiri

ya mengasuh anak? R : Iya sendiri.

50. Peran single parent

P : Kalo menurut bapa berat engga sih mengasuh sendiri? R : Alhamdulillah, berat sih engga. Cuma ya sedikit berbeda, yang tadinya ada jadi ngga ada. Alhamdulillahnya anak-anak

41. Ungkapan perasaan single parent

11. Tanggung jawab orang tua


(13)

Ayu Wulandari, 2015

PROFIL KARAKTER COURAGE ANAK USIA DINI PADA KONDISI KELUARGA SINGLE PARENTS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu juga ada semua sama saya.

P : Oh Alhamdulillah ya. Kalo bapak kerja dimana?

R : Kerja di pasar (kuli panggul).

39. Pekerjaan

P : Kalo jam kerjanya sendiri itu gimana pak?

R : Kalo kerja sih sebentar, cuma dari ashar jam 3 sampe jam 9.

39. Pekerjaan (Jam kerja ayah single parent)

P : Nah bapak kan sendiri, harus berperan sebagai ayah juga ibu. Gimana bapa menjalankan peran ibu?

R : Ya kalo saya, gimana ya? Udah biasa sih.

50. Peran single parent

P : Kalo untuk komunikasi sendiri? Bapa suka nanya tentang sekolah, atau temannya atau yang lainnya?

R : Kalo komunikasi ada, sampe beli buku segala mah gitu….ya kalo untuk beli, eh beli

hehe..nanyain temen pelajaran apa sama beli masalah

perlengkapan ini itu ini itu, ya ada.

20 Diskusi orientasi keinginan anak

14. Sikap responsive orang tua

P : Kalo belanja kebutuhan kaya gitu, suka sama bapa?

R : Iya.

50. Peran single parent

P : Wah bagus yah..kalo lagi di rumah bapa suka marah nggak kalo anak berbuat salah?

R : Ya engga, da udah biasa tuh. Jadiiii….gimana yah, istilahnya udah kebaca karakter anak tuh, pengennya gimana..Ya ngga mungkin kan satu keturunan bener (lurus) semua, pasti ada salah satunya yang salah tuh dulu-dulunya.

8. Emosional orang tua (orang tua tidak marah ketika anak melakukan kesalahan)

5. Sikap penerimaan orang tua

P : Kalo menurut bapa, yang kecil itu karakternya seperti


(14)

Ayu Wulandari, 2015

PROFIL KARAKTER COURAGE ANAK USIA DINI PADA KONDISI KELUARGA SINGLE PARENTS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu apa?

R : Yaa lempeng-lempeng aja, biasa aja gitu.

P : Prestasinya gimana? Hubungan sama temennya gimana?

R : Ya hubungan sama

temennya Alhamdulillah deket, akrab.Pelajaran agak khusu, suka ngerjain PR, selesai itu baru main gitu!

29. Kemampuan sosial subjek

30. Prestasi subjek

24. Sikap tanggung jawab subjek

P : Kalo masalah main gimana pak? Dibolehkan terus atau gimana?

R : Kalo masalah main mah, gimana ya..nggak bisa ngebates gitu. Gimana pengen si anak

teh.

1. Kontrol orang tua (Kontrol kurang dan cenderung membebaskan anak)

P : Nah kalo bapa suka mengontrol nggak? Misalnya ade ngga boleh main selesai sekolah atau gimana gitu? R : Ya kalo seperti itu mah ada aja, kalo salah, tapi selama itu untuk kebaikan ya saya sih nggak masalah gitu.

1. Kontrol orang tua (Kontrol kurang dan cenderung membebaskan anak)

P : Bapak pernah marah sampe mukul, nyubit atau jewer gitu? R : Alhamdulillah belum pernah.

7. Hukuman fisik (tidak adanya penerapan fisik dari orang tua)

P : Wah sabar sekali ya pak heheeee,…(bersama)

R : Jadi gini The, makanya anak ikut sama saya tuh ya, jadi istilahna sapotong bapa sapotong ibu. Jadi, saya mah mau pengen ngasih yang terbaik gitu.

41. Ungkapan perasaan single parent

50. Peran single parent (ingin melakukan peran single parent dengan maksimal)

P : Alhamdulillah, bagus ya pak. R : yaa sampe sekolah manapun ya di stok terus gitu.Saya pribadi belum kepikiran buat nikah lagi gitu.

50. Peran single parent (ingin melakukan peran single parent dengan maksimal)

57. Peran anak dalam keluarga (anak merupakan


(15)

Ayu Wulandari, 2015

PROFIL KARAKTER COURAGE ANAK USIA DINI PADA KONDISI KELUARGA SINGLE PARENTS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

prioritas bagi ayah single parent)

P : Jadi untuk sekarang fokus ke anak gitu ya pak?

R : Ya iya, besok naik lagi ke SMA, nanti yang kecil juga kan sekolah SMP. Ya minimal 6 tahunan lah.

57. Peran anak dalam keluarga (anak merupakan prioritas bagi ayah single parent)

53. Aspek pendidikan (Ayah single parent mementingkan pendidikan bagi anak-anaknya) P : Jadi sekarang fokus buat

tabungan anak ya? R : Ya muhun.. Jadi saya fokusnya kesitu aja sih, takut nanti terganggu. Memang kita bisa nyari lagi, mending kalo enak ke anaknya kalo engga. Nah itu yang saya jaga.

Yaa..takut nanti ada ‘saya udah ikut ke bapa, tapi bapanya kaya gitu’, gitu.

57. Peran anak dalam keluarga (anak merupakan prioritas bagi ayah single parent)

P : Jadi dua-duanya ikut ke bapa? Ngga ada yang ikut mamahnya?

R : Ya nggak ada, sekolahnya juga disini semua.

4. Nurturance

P : Kalo mamahnya dimana? R : Ya pulang kekampungnya.

35. Broken home

P : Oh gitu.. Oia pak balik lagi ke karakter anak ya pak.. sekarang kan bapa mengasuh sendiri, gimana caranya supaya anak punya karakter yang baik? R : Yaaa, nomer satu sekarang yang dipengen sama anak, ya kita cuma bisa mencari, istilahnya gitu. Tapi kita ya harus minta

pertanggungjawabannya gitu. Misalnya kan sekarang pengen sepatu baru gitu, kaos baru, atau buku, atau mainan dirumah. Ya saya sebagai orang tua, pengen liat gimana hasil di sekolah gitu.

14. Sikap responsive orang tua

1. Kontrol orang tua 53. Aspek pendidikan


(16)

Ayu Wulandari, 2015

PROFIL KARAKTER COURAGE ANAK USIA DINI PADA KONDISI KELUARGA SINGLE PARENTS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Hasil sekolah ranking yang

bagus gitu aja. P : Jadi m..

R : Perilaku, masalah perilaku jangan sampai istilahnya orang lain, gimana ya? orang lain kecewa gitu. Yang penting kita sama-sama saling akrab gitu..

2. Maturity demands dari orang tua (ayah ingin anaknya bisa meyesuaikan diri dengan orang lain sehingga tida membuat kekecewaan)

29. Kemampuan sosial subjek (hubungan akrab dengan orang lain) P : Bapa sama anak-anak juga

akrab? Sejalan gitu?

R : Ya akrab. Ya soalnya kan, ya semua juga pengen kan ngikutin bapa. Istilahnya ya nggak sama kaya waktu dulu, waktu masih bareng, sering dicegat jatahnya dibelakang saya tuh.

20. Diskusi orientasi keinginan anak (anak bebas memilih untuk ikut dengan ayah atau ibu) 36. Faktor perceraian (ibu kurang manajemen keuangan)

P : Wah sama ibunya?

R : Iya, jadi anak pengen beli anu, pengen beli anu, ini itu, bilangnya ngga ada. Sedangkan saya tuh ngasih uang, buat di rumah, mana buat makan, mana buat jajan, mana buat beli peralatan gitu langsung tuh. Jadi hak si anak pengen beli ini itu, alasan uang ngga ada gitu, padahal udah dikasih.

11. Tanggung jawab orang tua (kurangnya tanggung jawab ibu terhadap

manajemen keuangan dan pemenuhan kebutuhan anak)

11. Tanggung jawab orang tua (tanggung jawab ayah dalam pemenuhan

keuangan)

36. Faktor perceraian P : Kurang manajemennya juga

ya ibunya?

R : Iya, iya. Kan istilahnya kalo orang tuanya bener gitu ya, belum tentu saya juga, ngga tau udah bener apa masih salah.

Yang penting mah sekarang saya nyari uang, buat anak, udah dikasih, asalkan anak mau nurut sama saya. Disuruh shalat, apa ngaji, apa sekolah jalaan. Dibalik semua itu, udah sekolah udah shalat, udah ngaji, main

41. Ungkapan perasaan

single parent

50. Peran single parent 1. Maturity demand dari orang tua (ayah menuntut kemandirian dari anak) 13. Sikap tegas orang tua (orang tua membebaskan anak setelah mengerjakan tugas mereka)

11. Tanggung jawab orang tua (tanggung jawab orang tua dalam pemenuhan


(17)

Ayu Wulandari, 2015

PROFIL KARAKTER COURAGE ANAK USIA DINI PADA KONDISI KELUARGA SINGLE PARENTS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu yaudah saya mah bebas. Pengen

apapun saya kasih, walaupun nggak ada juga, ya saya

ada-adain.

kebutuhan dan keinginan anak)

P : Kalau menurut bapa anak yang kecil, itu punya percaya diri yang tinggi nggak? R : Ya Alhamdulillah.

25. Percaya diri anak.

Tabel 3.3 Axial Coding

TEMA SUBTEMA KODE

Character Courage

Keberanian anak yang tinggal dengan single parents

Berani melakukan segala sesuatu sesuai

keinginannya sendiri Berani melakukan sendiri, sesuai kegiatan yang ingin dilakukannya

Percaya diri di depan orang banyak

Berani menyampaikan pendapatnya sendiri Berani membela dirinya sendiri

Kegigihan anak yang tinggal dengan single parents

Selalu ingin memenuhi rasa ingin tahunya Fokus terhadap sesuatu yang sedang dilakukan Menyelesaikan sesuatu yang telah dimulai olehnya Tidak menyerah ketika mengalami kesulitan


(18)

Ayu Wulandari, 2015

PROFIL KARAKTER COURAGE ANAK USIA DINI PADA KONDISI KELUARGA SINGLE PARENTS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Integritas anak yang tinggal dengan

single parents

Tidak memilih teman ketika bermain

Menolong teman yang mengalami kesulitan Kemandirian dalam memenuhi kebutuhannya Memiliki jiwa yang kompetitif

Mampu bersosialisasi dengan baik

Berperilaku dengan baik, tidak merugikan orang lain Tanggung jawab terhadap tugasnya

Leadership subjek Kejujuran subjek

Vitality anak yang tinggal dengan

single parents

Aktif dalam melakukan kegiatan

Ceria dalam melakukan kegiatan

Antusias dalam melakukan kegiatan yang dilakukan Respon single parents terhadap

anak

Empati single parents

terhadap perasaan anak Menemani anak bermain Menemani anak belajar


(19)

Ayu Wulandari, 2015

PROFIL KARAKTER COURAGE ANAK USIA DINI PADA KONDISI KELUARGA SINGLE PARENTS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adanya kontak fisik seperti memeluk,

mencium, menggendong ketika bersama dengan anak

Mendengarkan pendapat anak

Diskusi orientasi keinginan anak

Sikap penerimaan orang tua terhadap karakter anak Intensitas kebersamaan Kontrol single parents terhadap

anak

Membatasi kegiatan anak Menerapkan aturan pada anak

Ketegasan terhadap aturan yang telah dibuat

Penerapan sanksi bagi anak

Maturity demands dari orang tua

Reward yang diberikan pada anak

Nurturance Joint custody dengan ayah

Joint custody dengan ibu Peran Significant Other Nenek

Kakek Bibi Metode single parent dalam

pengembangan character courage

Memberikan nasihat dengan penjelasan tentang


(20)

Ayu Wulandari, 2015

PROFIL KARAKTER COURAGE ANAK USIA DINI PADA KONDISI KELUARGA SINGLE PARENTS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada anak dampak dari perbuatan

baik atau buruk atau memberikan dorongan pada anak

Membiasakan anak terhadap hal-hal yang mampu mengembangkan karakternya.

Memberikan keteladanan pada anak untuk menjadi contoh yang baik bagi anak

Melakukan pengawasan dan pengamatan terhadap kegiatan anak

Table 3.4 Selective Coding

NO KODE

1 Keberanian anak yang tinggal dengan single parents

2 Kegigihan anak yang tinggal dengan single parents

3 Integritas anak yang tinggal dengan single parents

4 Vitality anak yang tinggal dengan single parents

5 Respon single parents terhadap anak 6 Kontrol single parents terhadap anak 7 Nurturance

8 Peran Significant Other


(21)

Ayu Wulandari, 2015

PROFIL KARAKTER COURAGE ANAK USIA DINI PADA KONDISI KELUARGA SINGLE PARENTS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu G. Etika Penelitian

Dalam penelitian yang bersifat interaktif, keterampilan membina hubungan interpersonal merupakan hal yang penting. Dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian, peneliti harus mampu menumbuhkan kepercayaan subjek penelitian, menjaga hubungan baik antara peneliti dan subjek penelitian, tidak menilai subjek penelitian, menghormati norma situasi, dan memiliki sensitivitas terhadap isu-isu etika (Sukmadinata, 2010). Dalam penelitian ini, peneliti tidak menuliskan identitas subjek penelitian secara lengkap dan menggunakan inisial untuk nama. Peneliti tidak menampilkan dokumentasi ketika melakukan observasi, sehingga hanya melakukan catatan lapangan terhadap kegiatan subjek penelitian.


(1)

Ayu Wulandari, 2015

PROFIL KARAKTER COURAGE ANAK USIA DINI PADA KONDISI KELUARGA SINGLE PARENTS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Hasil sekolah ranking yang

bagus gitu aja. P : Jadi m..

R : Perilaku, masalah perilaku jangan sampai istilahnya orang lain, gimana ya? orang lain kecewa gitu. Yang penting kita sama-sama saling akrab gitu..

2. Maturity demands dari orang tua (ayah ingin anaknya bisa meyesuaikan diri dengan orang lain sehingga tida membuat kekecewaan)

29. Kemampuan sosial subjek (hubungan akrab dengan orang lain) P : Bapa sama anak-anak juga

akrab? Sejalan gitu?

R : Ya akrab. Ya soalnya kan, ya semua juga pengen kan ngikutin bapa. Istilahnya ya nggak sama kaya waktu dulu, waktu masih bareng, sering dicegat jatahnya dibelakang saya tuh.

20. Diskusi orientasi keinginan anak (anak bebas memilih untuk ikut dengan ayah atau ibu) 36. Faktor perceraian (ibu kurang manajemen keuangan)

P : Wah sama ibunya?

R : Iya, jadi anak pengen beli anu, pengen beli anu, ini itu, bilangnya ngga ada. Sedangkan saya tuh ngasih uang, buat di rumah, mana buat makan, mana buat jajan, mana buat beli peralatan gitu langsung tuh. Jadi hak si anak pengen beli ini itu, alasan uang ngga ada gitu, padahal udah dikasih.

11. Tanggung jawab orang tua (kurangnya tanggung jawab ibu terhadap

manajemen keuangan dan pemenuhan kebutuhan anak)

11. Tanggung jawab orang tua (tanggung jawab ayah dalam pemenuhan

keuangan)

36. Faktor perceraian P : Kurang manajemennya juga

ya ibunya?

R : Iya, iya. Kan istilahnya kalo orang tuanya bener gitu ya, belum tentu saya juga, ngga tau udah bener apa masih salah. Yang penting mah sekarang saya nyari uang, buat anak, udah dikasih, asalkan anak mau nurut sama saya. Disuruh shalat, apa ngaji, apa sekolah jalaan. Dibalik semua itu, udah sekolah udah shalat, udah ngaji, main

41. Ungkapan perasaan single parent

50. Peran single parent 1. Maturity demand dari orang tua (ayah menuntut kemandirian dari anak) 13. Sikap tegas orang tua (orang tua membebaskan anak setelah mengerjakan tugas mereka)

11. Tanggung jawab orang tua (tanggung jawab orang tua dalam pemenuhan


(2)

Ayu Wulandari, 2015

PROFIL KARAKTER COURAGE ANAK USIA DINI PADA KONDISI KELUARGA SINGLE PARENTS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu yaudah saya mah bebas. Pengen

apapun saya kasih, walaupun nggak ada juga, ya saya ada-adain.

kebutuhan dan keinginan anak)

P : Kalau menurut bapa anak yang kecil, itu punya percaya diri yang tinggi nggak? R : Ya Alhamdulillah.

25. Percaya diri anak.

Tabel 3.3 Axial Coding

TEMA SUBTEMA KODE

Character Courage

Keberanian anak yang tinggal dengan single parents

Berani melakukan segala sesuatu sesuai

keinginannya sendiri Berani melakukan sendiri, sesuai kegiatan yang ingin dilakukannya

Percaya diri di depan orang banyak

Berani menyampaikan pendapatnya sendiri Berani membela dirinya sendiri

Kegigihan anak yang tinggal dengan single parents

Selalu ingin memenuhi rasa ingin tahunya Fokus terhadap sesuatu yang sedang dilakukan Menyelesaikan sesuatu yang telah dimulai olehnya Tidak menyerah ketika mengalami kesulitan


(3)

Ayu Wulandari, 2015

PROFIL KARAKTER COURAGE ANAK USIA DINI PADA KONDISI KELUARGA SINGLE PARENTS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Integritas anak yang tinggal dengan

single parents

Tidak memilih teman ketika bermain

Menolong teman yang mengalami kesulitan Kemandirian dalam memenuhi kebutuhannya Memiliki jiwa yang kompetitif

Mampu bersosialisasi dengan baik

Berperilaku dengan baik, tidak merugikan orang lain Tanggung jawab terhadap tugasnya

Leadership subjek Kejujuran subjek Vitality anak yang tinggal dengan

single parents

Aktif dalam melakukan kegiatan

Ceria dalam melakukan kegiatan

Antusias dalam melakukan kegiatan yang dilakukan Respon single parents terhadap

anak

Empati single parents terhadap perasaan anak Menemani anak bermain Menemani anak belajar


(4)

Ayu Wulandari, 2015

PROFIL KARAKTER COURAGE ANAK USIA DINI PADA KONDISI KELUARGA SINGLE PARENTS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adanya kontak fisik seperti memeluk,

mencium, menggendong ketika bersama dengan anak

Mendengarkan pendapat anak

Diskusi orientasi keinginan anak

Sikap penerimaan orang tua terhadap karakter anak Intensitas kebersamaan Kontrol single parents terhadap

anak

Membatasi kegiatan anak Menerapkan aturan pada anak

Ketegasan terhadap aturan yang telah dibuat

Penerapan sanksi bagi anak

Maturity demands dari orang tua

Reward yang diberikan pada anak

Nurturance Joint custody dengan ayah Joint custody dengan ibu Peran Significant Other Nenek

Kakek Bibi Metode single parent dalam

pengembangan character courage

Memberikan nasihat dengan penjelasan tentang


(5)

Ayu Wulandari, 2015

PROFIL KARAKTER COURAGE ANAK USIA DINI PADA KONDISI KELUARGA SINGLE PARENTS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada anak dampak dari perbuatan

baik atau buruk atau memberikan dorongan pada anak

Membiasakan anak terhadap hal-hal yang mampu mengembangkan karakternya.

Memberikan keteladanan pada anak untuk menjadi contoh yang baik bagi anak

Melakukan pengawasan dan pengamatan terhadap kegiatan anak

Table 3.4 Selective Coding

NO KODE

1 Keberanian anak yang tinggal dengan single parents 2 Kegigihan anak yang tinggal dengan single parents 3 Integritas anak yang tinggal dengan single parents 4 Vitality anak yang tinggal dengan single parents 5 Respon single parents terhadap anak

6 Kontrol single parents terhadap anak 7 Nurturance

8 Peran Significant Other


(6)

Ayu Wulandari, 2015

PROFIL KARAKTER COURAGE ANAK USIA DINI PADA KONDISI KELUARGA SINGLE PARENTS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

G. Etika Penelitian

Dalam penelitian yang bersifat interaktif, keterampilan membina hubungan interpersonal merupakan hal yang penting. Dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian, peneliti harus mampu menumbuhkan kepercayaan subjek penelitian, menjaga hubungan baik antara peneliti dan subjek penelitian, tidak menilai subjek penelitian, menghormati norma situasi, dan memiliki sensitivitas terhadap isu-isu etika (Sukmadinata, 2010). Dalam penelitian ini, peneliti tidak menuliskan identitas subjek penelitian secara lengkap dan menggunakan inisial untuk nama. Peneliti tidak menampilkan dokumentasi ketika melakukan observasi, sehingga hanya melakukan catatan lapangan terhadap kegiatan subjek penelitian.