Index of /dwonload

HUKUM PERLINDUNGAN
ANAK DI INDONESIA

PUSAT PENERANGAN HUKUM
KEJAKSAAN AGUNG R.I
2007

 Anak adalah suatu potensi tumbuh kembang

suatu Bangsa di masa depan, yang memiliki
sifat dan ciri khusus. Kekhususan ini
terletak pada sikap dan perilakunya di
dalam memahami dunia, yang mesti
dihadapinya. Oleh karenanya Anak patut
diberi perlindungan secara khusus oleh
negara dengan Undang-Undang.
 Perkembangan jaman, dan kebutuhan akan
perlindungan anak yang semakin besar
mendesak kita untuk memikirkan secara
lebih, akan hak-hak anak karena di bahu
mereka lah, masa depan dunia tersandang.




UU Peradilan Anak No. 3 Tahun 1997:
Memberikan perlindungan hukum kepada anak yang
melakukan perbuatan pidana, sehingga anak yang
melakukan perbuatan pidana mendapat penanganan
secara khusus, sedangkan peradilan yang dijalani
anak tersebut pun diatur dengan mengingat
kekhususan pada anak



UU Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002:
Memberikan perlindungan hukum kepada anak
terhadap segala bentuk kekerasan dan diskriminasi
kepada anak, termasuk melindungi anak yang
menjadi korban tindak pidana serta melindungi
kepentingan-kepentingan keperdataan anak.




Isi UU Peradilan Anak No. 3 Tahun 1997:
o

Batas usia Anak yang diatur dalam peradilan anak adalah 8 hingga 18 tahun
Pelaku tindak pidana anak di bawah usia 8 tahun diatur dalam Undang-Undang Peradilan Anak:
“Akan
“Akan diproses penyidikannya, namun dapat diserahkan kembali pada ortunya atau bila tidak
dapat dibina lagi diserahkan pada Dep Sosial. “

o

Aparat hukum yang menjalankan proses peradilan anak adalah aparat hukum yang mengerti
masalah anak terdiri dari Penyidik anak, Penuntut Umum anak, Hakim anak, Hakim Banding
anak dan Hakim Kasasi anak.

o

Orang tua/ wali/ orang tua asuh dan petugas kemasyarakatan yang berwenang dapat

mendampingi anak selama proses pemeriksaan anak di persidangan

o

Petugas pada Balai Pemasyarakatan (BAPAS)adalah petugas kemasyaratan yang . berwenang
untuk memberikan hasil penelitian atas segi ekonomi, kehidupan sosial kemasyarakatan dan
motivasi anak yang melakukan perbuatan pidana

o

Penjatuhan pidana penjara pada anak dalam perkara anak adalah separoh dari ancaman
maksimal orang dewasa

o

Masa penahanan anak lebih singkat dari masa penahanan orang dewasa

o

Sidang anak ialah sidang tertutup untuk umum dengan putusan terbuka bagi umum


o

Pemberian kesempatan pembebasan bersyarat dengan masa percobaan bagi anak yang
menjalani pidana, apabila telah menjalani sekurang-kurangnya sembilan bulan dan telah
menjalani 2/3 dari pidana penjara yang dijatuhkan dan berkelakuan baik, serta

o

Adanya kesempatan Anak untuk dilepas dari penjara setelah menjalani hukumannya, dengan
permohonan izin dari Kalapas yang menyampaikan permohonannya kepada Men Keh dengan
permohonan izin agar anak dapat dikeluarkan dari lembaga pemasyarakatan dengan atau
tanpa syarat, apabila Kalapas berpendapat bahwa anak negara tidak memerlukan pembinaan
lagi setelah menjalani masa pendidikannya dalam lembaga paling sedikit satu tahun dan
berkelakuan baik sehingga tidak memerlukan pembinaan lagi.

UU Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002:




Anak yang diatur dalam UU Perlindungan Anak adalah orang
yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih berada
dalam kandungan
Hal ini karena UU Perlindungan anak juga melindungi
keperdataan anak dimana aturan ini berhubungan dengan aturan
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yakni aturan
mengenai Orang, dimana apabila kepentingan anak
menghendaki, anak yang berada dalam kandungan seorang
perempuan dianggap telah ada, sedangkan anak yang mati pada
saat dilahirkan dianggap tidak pernah ada. Jadi Anak di dalam
Undang-Undang ini diatur batasan usianya dari sejak dalam
kandungan seorang perempuan hingga usia 18 tahun.



Penangkapan, penahanan atau pidana penjara anak hanya
dilakukan sesuai dengan hukum yang berlaku dan sebagai upaya
terakhir, apabila upaya lain bagi anak yang melakukan perbuatan
pidana, seperti dikembalikan kepada orang tuanya, ataupun
diserahkan kepada Departemen Sosial untuk dibina, tidak dapat

lagi dilakukan

ATURAN PERDATA BAGI ANAK


Hal-hal keperdataan Anak lain yang diatur antara lain adalah:
o Hak dan kewajiban anak, Orang tua, Pemerintah dan
Masyarakat terhadap Anak;
o Pemberian Identitas anak dengan pencatatan
kelahirannya;
o Pencabutan kekuasaan terhadap orang tua atau kuasa
asuh yang lalai,
o Pengasuhan dan pengangkatan anak serta perwalian;
o Perlindungan Anak dalam beragama, kesehatan,
pendidikan dan sosial Anak.
Sedangkan perlindungan anak dalam perkara pidana
dikategorikan sebagai perlindungan khusus yang
membutuhkan perlakuan khusus dalam penanganan
perkaranya.


ATURAN PIDANA BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEPADA ANAK
Penjatuhan hukuman kepada para pelaku tindak pidana yang telah
melakukan perbuatan pidana pada anak, akan dijatuhi sanksi pidana yang lebih berat.
Undang-Undang Perlindungan Anak, mengatur ketentuan pidana bagi pelaku
tindak pidana pada anak dalam perkara:
 diskriminasi dan penelantaran anak;
sengaja membiarkan anak dalam situasi darurat, sengaja membiarkan anak
terlibat dalam masalah hukum,menjadi minoritas dan terisolasi, tereksploitasi
seksual dan / atau ekonomi, diperdagangkan, menjadi korban norkotik, alkohol,
psikotropika dan zat aditif lain, padahal anak tersebut membutuhkan pertolongan
dan perlu dibantu;
pengangkatan anak illegal;
penganiayaan terhadap anak;
perkosaan terhadap anak; perbuatan cabul terhadap anak;
memperdagangkan atau menculik anak;
transplantasi organ anak illegal;
jual beli organ/jaringan anak illegal;
pemaksaan masuk ke suatu agama;
perekrutan militer anak;
mengekspolitasi ekonomi atau seksual anak;

melibatkan anak dalam penyalahgunaan narkoba.
Undang-Undang Perlindungan Anak juga mengatur mengenai penentuan
minimal ancaman hukuman bagi perbuatan pidana yang menyebabkan anak-anak
sebagai korban dalam pidana perkosaan, pencabulan, perdagangan/penculikan anak,
dan sengaja melibatkan anak dalam penyalahgunaan narkoba.

Anak sebagai Korban
Kekerasan di dalam Rumah
Tangga

Pada dasarnya berlakunya Undang-Undang No 23 Tahun 2004 mengenai
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga yang menempatkan Anak juga
sebagai salah satu subyek yang dilindungi dalam Undang-Undang ini tidak
menghapus keberadaan Undang-Undang Perlindungan anak yang telah ada.
Namun jika dicermati, maka UU KDRT ini memberikan perlindungan yang lebih
bagi anak pada beberapa hal, terutama bagi anak yang mendapatkan perlakuan
kekerasan baik secara fisik maupun psikis oleh orang yang ada dalam rumah
tangga si anak, masih ditambah lagi anak mendapatkan hak-hak lain untuk
mendapatkan perlindungan bukan hanya dari Pemerintah namun juga dari
Masyarakat. Oleh karenanya patut dibahas hal-hal yang lebih memberi

perlindungan kepada anak dengan berlakunya Undang-Undang KDRT ini.



Rumah Tangga Anak terdiri dari :



Orang tua si anak (baik orang tua kandung maupun orang tua angkat atau orang tua tiri)



Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan anak, atau orang tua si anak
(dalam hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan dan perwalian yang menetap
dalam rumah tangga si anak)



Orang yang bekerja membantu rumah tangga atau pengasuh si anak dan menetap dalam
rumah tangga si anak tersebut




Dalam hal seorang anak menjadi korban kekerasan
dalam rumah tangga, ia berhak melapor kepada polisi,
apabila si anak tidak dapat melapor, orang lain dalam
rumah tangga si anak, bahkan orang lain yang
mendengar, melihat atau mengetahui terjadinya
kekerasan dalam rumah tangga wajib melindungi si
anak.



Perlindungan Undang-Undang Kekerasan dalam Rumah
Tangga yang diberikan kepada anak yang menjadi
korban kekerasan dalam Rumah Tangga:
a. Perlindungan dari keluarga, kepolisian, kejaksaan,
pengadilan advokat, lembaga sosial atau pihak
lainnya maupun perlindungan yang didapatkan
berdasar penetapan pengadilan

b. Pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan korban
secara medis
c. Penanganan secara khusus berkaitan dengan
kerahasiaan korban
d. Didampingi oleh pekerja sosial dan bantuan hukum
pada setiap tingkat pemeriksaan
e. Pelayanan bimbingan rohani

Ketentuan Pidana
Bagi orang di dalam rumah tangga si anak yang melakukan
penganiayaan terhadap anak secara fisik akan dipidana
paling lama 5 tahun atau denda paling banyak 15 juta
rupiah (Ketentuan pidana ini lebih berat daripada
ketentuan mengenai penganiayaan terhadap anak pada UU
Perlindungan anak bahkan ketika UU Perlindungan anak
memperberat sepertiga dari ketentuan pidana pada
undang-undang tersebut apabila penganiayaan itu
dilakukan oleh orang tua si anak, ketentuan pidana pada
UU Penghapusan KDRT masih lebih tinggi)



Bagi orang dalam rumah tangga si anak yang melakukan
penganiayaan terhadap anak secara psikis (mengakibatkan
ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya
kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau
penderitaan psikis berat) dipidana paling lama 3 (tiga)
tahun atau denda paling banyak 9 juta rupiah
(Ketentuan mengenai penganiayaan psikis ini tidak diatur
pada UU Perlindungan Anak)



Pohon yang kuat tidak tumbuh
dari tunas yang lemah,
lindungi anak sejak dini, agar
kelak tumbuh menjadi generasi
bangsa yang kuat dan mandiri.