CALK III-10 Kebijakan Akuntansi
Bab III
Kebijakan Akuntansi
Kebijakan akuntansi merupakan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Kebijakan akuntansi tersebut disusun sebagai pedoman dalam penyusunan dan penyajian pelaporan keuangan.
Kebijakan akuntansi yang mendasari penyusunan Laporan Keuangan Kabupaten Dompu tahun 2013 disusun dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 lampiran 2 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan buletin-buletin teknisnya, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 jo Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah serta Peraturan Bupati Nomor 23 Tahun 2009 tentang Kebijakan Umum Akuntansi Pemerintah Kabupaten Dompu .
Untuk pelaporan keuangan yang di lingkungan Kabupaten Dompu, asumsi dasar yang digunakan adalah:
1. Kemandirian Entitas, Pemerintah Kabupaten Dompu sebagai entitas pelaporan maupun SKPD dibawahnya sebagai entitas akuntansi merupakan unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan sesuai peraturan perundang-undang yang berlaku.
2. Kesinambungan Entitas, Pemerintah Kabupaten Dompu sebagai entitas pelaporan, maupun unit/SKPD dibawahnya sebagai entitas akuntansi berlanjut keberadaannya/ berkesinambungan. 3. Keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement), yaitu bahwa entitas pelaporan harus
menyajikan setiap kegiatan yang dapat dinilai dengan satuan uang. Mata uang yang digunakan untuk pengukuran pos-pos dalam laporan keuangan adalah mata uang rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing dijabarkan dalam mata uang rupiah.
Periode Akuntansi yang digunakan untuk menyajikan informasi keuangan yaitu berdasarkan tahun anggaran, yaitu 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2013.
3
3.1. Entitas Pelaporan Keuangan Daerah.1. Entitas Pelaporan Keuangan Daerah Entitas pelaporan untuk laporan keuangan ini adalah Pemerintah Kabupaten Dompu secara keseluruhan. Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Dompu tahun 2013 ini disusun berdasarkan hasil penggabungan laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Kabupaten Dompu sebagai entitas akuntansi, laporan keuangan Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) dan data-data keuangan lainnya yang memiliki relevansi dan keterkaitan sebgaimana ketentuan peraturan yang berlaku.
Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) merupakan unit yang melaksanakan pengelolaan keuangan daerah dan dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Dompu. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan unit pengguna anggaran dan pengguna barang di lingkungan Pemerintah Kabupaten Dompu dan mempunyai kewajiban untuk menyusun laporan keuangan. SKPD tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, yang membawahi 8 (delapan) UPTD Pendidikan Kecamatan selaku koordinator sekolah-sekolah dasar di wilayah kerjanya, 1 (satu) Sanggar Kegiatan Belajar, 3 (tiga) TK Negeri Pembina, 31 SLTP dan 22 SLTA (14 SMA dan 9 SMK); 2. Dinas Kesehatan yang membawahi beberapa Puskesmas dan Puskesmas Pembantu;
(2)
4
4. Dinas Pekerjaan Umum;5. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Litbang; 6. Dinas Perhubungan Komunikasi dan Telekomunikasi; 7. Kantor Lingkungan Hidup;
8. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana; 9. Kantor Perijinan dan Pelayanan Terpadu;
10. Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi;
11. Dinas Koperasi Perindustrian Perdagangan Pertambangan dan Energi; 12. Badan Kesbang Poldagri;
13. Badan Penanggulangan Bencana Daerah; 14. Kantor Satuan Polisi Pamong Praja; 15. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
16. Sekretariat Daerah yang terdiri dari 5 Bagian, Kepala Daerah & Wakil Kepala Daerah; 17. Sekretariat DPRD;
18. Inspektorat;
19. Kecamatan Dompu; 20. Kecamatan Woja;
21. Kecamatan Manggelewa; 22. Kecamatan Kempo; 23. Kecamatan Kilo; 24. Kecamatan Pekat; 25. Kecamatan Pajo; 26. Kecamatan Huu;
27. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan & Aset Daerah; 28. Badan Kepegawaian Daerah;
29. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa; 30. Kantor Kearsipan dan Perpustakaan;
31. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil; 32. Dinas Pertanian;
33. Dinas Perkebunan; 34. Dinas Peternakan;
35. Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian; 36. Dinas Kehutanan;
37. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata; 38. Dinas Kelautan dan Perikanan;
3
3.2. Basis Akuntansi yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan.2. Basis Akuntansi yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan ini adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam Neraca.
Basis kas (cash basis) untuk penyusunan Laporan Realisasi APBD dan Laporan Arus Kas berarti bahwa pendapatan dan penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima di Kas Daerah, sedangkan belanja dan pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari Kas Daerah. Basis akrual (accrual basis) untuk penyusunan Neraca, berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi
(3)
lingkungan berpengaruh pada keuangan SKPD atau pemerintah daerah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
3
3.3. Basis Pengukuran yang digunakan.3. Basis Pengukuran yang digunakan Salah satu asumsi dasar dalam pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah adalah keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement), disamping kemandirian dan kesinambungan entitas. Hal ini berarti laporan keuangan harus menyajikan setiap kegiatan yang diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang.
Pengukuran berhubungan dengan pengakuan suatu kejadian dan jumlah nilai yang dicatat dalam catatan akuntansi dan disajikan dalam laporan keuangan sehubungan dengan kejadian tersebut. Basis pengukuran yang digunakan dalam laporan keuangan ini mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan yaitu sebagai berikut:
3
3.3.1. Pengukuran Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran.3.1. Pengukuran Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran
Pengukuran pendapatan dan penerimaan pembiayaan yaitu sebesar kas yang diterima di Kas Daerah atas pendapatan atau penerimaan pembiayaan tersebut.
Pengukuran belanja dan pengeluaran pembiayaan yaitu sebesar kas yang dikeluarkan dari Kas Daerah atas belanja atau pengeluaran pembiayaan tersebut.
3
3.3.2. Pengukuran Pos-pos Neraca.3.2. Pengukuran Pos-pos Neraca Pengukuran Aset adalah sebagai berikut: 1. Kas dicatat sebesar nilai nominal;
2. Investasi jangka pendek dicatat sebesar nilai perolehan; 3. Piutang dicatat sebesar nilai nominal;
4. Persediaan dicatat sebesar: (1) biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian; (2) biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri; (3) nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan.
5. Investasi jangka panjang dicatat sebesar biaya perolehan termasuk biaya tambahan lainnya yang terjadi untuk memperoleh kepemilikan yang sah atas investasi tersebut;
6. Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.
7. Aset moneter dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.
Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.
Ekuitas Dana Lancar dicatat sebesar selisih antara aset lancar dan kewajiban jangka pendek. Ekuitas Dana Investasi dicatat sebesar kekayaan pemerintah daerah yang tertanam dalam investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset lainnya, dikurangi dengan kewajiban jangka panjang. Ekuitas Dana Cadangan dicatat sebesar kekayaan pemerintah daerah yang dicadangkan untuk tujuan tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(4)
4
33.4. Kesesuaian Kebijakan Akuntansi yang diterapkan dengan Pernyataan Standar Akuntansi.4. Kesesuaian Kebijakan Akuntansi yang diterapkan dengan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Pemerintahan Dalam pengakuan, pengukuran maupun penyajian laporan keuangan, Pemerintah Kabupaten Dompu maupun SKPD dibawahnya mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan. Namun demikian untuk Laporan Realisasi Anggaran terdapat sedikit perbedaan klasifikasi rekening yang digunakan antara Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 jo Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Untuk itu diperlukan konversi/mapping dari rekening Permendagri ke rekening SAP.
Pada bagan di bawah ini akan diuraikan konversi rekening dari rekening LRA versi Permendagri/APBD (sisi kanan) ke rekening LRA versi SAP (sisi kiri). Untuk rekening versi Permendagri/APBD hanya diuraikan sampai dengan obyek (4 digit), uraian rincian obyek dibawahnya mengikuti konversi obyeknya.
URAIAN REKENING LRA MENURUT SAP REKENING PERMENDAGRI (s.d. Obyek)
PENDAPATAN PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI
DAERAH PENDAPATAN ASLI DAERAH
1 1 1 0 Pendapatan Pajak
Daerah
Pendapatan Pajak Daerah
4 1 1 01 Pajak Hotel
4 1 1 02 Pajak Restoran
4 1 1 03 Pajak Hiburan
4 1 1 04 Pajak Reklame
4 1 1 05 Pajak Penerangan Jalan
4 1 1 06 Pajak Pengambilan Bahan Galian
Golongan C
4 1 1 07 Pajak Parkir
4 1 1 08 Pajak Air Bawah Tanah
4 1 1 09 Pajak Sarang Burung Walet
4 1 1 10 Pajak Lingkungan
4 1 1 11 Pajak Daerah Lainnya
1 1 2 0 Pendapatan Retribusi
Daerah Hasil Retribusi Daerah
4 1 2 01 Retribusi Jasa Umum
4 1 2 02 Retribusi Jasa Usaha
4 1 2 03 Retribusi Perizinan Tertentu
1 1 3 0 Pendapatan Hasil
Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang
Dipisahkan
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
4 1 3 01 Bagian Laba atas Penyertaan
Modal pada Perusahaan Milik Daerah/BUMD
4 1 3 02 Bagian Laba atas Penyertaan
Modal pada Perusahaan Milik Pemerintah/BUMN
4 1 3 03 Bagian Laba atas Penyertaan
Modal pada Perusahaan Milik Swasta
1 1 4 0 Lain-lain Pendapatan
(5)
4 1 4 01 Hasil Penjualan Aset Daerah yang Tidak Dipisahkan
4 1 4 02 Penerimaan Jasa Giro
4 1 4 03 Penerimaan Bunga Deposito
4 1 4 04 Tuntutan Ganti Kerugian Daerah
(TGR)
4 1 4 05 Komisi, Potongan, dan Selisih Nilai
Tukar Rupiah
4 1 4 06 Pendapatan Denda Keterlambatan
Pelaksanaan Pekerjaan
4 1 4 07 Pendapatan Denda Pajak
4 1 4 08 Pendapatan Denda Retribusi
4 1 4 09 Pendapatan Hasil Eksekusi atas
Jaminan
4 1 4 10 Pendapatan dari Pengembalian
4 1 4 11 Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum
4 1 4 12 Pendapatan dari Penyelenggaraan
Pendidikan dan Pelatihan
4 1 4 13 Pendapatan dari Angsuran/Cicilan
Penjualan
4 1 4 14 Penerimaan Lain-Lain
PENDAPATAN TRANSFER
Transfer Pemerintah Pusat
- Dana Perimbangan DANA PERIMBANGAN
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan
Pajak
1 2 1 1 Dana Bagi Hasil Pajak 4 2 1 01 Bagi Hasil Pajak
1 2 1 2 Dana Bagi Hasil Bukan
Pajak (Sumber Daya Alam)
4 2 1 02 Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber
Daya Alam
Dana Alokasi Umum
1 2 1 3 Dana Alokasi Umum 4 2 2 01 Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
1 2 1 4 Dana Alokasi Khusus 4 2 3 01 Dana Alokasi Khusus
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH
YANG SAH Transfer Pemerintah Pusat
– Lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
1 2 2 1 Dana Otonomi Khusus 4 3 4 02 Dana Otonomi Khusus
1 2 2 2 Dana Penyesuaian 4 3 4 01 Dana Penyesuaian
Transfer Pemerintah
Provinsi Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya
1 2 3 1 Pendapatan Bagi Hasil
Pajak 4 3 3 01 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi
4 3 3 02 Dana Bagi Hasil Pajak dari
Provinsi Lain
4 3 3 03 Dana Bagi Hasil Pajak dari
Kabupaten
4 3 3 04 Dana Bagi Hasil Pajak dari Kota
Lain
(6)
4
URAIAN REKENING LRA MENURUT SAP REKENING PERMENDAGRI (s.d. Obyek)YANG SAH
1 3 1 0 Pendapatan Hibah Pendapatan Hibah
4 3 1 01 Pendapatan Hibah dari Pemerintah
4 3 1 02 Pendapatan Hibah dari Pemerintah
Daerah Lainnya
4 3 1 03 Pendapatan Hibah dari
Badan/Lembaga/Organisasi Swasta Dalam Negeri
4 3 1 04 Pendapatan Hibah dari Kelompok
masyarakat/perorangan
4 3 1 05 Pendapatan Hibah dari Luar Negeri
1 3 2 0 Pendapatan Dana
Darurat
Dana Darurat
4 3 2 01 Penanggulangan Korban/Kerusakan
Akibat Bencana Alam
1 3 3 0 Pendapatan Lainnya Bantuan Keuangan dari Provinsi atau
Pemerintah Daerah Lainnya
4 3 5 01 Bantuan Keuangan dari Provinsi
4 3 5 02 Bantuan Keuangan dari Kabupaten
4 3 5 03 Bantuan Keuangan dari Kota
BELANJA BELANJA
BELANJA OPERASI
2 1 1 0 Belanja Pegawai
Belanja Pegawai (dari BELANJA
TIDAK LANGSUNG)
5 1 1 01 Gaji dan Tunjangan
5 1 1 02 Tambahan Penghasilan PNS
5 1 1 03 Belanja Penerimaan Lainnya
Pimpinan dan Anggota DPRD serta KDH/WKDH
5 1 1 04 Biaya Pemungutan Pajak Daerah
5 1 1 05 Belanja Perawatan dan Pengobatan
Belanja Pegawai (dari BELANJA
LANGSUNG)
5 2 1 01 Honorarium PNS
5 2 1 02 Honorarium Non PNS
5 2 1 03 Uang Lembur
5 2 1 04 Belanja Beasiswa Pendidikan PNS
5 2 1 05 Belanja Kursus, Pelatihan,
Sosialisasi dan Bimbingan Teknis PNS
2 1 2 0 Belanja Barang Belanja Barang dan Jasa (BELANJA
LANGSUNG)
5 2 2 01 Belanja Bahan Pakai Habis Kantor
5 2 2 02 Belanja Bahan/Material
5 2 2 03 Belanja Jasa Kantor
5 2 2 04 Belanja Premi Asuransi
5 2 2 05 Belanja Perawatan Kendaraan
Bermotor
5 2 2 06 Belanja Cetak dan Penggandaan
5 2 2 07 Belanja Sewa
Rumah/Gedung/Gudang/Parkir
(7)
5 2 2 09 Belanja Sewa Alat Berat
5 2 2 10 Belanja Sewa Perlengkapan dan
Peralatan Kantor
5 2 2 11 Belanja Makanan dan Minuman
5 2 2 12 Belanja Pakaian Dinas dan
Atributnya
5 2 2 13 Belanja Pakaian Kerja
5 2 2 14 Belanja Pakaian Khusus dan
Hari-hari tertentu
5 2 2 15 Belanja Perjalanan Dinas
5 2 2 16 Belanja Perjalanan Pindah Tugas
5 2 2 17 Belanja Pemulangan Pegawai
5 2 2 18 Belanja Pemeliharaan
2 1 3 0 Belanja Bunga Belanja Bunga (BELANJA TIDAK
LANGSUNG)
5 1 2 01 Bunga Utang Pinjaman
5 1 2 02 Bunga Utang Obligasi
2 1 4 0 Belanja Subsidi Belanja Subsidi (BELANJA TIDAK
LANGSUNG)
5 1 3 01 Belanja Subsidi kepada
Perusahaan/Lembaga
2 1 5 0 Belanja Hibah Belanja Hibah (BELANJA TIDAK
LANGSUNG)
5 1 4 01 Belanja Hibah kepada Pemerintah
Pusat
5 1 4 02 Belanja Hibah kepada Pemerintah
Daerah Lainnya
5 1 4 03 Belanja Hibah kepada Pemerintah
Desa
5 1 4 04 Belanja Hibah kepada Perusahaan
Daerah/BUMD/BUMN
5 1 4 05 Belanja Hibah kepada
Badan/Lembaga/Organisasi Swasta
5 1 4 06 Belanja Hibah kepada Kelompok
Masyarakat/Perorangan
2 1 6 0 Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Sosial (BELANJA
TIDAK LANGSUNG)
5 1 5 01 Belanja Bantuan Sosial Organisasi
Kemasyarakatan
5 1 5 02 Belanja Bantuan Partai Politik
2 1 7 0 Belanja Bantuan
Keuangan
Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa (BELANJA TIDAK LANGSUNG)
5 1 7 01 Belanja Bantuan Keuangan kepada
Provinsi
5 1 7 02 Belanja Bantuan Keuangan kepada
Kabupaten/Kota
5 1 7 03 Belanja Bantuan Keuangan kepada
Desa
5 1 7 04 Belanja Bantuan Keuangan kepada
Pemerintah Daerah/Pemerintahan Desa lainnya
(8)
4
URAIAN REKENING LRA MENURUT SAP REKENING PERMENDAGRI (s.d. Obyek)LANGSUNG)
2 2 1 0 Belanja Tanah 5 2 3 01 Belanja Modal Pengadaan Tanah
2 2 2 0 Belanja Peralatan dan
Mesin
5 2 3 02 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat
Berat
5 2 3 03 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat
Angkutan Darat Bermotor
5 2 3 04 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat
Angkutan Darat Tidak Bermotor
5 2 3 05 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat
Angkutan di atas Air Bermotor
5 2 3 06 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat
Angkutan di atas Air Tidak Bermotor
5 2 3 07 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat
Angkutan Udara
5 2 3 08 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat
Bengkel
5 2 3 09 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat
Pengolahan Pertanian dan Peternakan
5 2 3 10 Belanja Modal Pengadaan
Peralatan Kantor
5 2 3 11 Belanja Modal Pengadaan
Perlengkapan Kantor
5 2 3 12 Belanja Modal Pengadaan
Komputer
5 2 3 13 Belanja Modal Pengadaan
Meubelair
5 2 3 14 Belanja Modal Pengadaan
Peralatan Dapur
5 2 3 15 Belanja Modal Pengadaan Penghias
Ruangan Rumah Tangga
5 2 3 16 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat
Studio
5 2 3 17 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat
Komunikasi
5 2 3 18 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat
Ukur
5 2 3 19 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat
Kedokteran
5 2 3 20 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat
Laboratorium
5 2 3 30 Belanja Modal Pengadaan Alat-alat
Persenjataan/Keamanan
2 2 3 0 Belanja Bangunan dan
Gedung 5 2 3 26 Belanja Modal Pengadaan Konstruksi/Pembelian*) Bangunan
2 2 4 0 Belanja Jalan, Irigasi
dan Jaringan 5 2 3 21 Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jalan
5 2 3 22 Belanja Modal Pengadaan
Konstruksi Jembatan
5 2 3 23 Belanja Modal Pengadaan
Konstruksi Jaringan Air
5 2 3 24 Belanja Modal Pengadaan
Penerangan Jalan, Taman dan Hutan Kota
(9)
5 2 3 25 Belanja Modal Pengadaan Instalasi Listrik dan Telepon
2 2 5 0 Belanja Aset Tetap
Lainnya 5 2 3 27 Belanja Modal Pengadaan Buku/Kepustakaan
5 2 3 28 Belanja Modal Pengadaan Barang
bercorak Kesenian, Kebudayaan
5 2 3 29 Belanja Modal Pengadaan
Hewan/Ternak dan Tanaman
BELANJA TAK TERDUGA Belanja Tidak Terduga (BELANJA
TIDAK LANGSUNG)
2 3 1 0 Belanja Tak Terduga 5 1 8 01 Belanja Tidak Terduga
TRANSFER
Transfer Bagi Hasil Ke
KAB/KOTA/DESA Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan
Pemerintah Desa (BELANJA TIDAK LANGSUNG
2 4 1 1 Bagi Hasil Pajak 5 1 6 01 Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah
Kepada Provinsi
5 1 6 02 Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah
Kepada Kabupaten/Kota
5 1 6 03 Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah
Kepada Pemerintahan Desa
2 4 1 2 Bagi Hasil Retribusi 5 1 6 04 Belanja Bagi Hasil Retribusi
Daerah Kepada Kabupaten/Kota
5 1 6 05 Belanja Bagi Hasil Retribusi
Daerah Kepada Pemerintahan Desa
PEMBIAYAAN PEMBIAYAAN DAERAH
PENERIMAAN DAERAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN
DAERAH
3 1 1 0 Penggunaan Sisa Lebih
Perhitungan Anggaran (SiLPA)
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya
6 1 1 01 Pelampauan Penerimaan PAD
6 1 1 02 Pelampauan Penerimaan Dana
Perimbangan
6 1 1 03 Pelampauan Penerimaan Lain-lain
Pendapatan Daerah yang Sah
6 1 1 04 Sisa penghematan Belanja atau
akibat lainnya
6 1 1 06 Kegiatan Lanjutan
6 1 1 07 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
Tahun Anggaran Sebelumnya
3 1 2 0 Pencairan Dana
Cadangan Pencairan Dana Cadangan
6 1 2 01 Pencairan Dana Cadangan
3 1 3 0 Hasil Penjualan
Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
(10)
4
URAIAN REKENING LRA MENURUT SAP REKENING PERMENDAGRI (s.d. Obyek)daerah/BUMD
6 1 3 02 Hasil penjualan aset milik
pemerintah daerah yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga
3 1 4 0 Penerimaan Pinjaman
Daerah Penerimaan Pinjaman Daerah
6 1 4 01 Penerimaan Pinjaman Daerah dari
Pemerintah
6 1 4 02 Penerimaan Pinjaman Daerah dari
pemerintah daerah lain
6 1 4 03 Penerimaan Pinjaman Daerah dari
lembaga keuangan bank
6 1 4 04 Penerimaan Pinjaman Daerah dari
lembaga keuangan bukan bank
6 1 4 05 Penerimaan hasil penerbitan
Obligasi Daerah
3 1 5 0 Penerimaan Kembali
Pemberian Pinjaman Daerah
Penerimaan kembali Pemberian Pinjaman
6 1 5 01 Penerimaan kembali Pemberian
Pinjaman
3 1 6 0 Penerimaan Piutang
Daerah Penerimaan Piutang Daerah
6 1 6 01 Penerimaan piutang daerah dari
pendapatan daerah
6 1 6 02 Penerimaan piutang daerah dari
pemerintah
6 1 6 03 Penerimaan piutang daerah dari
pemerintah daerah lain
6 1 6 04 Penerimaan piutang daerah dari
lembaga keuangan bank
6 1 6 05 Penerimaan piutang daerah dari
lembaga keuangan bukan bank
3 1 7 0 Penarikan Kembali
Penyertaan Modal Pemda (Divestasi)
Penarikan kembali Penyertaan Modal Pemda (Divestasi)
6 1 7 01 Penerimaan Pengembalian
Investasi Non Permanen
PENGELUARAN DAERAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN
DAERAH
3 2 1 0 Pembentukan Dana
Cadangan Pembentukan Dana Cadangan
6 2 1 01 Pembentukan Dana Cadangan
3 2 2 0 Penyertaan Modal
(Investasi) Pemerintah Daerah
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
6 2 2 01 Badan usaha milik pemerintah
(BUMN)
6 2 2 02 Badan usaha milik daerah (BUMD)
6 2 2 03 Badan usaha milik swasta
(11)
3 2 3 0 Pembayaran Pokok
Utang Pembayaran Pokok Utang
6 2 3 01 Pembayaran Cicilan Pokok Utang
yang Jatuh Tempo kepada Pemerintah
6 2 3 02 Pembayaran Cicilan Pokok Utang
yang Jatuh Tempo kepada pemerintah daerah lain
6 2 3 03 Pembayaran Cicilan Pokok Utang
yang Jatuh Tempo kepada lembaga keuangan bank
6 2 3 04 Pembayaran Cicilan Pokok Utang
yang Jatuh Tempo kepada lembaga keuangan bukan bank
6 2 3 05 Pembayaran Cicilan Pokok Utang
sebelum Jatuh Tempo kepada Pemerintah
6 2 3 06 Pembayaran Cicilan Pokok Utang
sebelum Jatuh Tempo kepada pemerintah daerah lain
6 2 3 07 Pembayaran Cicilan Pokok Utang
sebelum Jatuh Tempo kepada lembaga keuangan bank
6 2 3 08 Pembayaran Cicilan Pokok Utang
sebelum Jatuh Tempo kepada lembaga keuangan bukan bank
6 2 3 09 Pelunasan Obligasi daerah pada
saat jatuh tempo
6 2 3 10 Pelunasan Obligasi daerah sebelum
jatuh tempo
3 2 4 0 Pemberian Pinjaman
Daerah Pemberian Pinjaman Daerah
6 2 4 01 Pemberian Pinjaman Daerah
kepada pemerintah
6 2 4 02 Pemberian Pinjaman Daerah
kepada pemerintah daerah lain
Untuk penyusunan Laporan Realisasi APBD dan Laporan Arus Kas, sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan, Pemerintah Kabupaten Dompu menganut basis kas (cash basis) yang berarti bahwa pendapatan dan penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima di Kas Daerah, sedangkan belanja dan pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari Kas Daerah. Besarnya pendapatan dan belanja yang diakui adalah sebesar nilai pertanggungjawaban yang disahkan oleh SKPKD.
3
3.5. Kebijakan Akuntansi Pokok.5. Kebijakan Akuntansi Pokok 3
3.5.1..5.1.PendapatanPendapatan
1. Pendapatan adalah penerimaan oleh Bendahara Umum Daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah daerah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah
2. Pendapatan diklasifikasikan menurut kelompok dan jenis pendapatan.
3. Transfer masuk adalah penerimaan uang dari entitas pelaporan lain, misalnya penerimaan dana perimbangan dari pemerintah pusat dan dana bagi hasil dari pemerintah provinsi.
(12)
4
4. Pendapatan diakui dalam periode berjalan berdasarkan jumlah kas yang diterima di kas daerah. 5. Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan asas bruto, yaitu mencatat penerimaan bruto,dan tidak diperbolehkan mencatat jumlah neto (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). 6. Pengembalian/koreksi atas penerimaan pendapatan (pengembalian pendapatan) yang terjadi
pada periode berjalan dicatat sebagai pengurang pendapatan. Apabila pengembalian terjadi pada periode akuntansi berikutnya dicatat sebagai pengurang ekuitas dana lancar.
7. Pengukuran pendapatan menggunakan mata uang rupiah berdasarkan nilai sekarang kas yang diterima.
8. Pendapatan yang diukur dengan mata uang asing dikonversi ke mata uang rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank Indonesia) pada saat terjadinya pendapatan.
3
3.5.2..5.2.BelanjaBelanja
1. Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah
2. Belanja diakui dalam periode berjalan berdasarkan kas yang dikeluarkan dari kas daerah.
3. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan.
4. Belanja diklasifikasikan menurut penggunaan dan pusat pertanggungjawaban dan dirinci berdasarkan kelompok dan jenis belanja.
5. Pusat pertanggungjawaban dirinci berdasarkan fungsi, bidang kewenangan dan unit organisasi pemerintah daerah.
6. Transfer keluar adalah pengeluaran uang dari entitas pelaporan ke entitas pelaporan lain seperti pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah pusat dan dana bagi hasil oleh pemerintah daerah.
7. Koreksi atas pengeluaran belanja (penerimaan kembali belanja) yang terjadi pada periode berjalan dicatat sebagai pengurangan belanja. Apabila diterima pada periode berikutnya dicatat dalam Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah.
8. Pengukuran belanja menggunakan mata uang rupiah berdasarkan nilai sekarang kas yang dikeluarkan.
9. Belanja yang diukur dengan mata uang asing dikonversi ke mata uang rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank Indonesia) pada saat pengakuan belanja.
3
3.5.3..5.3.PembiayaanPembiayaan
1. Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
2. Pembiayaan diklasifikasikan menjadi penerimaan pembiayaan yang dirinci lagi menurut sumber pembiayaan, dan pengeluaran pengeluaran pembiayaan daerah dan dirinci lagi menurut jenis pengeluaran pembiayaan.
3. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari penggunaan SiLPA, pencairan dana cadangan, hasil divestasi, pinjaman dan penerimaan kembali pinjaman.
4. Pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembentukan dana cadangan, penyertaan modal, pembayaran kembali pokok pinjaman dan pemberian pinjaman kepada entitas lain.
(13)
5. Pembiayaan diakui selama periode berjalan, untuk penerimaan pembiayaan pada saat kas diterima di rekening kas daerah dan untuk pengeluaran pembiayaan pada saat kas dikeluarkan dari rekening kas daerah.
6. Pengukuran pembiayaan menggunakan mata uang rupiah berdasarkan nilai sekarang kas yang diterima dan dikeluarkan.
7. Pembiayaan yang diukur dengan mata uang asing dikonversi ke mata uang rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank Indonesia) pada tanggal pengakuan pembiayaan. 3
3.5.4.Aset/Aktiva.5.4.Aset/Aktiva
1. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. 2. Aset diklasifikasikan menjadi aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan,
dan aset lainnya. 3.5.4.1. Aset Lancar
1. Aset lancar adalah sumber daya ekonomis yang diharapkan dapat dicairkan menjadi kas, dijual atau dipakai habis dalam satu periode akuntansi.
2. Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan persediaan. Pos-pos investasi jangka pendek antara lain dePos-posito berjangka 3 (tiga) sampai 12 (dua belas) bulan, surat berharga yang mudah diperjualbelikan. Pos-pos piutang antara lain piutang pajak, retribusi, denda, penjualan angsuran, tuntutan ganti rugi, dan piutang lainnya yang diharapkan diterima dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk digunakan, misalnya barang pakai habis seperti alat tulis kantor, barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas.
3. Kas adalah adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan.
4. Setara kas adalah investasi jangka pendek yang sangat likuid yang siap dijabarkan menjadi kas (jatuh tempo kurang dari tiga bulan) serta bebas dari risiko perubahan nilai yang signifikan. 5. Kas dan setara kas diakui pada saat diterima atau dikeluarkan berdasarkan nilai nominal uang. 6. Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk
dimiliki selama 12 (dua belas) bulan atau kurang.
7. Investasi jangka pendek terdiri atas deposito berjangka waktu tiga sampai 12 bulan, pembelian obligasi/Surat Utang Negara (SUN) pemerintah jangka pendek dan investasi jangka pendek lainnya.
8. Investasi jangka pendek dalam bentuk surat berharga, misalnya saham dan obligasi jangka pendek, dicatat sebesar biaya perolehan. Investasi jangka pendek dalam bentuk non saham, misalnya dalam bentuk deposito jangka pendek dicatat sebesar nilai nominal deposito tersebut. 9. Piutang merupakan hak atau klaim kepada pihak ketiga sebagai akibat perjanjian atau akibat
lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya yang sah 10. Piutang terdiri atas: piutang pajak, piutang retribusi, piutang bagi hasil pajak provinsi, bagian
lancar tagihan penjualan angsuran, bagian lancar pinjaman kepada BUMD, bagian lancar TP/TGR dan piutang lainnya.
(14)
4
11. Piutang diakui pada akhir periode akuntansi berdasarkan jumlah kas yang akan diterima danjumlah pembiayaan yang telah diakui dalam periode berjalan, sejumlah nilai yang dapat ditagihkan.
12. Persediaan adalah adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah atau dipakai habis dalam satu periode akuntansi.
13. Persediaan terdiri atas: bahan habis pakai untuk keperluan operasional, bahan untuk proses produksi dan barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat.
14. Persediaan diakui pada akhir periode akuntansi berdasarkan nilai barang yang belum terjual atau terpakai, berdasarkan harga pembelian terakhir.
3.5.4.2. Investasi Jangka Panjang
1. Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 (dua belas) bulan
2. Investasi jangka panjang terdiri dari:
a. Investasi nonpermanen, yaitu investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan, artinya kepemilikan investasi yang berjangka waktu lebih dari 12 bulan, dimaksudkan untuk tidak dimiliki terus menerus atau ada niat untuk memperjualbelikannya atau menarik kembali. Bentuk investasi nonpermanen antara lain; Investasi dalam Dana Bergulir, Investasi dalam Obligasi, dan Investasi dalam Penyertaan Modal pada Proyek Pembangunan.
b. Investasi permanen, yaitu investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan. Investasi permanen tidak dimaksudkan untuk diperjualbelikan tetapi untuk mendapatkan deviden dan atau pengaruh yang signifikan dalam jangka panjang dan/atau menjaga hubungan kelembagaan. Bentuk investasi permanen antara lain; Penyertaan Modal Pemerintah pada perusahaan Negara/daerah, lembaga keuangan Negara, atau badan hukum lainnya, Investasi Permanen Lainnya yaitu jenis investasi permanen yang tidak tercakup di atas.
3. Investasi jangka panjang dalam bentuk dana bergulir diakui sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan (Net Realizable Value).
4. Investasi dalam Obligasi dinilai sebesar nilai nominal obligasi.
5. Investasi dalam Penyertaan modal pada Proyek Pembangunan dinilai sebesar biaya pembangunan termasuk biaya yang dikeluarkan untuk perencanaan dan biaya lain yang dikeluarkan dalam rangka penyelesaian proyek sampai proyek tersebut diserahkan kepada pihak ketiga.
6. Investasi jangka panjang, dalam bentuk penyertaan modal pemerintah diakui dengan metode harga perolehan atau metode ekuitas sesuai dengan prosentase kepemilikan dan tingkat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah daerah.
7. Harga perolehan investasi dalam valuta asing harus dinyatakan dalam mata uang rupiah dengan menggunakan nilai tukar (kurs tengah BI) yang berlaku pada tanggal transaksi.
3.5.4.3. Aset Tetap
1. Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan digunakan untuk penyelenggaraan kegiatan pemerintah dan pelayanan publik.
2. Aset tetap dapat diperoleh dari dana yang bersumber APBD (sebagian atau seluruhnya) melalui pengadaan, pembangunan, atau dapat juga diperoleh dari donasi atau pertukaran dengan aset lainnya.
(15)
3. Aset tetap terdiri dari Tanah, Peralatan dan Mesin, Gedung dan Bangunan, Jalan Irigasi dan Jaringan, Aset Tetap Lainnya dan Konstruksi dalam Pengerjaan.
4. Tanah, meliputi tanah pertanian, tanah perkebunan, kebun campuran, tanah kolam ikan, tanah tandus/rusak, tanah alang-alang dan padang rumput, tanah penggunaan lainnya, tanah bangunan dan tanah pertambangan, tanah badan jalan dan lain-lain sejenisnya.
5. Jalan irigasi dan jaringan, meliputi jalan, jembatan, terowongan, bangunan air irigasi, bangunan air pasang, bangunan air pengembangan rawa dan polde, bangunan air pengaman sungai dan penanggul, bangunan air minum, bangunan air kotor, instalasi air minum, instalasi air kotor, instalasi pengolahan sampah, instalasi pengolahan bahan bangunan, instalasi pembangkit listrik, instalasi gardu listrik, jaringan air minum, jaringan listrik dan lain-lain sejenisnya.
6. Gedung dan bangunan, meliputi gedung tempat kerja, gedung instalasi, gedung tempat ibadah, gedung tempat tinggal, tugu peringatan, dan lain-lain sejenisnya.
7. Peralatan dan mesin, meliputi mesin dan peralatan besar, mesin dan peralatan kantor, rumah tangga, bengkel, studio, pertanian, kedokteran, laboratorium, kesehatan, keamanan/persenjataan, alat angkut dan lain-lain sejenisnya.
8. Aset tetap lainya, meliputi barang bercorak kesenian seperti lukisan, pahatan, tanda penghargaan, buku, barang perpustakaan, dan lain-lain sejenis.
9. Konstruksi dalam pengerjaan adalah bangunan yang sampai dengan akhir periode akuntansi belum selesai pengerjaannya sehingga belum dapat digunakan.
10. Aset tetap diakui pada saat aset tetap tersebut telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya berpindah.
11. Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan.
12. Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.
13. Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga belinya atau konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat didistribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut ke kondisi yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan. 14. Konstruksi dalam pengerjaan diakui pada akhir periode akuntansi berdasarkan jumlah akumulasi
biaya sampai dengan akhir periode akuntansi.
15. Aset tetap tidak disusutkan. Aset tetap akan dihapuskan apabila rusak berat, berlebih, usang, hilang, dan sebab lainnya berdasarkan surat keputusan penghapusan.
16. Terhadap aset tetap yang telah tidak digunakan, maka aset tersebut dipisahkan dan disajikan ke Aset Lain-lain sebesar nilai buku dalam neraca. Nilai yang dipisahkan adalah sebesar nilai perolehannya. Atas aset tetap tersebut tidak diberlakukan penyusutan.
3.5.4.4. Dana Cadangan
1. Dana cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang memerlukan dana relatif cukup besar yang tidak dapat dibebankan dalam satu periode akuntansi/tahun anggaran.
2. Dana Cadangan dinilai sebesar nilai nominal Dana Cadangan yang dibentuk.
3. Hasil yang diperoleh dari pengelolaan dana cadangan akan menambah dana cadangan yang bersangkutan, dan biaya yang timbul atas pengelolaan dana cadangan akan mengurangi dana cadangan yang bersangkutan.
(16)
4
3.5.4.5. Aset Lainnya1. Aset lainnya adalah aset yang tidak dapat dikelompokan ke dalam aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap, dan dana cadangan.
2. Aset lainnya meliputi aset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran, tuntutan perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi, kemitraan dengan pihak ketiga, dan aset lain-lain.
3. Aset tak berwujud adalah aset non keuangan yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual.
4. Tagihan Penjualan Angsuran menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari penjualan aset pemerintah daerah secara angsuran kepada pegawai pemerintah daerah yang jangka waktu pelunasannya lebih dari satu tahun.
5. Tuntutan Perbendaharaan (TP) merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap bendahara dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh Negara sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh bendahara tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugas kewajibannya. Tuntutan Ganti Rugi (TGR) merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap pegawai negeri bukan bendahara dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh Negara sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh pegawai negeri tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugas kewajibannya. Pelunasan tuntutan tersebut di atas dilaksanakan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun.
6. Kemitraan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yang mempunyai komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang dikendalikan bersama dengan menggunakan aset dan/atau hak usaha yang dimiliki.
7. Aset lain-lain ini digunakan untuk mencatat aset lainnya yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam aset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran, TP/TGR, dan kemitraan dengan pihak ketiga. Termasuk dalam pos aset lain-lain ini adalah nilai aset tetap yang tidak digunakan lagi dalam penggunaan aktif pemerintah dan telah dikeluarkan dari pos aset tetap.
8. Aset tak berwujud dinilai sebesar nilai perolehan dikurangi dengan biaya-biaya yang tidak dapat dikapitalisasi.
9. Tagihan penjualan angsuran dinilai sebesar nilai nominal dari kontrak/berita acara penjualan aset yang bersangkutan setelah dikurangi dengan angsuran yang telah dibayarkan oleh pegawai ke kas Negara/kas daerah.
10. Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi dinilai sebesar nilai nominal dalam Surat Ketetapan Tuntutan Perbendaharaan atau Surat Keterangan Tanggung jawab Mutlak (SKTM) dikurangi dengan setoran yang telah dilakukan oleh bendahara yang bersangkutan ke kas daerah. 11. Kemitraan dalam bentuk Bangun, Kelola, Serah (BKS) dicatat sebesar nilai aset yang diserahkan
oleh pemerintah kepada pihak ketiga untuk membangun aset BKS tersebut.
12. Kemitraan dalam bentuk Bangun, Serah, Kelola (BSK) dicatat sebesar nilai perolehan aset yang dibangun yaitu sebesar nilai aset yang diserahkan pemerintah ditambah dengan jumlah aset yang dikeluarkan pihak ketiga untuk membangun aset tersebut.
13. Aset dalam pos aset lain-lain dari eks aset tetap yang telah dikeluarkan dinilai sebesar nilai tercatat/nilai buku pada saat dikeluarkan dari pos aset tetap.
3
3.5.5..5.5. KewajibanKewajiban
1. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
(17)
3. Kewajiban jangka pendek merupakan utang yang harus dibayar kembali atau jatuh tempo dalam waktu 12 bulan sejak tanggal pelaporan.
4. Kewajiban jangka pendek antara lain terdiri dari utang kepada pihak ketiga dan pegawai, utang bunga, utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) dan bagian lancar utang jangka panjang.
5. Kewajiban Jangka Panjang merupakan kewajiban yang diharapkan akan dibayar kembali atau jatuh tempo dalam waktu lebih dari 12 bulan setelah tanggal neraca.
6. Kewajiban jangka panjang meliputi utang dalam negeri dan utang jangka panjang lainnya. 7. Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima dan/atau pada saat kewajiban timbul.
8. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.
9. Nilai yang dicantumkan dalam laporan keuangan untuk bagian lancar utang jangka panjang adalah jumlah yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.
3
3.5.6..5.6. Ekuitas DanaEkuitas Dana
1. Ekuitas dana adalah jumlah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara jumlah aset dengan jumlah kewajiban.
2. Ekuitas dana terdiri dari ekuitas dana lancar, ekuitas dana investasi dan ekuitas dana cadangan 3. Ekuitas dana lancar merupakan selisih antara aset lancar dengan kewajiban jangka pendek, yang
antara lain terdiri dari SiLPA, pendapatan yang ditangguhkan, cadangan piutang, cadangan persediaan, dana yang harus disediakan untuk pembayaran kewajiban jangka pendek.
4. Ekuitas dana investasi mencerminkan kekayaan bersih pemerintah daerah yang tertanam dalam investasi jangka panjang, aset tetap, aset lainnya dikurangi dengan kewajiban jangka panjang. Ekuitas dana investasi terdiri dari: Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang, Diinvestasikan dalam Aset Tetap, Diinvestasikan dalam Aset Lainnya, dan Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang
5. Ekuitas dana cadangan mencerminkan kekayaan bersih pemerintah yang tertanam dalam dana cadangan untuk tujuan tertentu sesuai peraturan yang berlaku, dan merupakan akun lawan dana cadangan.
6. Ekuitas dana lancar diakui berdasarkan jumlah SiLPA, cadangan piutang, cadangan persediaan, dikurangi dengan dana yang harus disediakan untuk pembayaran kewajiban jangka pendek. 7. Ekuitas dana investasi diakui berdasarkan jumlah investasi jangka panjang, aset tetap, aset
lainnya dikurangi dengan dana yang harus disediakan untuk pembayaran kewajiban jangka panjang.
8. Ekuitas dana cadangan diakui berdasarkan jumlah dana cadangan yang ditransfer dalam periode berjalan.
(1)
4. Pendapatan diakui dalam periode berjalan berdasarkan jumlah kas yang diterima di kas daerah. 5. Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan asas bruto, yaitu mencatat penerimaan bruto,
dan tidak diperbolehkan mencatat jumlah neto (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). 6. Pengembalian/koreksi atas penerimaan pendapatan (pengembalian pendapatan) yang terjadi
pada periode berjalan dicatat sebagai pengurang pendapatan. Apabila pengembalian terjadi pada periode akuntansi berikutnya dicatat sebagai pengurang ekuitas dana lancar.
7. Pengukuran pendapatan menggunakan mata uang rupiah berdasarkan nilai sekarang kas yang diterima.
8. Pendapatan yang diukur dengan mata uang asing dikonversi ke mata uang rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank Indonesia) pada saat terjadinya pendapatan.
3
3.5.2..5.2.BelanjaBelanja
1. Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah
2. Belanja diakui dalam periode berjalan berdasarkan kas yang dikeluarkan dari kas daerah.
3. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan.
4. Belanja diklasifikasikan menurut penggunaan dan pusat pertanggungjawaban dan dirinci berdasarkan kelompok dan jenis belanja.
5. Pusat pertanggungjawaban dirinci berdasarkan fungsi, bidang kewenangan dan unit organisasi pemerintah daerah.
6. Transfer keluar adalah pengeluaran uang dari entitas pelaporan ke entitas pelaporan lain seperti pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah pusat dan dana bagi hasil oleh pemerintah daerah.
7. Koreksi atas pengeluaran belanja (penerimaan kembali belanja) yang terjadi pada periode berjalan dicatat sebagai pengurangan belanja. Apabila diterima pada periode berikutnya dicatat dalam Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah.
8. Pengukuran belanja menggunakan mata uang rupiah berdasarkan nilai sekarang kas yang dikeluarkan.
9. Belanja yang diukur dengan mata uang asing dikonversi ke mata uang rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank Indonesia) pada saat pengakuan belanja.
3
3.5.3..5.3. PembiayaanPembiayaan
1. Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
2. Pembiayaan diklasifikasikan menjadi penerimaan pembiayaan yang dirinci lagi menurut sumber pembiayaan, dan pengeluaran pengeluaran pembiayaan daerah dan dirinci lagi menurut jenis pengeluaran pembiayaan.
3. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari penggunaan SiLPA, pencairan dana cadangan, hasil divestasi, pinjaman dan penerimaan kembali pinjaman.
4. Pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembentukan dana cadangan, penyertaan modal, pembayaran kembali pokok pinjaman dan pemberian pinjaman kepada entitas lain.
(2)
5. Pembiayaan diakui selama periode berjalan, untuk penerimaan pembiayaan pada saat kas diterima di rekening kas daerah dan untuk pengeluaran pembiayaan pada saat kas dikeluarkan dari rekening kas daerah.
6. Pengukuran pembiayaan menggunakan mata uang rupiah berdasarkan nilai sekarang kas yang diterima dan dikeluarkan.
7. Pembiayaan yang diukur dengan mata uang asing dikonversi ke mata uang rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank Indonesia) pada tanggal pengakuan pembiayaan.
3
3.5.4.Aset/Aktiva.5.4.Aset/Aktiva
1. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. 2. Aset diklasifikasikan menjadi aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan,
dan aset lainnya.
3.5.4.1. Aset Lancar
1. Aset lancar adalah sumber daya ekonomis yang diharapkan dapat dicairkan menjadi kas, dijual atau dipakai habis dalam satu periode akuntansi.
2. Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan persediaan. Pos-pos investasi jangka pendek antara lain dePos-posito berjangka 3 (tiga) sampai 12 (dua belas) bulan, surat berharga yang mudah diperjualbelikan. Pos-pos piutang antara lain piutang pajak, retribusi, denda, penjualan angsuran, tuntutan ganti rugi, dan piutang lainnya yang diharapkan diterima dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk digunakan, misalnya barang pakai habis seperti alat tulis kantor, barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas.
3. Kas adalah adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan.
4. Setara kas adalah investasi jangka pendek yang sangat likuid yang siap dijabarkan menjadi kas (jatuh tempo kurang dari tiga bulan) serta bebas dari risiko perubahan nilai yang signifikan.
5. Kas dan setara kas diakui pada saat diterima atau dikeluarkan berdasarkan nilai nominal uang.
6. Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama 12 (dua belas) bulan atau kurang.
7. Investasi jangka pendek terdiri atas deposito berjangka waktu tiga sampai 12 bulan, pembelian obligasi/Surat Utang Negara (SUN) pemerintah jangka pendek dan investasi jangka pendek lainnya.
8. Investasi jangka pendek dalam bentuk surat berharga, misalnya saham dan obligasi jangka pendek, dicatat sebesar biaya perolehan. Investasi jangka pendek dalam bentuk non saham, misalnya dalam bentuk deposito jangka pendek dicatat sebesar nilai nominal deposito tersebut.
9. Piutang merupakan hak atau klaim kepada pihak ketiga sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya yang sah
10. Piutang terdiri atas: piutang pajak, piutang retribusi, piutang bagi hasil pajak provinsi, bagian lancar tagihan penjualan angsuran, bagian lancar pinjaman kepada BUMD, bagian lancar TP/TGR dan piutang lainnya.
(3)
11. Piutang diakui pada akhir periode akuntansi berdasarkan jumlah kas yang akan diterima dan jumlah pembiayaan yang telah diakui dalam periode berjalan, sejumlah nilai yang dapat ditagihkan.
12. Persediaan adalah adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah atau dipakai habis dalam satu periode akuntansi.
13. Persediaan terdiri atas: bahan habis pakai untuk keperluan operasional, bahan untuk proses produksi dan barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat.
14. Persediaan diakui pada akhir periode akuntansi berdasarkan nilai barang yang belum terjual atau terpakai, berdasarkan harga pembelian terakhir.
3.5.4.2. Investasi Jangka Panjang
1. Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 (dua belas) bulan
2. Investasi jangka panjang terdiri dari:
a. Investasi nonpermanen, yaitu investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan, artinya kepemilikan investasi yang berjangka waktu lebih dari 12 bulan, dimaksudkan untuk tidak dimiliki terus menerus atau ada niat untuk memperjualbelikannya atau menarik kembali. Bentuk investasi nonpermanen antara lain; Investasi dalam Dana Bergulir, Investasi dalam Obligasi, dan Investasi dalam Penyertaan Modal pada Proyek Pembangunan.
b. Investasi permanen, yaitu investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan. Investasi permanen tidak dimaksudkan untuk diperjualbelikan tetapi untuk mendapatkan deviden dan atau pengaruh yang signifikan dalam jangka panjang dan/atau menjaga hubungan kelembagaan. Bentuk investasi permanen antara lain; Penyertaan Modal Pemerintah pada perusahaan Negara/daerah, lembaga keuangan Negara, atau badan hukum lainnya, Investasi Permanen Lainnya yaitu jenis investasi permanen yang tidak tercakup di atas.
3. Investasi jangka panjang dalam bentuk dana bergulir diakui sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan (Net Realizable Value).
4. Investasi dalam Obligasi dinilai sebesar nilai nominal obligasi.
5. Investasi dalam Penyertaan modal pada Proyek Pembangunan dinilai sebesar biaya pembangunan termasuk biaya yang dikeluarkan untuk perencanaan dan biaya lain yang dikeluarkan dalam rangka penyelesaian proyek sampai proyek tersebut diserahkan kepada pihak ketiga.
6. Investasi jangka panjang, dalam bentuk penyertaan modal pemerintah diakui dengan metode harga perolehan atau metode ekuitas sesuai dengan prosentase kepemilikan dan tingkat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah daerah.
7. Harga perolehan investasi dalam valuta asing harus dinyatakan dalam mata uang rupiah dengan menggunakan nilai tukar (kurs tengah BI) yang berlaku pada tanggal transaksi.
3.5.4.3. Aset Tetap
1. Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan digunakan untuk penyelenggaraan kegiatan pemerintah dan pelayanan publik.
2. Aset tetap dapat diperoleh dari dana yang bersumber APBD (sebagian atau seluruhnya) melalui pengadaan, pembangunan, atau dapat juga diperoleh dari donasi atau pertukaran dengan aset lainnya.
(4)
3. Aset tetap terdiri dari Tanah, Peralatan dan Mesin, Gedung dan Bangunan, Jalan Irigasi dan Jaringan, Aset Tetap Lainnya dan Konstruksi dalam Pengerjaan.
4. Tanah, meliputi tanah pertanian, tanah perkebunan, kebun campuran, tanah kolam ikan, tanah tandus/rusak, tanah alang-alang dan padang rumput, tanah penggunaan lainnya, tanah bangunan dan tanah pertambangan, tanah badan jalan dan lain-lain sejenisnya.
5. Jalan irigasi dan jaringan, meliputi jalan, jembatan, terowongan, bangunan air irigasi, bangunan air pasang, bangunan air pengembangan rawa dan polde, bangunan air pengaman sungai dan penanggul, bangunan air minum, bangunan air kotor, instalasi air minum, instalasi air kotor, instalasi pengolahan sampah, instalasi pengolahan bahan bangunan, instalasi pembangkit listrik, instalasi gardu listrik, jaringan air minum, jaringan listrik dan lain-lain sejenisnya.
6. Gedung dan bangunan, meliputi gedung tempat kerja, gedung instalasi, gedung tempat ibadah, gedung tempat tinggal, tugu peringatan, dan lain-lain sejenisnya.
7. Peralatan dan mesin, meliputi mesin dan peralatan besar, mesin dan peralatan kantor, rumah tangga, bengkel, studio, pertanian, kedokteran, laboratorium, kesehatan, keamanan/persenjataan, alat angkut dan lain-lain sejenisnya.
8. Aset tetap lainya, meliputi barang bercorak kesenian seperti lukisan, pahatan, tanda penghargaan, buku, barang perpustakaan, dan lain-lain sejenis.
9. Konstruksi dalam pengerjaan adalah bangunan yang sampai dengan akhir periode akuntansi belum selesai pengerjaannya sehingga belum dapat digunakan.
10. Aset tetap diakui pada saat aset tetap tersebut telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya berpindah.
11. Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan.
12. Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.
13. Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga belinya atau konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat didistribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut ke kondisi yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan. 14. Konstruksi dalam pengerjaan diakui pada akhir periode akuntansi berdasarkan jumlah akumulasi
biaya sampai dengan akhir periode akuntansi.
15. Aset tetap tidak disusutkan. Aset tetap akan dihapuskan apabila rusak berat, berlebih, usang, hilang, dan sebab lainnya berdasarkan surat keputusan penghapusan.
16. Terhadap aset tetap yang telah tidak digunakan, maka aset tersebut dipisahkan dan disajikan ke Aset Lain-lain sebesar nilai buku dalam neraca. Nilai yang dipisahkan adalah sebesar nilai perolehannya. Atas aset tetap tersebut tidak diberlakukan penyusutan.
3.5.4.4. Dana Cadangan
1. Dana cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang memerlukan dana relatif cukup besar yang tidak dapat dibebankan dalam satu periode akuntansi/tahun anggaran.
2. Dana Cadangan dinilai sebesar nilai nominal Dana Cadangan yang dibentuk.
3. Hasil yang diperoleh dari pengelolaan dana cadangan akan menambah dana cadangan yang bersangkutan, dan biaya yang timbul atas pengelolaan dana cadangan akan mengurangi dana cadangan yang bersangkutan.
(5)
3.5.4.5. Aset Lainnya
1. Aset lainnya adalah aset yang tidak dapat dikelompokan ke dalam aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap, dan dana cadangan.
2. Aset lainnya meliputi aset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran, tuntutan perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi, kemitraan dengan pihak ketiga, dan aset lain-lain.
3. Aset tak berwujud adalah aset non keuangan yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual.
4. Tagihan Penjualan Angsuran menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari penjualan aset pemerintah daerah secara angsuran kepada pegawai pemerintah daerah yang jangka waktu pelunasannya lebih dari satu tahun.
5. Tuntutan Perbendaharaan (TP) merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap bendahara dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh Negara sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh bendahara tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugas kewajibannya. Tuntutan Ganti Rugi (TGR) merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap pegawai negeri bukan bendahara dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh Negara sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh pegawai negeri tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugas kewajibannya. Pelunasan tuntutan tersebut di atas dilaksanakan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun.
6. Kemitraan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yang mempunyai komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang dikendalikan bersama dengan menggunakan aset dan/atau hak usaha yang dimiliki.
7. Aset lain-lain ini digunakan untuk mencatat aset lainnya yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam aset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran, TP/TGR, dan kemitraan dengan pihak ketiga. Termasuk dalam pos aset lain-lain ini adalah nilai aset tetap yang tidak digunakan lagi dalam penggunaan aktif pemerintah dan telah dikeluarkan dari pos aset tetap.
8. Aset tak berwujud dinilai sebesar nilai perolehan dikurangi dengan biaya-biaya yang tidak dapat dikapitalisasi.
9. Tagihan penjualan angsuran dinilai sebesar nilai nominal dari kontrak/berita acara penjualan aset yang bersangkutan setelah dikurangi dengan angsuran yang telah dibayarkan oleh pegawai ke kas Negara/kas daerah.
10. Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi dinilai sebesar nilai nominal dalam Surat Ketetapan Tuntutan Perbendaharaan atau Surat Keterangan Tanggung jawab Mutlak (SKTM) dikurangi dengan setoran yang telah dilakukan oleh bendahara yang bersangkutan ke kas daerah. 11. Kemitraan dalam bentuk Bangun, Kelola, Serah (BKS) dicatat sebesar nilai aset yang diserahkan
oleh pemerintah kepada pihak ketiga untuk membangun aset BKS tersebut.
12. Kemitraan dalam bentuk Bangun, Serah, Kelola (BSK) dicatat sebesar nilai perolehan aset yang dibangun yaitu sebesar nilai aset yang diserahkan pemerintah ditambah dengan jumlah aset yang dikeluarkan pihak ketiga untuk membangun aset tersebut.
13. Aset dalam pos aset lain-lain dari eks aset tetap yang telah dikeluarkan dinilai sebesar nilai tercatat/nilai buku pada saat dikeluarkan dari pos aset tetap.
3
3.5.5..5.5. KewajibanKewajiban
1. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
(6)
3. Kewajiban jangka pendek merupakan utang yang harus dibayar kembali atau jatuh tempo dalam waktu 12 bulan sejak tanggal pelaporan.
4. Kewajiban jangka pendek antara lain terdiri dari utang kepada pihak ketiga dan pegawai, utang bunga, utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) dan bagian lancar utang jangka panjang.
5. Kewajiban Jangka Panjang merupakan kewajiban yang diharapkan akan dibayar kembali atau jatuh tempo dalam waktu lebih dari 12 bulan setelah tanggal neraca.
6. Kewajiban jangka panjang meliputi utang dalam negeri dan utang jangka panjang lainnya. 7. Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima dan/atau pada saat kewajiban timbul.
8. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.
9. Nilai yang dicantumkan dalam laporan keuangan untuk bagian lancar utang jangka panjang adalah jumlah yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.
3
3.5.6..5.6. Ekuitas DanaEkuitas Dana
1. Ekuitas dana adalah jumlah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara jumlah aset dengan jumlah kewajiban.
2. Ekuitas dana terdiri dari ekuitas dana lancar, ekuitas dana investasi dan ekuitas dana cadangan 3. Ekuitas dana lancar merupakan selisih antara aset lancar dengan kewajiban jangka pendek, yang
antara lain terdiri dari SiLPA, pendapatan yang ditangguhkan, cadangan piutang, cadangan persediaan, dana yang harus disediakan untuk pembayaran kewajiban jangka pendek.
4. Ekuitas dana investasi mencerminkan kekayaan bersih pemerintah daerah yang tertanam dalam investasi jangka panjang, aset tetap, aset lainnya dikurangi dengan kewajiban jangka panjang. Ekuitas dana investasi terdiri dari: Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang, Diinvestasikan dalam Aset Tetap, Diinvestasikan dalam Aset Lainnya, dan Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang
5. Ekuitas dana cadangan mencerminkan kekayaan bersih pemerintah yang tertanam dalam dana cadangan untuk tujuan tertentu sesuai peraturan yang berlaku, dan merupakan akun lawan dana cadangan.
6. Ekuitas dana lancar diakui berdasarkan jumlah SiLPA, cadangan piutang, cadangan persediaan, dikurangi dengan dana yang harus disediakan untuk pembayaran kewajiban jangka pendek. 7. Ekuitas dana investasi diakui berdasarkan jumlah investasi jangka panjang, aset tetap, aset
lainnya dikurangi dengan dana yang harus disediakan untuk pembayaran kewajiban jangka panjang.
8. Ekuitas dana cadangan diakui berdasarkan jumlah dana cadangan yang ditransfer dalam periode berjalan.