CALK II-10 Kebijakan Keu, Ekon Makro, Penc. Target

(1)

2

Bab II

Kebijakan Keuangan, Ekonomi Makro, dan

Pencapaian Target APBD

2.1. Kebijakan Keuangan 2.1. Kebijakan Keuangan Peraturan-peraturan yang menaungi tentang kebijakan keuangan dalam rangka pengelolaan, penatausahaan keuangan dan barang milik daerah antara lain dengan menetapkan beberapa peraturan daerah, yaitu:

1. Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Dompu.

2. Peraturan Daerah Nomor 01 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Dompu Tahun 2013.

3. Peraturan Daerah Nomor 07 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan Kabupaten Dompu Tahun 2013.

4. Peraturan Bupati Nomor 22 Tahun 2009 tentang Sistem dan Prosedur Penatausahaan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Dompu.

5. Peraturan Bupati Nomor 23 Tahun 2009 tentang Kebijakan Umum Akuntansi Pemerintah Kabupaten Dompu.

6. Peraturan Bupati Nomor 01 Tahun 2013 tentang Penjabaran APBD Kabupaten Dompu Tahun Anggaran 2013.

7. Peraturan Bupati Nomor 14 Tahun 2013 tentang Penjabaran APBD Perubahan Kabupaten Dompu Tahun Anggaran 2013.

Selain mengacu pada Peraturan Daerah tersebut di atas pengelolaan keuangan Pemerintah Kabupaten Dompu juga mengacu pada beberapa Peraturan daerah dan ketentuan lainnya yang telah ditetapkan pada tahun-tahun sebelumnya.

Penyelenggaraan pembangunan dan perkembangan perekonomian di daerah yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah melalui kebijakan APBD, fungsi dan struktur APBD memiliki kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan perekonomian dan pembangunan daerah. Oleh karena itu, proses penyusunan APBD semaksimal mungkin harus dapat menunjukkan latar belakang pengambilan keputusan dalam penetapan arah kebijakan umum, skala prioritas dan penetapan alokasi serta distribusi sumber daya dengan melibatkan partisipasi masyarakat dan para stakeholder.

Dokumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang akuntabel dan sesuai dengan tata perundang-undangan merupakan instrumen yang akan menjamin terciptanya disiplin, efisiensi serta efektivitas dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan kebijakan pendapatan dan belanja serta pembiayaan daerah. Proses penyusunan APBD pada dasarnya bertujuan untuk menyelaraskan kebijakan ekonomi makro dan sumber daya yang tersedia, mengalokasikan sumber daya secara tepat sesuai kebijakan pemerintah dan mempersiapkan kondisi bagi pelaksanaan penatausahaan pengelolaan anggaran secara baik akhirnya akan bermuara pada pencapaian tujuan pembangunan secara umum serta kesejateraan masyarakat Dompu pada khususnya. Oleh karena itu, disiplin dalam penyusunan dan pelaksanaan anggaran merupakan hal penting agar anggaran tersebut dapat berfungsi sebagaimana diharapkan yaitu:

(1) dalam konteks kebijakan anggaran, memberikan arah kebijakan perekonomian dan menggambarkan secara tegas penggunaan sumber daya yang dimiliki masyarakat;

(2) untuk mencapai keseimbangan ekonomi makro dalam perekonomian;

(3) sebagai sarana sekaligus pengendali untuk mengurangi ketimpangan dan kesenjangan dalam berbagai hal dalam suatu daerah;


(2)

(5) sebagai media evaluasi terhadap kinerja Kepala Daerah beserta jajarannya dalam penyusunan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan;

(6) merupakan wadah untuk mencapai proses pembangunan daerah secara optimal dalam pencapaian visi misi daerah.

(7) merupakan istrumen kapasitas fiskal dalam percepatan pembangunan di daerah.

Pembangunan di Kabupaten Dompu dilaksanakan dengan mengacu pada arah kebijakan umum anggaran dan pendapatan dan belanja daerah tahun anggaran 2013 yang memuat berbagai strategi dan prioritas pembangunan yang dilaksanakan dan disesuaikan dengan situasi maupun kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan masyarakat dimana tertuang didalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah. Dalam Kebijakan Umum APBD Kabupaten Dompu tahun 2013 secara garis besar masih selaras dengan Kebijakan Umum APBD tahun 2012. Ada Empat Prioritas dan plafon anggaran yang telah disepakati pada tahun sebelumnya yang dilanjutkan pada program pembangunan tahun 2013, yaitu : 1. Pertimbangan memiliki dampak yang besar terhadap pencapaian sasaran sehingga langsung dapat

dirasakan manfaatnya oleh masyarakat;

2. Pertimbangan mendesak dan penting untuk segera dilaksanakan; 3. Merupakan tugas pemerintah sebagai pelaku utama;

4. Realitas untuk untuk dilaksanakan.

Dalam rangka penyusunan dan pelaksanaan APBD sebagai dasar pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah di Kabupaten Dompu selama tahun 2013 diterapkan kebijakan-kebijakan sebagai berikut : 2.1.1. Pendapatan Daerah

2.1.1. Pendapatan Daerah

Sumber pendapatan daerah dalam APBD Kabupaten Dompu adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang meliputi Pajak Daerah, Retribusi DaSerah, Hasil Kekayaan Daerah yang dipisahkan serta Lain-lain PAD Yang sah. SeLain-lain dari sisi PAD, pendapatan Daerah juga diperoleh dari Dana Perimbangan atau Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi) dan Lain-lain Pendapatan yang Sah.

Kebijakan-kebijakan yang diambil dalam pengelolaan pendapatan daerah antara lain :

1. Sumber–sumber pendapatan berasal dari pajak dan retribusi daerah serta lain-lain pendapatan, tetap dipertahankan dan ditingkatkan dengan memberikan insentif dan kemudahan terhadap masuknya investasi;

2. Pengelolaan PAD diarahkan dengan melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dan retribusi daerah;

3. Mengoptimalkan peran perusahaan-perusahaan daerah/BUMD;

4. Peningkatan pengelolaan/manajemen keuangan daerah yang mengarah pada azas efisiensi dan efektifitas;

5. Mendayagunakan aset-aset daerah yang potensial menjadi sumber pendapatan daerah;

6. Melakukan pelelangan bagi barang milik daerah/aset daerah yang sudah tidak efektif dan membenani APBD;

7. Pembangunan fasilitas sarana dan prasarana yang secara langsung dapat mendukung upaya peningkatan pendapatan daerah;

8. Penatausahaan kapasitas kelembagaan, building capacity yang mengarah pada tercapainya pelayanan maksimal sehingga mempengaruhi roda perekonomian yang lebih baik dan berkembang.

9. Mendorong bagi terciptanya iklim usaha dan perekonomian masyarakat menengah kebawah yang lebih produktif lagi.

Beberapa masalah utama yang perlu diperhatikan untuk dipecahkan adalah :

1. Pengkomunikasian kepada masyarakat tentang kebijaksanaan dan peraturan pajak daerah, retribusi daerah dan kewajiban iuran lainnya;


(3)

2

2. Peningkatan kesadaran dan pemahaman masyarakat (wajib pajak/retribusi daerah) tentang hak dan

kewajiban sebagai warga negara dalam rangka intensifikasi penerimaan daerah;

3. Peningkatan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak, retribusi dan iuran daerah lainnya. Format dalam penetapan PAD, yaitu penyusunannya masih berpedoman pada tren pendapatan tahun-tahun sebelumnya, yaitu dengan mempertimbangkan realisasi tahun-tahun lalu dan usulan Dinas/instansi atau SKPD, perkembangan obyek penerimaan daerah, kebijakan pemerintah dan situasi ekonomi masa mendatang. PPKD sebagai entitas akuntansi dan entitas pelaporan berfungsi sebagai leading sektor di dalam penyusunan laporan keuangan Pemda. Dalam kaitan dengan penyusunan tersebut sangat didukung oleh sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah13dan implementasi kebijakan akuntansi pemerintah yang sudah disusun serta menyusun rancana pencapaian target pendapatan yang andal. Adapun sisdur dimaksud menurut komponen-komponen pendapatan adalah:

Pajak Daerah

Pajak daerah dikoordinir oleh seksi pajak pada bidang Pendapatan Dinas PPKAD, yaitu mulai dari perencanaan pendapatannya sampai penyetoran ke kasda dengan melalui tahapan verifikasi oleh seksi verifikasi pendapatan pada bidang akuntansi, selanjutnya setelah melalui rekon antar unit kerja yang terkait akan dibukukan pada seksi pembukuan dan pelaporan bidang akuntansi sebagai data dasar penyusunan laporan keuangan Pemda.

Retribusi Daerah

Retribusi daerah dikoordinir oleh seksi retribusi bidang pendapatan pada Dinas PPKAD. Dari mulai proses perencanaannya, yaitu dengan melibatkan SKPD kemudian pada tahap realisasi akan dilimpahkan ke kasda selanjutnya bukti setoran akan dikirim kembali oleh pihak Bank yang ditunjuk untuk dibukukan pada fungsi SK-PKD dengan terlebih dahulu diverifikasi oleh seksi verifikasi pendapatan bidang akuntansi yang pada akhir periode tahun anggaran akan dilaporkan sebagai bahan penyusunan pelaporan keuangan pemda.

Pendapatan Lain-Lain

Seksi ini mengkoordinir pendapatan/penerimaaan yang berasal dari dana bagi hasil dan dana transfer baik dari provinsi, dana pusat (DAU & DAK) maupun dana bantuan/transfer dari pemda lain, serta dana-dana hibah. Adapun proses sebelum dibukukan diseksi pembukuan dan pelaporan bidang akuntansi Dinas PPKAD, maka dana-dana tersebut akan disimpan/disetor di kasda dan bukti setoran dimaksud kemudian akan diverifikasi oleh seksi verifikasi bidang akuntansi terlebih dahulu sebelum dilaporkan pada seksi pembukuan sebagai dasar penyusunan laporan keuangan pemda.

2.1.2. Belanja Daerah 2.1.2. Belanja Daerah

Kebijakan-kebijakan yang diambil dalam pengelolaan belanja daerah antara lain :

1. Belanja daerah disusun berdasarkan kebutuhan riil masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan keuangan daerah yang terjaring lewat jaring asmara (penjaringan aspirasi masyarakat) lewat kegiatan Musrenbang (musyawarah perencanaan pembangunan) tingkat desa, kecamatan dan Rakorbang (rapat koordinasi pembangunan) ditingkat Kabupaten dan Provinsi. 2. Belanja daerah disusun dengan menggunakan asas efisiensi dan efektivitas dengan tidak

mengganggu kelancaran dan menurunkan standar pelayanan masyarakat.

3. Belanja daerah diupayakan untuk peningkatan kesejahteraan pegawai daerah dan anggota DPRD dengan memberikan tunjangan sesuai dengan kemampuan keuangan daerah.

4. Belanja daerah diupayakan secara cukup dan memadai dalam membiayai tugas-tugas umum dan pelayanan kepada masyarakat.

5. Belanja daerah diupayakan untuk mendukung tercapai tujuan pembangunan daerah seperti yang tertuang dalam Renstra Daerah atau RPJMD, sebagai penjabaran visi misi daerah.

6. Belanja daerah diupayakan untuk mendukung bagi terciptanya lapangan kerja baru bagi masyarakat.


(4)

7. Belanja daerah diupayakan untuk mengentaskan kemiskinan menjadi nol persen. 8. Belanja daerah diusahakan bagi tercapainya peningkatan pendapatan masyarakat.

9. Belanja daerah diupayakan bagi terciptanya pembangunan daerah yang berefek ganda, multyple effect.

10. Belanja daerah diusahakan untuk upaya preventif dalam menekan angka kesenjangan sosial dimasyarakat.

Seperti halnya unsur pendapatan, maka unsur belanja juga dikoordinir oleh seksi belanja langsung dan seksi belanja tidak langsung bidang belanja pada Dinas PPKAD sebagai leading sektor dengan melibatkan partisipasi aktif dari seluruh SKPD yang ada sebagai unsur institusi yang memiliki otonomi dalam hal penyusunan rencana belanja/ penggunaan anggaran APBD Kabupaten Dompu. Adapun mekanisme penggunaan anggaran secara umum, yaitu masing-masing SKPD menyusun rencana kerja SKPD yang dirangkum dalam bentuk Dokumen Anggaran SKPD (DPA-SKPD). Selanjutnya DPA-SKPD yang telah disahkan/disetujui oleh legislatif bersama eksekutif tersebut secara periodik/bertahap akan diajukan pencairannya lewat kuasa BUD dengan melalui pengesahan fungsi verifikasi terlebih dahulu. Selanjutnya bukti pencairan dana oleh SKPD maupun Pihak Ketiga (berupa SP2D) akan dibukukan oleh seksi pembukuan dan pelaporan bidang akuntansi Dinas PPKAD untuk dilaporkan/bahan penyusunan laporan keuangan pemda.

2.2. Ekonomi Makro 2.2. Ekonomi Makro Kabupaten Dompu merupakan salah satu diantara Sembilan kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dilihat dari posisi geografis, Kabupaten Dompu terletak di tengah-tengah Pulau Sumbawa, dan berbatasan langsung dengan wilayah - wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Timur : Kabupaten Bima - Sebelah Barat : Kabupaten Sumbawa

- Sebelah Utara : Laut Flores dan Kabupaten Bima - Sebelah Selatan : Laut Indonesia

Luas wilayah Kabupaten Dompu 2.324,55 km2 atau sekitar 11,54% dari luas Propinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari tanah sawah 19.269 ha(8,29%) dan tanah kering seluas 213.186 ha (91,71%).

Komposisi penggunaan tanah kering sebagian besar terdiri dari hutan Negara seluas 88,1 ribu ha (41,32%) dan hutan rakyat 25,6 ribu ha(12,01%). Selain itu tanah kering juga digunakan sebagai perkarangan, padang rumput dan pertanian. Dilihat secara topografi Kabupaten Dompu merupakan daerah yang dikelilingi oleh pengunungan, dengan ketinggian 15-550 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan hasil proyeksi, jumlah Penduduk pada pertengahan tahun 2011 sebanyak 221.184 jiwa yang terdiri dari 122.077 jiwa (50,67%) laki-laki dan 109.107 jiwa (49,33%) perempuan. Kepadatan penduduk Dompu sebanyak 94,20 jiwa/ km2 Kabupaten Dompu secara administratif di bagi atas 8 kecamatan definitif, yaitu Kecamatan Hu’u, Dompu, Woja, Kempo, Pekat, Kilo, Pajo dan Manggelewa, yang terdiri dari 79 desa/kelurahan. Kondisi ideal yang diharapkan dari persebaran penduduk antar wilayah adalah adanya penyebaran penduduk yang merata. Hal ini lebih menjamin kelancaran pelaksanaan pembangunan dengan mendorong partisipasi aktif masyarakat untuk memajukan perekonomian suatu wilayah.

Tujuan kebijakan pembangunan ekonomi adalah menciptakan kemakmuran. Salah satu ukuran kemakmuran terpenting adalah pendapatan. Kemakmuran tercipta karena ada kegiatan yang menghasilkan pendapatan. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Ada beberapa parameter yang dapat digunakan untuk mengukur pelaksanaan pembangunan daerah, untuk itu perlu digunakan alat ukur dan metode yang tepat.


(5)

2

Data statistik merupakan ukuran kuantitatif yang memberikan gambaran faktual mengenai kondisi atau fenomena sosial-ekonomi pada kurun waktu tertentu, dapat pula digunakan sebagai alat untuk memprediksi fenomena sosial-ekonomi di masa datang. Untuk mendukung perencanaan dan kebijaksanaan pembangunan nasional maupun regional dibutuhkan data atau informasi yang lengkap, menyeluruh dan rinci baik bersifat sektoral, maupun lintas sektoral.

Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, akan tetapi arah pembangunan harus disesuaikan dengan kepentingan daerah itu sendiri. Hal itu sejalan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, yang memberikan kewenangan kepada daerah untuk dapat menentukan arah pembangunan sesuai dengan kepentingan daerahnya, maka kebutuhan terhadap data statistik mutlak diperlukan. Salah satu perangkat informasi statistik yang bersifat lintas sektoral khususnya di bidang ekonomi adalah Statistik Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), karena PDRB merupakan salah satu indikator makro ekonomi yang banyak digunakan dan bersifat universal. Data PDRB merupakan salah satu indikator yang banyak digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan pembangunan, disamping sebagai masukan dalam perencanaan pembangunan, dan perumusan kebijaksanaan ekonomi di tingkat regional.

Data PDRB merupakan salah satu indikator makro yang dapat menunjukan kondisi perekonomian di tingkat regional, sehingga tujuan penyusunan buku PDRB ini antara lain untuk mengetahui :

1. Kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan. 2. Struktur perekonomian dan peranan sektor-sektor ekonomi.

3. Tingkat laju perekonomian secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun. 4. Tingkat kemakmuran masyarakat.

5. Perkembangan harga komoditi secara keseluruhan. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB).

Secara konsepsi, PDRB adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh keseluruhan aktivitas perekonomian yang bekerja di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Oleh karena itu, angka PDRB mampu menggambarkan kemampuan suatu wilayah dalam mengelola sumber daya alam dan faktor-faktor produksi yang dimiliki untuk menciptakan nilai tambah. Untuk kepentingan berbagai analisis ekonomi makro masing-masing daerah, pada umumnya PDRB dihitung berdasarkan atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan (dengan time lag 1 tahun). Berdasarkan hasil penghitungan, PDRB Kabupaten Dompu pada tahun 2012 dihitung atas dasar harga berlaku (current price) adalah sebesar Rp2,335 Triliun. Jumlah tersebut meningkat 17,70% dibandingkan PDRB yang dihasilkan pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp1,984 Triliun. Demikian juga dengan hasil penghitungan PDRB atas dasar harga konstan (constant price) tahun 2000 adalah sebesar Rp1,005 Triliun pada tahun 2012, meningkat dibandingkan tahun 2011 yang sebesar Rp0,931 Triliun. Penggunaan penghitungan atas dasar harga konstan adalah untuk mengetahui pertumbuhan riil produksi barang dan jasa. Atau dengan kata lain, untuk menghilangkan pengaruh faktor harga, sehingga pertumbuhan produksi riil dari barang dan jasa dapat diketahui. Berdasarkan hasil penghitungan PDRB di atas dapat diketahui pertumbuhan ekonomi Kabupaten Dompu pada tahun 2012 adalah sebesar 7,98%. Angka pertumbuhan tersebut mengalami percepaan dibandingkan pertumbuhan PDRB tahun 2011 sebesar 4,57%. Hal tersebut disebabkan meningkatnya produksi padi dan jagung sebagai dampak kondisi cuaca yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya.

Tabel 2.1

PDRB Kabupaten Dompu Atas Harga Berlaku dan Atas Harga Konstan 2000 Tahun 2008-2012


(6)

Sumber: BPS Kabupaten Dompu.

Tabel 2.1 memperlihatkan bahwa pada periode tahun 2008-2012 Kabupaten Dompu telah mampu mengembangkan dan meningkatkan perekonomian wilayahnya. Demikian juga diamati dari sisi pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama, senantiasa mengalami percepatan pertumbuhan, yaitu dari 4,11% tahun 2008, meningkat menjadi 5,29% pada tahun 2009. Sedangkan pada tahun 2010 sedikit mengalami perlambatan menjadi 4,57%. Keadaan kembali membaik sehingga pertumbuhan kembali mengalami percepatan menjadi 7,98% pada tahun 2011 dan pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Dompu masih di atas 5% tepatnya sebesar 6,82%.

Dengan memperhatikan indikator-indikator ekonomi dari PDRB tersebut, mengindikasikan pengelolaan pembangunan ekonomi di Kabupaten Dompu telah menunjukkan trend yang cukup baik, ini dapat dilihat dari pertumbuhan yang cenderung mengalami percepatan. Visualisasi secara grafik mengenai perkembangan dan pertumbuhan PDRB di Kabupaten Dompu adalah sebagai berikut:

Grafik 2.1

PDRB Kabupaten Dompu2008-2012 (Miliyar Rupiah)

STRUKTUR EKONOMI

Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa PDRB terbentuk dari keseluruhan sektor-sektor ekonomi di suatu wilayah. Oleh karena itu, struktur perekonomian di suatu wilayah tercermin dari peranan atau kontribusi masing-masing sektor ekonomi terhadap PDRB yang dihasilkan. Struktur ekonomi memberikan informasi tentang sektor-sektor yang menjadi kekuatan atau penyangga perekonomian di suatu wilayah. Kondisi di Indonesia secara umum, struktur ekonominya masih di dominasi oleh sektor-sektor primer (pertanian dan pertambangan).

Tabel 2.2


(7)

2

Atas Harga Berlaku Tahun 2008-2012 (%)

Sumber: BPS Kabupaten Dompu

Perubahan dan pergeseran struktur ekonomi suatu wilayah biasanya terjadi secara perlahan. Perubahan atau pergeseran yang terjadi merupakan akibat adanya interaksi antara proses akumulasi (pembentukan modal) dan perubahan pada pola konsumsi masyarakat. Secara makro perubahan pola konsumsi masyarakat tersebut akan mengubah komposisi barang dan jasa yang diproduksi dan diperdagangkan. Perubahan pada komposisi produksi barang dan jasa tersebut dapat menyebabkan pergeseran struktur perekonomian. Berdasarkan tabel 2.2 di atas, Sektor Pertanian selalu memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Dompu. Diamati lebih jauh terhadap sektor pertanian tersebut ternyata peranan sub sektor tanaman pangan sangat dominan yaitu rata-rata 25,26 % selama periode 2008-2012.

Sementara tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan masing-masing hanya berperan sebesar rata-rata 3,47%; 3,84%; 0,28%; dan 5,10% setiap tahun. Hal ini mengindikasikan, peranan tanaman pangan masih sangat kuat berpengaruh terhadap perekonomian Kabupaten Dompu hingga tahun 2012. Hal lain yang menunjukan dominasi sektor pertanian adalah pada tahun 2011 ketika sektor pertanian tumbuh negatif kontribusi sektor-sektor lain terhadap PDRB Kabupaten Dompu menjadi berkembang, namun pada tahun 2012 ketika sektor pertanian kembali mengalami pertumbuhan positif kontribusi sektor-sektor lain seakan ”dikalahkan” oleh kontribusi sektor pertanian sehingga mengalami penurunan kontribusi dibanding tahun 2011.

Kecuali sektor Bangunan dan Keuangan yang masih menunjukan peningkatan kontribusi. Hal tersebut didukung oleh pembangunan infrastruktur yang meningkat termasuk kegiatan eksplorasi pertambangan mineral dan aktivitas perbankan yang semakin berkembang.

Sektor kedua yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap PDRB Kabupaten Dompu tahun 2012 adalah Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, yaitu sebesar 18,88% atau rata-rata dalam lima tahun terakhir adalah sebesar 18,94%. Sektor Jasa – Jasa menempati posisi ketiga kontributor terbesar terhadap PDRB Kabupaten Dompu. Pada tahun 2012 kontribusi sektor Jasa-Jasa sebesar 15,09%. Hal tersebut dipengaruhi adanya penerimaan PNS dan penambahan pegawai instansi vertikal di Kabupaten Dompu.

Grafik 2.2

Kontribusi Sektor Terhadap PDRB Kabupaten Dompu Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2011


(8)

Apabila diamati kelompok-kelompok kegiatan ekonomi, maka dapat dijelaskan bahwa perekonomian Kabupaten Dompu hingga tahun 2012 masih didominasi oleh kelompok tersier (sektor-sektor jasa) serperti, Sektor jasa-jasa; Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran; Sektor Angkutan dan Komunikasi; dan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dengan kontribusi pada tahun 2012 sebesar 48,63%. Sementara sektor primer yang terdiri dari Sektor Pertanian dan Sektor Pertambangan & Penggalian mempunyai peranan sebesar 39,79%, dan sektor sekunder yang terdiri dari Sektor Industri; Sektor Listrik dan Air Bersih; dan Sektor Konstruksi pada tahun 2012 hanya berperan sebesar 11,58%.

Grafik 2.3

Struktur Ekonomi Kabupaten Dompu Tahun 2012

LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI

Tujuan pembangunan ekonomi suatu wilayah adalah untuk mencapai pertumbuhan yang setinggi-tingginya untuk kemakmuran rakyat. Indikator yang lazim digunakan untuk melihat pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui pertumbuhan riil produksi barang dan jasa tanpa dipengaruhi oleh fluktuasi atau perubahan harga. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Dompu yang dicerminkan dengan pertumbuhan PDRB selama periode tahun 2008-2012 menunjukkan adanya fluktuasi pertumbuhan setiap tahun namun tetap bernilai positif. Gambaran mengenai pertumbuhan ekonomi masing-masing sektor PDRB (lapangan usaha) dapat dilihat pada tabel 2.3 di bawah.


(9)

2

Tabel 2.3

Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Dompu Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2012

Tabel 2.3

Sumber: BPS Kabupaten Dompu

Berdasarkan tabel 2.3 tersebut, diketahui bahwa semua sektor lapangan usaha menunjukkan pertumbuhan positif di atas 5 persen kecuali sektor indusri pengolahan (3,47%). Sektor Pertanian yang merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja dan mata pencaharian sebagian besar penduduk di Kabupaten Dompu. Pertumbuhan sektor pertanian yang kembali bernilai positif pada tahun 2012 disebabkan kondisi cuaca yang membaik dan sangat mendukung peningkatan produktivitas sektor pertanian ini. Sub sektor pertambangan dan penggalian, serata bangunan memperlihatkan pertumbuhan masing-masing yang cukup tinggi yaitu 6,58% dan 9,42%. Tumbuhnya sub sektor perikanan disebabkan meningkatnya produksi rumput laut sebagai salah satu program unggulan PIJAR dan produksi ubur-ubur yang meningkat pesat. Sektor bangunan menunjukan petumbuhan yang cukup baik, hal tersebut disebabkan meningkatnya pembangunan dan perbaikan infrastruktur publik serta kegiatan eksplorasi pertambangan mineral.

Meningkatnya aktivitas pembangunan infrastruktur berdampak terhadap meningkatnya sektor penggalian sebagai salah satu bahan pendukung kegiatan konstruksi. Sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami pertumbuhan yang cukup baik pada tahun 2012. Pertumbuhan tersebut didorong oleh aktivitas perbankan yang semakin meningkat dan menyumbangkan pertumbuhan sebesar 17,92% pada ahun 2012.

Sektor bangunan menunjukan petumbuhan yang cukup baik, hal tersebut disebabkan meningkatnya pembangunan dan perbaikan infrastruktur publik. Meningkatnya aktivitas pembangunan infrastruktur berdampak terhadap meningkatnya sektor penggalian sebagai salah satu bahan pendukung kegiatan konstruksi. Sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami pertumbuhan yang cukup baik pada tahun 2012. Pertumbuhan tersebut didorong oleh aktivitas perbankan yang semakin meningkat dan menyumbangkan pertumbuhan sebesar 13,68 persen pada tahun 2012. Pada tahun 2012, pertumbuhan sektor jasa-jasa mengalami perlambatan yaitu sebesar 2,64 persen. Jasa pemerintahan umum hanya mampu tumbuh sebesar 2,43 persen. Salah satu penyebabnya adalah penurunan jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemerintahan Daerah Kabupaten Dompu yang merupakan akibat dari moratorium PNS. Gambaran pertumbuhan masing-masing sektor selama periode tahun Gambaran pertumbuhan masing-masing sektor selama periode tahun 2008-2012 dapat ditunjukkan oleh grafik 2. 4 di bawah.

Grafik 2.4

Pertumbuhan PDRB Kabupaten Dompu Atas Harga Konstan 2000 Tahun 2008-2012


(10)

PDRB PER KAPITA

PDRB per kapita merupakan gambaran dari rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk dari nilai tambah yang tercipta selama satu tahun. PDRB per kapita biasa digunakan sebagai salah satu indikator untuk mengetahui tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat secara makro. PDRB per kapita yang tinggi mencerminkan keadaan ekonomi masyarakat yang lebih baik, dan sebaliknya PDRB per kapita yang rendah mencerminkan keadaan ekonomi masyarakat yang kurang berkembang. Angka PDRB perkapita diperoleh dengan cara membagi nilai PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun pada tahun yang sama. Untuk mengetahui adanya pertumbuhan tingkat kesejahteraan masyarakat, dihitung dengan PDRB perkapita atas dasar harga konstan. Pertumbuhan PDRB dapat terjadi tanpa memberi dampak positif pada tingkat kesejahteraan masyarakat akibat pertumbuhan penduduk dan atau perubahan harga yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan PDRB-nya.

Tabel 2.4 menunjukkan bahwa PDRB per kapita Kabupaten Dompu dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 terus mengalami pertumbuhan. Pada tahun 2012 PDRB per kapita Kabupaten Dompu atas dasar harga berlaku mencapai Rp11.816.882,- atau mengalami peningkatan sebesar 11,91%. Sedangkan atas dasar harga konstan PDRB per kapita Kabupaten Dompu mencapai Rp4.803.794,-atau terjadi pertumbuhan positif sebesar 5,63%. Hal ini berarti penduduk Kabupaten Dompu

pada tahun 2012 rata-rata mengalami peningkatan kesejahteraan. Tabel 2.4

PDRB Per Kapita Kabupaten Dompu Adh Berlaku dan Adh Konstan 2000 Tahun 2008-2012


(11)

2

Sumber: BPS Kabupaten Dompu

Pada tahun 2012 PDRB per kapita Kabupaten Dompu atas dasar harga berlaku mengalami penurunan sebesar 11,91%, dan dilihat dari harga Konstan terjadi pertumbuhan negatif sebesar 5,63%. Hal ini berarti penduduk Kabupaten Dompu pada tahun 2011 rata-rata mengalami penurunan kesejahteraan.

Grafik 2.5

PDRB Per Kapita Kabupaten Dompu Adh Berlaku dan Adh Konstan 2000 Tahun 2008-2012 (Jutaan Rupiah)

INDEKS HARGA IMPLISIT (IHI)

Dalam pembangunan ekonomi, masalah tingkat harga merupakan variabel penting yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi serta daya beli (purcasing power) masyarakat. Pertumbuhan yang tinggi tidak akan membawa dampak terhadap kesejahteraan masyarakat kalau tingkat harga


(12)

meningkat lebih tinggi. Dengan berkembangnya perekonomian berarti semua komponen nilai tambah, termasuk upah dan gaji serta keuntungan pengusaha juga meningkat. Upah dan Gaji sebagai balas jasa faktor produksi tenaga kerja mengalami kenaikan dan di lain pihak harga barang kebutuhan relatif stabil maka akan terjadi kenaikan daya beli. Bila daya Beli masyarakat meningkat berarti terdapat perbaikan kesejahteraan. Indeks Harga Implisit (IHI) adalah suatu indeks harga yang diperoleh dengan membagi nilai PDRB atas dasar harga berlaku dengan nilai PDRB atas dasar harga konstan 2000 untuk masing-masing sektor/sub sektor dalam kurun waktu satu tahun dan dikalikan 100. Tingkat perubahan indeks harga implisit menggambarkan tingkat perubahan harga umum seluruh komoditi baik barang maupun jasa dari seluruh kegiatan ekonomi mulai dari sektor pertanian sampai dengan sektor jasa-jasa yang terjadi di suatu wilayah dalam kurun waktu satu tahun.

Tabel 2.5

IHI dan Perubahan IHI Kabuapten Dompu Tahun 2008-2012

Sumber: BPS Kabupaten Dompu

Dari tabel 2.5 terlihat selama kurun waktu 2008 – 2012, laju inflasi /perubahan IHI lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku. Ini mengindikasikan bahwa rata – rata daya beli masyarakat selama periode tersebut mengalami peningkatan, sehingga dapat dikatakan bahwa rata – rata nilai tambah penduduk Kabupaten Dompu mengalami peningkatan secara riil.

Grafik 2.6

Perubahan IHI dan Laju Pertumbuhan PDRB Per Kapitan 2008-2012 (%)

2.3. Pencapaian Target APBD 2.3. Pencapaian Target APBD 2.3.1 APBD dan Perubahannya


(13)

2

Rencana program dan kegiatan tahun 2013 merupakan implementasi tahun kedua Rencana Pembangunan Jangka Menengah Pembangunan Daerah (RPJMD) 2011-2015 yang memuat vis dan misi Pemerintah Kabupaten Dompu. Karena itu, sinergitas dan konsistensi kebijakan pembangunan menjadi hal yang mendasar untuk dapat dilaksanakan dalam setiap tahapan proses kebijakan pembangunan di daerah. Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) merupakan tahapan perencanaan pembangunan untuk menghasilkan dokumen yang berisi kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun sebagai perincian lebih teknis dari dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD). Kebijakan pembangunan tahunan yang didukung oleh penganggaran dituangkan dalam Kebijakan Umum APBD (KUA), yang merupakan implementasi dari RKPD, dengan sumber penganggaran dari dana APBD Kabupaten sebagai acuan dalam penyusunan Plafon dan Prioritas Anggaran Sementara (PPAS) dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD).

Kebijakan umum APBD Kabupaten Dompu Tahun Anggaran 2013 memuat program-program yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk setiap urusan sesuai prioritas. Penetapan prioritas pembangunan tahun 2013 didasarkan atas pertimbangan:

(1) Memiliki dampak yang besar terhadap pencapaian sasaran sehingga langsung dapat dirasakan manfaat oleh masyarakat.

(2) Mendesak dan penting untuk segera dilaksanakan. (3) Merupakan tugas pemerintah sebagai pelaku utama, dan (4) Realitas untuk dilaksanakan.

APBD dan perubahan APBD serta realisasi APBD tahun 2013 dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut :

Tabel 2.6

APBD, APBD Perubahan dan Realisasi APBD Kabupaten Dompu Tahun 2013 (dalam Rupiah)

No Uraian APBD Perubahan Realisasi APBD

1 Pendapatan

709.95

4.253.977,81 670.627.307.254,72

2 Belanja 720.446.234.292,00 672.054.188.4371,00

Surplus(Defisit) (10.491.980.314,19) (1.426.881.182,28)

3 Pembiayaan

a Penerimaan Pembiayaan 15.491.980.314,19 15.661.713.826,19

b Pengeluaran Pembiayaan 5.000.000.000,00 5.000.000.000,00

Pembiayaan Neto 10.491.980.314,19 10.660.713.826,19

SILPA 0 9.234.832.643,91

Dari data tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa telah terjadi penurunan/defisit pendapatan pada perubahan APBD sebesar (Rp10.491.980.314,19) dibandingkan dengan realisasi Tahun 2012. Hal ini disebabkan oleh adanya kenaikan realisasi sumber-sumber pendapatan yang terjadi sampai dengan bulan Desember 2013 dan penghematan belanja. Berdasarkan realisasi tersebut perlu dilakukan penyesuaian proyeksi APBD.

2.3.2. Pendapatan Transfer 2.3.2. Pendapatan Transfer


(14)

Penerimaan dari Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak selama tahun 2013 sebesar Rp28.009.902.318,00 lebih rendah Rp2.829.858.372,00 dari anggaran yang telah ditetapkan sebesar Rp30.839.760.690,00 atau sebesar 90,82%.

2.3.2.2 Dana Alokasi Umum

Penerimaan Dana Alokasi Umum tahun 2013 adalah sebesar Rp470.825.402.000,00 sesuai dengan anggaran yang ditetapkan atau sebesar 100%.

2.3.2.3 Dana Alokasi Khusus

Penerimaan Dana Alokasi Khusus selama tahun 2013 adalah Rp66.320.570.000,00 sesuai anggaran yang ditetapkan atau sebesar 100 %. Adapun rincian Dana Alokasi Khusus terdiri dari:

Tabel 2.7

Realisasi Penerimaan DAK TA 2013

No Uraian Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Lebih (Kurang)

(Rp) %

1 DAK Bidang

Kehutanan

1.168.070.000,00 1.168.070.000,00 0,00 100

2 DAK Bidang Bidang

Infrastruktur

18.432.530.000,00 18.432.530.000,00 0,00 100

3 DAK Bidang Kelautan

dan Perikanan

2.865.120.000,00 2.865.120.000,00 0,00 100

4 DAK Bidang Pertanian 5.169.770.000,00 5.169.770.000,00 0,00 100

5 DAK Bidang

Lingkungan Hidup

741.440.000,00 741.440.000,00 0,00 100

6 DAK Bidang Kesehatan 5.326.220.000,00 5.326.220.000,00 0,00 100

7 DAK Bidang Keluarga

Berrencana

826.590.000,00 826.590.000,00 0,00 100

8 DAK Bidang

Pendidikan

17.731.130.000,00 17.731.130.000,00 0,00 100

9 DAK Bidang Sarana

dan Prasarana Pedesaan

4.446.220.000,00 4.446.220.000,00 0,00 100

10 DAK Bidang

Perdagangan

4.297.010.000,00 4.297.010.000,00 0,00 100

11 DAK Bidang

Keselamatan Transportasi Darat

349.490.000,00 349.490.000,00 0,00 100

12 DAK Bidang Energi

Pedesaan

4.966.980.000,00 4.966.980.000,00 0,00 100

JUMLAH 66.320.570.000,00 66.320.570.000,00 0,00 100

2.3.2.4 Dana Darurat

Realisasi Dana Darurat berupa Dana Penanggulangan Korban/Kerusakan Akibat Bencana Alam dari pemerintah sebesar Rp0,00.

2.3.2.5 Dana Penyesuaian


(15)

2

Realisasi Dana Tunjangan Pendidikan Tahun 2013 adalah sebesar Rp57.693.531.000,00 lebih rendah Rp2.980.992.860,00 dari jumlah anggaran yang telah ditetapkan Rp60.674.523.860,00 atau terealisasi sebesar 95,09%. Dana Tunjangan Pendidikan terdiri dari:

Tabel 2.8

Realisasi Dana Tunjangan Pendidikan TA 2013

No Uraian

Anggaran Setelah Perubahan

(Rp)

Realisasi (Rp)

Lebih (Kurang)

(Rp) %

1 Tunjangan Profesi

Guru PNSD

Bersertifikasi

54.366.023.860,00 51.385.031.000,00 (2.980.992.860,00) 95,09

2 Tambahan

Penghasilan Guru PNSD Non Sertifikasi

6.308.500.000,00 6.308.500.000,00 0,00 100

JUMLAH 60.674.523.860,00 57.693.531.000,00 (2.980.992.860,00) 95,09 Sedangkan untuk belanja pada perubahan APBD komposisinya terdapat perubahan beberapa kelompok belanja diantaranya sebagaimana terlihat pada grafik 2.6 sebagai berikut:

Grafik 2.7

Komposisi Penggunaan Belanja Tahun 2013

1. Belanja Hibah

2. Belanja Bantuan sosial. 3. Belanja Modal

4. Belanja Pegawai

5. Belanja Barang dan Jasa 6. Serta Belanja Tak Terduga 7. Belanja Transfer

Perubahan APBD yang dilakukan menyebabkan nilai defisit sebesar ( Rp1.425.881.182,28). Defisit ini rencananya akan dibiayai/ditutupi dengan pembiayaan netto sebesar Rp10.660.713.826,19. Dan untuk belanja daerah ditahun anggaran berikutnya seyogyanya akan dilakukan penghematan atau dengan penggabungan SKPD-SKPD sejenis menjadi satu SKPD saja yakni kecil struktur tapi kaya fungsi.


(16)

2.

2.44.1 Realisasi APBD.1 Realisasi APBD

Realisasi Penerimaan Pendapatan Daerah dalam TA 2013 mencapai Rp670.628.307.254,72 atau lebih kecil sebesar Rp39.325.946.723,09 (94.46%) dari target yang ditetapkan sebesar Rp709.954.253.977,81 (anggaran setelah perubahan). Ketidaktercapaian target tersebut umumnya berasal karena tidak optimalnya pencapaian target penerimaan Retribusi Daerah, Hasil Pajak/Bukan Pajak dari Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan, Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan, Juga ketidaktercapaian target lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah. Adapun tren perkembangan pendapatan daerah Kabupaten Dompu selama lima tahun terakhir, dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2013 sebagaimana tergambar pada grafik 2.7 dibawah ini, adalah semakin bertambah setiap tahunnya, meskipun potensi pendapatan daerah sudah banyak dihapus Perda nya. Karena alasan terjadi double tax bila diberlakukan di daerah, diantaranya retribusi Pengangkutan Hasil Bumi, Leges dan lainnya.

Grafik 2.8

Ketercapaian Pendapatan Tujuh Tahun Terakhir

Adapun realisasi belanja tahun 2013 sebesar Rp607.757.429.361,00 (94.32%) lebih rendah dari anggaran setelah perubahan). Bila dibandingkan dengan anggarannya yang sebesar Rp644.348.845.793,00 dari realisasi tersebut lebih rendah sebesar Rp36.591.416.432.00. Hal tersebut terjadi karena adanya efisiensi dalam pengeluaran total belanja secara umum yang mencakup belanja operasi, belanja modal, belanja tak terduga dan belanja transfer, terjadi penghematan belanja yang lebih efisien dibandingkan dengan tahun 2012 serta adanya dana luncuran atau proyek lanjutan yang belum selesai pada tahun anggaran berjalan.

Dengan minimnya realisasi target pendapatan dan adanya efisiensi dalam pengeluaran belanja maka otomatis dapat menurunkan angka defisit anggaran dari yang telah dianggarkan sebelumnya menjadi surplus. Terjadinya defisit pada tahun 2013 sebesar Rp25.683.149.430,46 jauh lebih kecil dari yang semula dianggarkan dalam perubahan APBD.

Pembiayaan dalam APBD tahun anggaran 2013, yaitu terealisasi penerimaan pembiayaan sebesar Rp48.175.129.744,65 lebih rendah sebesar Rp212.566.264,00 dari anggaran perubahan sebesar Rp48.387.969.008,65 atau sebesar (99.56%). Pengeluaran Pembiayaan sebesar Rp7.000.000.000,00 lebih rendah Rp1.000.000.000,00 dari anggaran perubahan sebesar Rp8.000.000.000,00.

Berikut grafik tentang ketercapaian PAD tahun 2013. Grafik 2.9


(17)

2

Ketercapaian Struktur PAD Kabupaten Dompu TA.2013

Dari grafik 2.8 di atas dapat terbaca bahwa komposisi terbesar yang memberikan sumbangan Pendapatan Asli daerah kabupaten Dompu tahun anggaran 2013 adalah dari dimensi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan, Retribusi Daerah, Pajak Daerah dan paling kecil kontribusinya adalah lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.

Grafik 2.10

Perkembangan Ketercapaian Belanja Kabupaten Dompu Tujuh Tahun Terakhir

Dari grafik tersebut dapat dijelaskan bahwa pencapaian target dan realisasinya yang tertinggi adalah target dan relalisasi belanja pada tahun anggaran 2013. Tingkat Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Dompu dari tahun ke tahun mengalami Tren yang meningkat.

2.5. CAPAIAN PEMBANGUNAN DAERAH 2.5.1 Indikator Makro Ekonomi


(18)

Memperhatikan perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada Tahun 2005, 2006, 2007, 2008, dan 2009 masih tergolong pada katagori menengah bawah dan menempatkan Kabupaten Dompu pada posisi ke lima dari sepuluh kabupaten/kota di Privinsi NTB. Namun sejak tahun 2010 Kabupaten Dompu mengalami peningkatan yang signifikan menjadi 65,51 dan pada tahun 2001 meningkat menjadi 66,70 tergolong kategori menengah atas dan menempatkan Kabupaten Dompu pada posisi ke empat dari sepuluh kabupaten/kota di NTB.

2.5.1.2 Kemiskinan

Perkembangan tingkat kemiskinan di Kabupaten Dompu sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 mengalami trend yang menurun, begitupun dengan jumlah penduduk miskin. Hal ini tentunya menunjukan adanya perkembangan yang baik dalam upaya menurunkan tingkat kemiskinan. Namun demikian perlu dilakukan upaya percepatan yang lebih progresiv lagi agar mampu mencapai laju penurunan sebagaiman yang telah ditetapkan dalam MOU dengan Pemerintah Provinsi NTB yaitu sebesar 4%.

2.5.2 Pendidikan

2.5.2.1 Peningkatan APK dan AMH

Pembangunan pendidikan di Kabupaten Dompu telah menunjukan keberhasilan yang cukup besar dalam meningkatkan akses pendidikan, hal ini terlihat dari APK jenjang SD-MI dan SMP-MTs yang mencapai di atas 100% sejak tahun 2006, sedangkan APK tingkat SMA meningkat dari 74,15% pada tahun 2006 menjadi 38% pada tahun 2011.

Indikator lain yang dapat menggambarkan kinerja di bidang pendidikan adalah besarnya angka melek huruf (AMH), AMH Kabupaten Dompu dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Bila tahun 2008 angka melek huruf Kabupaten Dompu baru mencapai 83,75%, maka pada tahun 2011 angka tersebut sudah sampai 99,02%.

2.5.2.2 Sarana dan Prasarana

Pada jenjang SD-MI hampir semua sarana dan prasarana sekolah telah memenuhi Standar Pelayanan Minimum (SPM), seperti ketersediaan ruang kelas belajar, buku paket, meja bangku siswa, alat peraga, dan media pembelajaran lainnya, telah tersedia secara merata disetiap sekolah.

Pada jenjang SMP-MTs dan SLTA (SMA-MA-SMK) sekolah masih dihadapkan dengan kekurangan sarana parasarana penidikan, terutama ruang kelas, laboratorium, dan perpustakaan. Beberapa sekolah masih menyelenggarakan KBM double shift, beberapa sekolah masih menyelenggarakan kegiatan operasionalnya pada sekolah lain karena belum memiliki gedung sekolah sendiri. Mengacu pada hal tersebut, Dinas Dikpora telah mengusulkan proposal peningkatan sarana dan prasarana SMP-SLTA melalui berbagai sumber dana pada pemerintah pusat.

2.5.2.3 Tenaga Pendidik

Dalam hal pelaksanaan proses pembelajaran, peranan tenaga pendidik sangat menentukan untuk mengembangkan kepribadian dan ilmu pengetahuan pserta didik, ketersediaan tenaga pendidik yang berkualitas mejadi sangat penting, hal ini sejalan dengan oreantasi pada peningkatan mutu pendidikan. Pemerintah Kabupaten Dompu mendorong peningkatan kualifikasi guru bekerjasama dengan Universitas Terbuka dan perguruan tinggi lainnya secara selektif. Adapun jumlah gambaran guru adalah; guru SD sejumlah 3.524 guru, SMP sejumlah 1.175guru, SMA sejumlah 603 guru dan SMK sejumlah 287 guru.

2.5.3 Kesehatan

Pemenuhan gizi pada masyarakat dalam kurun waktu terakhir menunjukan masih terjadinya kondisi yang tidak diinginkan. Hal ini terlihat dari pravalensi Gizi buruk yang cenderung meningkat dari tahun ketahunnya yakni, pada tahun 2008 tingkat pravalensi gizi buruk sekitar 1,64%, tahun 2009 3,3%, tahun 2010 meningkat menjadi 4,7% dan tahun 2011 meningkat lagi menjadi sekitar 4,86%. Cakupan balita bawah garis merah (BGM) periode Januari-Mei 2012; 1,43% dari total balita yang ditimbang 20.244 orang. Kemudian tingkat partisipasi masyarakat membawa balitanya ke posyandu (D/S) periode Januari-Mei 2012 adalah 61,72% (Tahun 2011:59,13%).


(19)

2

Kasus kematian ibu melahirkan di Kabupaten Dompu periode Januari-Mei 2012 masih 0 kasus, diharapkan pada tahun 2012 ini kasus kematian ibu melahirkan dapat ditekan seminimal mungkin. MDGs pada tahun 2015 target kematian ibu melahirkan adalah 102 per 100.000 KH (kelahiran Hidup), dari trend diatas, Kabupaten Dompu akan bisa mencapai target tersebut. Hal ini ditunjang adanya program Jampersal (jaminan Persalinan Gratis), tersedianya sarana dan prasarana kesehatan (Puskesmas 9 unit dan Poskesdes 57 unit) dan penyebaran Bidan di Desa (1-3 orang Bidan tiap Desa).

Kematian Neonatal (umur 0-28 hari) di Kabupaten Dompu periode Januari-Mei 2012 baru 17 kasus, sedang kematian bayi (29 hari-11 bulan) dan Balita. MDGs pada tahun 2015 target kematian bayi 23 per 1000 KH (Kelahiran Hidup), melihat trend di atas Kabupaten Dompu akan bisa mencapai target tersebut.


(1)

2

Penerimaan dari Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak selama tahun 2013 sebesar Rp28.009.902.318,00 lebih rendah Rp2.829.858.372,00 dari anggaran yang telah ditetapkan sebesar Rp30.839.760.690,00 atau sebesar 90,82%.

2.3.2.2 Dana Alokasi Umum

Penerimaan Dana Alokasi Umum tahun 2013 adalah sebesar Rp470.825.402.000,00 sesuai dengan anggaran yang ditetapkan atau sebesar 100%.

2.3.2.3 Dana Alokasi Khusus

Penerimaan Dana Alokasi Khusus selama tahun 2013 adalah Rp66.320.570.000,00 sesuai anggaran yang ditetapkan atau sebesar 100 %. Adapun rincian Dana Alokasi Khusus terdiri dari:

Tabel 2.7

Realisasi Penerimaan DAK TA 2013

No Uraian Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Lebih (Kurang)

(Rp) %

1 DAK Bidang

Kehutanan

1.168.070.000,00 1.168.070.000,00 0,00 100 2 DAK Bidang Bidang

Infrastruktur

18.432.530.000,00 18.432.530.000,00 0,00 100 3 DAK Bidang Kelautan

dan Perikanan

2.865.120.000,00 2.865.120.000,00 0,00 100 4 DAK Bidang Pertanian 5.169.770.000,00 5.169.770.000,00 0,00 100

5 DAK Bidang

Lingkungan Hidup

741.440.000,00 741.440.000,00 0,00 100

6 DAK Bidang Kesehatan 5.326.220.000,00 5.326.220.000,00 0,00 100 7 DAK Bidang Keluarga

Berrencana

826.590.000,00 826.590.000,00 0,00 100

8 DAK Bidang

Pendidikan

17.731.130.000,00 17.731.130.000,00 0,00 100 9 DAK Bidang Sarana

dan Prasarana Pedesaan

4.446.220.000,00 4.446.220.000,00 0,00 100

10 DAK Bidang

Perdagangan

4.297.010.000,00 4.297.010.000,00 0,00 100

11 DAK Bidang

Keselamatan Transportasi Darat

349.490.000,00 349.490.000,00 0,00 100

12 DAK Bidang Energi Pedesaan

4.966.980.000,00 4.966.980.000,00 0,00 100

JUMLAH 66.320.570.000,00 66.320.570.000,00 0,00 100

2.3.2.4 Dana Darurat

Realisasi Dana Darurat berupa Dana Penanggulangan Korban/Kerusakan Akibat Bencana Alam dari pemerintah sebesar Rp0,00.

2.3.2.5 Dana Penyesuaian


(2)

2

Realisasi Dana Tunjangan Pendidikan Tahun 2013 adalah sebesar Rp57.693.531.000,00 lebih rendah Rp2.980.992.860,00 dari jumlah anggaran yang telah ditetapkan Rp60.674.523.860,00 atau terealisasi sebesar 95,09%. Dana Tunjangan Pendidikan terdiri dari:

Tabel 2.8

Realisasi Dana Tunjangan Pendidikan TA 2013

No Uraian

Anggaran Setelah Perubahan

(Rp)

Realisasi (Rp)

Lebih (Kurang)

(Rp) %

1 Tunjangan Profesi

Guru PNSD

Bersertifikasi

54.366.023.860,00 51.385.031.000,00 (2.980.992.860,00) 95,09

2 Tambahan

Penghasilan Guru PNSD Non Sertifikasi

6.308.500.000,00 6.308.500.000,00 0,00 100

JUMLAH 60.674.523.860,00 57.693.531.000,00 (2.980.992.860,00) 95,09 Sedangkan untuk belanja pada perubahan APBD komposisinya terdapat perubahan beberapa kelompok belanja diantaranya sebagaimana terlihat pada grafik 2.6 sebagai berikut:

Grafik 2.7

Komposisi Penggunaan Belanja Tahun 2013

1. Belanja Hibah

2. Belanja Bantuan sosial. 3. Belanja Modal

4. Belanja Pegawai

5. Belanja Barang dan Jasa 6. Serta Belanja Tak Terduga 7. Belanja Transfer

Perubahan APBD yang dilakukan menyebabkan nilai defisit sebesar ( Rp1.425.881.182,28). Defisit ini rencananya akan dibiayai/ditutupi dengan pembiayaan netto sebesar Rp10.660.713.826,19. Dan untuk belanja daerah ditahun anggaran berikutnya seyogyanya akan dilakukan penghematan atau dengan penggabungan SKPD-SKPD sejenis menjadi satu SKPD saja yakni kecil struktur tapi kaya fungsi.


(3)

2

2.

2.44.1 Realisasi APBD.1 Realisasi APBD

Realisasi Penerimaan Pendapatan Daerah dalam TA 2013 mencapai Rp670.628.307.254,72 atau lebih kecil sebesar Rp39.325.946.723,09 (94.46%) dari target yang ditetapkan sebesar Rp709.954.253.977,81 (anggaran setelah perubahan). Ketidaktercapaian target tersebut umumnya berasal karena tidak optimalnya pencapaian target penerimaan Retribusi Daerah, Hasil Pajak/Bukan Pajak dari Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan, Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan, Juga ketidaktercapaian target lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah. Adapun tren perkembangan pendapatan daerah Kabupaten Dompu selama lima tahun terakhir, dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2013 sebagaimana tergambar pada grafik 2.7 dibawah ini, adalah semakin bertambah setiap tahunnya, meskipun potensi pendapatan daerah sudah banyak dihapus Perda nya. Karena alasan terjadi double tax bila diberlakukan di daerah, diantaranya retribusi Pengangkutan Hasil Bumi, Leges dan lainnya.

Grafik 2.8

Ketercapaian Pendapatan Tujuh Tahun Terakhir

Adapun realisasi belanja tahun 2013 sebesar Rp607.757.429.361,00 (94.32%) lebih rendah dari anggaran setelah perubahan). Bila dibandingkan dengan anggarannya yang sebesar Rp644.348.845.793,00 dari realisasi tersebut lebih rendah sebesar Rp36.591.416.432.00. Hal tersebut terjadi karena adanya efisiensi dalam pengeluaran total belanja secara umum yang mencakup belanja operasi, belanja modal, belanja tak terduga dan belanja transfer, terjadi penghematan belanja yang lebih efisien dibandingkan dengan tahun 2012 serta adanya dana luncuran atau proyek lanjutan yang belum selesai pada tahun anggaran berjalan.

Dengan minimnya realisasi target pendapatan dan adanya efisiensi dalam pengeluaran belanja maka otomatis dapat menurunkan angka defisit anggaran dari yang telah dianggarkan sebelumnya menjadi surplus. Terjadinya defisit pada tahun 2013 sebesar Rp25.683.149.430,46 jauh lebih kecil dari yang semula dianggarkan dalam perubahan APBD.

Pembiayaan dalam APBD tahun anggaran 2013, yaitu terealisasi penerimaan pembiayaan sebesar Rp48.175.129.744,65 lebih rendah sebesar Rp212.566.264,00 dari anggaran perubahan sebesar Rp48.387.969.008,65 atau sebesar (99.56%). Pengeluaran Pembiayaan sebesar Rp7.000.000.000,00 lebih rendah Rp1.000.000.000,00 dari anggaran perubahan sebesar Rp8.000.000.000,00.

Berikut grafik tentang ketercapaian PAD tahun 2013. Grafik 2.9


(4)

2

Ketercapaian Struktur PAD Kabupaten Dompu TA.2013

Dari grafik 2.8 di atas dapat terbaca bahwa komposisi terbesar yang memberikan sumbangan Pendapatan Asli daerah kabupaten Dompu tahun anggaran 2013 adalah dari dimensi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan, Retribusi Daerah, Pajak Daerah dan paling kecil kontribusinya adalah lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.

Grafik 2.10

Perkembangan Ketercapaian Belanja Kabupaten Dompu Tujuh Tahun Terakhir

Dari grafik tersebut dapat dijelaskan bahwa pencapaian target dan realisasinya yang tertinggi adalah target dan relalisasi belanja pada tahun anggaran 2013. Tingkat Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Dompu dari tahun ke tahun mengalami Tren yang meningkat.

2.5. CAPAIAN PEMBANGUNAN DAERAH 2.5.1 Indikator Makro Ekonomi


(5)

2

Memperhatikan perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada Tahun 2005, 2006, 2007, 2008, dan 2009 masih tergolong pada katagori menengah bawah dan menempatkan Kabupaten Dompu pada posisi ke lima dari sepuluh kabupaten/kota di Privinsi NTB. Namun sejak tahun 2010 Kabupaten Dompu mengalami peningkatan yang signifikan menjadi 65,51 dan pada tahun 2001 meningkat menjadi 66,70 tergolong kategori menengah atas dan menempatkan Kabupaten Dompu pada posisi ke empat dari sepuluh kabupaten/kota di NTB.

2.5.1.2 Kemiskinan

Perkembangan tingkat kemiskinan di Kabupaten Dompu sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 mengalami trend yang menurun, begitupun dengan jumlah penduduk miskin. Hal ini tentunya menunjukan adanya perkembangan yang baik dalam upaya menurunkan tingkat kemiskinan. Namun demikian perlu dilakukan upaya percepatan yang lebih progresiv lagi agar mampu mencapai laju penurunan sebagaiman yang telah ditetapkan dalam MOU dengan Pemerintah Provinsi NTB yaitu sebesar 4%.

2.5.2 Pendidikan

2.5.2.1 Peningkatan APK dan AMH

Pembangunan pendidikan di Kabupaten Dompu telah menunjukan keberhasilan yang cukup besar dalam meningkatkan akses pendidikan, hal ini terlihat dari APK jenjang SD-MI dan SMP-MTs yang mencapai di atas 100% sejak tahun 2006, sedangkan APK tingkat SMA meningkat dari 74,15% pada tahun 2006 menjadi 38% pada tahun 2011.

Indikator lain yang dapat menggambarkan kinerja di bidang pendidikan adalah besarnya angka melek huruf (AMH), AMH Kabupaten Dompu dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Bila tahun 2008 angka melek huruf Kabupaten Dompu baru mencapai 83,75%, maka pada tahun 2011 angka tersebut sudah sampai 99,02%.

2.5.2.2 Sarana dan Prasarana

Pada jenjang SD-MI hampir semua sarana dan prasarana sekolah telah memenuhi Standar Pelayanan Minimum (SPM), seperti ketersediaan ruang kelas belajar, buku paket, meja bangku siswa, alat peraga, dan media pembelajaran lainnya, telah tersedia secara merata disetiap sekolah.

Pada jenjang SMP-MTs dan SLTA (SMA-MA-SMK) sekolah masih dihadapkan dengan kekurangan sarana parasarana penidikan, terutama ruang kelas, laboratorium, dan perpustakaan. Beberapa sekolah masih menyelenggarakan KBM double shift, beberapa sekolah masih menyelenggarakan kegiatan operasionalnya pada sekolah lain karena belum memiliki gedung sekolah sendiri. Mengacu pada hal tersebut, Dinas Dikpora telah mengusulkan proposal peningkatan sarana dan prasarana SMP-SLTA melalui berbagai sumber dana pada pemerintah pusat.

2.5.2.3 Tenaga Pendidik

Dalam hal pelaksanaan proses pembelajaran, peranan tenaga pendidik sangat menentukan untuk mengembangkan kepribadian dan ilmu pengetahuan pserta didik, ketersediaan tenaga pendidik yang berkualitas mejadi sangat penting, hal ini sejalan dengan oreantasi pada peningkatan mutu pendidikan. Pemerintah Kabupaten Dompu mendorong peningkatan kualifikasi guru bekerjasama dengan Universitas Terbuka dan perguruan tinggi lainnya secara selektif. Adapun jumlah gambaran guru adalah; guru SD sejumlah 3.524 guru, SMP sejumlah 1.175guru, SMA sejumlah 603 guru dan SMK sejumlah 287 guru.

2.5.3 Kesehatan

Pemenuhan gizi pada masyarakat dalam kurun waktu terakhir menunjukan masih terjadinya kondisi yang tidak diinginkan. Hal ini terlihat dari pravalensi Gizi buruk yang cenderung meningkat dari tahun ketahunnya yakni, pada tahun 2008 tingkat pravalensi gizi buruk sekitar 1,64%, tahun 2009 3,3%, tahun 2010 meningkat menjadi 4,7% dan tahun 2011 meningkat lagi menjadi sekitar 4,86%. Cakupan balita bawah garis merah (BGM) periode Januari-Mei 2012; 1,43% dari total balita yang ditimbang 20.244 orang. Kemudian tingkat partisipasi masyarakat membawa balitanya ke posyandu (D/S) periode Januari-Mei 2012 adalah 61,72% (Tahun 2011:59,13%).


(6)

2

Kasus kematian ibu melahirkan di Kabupaten Dompu periode Januari-Mei 2012 masih 0 kasus, diharapkan pada tahun 2012 ini kasus kematian ibu melahirkan dapat ditekan seminimal mungkin. MDGs pada tahun 2015 target kematian ibu melahirkan adalah 102 per 100.000 KH (kelahiran Hidup), dari trend diatas, Kabupaten Dompu akan bisa mencapai target tersebut. Hal ini ditunjang adanya program Jampersal (jaminan Persalinan Gratis), tersedianya sarana dan prasarana kesehatan (Puskesmas 9 unit dan Poskesdes 57 unit) dan penyebaran Bidan di Desa (1-3 orang Bidan tiap Desa).

Kematian Neonatal (umur 0-28 hari) di Kabupaten Dompu periode Januari-Mei 2012 baru 17 kasus, sedang kematian bayi (29 hari-11 bulan) dan Balita. MDGs pada tahun 2015 target kematian bayi 23 per 1000 KH (Kelahiran Hidup), melihat trend di atas Kabupaten Dompu akan bisa mencapai target tersebut.