RESTITUSI PPN RESTITUSI PPN

Hasudungan Hutasoit, SE, M.Ak
FEB UTA45 Jakarta
1

Pasal 9 ayat (4) dan (4b) UU PPN dan PPnBM
Apabila dalam sauatu Masa Pajak, ternyata PM > PK, selisihnya = kelebihan pajak, dapat
dikompensasikan ke MP berikutnya.
Atau
DIRESTITUSI

2

PM > PK
1.
2.
3.
4.
5.
6.

PKP membelia BKP atau JKP sebelum usaha dimulai atau

awal usaha dimulai, sedangkan PKP tsb belum (atau baru
sedikit) melakukan penjualan BKP atau JKP.
PKP mengekspor BKP/JKP (PPN ekspor BKP = 0%)
PKP menyerahkan BKP/JKP kepada Pemungut PPN
PKP menyerahkan BKP/JKP sehubungan dengan proyek
pemerintah yang didanai dengan bantuan luar negeri
(hutang atau hibah)
PKP menyerahkan BKP untuk diolah lebih lanjut kepada
Entrepot Produksi untuk Tujuan Ekspor (EPTE)
PKP menyerahkan BKP sebagai bahan baku atau bahan
pembantu dan /atau JKP kepada Perusahaan Eksportir
Tertentu (PET)

3

Kesalahan Pemungutan Pajak oleh PKP
Pasal 7 ayat (3), (4), dan (5) PP No 143 / 2000
Pihak
yang
berhak

mengajukan
Permohonan
Pengembalian yaitu importir pembeli/penerima jasa
yang memanfaatkan barang/jasa tidak berwujud dari
luar Daerah Pabean sepanjang PM belum dibiayakan
atau dikreditkan jika pembeli adalah PKP.

4

UU PPN dan PPnBM tahun 2009
• Pasal 9 ayat (4), kelebihan tidak dapat diminta kembali
pada MP yang sama, tetapi dikompensasikan ke MP
berikutnya.
• Pengecualian: WP mengajukan pengembalian pada
MP akhir tahun buku (termasuk saat pembubaran
usaha).

5

Tata cara pengajuannya:

• Mengisi kolom yang tersedia dlm SPT Masa PPN, atau
dengan surat tersendiri yang disampaikan ke KPP tempat
PKP terdaftar.
• Dilengkapi dokumen:
• FP masukan dan FP keluaran yang terkait dengan
kelebihan tsb
• Dalam hal impor BKP dilampirkan: PIB, SSP atau bukti
pungutan pajak yang dibuat oleh DJ Bea Cukai, Lap
Pemeriksaan Surveyor sepanjang termasuk dalam
kategori wajib LPS
• Dalam hal ekspor, dilampirkan: PEB, B/L atau Airway
Bill, Wesel ekspor atau bukti transfer

6

Tata cara pengajuannya:
• Dilengkapi dokumen (lanjutan):
• Dalam hal penyerahan BKP dan/atau JKP kepada
Pemungut PPN dilampirkan: kontrak / SPK dan SSP
• Dalam hal permohonan pengembalian yang diajukan

meliputi kelebihan pembayaran akibat kompensasi MP
sebelumnya, maka yang dilampirkan meliputi seluruh
dokumen yang berkenaan dengan kelebihan
pembayaran Masa Pajak yang bersangkutan.
• Dalam hal PKP kriteria tertentu (Pasal 17C UU KUP),
lampiran tsb tdk diperlukan kecuali restitusi meliputi
MP sebelum ditetapkan sebagai PKP kriteria tertentu.
• Satu permohononan per satu MP.

7

Pasal 17B UU KUP
DJP harus menerbitkan SKP paling lambat 12 bulan sejak
permohonan restitusi diterima lengkap.
Kekhususan sesuai Kep DJP 160/Pj/2001 tanggal 21 Feb 2001
mengatur:
1. Setelah melakukan pemeriksaan PKP kegiatan tertentu
(ekspor, penyerahan kepada Pemungut), DJP harus
menerbitkan SKP paling lambat:
a. 2 bulan sejak permohon diterima lengkap

b. 12 bulan sejak permohonan diterima lengkap sepanjang
penyelesaiannya dilakukan melalui pemeriksaaan untuk
semua jenis pajak

8

Pasal 17B UU KUP
Kekhususan sesuai Kep DJP 160/Pj/2001 tanggal 21 Feb 2001
mengatur (lanjutan):
2. Bila jangka waktu tsb terlampaui, berarti permohonan
restitusi dikabulkan, dan SKPLB harus diterbitkan 1 bulan
setelah jangka waktu tsb berakhir.
3. Khusus bagi PKP kriteria tertentu ditetapkan:
a. DJP dapat melakukan pemeriksaan setelah melakukan
pengembalian pendahuluan
b. Jika hasil pemeriksaan tsb ternyata harus diterbitkan
SKPKB, jumlah KB ditambah sanksi adm kenaikan 100%
dari jumlah KB sesuai Pasal 17C ayat (5) UU KUP.

9


Pasal 17B UU KUP
Pengaturan jangka waktu penyelesaian permohonan
pengembalian kelebihan yang diajukan oleh PKP kriteria
tertentu tidak tegas diatur dalam Kep DJP 160/Pj/2001. Akan
tetapi mengacu kepada Psl 17C ayat (1) UU KUP menyatakan
Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak
(SKPPKP) diterbitkan paling lambat 1 bulan untuk PPN sejak
permohonan diterima lengkap.
SE 05/Pj.33/2001 mengikat Kepala KPP untuk menerbitkan
SKPPKP paling lambat: 7 hari sejak saat diterimanya
permohonan restitusi PPN

10

Pasal 17C UU KUP; Kep Menkeu 544/KMK.04/2000
Kriteria untuk diberikan pengembalian pendahuluan:
1. Tepat waktu dalam penyampaian SPT untuk semua jenis pajak dalam 2
tahun terakhir.
2. Tidak ada tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali ada ijin

mengangsur / menunda pembayaran pajak.
3. Tidak pernah dipidana dalam bidang perpajakan selama 10 tahun terakhir.
4. Dalam hal L/K diaudit oleh KAP atau BPKP harus dengan opini WTP atau
WDP sepanjang pengecualian itu tdk mempengaruhi laba rugi fiskal.
5. Laporan akuntan publik hrs : (1) bentuk long form; (2) menyajikan
rekonsiliasi laba rugi komersial – fiskal.
6. Dalam hal L/K tidak diaudit, maka WP dapat mengajukan utk ditetapkan
sebagai WP Kriteria Tertenu sepanjang memenuhi syarat 1, 2, dan 3 tsb,
serta syarat lain yg ditetapkan dalam Kep DJP Kep-550/Pj/2000 dalam 2
tahun pajak terakhir: (a) menyelenggarakan pembukuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 UU KUP; dan (b) dalam hal WP pernah dilakukan
pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan terakhir untuk masing2 jenis pajak
yang terutang paling banyak 5%.

11

Pengujian FP
Tujuan konfirmasi:
1. Apakah FP diterbitkan oleh PKP
2. Apakah FP diterbitkan oleh PKP sehubungan dengan penyerahan BKP

dan/atau JKP yang terutang PPN
3. Apakah FP telah dilaporkan PKP Penerbit sebagai PK pada SPT Masa PPN-nya.
Dengan modernisasi KPP, telah diterapkan Sistem Infomasi DJP (SIDJP), hasil
konfirmasi FP berupa:
1. FP Masukan yang dilaporkan oleh PKP pembeli sesuai dengan PK yang
dilaporkan oleh PKP Penjual.
2. FP Masukan yang dilaporkan oleh PKP pembeli tidak sesuai dengan PK yang
dilaporkan oleh PKP Penjual (al disebabkan: kode seri dan nomor FP yang
dilaporkan pembeli tidak sesuai dengan yang dilaporkan penjual)
3. Tidak terdapat data pembanding (PKP penjual belum melaporkan, atau KPP
terkait belum mengadministrasikan)
4. PKP Pembeli belum melaporkan, PKP Penjual telah melaporkan.

12

Pasal 9 ayat (6a) UU PPN & PPnBM
PM yang telah dikreditkan oleh PKP yang belum
berproduksi dan diberikan restitusi, maka wajib dibayar
kembali oleh PKP dalam hal TERNYATA PKP MENGALAMI
GAGAL PRODUKSI dalam jangka waktu paling lama 3

tahun sejak MP pengkreditan PM dimulai.
PMK No 81/PMK.03/2010 tanggal 5 April 2010 tentang
Saat dan Tata Cara Pembayaran Kembali Pajak Masukan
yang Telah Dikreditkan dan telah Diberikan
Pengembalian Bagi Pengusaha Kena Pajak yang
Mengalami Keadaan Gagal Berproduksi.

13

Pasal 9 ayat (4d) UU PPN & PPnBM



Restitusi di akhir tahun
PMK 71/PMK.03/2010 (1 April 2010) tentang Pengusaha Kena Pajak
Beresiko Rendah yang Diberikan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan
Pajak.
• Melakukan kegiatan: ekspor BKP berwujud, penyerahan kepada
Pemungut PPN, Penyerahan yang PPN-nya tidak dipungut, ekspor
BKP tdk berwujud, atau ekspor JKP; dan

• Ditetapkan ditetapkan sebagai PKP beresiko rendah harus
memenuhi kriteria:
• Tbk, min 40% saham diperdagangkan di BEI
• Saham mayoritas dimiliki pemerintah (pusat atau daerah)
• Produsen selain PKP yang memenuhi syarat tertentu (see next
slide), yang tidak pernah dilakukan pemeriksaan buper
dan/atau penyidikan dalam 24 bulan terakhir.

14

PMK 71/PMK.03/2010


Syarat Tertentu menurut PMK 71/PMK.03/2010 (1 April 2010) tentang
Pengusaha Kena Pajak Beresiko Rendah yang Diberikan Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pajak.
1. Tepat waktu menyampaikan SPT Masa PPN 12 bulan terakhir.
2. Nilai BKP yang dijual pada tahun sebelumnya 75% adalah produksi
sendiri.
3. L/K 2 tahun pajak sebelumnya diaudit oleh KAP dengan WTP atau WDP.

Permohonannya disampaikan ke DJP.
DJP dalam waktu paling lama 15 hari menerbitkan surat:
1. Keputusan penetapan sebagai PKP Beresiko Rendah, atau
2. Menolak permohonan karena tidak memenuhi syarat
Apabila waktu 15 hari terlewati, permohonan dianggap dikabulkan dan
harus diterbitkan Keputusan paling lama 15 hari dari waktu yang sdh
terlewati.

15

PMK 71/PMK.03/2010



Keputusan sebagai PKP Beresiko Rendah berlaku 24 bulan dan dapat
diajukan permohonan kembali.
Keputusan sebagai PKP Beresiko Rendah dinyatakan tidak berlaku dalam
hal:
1. PKP dilakukan pemeriksaan buper atau penyelidikan; atau
2. PKP dilakukan pemeriksaan dan ternyata PKP sudah tidak
memenuhi lagi syarat sebagai PKP Beresiko Rendah

16

Pasal 16E UU No 42/2009 ttg PPN dan PPnBM

Restitusi PPN dan PPnBM atas Pembelian BKP
yang dibawa ke luar negeri oleh orang pribadi
pemegang paspor luar negeri.
• PMK 76/PMK.03/2010
• PER 20/Pj/2010
• SE 47/Pj/2010
Pihak yang dapat mengajukan Restitusi dan Tata Caranya
Pihak OP pemegang Paspor Luar Negeri dapat
mengajukan pemaksaan pengembalian PPN yang telah
dibayar atas pembelian Barang Bawaan di toko ritel yg
ditunjuk oleh DJP dengan syarat (next slide).

17

Pasal 16E UU No 42/2009 ttg PPN dan PPnBM
1. Bukan WNI atau bukan permanent resident yang tinggal atau
berada di Indonesia tidak lebih dari 2 bulan sejak tanggal
kedatangannya; dan/atau
2. Bukan kru dari maskapai penerbangan
3. Pemohon kepada Unit Pelaksana Restitusi PPN di Bandara Udara
keberangkatan menunjukkan: Paspor Luar Negeri, Tiket atau
boarding pass, barang bawaan, dan FP Khusus.
4. PPN yang dapat dimintakan kembali: min Rp 500.000, tercantum
dalam satu FP khusus dari satu ritel dan satu tanggal yang sama,
dan pembelian BKP dalam 1 bulan sebelum keberangkatan ke
luar Daerah Pabean.
5. Menyampaikan no rek bank tujuan dan mata uang yang
dikehendaki dicantumkan pada nota persetujuan restitusi PPN,
bila restitusi > 5 juta.

18

Pasal 16E UU No 42/2009 ttg PPN dan PPnBM
1. Memasang logo “VAT REFUND FOR TOURISTS” di tokonya
2. Menyediakan informasi tentang fasilitas restitusi
3. Menerbitkan FP Khusus dalam 3 rangkap: pertama untuk OP
Pembeli, kedua untuk Unit Pelaksana Resitusi PPN Bandar Udara,
ketiga arsip toko ritel.
4. FP khusus harus memenuhi Pasal 13 ayat (5) UU PPN dan
PPnBM: (a) kolom NPWP diisi Nomor Paspor, alamat diisi sesuai
paspornya.

19