Pendampingan anak keluarga pekerja buruh migran melalui kelompok Forum Anak Desa (FAD) di Desa Sawahan Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek.

(1)

PENDAMPINGAN ANAK KELUARGA PEKERJA BURUH MIGRAN MELALUI KELOMPOK FORUM ANAK DESA (FAD) DI DESA SAWAHAN KECAMATAN

WATULIMO KABUPATEN TRENGGALEK

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)

Oleh:

Elfida Fadilaningtyas Syahidah B02213015

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Dyah Ayu Pitaloka, B72213057, (2017): PENGORGANISASIAN

MASYARAKAT DALAM KEGIATAN KONSERVASI SUB DAS (DAERAH ALIRAN SUNGAI) DI DESA SAWAHAN KECAMATAN WATULIMO KABUPATEN TRENGGALEK

Penelitian pendampingan ini menggambarkan realitas kehidupan masyarakat yang bertempat tinggal di tepi sub daerah aliran sungai, khususnya di Desa Sawahan Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek. Latar belakang permasalahan yang ada adalah terus meningkatnya kerusakan ekosistem sub daerah aliran sungai yang meresahkan masyarakat di Desa Sawahan. Tujuan pendampingan ini adalah untuk mengetahui tingkat kerusakan ekosistem sub daerah aliran sungai Sawahan, mengetahui strategi pengorganisasian masyarakat yang dapat dilakukan untuk melakukan konservasi ekosistem sub daerah aliran sungai Sawahan, dan mengetahui perubahan pasca pengorganisasian masyarakat dalam melakukan konservasi sub daerah aliran sungai Sawahan. Penelitian pendampingan ini dilakukan dengan metode PAR (Participatory Action Research). Metodologi ini mengutamakan keterlibatan atau partisipasi masyarakat dalam setiap prosesnya.

Tingkat kerusakan ekosistem dapat dilihat dari banyaknya perilaku membuang sampah ke sungai yang dilakukan masyarakat Desa Sawahan. Upaya yang dilakukan untuk pendampingan masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar sub daerah aliran sungai Sawahan adalah dengan melakukan kampanye untuk anak-anak di TPQ Masjid Maryam, memberikan pendidikan konservasi terhadap ibu-ibu jamaah yasin Kelompok Wanita Tani Al-Hidayah, pembentukan organisasi peduli lingkungan, dan melakukan advokasi kebijakan kepada pemerintah desa. Adanya kegiatan tersebut membawa perubahan di masyarakat, terbukti dengan semakin aktifnya diskusi-diskusi mengenai isu lingkungan dalam kelompok masyarakat, realisasi pembuatan lubang-lubang sampah, dan pembuatan papan bertuliskan himbauan pelarangan membuang sampah di sungai yang dibuat berdasarkan gagasan dan inisiatif masyarakat Desa Sawahan. Dalam proses pendampingan ini respon yang positif diberikan oleh masyarakat Desa Sawahan.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISTILAH ... ix

DAFTAR SINGKATAN ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR BAGAN ... xix

DAFTAR DIAGRAM ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian Untuk Pendampingan ... 10

D. Strategi Pemecahan Masalah ... 11


(8)

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN TERKAIT

A. Konsep Perlindungan dan Hak Anak ... 20

B. Konsep Desa Layak Anak ... 24

C. Pemberdayaan Masyarakat dalam Perlindungan Anak ... 34

D. Perlindungan dan Hak Anak dalam perspektif Islam ... 37

E. Penelitian Terkait ... 46

BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF A. Pendekatan Penelitian untuk Pemberdayaan ... 49

B. Prosedur Penelitian Pendampingan ... 50

C. Wilayah dan Subjek Pendamping ... 53

D. Teknik Pengumpulan Data ... 54

E. Teknik Validasi Data ... 56

F. Teknik Analisis Data ... 57

G. Jadwal Pelaksanaan Penelitian dan Pendampingan ... 58

BAB IV PROFIL WILAYAH DESA SAWAHAN A. Letak Geografis Desa Sawahan ... 59

B. Keadaan Demografi Desa Sawahan ... 64

C. Sejarah Desa Sawahan ... 64

D. Kondisi Ekonomi Masyarakat ... 66

E. Kondisi Kesehatan ... 68

F. Kondisi Pendidikan ... 69


(9)

H. Hubungan Sosial Masyarakat Desa Sawahan ... 71

I. Pembangunan Desa ... 72

BAB V PROBLEM ANAK KELUARGA PEKERJA BURUH MIGRAN A. Desa Sawahan sebagai Desa Pekerja Migran ... 74

B. Kondisi Anak Keluarga Pekerja Buruh Migran ... 81

C. Kurangnya Kesadaran Orang Tua dalam Memenuhi Perlindungan dan Hak Anak ... 88

D. Tidak Efektifnya Kelompok Forum Anak Desa (FAD) ... 91

E. Belum Efektifnya Kebijakan Program Desa yang Berpihak pada Perlindungan Anak ... 95

BAB VI DINAMIKA PROSES PENGORGANISASIAN KOMUNITAS A. Inkulturasi ... 97

B. Melakukan Riset Bersama Masyarakat ... 100

C. Merumuskan Masalah Bersama Masyarakat ... 101

D. Perumusan Perencanaan Strategis ... 104

E. Menggalang Dukungan Stakeholder Terkait ... 108

F. Menggalang Aksi Perubahan ... 110

G. Evaluasi Keberlanjutan ... 111

BAB VII MENGGALANG PERUBAHAN DESA LAYAK ANAK A. Kampanye untuk Orang Tua Mengenai Pemenuhan Perlindungan dan Hak Anak ... 113


(10)

B. Pelatihan Manajemen dan Penguatan Kapasitas Pengelolaan Kelompok Forum Anak Desa (FAD) ... 116 C. Advokasi Program Desa untuk Perlindungan Anak ... 120

BAB VIII REFLEKSI TEORITIK

A. Evaluasi dan Keberlanjutan ... 123 B. Refleksi Proses ... 130

BAB IX PENUTUP

A. Simpulan ... 136 B. Rekomendasi ... 137

DAFTAR PUSTAKA ... 139 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Pintu Gerbang Desa Sawahan ... 59

Gambar 4.2 Peta Desa Sawahan ... 61

Gambar 4.3 Akses Menuju Dusun Ngrancah ... 62

Gambar 4.4 Pembangunan Akses Jalan Desa ... 73

Gambar 5.1 Persebaran Rumah Keluarga Buruh Migran RT 07 ... 74

Gambar 5.2 Persebaran Rumah Keluarga Buruh Migran RT 08 ... 75

Gambar 5.3 Persebaran Rumah Keluarga Buruh Migran RT 09 ... 76

Gambar 5.4 Persebaran Rumah Keluarga Buruh Migran RT 10 ... 77

Gambar 5.5 Persebaran Rumah Keluarga Buruh Migran RT 11 ... 78

Gambar 5.6 Rumah Buruh Migran ... 80

Gambar 5.7 Ruang Kelompok FAD ... 92

Gambar 6.1 Inkulturasi dengan Pemerintah Desa ... 98

Gambar 6.2 Inkulturasi dengan kelompok FAD ... 100

Gambar 6.3 FGD dengan kasun Desa Sawahan ... 102

Gambar 6.4 Observasi Desa Sawahan ... 103

Gambar 6.5 Melakukan Perencanaan Kegiatan dengan Kelompok PATBM 105 Gambar 7.1 Kegiatan Kampanye Perlindungan dan Hak Anak ... 114

Gambar 7.2 Kegiatan Pelatihan Manajemen ... 119

Gambar 7.3 Monitoring oleh Babinsa Desa Sawahan ... 119

Gambar 7.4 Foto Bersama Kelompok FAD dan Ketua IPM Trenggalek ... 120


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Mata Pencaharian Pokok ... 4

Tabel 1.2 Jumlah TKI/TKW Dusun Krajan ... 6

Tabel 1.3 Jumlah TKI/TKW Dusun Singgahan ... 7

Tabel 1.4 Jumlah TKI/TKW Dusun Tenggong ... 7

Tabel 1.5 Jumlah TKI/TKW Dusun Ngrancah ... 8

Tabel 1.6 Strategi Program Pemenuhan Perlindungan Hak Anak ... 16

Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu dan Penelitian yang Dikaji .. 46

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian dan Pendampingan ... 58

Tabel 4.1 Pembagian Luas Wilayah ... 60

Tabel 4.2 Pembagian RT dan Dusun ... 62

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Desa Sawahan ... 64

Tabel 4.4 Mata Pencaharian Pokok ... 67

Tabel 4.5 Tingkat Pendidikan Masyarakat ... 69

Tabel 4.6 Jumlah Tempat Kegiatan Keagamaan di Desa Sawahan ... 71

Tabel 5.1 Negara Tujuan dan Jenis Pekerjaan ... 79

Tabel 5.2 Data Kasus Anak Keluarga Buruh Migran Desa Sawahan ... 83

Tabel 6.1 Ringkasan Narrative Program ... 106

Tabel 6.2 Analisis Stakeholder ... 109

Tabel 8.1 Hasil Kegiatan Pendampingan Desa Layak Anak ... 124


(13)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Analisis Pohon Masalah ... 11

Bagan 1.2 Analisis Pohon Harapan ... 14

Bagan 2.1 Tiga Tahapan Pemberdayaan ... 37


(14)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 5.1 Persentase Masalah yang Dihadapi oleh Anak ... 85 Diagram 5.2 Tingkat Hubungan Antar Kelompok ... 94


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia sekarang ini sedang mengalami berbagai persoalan di berbagai bidang kehidupan, di bidang pembangunan yang dibarengi dengan proses perubahan sosial, bangsa Indonesia masih memiliki pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi dengan persebaran yang tidak seimbang antara wilayah pedesaan dan wilayah perkotaan. Fenomena ini merupakan implikasi dari pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang tidak seimbang, sehingga menimbulkan berbagai dampak, antara lain terjadinya mobilitas penduduk dari desa ke kota atau urbanisasi, bahkan sampai migrasi ke luar negeri.

Di kawasan Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu daerah yang tinggi tingkat migrasi penduduknya. Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Kabupaten Trenggalek yang bekerja di luar negeri berjumlah 1.000 orang. Kebanyakan TKI memilih bekerja di Taiwan karena gajinya lebih besar jika dibandingkan sejumlah negara lain yang menjadi tujuan TKI asal Trenggalek tersebut.1

Banyak faktor yang mendasari sebagian WNI mencari nafkah di luar negeri, diantaranya jumlah lapangan pekerjaan yang tidak cukup tersedia di dalam negeri, meningkatnya biaya kebutuhan hidup, baik itu kebutuhan sandang, pangan, papan, maupun kebutuhan untuk memperoleh pendidikan. Selain itu, karena kehilangan anggota keluarga penopang hidup (yatim piatu, janda), menghadapi krisis

1 Muammad Wahyudi, Statistik Daerah Kabupaten Trenggalek 2015, (Trenggalek: BPS Kabupaten Trenggalek). Hal 7


(16)

2

ekonomi, anggota keluarga sakit dan membutuhkan biaya yang besar, serta impian mendapatkan gaji tinggi. Di samping itu, faktor pendorong lainnya adalah banyaknya informasi yang diterima oleh calon TKI/TKW mengenai keberhasilan para TKI/TKW yang telah bekerja di luar negeri dan dapat hidup berkecukupan setelah bekerja di luar negeri.2

Kejadian di atas merupakan kategori bencana sosial. Bencana sosial di sini dapat diartikan sebagai bencana yang diakibatkan peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok dan antar komunitas masyarakat serta teror.3 Dikatakan sebagai isu bencana sosial karena bencana ini disebabkan oleh manusia, antara lain karena jurang perbedaan ekonomi, perbedaan paham politik di masyarakat, diskriminasi, ketidakadilan, kelalaian, ketidaktahuan, maupun sempitnya wawasan dari sekelompok masyarakat.

Sebagian dari masyarakat Desa Sawahan Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek bekerja sebagai buruh migran. Akibat dari keberangkatan para buruh migran ini adalah masalah dengan keluarga yang ditinggalkan, khususnya bagi para migran yang sudah berumah tangga. Dengan pilihan bekerja di luar negeri, berarti mereka telah memutuskan untuk meninggalkan suami dan anak-anak mereka. Dengan kondisi tersebut dimungkinkan banyak permasalahan baru yang muncul, baik tentang kelangsungan hidup rumah tangganya maupun masalah pendidikan bagi anak-anaknya. Kelangsungan hidup rumah tangga para buruh

2 Nissa Juandea, “Dampak Penerapan Kebijakan Moratorium Bagi TKI ke Arab Saudi oleh

Pemerintah Indoneis”, (eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2014, Volume 2, Nomor 3: 589-600)


(17)

3

migran mengalami tingkat kerentanan yang tinggi terhadap perceraian, sebab mereka hidup secara terpisah dan seringnya dari pihak perempuan yang memulai untuk pengajuan perceraian dan menikah kembali di luar negeri. Anak-anak pun juga merasakan dampak akibat orang tua mereka yang bekerja sebagai buruh migran yang melakukan perceraian antara lain, anak menjadi tidak memiliki akhlak yang baik karena kurangnya didikan dari orang tua.4

Adapun alasan masyarakat Desa Sawahan yang bekerja sebagai buruh migran seperti keadaan alam yang kurang mendukung secara ekonomis, penghasilan yang diperoleh di dalam negeri dengan luar negeri, keterbatasan pemerintah dalam menyediakan lapangan pekerjaan, serta kenakalan yang dilakukan oleh para remaja. Para remaja mudah terjerumus dalam pergaulan yang salah. Seperti merokok, minum minuman keras, bahkan sampai ada yang menggunakan obat-obatan terlarang seperti narkoba. Perkembangan anak terjadi ketika mereka menginjak sekolah menengah pertama. Maka dari itu anak sangat memerlukan didikan dan pengawasan dari orang tua ketika mereka sedang beranjak dewasa. Adapun mereka tidak mendapatkan didikan langsung dari orang tuanya, melainkan mendapatkan didikan dari nenek, kakek atau pun dari sanak saudaranya. Didikan dari ayah dan ibu berbeda dengan didikan nenek dan kakeknya. Jika dididik dengan nenek dan kakeknya, mereka cenderung selalu mendapatkan apa yang mereka inginkan, tidak ada larangan untuk melakukan suatu hal. Contohnya yang dilakukan oleh mbah Wagiyem, cenderung menuruti apa yang diinginkan oleh cucunya. Cucu mbah Wagiyem menginginkan sebuah

4 Wawancara dengan mbah Saimin (65 Tahun) pak RT 07 Dusun Singgahan pada 2 Desember 2016 di rumah mbah Saimin, pukul 16.45


(18)

4

motor untuk pergi bersekolah, padahal cucu mbah Wagiyem masih bersekolah di SD. Mbah ini tidak ragu untuk membelikan sebuah motor, karena uang yang di digunakan adalah pemberian dari orang tuanya yang dikirim untuk kehidupan sehari-hari mereka.5 Hal ini menjadi contoh bahwa pendapatan yang dihasilkan oleh orang tuanya tidak dipergunakan dengan baik atau untuk pendidikan anaknya secara maksimal. Pendapatan yang dihasilkan itu melainkan untuk kebutuhan fisik saja seperti yang terjadi pada contoh di atas dan banyak sekali dipergunakan untuk memperbaiki rumah mereka, sedangkan tempat tinggal mereka berada di tempat yang memiliki ancaman bencana alam yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Masyarakat Desa Sawahan memiliki kesadaran naif tinggi, mereka sadar dengan adanya ancaman bencana alam yang dapat mengakibatkan rumah dan harta benda mereka hilang. Tetapi tetap saja mereka membangun rumah yang bagus.

Desa Sawahan memiliki wilayah kependudukan yang sangat padat, yakni memiliki jumlah penduduk sebanyak 5436 jiwa, laki-laki sebanyak 2745 orang dan perempuan sebanyak 2691 orang. Dengan padatnya jumlah penduduk di Desa Sawahan, maka peluang pekerjaan yang masyarakat dapatkan pun kecil. Hal ini dibuktikan dengan adanya data pekerjaan masyarakat di Desa Sawahan:

Tabel 1.1

Mata Pencaharian Pokok

Mata Pencaharian Laki-Laki Perempuan

Petani 484 8

Buruh Tani 642 372

Buruh Migran Perempuan - 311

Buruh Migran Laki-laki 232 -


(19)

5

Pegawai Negeri Sipil 18 12

Pengrajin Industri Rumah Tangga

(Reyeng)

413 519

Pedagang Keliling 4 -

Peternak 13 -

Pensiunan TNI/Polri 5 3

Jumlah 1811 1225

Sumber:Laporan Rekap Kependudukan Kelurahan Desa Sawahan

Dari data di atas dapat dilihat bahwa masyarakat Desa Sawahan masih banyak yang bekerja sebagai migran. Maka dapat disimpulkan bahwa lapangan pekerjaan di Desa Sawahan masih sangat kurang. Di samping penduduknya yang padat, di Desa Sawahan ini masih kurang adanya lahan kosong untuk pertanian. Padahal Desa Sawahan ini merupakan desa wisata di Kecamatan Watulimo yakni, wisata durian dan edukasi. Meskipun desa ini dikatakan desa wisata, hal ini tidak dapat membantu masyarakat desa karena buah durian hanya panen dalam bulan-bulan tertentu saja dan Desa Wisata di sini masih berjalan selama satu tahun. Wilayah Desa Sawahan memiliki lapangan pekerjaan yang sempit karena masih banyak jumlah pekerja migran yang ada hingga mencapai 543 orang.

Masyarakat yang bekerja sebagai buruh migran selalu memiliki persoalan perekonomian yang rendah dan suka meniru keluarga migran yang telah berhasil bekerja di luar negeri. Masyarakat Desa Sawahan belum sadar jika mereka meninggalkan anak mereka untuk bekerja menjadi buruh migran maka pendidikan anak yang seharusnya dilakukan oleh orang tua tidak terlaksana dan menyebabkan anak tersebut tidak memiliki moral. Menjadi buruh migran memiliki berbagai dampak buruk untuk pendidikan informal pada anak, yang kemudian ditambah lagi jika kedua orang tua mereka mengalami perceraian, anak diasuh oleh nenek


(20)

6

atau kakeknya yang memiliki cara mendidik yang berbeda dari orang tuanya.6 Dampak yang lainnya juga banyaknya anak yang menikah muda dan menimbulkan tingginya perceraian pada usia muda. Sehingga tumbuh kembang anak tidak maksimal sejak dini.7 Berikut ini merupakan jumlah pekerja TKW di Desa Sawahan:

Tabel 1.2

Jumlah TKI/TKW Dusun Krajan

No. Dusun Krajan Jumlah

1. RT.01 RW.01 11

2. RT.02 RW.01 15

3. RT.03 RW.01 5

4. RT.04 RW.01 22

5. RT.05 RW.02 0

6. RT.06 RW.02 11

Jumlah 64

Sumber: Diolah dari RT 1, 2, 3, 4, 5 dan Administrasi Desa Sawahan

Dusun Krajan merupakan dusun yang terdiri dari 6 RT, yang memilki jumlah pekerja buruh migran cukup banyak. Jumlah pekerja TKI di Dusun Krajan berjumlah 64 orang. Dari RT 01 sebanyak 11 orang, RT 02 sebanyak 15 orang, RT 03 sebanyak 5 orang, RT 04 sebanyak 22 orang, RT 05 tidak ada masyarakat yang bekerja sebagai buruh migran, RT 06 sebanyak 11 orang. Dari tabel tersebut bahwa tingkat kerentanan bagi anak dan keluarga buruh migran cukup tinggi, karena tingkat keinginan mereka untuk bekerja di luar negeri juga cukup tinggi.

6 Wawancara dengan mbah Saimin (65 Tahun) pak RT 07 Dusun Singgahan pada 2 Desember 2016 di rumah mbah Saimin, pukul 16.45.


(21)

7

Tabel 1.3

Jumlah TKI/TKW Dusun Singgahan

No. Dusun Singgahan Jumlah

1. RT.07 RW.03 15

2. RT.08 RW.03 11

3. RT.09 RW.03 11

4. RT.10 RW.03 9

5. RT.11 RW.03 20

Jumlah 66

Sumber: Diolah dari RT 1, 2, 3, 4, 5 dan Administrasi Desa Sawahan

Dusun Singgahan merupakan dusun yang digunakan peneliti untuk menjadikan tempat fokus pendampingan masyarakat keluarga pekerja buruh migran. Dusun ini terdiri dari 5 RT. Terdapat 66 orang yang bekerja sebagai buruh migran. Diantaranya, RT 07 sebanyak 15 orang, RT 08 sebanyak 11 orang, RT 09 sebanyak 11 orang, RT 10 sebanyak 9 orang dan RT 11 sebanyak 20 orang. Di Dusun Singgahan terdapat banyak anak-anak dari para buruh migran. Usia anak-anak buruh migran ini rata-rata 7-15 tahun. Biasanya mereka diasuh oleh nenek atau saudara dari orang tuanya. Dusun ini merupakan dusun dengan warga yang menjadi buruh migran terbanyak diantara dusun-dusun lain di Desa Sawahan. Tidak jarang yang menjadi buruh migran bukan hanya ibu, ayah, atau kedua orang tua, namun kakak atau saudara dekat juga mencari penghasilan di luar negeri.

Tabel 1.4

Jumlah TKI/TKW Dusun Tenggong

No. Dusun Tenggong Jumlah

1. RT.12 RW.04 5

2. RT.13 RW.05 10


(22)

8

Jumlah 22

Sumber: Diolah dari RT 1, 2, 3, 4, 5 dan Administrasi Desa Sawahan

Dusun Tenggong terletak bersebelahan dengan Dusun Singgahan. Dusun Tenggong hanya memiliki 3 RT saja, yaitu RT 12, RT 13, dan RT 14. Pekerja buruh migran di Dusun Tenggong tidak banyak jika dibandingkan dengan Dusun Krajan, Dusun Singgahan, dan Dusun Ngrancah. Karena masyarakat di sana sudah banyak yang pulang ke desa. Pekerja migran di Dusun Tenggong sebanyak 22 orang yang meliputi RT 12 sebanyak 5 orang, RT 13 sebanyak 10 orang, dan RT 14 sebanyak 7 orang.

Tabel 1.5

Jumlah TKI/TKW Dusun Ngrancah

No. Dusun Ngrancah Jumlah

1. RT.15 RW.04 21

2. RT.16 RW.05 18

Jumlah 39

Sumber: Diolah dari RT 1, 2, 3, 4, 5 dan Administrasi Desa Sawahan

Dusun Ngrancah merupakan dusun yang terpisah dari dusun-dusun yang berada di Desa Sawahan. Akses menuju ke Dusun Ngrancah cukup sulit, karena jalannya yang sangat menanjak. Jika di bandingkan dengan dusun yang lainnya, perekonomian mereka tidak ada apa-apanya atau sedikit sekali yang mereka dapatkan. Maka dari itu, masyarakat lebih memilih untuk bermigrasi ke luar negeri untuk bekerja. Terdapat 39 orang yang bekerja sebagai buruh migran dari 2 RT, yaitu RT 15 sebanyak 21 orang dan RT 16 sebanyak 18 orang. Jumlah ini cukup banyak untuk Dusun Ngrancah, karena penduduknya hanya sedikit dan tidak seperti di dusun yang lainnya.


(23)

9

Dari tabel di atas dapat digambarkan bahwa Dusun Singgahan berada pada urutan pertama yakni berjumlah 70 orang, yang kedua berada di Dusun Krajan dengan jumlah 64 orang dan yang terakhir di Dusun Tenggong dengan jumlah 22 orang. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa Dusun Singgahan memiliki tingkat kerentanan yang tinggi terhadap tingginya angka perceraian dan kurangnya pendidikan informal pada anak.

Dalam penanganan bencana tidak selayaknya atau cukup mengandalkan kemampuan pemerintah. Pemerintah memiliki keterbatasan baik dalam sumber daya manusia, pendanaan, perlengkapan maupun logistik. Manajemen bencana harus bersifat kesemestaan, melibatkan semua pihak, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat. Ketiga komponen tersebut harus mampu menjadi pelaku yang setara, semua harus berperan utama, bukan hanya berperan serta. Sasaran implementasinya adalah masyarakat mengetahui ancaman bahaya di lingkungan masing-masing dan masyarakat harus menolong dirinya sendiri.

Konsep dasar manajemen bencana berbasis masyarakat adalah upaya meningkatkan kapasitas masyarakat atau mengurangi kerentanan masyarakat. Besaran bencana merupakan akumulasi berbagai ancaman bahaya dengan rangkaian kerentanan yang ada di masyarakat. Rangkaian kerentanan ini antara lain terdiri dari kemiskinan, kurangnya kewaspadaan, kondisi alam yang sensitif, ketidak perdayaan dan berbagai tekanan dinamis lainnya. Kerentanan satu


(24)

10

kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat yang lain berbeda akar masalahnya, demikian pula ancaman bahayanya pun berbeda-beda jenisnya.8

Untuk itulah maka penelitian ini secara khusus akan membahas masalah yang berhubungan dengan pengaruh keberangkatan TKI/TKW terhadap kelangsungan hidup keluarga dan kelangsungan pendidikan anak di Desa Sawahan Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek. Dan peneliti bersama masyarakat melakukan program pendidikan informal untuk anak-anak keluarga migran melalui kelompok Forum Anak Desa (FAD). Pohon masalah dapat digunakan terutama untuk menelusuri penyebab suatu gangguan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perlindungan anak-anak TKI dalam pemenuhan haknya di Desa Sawahan?

2. Bagaimana strategi yang dilakukan untuk memenuhi perlindungan dan hak anak dalam rangka menciptakan desa layak anak?

3. Bagaimana capaian hasil dari pendampingan untuk pemenuhan hak anak?

C. Tujuan Penelitian untuk Pendampingan

1. Mengetahui perlindungan anak-anak TKI dalam pemenuhan haknya di Desa Sawahan.

2. Mengetahui strategi yang dilakukan untuk memenuhi perlindungan dan hak anak dalam rangka menciptakan desa layak anak.

3. Mengetahui capaian hasil dari pendampingan untuk pemenuhan hak anak.


(25)

11

D. Strategi Pemecahan Masalah 1. Analisis Masalah

Problem yang terjadi pada anak-anak keluarga pekerja buruh migran menjadi salah satu problem yang tak kunjung selesai di perbincangkan baik di wilayah pedesaan dan perkotaan. Kurangnya perlindungan dan pemenuhan hak anak pekerja buruh migran, menjadi masalah utama yang mereka hadapi. Berikut merupakan analisis masalah yang terjadi pada keluarga pekerja buruh migran:

Bagan 1.1 Analisis Pohon Masalah

Sumber: Di olah dari hasil FGD dengan masyarakat keluarga pekerja buruh migran pada tanggal 25 November 2016

Rentannya kehidupan terhadap masa depan anak

Kurangnya kesadaran orang tua dalam memenuhi perlindungan

dan hak anak

Belum ada penyelenggaraan kampanye bagi orang tua untuk

pemenuhan perlindungan dan hak anak

Belum ada yang mengorganisir penyelenggaraan kampanye bagi

orang tua untuk pemenuhan perlindungan dan hak anak

Belum efektifnya kelompok FAD dalam menciptakan

perlindungan pada anak

Kurangnya pengembangan manajemen kelompok FAD

Belum ada pihak yang mengadvokasi program desa untuk perlindungan

anak

Belum ada yang menginisiasi dalam advokasi program desa untuk perlindungan anak Belum ada kebijakan yang

belum efektif untuk berpihak pada anak

Belum ada penyelenggaraan pelatihan manajemen /

penguatan kapasitas pengelolaan kelompok FAD

Lemahnya pemenuhan hak pada anak Tingginya tingkat kenakalan remaja Tingginya potensi konflik sosial


(26)

12

Dengan melihat pohon masalah di atas dapat diketahui bahwa masalah yang dialami oleh masyarakat Desa Sawahan adalah kurangnya perlindungan dan pemenuhan hak anak TKI. Problem tersebut tidak hanya disebabkan oleh satu hal saja, tetapi dari beberapa aspek yaitu manusia, lembaga, dan kebijakan.

Desa Sawahan merupakan wilayah yang cukup banyak jumlah masyarakatnya yang bekerja sebagai TKI/buruh migran. Anak di tinggalkan oleh orang tuanya untuk bekerja di luar negeri. Tidak heran jika tingkat perlindungan dan pemenuhan hak anak di Desa Sawahan cukup rendah. Anak-anak mereka dititipkan oleh kakek, nenek, dan keluarga yang lainnya. Anak menjadi kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Kesibukan orang tua yang ada di luar negeri hingga bertahun-tahun melupakan hak-hak yang harus didapatkan oleh anak. Orang tua hanya memberikan kebutuhan fisik saja bagi anak, sedangkan seorang anak juga membutuhkan perlindungan, didikan yang baik dan hak-hak untuk pendidikan, kesehatan, dan lainnya dari orang tua. Orang tua seharusnya memiliki rasa tanggung jawab yang besar untuk memenuhi perlindungan dan hak pada anak mereka. Seorang anak tidak hanya membutuhkan bentuk materi saja, tetapi juga bentuk didikan dan kasih sayang yang baik demi masa depan anak. Kampanye bagi orang tua untuk pemenuhan perlindungan dan hak anak.

Untuk mengurangi dampak yang terjadi pada anak, pemerintah desa membuat kelompok Forum Anak Desa (FAD). Kelompok FAD terdiri dari sekelompok anak-anak yang masih berusia dibawah umur yang berada di jenjang


(27)

13

SMP dan SMA dan merupakan dari keluarga pekerja buruh migran. Jumlah kelompok FAD sebanyak 18 orang. Kelompok FAD baru didirikan selama satu tahun. Tetapi kelompok FAD masih belum berjalan dengan efektif karena kurangnya pengetahuan untuk pengembangan manajemen organisasi. Maka dari itu, mereka masih belum mengetahui kegiatan seperti apa yang akan mereka rencanakan untuk melakukan perubahan. Kurangnya perhatian antara pemerintah desa dengan kelompok FAD juga menyebabkan tidak efektifnya kelompok. Kelompok FAD diharapkan menjadi sarana untuk mempermudah pembinaan untuk anak-anak dari keluarga pekerja buruh migran serta meningkatkan pengetahuan dan kapasitas pada setiap anggota kelompok FAD.

Kebijakan pemerintah desa sangat penting untuk membantu proses melakukan pemberdayaan pada masyarakat. Kebijakan merupakan bentuk dari peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk mengatasi suatu permasalahan. Seperti kebijakan untuk mengatasi permasalahan perlindungan dan pemenuhan hak-hak pada anak yang ada di Desa Sawahan. Kebijakan yang sudah ada ini belum berjalan dengan efektif karena pemerintah desa masih fokus pada program pembangunan pada infrastruktur di desa.

Dari uraian problem kurangnya perlindungan dan pemenuhan hak anak-anak keluarga pekerja migran juga memiliki dampak yang dapat merugikan untuk kelangsungan hidup anak. Dampak-dampak tersebut meliputi lemahnya pemenuhan hak pada anak seperti pendidikan, gizi, kecerdasan, dan lain-lain yang menimbulkan rentannya kehidupan terhadap masa depan anak. Kemudian tingginya tingkat kenakalan remaja. Problem ini biasanya terjadi pada anak yang kurang mendapat didikan langsung dari orang tuanya.


(28)

14

Problem-problem seperti itu jika di biarkan saja mempunyai potensi terjadi konflik sosial antara individu ataupun kelompok.

2. Analisis Tujuan

Berdasarkan akar analisis masalah di atas, maka dibutuhkan adanya analisis tujuan/harapan yang nantinya dapat membantu masyarakat untuk menuju perubahan. Berikut ini merupakan pohon analisis harapan:

Bagan 1.2 Analisis Pohon Harapan

Sumber: Di olah dari hasil FGD dengan masyarakat keluarga pekerja buruh migran pada tanggal 25 November 2016

Meningkatnya kesadaran orang tua dalam memenuhi perlindungan dan hak anak

Adanya penyelenggaraan kampanye bagi orang tua

untuk pemenuhan perlindungan dan hak anak

Ada yang mengorganisir penyelenggaraan kampanye bagi orang tua

untuk pemenuhan perlindungan dan hak anak

Efektifnya kelompok FAD dalam menciptakan

perlindungan pada anak

Adanya pihak yang mengadvokasi program desa untuk perlindungan

anak

Ada yang menginisiasi dalam advokasi program desa untuk perlindungan

anak

Adanya kebijakan desa yang lebih efektif untuk

perlindungan anak Adanya penyelenggaraan pelatihan manajemen/penguatan kapasitas pengelolaan kelompok FAD Meningkatnya pengembangan manajemen kelompok FAD Meningkatnya pemenuhan hak pada anak

Kurangnya potensi konflik sosial Terjaminnya kehidupan anak

Menurunnya tingkat kenakalan remaja


(29)

15

Setelah pohon harapan semestinya harus ada suatu program untuk mengurangi sebuah masalah kurangnya perlindungan dan pemenuhan hak anak keluarga pekerja migran di Desa Sawahan. Pohon harapan tersebut di harapkan dapat membantu masyarakat untuk menanggulangi masalah kurangnya perlindungan dan pemenuhan hak anak pada keluarga pekerja migran. Yang pertama, ada yang mengorganisir penyelenggaraan kampanye bagi orang tua untuk pemenuhan perlindungan dan hak anak. Kegiatan dilakukan agar dapat meningkatkan tingkat kesadaran masyarakat untuk memahami permasalahan yang sedang terjadi pada diri sendiri dan lingkungan sekitar. Masyarakat juga mendapatkan pengetahuan tambahan mengenai perlindungan dan pemenuhan hak-hak pada anak. Kegiatan kampanye ini diharapkan agar menjadi sarana untuk menuju perubahan bagi masyarakat

Desa Sawahan. Kedua, adanya penyelenggaraan pelatihan

manajemen/penguatan kapasitas pengelolaan kelompok FAD. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan pengembangan manajemen kelompok FAD. Setelah kelompok FAD mendapatkan pelatihan, maka mereka dapat mengefektifkan kelompok FAD untuk menciptakan perlindungan pada anak. Ketika kelompok FAD berjalan dengan efektif, maka akan ada perubahan yang lebih baik untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang terjadi. Ketiga, ada yang menginisiasikan dalam advokasi mengefektifkan kebijakan dan program desa untuk perlindungan anak. Sangat diperlukan dengan adanya advokasi. Karena kebijakan dari pemerintah desa sangat berpengaruh dalam


(30)

16

mengefektifkan kelompok FAD. Kebijakan yang telah dibuat juga merupakan sebuah dukungan untuk melakukan perubahan.

3. Strategi Program

Berdasarkan analisis tujuan/harapan di atas dibutuhkan strategi penyelesaian yang akan dilakukan untuk melakukan pemberdayaan:

Tabel 1.6

Strategi Program Pemenuhan Perlindungan Hak Anak

Masalah Tujuan Strategi Program

Kurangnya kesadaran

orang tua dalam

memenuhi

perlindungan dan hak anak

Meningkatnya kesadaran

orang tua dalam

memenuhi perlindungan dan hak anak

Mengorganisir penyelenggaraan

kampanye bagi orang tua

untuk pemenuhan

perlindungan dan hak

anak

Belum efektifnya

kelompok FAD dalam menciptakan

perlindungan pada

anak

Efektifnya kelompok

FAD dalam menciptakan perlindungan pada anak

Pelatihan

manajemen/penguatan

kapasitas pengelolaan

kelompok FAD Belum ada kebijakan

program desa yang

berpihak untuk

perlindungan anak

Adanya kebijakan

program desa yang

berpihak untuk

perlindungan anak

Advokasi program desa untuk perlindungan anak

Beragam kegiatan dapat dilaksanakan untuk membantu masyarakat menemukan solusi untuk mengurangi dampak permasalahan yang terjadi dan dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pemberdayaan masyarakat dapat diupayakan dengan berbagai strategi yang sesuai dengan kondisi dan berbagai persoalan yang ada di masyarakat Desa Sawahan.


(31)

17

1. Mengorganisir penyelenggaraan kampanye bagi orang tua untuk pemenuhan perlindungan dan hak anak

Menyelenggarakan kampanye merupakan suatu usaha untuk menambah pengetahuan dan penyadaran masyarakat mengenai permasalahan yang ada. Kampanye tidak harus bernuansa formal, tetapi dapat juga dituangkan sebagai pendekatan non formal yang pembahasan materinya sangat fleksibel (disesuaikan dengan kebutuhan sasaran).

2. Pelatihan manajemen/penguatan kapasitas pengelolaan kelompok FAD

Pelatihan manajemen/penguatan kapasitas untuk menambah wawasan kelompok agar dapat menjalankan kelompok yang telah dibuat dengan baik dan menciptakan perlindungan pada anak

3. Advokasi program desa untuk perlindungan anak

Advokasi yang dilakukan ini untuk melakukan suatu usaha perubahan yang sistematis dan terorganisir untuk memengaruhi dan mendesak terjadinya perubahan dalam kebijakan pemerintah desa secara bertahap maju.

E. Sistematika Pembahasan

Sistematika penulisan skripsi ini untuk memudahkan pembahasan agar dapat diuraikan secara tepat, maka penyusun membagi rencana skripsi ini menjadi beberapa bab pembahasan. Adapun sistematika yang telah penulis susun adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan,pada bab ini penelitian membahas tentang analisis awal mengapa mengangkat tema penelitian ini, fakta dan realita secara induktif di latar belakang, di dukung dengan rumusan masalah, tujuan penelitian, strategi


(32)

18

pemberdayaan, serta sistematika pembahasan untuk mempermudah pembaca dalam memahami secara ringkas penjelasan mengenai isi.

BAB II Kajian Teori, membahas tentang landasan teori dan konsep yang menjadi acuan metode pendampingan. Diantaranya konsep dan definisi migrasi, jenis-jenis migrasi, faktor-faktor yang mempengaruhi migrasi.

BAB III Metodologi Penelitian, adapun metode pendampingan yang dilakukan adalah metode penelitian PAR. Di dalamnya pendamping akan menyajikan konsep pengertian PAR, pendekatan penelitian, prosedur atau langkah-langkah penelitian PAR, Lokasi dan subjek penelitian, teknik pengumpulan data, teknik validasi data, analisis data, analisis monitoring dan evaluasi, serta analisis stakeholder yang terkait dalam proses pendampingan.

BAB IV Profil Wilayah Desa Sawahan, bab ini berisi tentang analisis situasi kehidupan masyarakat buruh migrant. Dari aspek geografis, kondisi demografis, ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial dan budaya.

BAB V Problem Anak Keluarga Pekerja Buruh Migran, bab ini merupakan uraian dari temuan masalah di wilayah Desa Sawahan. Di dalamnya juga menjelaskan proses diskusi bersama masyarakat dengan menganalisis problematik dari beberapa temuan.

BAB VI Dinamika Proses Pengorganisasian Komunitas, bab ini berisi perencanaan program yang berkaitan dengan temuan masalah hingga muncul gerakan aksi perubahan.


(33)

19

BAB VII Menggalang Perubahan Desa Layak Anak, bab ini berisi proses aksi berdasarkan perencanaan strategi program yang berkaitan dengan temuan masalah hingga muncul aksi perubahan secara partisipatif.

BAB VIII Refleksi Teoritik, bab ini berisi tentang perubahan yang muncul setelah proses pendampingan dilakukan. Selain itu juga pencapaian yang ada setelah proses tersebut dilakukan dan menjelaskan konsep pendidikan informal untuk anak keluarga migran.

BAB IX Penutup, bab ini berisi tentang kesimpulan, saran dan rekomendasi terhadap pihak-pihak terkait mengenai hasil pendampingan di lapangan.


(34)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN TERKAIT

A. Konsep Perlindungan Hak Anak

Dalam pemenuhan terhadap HAM, Negara tidak boleh membeda-bedakan antara orang yang satu dengan yang lain, dikarenakan pada hakikatnya setiap orang adalah subjek yang sama di mata hukum. Hal ini sesuai dengan Pasal 28 d nomor 1 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi, “setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum”.9 Perlakuan yang

adil dan sama di hadapan hukum tersebut pada prinsipnya tidak hanya berlaku kepada orang-orang yang telah dewasa atau cukup umur saja, tetapi juga berlaku untuk menjamin pemenuhan atas hak-hak anak. Selain itu, atas dasar pemahaman bahwa anak sebagai tunas, potensi dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan.

Secara umum anak adalah keturunan atau manusia yang masih kecil. Masa kanak-kanak adalah masa yang sangat penting bagi tumbuh kembang seorang anak, karena pada masa ini seorang anak dengan sangat cepat melakukan duplikasi terhadap apa yang lihat dan dengar baik itu dalam hal yang baik atau dalam hal yang buruk. Ketika seorang anak dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya dengan hal-hal yang baik maka anak tersebut menjadi baik pula. Tetapi


(35)

21

jika seorang anak tersebut berada pada lingkungan yang tidak baik maka anak tersebut cenderung akan menjadi anak yang tidak baik. Hal ini dikarenakan seorang anak memiliki keterbatasan baik fisik maupun mental, hal tersebut menyebabkan anak mudah dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, salah satunya dipengaruhi oleh hal-hal negatif yang menyebabkan anak melakukan tindak pidana maupun anak menjadi korban tindak pidana. Maka dari itu, perlindungan terhadap hak-hak anak sangat perlu untuk diatur dalam suatu peraturan perundang-undangan.

Di Indonesia, perlindungan terhadap hak-hak anak telah diakomodir dalam Pasal 28 b nomor 2 Undang-Undang Dasar 1945 yang berisi: “Setiap anak berhak atas keberlangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.10

Hak anak telah dimasukkan dalam instrumen internasional dan instrumen nasional karena hak anak merupakan hak asasi manusia yang memerlukan perlindungan dan penegakan dengan baik, sebab apabila hak anak tidak dilindungi dan tidak ditegakkan maka sama halnya tidak ada perlindungan terhadap hak asasi manusia. Upaya perlindungan hak anak, oleh masyarakat internasional telah diwujudkan dengan menerima secara bulat konvensi tentang hak anak (Convention on The Right of The Child) yang telah disahkan oleh majelis umum PBB pada tanggal 20 November 1989. Konvensi hak anak tersebut mengakui

10 Undang-Undang Dasar 1945.


(36)

22

perlunya jaminan dan perawatan khusus yang tepat bagi anak sebelum dan setelah kelahirannya.11

Kewajiban dan tanggungjawab Negara dalam rangka perlindungan anak yang berbasis hak asasi manusia bisa dilihat dalam tiga bentuk:

a. Menghormati (obligation to respect): merupakan kewajiban Negara untuk tidak turut campur dalam mengatur warga Negaranya ketika melaksanakan haknya. Dalam hal ini, Negara memiliki kewajiban untuk melakukan tindakan-tindakan yang akan menghambat pemenuhan dari seluruh hak asasi anak.12

b. Melindungi (obligation to protect): merupakan kewajiban Negara agar bertindak aktif untuk member jaminan perlindungan terhadap hak asasi warganya. Dalam hal ini Negara berkewajiban untuk mengambil tindakan-tindakan untuk mencegah pelanggaran semua hak asasi anak oleh pihak ketiga.13

c. Memenuhi (obligation to fulfill): merupakan kewajiban dan tanggungjawab Negara untuk bertindak secara aktif agar semua warga Negara itu bisa terpenuhi hak-haknya. Negara berkewajiban untuk mengambil langkah-langkah legislatif, administratif, hukum, dan tindakan-tindakan lain untuk merealisasikan secara penuh hak asasi anak.14

11Nadia Oktaviani Zulfa, dkk, “Implementasi Diversi Sebagai Wujud Perlindungan Hak Anak”, (Gema Thn XXVI/50/Pebruari–Juli 2015). Hal 1814. Diambil dari http://download.portalgaruda.org/article.php?article=396416&val=8639&title=IMPLEMENTASI %20DIVERSI%20SEBAGAI%20WUJUD%20PERLINDUNGAN%20HAK%20ANAK. 12 Ibid.


(37)

23

Kewajiban untuk menghormati, melindungi dan memenuhi hak anak, masing-masing unsur kewajiban Negara dan masyarakat untuk bertindak (obligation to conduct) serta kewajiban untuk berdampak (obligation to result): a. Kewajiban untuk bertindak (obligation to conduct): mensyaratkan Negara

melakukan langkah-langkah tertentu untuk melaksanakan pemenuhan suatu hak, yaitu melindungi hak anak sesuai dengan peraturan yang ada (Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak).15

b. Kewajiban untuk berdampak (obligation to result): yaitu mendorong Negara untuk mencapai sasaran tertentu guna memenuhi standar substansi yang terukur. Negara memberikan perhatian yang khusus dan terus menerus tentang perlindungan anak, tidak hanya anak yang berhadapan dengan hukum tetapi di semua kehidupan. Sehingga pemenuhan, penghormatan dan perlindungan hak anak dapat tercapai sesuai dengan standar ham internasional (konvensi hak anak).16

Berdasarkan Konvensi Hak Anak (KHA), pelaksanaan proses peradilan anak yang berhadapan dengan hukum perlu memperhatikan empat prinsip:

a. Nondiscrimination, yaitu perlakuan yang tidak membeda-bedakan dalam penyelenggaraan perlindungan anak atas dasar perbedaan asal-usul, suku, agama, ras, jenis kelamin dan status sosial lainnya.17

b. Kepentingan terbaik bagi anak, yaitu semua tindakan yang menyangkut anak yang dilakukan oleh orang tua, keluarga, masyarakat pemerintah, dan negara,

15 Ibid. Hal 1815.

16 Ibid. 17 Ibid.


(38)

24

maka kepentingan yang terbaik bagi anak harus menjadi pertimbangan utama.18

c. Mengutamakan hak anak untuk hidup, kelangsungan dan perkembangan,yaitu kegiatan disusun untuk meningkatkan perkembangan anak berdasarkan kemampuan dan tugas-tugas perkembangannya.19

d. Menghormati pandangan anak, yaitu dalam setiap pengambilan keputusan yang menyangkut hal-hal yang mempengaruhi kehidupan anak maka pendapat anak wajib di hormati dan dikembangkan.20

Selain itu, hak anak juga sangatlah berkaitan dengan HAM. Seperti yang telah diuraikan di dalam pendahuluan sebelumnya bahwa yang harus mendapatkan perlindungan tentang HAM tidaklah hanya orang-orang dewasa atau orang-orang yang cukup umur saja, melainkan juga kepada anak-anak. Di dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun tentang HAM terutama dalam Pasal 3 angka 3 dinyatakan bahwa: “Setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan manusia, tanpa diskriminasi”.21

B. Konsep Desa Layak Anak

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, tujuan perlindungan anak adalah untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, kembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia

18 Ibid. 19 Ibid. 20 Ibid.


(39)

25

yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera. Berbagai pihak berkewajiban dan bertanggungjawab menjamin pemenuhan hak-hak anak tersebut, mulai dari institusi terkecil yaitu keluarga, masyarakat, pemerintah desa/kelurahan, kecamatan, pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi dan pemerintah.

Untuk mempercepat pemenuhan hak-hak anak telah disusun kebijakan Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA), dan telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Nomor 2 Tahun 2009 tentang Kebijakan Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA). Sebagai langkah awal pengembangan KLA, Kementerian Agama Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak telah melakukan uji coba pengembangan KLA di 5 kabupaten/kota pada tahun 2006 dan 10 kabupaten/kota pada tahun 2007.

Landasan pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak makin diperkuat dengan ditetapkannya Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional 2010. Dalam perkembangannya sejumlah kepala desa/lurah termotivasi untuk mengembangkan desa/kelurahan layak anak. Karena mereka menyadari bahwa anak merupakan modal, investasi dan potensi yang dapat menjadi sumber daya pembangunan desa/kelurahan atau sumber daya bangsa dan Negara Indonesia yang berkualitas apabila terpenuhi hak-haknya dengan optimal.22

Dengan terwujudnya desa/kelurahan layak anak dapat memberikan kontribusi terwujudnya Kabupaten/Kota Layak Anak. Provinsi Layak Anak, Indonesia Layak Anak, dan selanjutnya menjadi Dunia Layak Anak.

22 Peraturan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2010 tentang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.


(40)

26

Agar pengembangan KLA di tingkat desa/kelurahan lebih berhasil dalam mendukung terwujudnya Kabupaten/Kota Layak Anak, maka perlu disusun Petunjuk Teknis KLA di Desa/Kelurahan. Buku Petunjuk Teknis ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi para pihak yang berperan dalam mengembangkan Desa/Kelurahan Layak Anak.

1. Alasan Perlunya Desa/Kelurahan Layak Anak Diwujudkan

Terdapat beberapa alasan mengapa Desa/Kelurahan Layak Anak perlu diwujudkan, antara lain:

a. Tinjauan Praktis

1) Anak perlu dipertanggungjawabkan secara individu dan sosial

Setiap anak yang dilahirkan harus dipertanggungjawabkan. Secara individu anak merupakan tanggungjawab keluarga atau orang tuanya di dunia maupun di akhirat. Baik atau buruknya kualitas anak ditentukan oleh orang tua anak tersebut. Namun dalam kehidupan sosial, anak merupakan tanggungjawab negara, melalui pemerintah, para pemimpin dan pemangku kepentingan (stakeholder) di bidang anak.23

2) Proporsi dan jumlah anak tidak dapat diabaikan

Jumlah anak kurang lebih sepertiga dan jumlah penduduk di desa/kelurahan, maka keberadaan anak tidak dapat diabaikan. Anak perlu mendapat perlindungan dari berbagai tindak kekerasan dan hak-hak mereka harus dipenuhi oleh orang tua maupun oleh Negara. Aparat desa/kelurahan, sesuai amanat Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002


(41)

27

tentang Perlindungan Anak Pasal 10, wajib mendengarkan suara atau penting dalam membangun Desa/Kelurahan Layak Anak.24

3) Perubahan Sikap dan Perilaku

Kemajuan pembangunan dan teknologi membawa perubahan sikap perilaku masyarakat yang tidak selalu memihak kepada kepentingan terbaik bagi anak dan juga tidak selalu ramah terhadap anak. Kondisi ini mengganggu proses tumbuh kembang anak, sehingga diperlukan adanya tindakan pemilihan (affirmative action) terhadap anak untuk memenuhi berbagai kebutuhan dasar anak. Tindakan tersebut perlu dilakukan secara sadar, terencana, sistematis dan berkelanjutan.25

4) Desa/kelurahan merupakan lingkungan terdekat dengan anak

Desa/kelurahan merupakan lingkungan terdekat dengan komunitas anak-anak, sehingga keadaan desa/kelurahan berpengaruh langsung terhadap perlindungan, pertumbuhan dan pengembangan bakat serta minat anak. Desa/kelurahan yang layak anak akan berpengaruh positif dalam menciptakan lingkungan yang layak anak.26

b. Tinjauan Filosofis

Anak sebagai amanat Tuhan YME harus dipertanggungjawabkan, di dunia dan di akhirat. Secara individu anak merupakan tanggungjawab kedua orang tuanya sedangkan secara sosial atau kolektif anak merupakan

24 Ibid.

25 Ibid. 26 Ibid.


(42)

28

tanggungjawab Negara untuk mendapatkan pemenuhan hak-haknya, perlindungan dari tindak kekerasan dan didengar aspirasinya.27

c. Tinjauan Antropologi

Perubahan peradaban manusia sebagai akibat dari pembangunan, yang semula dimaksudkan sebagai upaya menata kehidupan menjadi lebih baik, realitanya telah menciptakan pergeseran tata nilai yang tidak selalu positif dalam mendukung tumbuh kembang anak, maupun dalam rangka menjaga kemurnian nilai budaya, adat istiadat dan agama yang telah lama dipraktikkan oleh semua penduduk.

Desa/Kelurahan Layak Anak mengkondisikan lahirnya anak Indonesia sejati, yang memiliki kepribadian Indonesia, menjunjung nilai-nilai agama, budaya bangsa dan adat istiadat leluhur yang telah dianut oleh leluhur bangsa Indonesia.28

d. Tinjauan Sumber daya

Anak adalah embrio dan cikal bakal terbentuknya sumber daya manusia yang handal, tangguh dan berkualitas. Kualitas sumber daya manusia

ditentukan oleh bagaimana lingkungan keluarga dan masyarakat

memperlakukan anak untuk tumbuh dan berkembang serta dilindungi.

Desa/Kelurahan Layak anak menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembang anak secara maksimal dan benar sehingga kelak

27 Ibid.


(43)

29

anak akan tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas, ceria, berakhlak mulia dan aktif berpartisipasi, serta cinta tanah air.29

Oleh karena itu, diperlukan adanya Desa/Kelurahan Layak Anak dalam rangka mendukung perlindungan dan tumbuh kembang anak. Desa/Kelurahan merupakan sarana atau media persemaian bibit, cikal-bakal atau embrio sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas.

2. Pengertian Desa/Kelurahan Layak Anak

Anak adalah potensi, aset, dan investasi keluarga dan bangsa yang harus dipenuhi hak-haknya agar berkualitas dan bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun daerahnya. Pihak yang paling bertanggungjawab dalam pemenuhan hak anak adalah keluarga, lingkungan, masyarakat serta pemerintah desa/kelurahan. Untuk mempercepat pencapaian pemenuhan hak-hak anak, maka dikembangkan Desa/Kelurahan Layak Anak.

Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah camat, dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan NKRI. Sedangkan kelurahan adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah camat, yang tidak berhak menyelenggarakan rumah tangganya.30

Desa/Kelurahan Layak Anak adalah pembangunan desa/kelurahan yang menyatukan komitmen dan sumber daya pemerintah desa/kelurahan, masyarakat

29 Ibid. 30 Ibid.


(44)

30

dan dunia usaha yang berada di desa/kelurahan, dalam rangka: menghormati, menjamin, dan memenuhi hak anak; melindungi anak dari tindak kekerasan, eksploitasi, pelecehan dan diskriminasi; dan mendengar pendapat anak, yang direncanakan secara sadar, menyeluruh dan keberlanjutan.

Desa/Kelurahan Layak Anak menjadi bagian dari Kabupaten/Kota Layak Anak dan selanjutnya Indonesia Layak Anak, sebagai salah satu upaya percepatan implementasi Konvensi Hak-Hak Anak.31

3. Latar Belakang Pengembangan Desa/Kelurahan Layak Anak

Desa/kelurahan merupakan ujung tombak pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota yang memiliki tugas, antara lain:

a. Pelaksanaan kegiatan pemerintahan desa/kelurahan; b. Pemberdayaan masyarakat;

c. Pelayanan masyarakat;

d. Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum, dan e. Pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum.

Selain itu, desa/kelurahan mempunyai kewenangan dalam

menyelenggarakan urusan pemerintahan antara lain urusan wajib perlindungan anak yang menjadi tanggung jawabnya, antara lain:

a. Mempercepat pemenuhan hak-hak anak, meliputi:32 1) Hak sipil dan kebebasan

Hak sipil dan kebebasan yang dimaksud di sini adalah pemenuhan hak-hak anak untuk mendapatkan:

31 Ibid.


(45)

31

a) Nama dan kebangsaan, identitas, yang dapat diwujudkan dengan semua anak mendapatkan akta kelahiran secara gratis.

b) Hak bebas menyatakan pendapat, yang dapat diwujudkan dengan memberikan ruang bagi anak untuk mengemukakan pendapatnya (partisipasi).

c) Hak memperoleh informasi yang tepat.

d) Kemerdekaan berfikir, berhati nurani dan beragama.

e) Kemerdekaan berserikat dan kemerdekaan berkumpul dengan hukuman yang tidak manusiawi atau menurunkan martabat.

2) Lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif a) Anak berhak mendapatkan bimbingan orang tua. b) Anak berhak untuk tidak dipisahkan dari orang tua. c) Penyatuan kembali dengan keluarga.

d) Anak berhak mendapatkan dukungan dari lingkungan.

e) Memberantas penyerahan anak ke luar negeri yang dilakukan secara gelap dan yang tidak dapat dikembalikan.

f) Penyalahgunaan dan penelantaran. 3) Kesehatan dasar dan kesejahteraan

a) Kelangsungan hidup dan pengembangan anak.

b) Anak yang cacat fisik dan mental hendaknya menikmati kehidupan penuh kasih sayang dan layak.

c) Hak mendapatkan kesehatan dan pelayanan kesehatan. d) Jaminan sosial dan pelayanan kesehatan.


(46)

32

e) Hak setiap anak atas tingkat kehidupan.

4) Pendidikan, pemanfaatan waktu luang dan kegiatan seni budaya a) Pendidikan, yang meliputi bimbingan dan pelatihan keterampilan. b) Pemanfaatan waktu luang, kegiatan rekreasi dan budaya (anak

berhak untuk beristirahat, bersantai dan bermain). 5) Perlindungan khusus

a) Anak dalam situasi darurat (anak pengungsian, situasi konflik berhak mendapatkan perlindungan).

b) Anak berhadapan dengan hukum. c) Anak dalam situasi eksploitasi.

d) Anak dari kalangan minoritas berhak untuk mengakui dan menikmati kehidupannya.

b. Setiap pengambilan keputusan dalam proses pengembangan

Desa/Kelurahan Layak Anak perlu memperhatikan suara dan aspirasi anak serta mempertimbangkan kepentingan terbaik bagi anak.33

c. Desa/kelurahan merupakan institusi paling rendah yang lebih mengenali permasalahan anak, sehingga dapat memberikan pemecahan secara tepat dan cepat.34

4. Maksud dan Tujuan Pengembangan Desa/Kelurahan Layak Anak

Maksud pengembangan Desa/Kelurahan Layak Anak adalah memotivasi dan mendorong terwujudnya Desa/Kelurahan Layak Anak, yang mampu mempromosikan, melindungi, memenuhi, dan menghormati hak-hak anak.


(47)

33

Sedangkan tujuan dari pengembangan Desa/Kelurahan Layak Anak adalah yang pertama meningkatkan kepedulian dan upaya konkrit aparat desa/kelurahan, keluarga, masyarakat dan dunia usaha di wilayah tersebut dalam upaya mewujudkan pembangunan desa/kelurahan yang menjamin pemenuhan hak-hak anak. Kedua, memastikan dalam pembangunan desa/kelurahan memperhatikan kebutuhan, aspirasi, kepentingan terbaik bagi anak dan tidak diskriminasi terhadap anak. Ketiga, Menyatukan potensi dan realisasi sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber dana, sarana, prasarana, metode dan teknologi yang ada pada pemerintahan desa/kelurahan, dalam upaya memenuhi hak-hak anak.35

5. Langkah-Langkah Pengembangan Desa/Kelurahan Layak Anak

a. Penggalangan Kesepakatan Para Pemangku Kepentingan Desa/Kelurahan Penggalangan kesepakatan dapat dilakukan sosialisasi kebijakan KLA kepada seluruh pemangku kepentingan di desa/kelurahan. Tujuan kegiatan sosialisasi adalah untuk membangun persepsi dan pemahaman tentang

pengembangan Desa/Kelurahan Layak Anak agar sepakat dalam

mengembangkan Desa/Kelurahan Layak Anak. Sosialisasi ini dapat dilakukan di balai pertemuan desa/kelurahan, tempat ibadah, sekolah atau tempat lain yang layak. Untuk sosialisasi, pemerintah desa dapat mengundang nara sumber dari badan/dinas/bagian/kantor yang membidangi pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak kabupaten/kota, provinsi atau pihak lain

yang memahami KLA.36

35 Ibid, hal 13.


(48)

34

b. Pembentukan Tim Kerja/Gugus Tugas

Langkah kedua dalam pengembangan Desa/Kelurahan Layak Anak adalah pembentukan tim kerja atau gugus tugas. Tim ini terdiri atas aparat desa/kelurahan, pengurus RT/RW, guru, tenaga kesehatan, tim penggerak PKK desa/kelurahan, aparat keamanan, tokoh pemuda, tokoh adat, tokoh perempuan, tokoh agama, dunia usaha dan perwakilan anak, serta pihak lain yang dianggap perlu.37

C. Pemberdayaan Masyarakat dalam Perlindungan Anak

Rapparot mengartikan empowerment sebagai suatu cara dimana rakyat, organisasi dan komunitas diarahkan agar dapat berkuasa atas kehidupannya.38

Pemberdayaan masyarakat merupakan serangkaian upaya untuk menolong masyarakat agar lebih berdaya dalam meningkatkan sumber daya manusia dan berusaha mengoptimalkan sumber daya tersebut sehingga dapat meningkatkan kapasitas dan kemampuannya dalam memanfaatkan potensi yang dimilikinya sekaligus dapat meningkatkan kemampuan ekonominya melalui kegiatan-kegiatan swadaya.

Menurut Ife pemberdayaan memuat dua pengertian kunci, yakni kekuasaan dan kelompok lemah. Kekuasaan di sini diartikan bukan hanya menyangkut kekuasaan politik dalam arti sempit, melainkan kekuasaan atau penguasaan klien atas:

37 Ibid.


(49)

35

1. Pilihan-pilihan personal dan kesempatan hidup, kemampuan dalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya hidup, tempat tinggal dan pekerjaan. 2. Pendefinisian kebutuhan, kemampuan menentukan kebutuhan selaras dengan

aspirasi dan keinginannya.

3. Ide atau gagasan, kemampuan mengekspresikan dan menyumbangkan gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas dan tanpa tekanan.

4. Reproduksi, kemampuan dalam kaitannya dengan proses kelahiran, perawatan anak pendidikan dan sosialisasi.39

Tujuan dari pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.40 Ketidakberdayaan merupakan suatu keadaan dari masyarakat yang hidup serba kekurangan, keterbelakangan, dan ketertinggalan yang terjadi bukan karena dikehendaki oleh manusia.

Menurut Randy R. Wrihatnolo, pemberdayaan adalah sebuah “proses menjadi”, bukan sebuah “proses instan”. Sebagai proses, pemberdayaan mempunyai tiga tahapan: penyadaran, pengkapasitasan, dan pendayaan secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut:

39 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. (Bandung: Refika Aditama, 2009), hal 59.


(50)

36

1. Tahap Penyadaran

Pada tahap ini target yang hendak diperdayakan diberi “pencerahan” dalam bentuk pemberian penyadaran bahwa mereka mempunyai hak untuk mempunyai “sesuatu”.41 Seperti permasalahan perlindungan anak yang terjadi pada

masyarakat Desa Sawahan, target adalah kelompok FAD dan keluarga yang bekerja sebagai buruh migran. Mereka diberikan pemahaman bahwa mereka dapat menjadi berbeda dan lebih baik lagi, namun hal itu dapat dilakukan jika mereka mempunyai keinginan untuk keluar dari masalah antara anak dan keluarganya sendiri bahkan dengan masyarakat sekitarnya.

Program-program yang dapat dilakukan tahap ini misalnya memberikan pengetahuan yang bersifat kognisi (termasuk kesadaran, perasaan, dan sebagainya) atau usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri, belief,

healing dengan prinsip dasar membuat target mengerti bahwa mereka perlu untuk diberdayakan, dan proses pemberdayaan dimulai dari mereka.

2. Tahapan pengkapasitasan

Pengkapasitasan ini sering kita sebut “capacity building” atau dalam bahasa

yang lebih sederhana memampukan atau enabling. Untuk diberikan daya atau kuasa, yang bersangkutan harus mampu terlebih dahulu. Sebelum memberikan suatu perubahan, harusnya masyarakat yang hendak melakukan perubahan diberi program mengenai kampanye perlindungan dan pemenuhan hak anak untuk membuat mereka sadar.42

41 Randy R. Wrihatnolo, Riant Nugroho Dwijowijoto, Manajemen Pemberdayaan: Sebuah Pengantar dan Panduan untuk Pemberdayaan Masyarakat, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2007), hal 2.


(51)

37

3. Tahap Pendayaan

Pada tahap ini adalah pemberian daya itu sendiri atau empowerment dalam makna sempit. Pada tahap ini kepada target diberikan daya, kekuatan, otoritas atau peluang. Pemberian ini sesuai dengan kualitas kecakapan yang telah dimiliki.

Bagan 2.1

Tiga Tahapan Pemberdayaan

Sumber: Randy R. Wrihatnolo, Riant Nugroho Dwijowijoto, Manajemen Pemberdayaan: Sebuah Pengantar dan Panduan untuk Pemberdayaan Masyarakat

Melalui teori ini peneliti akan menyandingkan dengan hasil temuan-temuan yang telah didapat dari hasil penelitian lapangan. Sehingga terbentuk suatu konsep atau gambaran yang terjadi di lapangan penelitian. 43

D. Perlindungan dan Pemenuhan Hak Anak dalam Perspektif Islam

Dalam pandangan Islam, perlindungan anak memiliki makna fundamental, yaitu sebagai basis nilai dan paradigma untuk melakukan perubahan nasib anak, serta sebagai pendekatan komprehensif bagi manusia dalam pendidikan rohani, pembinaan generasi, pembentukan umat, dan pembangunan budaya, serta


(52)

38

penerapan prinsip-prinsip kemuliaan dan peradaban (madaniah). Semua ini dimaksudkan agar manusia berada pada sistem sosial yang tinggi, yaitu selalu berada pada garis perjuangan penyelamatan manusia dari kegelapan, kesehatan, dan kekacauan menuju cahaya kebenaran Allah.44

إ نيقهت ۡلل ۡلع ۡج و ني ۡعأ ه ق تهي ذو جو ۡ أ ۡنم ل ۡبه هب ولوقي ني هل و

م م

٤٧

Artinya:

“Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”45 (QS. Al-Furqan: 74)

Menurut tafsir Quraish Shihab, kesebelas, mereka selalu memohon kepada Tuhan agar istri-istri dan anak-anak mereka dijadikan sebagai penyenang hati karena kebaikan yang mereka lakukan. Mereka juga berdoa agar dijadikan sebagai pemimpin dalam kebaikan yang diikuti oleh orang-orang yang saleh.46

Hakikat kedudukan anak adalah tidak saja sebagai rahmat, tetapi juga sebagai amanat dari Allah SWT. Dikatakan rahmat karena anak adalah pemberian Allah SWT yang tidak semua orang tua mendapatkannya. Allah menganugerahi anak hanya bagi keluarga yang dikehendaki-Nya.

ميظع ۡجأ ٓ ع هَ و ۚة ۡتف ۡمك ل ۡوأو ۡمكلو ۡمأ ٓ هنإ

١

Artinya:

“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan

di sisi Allah-lah pahala yang besar.”47 (QS. At-Taghabun: 15)

44 Ibnu Anshori, Perlindungan Anak dalam Agama Islam, (Jakarta: Komisi Perlindungan Anak Indonesia, 2006), hal 1.

45 Terjemahan QS. Al-Furqan: 74

46 Diambil dari https://tafsirq.com/25-al-furqan/ayat-74#tafsir-quraish-shihab, pada tanggal 24 Juli 2017.


(53)

39

Menurut tafsir Quraish Shihab, Sesungguhnya harta dan anak kalian itu adalah cobaan. Allah memiliki balasan amat besar yang diperuntukkan bagi mereka yang lebih mengutamakan taat kepada Allah.48

Sebagai bagian tak terpisahkan dari rahmat itu, Allah menanamkan perasaan kasih sayang orang tua pada anaknya. Setiap orang tua di dalam hatinya tertanam perasaan mengasihi dan menyayangi anaknya. Perasaan tersebut Allah tanamkan dalam hati para orang tua sebagai bekal dan dorongan dalam mendidik, memelihara, melindungi dan memperhatikan kemaslahatan anak-anak mereka sehingga semua hak anak dapat terpenuhi dengan baik serta terhindar dari setiap tindak kekerasan dan diskriminasi.49 Al-Qur’an menggambarkan perasaan itu dengan gambaran yang begitu indah:

أ ۡيخو باوث كب ع ۡيخ تحلهصل تيق ۡل و ۖ يۡن ل ويحۡل ة ي و ۡل و ۡل

ٗم

٧

Artinya:

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”.50 (QS. Al-Kahfi: 46)

Menurut tafsir Quraish Shihab, harta benda dan anak merupakan keindahan dan kesenangan hidup kalian di dunia. Akan tetapi semuanya tidak ada yang abadi, tidak ada yang langgeng, dan pada akhirnya akan musnah. Kebaikan-kebaikan yang kekal adalah yang terbaik untuk kalian di sisi Allah. Allah akan

48 Diambil dari https://tafsirq.com/64-at-tagabun/ayat-15#tafsir-quraish-shihab, pada tanggal 24 Juli 2017.

49 Ibnu Anshori, Perlindungan Anak dalam..., hal., 9-10 50 Terjemahan QS. At-Taghabun: 15


(54)

40

melipatgandakan pahalanya dan itulah sebaik-baik tempat menggantungkan harapan bagi manusia.51

Dalam surat yang lain dikatakan:

ا يفن ث ۡكأ ۡمك ۡلعجو ني بو و ۡمأب مكن ۡد ۡمأو ۡم ۡيلع ه كۡل مكل ن ۡدد همث

Artinya:

“Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar”.52 (QS. Al-Isra’: 6)

Menurut tafsir Quraish Shihab, kemudian setelah benar jalan kalian dan kalian mendapatkan petunjuk, menjalin kekuatan dan meninggalkan kerusakan, kami kembalikan kemenangan kepada kalian. Kami anugerahkan kepada kalian harta dan anak-anak. Dan kami jadikan jumlah kalian lebih besar dari sebelumnya.53

Hakikat perlindungan anak dalam Islam adalah penampakan kasih sayang, yang diwujudkan kedalam pemenuhan hak dasar, dan pemberian perlindungan dari tindakan kekerasan dan perbuatan diskriminasi. Jika demikian halnya, perlindungan anak dalam Islam berarti menampakkan apa yang dianugerahkan oleh Allah SWT di dalam hati kedua orang tua yaitu berupa sentuhan cinta dan kasih sayang terhadap anak dengan memenuhi semua kebutuhan hak-hak dasarnya sehingga anak dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal serta melindungi anak dari setiap tindakan kekerasan dan

51 Diambil dari https://tafsirq.com/18-al-kahf/ayat-46#tafsir-quraish-shihab, pada tanggal 7 Juli 2017.

52 Terjemahan QS. Al-Isra’: 6


(55)

41

ketidakadilan atas dasar menghormati dan memelihara harkat dan martabat anak sebagai anugerah dan amanat ciptaan Allah.54

Dari hal itu, barang siapa telah mendapatkan karunia berupa keturunan wajib menjaganya karena dalam dirinya terdapat hak-hak asasi manusia yang telah di junjung tinggi dalam Undang-Undang Dasar 1945 berupa hak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Pemenuhan hak dasar anak merupakan bagian integral dari implementasi pemenuhan hak asasi manusia. Dalam perspektif Islam, hak asasi anak merupakan pemberian Allah yang harus dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara. Dalam Islam dikenal lima macam hak asasi yang terkenal dengan sebutan adh-dharuriyatukhamsin, yaitu pemeliharaan atas kehormatan (hifdzul’ird) dan keturunan/nasab (hifdzud nasb), pemeliharaan atas hak beragama (hifdzud dien), pemeliharaan atas jiwa (hifdzun nafs), pemeliharaan atas akal (hifdzul aql), dan pemeliharaan atas harta (hifdzul mal).

Perlindungan terhadap anak bertujuan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan. Serta mendapat perlindungan khusus dari kekerasan fisik, psikis dan seksual. Berikut di bawah ini diantara Hak anak yang dikenal dalam Islam.


(56)

42

a. Hak Mendapat Nama Yang Baik

Pemberian nama yang baik bagi anak adalah awal dari sebuah upaya pendidikan terhadap anak. Islam mengajarkan bahwa nama bagi seorang anak adalah sebuah doa. Dengan memberi nama yang baik, diharapkan anak kita berperilaku baik sesuai dengan namanya.55

b. Hak Menerima ASI (Dua Tahun)

Allah SWT telah memerintahkan kepada umat manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya selama dua tahun.

Allah memberi kesempatan kepada ibu seorang anak untuk menyusui anaknya, paling lama dua tahun. Boleh kurang dari dua tahun selama ada alasan yang dibenarkan.56

c. Hak Makan dan Minum Yang Baik

Allah SWT memerintahkan untuk makan segala jenis makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah berikan kepada umat manusia, seraya bertakwa kepadanya. Ini juga berlaku kepada para orang tua dalam memberikan makanan dan minuman yang baik kepada anak-anaknya.57

d. Hak Mendapat Pendidikan

Mendidik anak bagi kedua orang tua merupakan kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan, karena kelak di mintakan pertanggung jawabannya. Memenuhi hak pendidikan anak bisa dilakukan dengan memberikan pengajaran yang baik, atau

55 Syukron Mahbub, Kekerasan Terhadap Anak Perspektif HAM dan Hukum Islam serta Upaya Perlindungannya, (Jurnal Studi Keislaman, Vol. 1 No. 2 Desember 2015: ISSN 2442-8566), hal 223


(57)

43

dengan disekolahkan di lembaga pendidikan sesuai dengan usia anak, jangan sampai anak putus sekolah karena ia sebagai pemilik masa depan.58 Seperti pada

ayat mahfudzat di bawah ini:

غلا ج ويلا ش

Artinya:

“Pemuda hari ini adalah pemimpin di masa depan.”

ۡيلع لخد هلك ۖ هي ك لهفكو سح ت ن ت نأو نسح و قب ب له قتف

ا ۡح ۡل هي ك

هَ ه إ ۖ هَ ع ۡنم وه ۡتل ق ۖا ه كل ىهنأ مي ۡ ي ق ۖ ق ۡ ه ع جو

ۡيغب ءٓ شي نم

ۡ ي

سح

٧٤

Artinya:

“Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.”59 (QS. Al-Imran: 37)

Dalam surat lain dikatakan:

قلخ هل كب م ۡسٱب ۡأ ۡق

قلع ۡنم نسن ۡۡ قلخ

ۡك ۡۡ كب و ۡأ ۡق

٧

ملقۡلٱب مهلع هل

٧

ۡمل ۡعي ۡمل م نسن ۡۡ مهلع

١

Artinya:

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”60

(QS. Al-Alaq: 1-5)

58 Ibid.

59 Terjemahan QS. Al-Imran: 37 60 Terjemahan QS. Al-Alaq: 1-5


(58)

44

e. Hak Mendapat Pendidikan Shalat

Dalam sebuah hadits Rasulullah mengatakan:

ق

س

و

ل

ص

هىل

ل

ع

ل ي

ه

و

س

هل م

:

م

أ او

و

َ

د

ك

م

ب

هصل

ٗ

و

ه

م

أ

ب

ء

س

ع

س

ي

ن

,

و

ضا

ب

و

ه

م

ع

ل ي

و ,

ه

م

أ ب

ء

ع

ش

و

ف

ق

و

ب ا

ي

م

ف

ا ي

ل

ض

ج

ع

Artinya:

“Suruhlah anak-anakmu melakukan shalat di waktu dia berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka kalau sudah berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur di antara mereka (maksudnya antara anak laki-laki dan perempuan)”. (HR. Abu Daud)

Kewajiban mendidik anak untuk mengerjakan shalat dimulai setelah anak berumur tujuh tahun. Bila telah berusia sepuluh tahun anak belum juga mau mengerjakan shalat, boleh dipukul dengan pukulan ringan yang mendidik, bukan pukulan yang membekas atau menyakitkan.61

f. Hak Mendapat Pengajaran Al Qur’an

Mengajarkan Al-Qur’an sebagai bekal mempersiapkan mental anak agar lebih baik, hal ini sudah merupakan dasar paling penting yang harus diusahakan. Pengetahuan tentang Al Qur’an harus lebih diutamakan dari pada yang lainnya, agar kehidupannya kelak selalu dihiasi nilai-nilai al-Qur’an. Amin.62

g. Hak Mendapat Pendidikan dan Pengajaran Baca Tulis

Kalau kita perhatikan, anak-anak yang berumur sekitar empat tahun tampak suka sekali menulis, hal ini bisa menjadi kesempatan memberikan pengajaran baca tulis terhadap anak-anak kita. Untuk bisa memiliki anak yang dapat membaca dan menulis sejak dini, maka anak-anak harus benar-benar


(59)

45

diperkenalkan, menulis dan membaca jauh-jauh sejak dini. Semuanya bisa diusahakan dengan baik.63

h. Hak Mendapat Perawatan dan Pendidikan Kesehatan

Kebersihan adalah pangkal kesehatan. Mengajarkan kebersihan berarti secara tidak langsung mengajarkan kesehatan. Ini penting bagi perkembangan anak agar dibiasakan sampai tumbuh dewasa.64

i. Hak Mendapatkan Kasih Sayang

Hilangkanlah rasa benci pada anak apa pun yang mereka lakukan, doakan dia selalu, agar menjadi anak yang shaleh, santunilah dengan lemah lembut, sabarlah menghadapi perilakunya, hadapi segalanya dengan penuh kasih sayang, jangan mudah membentak apalagi memukul tanpa alasan, biarpun kita jengkel, belailah dengan penuh kasih sayang nasihati dengan santun. Satukan hati kita dengan anak-anak. Jangan sampai kita menjadikan anak sebagai pelampiasan amarah sehingga melakukan tindak kekerasan, apapun bentuknya, biarpun si anak adalah anak orang lain.65

j. Hak Tumbuh Kembang

Dalam kehidupan anak, anak harus diberikan kesempatan sebaik-baiknya untuk tumbuh dan berkembang, seperti mendapatkan pengasuhan, pendidikan yang baik, jika sakit diobati atau dibawa ke dokter, diberi ASI, di imunisasi, dibawa ke POSYANDU. Selain itu perkembangan Psikisnya pun diperhatikan, seperti memberikan rasa aman dan rasa nyaman, membuat lingkungan kondusif,

63 Ibid.

64 Ibid. 65 Ibid.


(1)

135

mereka hadapi. Mengarahkan dan memberikan dukungan berupa motivasi.

Sehingga kelompok FAD dan masyarakat yang bekerja sebagai buruh migran dapat

menghasilkan beberapa bentuk kegiatan.

Aksi pendampingan yang telah dilakukan peneliti bersama masyarakat meski

belum memiliki perubahan yang besar, setidaknya masyarakat telah memiliki

keinginan untuk mengubah cara mereka dalam mendidik anak, walaupun mereka

masih bekerja sebagai buruh migran. Sedikit demi sedikit mengubah pola pikir dan

kesadaran masyarakat Desa Sawahan. Jika proses pendampingan ini dilakukan

dengan lebih mendalam dan dengan durasi yang lebih lama, maka tidak mustahil


(2)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB IX PENUTUP

A. Simpulan

1. Perlindungan anak di Desa Sawahan masih kurang memperhatikan anak dan

keluarga mereka. Para orang tua lebih mementingkan bekerja dari pada

mengasuh dan mendidik anak-anak mereka. Hak-hak anak pun terabaikan oleh

kedua orang tua, seperti pendidikan dan mendapatkan kasih sayang. Selama ini

orang tua hanya memenuhi kebutuhan fisiknya saja seperti membangun rumah,

membeli kendaraan, bahkan mengubah gaya berpakaian seperti negara di

tempat mereka bekerja. Padahal masih banyak kebutuhan yang perlu dipenuhi

seperti pendidikan sekolah untuk anak-anak mereka. Tingkat kesadaran

masyarakat Desa Sawahan masih rendah dan perlu adanya rencana tindak

lanjut.

2. Strategi yang dilakukan peneliti dalam hal ini adalah membangun kesadaran

pada masyarakat melalui pelibatan komunitas dalam proses riset dan aksi

perubahan. Proses riset dan aksi perubahan meliputi membangun hubungan

kemanusiaan, penentuan agenda riset untuk perubahan sosial, pemetaan

partisipatif, menentukan masalah kemanusiaan, menyusun strategi gerakan,

pengorganisasian masyarakat, melancarkan aksi perubahan, membangun

pusat-pusat pembelajaran, dan refleksi. Melalui partisipasi masyarakat proses riset

menghasilkan, kampanye perlindungan dan pemenuhan hak anak. Mengadakan


(3)

137

efektif dan dapat menjadi wadah agar bisa mengurangi dampak yang terjadi

pada anak. Mengadvokasi pemerintah desa mengenai kebijakan program desa

untuk perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak. Dengan terlaksananya

kebijakan dari desa mengenai permasalahan tersebut dapat melakukan rencana

tindak lanjut untuk mengurangi dampak potensi konflik sosial yang terjadi pada

masyarakat Desa Sawahan.

3. Melalui kegiatan kampanye, pelatihan, dan advokasi menghasilkan

beberapa perubahan-perubahan pada masyarakat. Perubahan tersebut ditandai

dengan respons masyarakat keluarga pekerja buruh migran mengenai

permasalahan yang mereka hadapi yakni, mereka mulai sadar jika mereka harus

memperhatikan hak pendidikan dan akhlak untuk kehidupan anak-anak mereka

dan para orang tua akan berusaha supaya tidak hanya memenuhi kebutuhan fisik

saja.

B. Rekomendasi

Pada akhir penulisan laporan ini, terdapat beberapa rekomendasi dan sebagai

bahan pertimbangan untuk peneliti dan masyarakat Desa Sawahan yang berkaitan

dengan permasalahan perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak dari keluarga

pekerja buruh migran yang sedang terjadi sebagai berikut:

1. Sebaiknya pengasuhan anak tetap dilakukan oleh kedua orang tua. Apabila

kondisi tidak memungkinkan maka boleh digantikan selama perlindungan dan

pemenuhan hak-hak anak akan pendidikan, kesehatan, dan kasih sayang dari


(4)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

138

2. Perlu adanya perhatian dari pemerintah dalam mengoptimalkan lapangan

pekerjaan dalam daerah Trenggalek dan sekitarnya. Mengingat kota Trenggalek

merupakan kota yang kaya akan kekayaan alamnya. Seperti luasnya hutan

durian di Desa Sawahan dan adanya beberapa tempat untuk dijadikan tempat

wisata. Hal ini tentunya dapat mengurangi jumlah warga yang bekerja diluar

negeri.

3. Kerja sama dan koordinasi yang baik dan terarah antara PATBM, FAD, dan

pemerintah desa ini harus ada dan terus ditingkatkan.

4. Tokoh masyarakat sebagai orang yang disegani dapat memberikan

ceramah-ceramahnya mengenai pentingnya kewajiban-kewajiban pengasuhan yang tepat

untuk anak.

5. Masyarakat hendaknya tidak memikirkan kepentingan materi saja, tetapi perlu

ditingkatkan kesadaran untuk memperhatikan anak agar tidak terjerumus dalam


(5)

139

DAFTAR PUSTAKA

Referensi Literatur:

Wahyudi Muammad. Statistik Daerah Kabupaten Trenggalek. 2015. (Trenggalek: BPS

Kabupaten Trenggalek).

Juandea Nissa. Dampak Penerapan Kebijakan Moratorium Bagi TKI ke Arab Saudi oleh

Pemerintah Indoneis. (eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2014, Volume 2, Nomor

3: 589-600).

BNPB. Indeks Risiko Bencana Indonesia. 2013. Direktorat Pengurangan Risiko Bencana Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan.

Yuniastuti. Jurnal: Kehidupan Sosial Ekonomi TKI dan TKW Serta Dampak Sosial Psikologis

Pendidikan Anak. 2014.

Widyastuti, Mita. Manajemen Bencana: Kajian dan Ruang Lingkup. 2012. Jurnal FISIP:

MADANI 2.02.

Undang-Undang Dasar 1945.

Data Monografi Desa Sawahan.

Zulfa Nadia Oktaviani, dkk. “Implementasi Diversi Sebagai Wujud Perlindungan Hak Anak”.

2015. (Gema Thn XXVI/50).

Peraturan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2010 tentang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Anshori Ibnu. Perlindungan Anak dalam Agama Islam. 2006. (Jakarta: Komisi Perlindungan

Anak Indonesia).

Mahbub Syukron. Kekerasan Terhadap Anak Perspektif HAM dan Hukum Islam serta Upaya

Perlindungannya. (Jurnal Studi Keislaman, Vol. 1 No. 2 Desember 2015: ISSN 2442-8566).

Fahrudin Adi. Pemberdayaan, Partisipasi dan Penguatan Kapasitas Masyarakat. (Bandung:

Humaniora).

Suharto Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis

Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. 2009. (Bandung: Refika Aditama).

Wrihatnolo Randy R., Dwijowijoto Riant Nugroho. Manajemen Pemberdayaan: Sebuah


(6)

140

Referensi Wawancara:

Wawancara dengan mbah Saimin (65 Tahun) pak RT 07 Dusun Singgahan pada 2 Desember 2016 di rumah mbah Saimin, pukul 16.45.

Wawancara dengan mbah Wagiyem (62 Tahun), tanggal 02 Desember 2016, di rumah mbah Wagiyem RT 11 Dusun Singgahan, pukul 16.45.

Wawancara dengan mbah Saimin (65 Tahun) pak RT 07 Dusun Singgahan pada 2 Desember 2016 di rumah mbah Saimin, pukul 16.45.

Wawancana dengan pak Pram (51 Tahun) pada 4 Desember 2016 di Kelurahan Desa Sawahan, pukul 14.00.

Wawancara dengan Heny (22 Tahun) pada tanggal 05 November 2016 di rumah RT 11.

Wawancara dengan bapak Sigit (38 Tahun) Jogoboyo Desa Sawahan pada 8 April 2017 di rumah bapak Sigit, pukul 11.52.

Wawancara dengan Heny (22 Tahun) suami pekerja migran pada 9 April 2017 di rumah mbah Musi, pukul 10.25.

Wawancara Subani (62 Tahun) RT 11 Dusun Singgahan pada 2 Desember 2016 di rumah Subani.

Wawancara Kasun Krajan, tanggal 5 Desember 2016. Di balai desa Desa Sawahan.

Wawancara Ten (36 tahun), tanggal 8 April 2017. Di rumah ibu Ten pukul 17.45.

Wawancara mbah Saimin (65 Tahun) ketua RT 07 Dusun SInggahan, tanggal 11 Januari 2017. Di rumah mbah Saimin.

Wawancara Wiwin (30 tahun), tanggal 30 Novenber 2016. Di rumah Wiwin RT 11 Dusun Singgahan.

Wawancara dari Pram (49 tahun) RT 09 Dusun Singgahan pada 6 Desember 2016 di aula serba guna balai Desa Sawahan.