KONTROL SOSIAL MASYARAKAT PADA KENAKALAN REMAJA DI DESA MOJOKUMPUL KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO : TINJAUAN TEORI KONTROL TRAVIS HIRSCHI.

(1)

KONTROL SOSIAL MASYARAKAT PADA KENAKALAN

REMAJA DI DESA MOJOKUMPUL KECAMATAN

KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO

(

TinjauanTeoriKontrol Travis Hirschi)

SKRIPSI

DiajukanKepadaUniversitas Islam NegeriSunanAmpel Surabaya untukMemenuhi Salah SatuPersyaratanMemperolehGelarSarjanaIlmuSosial

(S.Sos) dalamBidangSosiologi

Oleh:

GITA TRI UTARI

GITA TRI UTARI

NIM:B35212047

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU SOSIAL

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FEBRUARI

2016


(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah melakukan bimbingaq arahan, dm koreksi tohadap penulisan skripsi yang ditulis

oleh:

Nama

: Gta Tri Utari

NIM

"

835212047 Program

Studi

: Sosiologi

yang berjudul

(Kontrol

Sosial Masyarakat pada Kenakalan Remaja

di

Desa Mojokumpul Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto (Tinjauan Teori Kontrol Travis Hirschi)', saya berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah diperbaiki dan dapat

diujikan dalam rangka memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial dalam bidang Sosiologi.

Surabay4 04 Jarumi 2016

,--0,-h

Dra Hj. NurMazidah M.Si


(3)

PENGESAIIAN

Skripsi oleh Gita Tri Utari dengan judul: sKontrcl Sosial Masyarakat pada Kenakalan Remaja di Mojokumpul Kecarnatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto (finjauan Teori Kontrol Trayis Hircchi)" telah dipertahankan dan dinyatakan lulus di depan Tim Penguji Stripsi padatanggal4 Pebruari 2016

TIM PENGUJI SKRIPSI

Dra. Hj, Nur Mazidah M.Si

NIP. 1 95306t3r992$2441

Dr. FIj. Rr. Suhartini. M.Si NIP. 195801 13 1 982032001

Surabay4 4 Februari 2016 Mengesahkan,

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Suraba,va

ilt

Penguji I Penguji II

Penguji III

2007101006

Penguji IV

1 985 1 01 9201 503 1 001

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


(4)

PERNYATAAN

PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAII SKRIPSI

B i s mi I I ahirr ahm ani r r ah im Yang bertandatangan di bawah

Nama

Nim

Program Studi Judul Skripsi

ini,saya:

Gita Tri Utari

835212047

Sosiologi

Kontrol Sosial Masyarakat Pada Kenakalan Remaja

Di

Desa Mojokumpul Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto (Tinjauan Teori Kontrol Travis Hirschi)

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:

1)

Skripsi

ini

tidak pemah dikumpulkan kepada lembaga pendidikan mana pun untuk

mendapatkan gelar akademik apatr)un.

2)

Skripsi ini adalah benar-benar hasil karya saya secara mandiri dan bukan merupakan

plagiasi atas karya orang lain.

3)

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi

ini

sebagai hasil

plagiasi, saya bersedia menanggung segala konsekuensi hukum yang terjacli.

Surabaya, 04 I anuai 20I 6


(5)

ABSTRAK

Gita Tri Utari, 2015, Kontrol Sosial Masyarakat pada Kenakalan Remaja di Desa Mojokumpul Kecamatan Kemlagi kabupaten Mojokerto, “Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya.”

Kata Kunci: Kontrol Sosial, Kenakalan Remaja

Kontrol sosial masyarakat memiliki peranan penting guna membatasi kenakalan pada remaja yang semakin hari kian bertambah, dari berbagai permasalahan yang ada, peneliti membatasi rumusan masalah yang hendak dikaji dalam skripi ini ialah sebagai berikut, bagaimana kontrol sosial yang dilakukan masyarakat pada kenakalan remaja di Desa Mojokumpul, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto. Namun dari satu pembahasan tersebut, terdapat sub pembahasan yaitu, faktor apa yang menyebabkan rendahnya kontrol sosial masayarakat pada kenakalan remaja di Desa Mojokumpul Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto.

Untuk menjawab rumusan masalah di atas, metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode kualitatif deskriptif, dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode ini dipilih agar diperoleh data penelitian yang bersifat mendalam dan menyeluruh mengenai kontrol sosial masyarakat pada kenakalan remaja di Desa Mojokumpul Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto. Teori yang digunakan dalam menganalisis data yang diperoleh adalah teori kontrol oleh Travis Hirschi.

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa; (1) Kontrol sosial yang dilakukan masyarakat pada kenakalan remaja cenderung rendah, walaupun tidak semua masayarakat mengetahui kenakalan remaja yang ada, tetapi mereka yang mengetahui bentuk kenakalan tersebut pun hanya menegur dan mengajak untuk tidak melakukan penyimpangan secara berulang. Kontrol sosial dilakukan oleh orang tua, warga, hingga tokoh masyarakat. Tetapi bentuk kontrol yang dilakukan cenderung sama, yakni mengajak dan menegur, tetapi hal ini dirasa belum cukup efektif untuk mengatasi kenakalan remaja, lembaga yang ada pun juga belum efektif. (2) Faktor yang menyebabkan rendahnya kontrol sosial yaitu, anggapan bahwa hal tersebut tidak pernah diketahui langsung sehingga penyimpangan pun masih dianggap wajar dan anggapan bahwa tanggung jawab remaja terdapat pada diri mereka sendiri sehingga suatu saat nanti hal ini pasti akan hilang seiring dengan bertumbuh dewasanya mereka.


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

MOTTO ...iii

PERSEMBAHAN...iv

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN SKRIPSI... v

ABSTRAK...vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB 1 : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Konseptual ... 7

F. Telaah Pustaka ... 10

G. Metode Penelitian ... 14

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...14

2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...15

3. Pemilihan Subyek Penelitian ...16

4. Tahap-Tahap Penelitian ... 17

5. Teknik Pengumpulan Data... 18

6. Teknik Analisis Data... 20

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data...22

H. Sistematika Pembahasan ...23

BAB II : KAJIAN PUSTAKA...24

A. KontrolSosial……….24

B. KenakalanRemaja ... 35

BAB III : KONTROL SOSIAL YANG DILAKUKAN MASYARAKAT TERHADAP KENAKALAN REMAJA: TINJAUAN TRAVIS HIRSCHI...41

A. Masyarakat Desa Mojokumpul Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto ...41

B. Kontrol Sosial Masyarakat Pada Kenakalan Remaja di Desa Mojokumpul Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto...46

C. Kontrol Sosial Masyarakat Pada Kenakalan Remaja Tinjauan Travis Hirschi.81 BAB IV : PENUTUP………....87


(7)

B. Saran………. 88

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara 2. Jadwal Penelitian

3. Surat Keterangan (bukti melakukan penelitian) 4. Biodata Peneliti


(8)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia, dalam menjalani hidup ini pasti melewati masa remaja.Dalam masa remaja inilah manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang bersangkutan dengan perilaku, kemampuan berpikir, perkembangan sikap, perasaan atau emosi, perkembangan minat atau cita-cita serta perkembangan pribadi, sosial dan moral.1

Masa remaja di mana manusia masih dalam proses pencarian jatidiri dan pada saat itu juga manusia sedang menghadapi ketidakstabilan keadaan perasaan dan emosi serta hal yang berkaitan dengan sikap dan moral, maka tidak heran jika akhir-akhir ini banyak sekali terjadi tindak kriminal dalam masyarakat yang pelakunya sebagian besar adalah remaja yang dikenal dengan istilah kenakalan remaja. Hal ini dikarenakan dalam diri remaja masih terdapat gejolak emosi yangtak terkendali, kemampuan berpikir dalam masa remaja lebih dikuasaioleh emosinya sehingga kurang mampu mengadakan konsensus dengan pendapat orang lain yang bertentangan dengan pendapatnya. Akibatnya, masalah yang menonjol adalah pertentangan sosial.

1


(9)

Pada dasarnya kenakalan remaja merupakan suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat, atau dapat juga dikatakan bahwa kenakalan remaja adalah suatu bentuk perilaku yang menyimpang.Perilaku menyimpang juga dapat dilihat sebagai perwujudan dari konteks sosial dan perilaku menyimpang tidak dapat dilihat secara sederhana sebagai tindakan yang tidak layak, melainkan lebih dari itu harus dilihat sebagai hasil interaksi dari transaksi yang tidak benar antara seseorang dengan lingkungan sosial. Saat ini baik di kota maupun di desa perilaku remaja menimbulkan gangguan atau masalah dalam masyarakat yang dikenal juga dengan istilah kenakalan remaja. Beraneka ragam sekali bentuk-bentuk kenakalan remaja ini.Semisal, minum-minuman keras, balapan liar, dan perjudian.

Demi terpeliharanya kewajaran organisasi dan keterlebatan sosial dalam sesuatu masyarakat, harus dijamin adanya kelangsungan perilaku yang telah menjadi pola terencana dalam masyarakat.Untuk mencapai tujuan ini, semua masyarakat harus mensosialisasikan anggota-anggotanya dengan harapan agar mereka berperilaku dengan sikap yang dapat diterima secara kemasyarakatan dengan sesuai dengan masing-masing situasi.Bila sosialisasi ini tidak berhasil, proses-proses pengendalian sosial harus digiatkan demi terpeliharanya ketertiban yang dibutuhkan.Karena dengan adanya sosialisasi, dapat mempengaruhi adanya pengendalian sosial yang terpelihara dengan baik, sehingga mengurangi kenakalan remaja yang terjadi.


(10)

Kemlagimempunyai mata pencaharian sebagai petani dan pedagang.sebagian lagi menjadi sopir, peternak dan pegawai negeri sipil.Sebagai petanidi sawah yang menghabiskan waktu mulai dari pagi hingga siang sekitar pukul sebelas. Selebihnya mereka menghabiskan waktunya di rumah dengan bersosialisasi antar tetangga satu sama lain. Seringkali mereka bertetangga di sore maupun malam hari untuk sekedar bercengkrama maupun membicarakan hal-hal yang dianggap penting, dan hal ini membuat masyarakat desa sangat mengamati hal-hal apa yang terjadi disekitarnya, mulai dari tindakan warga sekitarnya maupun konflik yang terjadi. Belakangan ini konflik yang terjadi di Desa Mojokumpul Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto banyak ditimbulkan oleh remaja.Konflik ini disebabkan oleh banyaknya remaja yang mengalami dekadensi moral, baik dari tindakan maupun perkataan.Bahkan para remaja sudah tidak bersembunyi lagi untuk melakukannya, sehingga masyarakat juga beberapa mengetahui hal tersebut.

Desa Mojokumpul, di sini penulis melihat para remajanya yang sering melakukan perilaku yang menyimpang. Seperti, meminum-minuman keras, kenakalan lainnya yang dilakukan mereka adalah memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi di dalam lingkungan desa dan hal ini terkadang dilakukan pada dini hari. Bentuk kenakalan lain yang sering dilakukan oleh mereka yaitu perjudian.Masalah-masalah tersebut yang berkaitan dengan persoalan khas remaja, misalnya, soal kemandirian, hak dan kewajiban, kebebasan, pengakuan


(11)

terhadap eksistensi budaya remaja.2Sikap tindak mereka rata-rata sudah mendekati pola sikap tindak orang dewasa, walaupun dari sudut perkembangan mental belum sepenuhnya demikian.

Pemahaman tentang masa remaja yaitu masa pencarian jatidiri atau pencarian identitas diri dan juga dalam masa perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan dirinya. Remaja membutuhkan pengertian, pengarahan, dan bantuan dari orang yang dicintai dan dekat dengannya terutama orang tua atau keluarganya yang dapat memberikan pengayoman, pendidikan, kasih sayang, juga perlindungan sehingga menjamin rasa aman.Kadang sulitnya mengadakan hubungan yang baik antara orang tua dan remaja membuat masalah-masalah itu kurang bisa teratasi.Hendaknya orang tua mempunyai tolak ukur untuk menilai sikap tindak remaja.

Perkembangan masa remaja, perhatian dan pengarahan dari keluarga sangat diperlukan, dengan rasa perhatian dan mendapat pengarahan dari keluarga remaja merasa aman dan merasa punya pegangan dalam menjalani hidupnya.Bisa dilihat bahwa dewasa ini, banyak sekali kenakalan remaja tumbuh dari para remaja yang kurang perhatian dari keluarga, pergaulan oleh lingkungan yang salah, dan kekosongan kontrol dari lembaga-lembaga yang ada atau tokoh masyarakat sekitar.Anak nakal yang mungkin menjadi jahat itu pertama-tama ditinjau dalam lingkungan hidupnya.Peninjauan harus mengingat bahwa tidak ada manusia dilahirkan dengan sifat-saaifat yang jahat. Sifat-sifat manusia itu tak lain


(12)

melainkan hasil lingkungan hidup mereka sendiri.3Oleh karena itu kurangnya kontrol lingkungan sekitar remaja membuat mereka melakukan penyimpangan perilaku.

Sosial kontrol yang datangnya dari dalam diri kita dapat dijalankan melalui proses pendalaman norma, sebagian besar sosial kontrol yang kita butuhkan dijalankan secara intern oleh diri kita masing-masing. Sosial kontrol bisa juga dijalankan oleh faktor-faktor luar, yang keduanya bisa bersifat formal atau informal. Sosial kontrol informal nampak jelas sekali di dalam kelompok primer dan sebenarnya memang merupakan salah satu dari fungsi-fungsi pokok kelompok primer (keluarga,teman,kelompok sosial lainnya). Dalam banyak hal kita memiliki tanggungjawab tertentu terhadap individu lain karena peranan tertentu terhadap individu lain karena peranan tertentu yang kita duduki dalam dalam hubungannya dengan individu tersebut. Mekanisme pengendalian sosial yang bersifat informal memiliki lingkup yang luas sekali, karena termasuk di dalamnya pengucilan, gossip, ejekan atau ancaman.Karena penerimaan kelompok sangat penting bagi tiap individu, kekhawatiran untuk ditolak dari kelompok merupakan sosial kontrol yang efektif.

Pada kenyataannya masyarakat setempat mengetahui apa yang telah di lakukan oleh para remaja, dan mereka acuh seolah tidak mengerti apa-apa, padahal generasi di desa tersebut sedang mengalami dekadensi moral. Kekosongan kontrol sosial, dirasa menjadi salah satu faktor kenakalan

3

Hassan Shadily,Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia(Jakarta: Rineka Cipta,1993), 367.


(13)

remaja.Juga kontrol sosial seperti apa yang sudah diterapkan di lingkungan desa, karena masih didapati kenakalan remaja. Oleh karena itu perlu diteliti.

B. Fokus Permasalahan

Berdasarkan atas latar belakang sebagaimana tersebut di atas, maka dapat diambil sebuah fokus masalah, yaitu: bagaimana kontrol sosial yang dilakukan masyarakat pada kenakalan remaja di Desa Mojokumpul, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto?

C. Tujuan Penelitihan

Mengetahui kontrol sosial yang dilakukan masyarakat terhadap kenakalan remaja di Desa Mojokumpul, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, diharapkan dapat memenuhi, antara lain:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengayaan khazanah bagi pengembangan pendidikan dalam keluarga, sehingga orang tua memiliki pandangan alternatif dalam membimbing anak secara tepat dan bijaksana.


(14)

2. Penelitian ini akan memberikan pengalaman kepada mahasiswa bagaimana cara peneliti dan bagaimana cara menggunakan teori sebagai kacamata untuk melakukan penelitian.

3. Penelitian ini juga merupakan kesempatan bagi peneliti untuk belajar mengaplikasikan teori-teori yang telah penulis dapatkan selama ini dibangku perkuliahan, khususnya prodi Sosiologi.

Hasil penelitian ini akan memberikan keyakinan kepada mahasiswa bahwa mereka dapat mengaplikasikan keilmuannya dalam dunia nyata masyarakat.

E. Definisi Konseptual

Penjelasan konsep yang mendasari pengambilan judul di atas sebagai bahan penguat sekaligus spesifikasi mengenai penelitian yang akan dilakukan.

1. Kontrol Sosial atau Pengendalian Sosial

Pengendalian sosial (social control) merupakan suatu sistem yang mendidik, mengajak bahkan memaksa warga masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan nilai dan norma -norma sosial agar kehidupan masyarakat dapat berjalan dengan tertib dan teratur. Menurut Peter L. Berger yang dimaksud pengendalian sosial adalah berbagaicara yang digunakan

masyarakat untuk menertibkan anggota yang

membangkang.4Semantara Roucek mendefenisikan pengendalian

4

J. Dwi Narko dan Bagong,Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan(Jakarta: Kencana, 2006), 132.


(15)

sosial tidak hanya pada tindakan terhadap mereka yang membangkang, tetapi proses-proses yang dapat kita klasifikasikan sebagai proses sosialisasi.5 Berbeda dengan, Veeger dalam Kolip pengendalian sosial adalah titik kelanjutan dari proses sosialisasi dan berhubungan dengan cara dan metode yang digunakan untuk mendorong seseorang agar berperilaku selaras dengan kehendak kelompok atau masyarakat yang jika dijalankan secara efektif, perilaku individu akan konsisten dengan tipe perilaku yang diharapkan. Pengendalian sosial dijalankan secara timbal balik, yaitu kita mempengaruhi perilaku orang-orang lain, namun sebaliknya mereka juga mempengaruhi perilaku kita.6 Kontrol sosial yang ada di Desa Mojokumpul yaitu cara-cara masyarakat untuk mengajak remaja berperilaku sesuai norma yang ada, berupa teguran.

2. Masyarakat

Masyarakat dalam istilah bahasa Inggris adalahsocietyyang berasal dari kata Latin sociusyang berarti (kawan).Istilah masyarakat berasal dari kata bahasa Arabsyarakayang berarti (ikut serta dan berpartisipasi).Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, dalam istilah ilmiah adalah saling berinteraksi.Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana melalui warga-warganya dapat saling berinteraksi.Semua warga


(16)

masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama,hidup bersama dapat diartikan sama dengan hidup dalam suatu tatanan pergaulan dan keadaan ini akan tercipta apabila manusia melakukan hubungan.Sedangkan masyarakat menurut Selo Soemardjan adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan.7Gambaran peneliti tentang masyarakat di Desa Mojokumpul adalah sekelompok orang yang menempati wilayah yang sama, saling berinteraksi dan bergaul satu sama lain. Dengan mayoritas pekerjaan sebagai petani dan pedagang.

3. Kenakalan Remaja

Istilah kenakalan remaja berasal dari istilah bahasa inggris

“juvenile delinquent” dua kata ini selalu digunakan secara bersamaan.Istilah ini bermakna remaja yang nakal.8Juvenileberarti anak muda dan delinquent artinya perbuatan salah atau perilaku menyimpang.9Para ahli memberikan suatu batasan pengertian yang berbeda-beda, sesuai dengan cara melihatnya. Tetapi intinya tetap

sama ialah “suatu perbuatan yang dijalankan oleh kalangan

pemuda yang menginjak dewasa, perbuatan tersebut merupakan

pelanggaran tata nilai dari masyarakat atau orang banyak”.

Sedangkan kenakalan remaja di Desa Mojokumpul menurut gambaran peneliti adalah perilaku menyimpang yang dilakukan

7

Soerjono Soekanto,Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1990), 24.

8

B. Simanjuntak, ,Latar Belakang Kenakalan Remaja(Bandung: Alumni 1984), 43.

9


(17)

anak muda dengan kisaran umur 16 hingga 25 tahun, penyimpangan perilaku remaja dapat diartikan sebagai perilaku yang tidak sesuai norma yang ada. Kenakalan remaja yang terjadi berupa, minum-minuman keras, memacu kendaraan dengan kencang, hingga judi.

F. Telaah Pustaka

Pertama, skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Kemampuan

Mengontrol Diri Dan Kecenderungan Berperilaku Delikuensi Pada

Remaja“ yang dilakukan oleh Elfida mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada pada tahun 2012.Penelitian ini menggunakan jenis penelitiankualitatif yang menghasilkan temuan-temuan data tanpa menggunakan prosedur statistik atau dengan cara lain dari pengkuran. Sesuai judul penelitian ini maka penulis menggunakan penulisan eksplorasif dimana penelitian ini untuk dapat menggali data, tanpa perlu mengoperasikan konsep dalam menguji realitas yang diteliti dengan mendeskripsikan secara terperinci.Untuk mengetahui apakah remaja non deliquensi memiliki kontrol lebih tinggi atau tidak dibandingkan remaja deliquensi.Penelitian yang dilakukan oleh Elfida menunjukkan bahwa remaja non deliquensimemiliki kontrol diri lebih tinggi dibandingkan dengan para remaja deliquensi.Mereka mampu mengarahkan energi emosinya kearah hal-hal yang bermanfaat dan secara sosial dapat diterima.Mereka lebih mampu mengendalikan diri dan menyesuaikan diri


(18)

dengan aturan-aturan sosial cenderung memiliki kontrol yang kuat terhadap emosi dan perilakunya.Umumnya semua deliquensinya yang dilakukan oleh para remaja. Deliquensinya yangdilakukan oleh para remaja deliquensi merupakan mekanisme kompersatonismendapatkan pengakuan terhadap egonya disamping digunakan sebagai konpensasi, pembalas dan perasaan minder (komplek interior) yang ingin ditebusnya dengan tingkah laku merasa paling hebat atau rasa ingin menonjolkan diri, aneh-aneh dan kriminal.10

Kedua, skripsi dengan judul “Kenakalan Remaja Muslim Dalam

Konteks Perubahan Sosial di Desa Karangwaluh, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulonprogo“ yang disusun oleh Mashud Saragih mahasiswa

Jurusan Sosiologi Agama Fakultas Ushuludin Universitas Sunan Kalijaga Yogyakarta. Secara garis besar skripsi ini membahas tentang penyimpangan yang dilakukan oleh remaja muslim Desa Karangwaluh dan faktor pendorong mereka melakukan tindakan tersebut, dengan metode kualitatif deskriptif. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut yaitu remaja muslim didapati banyak melakukan kenakalan remaja pada umumnya, seperti balapan liar, judi, minum-minuman keras, seks bebas, hingga tawuran antar desa.Beberapa faktor yang ditemukan sebagai pendorong mereka melakukan kenakalan remaja tersebut yaitu pergaulan yang salah atau ajakan sesama teman. Sebagian dari mereka

10

Elfida P, “Hubungan Antara Kemampuan Mengontrol Diri dan Kecenderungan Berperilaku Deliquensi Pada Remaja”(Yogyakarta: Fak. Psikologi UGM, 2012).


(19)

mempengaruhi satu sama lain untuk melakukan hal yang sama sehingga terdoronglah untuk melakukannya, karena jika tidak melakukannya dianggap cupu atau tidak gaul. Sehingga untuk mendapatkan predikat seperti itu para remaja banyak yang akhirnya terjerumus berbagai kenakalan remaja saat ini.Mereka melakukannya dengan bersama-sama setiap minggunya atau bahkan dua hari sekali, yaitu minum-minuman keras dan dibarengi judi.Remaja yang tergolong banyak melakukan kenakalan tersebut berkisar antar umur 15 hingga 25 tahun.Tanpa ada pengawasan yang lebih dari orang tua, mereka semakin leluasa melakukan berbagai penyimpangan tersebut. Mereka yang tergolong remaja muslim tersebut, bahkan tetap mengerjakan shalat walaupun tidak lima waktu. Teapi yang terjadi hal ini tidak member dampak apa-apa pada kehidupan keseharian mereka, karena perilakunya cenderung melanggar norma.11

Ketiga, skripsi dengan judul “Kenakalan Remaja Yogyakarta“

yang disusun oleh Rini Wahyuni jurusan Sosiologi Agama, Fakultas Ushuludin, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2009. Dalam skripsi tersebut membahastentang kenakalan remaja yang dilakukan oleh siswa MAN Godean Yogyakarta dan dalam skripsi tersebut juga dibahas tentang beberapa faktor yang mempengaruhi kenalan remaja di MAN Godean Yogyakarta baik secara internal maupun secara eksternal.Skripsi ini menggunakan jenis penelitian kualitatif sedangkan pendekatan yang digunakan yaitu fenomenologi.Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh 11


(20)

Rini yaitu kenakalan remaja MAN Godean Yogyakarta dapat digolongkan pada perilaku menyimpang yang berupa mengkonsumsi obat-obatan terlarang seperti narkoba dan perjudian,mereka melakukannya bersama-sama (6 siswa) pada jam sekolah atau diluar jam sekolah.Jika pada jam sekolah mereka melakukannya saat jam kosong di kelas, dan waktu istirahat di kamar mandi belakang sekolah. Kenakalan siswa secara internal memberikan dampak berupa gangguan berfikir, sehingga berdampak pada ketidak stabilan emosi/perasaan.Sedangkan secara eksternal, kenakalan siswa banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat dan jika dilihat dari kedua faktor tersebut yang lebih banyak mendominasi pengaruh kenakalan siswa yang terjadi adalah sisi eksternal.12

Dari ketiga penelitian diatas, tidak ditemukan penjelasan tentang penyebab dari berbagai kenakalan remaja, yang salah satunya disebabkan oleh rendahnya kontrol sosial, baik itu dari lingkungan keluarga, rumah, sekolah, hingga teman bermain. Faktor apa saja yang menyebabkan rendahnya kontrol sosial. Maka disini peneliti mengangkat tema tentang kontrol sosial yang dilakukan masyarakat di Deda Mojokumpul, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto, tentang bentuk kontrol sosial apa saja yang diterapkan serta mengindetifikasi beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya kontrol sosial tersebut

12

Rini Wahyuni, “Kenakalan Remaja Yogyakarta” (Sosiologi Agama, Fakultas Ushuludin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009).


(21)

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitihan

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif karena, peneliti ingin menggambarkan realita dibalik fenomena secara mendalam dan terperinci. Menurut Bodgan dan Taylor penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.13

Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti berperan sebagai instrument kunci dengan analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian yang lebih menekankan makna dari pada kesimpulan generalisasi. metode ini digunakan untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan, berfokus pada makan individual, dan menterjemahkan kompleksitas suatu persoalan.14Jenis penelitian baru-baru ini memiliki dua pendekatan kualitatif, yakni pengamatan melibat dan penelitian tindakan partisipatif.15

13

Basrowi dan Suwandihal,Memahami Penelitian Kualitatif(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), 1.

14

Definisi mengenai penelitian kualitatif ini diambil dari makalah: Dr Rr. Suhartini, Dra., M.Si berjudul:Bahan Perkuliahan Metode Penelitian Kualitatif, yang disampaikan di kelas pada 25 Maret 2014

15

Penelitian dengan pendekatan kualitatif ini sering dilakukan dalam penelitian sosiologi dan antropologi, di mana pendekatan kualitatif ini diperkaya oleh masuknya dua pendekatan


(22)

Strauss dan Corbin dalam buku Basics of Qualitative Research

menyebutkan bahwa penelitian kulitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Contohnya dapat berupa penelitian tentang kehidupan, riwayat, dan perilaku seseorang, di samping juga tentang peranan organisasi, pergerakan sosial, atau hubungan timbal-balik.16

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berada di Desa Mojokumpul, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto. Dengan lokasi yang berada di daerah pedesaan, masyarakat sekitar dan lingkungannya masih dalam kategori sangat sederhana dan masih alami, yang menjadikan suasana menjadi akrab dengan ketenangan, kesejukan dan keindahan, disamping letaknya yang berdampingan dengan areal persawahan yang sangat mendukung untuk terciptanya suasana yang kondusif, tenang dan nyaman tanpa adanya banyak gangguan.

Waktu penelitian di lakukan mulai bulan Oktober 2015 sampai bulanJanuari 2015.Adapun alasan penelitian yang menjadikan Desa Mojokumpul ini di jadikan objek penelitian ialah, karena dari hasil pengamatan yang di lakukan peneliti tentang rendahnya kontrol sosial

16

Prosedur penelitian kualitatif terletak pada analisa non-matematis. Prosedur ini menghasilkan temuan yang diperoleh dari data-data yang dikumpulkan dengan menggunakan beragam sarana. Sarana itu meliputi pengamatan dan wawancara, namun bisa juga mencakup dokumen, buku, kaset vidio, dan bahkan data yang telah dihitung untuk tujuan lain, misalnya data sensus. Lihat Anselm Strauss & Juliet Corbin,Basics of Qualitative Research; Grounded Theory Procedures and Techniques, Penj. Muhammad Shodiq & Imam Muttaqien, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), 4-5.


(23)

masyarakat tentang kenakalan remaja di Desa Mojokumpul, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto.

3. Pemilihan Subyek Penelitihan

Sasaran penelitian yang akan dilakukan adalah masyarakat, tokoh masyarakat atau agama, para remaja dan orang tua remaja di Desa Mojokumpul, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto. Disusun dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 1.1

Daftar Informan Penelitian

No Nama Pekerjaan Keterangan

1 Sleman Petani Masyarakat

2 Ngatiman Petani Masyarakat

3 Suratno Wiraswasta Masyarakat

4 Hanif Petani Masyarakat

5 Tutus Ibu Rumah Tangga Orang Tua

6 Ridah Ibu Rumah Tangga Orang Tua

7 Sumariyah Ibu Rumah Tangga Orang Tua

8 Suradi Petani Tokoh Agama

9 Bunadi PNS Tokoh Masyarakat

10 Suparno Polo Tokoh Masyarakat

11 Adi Ketua RT Tokoh Masyarakat

12 Darmo Karyawan Remaja


(24)

14 Ufo Mahasiswa Remaja

15 Bongkeng Karyawan Remaja

16 Safik Mahasiswa Remaja

17 Mamik Karyawan Remaja

18 Arya Siswa Remaja

4. Tahap-Tahap Penelitihan

Dalam melakukan penelitian tentang kontrol sosial masyarakat tentang kenakalan remaja di Desa Mojokumpul, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto, diperlukan langkah-langkah penelitian sebagai berikut:

a. Melakukan diskusi intensif

Langkah ini adalah langkah pertama yang akan dilakukan pra-penelitian. Diskusi secara intensif yang dilakukan di kelas dengan cara mengumpulkan berbagai pendapat dan gagasan mengenai cara-cara yang tepat dalam melakukan penelitian. Langkah ini penting supaya semua yang terlibat dalam penelitian mempunyai pengetahuan dan orientasi yang jelas ketika terjun di lokasi penelitian.

b. Melihat Fenomena

Melihat banyaknya kenakalan remaja yang terjadi di Desa Mojokumpul, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto dan


(25)

rendahnya kontrol sosial masyarakat setempat. Langkah ini mempunyai tujuan untuk membuktikan dan menarik hipotesa mengenai objek penelitian kontrol sosial masyarakat tentang kenakalan remaja di Desa Mojokumpul, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto.

c. Melakukan penulisan proposal

Langkah selanjutnya adalah menulis proposal penelitian. Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang rencana kegiatan penelitian di Desa Mojokumpul, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto secara lengkap, jelas, singkat, dan mudah dimengerti sebagai bahan pertimbangan bagi pihak yang memberikan persetujuan atas kegiatan penelitian yang diusulkan.

d. Melakukan Penelitian

Langkah ini merupakan inti dari kegiatan penelitian yang akan dilakukan, yang bertujuan untuk mencari, memperoleh dan menganalisa data yang telah diperoleh dari terjun lapangan untuk penelitian.

e. Melakukan Penulisan Laporan

Setelah memperoleh dan menganalisa data yang didapat dari penelitian lapangan, pada langkah ini dilakukan penulisan laporan secara deskriptif-interpretatif.


(26)

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian tentang kontrol sosial masyarakat pada kenakalan remaja ini, data dari subyek penelitian dikumpulkan melalui :

a. Observasi

Observasi yang dilakukan peneliti adalah pada saat penentuan informan dimana peneliti mengamati secara visual menggunakan indera mata dan telinga sendiri untuk mengetahui karakteristik masyarakat Desa Mojokumpul yang akan dijadikan sebagai informan penelitian.Karakteristik yang dimaksud adalah bagaimana pengetahuan dan pengaruh masyarakat dalam kehidupan sosial sehari-hari.

Selain itu, peneliti juga melakukan observasi mengenai bagaimana kenakalan remaja yang terjadi di Desa Mojokumpul deengan rendahnya control sosial dari masyarakat.

b. Wawancara

Proses menggali data terhadap informan dengan menggunakan pedoman wawancara terbuka dan disertai dengan wawancara lebih mendalam terhadap informan (indepth interview). Wawancara yang dilakukan lebih menyerupai suatu dialog antara peneliti dan subyek penelitian yang dilakukan dengan suasana keakraban dan santai dengan menggunakan pedoman wawancara atau guide interview. Dimana, dalam proses wawancara peneliti menyesuaikan lokasi wawancara sesuai keinginan informan. Dengan


(27)

cara ini dapat menggali sebanyak mungkin informasi sehingga memperoleh gambaran yang sejelas-jelasnya dan lebih memungkinkan mendapatkan info yang unik dan jujur. Dalam proses wawancara peneliti tidak terpaku pada pedoman wawancara yang baku tetapi juga mengikuti alur pembicaraan subyek penelitian dan memungkinkan peneliti untuk mengembangkan pertanyaan. Pada saat melakukan percakapan, peneliti berusaha untuk memberi kebebasan kepada informan apapun pendapatnya dan tidak untuk memotong atau menyela perkataan informan. Untuk memudahkan proses wawancara peneliti menggunakan media handphone dan kamera digital sebagai media untuk merekam hasil wawancara serta mengabadikan suatu realitas yang terjadi di lapangan sehingga hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan.

c. Studi Pustakaatau Literatur,

Menggunakan buku-buku atau artikel dalam kaitannya dengan kajian teoritik yang dapat menjelaskan tentang kontrol sosial masyarakat pada kenakalan remaja di Desa Mojokumpul, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan setiap pemgumpulan data di lapangan secara berkesinambungan diawali dengan proses klarifikasi data agar tercapai konsistensi, dilanjutkan dengan mempertimbangkan


(28)

menghasilkan pernyataan yang sangat mungkin dianggap penting dan hal mendasar.17

Pada tahap analisis data terdapat tiga langkah untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan, yaitu:

a. Reduksi data (data reduction) yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, abstraksi dan transformasi data kasar yang diperoleh di lapangan studi.

b. Penyajian data (data display) yaitu deskripsi dalam bentuk teks naratif berdasarkan kumpulan informasi tersusun yang memungkinkan untuk melakukan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing and verification), mencari makna dari setiap gejala yang diperolehnya di lapangan, mencatat keteraturan atau pola penjelasan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur kausalitas dan proposisi. Selama penelitian masih berlangsung, setiap kesimpulan yang ditetapkan akan terus-menerus di verifikasi hingga benar-benar diperoleh konklusi yang valid dan kokoh.

Dengan tiga langkah analisis data tersebut memudahkan peneliti untuk menganalisis data dari informan. Peneliti juga menggunakan kategorisasi untuk mengklasifikasikan data-data kunci sehingga bisa lebih mudah untuk menarikkesimpulan hasil penelitian. Kategorisasi

17

Imam Suprayogo,Metode Penelitian Agama(Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2001), 102.


(29)

data yang tersebut dalam bentuk tabel dimana jawaban informan di kategorikan menurut konsep-konsep penelitian yang terpenting. Data juga dianalisis dengan menggunakan teori yang dipakai dalam penelitian ini yaitu teori kontrol sosial dari Travis Hirschi.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam proses penelitian tidak semua pernyataan atau informasi yang didapatkan dari informan itu sesuai atau valid. Maka dari itu uraian informasi, tindakan dan ungkapan yang didapat perlu terlebih dahulu diukurkeabsahan datanya. Proses ini sangat penting dimaksudkan agar informasi yang diperoleh memiliki derajat ketepatan dan kepercayaan sehingga hasil penelitian bisa dipertanggung jawabkan.Agar data yang diperoleh benar-benar valid maka informasi yang telah diperoleh dari satu informan dicoba untuk ditanyakan kembali kepada informan yang lain dalam beberapa kesempatan dan waktu yang berbeda. Proses ini mengikuti apa yang dikemukakanoleh Moleong yaitu teknikmember check (pengecekan anggota). Dengan kata lain peneliti melakukan cross check

mempertanyakan pertanyaanyang sama dengan informan yang berbeda hingga informasi yang diperoleh menjadi sama atau memiliki kemiripan.


(30)

H. Sistematika Pembahasan

Penelitian ini akan dilaporkan dalam sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, definisi konsep dan sistematika pembahasan

BAB II : KAJIAN TEORI

Menjelaskan teori apa yang digunakan untuk menganalisis sebuah penelitian.

BAB III : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Menjelaskan tentang deskripsi umum obyek penelitian dan juga berisi tentang deskripsi hasil penelitian. Menjelaskan temuan data dan juga konfirmasi temuan dengan teori

BAB IV : PENUTUP


(31)

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

A. Kontrol Sosial

Pengertian teori kontrol atau control theory merujuk kepada setiap perspektif yang membahas ihwal pengendalian tingkah laku manusia, pengertian teori kontrol sosial atau social control theory merujuk kepada pembahasan delinkuensi dan kejahatan yang dikaitkan dengan variabel-variabel yang bersifat sosiologis; antara lain struktur keluarga, pendidikan dan kelompok dominan. Dengan demikian, pendekatan teori kontrol sosial ini berbeda dengan teori kontrol lainnya.

Pemunculan teori kontrolsosial ini diakibatkan tiga ragam perkembangan dalam kriminologi.Pertama, adanya reaksi terhadap orientasi labeling dan konflik dan kembali kepada penyelidikan tentang tingkah laku kriminal.Kedua, munculnya studi tentang

criminal justice sebagai suatu ilmu baru telah membawa pengaruh terhadap kriminologi menjadi lebih pragmatis dan berorientasi pada sistem.Ketiga, teori kontrol sosial telah dikaitkan dengan suatu teknik riset baru khususnya bagi tingkah laku anak/remaja, yakni

self report survey. Perkembangan awal dari teori ini dipelopori Durkheim (1895).Perkembangan berikutnya selama tahun 1950-an beberapa teorietis telah mempergunakan pendekatan teori kontrol terhadap kenakalan anak remaja. Reiss mengemukakan bahwa ada tiga komponen dari kontrol sosial dalam menjelaskan kenakalan anak/remaja.

(1) kurangnya kontrol internal yang wajar selama masa anak-anak. (2) Hilangnya kontrol tersebut, dan


(32)

(3) Tidak adanya norma-norma sosial atau konflik antara norma-norma dimaksud (di sekolah, orang tua, atau lingkungan dekat). Reiss membedakan dua macam kontrol, yaitu:

personal control dan social control. Yang dimaksud dengan personal control (internal control) adalah kemampuan seseorang untuk menahan dri untuk tidak mencapai kebutuhanannya dengan cara melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat, yang dimaksud dengan social control atau kontrol eksternal adalah kemampuan kelompok sosial atau lembaga-lembaga di masyarakat untuk melaksanakan norma-norma atau peraturan menjadi efektif. Ivan F. telah mengemukakan teorisocial control tidak sebagai suatu penjelasan umum tentang kejahatan tetapi merupakan penjelasan bersifat kasuistis.

Konsep kontrol eksternal/social control, kemudian menjadi dominan setelah David Matza dan Gresham Sykes melakukan kritik terhadap teori subkultur dari Albert Cohen. Sykes dan Matza kemudian mengemukakan konsep atau teori tentang technique of neutralization. Sykes dan Matza merinci lima teknik netralisasi sebagai berikut :

1. Denial of responsibility 2. Denial of injury

3. Denial of the victim

4. Condemnation of the condemners 5. Appeal to higher loyalties.

Versi teori kontrol sosial yang paling andal dan sangat popular telah dikemukakan oleh Travis Hirschi (1969).Hirschi dengan keahliannya merevisi teori-teori sebelumnya mengenai kontrol sosial telah memberikan suatu gambaran yang jelas mengenai konsep


(33)

social bonds.Hirschi sependapat dengan Durkheim dan yakin bahwa tingkah laku seseorang memcerminkan berbagai ragam pandangan tentang kesusilaan.1

Perkembangan awal teori “kontrol sosial” dipelopori oleh Durkheim pada tahun

1895. Teori ini dapat dikaji dari 2 perspektif yaitu :

1. Perspektif makro, atau Macrosociological Studies menjelajah sistem-sistem format untuk mengontrol kelompok-kelompok, sistem formal tersebut antara lain :

a. Sistem hukum, UU, dan penegak hukum b. Kelompok-kelompok kekuatan di masyarakat.

c. Arahan-arahan sosial dan ekonomi dari pemerintah/kelompok swasta adapun jenis kontrol ini bisa menjadi positif atau negatif. Positif apabila dapat merintangi orang dari melakukan tingkah laku yang melanggar hukum, dan negatif apabila mendorong penindasan membatasi atau melahirkan korupsi dari mereka yang memiliki kekuasaan. 2. Perspektif mikro atau microsociological studies memfokuskan perhatian pada sistem kontrol secara informal. Adapun tokoh penting dalam pespektif ini adalah Travis Hirschi dengan bukunya yang berjudul Causes of Delingvency, Jackson Toby yang

memperkenalkan tentang “Individual Commitment” sebagai kekuatan yang sangat

menentukan dalam kontrol sosial tingkah laku.

Hirschi sependapat dengan Durkheim dan yakin bahwa tingkah laku seseorang mencerminkan pelbagai ragam pandangan tentang kesusilaan/morality,dan seseorang bebas untuk melakukankejahatan/penyimpangan tingkah lakunya. Selain menggunakan teknik netralisasi untuk menjelaskan tingkah laku tersebut diakibatkan oleh tidak adanya keterikatan atau kurangnya keterikatan (moral) pelaku terhadap masyarakat.


(34)

Teori kontrol sosial berangkat dari asumsi atau anggapan bahwa individu di masyarakat mempunyai kecenderungan yang sama kemungkinannya, menjadi “baik” atau “jahat”. Baik jahatnya seseorang sepenuhnya tergantung pada masyarakatnya. Ia menjadi

baik baik kalau masyarakat membuatnya begitu.

Pengertian teori kontrol atau control theory merujuk kepada setiap perspektif yang membahas ihwal pengendalian tingkah laku manusia, pengertian teori kontrol sosial atau social control theory merujuk kepada pembahasan delinkuensi dan kejahatan yang dikaitkan dengan variabel-variabel yang bersifat sosiologis; antara lain struktur keluarga, pendidikan dan kelompok dominan. Dalam konteks ini, teori kontrol sosial sejajar dengan teori konformitas. Salah satu ahli yang mengembangkan teori ini adalah Travis Hirschi, proposisi teoretisnya adalah:

1. Segala bentuk pengingkaran terhadap aturan-aturan sosial adalah akibat dari

kegagalan mensosialisasi individu warga masyarakat untuk bertindak teratur terhadap aturan atau tata tertib yang ada.

2. Penyimpangan dan bahkan kriminalitas atau perilaku kriminal, merupakan bukti

kegagalan kelompok-kelompok sosial konvensional untuk mengikat individu agar tetap teratur, seperti: keluarga, sekolah atau departemen pendidikan dan kelompok-kelompok dominan lainnya.

3. Setiap individu seharusnya belajar untuk teratur dan tidak melakukan tindakan

penyimpangan atau kriminal.

4. Kontrol internal lebih berpengaruh daripada kontrol eksternal.2

2


(35)

Lebih lanjut Travis Hirschi memetakan empat unsur utama di dalam kontrol sosial internal yang terkandung di dalam proposisinya, yaitu attachment (kasih sayang),

commitment (tanggung jawab), involvement (keterlibatan atau partisipasi), dan believe

(kepercayaan atau keyakinan). Empat unsur utama itu di dalam peta pemikiran Trischi dinamakansocial bonds yang berfungsi untuk mengendalikan perilaku individu. Keempat unsur utama itu dijelaskan sebagai berikut:3

1. Attachment atau kasih sayang adalah sumber kekuatan yang muncul dari hasil

sosialisasi di dalam kelompok primernya (misalnya: keluarga), sehingga individu memiliki komitmen yang kuat untuk patuh terhadap aturan.

2. Commitment atau tanggung jawab yang kuat terhadap aturan dapat memberikan

kerangka kesadaran mengenai masa depan. Bentuk komitmen ini, antara lain berupa kesadaran bahwa masa depannya akan suram apabila ia melakukan tindakan menyimpang.Lingkungan dimana kita bisa membuat kita berkomitmen.

3. Involvement atau keterlibatan akan mendorong individu untuk berperilaku

partisipatif dan terlibat di dalam ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh masyarakat. Intensitas keterlibatan seseorang terhadap aktivitas-aktivitas normatif konvensional dengan sendirinya akan mengurangi peluang seseorang untuk melakukan tindakan-tindakan melanggar hukum.

4. Believe atau kepercayaan, kesetiaan, dan kepatuhan terhadap norma-normasosial


(36)

berarti aturan sosial telahelf-enforcingdan eksistensinya (bagi setiap individu) juga semakin kokoh.4

Keempat komponen yang dikemukakan oleh Trischi tersebut termasuk bagian-bagian yang dapat mengendalikan perilaku pribadi yang mengalami penyimpangan.Attachment, Bagaimana kita attach dengan orang lain, keluarga dll.

Attachment adalah kedekatan, bagaimana kita merasa bahwa diri kita penting bagi orang lain, kita diharapkan oleh banyak orang.Idealisme dengan ketidakinginan untuk mengecewakan orang-orang dekat.Attach, landasannya adalah empati, rasa sayang (sayang kepada anak dan istri). Jadi attach mencegah kita untuk melakukan penyimpangan. Dalam kehidupan social attachment penting, bagaimana kita membuat diri kita kemudian merasa dibutuhkan oleh lingkungan tempat tinggal kita.

Commitment,dapat di bayangkan jika kita sayang, dekat terhadap seseorang kalau kemudian kita intens berhubungan dengan seseorang pasti kemudian akan tumbuh komitmen. Orang yang komit adalah orang yang merasa kehilangan apabila dia dipisahkan dari orang yang menyayanginya.

Involvement,menurut Hirschi semakin banyak keterlibatan orang dalam lingkungan itu akan semakin baik kemampuan mencegah dari lingkungan untuk membuat dia tidak melakukan penyimpangan. Kenapa demikian? Karena involve itu membuat kita dikenal (lingkungan itu akan kenal dengan kita). Semakin banyak kita dikenal orang semakin banyak lingkungan dimana kita terlibat dalam kegiatan, itu akan mempunyai kemampuan yang membuat kita mempertimbangkan ulang setiap akan mengambil

4


(37)

keputusan yang tidak disukai banyak orang, pasti menjadi bahan pertimbangan. Dan

believe,kepercayaan terhadap norma atau aturan-aturan yang ditanamkan dalam diri.

Karena didalam komponen tersebut telah melengkapi bagian yang hilang dan mencakup berbagai aspek yang dibutuhkan.Pengendalian berproses dari kelompok terhadap kelompok lainnya, kelompok terhadap anggota-anggotanya serta pribadi terhadap pribadi lainnya.Maka dari itu pengendalian diri berasal dari pengendalian sosial.

Horton dan Hunt mengungkapkan bahwa, semakin tinggi tingkat kesadaran akan salah satu lembaga kemasyarakatan, seperti gereja, sekolah, dan organisasi setempat, maka semakin kecil pula kemungkinan baginya untuk melakukan penyimpangan.

Sejalan dengan diatas, Friday dan Hage dalam Horton dan Hunt menyatakan “jika para

remaja memiliki hubungan kekerabatan, masyarakat, pendidikan, dan peranan kerja yang baik, maka mereka akan terbina untuk mematuhi norma - norma yang dominan. Belive atau kepercayaan, kesetian, dan kepatuhan padanorma-norma sosial atau aturan masyarakat pada akhirnya akan tertanam pada diri seseorang dan itu berarti aturan sosial telah self enforcing dan ekstensinya (bagi setiap indivindu) juga semakin kokoh.5Dikatakan dalam hal ini pentingnya suatu lembaga dalam mempengaruhi tingkat kenakalan atau penyimpangan cukup tinggi.Kekosongan kontrol pada lembaga-lembaga tersebut mempunyai dampak yang tinggi dalam perilaku para remaja pada khususnya.


(38)

Reckless dalam Henslin mendefenisikan bahwaBelivedalam hal ini adalah adanya keyakinan terhadap tindakan moral tersebut salah. Sehingga dengan adanya perasaan yang demikian kecenderungan seseorang untuk melakukan penyimpangan akan berkurang. Di lain pihak, Horton dan Hunt juga mengatakan bahwa kepercayaan dalam hal ini mengacu pada norma yang dihayati semakin kuat.

Salah satu teori ini tiada lain untuk mencegah beberapa perilaku sosial yang semestinya tidak terjadi. Walaupun bukan sebagai solusi absolute setidaknya untuk melihat rangkaian kegiatan yang oleh hatinurani masyarakat sudah tidak di terima lagi.

Semakin hari kegiatan masyarakat di Desa Mojokumpul sudah bercampur baur antara kegiatan normal dan kegiatan non normal seperti mabuk, judi, hingga kebut-kebutan. Jika dibiarkan maka kegiatan seperti itu akan menjadi kegiatan yang diterima di masyarakat tersebut. Oleh karena itu kontrol sosial menjadi bagian dari solusi untuk meredakan kegiatan asosial yang telah terjadi.Bahkan kegiatan tersebut bisa dihilangkan oleh masyarakat tersebut dengan adanya kesadaran bersama.Kesadaran tersebut dapat berupa kontrol yang dilakukan oleh kelurga, lingkungan masyarakat, dan yang terpenting tokoh masyarakat maupun agama turut melakukan kontrol sosial, karena mereka sebagai tokoh yang cukup dipandang pada suatu lingkungan. Dengan saling keterkaitan tersebut, kontrol dapat dijalankan bersama dan akan terciptanya kondisi yang tertib.

Kesadaran tersebut membutuhkan kontrol dari pihak-pihak yang berpengaruh dalam masyarakat, dengan kontrol sosial akan menemukan bahkan membenteng kegiatan asosial tersebut.Peneliti menggunakan teori kontrol sosial untuk menganalisis


(39)

kontrol sosial masyarakat tentang kenakalan remaja karena teori ini dapat melihat keadaan sosial yang mana salah satunya disebabkan oleh sikap apatis yang dapat diurai dengan teori kontrol sosial.Adanya kenakalan remaja yang terjadi di Desa Mojokumpul dapat diatasai dengan kontrol sosial yang dilakukan oleh lingkungan sekitar maupun keluarga, oleh karena itu teori kontrol dapat menjelaskan bagaimana kontrol sosial yang dilakukan warga sekitar dan penyebab rendahnya kontrol sosial dalam rangka mengurangi kenakalan remaja.

Teori kontrol berasumsi bahwa kalau kita ingin menjelaskan kejahatan maka penjelasan itu dapat kita cari dari perilaku yang tidak jahat, kalau kita ingin mengendalikan kejahatan jangan mengutak-atik kejahatannya, tapi carilah penjelasannya kenapa orang bisa taat hukum, ada apa dan apa yang terjadi disana. Karena asumsinya perilaku menyimpang itu adalah perilaku yang alamiah (natural).Perilaku tidak menyimpang atau perilaku yang konformitas adalah perilaku yang tidak alamiah. Kejahatanlah yang akan dipaksa oleh aturan. Coba kita perhatikan begitu ada jalan lurus dan mulus, tidak ada orang yang akan memperlambat laju kendaraannya, semua akan memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi (hal itu merupakan alamiah).

Para penganut teori pengendalian menereima model masyarakat yang memiliki nilai-nilai kesepakatan yang dapat diidentifikasi.Mereka berasumsi bahwa ada suatu

system normative yang menjadi dasar sehingga suatu perbuatan dikatakan menyimpang.Penganut teori kontrol beranggapan bahwa kebanyakan orang menyesuaikan diri dengan nilai dominan karena adanya pengendalian dari dalam dan dari luar. Pengendalian dari dalam berupa norma yang dihayati dan nilai yang dihayati


(40)

dan nilai yang dipelajari seseorang. Pengendalian dari luar adalah imbalan sosial terhadap konformitas dan sangsi hukuman yang diberikan kepada seseorang yang melakukan tindak penyimpangan.

Pencegahan merupakan salah satu pengendalian dari luar.Setelah diabaikan selama beberapa dasawarsa, teori pencegahan kembali menarik perhatian para ahli kriminolog.Teori ini menyatakan bahwa orang cukup rasional memanfaatkan waktunya untuk menempatkan sangsi yang tepat sebagai alat kendali yang berguna.Teori kontrol ditunjang oleh pelbagai studi yang dilakukan bertahun-tahun, yang menunjukkan adanya kaitan antara penyimpangan dengan kurangnya ikatan efektif terhadap lembaga-lembaga penting.6

Kejahatan itu normal dan hanya dapat dicegah dengan mencegah munculnya kesempatan guna melakukannya.Kejahatan juga dapat dicegah dengan mengatur

perilaku tersebut melalui prinsip rewards dan punishments, ‘the use of carrot and

stick’.Implikasinya, tidak ada orang yang akan selamanya melanggar hukum, atau selamanya tidak akan tidak melanggar hukum. Teori kontrol sosial telah dikaitkan dengan suatu teknik penelitian baru, khususnya bagi tingkah laku anak/remaja, yakni

selfreport survey.Menurut sosiolog Travis Hirschi, teori ini dapat diringkas sebagai pengendalian diri.Kunci ke arah belajaran pengendalian diri yang tinggi ialah sosialisasi, khususnya di masa kanak-kanak.Para orang tua dapat membantu anak mereka untuk mengembangkan pengendalian diri dengan jalan mengawasi mereka dan menghukum tindakan mereka yang menyimpang.

B. Kenakalan Remaja

6


(41)

Kenakalan remaja merujuk pada tindakan pelanggaran suatu hukumatau peraturan oleh seorang remaja.Pelanggaran hukum atau peraturanbisa termasuk pelanggaran berat seperti membunuh atau pelanggaranseperti membolos dan mencontek. Pembatasan mengenai apa yangtermasuk sebagai kenakalan remaja mungkin dapat dilihat dari tindakanyang diambilnya, seperti tindakan yang tidak dapat diterima olehlingkungan sosial, tindakan pelanggaran ringan dan tindakan pelanggaranberat.7

Sarwono mendefinisikan salah satu bentuk penyimpangansebagai kenakaan remaja. Kenakalan remaja ini merupakan tindakan olehseseorang yang belum dewasa yang sengaja melanggar hukum dan yang

diketahui oleh anak itu sendiri bahwa jika perbuatannya tidak sempatdiketahui oleh petugas hukum maka dirinya dapat dikenai hukuman.Perilaku menyimpang remaja merupakan tingkah laku yang menyimpangdari norma agama, etika, peraturan sekolah dan keluarga, namun jika penyimpangan tersebut terjadi terhadap norma-norma hukum pidana baru disebut kenakalan.

Ulah para remaja yang masih dalam tarap pencarian jati diri sering sekali mengusik ketenangan orang lain. Kenakalan-kenakalan ringan yang mengganggu ketentraman lingkungan sekitar seperti sering keluar malam dan menghabiskan waktunya hanya untuk hura-hura seperti minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang, berkelahi, berjudi, dan lain-lainnya itu akan merugikan dirinya sendiri, keluarga, dan orang lain yang ada disekitarnya. Cukup banyak faktor yang melatar belakangi terjadinya kenakalan remaja.Berbagai faktor yang ada tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Berikut ini penjelasannya secara ringkas:


(42)

1. Faktor Internal

a. Krisis identitas

Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran.Kenakalan remaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.

b. Kontrol diri yang lemah

Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku

‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah

laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.

2. Faktor Eksternal

a. Kurangnya perhatian dari orang tua, serta kurangnya kasih sayang. Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan fondasi primer bagi perkembangan anak. Sedangkan lingkungan sekitar dan sekolah ikut memberikan nuansa pada perkembangan anak. Karena itu baik-buruknya


(43)

struktur keluarga dan masyarakat sekitar memberikan pengaruh baik atau buruknya pertumbuhan kepribadian anak.

Keadaan lingkungan keluarga yang menjadi sebab timbulnya kenakalan remaja seperti keluarga yang broken-home, rumah tangga yang berantakan disebabkan oleh kematian ayah atau ibunya, keluarga yang diliputi konflik keras, ekonomi keluarga yang kurang, semua itu merupakan sumber yang subur untuk memunculkan delinkuensi remaja.

b. Minimnya pemahaman tentang keagamaan

Dalam kehidupan berkeluarga, kurangnya pembinaan agama juga menjadi salah satu faktor terjadinya kenakalan remaja.Dalam pembinaan moral, agama mempunyai peranan yang sangat penting karena nilai-nilai moral yang datangnya dari agama tetap tidak berubah karena perubahan waktu dan tempat.Pembinaan moral ataupun agama bagi remaja melalui rumah tangga perlu dilakukan sejak kecil sesuai dengan umurnya karena setiap anak yang dilahirkan belum mengerti mana yang benar dan mana yang salah, juga belum mengerti mana batas-batas ketentuan moral dalam lingkungannya.Karena itu pembinaan moral pada permulaannya dilakukan di rumah tangga dengan latihan-latihan, nasehat-nasehat yang dipandang baik.


(44)

diperoleh dalam rumah tangga remaja akan dibawa ke lingkungan masyarakat. Oleh karena itu pembinaan moral dan agama dalam keluarga penting sekali bagi remaja untuk menyelamatkan mereka dari kenakalan dan merupakan cara untuk mempersiapkan hari depan generasi yang akan datang, sebab kesalahan dalam pembinaan moral akan berakibat negatif terhadap remaja itu sendiri.

Pemahaman tentang agama sebaiknya dilakukan semenjak kecil, yaitu melalui kedua orang tua dengan cara memberikan pembinaan moral dan bimbingan tentang keagamaan, agar nantinya setelah mereka remaja bisa memilah baik buruk perbuatan yang ingin mereka lakukan sesuatu di setiap harinya.

Kondisi masyarakat sekarang yang sudah begitu mengagungkan ilmu pengetahuan mengakibatkan kaidah-kaidah moral dan tata susila yang dipegang teguh oleh orang-orang dahulu menjadi tertinggal di belakang.Dalam masyarakat yang telah terlalu jauh dari agama, kemerosotan moral orang dewasa sudah lumrah terjadi.Kemerosotan moral, tingkah laku dan perbuatan– perbuatan orang dewasa yang tidak baik menjadi contoh atau tauladan bagi anak-anak dan remaja sehingga berdampak timbulnya kenakalan remaja.

c. Pengaruh dari lingkungan sekitar

Pengaruh budaya barat serta pergaulan dengan teman sebayanya yang sering mempengaruhinya untuk mencoba dan akhirnya malah terjerumus ke dalamnya Lingkungan adalah faktor yang paling mempengaruhi perilaku dan watak remaja. Jika dia hidup dan berkembang di lingkungan yang buruk,


(45)

moralnya pun akan seperti itu adanya. Sebaliknya jika ia berada di lingkungan yang baik maka ia akan menjadi baik pula.

Di dalam kehidupan bermasyarakat, remaja sering melakukan keonaran dan mengganggu ketentraman masyarakat karena terpengaruh dengan budaya barat atau pergaulan dengan teman sebayanya yang sering mempengaruhi untuk mencoba. Sebagaimana diketahui bahwa para remaja umumnya sangat senang dengan gaya hidup yang baru tanpa melihat faktor negatifnya, karena anggapan ketinggalan zaman jika tidak mengikutinya.

d. Tempat pendidikan

Tempat pendidikan, dalam hal ini yang lebih spesifiknya adalah berupa lembaga pendidikan atau sekolah. Kenakalan remaja ini sering terjadi ketika anak berada di sekolah dan jam pelajaran yang kosong. Belum lama ini bahkan kita telah melihat di media adanya kekerasan antar pelajar yang terjadi di sekolahnya sendiri.Ini adalah bukti bahwa sekolah juga bertanggung jawab atas kenakalan dan dekadensi moral yang terjadi di negeri ini.8


(46)

BAB III

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. Deskripsi Umum Obyek dan Subyek Penelitian

1. Letak Geografis Desa Mojokumpul Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto Desa Mojokumpul berada di Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. Sedangkan sebelah utara berbatasan dengan Desa Tanjungan Kecamatan Kemlagi, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Japanan Kecamatan Kemlagi, sebalah timur berbatasan dengan Desa Sawo dan Mojorejo, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Mojodadi Kecamatan Kemlagi. Luas wilayah menurut penggunaan yaitu, dengan luas pemukiman 25 ha/m2, luas persawahan 138 ha/m2, luas perkebunan 40 ha/m2, luas kuburan 0,46 ha/m2, luas pekarangan 2,5 ha/m2, perkantoran dengan luas 0,5/m2. Tanah sawah di desa ini cukup luas yaitu 138 ha/m2, tak heran jika sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani maupun buruh tani, yaitu 369 orang petani dan 200 orang buruh tani dengan total penduduk laki-laki 1377 orang dan penduduk perempuan 1409 orang. Kepadatan penduduk 650 per km2.Berikut tabel yang menjelaskan potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh Desa Mojokumpul.1

2. Kenakalan Remaja

Remaja umumnya memiliki sifat yang cenderung labil, mereka dapat dengan mudah mengambil suatu keputusan tidak berdasarkan berfikir panjang. Remaja adalah proses pencarian jati diri, sehingga tidak salah jika pada masa ini mereka mudah

1


(47)

terpengaruh oleh lingkungan maupun pergaulan. Remaja di Desa Mojokumpul memiliki kehidupan sosial yang beragam, karena mereka terbagi pada usia 16 hingga 23 tahun. Remaja dengan usia 16 tahun memiliki kegiatan seperti sekolah, main bersama teman atau nongkrong. Selanjutnya remaja berusia 19-23 tahun yang memiliki kegiatan kuliah dan bekerja selebihnya mereka menghabiskan waktu bersama di akhir minggu dengan berkumpul.Mereka memiliki tempat tertentu untuk berkumpul, entah itu hanya sekedar berbincang ataupun lainnya.Tempat tersebut dapat berada di rumah salah satu dari mereka hinggabasecampdi sebuah kontrakan daerah situ.

Kehidupan sosial remaja yaitu selepas bekerja maupun kuliah, mereka menghabiskan waktu bersama dengan berkumpul.Mereka mengaku jika sedang berkumpul, tidak dipungkiri bahwa sering minum-minuman keras hingga judi.Hal ini dilakukan untuk mengusir rasa jenuh mereka saat bekerja maupun kuliah.Hal tersebut dilakukan bersama-sama.

3. Potensi Sumber Daya Manusia

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk

No Uraian Keterangan

1 Jumlah laki-laki 1377 orang

2 Jumlah perempuan 1409 orang

3 Jumlah total 2786 orang

4 Jumlah kepala keluarga 894 KK

5 Kepadatan penduduk a. km2

Tabel 3.2 Usia Penduduk


(48)

Jumlah Penduduk

1 0-12 bulan 21 orang 0,75 %

2 1-5 tahun 157 orang 5 %

3 0-7 tahun 250 orang 9 %

4 7-18 tahun 462 orang 16 %

5 18-56 tahun 1543 orang 55 %

6 >56 593ang 21 %

Tabel 3.3 Pendidikan

No TINGKAT PENDIDIKAN LAKI-LAKI PEREMPUAN

1 Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK

20 orang 34 orang

2 Usia 3-6 tahun yang sedang TK/play group

43 orang 32 orang

3 Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah

217 orang 172 orang 4 Usia 18-56 tahun tidak pernah

sekolah

3 orang 4 orang

5 Usia 18-56 tahun pernah SD tetapi tidak tamat

32 orang 45 orang

6 Tamat SD/sederajat 238 orang 245 orang

7 Jumlah usia 18-56 tidak tamat SLTP 89 orang 102 orang 8 Jumlah usia 18-56 tahun tidak tamat

SLTA

26 orang 22 orang

9 Tamat SMP/sederajat 310 orang 346 orang

10 Tamat SMA/sederajat 213 orang 198 orang

11 Tamat D1 9 orang 10 orang

12 Tamat D2 8 orang 6 orang

13 Tamat D3 6 orang 13 orang

14 Tamat S1 38 orang 39 orang

15 Tamat S2 1 orang

Jumlah 1242 orang 1237 orang

Jumlah total 2479

Tabel 3.4


(49)

No JENIS PEKERJAAN LAKI-LAKI PEREMPUAN

1 Petani 308 orang 61 orang

2 Buruh tani 110 orang 90 orang

3 Pegawai Negeri Sipil 18 orang 12 orang

4 Pedagang keliling 21 orang 13 orang

5 Bidan swasta 1 orang

6 Perawat swasta 1 orang

7 Pembantu rumah tangga 4 orang

8 TNI 10 orang

9 POLRI 3 orang

10 Pensiunan PNS/TNI/POLRI 13 orang 13 orang

11 Pengusaha kecil dan

menengah

7 orang 5 orang

12 Dukun kampung terlatih 4 orang 1 orang

13 Jasa pengobatan alternatif 6 orang

14 Pengusaha besar 3 orang

15 Seniman/artis 2 orang 2 orang

16 Karyawan Perusahaan

Swasta

143 orang 63 orang

17 Karyawan Perusahaan

Pemerintah

5 orang 18 Makelar / Broker / Mediator 54 orang

19 Sopir 12 orang

20 Tukang becak 4 orang

21 Tukang ojek 2 orang

22 Tukang cukur 1 orang

23 Tukang batu/kayu 28 orang

24 Kusir dokar 1 orang


(50)

No AGAMA LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 Islam 1344 orang 1372 orang 2716 orang

2 Kristen 30 orang 34 orang 64 orang

3 Budha 3 orang 3 orang 6 orang

Jumlah 1377 orang 1409 orang 2786 orang

Tabel 3.6

Penduduk Usia Kerja

No TENAGA KERJA LAKI-LAKI PEREMPUAN

1 Penduduk usia 18-56 tahun 747 orang 795 orang 2 Penduduk usia 18-56 tahun

yang bekerja

559 orang 380 orang 3 Penduduk usia 18-56 tahun

yang belum atau tidak bekerja

188 orang 415 orang

4 Penduduk usia 0-6 tahun 105 orang 108 orang

5 Penduduk usia 56 tahun ke atas

290 orang 303 orang

Sumber: Daftar Isian Potensi Desa (Sistem Informasi Pendayagunaan Profil Desa/Kelurahan)

B. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Kontrol Sosial Pada Kenakalan Remaja di Desa Mojokumpul Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto

Di dalam kehidupan sehari-hari sistem pengendalian sosial (social control) seringkali diartikan sebagai pengawasan oleh masyarakat terhadap jalannya pemerintahan, khususnya pemerintah beserta aparaturnya.Memang ada benarnya bahwa pengendalian


(51)

sosial berarti suatu pengawasan dari masyarakat.Pengendalian sosial dapat dilakukan oleh individu terhadap individu lainnya atau mungkin dilakukan oleh individu terhadap suatu kelompok sosial.Seterusnya pengendalian sosial dapat dilakukan oleh suatu kelompok pada kelompok lainnya. Itu semua merupakan proses pengendalian sosial yang dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari walau seringkali manusia tidak menyadari.2

Di dalam kehidupan sosial selalu terdapat alat kontrol atau alat kendali untuk mengendalikan berbagai tingkah laku anggota kelompok sosial agar tingkah laku para anggota tersebut tetap dalam batas-batas tingkah konformis.Artinya perilaku manusia selalu dibatasi dalam batasan antara mana yang boleh dilakukan dan perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan.Batasan ini tentu dalam bentuk perintah dan larangan. Perilaku yang diperintah berarti mengandung batasan nilai dan norma menyimpang, demikian sebaliknya perilaku yang diperintahkan berarti mengandung nilai dan norma konformis.

Namun demikian perlu juga disadari, bahwa dalam masyarakat manapun juga pasti ada nilai dan norma yang tidak dipatuhi secara sepenuhnya. Walaupun seorang anak, misalnya hidup dalam lingkungan dengan norma-norma tertentu.Jarang terjadi pengendalian sosial terletak secara seragam terhadap semua kelompok sosial di dalam suatu masyarakat.Maka tidak mustahil bahwa di dalam satu masyarakat terdapat pola perilaku yang saling bertentangan. Nilai dan norma sosial yang berlaku di dalam masing-masing kelompok sosial bersifat relatif dan senantiasa mengalami perubahan atau pergeseran dari waktu ke waktu.


(52)

a. Kontrol Sosial Masyarakat Pada Kenakalan Remaja di Desa Mojokumpul Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto

Masyarakat disetiap daerah memiliki bentuk kontrol sosial yang berbeda-beda dengan yang lain, baik itu dikarenakan masalah, maupun karakteristik yang beda. Kenakalan remaja di Desa Mojokumpul banyak dijumpai sehingga masyarakat melakukan bentuk kontrol pada remaja yang mengalami dekadensi moral.Segala proses baik yang direncanakan maupun tidak, yang bersifat mendidik, mengajak, atau bahkan memaksa warga masyarakat mematuhi kaidah-kaidah dan nilai sosial yang berlaku.3Salah satu bentuk kontrol sosial yang dilakukan masyarakat yaitu menegur atau yang bersifat mengajak untuk tidak melakukan segala bentuk kenakalan yang ada.

“Anak-anak biasae adu ayam mbak, tapi ya nggakpapa yang penting tidak mengganggu masayarakat, ya terkadang saya tegur jangan sampek pakai taruhan kalau sekedar adu ayam nggakpapa.Kan sudah biasa mbak.Biasanya ya gitu aja, selebihnya saya nggak tau lagi mbak, anak-anak sini nggak perna aneh-aneh kok

sepengetahuan saya.”4

Terdapat masyarakat yang tidak mengetahui bentuk kenakalan yang terjadi di sekitarnya. Mereka melihat bahwa apa yang remaja lakukan sejauh ini biasa-biasa saja, tidak sampai meresahkan warga. Kenakalan remaja yang diketahui hanya sebatas itu saja tanpa melampaui norma-norma masyarakat.Contohnya adu ayam yang dilakukan remaja hanya sebatas mengadu ayam saja, tanpa ada perjanjian sebelumnya jika ada yang kalah member uang pada yang menang atau taruhan.Mereka melakukannya hanya untuk bersenang-senang.Perilaku menyimpang dan tindakan yang menyimpang ditentukan batasannya oleh norma-norma kemasyarakatan yang berlaku dalam suatu

3

Joseph S. Roucek dan Associates,Social Control(New York London: T D. Vand Notrand Company Inc, 1951), 3.

4

Wawancara kepada Sleman sebagai warga masyarakat yang mengetahui adanya kenakalan remaja, pada tanggal 8 November 2015


(53)

kebudayaan.Suatu tindakan yang mungkin pantas dan dapat diterima dalam satu situasi mungkin tidak patut diterapkan dalam satu situasi lainnya.Definisi tentang perilaku menyimpang dengan demikian bersifat relatif, tergantung dari masyarakat yang mendefinisikannya, nilai budaya dari suatu masyarakat.Jadi amat wajar jika di berbagai kelompok masyarakat mempunyai anggapan yang berbeda-beda mengenai tindakan yang digolongkan sebagai penyimpangan.Misalnya adu ayam yang dilakukan remaja di Mojokumpul, warga beranggapan hal itu wajar karena tujuannya pun hanya untuk bersenang-senang saja, tutur salah satu warga saat peneliti melakukan wawancara.Tetapi menjadi tidak wajar jika hal tersebut dilakukan dengan berjudi, dan ini tergolong perilaku yang menyimpang.

Hasil dari wawancara yang dilakukan peneliti maupun observasi yang dilakukan, memiliki hasil yang berbeda-beda.Didapati hasil yang beragam, karena masyarakat sebagian mengetahui dan ada pula yang tidak mengetahui bahkan pura-pura tidak mengetahui.Wawancara kedua pada seorang warga yang mengetahui perilaku menyimpang tersebut adalah sebagi berikut.

“Biasa mbak, paling ya minum.Tapi yawes gimana lagi, paling yang minum ya

anak-anak itu.Kadang-kadang saya ingatin, tapi habis itu ya lanjut lagi.Yasudah saya biarkan aja lama-lama.Biasae ya paling tempatnya di jalanan belakang rumah saya.Anak-anak kadang ya ruame gitu mbak, padahal tengah malam, ya

ngerameni gitu, tapi ya gimana lagi, dibilangin ya tetep kok.”5

Bentuk kontrol sosial yang dilakukan warga ini berupa teguran pada remaja yang melakukan minum-minuman keras dilingkungan rumahnya. Warga hanya bisa menegur mereka, selebihnya tidak ada hal lain yang dapat dilakukan, karena warga tidak didengar lagi. Jadi untuk mengingatkan para remaja, warga tidak ingin lagi.Hal ini bahkan terus terjadi dan terulang.


(54)

Orang dikendalikan terutama dengan mensosialisasikan mereka sehingga mereka menjalankan peran sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal tersebut dilakukan melalui penciptaan kebiasaan dan rasa senang.Para anggota masyarakat dididik dalam kebiasaan yang sama, oleh karena itu mereka cenderung melakukan alat ukur yang baik bagi perilaku seseorang dalam sebuah kelompok. Bilaman semua anggota masyarakat memiliki pengalaman sosialisasi yang sama, maka mereka akan secara suka rela dan tanpa fikir akan berperilaku sama.6

Untuk terpeliharanya kondisi lingkungan yang kondusif dalam suatu masyarakat, harus menjamin adanya perilaku masyarakat yang telah menjadi pola terencana, artinya perilaku yang dilakukan masyarakat sesuai dengan rencana atau norma-norma yang berlaku tanpa adanya penyimpangan.Pola tersebut sudah direncanakan sedemikian rupa untuk menjadikan masyarakat lebih sejahtera.Untuk mencapai tujuan ini, semua masyarakat harus sama-sama mensosialisasikan anggotanya dengan harapan agar mereka berperilaku dengan sikap yang dapat diterima secara kemasyarakatan.Bila sosialisasi ini tidak berhasil proses-proses pengendalian sosial harus digiatkan demi terpeliharanya ketertiban. Warga masyarakat lain yang mengetahui bentuk-bentuk kenakalan remaja dan melakukan kontrol sosial, dapat peneliti wawancarai.

“Ya itu mabuk-mabukan.Mencegahnya dengan mengumpulkan remaja pada acara karang taruna.Minimal seminggu sekali ada perkumpulan karang taruna, tapi paling besar yang kontrol dari orang tua.Mereka yang lebih tau bagaimana sifat dan watak anaknya, harus didekati orang tuanya.Pengennya ya nuturi, biar jangan ngebut dijalanan kampong, jangan mabuk juga.Anak-anak biasae mabuk yang penting nggak nyampek maling mbak.Jadi lingkungannya nggak bisa maju.”7

6

Paul B. Horton dan Chester L. Hunt,Sosiologi(Jakarta: Erlangga, 1993), 178.


(55)

Adanya perkumpulan remaja, yaitu karang taruna.Cukup membantu mengatasi perilaku menyimpang remaja.Waktu luang remaja dihabiskan dengan berkumpul karang taruna, yang membahas kegiatan atau acara desa dan lain sebagainya.Hal ini menjadikan kontrol sosial sebagai mekanisme formal.Sosial kontrol yang bersifat formal bisa dijalankan melalui sejumlah besar organisasi dan pranata-pranata di dalam masyarakat.8Pengendalian sosial yang formal lahir dengan adanya pembentukan satu rangkaian peraturan yang tetap dan badan-badan tertentu untuk menjalankannya.Bercirikan peraturan yang diberlakukan kelompok.Pengendalian yang berguna ialah pengendalian dari segi peraturan atau sarana.Kiranya perlu dicatat, bahwa pentingnya lembaga-lembaga ataupun sarana-sarana pengendalian sosial, senantiasa tergantung pada konteks sosial budaya, dimana pengendalian sosial tersebut beroperasi.

Perwujudan yang paling jelas dan seragam dari pengendalian sosial dapat ditemukan pada lembaga-lembaga sosial.Lembaga-lembaga ada pada setiap masyarakat, oleh karena fungsinya sebagai stabilisator masyarakat.Lembaga-lembaga itu juga memberikan pola tertentu untuk mengadakan perubahan secara teratur, serta mengadakan penyesuaian yang terus menerus atau berkesinambungan.Pengamatan secara sistematis terhadap pengendalian sosial, dapat dilakukan pada lembaga-lembaga sosial tersebut.9

Organisai remaja yang ada di Desa Mojokumpul yaitu karang taruna, cukup membawa dampak bagi tindakan remaja untu kearah yang lebih baik.Perkumpulan yang dilakukan satu minggu sekali, menambah kegiatan remaja diselah-selah waktu

8


(56)

luang mereka. Pengarahan ini agar remaja tidak melakukan tindakan-tindakan diluar norma diselah waktu luang mereka. Karena remaja sebagian besar masih berstatus siswa dan mahasiswa selebihnya yaitu pekerja.Jika lembaga atau pelopor pengendalian sosial kehilangan kewibawaan, maka mungkin terjadi gangguan terhadap perilaku kelompok.Maka pentingnya menjaga stabilitas lembaga agar dapat berperan dengan baik.

Di dalam kehidupan masyarakat dimanapun juga, keluarga merupakan unit yang peranannya sangat besar.Peranan yang sangat besar itu disebabkan, oleh karena keluarga mempunyai fungsi yang sangat penting di dalam kelangsungan kehidupan bermasyarakat.Salah satu warga saat dimintai pendapat tentang bentuk kontrol sosial yang dilakukannya terhadap para remaja, menuturkan bahwa itu semua dikembalikan pada orang tua masing-masing remaja.

“Kontrol sosial masyarakat juga penting mbak, tapi sebenernya yang paling utama

dari kelurga masing-masing atau orang tuanya, tanggung jawab mereka besar untuk mengontrol perilaku anak.Yang setiap hari lebih mngetahui keseharian dari anaknya ya pasti orang tua.Juga yang tau watak anak kan orang tua, jadi mereka tahu harus ngontrol dengan cara seperti apa, dengan pengetahuan mereka tentang

sifat anak. Harusnya kontrolnya lebih diterapkan lagi oleh orang tua.”10

Warga beranggapan bahwa orang tua yang seharusnya mempunyai tanggung jawab yang lebih ketimbang warga masyarakat.Karena didalam keluarga mempunyai peranan utama dalam sosialisasi. Keluarga merupakan proses pertama kalinya dalam memperoleh nilai dan norma. Pola perilaku yang benar dan tidak menyimpang untuk pertama kalinya juga dipelajari dari keluarga.Pendidikan keluarga mempunyai peranan yang penting dalam proses belajar anak atau remaja, karena pendidikan

10


(57)

keluarga merupakan sarana untuk menghasilkan warga masyarakat yang baik. Salah satu sebab terjadinya perilaku menyimpang yaitu ketidak harmonisan dalam keluarga, hal ini muncu ketika keluarga tidak dapat menjaga kebutuhannya, sehingga keluarga yang bersangkutan akan mengalami broken home. Dalam keluarga yang broken home, dimana sering terjadi percekcokan di antara orang tua dan sikap saling bermusuhan disertai tindakan yang agresif, maka dengan sendirinya keluarga yang bersangkutan akan mengalami kegagalan dalam menjalankan fungsi keluarga yang sebenarnya. Fungsi keluarga tersebutdi antaranya:

1. Fungsi kebutuhan seks dan reproduksi 2. Fungsi pemeliharaan.

3. Fungsi sosialisasi.11

Jika ketiga fungsi keluarga tersebut dapat dijalankan dengan baik maka kontrol yang diberikan juga akan maksimal. Sebaliknya, jika kontrol keluarga tidak dijalankan dengan baik maka anak akan mencari jati dirinya tanpa bimbingan orang tua. Akhirnya peran keluarga sebagai agen sosialisasi digantikan oleh pihak lain di luar keluarganya, di antaranya adalah peran teman sepermainan lebih dominan memainkan peranan sebagai agen sosialisasi.

Cara pengendalian sosial dilakukan, juga bermacam-macam. Sistem tersebut dapat dijalankan dengan cara persuasif atau dengan cara koersif. Cara persuasif terjadi apabila pengendalian sosial ditekankan pada usaha untuk mengajak atau membimbing. Pada cara koersif, teakanan diletakkan pada kekerasan atau ancaman dengan mempergunakan atau mengandalkan kekuatan fisik. Cara mana yang lebih


(58)

baik senantiasa terantung pada situasi yang dihadapi dan tujuan yang hendak dicapai, maupun jangka waktu yang dikehendaki. Jika pengendalian sosial ingin dilakukan segera tanpa memperhatikan tujuan jangka panjangnya, maka mungkin cara koersif dapat dilakukan.12 Oleh sebab itu cara persuasif dipilih warga Desa Mojokumoul untuk melakukan pengendalian terhadap kenakalan remaja yang sedang terjadi. Mengajak dan membimbing para remaja untuk mengurangi tindakan-tindakan yang dirasa menyimpang banyak dilakukan warga. Mereka beranggapan jika remaja dikendalikan melalui cara koersif maka akan tidak efektif. Pada dasarnya remaja memiliki sifat yang keras dan pemberontak.

b. Kontrol Sosial Orang Tua pada Kenakalan Remaja di Desa Mojokumpul Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto

Remaja di dalam keluarga harus mendapat perhatian dan kasih sayang.Pengaruh ibu dan bapak kepada anak dalam pertumbuhan selama sosialisasi tak terhingga pentingnya untuk menetapkan tabiat anak itu.Cinta kasih seorang ibu dan bapak memberi dasar yang kokoh untuk menanam kepercayaan diri sendiri dalam kehidupan anak itu selanjutnya.Keluarga yang aman dan tentram mendatangkan tabiat yang tenang bagi anak itu sekarang dan di kemudian hari. Lambat-laun pengaruh si ayah pun sebagai sumber kekuasaan akan lebih kuat, suatu pengaruh yang akan menanam bibit penghargaan terhadap kekuasaan di luar rumah bilaman ayah itu tahu bagaimana cara memimpin keluarganya. Rumah harus menjadi tempat di mana persatuan antara anggota-anggota keluarga itu dipelihara baik-baik.13

12

Soejono Soekanto, Memeperkenalkan Sosiologi (Jakarta: CV Rajawali, 1992), 39.

☎ ✆


(59)

Pentingnya peran ayah dan ibu dalam sebuah keluarga demi membentuk karakter anak-anak mereka untuk menjadi lebih baik.Peran ibu berbeda dengan ayah, ibu sebagai pengajar pertama atau tempat anak memperoleh pengajaran baik itu dari segi pendidikan formal maupun informal. Sementara ayah lebih kepada pengayom bagi anak, ayah mencari nafkah juga sebagai kepala rumah tangga yang perannya diamati sang anak.Karena anak belajar dengan meniru, sengaja ataupun tidak. Demikan juga kebudayaan menjadi milik dan dicontoh daripada apa yang dikatakan.

Keluaraga merupakan institusi yang paling penting pengaruhnya terhadap proses sosialisasi. Hal ini dimungkinkan sebab berbagai kondisi keluarga.Pertama, keluarga merupakan kelompok primer yang selalu bertatap muka di antara anggotanya, sehingga dapat selalu mengikuti perkembangan anggota-anggotanya.Kedua, orang tua memiliki kondisi yang tinggi untuk mendidik anak-anaknya, sehingga menimbulkan hubungan emosional. Ketiga, adanya hubungan sosial yang tetap, maka dengan sendirinya orang tua memiliki peranan yang penting terhadap proses sosialisasi kepada anak. Dalam proses sosialisasi di dalam lingkungan keluarga tertuju pada keinginan orang tua untuk memotivasi kepada anak agar mempelajari pola perilaku yang diajarkan keluarganya.14

Bentuk pengajaran dari orang tua terhadap anak juga dibutuhkan dalam hal ini, sehingga perilaku yang ditimbulkan anak menjadi sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan di dalam keluarga maupun masayarakat sekitar.Berikut tanggapan orang tua tentang perilaku anaknya juga bentuk kontrol sosial yang biasa diterapkan.


(1)

d) Untuk tokoh masayarakat atau tokoh agama, yaitu memberikan

bimbingan dengan lebih intens, dengan cara mengadakan

kegiatan sosial maupun kegamaan dan lebih mengharuskan agar

remaja mengikuti kegiatan tersebut. Sehingga tak ada waktu

yang yang sia-sia terbuang. Juga membimbing mereka secara

lebih dekat, agar remaja tidak segan dan dapat dengan mudah

untuk mengikuti apa yang sudah dibimbingkan tersebut.

Terakhir, membangun norma-norma baru pada masyarakat, jika

mabuk adalah kegiatan yang melanggar norma agama sehingga

kontruksi sosial masyarakat dapat terbangun sejak sekarang dan


(2)

DAFTAR GAMBAR

Gambar.1

Gambar.1 Remaja sedang berkumpul untuk minum-minuman keras di rumah Gambar.2


(3)

6

Gambar.3

Gambar.3 Remaja sedang balapan liar di cor

Gambar.4


(4)

Gambar.5

Gambar.5 Remaja sedang minum-minuman keras di warung

Gambar.6


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Cohen Bruce J.Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rineka Cita 1992.

Mapiare, Andi. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional 1982.

Soekanto, Soerjono.Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta: Raja Grafindo Persada 1990.

B. Simanjuntak.Latar Belakang Kenakalan Remaja.Bandung: Alumni 1984.

Warsito.Bimbingan dan Konseling Anak Remaja Nur Bani Sukemi. Yogyakarta: IKIP 1993.

P Elfida. ”Hubungan Antara Kemampuan Mengontrol Diri dan Kecenderungan Berperilaku

Deliquensi Pada Remaja”.Skripsi, Yogyakarta: Fak. Psikologi UGM.

Saragih, Mashud. ”Kenakalan Remaja Muslim Dan Konteks Perubahan Social di Desa

Karangwuluh, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulonprogo”. Skripsi, Yogyakarta:

Ushuludin UIN Sunan Kalijaga 2005.

Wahyuni, Rini, “Kenakalan Remaja Yogyakarta”. Sosiologi Agama, Ushuludin Yogyakarta:

UIN Sunan Kalijaga 2009.

Narwoko, Dwi, dan Bagong Suyanto. Sosiologi: Teks Pengantar danTerapan. Jakarta: Prenada

Media 2004.

Suhartini.Bahan Perkuliahan Metode Penelitian Kualitatif. Makalah disampaikan di kelas pada

25 Maret 2014.


(6)

Shadily Hassan.Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia.Jakarta: Rineka Cipta,1993.

---. Sosiologi Keluarga: Tentang Ikhwal Keluarga dan Anak. Jakarta :Rineka Cipta,

2004.

Suwandihal, Basrowi.Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008.

Suprayogo Imam.Metode Penelitian Agama. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2001.

Atmasasmita Romli. Teori dan Kapita Selekta Kriminologi. Jakarta: PT Rineka Cipta,

2007.

Kholip Usman dan Elly Setyadi.Pengantar Sosiologi. Jakarta:Kencana, 2011.

Chester L. Hunt dan Paul B. Horton.Sosiologi. Jakarta: Erlangga, 1993.

Santoso Anwar. Sistem Informasi Pendayagunaan Profil Desa. Mojokerto 2010.

---.Pengantar Sosiologi Hukum.Jakarta: Nhratara, 1973.

Joseph S. Roucek dan Associates. Social Control. New York London: T D. Vand

Notrand Company Inc, 1951.

Henselin James M..Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi. Jakarta: Erlangga, 2006.

---. Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 1993.

---.Memeperkenalkan Sosiologi. Jakarta: CV Rajawali, 1992.

Kartini Kartono. Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo