PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN MANAJEMEN USAHA BAGI PEMUDA DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT DI SEKOTONG TIMUR KECAMATAN LEMBAR LOMBOK BARAT ipi313149

Bahrur Rosyid

PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN MANAJEMEN USAHA
BAGI PEMUDA DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT
DI SEKOTONG TIMUR KECAMATAN LEMBAR LOMBOK BARAT

Bahrur Rosyid1

Abstrak: Pemerintah dalam perekonomian yang Islami,
memiliki dasar rasionalitas yang kokoh. Pemerintah adalah
pemegang amanah Allah SWT. untuk menjalankan tugas-tugas
kolektif dalam mewujudkan kesejahteraan dan keadilan (Al-Adl
wal ihsan) serta tata kehidupan yang baik (Hayyah thayyibah)
bagi seluruh umat. kebijakan ekonomi Pemerintah yang pro
ekonomi kerakyatan merupakan hal yang sangat penting bagi
pembangunan Indonesia. Usaha kecil menempati posisi
strategis dalam perekonomian di Indonesia yang tidak perlu
diragukan lagi. Dari segi penyerapan tenaga kerja, sekitar 90%
dari seluruh tenaga kerja Indonesia bekerja pada sektor usaha
kecil. Kondisi riil yang ditunjukkan oleh hampir seluruh daerah
Kabupaten/Kota di Indonesia menggambarkan bahwa

kegiatan usaha kecil selalu dilanda fenomena sulit berkembang.
Hal ini terlihat dengan membanjirnya produk pangan dari luar
negeri yang banyak ragamnya, mulai dari yang bemitra dengan
perusahaan di Indonesia (toll manufacturing), produk impor
legal dan produk impor illegal. Jika dicermati dengan baik,
ternyata produk tersebut banyak dihasilkan oleh Manajemen
Usaha yang handal walaupun usahanya kecil, misalnya
memiliki penampilan produk yang prima, baik dari segi
kemasan maupun kualitas produknya. Kemasan produk impor
yang dihasilkan dari Manajemen Usaha, salah satunya
mempunyai desain yang menarik dan terbuat dari bahan yang
baik. Hal ini tidak terlepas dari fakta bahwa semua produk
impor dari luar negeri yang dihasilkan oleh usaha kecil tersebut
mempunyai Manajemen Usaha, yaitu dengan merk yang sangat
variatif yang telah didaftarkan di kantor Hak kekayaan
intelektual dari negaranya masing-masing serta terjaminnya
kebersihan atau kesehatan dari produk tersebut dengan adanya
label sehat dari departemen kesehatan dari negaranya masingmasing. Selain itu, walaupun produk tersebut produk impor
Penulis adalah Dosen Tetap Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Syari ah dan
Ekonomi Islam IAIN Mataram

1

Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram

1

Transformasi, Volume 10, Nomor 1, Januari-Juni 2014

yang dibuat oleh usaha kecil, namun mereka selalu melirik
pangsa pasar kaum muslim, di mana mereka juga
mencantumkan produk tersebut dengan label halal, secara
langsung mempengaruhi atau menarik konsumen untuk
membelinya. Hal-hal inilah yang masuk kedalam lingkup
Manajemen Usaha.
Kata Kunci : Manajemen Usaha

PENDAHULUAN
Pada dasarnya peranan Pemerintah dalam perekonomian yang Islami,
memiliki dasar rasionalitas yang kokoh. Pemerintah adalah pemegang
amanah Allah SWT. untuk menjalankan tugas-tugas kolektif dalam

mewujudkan kesejahteraan dan keadilan (Al-Adl wal ihsan) serta tata
kehidupan yang baik (Hayyah thayyibah) bagi seluruh umat. Jadi
Pemerintah adalah agen dari Tuhan atau Khalifatullah, untuk
merealisasikan falah. Sebagai pemegang amanah Tuhan, eksistenti dan
peran Pemerintah ini memiliki landasan yang kokoh dalam Al-Qur'an dan
Sunnah, baik secara eksplisit maupun implisit. Kehidupan Rasulullah dan
Khulafa'urrasyidin merupakan teladan yang amat baik bagi eksistensi
Pemerintah. Dasar dalam menjalankan amanah tersebut Pemerintah akan
menjunjung tinggi prinsip musyawarah (syura) sebagai salah satu
mekanisme pengambilan keputusan yang penting dalam Islam.
kebijakan ekonomi Pemerintah yang pro ekonomi kerakyatan
merupakan hal yang sangat penting bagi pembangunan Indonesia. Hal itu
dapat dilihat dari beberapa fakta yang ada pada data Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM), yang memiliki peran dominan terhadap
perekonomian, sehingga dapat menaikkan taraf hidup sebagian besar
rakyat Indonesia, di mana dampaknya terjadi dalam stabilitas kehidupan
sosial lainnya. Di sisi lain, sektor UMKM juga harus terus mengevaluasi
diri dalam menciptakan daya saing produksinya, sehingga produkproduknya dapat diterima oleh masyarakat luas baik dalam negeri
maupun luar negeri.2
Allah Subhanahu Wata'ala berfirman dalam kitab-Nya;


                  
                

Solehuddin Murphi, Business Plan Praktis dan Dahsyat untuk UMKM, (Bekasi:
Laskar Aksara, 2013), 9
2

2

Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram

Bahrur Rosyid

                
  
Artinya: "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang
diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau

hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami,
janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat
sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya
Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak
sanggup kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan
rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, Maka tolonglah kami
terhadap kaum yang kafir."3 (Q.S. Al-Baqarah: 286)
Usaha kecil menempati posisi strategis dalam perekonomian di
Indonesia yang tidak perlu diragukan lagi. Dari segi penyerapan tenaga
kerja, sekitar 90% dari seluruh tenaga kerja Indonesia bekerja pada sektor
usaha kecil. Peran usaha kecil yang sangat besar pada masa resesi
ekonomi tahun 1998 dan selama proses pemulihan ekonomi semakin
mengukuhkan posisi usaha kecil sebagai pelaku ekonomi yang sangat
penting. Namun demikian, walaupun usaha kecil mempunyai tempat
yang sangat strategis bagi perekonomian suatu bangsa, tetap saja usaha
kecil khususnya di Indonesia sering mengalami kendala yang sangat
klasik, seperti : i). Kekurangan modal; ii). Teknologi dan ke iii) pemasaran
produk. Sehingga muncul pertanyaan mendasar yaitu bagaimana sektor
usaha kecil di Indonesia dapat didorong menjadi usaha berskala besar,
sehingga mampu meningkatkan Perekonomian Nasional.

Di Indonesia, persoalan tersebut di atas, sebenarnya telah
ditempuh berbagai upaya diantaranya yaitu dengan mengeluarkan
deregulasi sebagai upaya penyesuaian struktural dan restrukturisasi
perekonomian. Namun demikian, upaya tersebut ternyata tidak
membawa keuntungan bagi usaha kecil. Studi empiris membuktikan
bahwa pertambahan nilai tambah terhadap deregulasi yang dilakukan
oleh Pemerintah Indonesia ternyata hanya membawa keuntungan bagi
pengusaha besar.4
Kondisi riil yang ditunjukkan oleh hampir seluruh daerah
Kabupaten/Kota di Indonesia menggambarkan bahwa kegiatan usaha
kecil selalu dilanda fenomena sulit berkembang. Hal ini terlihat dengan
Departemen Agama RI, Al-Quran Tajwid dan Terjemahan, (Jakarta Timur:
Maghfirah Pustaka, 2006)
4 H. Salman, Analisis Determinan Pendapatan Usaha Kecil di Kabupaten Langkat, (Tesis
: Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara; 2009), hal. 1.
3

Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram

3


Transformasi, Volume 10, Nomor 1, Januari-Juni 2014

membanjirnya produk pangan dari luar negeri yang banyak ragamnya,
mulai dari yang bemitra dengan perusahaan di Indonesia (toll
manufacturing), produk impor legal dan produk impor illegal. Jika
dicermati dengan baik, ternyata produk tersebut banyak dihasilkan oleh
Manajemen Usaha yang handal walaupun usahanya kecil, misalnya
memiliki penampilan produk yang prima, baik dari segi kemasan
maupun kualitas produknya. Kemasan produk impor yang dihasilkan
dari Manajemen Usaha, salah satunya mempunyai desain yang menarik
dan terbuat dari bahan yang baik.5 Hal ini tidak terlepas dari fakta bahwa
semua produk impor dari luar negeri yang dihasilkan oleh usaha kecil
tersebut mempunyai Manajemen Usaha, yaitu dengan merk yang sangat
variatif yang telah didaftarkan di kantor Hak kekayaan intelektual dari
negaranya masing-masing serta terjaminnya kebersihan atau kesehatan
dari produk tersebut dengan adanya label sehat dari departemen
kesehatan dari negaranya masing-masing. Selain itu, walaupun produk
tersebut produk impor yang dibuat oleh usaha kecil, namun mereka selalu
melirik pangsa pasar kaum muslim, di mana mereka juga mencantumkan

produk tersebut dengan label halal, secara langsung mempengaruhi atau
menarik konsumen untuk membelinya. Hal-hal inilah yang masuk
kedalam lingkup Manajemen Usaha.
Kondisi berbeda terjadi pada usaha kecil di Indonesia, sebagian
besar usaha kecil di Indonesia justru tidak mengemas produksi dengan
kemasan yang prima. Hal ini dikarenakan pengetahuan tentang
Manajemen Usaha rendah, sehingga sikap dan prilaku mereka yang
menganggap bahwa faktor kemasan bukanlah faktor utama dan pertama
dalam pemasaran produk. Mereka hanya beroriantasi pada cita dan rasa
dari produk tersebut, sehingga produk dari usaha kecil di Indonesia selalu
tidak memperhatikan Manajemen Usahanya, contoh kecil segi
kemasannya. Padahal kemasan dari suatu produk merupakan jantungnya
pemasaran, karena kemasan produk itu merupakan jendela informasi
yang sangat berguna bagi konsumen. Melalui kemasan produk,
konsumen dapat melihat secara rinci hal-hal yang terkait produk,
misalnya apakah produk tersebut sudah lulus uji kesehatan atau belum,
halal atau tidak, siapa pemilik dari produk tersebut, dan lain sebagainya,
dikemasan produk, konsumen atau masyarakat juga bisa secepatnya
mencari produk tersebut dengan mengenali tanda atau merknya. Itulah
perlunya masyarakat diberikan Pembinaan Manajemen Usaha.


5

4

Ibid. hal. 2-3.

Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram

Bahrur Rosyid

Merk yang terdapat pada suatu kemasan produk, menurut
Abdulkadir Muhammad mempunyai fungsi yaitu untuk membedakan
barang atau jasa produksi perusahaan lain yang sejenis. 6
Selain fungsi di atas, fungsi merk dapat dilihat juga dari sudut
pandang produsen, pedagang dan konsumen. Dari pihak produsen, merk
digunakan untuk jaminan nilai hasil produksinya, khususnya mengenai
kualitas kemudian pemakaiannya. Dari pihak pedagang, merk digunakan
untuk promosi barang-barang dagang/jasanya guna mencari dan
meluaskan pasaran. Dari pihak konsumen, merk digunakan untuk

mengadakan pilihan barang/jasa yang akan dibelinya atau
digunakannya.7
Dengan demikian, tidaklah dapat dibayangkan, apabila suatu
produk tidak memiliki merk, tentu produk yang bersangkutan tidak akan
dikenal oleh konsumen.8 Oleh karena itu terlepas dari adanya faktor
keterpaksaan daripada kebutuhan, sangatlah tepat bila bangsa Indonesia
melakukan pengaturan merk melalui peraturan perundang-undangan
sebagai upaya memberikan perlindungan terhadap merk, mengingat
begitu pentingnya merk dalam lalu lintas perdagangan barang maupun
jasa. Selain itu, pengaturan merk dengan UU No. 15 Tahun 2011 tentang
merk juga dimaksudkan untuk memberikan landasan perlindungan
hukum yang efektif guna mencegah berbagai bentuk pelanggaran berupa
penjiplakan, pembajakan atau peniruan atas sebuah merk. Dengan
demikian, prinsip pengaturannya adalah adanya pengakuan kepemilikan
hak atas merk.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Pasal 3 UU No. 15 Tahun
2001 tentang Merk menyatakan bahwa hak atas merk adalah hak ekslusif
yang diberikan negara kepada pemilik merk yang terdaftar dalam Daftar
Umum Merk untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri
merk tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk

menggunakannya. Dari bunyi ketentuan pasal 3 di atas, terlihat bahwa
negara, melalui UU Merek, hanya dapat memberikan perlindungan
hukum terhadap merk yang telah terdaftar.9
Tidak kalah pentingnya dengan merk dalam pemasaran produk
adalah labelisasi halal. Mengingat penduduk Indonesia mayoritas muslim,
6 Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Keayaan Intelektual,
(Bandung : Citra Aditya Bhakti, 2001), hal. 120-121.
7 Wiratmo Dianggoro, Pembaharuan Undang-Undang Merek dan Dampaknya Bagi
Dunia Bisnis, Dalam Jurnal Hukum Bisnis Vol. 2, (Jakarta : Yayasan Pengembangan
Hukum Bisnis, 1997), 56.
8 Insan Budi Maulana, Sukses Bisnis Melalui Merek, Paten, dan Hak Cipta, (Bandung :
Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1997), hal. 53.
9 Erna Wahyuni, Dkk., Kebijakan dan Manajemen Hukum Merek, (Yogyakarta :
Yayasan Pembaharuan Administrasi Publik Indonesia, 2005), hal. 12.

Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram

5

Transformasi, Volume 10, Nomor 1, Januari-Juni 2014

maka labelisasi adalah menjadi sangat urgen yang harus ada pada satu
kemasan produk. Agar masyarakat yang menjadi konsumen itu percaya
bahwa suatu produk itu halal, maka produk yang dikemas oleh usaha
kecil tidak hanya cukup mencantumkan kata halal saja, namun kata
halal yang dicantumkan dalam kemasan produk harus mendapatkan
ijin dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang berkompeten mengeluarkan
label halal tersebut. Oleh karena itu, pemberian labelisasi halal pada satu
kemasan produk yang dibuat oleh usaha kecil harus diuji terlebih dahulu
oleh Majelis Ulama Indonesia terhadap kebenaran halal atau tidaknya
suatu produk.
Oleh karena itu, usaha (Pertanian) yang ada di Sekotong Timur,
perlu diberikan PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN MANAJEMEN
USAHA DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT,
sehingga Masyarakat umumnya dan pengusaha kecil khususnya yang ada
di Sekotong Timur mampu bersaing dengan produk-produk dari luar,
maka terjawablah semboyan daerah kita NTB BERSAING.
Sektor usaha mikro kecil menengah merupakan usaha yang cukup
menjanjikan baik bagi masyarakat dan bagi pemerintah, dimana dengan
adanya Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) ini masyarakat dapat
meningkatkan kesejahteraan dengan menghasilkan pendapatan bagi
rumah tangga, sedangkan bagi pemerintah UMKM dapat mengurangi
pengangguran, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan memberikan konstribusi pendapatan asli daerah (PAD) bagi
daerah.
Berbagai program yang dilakukan oleh pemerintah dalam
mengembangkan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) diantaranya
memberikan bantuan modal, bantuan peralatan dan berbagai bantuan
lainnya, akan tetapi belum ada bentuk bantuan dalam pengembangan
softskill seperti kegiatan manajemen modern bagi Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM).
ALASAN MEMILIH PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN MANAJEMEN USAHA
DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT DI SEKOTONG TIMUR
Usaha kecil di Indonesia secara yuridis formal telah diatur melalui
undang-undang No. 9 Tahun 1995 tentang usaha kecil. Dalam Undangundang ini terdapat beberapa hal yang menekankan adanya aspek
pengembangan usaha kecil yang ada di Indonesia agar kelak usaha kecil
tersebut menjadi sebuah usaha yang tangguh dan mandiri. Ini berarti
seiring dengan berjalannya waktu, usaha kecil melalui program dan
kegiatan-kegiatan pemberdayaan dan pengembangan usaha kecil tersebut
dapat meningkatkan usahanya yang merupakan aspek terpenting bagi
tercapainya tujuan menjadi suatu usaha yang tangguh dan mandiri.
Sudah menjadi kewajiban pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk
6

Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram

Bahrur Rosyid

melakukan pemberdayaan bagi usaha kecil. Pemberdayaan tersebut
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 14 UU No. 9 Tahun 1995 tentang
usaha kecil, yang menyatakan bahwa pemberdayaan usaha kecil yang
dilakukan baik oleh pemerintah maupun masyarakat dapat dilakukan
dengan cara memfasilitasi pengembangan usaha kecil melalui pendidikan
dan pelatihan-pelatihan serta pengenalan teknologi baru yang efisien
guna terciptanya usaha kecil yang maju dan mandiri.
Beberapa hal yang masih menjadi penghambat dalam
pengembangan UKM adalah:
1. Tidak tersedianya data yang akurat (data base) tentang keberadaan
berikut profil UKM sejak program pemberdayaan UKM dimulai
hampir 20 tahun yang lalu, yang memberikan informasi antara lain
sejak tahun berapa berdiri, produk apa yang dihasilkan, siapa pasar
sasarannya, bagaimana omset dari tahun ke tahun, berapa jumlah
tenaga kerja, masih adakah peluang pasar kedepan, jenis bantuan dan
pembinaan apa saja yang telah diperoleh, bagaimana perkembangan
setelah ada bantuan dan pembinaan dan lain-lain. Tidak tersedianya
data terkini dari UKM memiliki kecenderungan program pembinaan
dan pengembangan UKM tidak tersebar secara merata, tidak tepat
sasaran dan tidak sesuai dengan kebutuhan.
2. Belum terkoordinasinya peran "intermediasi" secara terpadu antar
lembaga/instansi yang menjalankan fungsi untuk mengembangkan
dan membina UKM. Hal ini berpeluang terjadinya tumpang tindih
program-program dan ketidakefisienan dana. Pola yang ada sekarang
adalah masing-masing lembaga/institusi yang memiliki fungsi yang
sama berkoordinasi tapi berjalan sendiri-sendiri, apakah itu
perbankan, BUMN, Dinas-dinas KUKM provinsi/kota dan Kabupaten,
LSM, perusahaan swasta. Semua melakukan hal yang sama sejak
seleksi hingga pendampingan. Tentunya ini merupakan pemborosan
dan ineffisien. Sehingga dibutuhkan format yang berbeda agar UKM
menjadi penopang roda perekonomian menjadi kenyataan.
3. Belum dimilikinya tolak ukur keberhasilan pembinaan yang dilakukan
hanya berjangka waktu pendek dan bukan merupakan suatu kesatuan
yang saling mendukung dan berkelanjutan untuk jangka panjang.
4. Terdapatnya perbedaan istilah dan kriteria yang berbeda diantara
lembaga/instansi. Saat ini berkembang istilah UMKM (Usaha Mikro
Kecil dan Menengah) dari yang sebelumnya UKM (Usaha Kecil dan
Menengah). Kementerian KUKM tidak mengenal istilah demikian pula
dinas perindutrian yang hanya mengenal istilah IKM (Industri Kecil
dan Menengah). 10
Ina Primiana, Menggerakkan Sektor Riil UKM & Industri, (Bandung: Alfabeta,
2009), 33-34
10

Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram

7

Transformasi, Volume 10, Nomor 1, Januari-Juni 2014

Dalam menghadapi hambatan yang ada George S. Odiorne dari
Eckerd Collage mengatakan bahwa manajemen berdasarkan sasaran itu
berfungsi dengan efektif, manajemen tersebut memerlukan tig alangkah
esensial dalam manajemen berdasarkan antisipasi. Ketiga langkah
terseebut menjamin pemilihan sasaran strategis yang masuk akal. Tanpa
pernyataan sasaran strategis lebih dahulu, sasaran operasional yang
terukur mungkin tidak sah. Dalam merumuskan sasaran strategis, hal-hal
tersebut hendaknya dipertimbangkan:11
1. sasaran strategis hendaknya dinyatakan mendahului keputusankeputusan anggaran
2. sasaran strategis hendaknya mendifinisikan kekuatan, kelemahan,
masalah, ancaman, resiko dan kesempatan.
3. sasaran strategis hendaknya memperhatikan tren dan misi dan
mendefinisikan pilihan strategis yang mencakup akibat-akibat setiap
pilihan.
Pembinaan dan Pendampingan terhadap manajemen Usaha (Dari
segi penguatan produk/Kemasan dan Pemasaran), hal ini merupakan
tindak lanjut dari kegiatan pengabdian masyarakat tahun sebelumnya,
mengingat ini suatu hal yang sangat urgen, Manajemen Usaha (Dari segi
penguatan produk/Kemasan dan Pemasaran) merupakan satu keharusan
yang ada pada setiap UMKM. Jika hal kecil seperti : merk dan labelisasi
tersebut tidak tercantum atau belum ada dalam satu kemasan produk
maka pemasaran produk yang dihasilkan usaha kecil tersebut menjadi
terhambat mengingat adanya keraguan dari masyarakat sebagai calon
konsumen untuk membeli produk tersebut.
KONDISI LOKASI SAAT INI
Desa Sekotong Timur, merupakan salah satu desa yang berada di
Kecamatan Lembar. Desa Sekotong jumlah penduduk 3.415 Jiwa,
mayoritas penduduknya bermata pencaharian di sektor Pertanian
(Petani), Peternakan, wiraswasta (Tukang). Secara umum kondisi Desanya
relatif subur dengan keadaan tofografi persawahan, masyarakatnya masih
banyak mengandalkan kebutuhan hidupnya dari hasil pemberian alam,
tanpa masyarakatnya berusaha sedemikian rupa dengan jalan merubah
kehidupannya dengan berwirausaha (hanya bergantung pada sektor
pertanian), misal dengan hasil dari pertaniannya berupa: ubi, nah
bagaimana ubi ini tidak hanya dijual dalam bentuk mentah berupa ubinya
saja, tapi bagaimana ubi itu bisa dikembangkan menjadi produk yang
mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi, bisa diolah menjadi kripik,
berikut dengan sedikit sentuhan manajemen usaha bisa menjadi produk
Komaruddin, Menejemen berdasarkan sasaran edisi pertama, (Jakarta: Bumi aksara:
1994), 179-180
11

8

Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram

Bahrur Rosyid

yang bernilai ekonomi yang lebih tinggi. Hal-hal seperti ini yang belum
kelihatan nyata di lokasi pengabdian tim.
Desa Sekotong timur, masyarakatnya masih terkonsentrasi pada
sektor-sektor yang masih kita katakan instan, artinya apa yang ada di
alam, seperti lahan pertanian, masyarakat sekitar hanya memberdayakan
dirinya sekedar mengelola lahan pertanian, mengolah, menanam apa
yang bisa ditanam berikutnya memanen hasil dari apa yang ditanam,
kemudian menjual hasil tersebut dalam bentuk mentahnya, yang tidak
seberapa hasil yang diperoleh dengan tenaga yang sudah dikeluarkannya,
sehingga dengan kondisi seperti ini, maka kami tim mengadakan
pendampingan
kepada
masyarakat
desa
tersebut
dengan
memperkenalkan tentang wirausaha (manajemen usahanya).
Kaitan dengan ini, masyarakat berupa pemudanya kebanyakan
keluar dari desa mencari pekerjaan sebagai seorang Tenaga kerja di luar
negeri ; ke Malaysia, Taiwan, Arab Saudi dan ke Jepang. Hal ini janggal
penglihatan kami, kenapa daerah dengan kondisi yang sangat subur
ditinggalkan begitu saja dengan menjadi seorang TKI di negara orang
yang dengan kondisi spekulasi tinggi pulang dari negeri orang dapat
membawa modal besar, bahkan sepulangnya bingung memanfaat
kekuatan modal yang dimiliki untuk apa? , tidak ada yang mengarahkan
untuk pengembangan kearah berwirausaha, ada yang punya pemikiran
kearah wirausaha cuman belum mempunyai pemahaman tentang dunia
usaha (manajemen usaha).
IDENTIFIKASI MASALAH.
1. Masyarakatnya masih bergantung pada pemberian alam, tanpa
berpikir lebih jauh bagaimana mengembangkan usaha (Pertanian)
yang mempunyai manajemen Usaha
2. Masyarakatnya banyak pelarian menjadi TKI
PERUMUSAN MASALAH
1. Masyarakatnya diberikan pembinaan dan pedampingan manajemen
usaha (Pertanian)..
2. Manajemen usaha yang diterapkan kedepannya diharapkan dapat
meningkatkan perekonomian masyarakat.
TUJUAN KEGIATAN
Adapun tujuan diadakannya Pembinaan dan Pendampingan
terhadap manajemen Usaha dalam pengembangan perekonomian
masyarakat desa sekotong timur ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan pemahaman dan pengetahuan mengenai manajemen
usahayang baik.

Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram

9

Transformasi, Volume 10, Nomor 1, Januari-Juni 2014

2. Memberikan pemahaman mengenai pentingnya suatu produk yang
kemasan menarik dan higienis.
3. Membantu petani memiliki usaha dalam rumah tangga masing-masing
untuk bisa menambah penghasilan rumah tangganya masing-masing,
dengan meningkatkan nilai tambah produknya agar lebih berharga.
MANFAAT KEGIATAN
Adapun manfaat pembinaan dan pendampingan ini adalah sebagai
berikut :
1. Masyarakat (Petani) diharapkan mampu menerapkan manajemen
usaha pada poduknya.
2. Masyarakat (Petani) memiliki produk rumahtangga yang baik dan
bernilai ekonomi lebih tinggi
3. Masyarakat (Petani) dapat memasarkan produk tidak dalam
mentahnya lagi tapi bisa menjual dalam bentuk nilai ekonomi yang
lebih tinggi.
STRATEGI DAN METODOLOGI
Strategi atau Model kegiatan yang digunakan dalam pemberdayaan
di sini menggunakan tiga metode yaitu :
1. Metode Partisipatory action research.
Digunakan dalam proses awal kegiatan, di mana tim fasilitator (dosen)
mencoba untuk berdialog dengan masyarakat (petani). Dialog ini
dilakukan secara intensif guna menggali lebih jauh dan mengenali
masalah-masalah yang menjadi hambatan pada masyarakat (petani).
Serta menggali informasi alasan-alasan mereka menjual hasil
pertanian dalam bentuk mentah, tanpa mengolah lebih lanjut menjadi
produk yang mempunyai nilai ekonomi jauh lebih tinggi. Dari hasil
PAR ini diharapkan menjadi bahan rujukan dalam pembuatan Modul
dalam Manajemen Usaha.
2. Metode Pembinaan.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan orientasi dengan tujuan
memberikan wawasan , pengetahuan dan pembinaan melalui pola
Pendekatan dengan sistem PAR bagi Pembinaan dan Pendampingan
Manajemen Usaha dalam pengembangan ekonomi Masyarakat,
sehingga mempunyai produk yang layak jual agar konsumen tertarik
membeli produknya, memberikan pengetahuan tentang bagaimana
cara atau prosedur manajemen usaha Pertanian). Pembinaan juga
dilakukan terkait dengan cara atau proses pengemasan produk yang
baik, bermutu dan menarik bagi calon konsumen.
3. Metode pendampingan.
Kegiatan ini dilakukan oleh TIM pada Pembinaan dan Pendampingan
Manajemen Usaha dalam pengembangan ekonomi Masyarakat.
10

Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram

Bahrur Rosyid

Metode pendampingan ini dilakukan oleh TIM agar Pembinaan dan
Pendampingan Manajemen Usaha dalam pengembangan ekonomi
Masyarakat, Sehingga produknya dapat diminati oleh calon
konsumen.
Agar strategi ini berhasil, maka TIM juga akan melakukan
evaluasi. Evaluasi dalam kegiatan Pembinaan dan Pendampingan
Manajemen Usaha dalam pengembangan ekonomi Masyarakat ini
dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan dilakukan. Materi evaluasi
terkait dengan pelaksanaan kegiatan mengikuti siklus sebagaimana
skema di bawah ini12 :
Identifikasi =>
Perencanaan =>Pelaksanaan =>Evaluasi
Identifikasi.
Tahap awal evaluasi adalah dengan melakukan identifikasi
program yang belum dapat dijalankan. Peluang, kelemahan dan
kekuatan yang ada dalam program yang direncanakan. Setelah
identifikasi, menyusun kembali program agar dapat diaplikasikan
sesuai dengan periode yang telah ditentukan. Selanjutnya adalah
pelaksanan program yang telah dievaluasi. Dalam proses evaluasi ini
akan selalu melibatkan stake holder.
PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT DAN BENTUK KETERLIBATANNYA
Dalam kegiatan desa binaan ini, TIM akan melibatkan stake holder
guna mendukung keberhasilan kegiatan.
Adapun stake holder yang terlibat dan atau dilibatkan, diantaranya
yaitu :
1. Kepala Desa Sekotong Timur
Bentuk Keterlibatannya adalah berasama-sama TIM akan melakukan
binaan terhadap Para pemuda Desa untuk bisa mendobrak potensi
desa melalui Badan Usaha milik Desa dalam mengembangkan minat
berwirausaha dalam peningkatan dan penguatan ekonomi masyarakat
dengan cara pembuatan kemasan produk serta pemasaran produk.
Dalam hal ini mereka di minta untuk memberikan kemudahankemudahan pada pengusaha olahan makanan untuk mengikuti eveneven pengenalan produk. Misalnya pendirian stand-stand yang
memperkenalkan produk olahan makanan dari Petani di desa
Sekotong Timur. Selain itu, dari mereka sekiranya juga ada pembinaan
terkait dengan peningkatan mutu olahan makanan yang dibuat oleh
pengusaha jajanan, cemilan dan aneka kerupuk di Desa Sekotong
Timur

12

Maimun, dkk., Panduan Kuliah Kerja Nyata, (Mataram : LPM IAIN Mataram,

2007).

Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram

11

Transformasi, Volume 10, Nomor 1, Januari-Juni 2014

2. Tokoh Masyarakat.
Bentuk keterlibatannya adalah memberikan motivasi kepada para
pemuda untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan, dalam hal
ini TIM Desa Binaan sebagai berupa narasumber dalam pelatihan. Tim
memberikan pelatihan terkait dengan prosedur dan syarat-syarat
pemberian labelisasi halal pada produk olahan makanan yang dibuat
oleh pengusaha kecil tersebut.
PENUTUP
TIM akan melakukan Pembinaan dan Pendampingan Manajemen
Usaha bagi pemuda dalam pengembangan ekonomi Masyarakat.
Pembinaan dan pendampingan diharapkan menghasil output sebagai
berikut.
1. Terjadi perubahan pengetahuan, sikap dan budaya (kompetisi dan
memiliki daya saing tinggi) dari Pembinaan dan Pendampingan
Manajemen Usaha dalam pengembangan ekonomi Masyarakat
tersebut.
2. Terjadi Perubahan pengetahuan, sikap dan budaya di sini maksudnya
adalah Pembinaan dan Pendampingan Manajemen Usaha dalam
pengembangan ekonomi Masyarakat.
3. Di samping itu, kegiatan Pembinaan dan Pendampingan Manajemen
Usaha dalam pengembangan ekonomi Masyarakat sebagai momentum
peningkatan perekonomian masyarakat di desa Sekotong Timur.
4. Produk-produk yang dihasilkan dapat dipasarkan ke pasar Swalayan
atau supermarket yang ada.
5. Dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat di desa Sekotong Timur.

12

Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram

Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram

13