Siaran Pers 07 April 2015 Pelimpahan Kasus Budi Gunawan Kepada Kepolisian
SIARAN PERS
PERNYATAAN PUSAT STUDI HUKUM DAN KEBIJAKAN INDONESIA (PSHK) TERKAIT PELIMPAHAN KASUS
KOMJEN (POL) BUDI GUNAWAN KEPADA KEPOLISIAN
“Pengusutan Terhadap Kasus Komjen (Pol) Budi Gunawan Kental Dengan Konflik Kepentingan
Apabila Dilimpahkan Kepada Kepolisian”
Dengan dilimpahkannya kasus Komjen (Pol) Budi Gunawan dari KPK kepada Kejaksaan lalu
Kepolisian, maka keberlanjutan pengusutan kasus tersebut semakin diragukan.
Setidak-tidaknya konflik kepentingan akan terbuka lebar apabila Kepolisian menangani kasus
Komjen (Pol) Budi Gunawan mengingat yang bersangkutan adalah seorang perwira tinggi aktif
Kepolisian yang pernah dicalonkan sebagai Calon Kapolri.
Kejaksaan seharusnya menjelaskan sejauh apa pengusutan terhadap kasus Komjen (Pol) Budi
Gunawan telah dilakukan dan apa alasan dibalik pelimpahan kasus tersebut kepada Kepolisian.
Dengan besarnya konflik kepentingan yang akan terjadi dan tidak transparannya pengusutan
kasus Komjen (Pol) Budi Gunawan selama dilakukan Kejaksaan, maka pelimpahan kasus
tersebut seharusnya dibatalkan.
Pimpinan KPK seharusnya segera menempuh upaya hukum Peninjauan Kembali atas putusan
praperadilan Komjen (Pol) Budi Gunawan. Putusan praperadilan tersebut adalah dasar
pelimpahan kasus Komjen (Pol) Budi Gunawan dari KPK kepada Kejaksaan lalu Kepolisian.
Presiden Joko Widodo juga sepatutnya tidak mengangkat Komjen (Pol) Budi Gunawan sebagai
Wakapolri maupun jabatan-jabatan lainnya. Pengangkatan Komjen (Pol) Budi Gunawan yang
proses hukumnya masih berjalan untuk menduduki jabatan publik bertentangan dengan moralitas
hukum.
Pasal 1 angka 6 UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan
Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme menyatakan bahwa salah satu asas umum
pemerintahan yang baik adalah norma kepatutan. Ketentuan tersebut menjadi kewajiban bagi
penyelenggara negara sesuai dengan Pasal 8 ayat (2) huruf b UU No. 30 Tahun 2004 tentang
Administrasi Pemerintahan.
Presiden Joko Widodo bertanggungjawab terhadap pembenahan dan reformasi kepolisian.
Reformasi Kepolisian akan berhasil dengan dimulai dari memilih pimpinan yang tidak diragukan
integritasnya.
Kontak:
Miko Ginting (087822626362)
PERNYATAAN PUSAT STUDI HUKUM DAN KEBIJAKAN INDONESIA (PSHK) TERKAIT PELIMPAHAN KASUS
KOMJEN (POL) BUDI GUNAWAN KEPADA KEPOLISIAN
“Pengusutan Terhadap Kasus Komjen (Pol) Budi Gunawan Kental Dengan Konflik Kepentingan
Apabila Dilimpahkan Kepada Kepolisian”
Dengan dilimpahkannya kasus Komjen (Pol) Budi Gunawan dari KPK kepada Kejaksaan lalu
Kepolisian, maka keberlanjutan pengusutan kasus tersebut semakin diragukan.
Setidak-tidaknya konflik kepentingan akan terbuka lebar apabila Kepolisian menangani kasus
Komjen (Pol) Budi Gunawan mengingat yang bersangkutan adalah seorang perwira tinggi aktif
Kepolisian yang pernah dicalonkan sebagai Calon Kapolri.
Kejaksaan seharusnya menjelaskan sejauh apa pengusutan terhadap kasus Komjen (Pol) Budi
Gunawan telah dilakukan dan apa alasan dibalik pelimpahan kasus tersebut kepada Kepolisian.
Dengan besarnya konflik kepentingan yang akan terjadi dan tidak transparannya pengusutan
kasus Komjen (Pol) Budi Gunawan selama dilakukan Kejaksaan, maka pelimpahan kasus
tersebut seharusnya dibatalkan.
Pimpinan KPK seharusnya segera menempuh upaya hukum Peninjauan Kembali atas putusan
praperadilan Komjen (Pol) Budi Gunawan. Putusan praperadilan tersebut adalah dasar
pelimpahan kasus Komjen (Pol) Budi Gunawan dari KPK kepada Kejaksaan lalu Kepolisian.
Presiden Joko Widodo juga sepatutnya tidak mengangkat Komjen (Pol) Budi Gunawan sebagai
Wakapolri maupun jabatan-jabatan lainnya. Pengangkatan Komjen (Pol) Budi Gunawan yang
proses hukumnya masih berjalan untuk menduduki jabatan publik bertentangan dengan moralitas
hukum.
Pasal 1 angka 6 UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan
Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme menyatakan bahwa salah satu asas umum
pemerintahan yang baik adalah norma kepatutan. Ketentuan tersebut menjadi kewajiban bagi
penyelenggara negara sesuai dengan Pasal 8 ayat (2) huruf b UU No. 30 Tahun 2004 tentang
Administrasi Pemerintahan.
Presiden Joko Widodo bertanggungjawab terhadap pembenahan dan reformasi kepolisian.
Reformasi Kepolisian akan berhasil dengan dimulai dari memilih pimpinan yang tidak diragukan
integritasnya.
Kontak:
Miko Ginting (087822626362)