Jurnal Evaluasi Metode Penilaian Persediaan Kaitannya Dengan Harga Pokok | Makalah Dan Jurnal Gratis

Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 4 No. 1, April 2004

JURNAL ILMIAH RANGGAGADING
Volume 4 No. 1, April 2004 : 7–14

EVALUASI METODE PENILAIAN PERSEDIAAN
KAITANNYA DENGAN HARGA POKOK PENJUALAN
Studi kasus pada Cabang PT. CLI
Oleh :
H. Moermahadi S. Djanegara
Dosen Pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan

ABSTRAK
Metode penilaian persediaan yang digunakan oleh perusahaan adalah metode eceran
(retail method). Dengan metode eceran hasil perhitungan untuk menilai harga pokok
persediaan akhir dan harga pokok penjualan bersifat taksiran. Metode penilaian
persediaan lain, yaitu metode rata-rata bergerak. Metode ini didasarkan atas asumsi
bahwa harga pokok perolehan harus dibebankan ke pendapatan menurut harga ratarata per unit dari persediaan yang dimiliki oleh perusahaan.
Keywords : Manajemen Pemasaran; Metode Penilaian Persediaan.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Berkembangnya dunia bisnis di Indonesia
menyebabkan perusahaan untuk saling bersaing
secara sehat, agar dapat tetap bertahan.
Persaingan bisnis ini turut pula dirasakan oleh
perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang
penjualan eceran (retail). Agar perusahaannya
tetap dapat bertahan menjalankan aktivitas
bisnisnya, perusahaan dituntut untuk selalu
tanggap akan kebutuhan konsumennya yaitu
dalam hal penyediaan barang yang lengkap,
berkualitas, pelayanan yang memuaskan,
keamanan, serta harga barang yang kompetitif.
Salah satu usaha yang paling penting yang
harus dilakukan oleh perusahaan yang bergerak

dibidang penjualan eceran (retail) dalam rangka
memenuhi kebutuhan konsumen tersebut adalah
memperhatikan persediaan barang, karena
persediaan barang merupakan suatu hal yang

sangat vital untuk kelangsungan operasi
perusahaan.
Pada umumnya persediaan ini merupakan
salah satu aktiva lancar yang mempunyai nilai
terbesar dibandingkan dengan unsur lainnya dan
hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus dari
pemimpin perusahaan..
Mungkin penilaian persediaan terutama
perhitungan harga pokok penjualan tidak akan
menjadi masalah apabila harga barang tidak
banyak berubah, namun pada kenyataannya
harga barang selalu berubah, bahkan selalu
mengalami kenaikan dari satu periode ke periode
berikutnya.

7

DJANEGARA, Evaluasi Metode Penilaian Persediaan Kaitannya Dengan Harga Pokok Penjualan

Karena begitu pentingnya persediaan bagi

perusahaan dibidang penjualan eceran (retail),
maka perusahaan haruslah merencanakan dan
menerapkan suatu metode penilaian persediaan.
Ada 6 (enam) metode yang paling lazim
dalam melakukan penilaian persediaan, yaitu:
1. Metode Identifikasi khusus
2. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama
(MPKP atau FIFO)
3. Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama
(MTKP atau LIFO)
4. Metode rata-rata tertimbang
5. Metode Eceran
6. Metode Laba kotor
Setiap perusahaan mempunyai kebijakan
tersendiri dalam menentukan metode penilaian
persediaan yang akan diterapkan dalam
perusahaannya. Pada umumnya perusahaan
menggunakan salah satu metode penilaian
persediaan. Begitu pula dengan cabang PT CLI
sebuah perusahaan yang bergerak dibidang

penjualan eceran, dimana perusahaan saat ini
menerapkan metode eceran (retail method)
dalam menghitung harga pokok penjualan dan
juga harga pokok persediaan akhir.

METODOLOGI PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian, penulis
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai
berikut :
Riset Kepustakaan (Library Research)
Dalam hal ini penulis memperoleh data
dengan mempelajari literatur yang berhubungan
dengan landasan teori tentang Akuntansi
persediaan, serta hal-hal lain yang berkaitan
dengan permasalahan yang akan dibahas,
sebagai dasar penyusunan skripsi ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kebijakan
dan

Metode
Akuntansi Persediaan.

Penilaian

Klasifikasi Persediaan
Persediaan dapat diklasifikasikan dalam
beberapa kategori, tergantung pada jenis
kegiatan usaha perusahaan. Karena cabang PT
CLI bergerak dalam bidang penjualan eceran
(retail), maka persediaannya disebut sebagai
persediaan barang dagangan (merchandise
inventory). `
Pada cabang PT CLI barang dagangan
dikelompokkan dalam 5 (lima) divisi, yaitu:
Divisi A1 : Divisi Pakaian Wanita
Divisi A2 : Divisi Pakaian Pria
Divisi A3 : Divisi Pakaian Anak & Balita
Divisi A4 : Divisi Sepatu, Tas dan mainan
Divisi A5 : Divisi Obral

Dimana masing-masing divisi dikepalai oleh
1 (satu) orang kabag pembelian, yang
bertanggung jawab kepada kadiv pembelian.
Dalam 1 (satu) divisi terbagi dalam beberapa
departemen. Masing-masing Departemen dijabat
oleh 1 (satu) orang staff pembelian, yang
bertanggung jawab kepada kabag pembelian.
Sedangkan dalam 1 (satu) departemen terbagi
dalam beberapa class.
Dalam 1 (satu) class juga terbagi lagi dalam
beberapa SKU (sistem kontrol unit), yang
merupakan gabungan dari divisi, departemen,
class, dan nomor urut (running number).
SKU menerangkan secara rinci (detail) nama
barang, artikel, merk barang, dan harga jual
barang yang bersangkutan.
Unsur Harga Pokok Persediaan

Riset Lapangan (Field Research)
Dalam hal ini penulis memperoleh data dan

informasi secara langsung dari obyek yang
diteliti. Dalam memperoleh data dan informasi
tersebut penulis melakukan tanya jawab kepada
pimpinan dan karyawan perusahaan dengan
mengajukan
beberapa
pertanyaan,
juga
melakukan pengamatan langsung terhadap
kegiatan-kegiatan perusahaan yang berhubungan
dengan penyusunan skripsi ini.

8

Salah satu pengukuran persediaan pada akhir
periode adalah menghitung laba bersih.
Perhitungan laba bersih dilakukan dengan
menandingkan (matching) antara pendapatan
dengan beban yang dikeluarkan untuk
menghasilkan pendapatan tersebut. Diantara

beban yang dikeluarkan untuk menghasilkan
pendapatan tersebut salah satu beban yang
proporsinya terbesar diantara beban lainnya
yaitu harga pokok barang yang dijual atau lebih

Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 4 No. 1, April 2004

dikenal dengan istilah harga pokok penjualan.
Harga pokok penjualan yang terdapat pada
perusahaan disesuaikan dengan jenis barang
yang diperdagangkannya.
Berikut ini beberapa biaya selain biaya
pembelian adalah sebagai berikut :
1. Potongan pembelian
Potongan harga dalam pembelian (diskon)
yang diperoleh dari supplier karena
perusahaan membeli barang dagangan dalam
batas pemberian potongan harga atau
pembelian dalam jumlah besar, oleh
perusahaan diperlakukan sebagai pengurang

dari total pembelian yang secara otomatis
akan mengurangi harga pokok persediaan.
2. Retur pembelian
Cabang PT CLI mengenal 2 (dua) istilah
untuk retur pembelian, yaitu : retur QC
(quality control), dimana barang yang dibeli
secara tunai akan di seleksi kembali oleh
kadiv pembelian terutama mengenai kualitas
barang. Dan retur normal, dimana barang
yang dibeli secara kredit dikemudian hari
karena sesuatu hal seperti : barang tersebut
tidak sesuai dengan pesanan (motiv, model),
cacat dan barang yang lamban dalam
penjualannya
(slow
moving)
harus
dikembalikan kepada supplier.
Dasar Penilaian Persediaan
Dasar penilaian yang digunakan oleh Cabang

PT CLI dalam menilai persediaan barang dagang
adalah harga pokok perolehan, yang didasarkan
pada nilai masukan (input value). Penilaian
persediaan dengan nilai masukan merupakan
pengukuran
sumber-sumber
daya
yang
digunakan untuk memperoleh persediaan pada
kondisi dan lokasinya sekarang. Apabila
pengorbanan yang diberikan dalam bentuk kas
atau ekuivalennya, maka penafsiran tentang nilai
masukan akan menjadi cukup jelas. Cabang PT
CLI dalam kegiatannya tidak melakukan
produksi
pada
persediaannya,
sehingga
pengorbanan yang dilakukan perusahaan dalam
bentuk kas atau ekuivalennya. Tetapi untuk

perusahaan yang melakukan proses produksi
terhadap persediaannya, maka nilai masukannya
merupakan penjumlahan dari semua nilai
sumber-sumber daya yang dipergunakan dalam

proses produksi dan sumber daya lainnya yang
dibebankan kepada produk.
Harga perolehan yang dipergunakan oleh
Cabang PT CLI merupakan jumlah pengorbanan
moneter yang dibayarkan untuk memperoleh
barang dagangan dalam kondisi siap jual.
Dalam melakukan penilaian persediaan
perusahaan perlu memperhatikan tujuan
pengukuran persediaan, yaitu :
1. Menandingkan biaya dengan pendapatan
yang
berkaitan
untuk
mendapatkan
penghasilan periodik.
2. Menyajikan nilai barang-barang bagi
perusahaan.
3. Menyediakan informasi mengenai nilai
persediaan yang dapat membantu pemakai
laporan keuangan dalam meramalkan arus
kas perusahaan di masa yang akan datang.
Untuk mencapai tujuan-tujuan diatas, maka
harus dapat diketahui arus kas keluar di masa
lalu, perkiraan arus kas keluar sekarang atau di
masa yang akan datang sebagai akibat dari
pembelian barang secara tunai/pelunasan hutang
dan arus kas masuk sekarang atau perkiraan kas
masuk di masa yang akan datang yang
dihasilkan dari penjualan barang secara tunai.
Dengan demikian untuk mengukur arus kas
yang dihasilkan dari operasi persediaan dapat
dinilai dengan 2 cara yaitu nilai keluaran (output
value) dan nilai masukan (input value). Cabang
PT CLI dalam penilaian persediaannya
berdasarkan harga perolehan (historical cost),
sehingga dapat disimpulkan bahwa cara
penilaian yang diterapkan oleh perusahaan
adalah berdasarkan nilai masukan (input value).
Beberapa keuntungan dari penggunaan harga
perolehan (historical cost) untuk menilai
persediaan antara lain :
1. Harga pokok perolehan merupakan ukuran
terbaik dari kuantitas persediaan yang ada,
karena didasarkan atas apa yang telah terjadi.
2. Harga pokok persediaan didasarkan atas
transaksi penukaran dimasa yang lalu dan
karena itu dapat diperiksa (veriable) dan
bersifat obyektif.
3. Penilaian persediaan berdasarkan harga
pokok
perolehan
memungkinkan
pertanggungjawaban
pihak
manajemen
mengenai kas dan sumber-sumber lain yang
dipergunakan dalam memperoleh barang dan
pertanggungjawaban atas persediaan yang

9

DJANEGARA, Evaluasi Metode Penilaian Persediaan Kaitannya Dengan Harga Pokok Penjualan

didasarkan atas transaksi yang benar-benar
terjadi bukan bersifat hipotesis belaka.
Namun Penerapan dasar penilaian berdasarkan
harga pokok perolehan juga memiliki beberapa
kelemahan, antara lain :
1. Nilai harga pokok perolehan cepat usang
apabila terjadi perubahan-perubahan harga
masukan atau adanya nilai tambah yang
timbul dari kegiatan perusahaan, sehingga
tidak dapat mencerminkan nilai persediaan
yang sebenarnya.
2. Penandingan antara biaya dan penghasilan
tidak memberikan ukuran yang berarti
mengenai operasi sekarang, karena biaya
bersifat historis sedangkan
penghasilan
usaha diperoleh dari harga yang berlaku saat
ini.
Dilihat dari jenis dan sifat perusahaan dan
persediaannya, maka penerapan dasar penilaian
persediaan berdasarkan nilai masukan pada
Cabang PT CLI mencerminkan nilai persediaan
yang tepat, karena :
1. Barang dagangan yang dimiliki oleh
perusahaan
merupakan barang yang
perputarannya normal dan
dapat dijual
dalam waktu kurang dari 1 (satu) tahun,
sehingga fluktuasi harga tidak berubah
secara drastis.
2. Perusahaan tidak melakukan pengolahan
sebelum barang yang bersangkutan dijual
kepada konsumen, sehingga kontribusi
perusahaan yang mengakibatkan nilai barang
bertambah masih sedikit atau tidak ada sama
sekali.
3. Kondisi barang baik, sehingga manfaatnya
masih sepadan dengan nilai perolehan barang
yang bersangkutan.
Selain mudah dan praktis, penerapan dasar
penilaian dengan harga perolehan akan
menghasilkan harga pokok yang dapat
dipertanggungjawabkan, artinya dapat ditelusuri
kepada bukti pengeluaran perolehan barang.
Harga perolehan (historical cost) sebagai
dasar penilaian persediaan diakui oleh Standar
Akuntansi Keuangan sebagaimana tercantum
dalam PSAK No. 14 tentang persediaan dalam
paragraf 1.

10

Sistem Pencatatan Persediaan
Sistem pencatatan yang dilakukan oleh
cabang PT CLI adalah menggunakan sistem
pencatatan periodik. Dalam sistem ini, maka
setiap transaksi pembelian maupun penjualan
barang tidak langsung dibukukan pada rekening
persediaan, sehingga jumlah persediaan pada
periode berjalan tidak dapat segera diketahui.
Oleh karena itu perlu adanya perhitungan fisik
(stock opname) untuk mengetahui secara pasti
jumlah persediaan yang dimiliki oleh
perusahaan. Perusahaan melakukan stock
opname 1 (satu) kali dalam setahun, yaitu pada
akhir tahun, karena jumlah item yang dimiliki
oleh perusahaan mencapai puluhan ribu item,
maka stock opname dilakukan pada malam hari
setelah berakhirnya kegiatan operasi toko (tutup
toko) dengan menggunakan alat percon. Dengan
alat ini (percon) petugas stock opname hanya
melakukan scann pada barcode yang terdapat
pada label harga lalu memasukkan kuantitas
barang yang ada. Jumlah persediaan akhir
dihitung dengan menjumlahkan dari setiap
perkalian kuantitas fisik barang dengan nilainya.
Sistem pencatatan periodik yang dilakukan oleh
perusahaan untuk mencatat hasil stock opname
dan transaksi perdagangan adalah sebagai
berikut :
Jurnal persediaan akhir (hasil stock opname)
pada awal Januari 2002 :
Persediaan
Ikhtisar Rugi Laba

Rp 1.291.709.521,Rp 1.291.709.521,-

Penulis sengaja mengambil contoh data
pembelian, retur pembelian, dan penjualan, yaitu
data bulan November 2002, karena pada bulan
tersebut kegiatan perusahaan sedang melonjak
(high season).
Untuk mencatat pembelian barang dagangan
pada bulan November 2002 :
Pembelian
Kas
Hutang dagang

Rp 2.294.075.903,Rp 344.111.385,Rp 1.949.964.518,-

Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 4 No. 1, April 2004

Mencatat retur pembelian barang dagangan
pada bulan November 2002 :
Kas
Hutang dagang
Retur pembelian

Rp
Rp
Rp

1.645.956,12.070.340,13.716.296,-

Mencatat penjualan barang dagangan pada
bulan November 2002 :
Kas
Rp 2.993.824.198,Potongan penjualan Rp
7.493.202,Rp 3.001.317.400,Penjualan

Selama tahun 2002 tidak terdapat transaksi
retur pengembalian barang yang telah dijual, hal
ini dikarenakan umumnya konsumen hanya
melakukan pertukaran barang yang dibeli
dengan barang yang sejenis yang memiliki
warna dan ukuran yang berbeda, penukaran ini
juga harus ada perjanjian terlebih dahulu antara
konsumen dengan pihak toko dan diberi waktu 1
x 24 jam dan harus disertai oleh bukti pembelian
(bon dan strooke penjualan). Retur penjualan
terjadi dikarenakan barang yang dibeli oleh
konsumen kurang sesuai dengan kebutuhannya.
Metode Penilaian Persediaan
Metode penilaian persediaan yang digunakan
oleh cabang PT CLI adalah metode eceran
(retail method). Metode ini umumnya digunakan
oleh perusahaan yang bergerak dalam penjualan
eceran untuk mengestimasi harga pokok
persediaan akhir. Metode eceran didasarkan
pada hubungan antara harga pokok barang yang
tersedia dengan harga eceran (retail price)
barang yang bersangkutan. Penggunaan metode
ini adalah dengan cara mengumpulkan harga
eceran semua barang dagangan yang diperoleh,
lalu persediaan eceran ditentukan dengan
mengurangkan penjualan untuk periode berjalan
dari harga eceran barang yang tersedia.
Metode FIFO (masuk pertama keluar
pertama),mengasumsikan bahwa barang yang
digunakan sesuai dengan urutan pembeliannya,
dengan perkataan lain barang pertama yang
dibeli adalah barang yang pertama dijual,
sehingga unsur nilai persediaan berasal dari
barang yang terakhir dibeli. Salah satu tujuan
dari metode FIFO adalah memperkirakan arus
fisik dari barang mendekati identifikasi spesifik

dan tidak memperkenankan manipulasi laba,
karena perusahaan tidak bebas untuk mengambil
pos harga pokok tertentu untuk dibebankan
kepada harga pokok penjualan.
Metode LIFO (masuk terakhir keluar
pertama), mengasumsikan bahwa biaya barang
yang terakhir dibeli digunakan sebagai biaya
barang yang pertama dijual dan biaya persediaan
akhir terdiri dari biaya barang yang dibeli lebih
dahulu.
Metode rata-rata, memungkinkan setiap
harga beli mempengaruhi penilaian persediaan
dan harga pokok penjualan, yang menggunakan
suatu harga pokok tunggal untuk menghitung
harga pokok barang yang dijual atau barang
yang masih ada dalam persediaan. Metode ratarata tidaklah mencerminkan penandingan antara
harga pokok penjualan sekarang dengan
pendapatan sekarang seperti halnya metode
LIFO yang memiliki kelebihan dalam penyajian
harga pokok penjualan dalam laporan rugi laba.
Metode ini juga tidak menghasilkan nilai
persediaan akhir yang mendekati harga pokok
sekarang pada neraca sebagaimana metode FIFO
memiliki kelebihan tersebut.
Keuntungan penggunaan dari metode eceran
adalah praktis perhitungannya, sehingga akan
menghemat waktu dan biaya.
B. Metode penilaian persediaan lain, yaitu
metode rata-rata bergerak
Dan metode ini dapat digunakan baik pada
sistem pencatatan periodik maupun pada sistem
pencatatan perpetual. Penggunaan pada sistem
pencatatan periodik disebut rata-rata tertimbang
(weighted average method), sedangkan pada
sistem pencatatan perpetual disebut rata-rata
bergerak (moving average method).
Dengan
metode
rata-rata
bergerak,
perusahaan akan menghitung harga pokok ratarata per unit untuk setiap jenis barang dagangan
setiap kali pembelian terjadi dan harga pokok
per unit tersebut dijadikan dasar untuk
menentukan harga pokok penjualan dan nilai
persediaan barang. Dan dalam melakukan
perhitungan dengan metode ini, penulis sengaja
menampilkan total harga jual baik pada saldo
awal, pembelian, retur pembelian, dan saldo
akhir agar terlihat jelas pengaruh dari perubahan
harga yang dilakukan oleh perusahaan, selain itu

11

DJANEGARA, Evaluasi Metode Penilaian Persediaan Kaitannya Dengan Harga Pokok Penjualan

penulis juga menggunakan beberapa asumsi
sebagai berikut :
1. Bila transaksi pembelian bersamaan dengan
retur pembelian, maka harga rata-rata yang
digunakan untuk retur pembelian adalah
harga
rata-rata
sebelum
terjadinya
pembelian.
2. Bila transaksi pembelian bersamaan dengan
transaksi penjualan, maka harga rata-rata
yang digunakan untuk menghitung harga
pokoknya adalah harga rata-rata sebelum
terjadinya pembelian.
3. Kuantitas perubahan harga yang digunakan
adalah berdasarkan kuantitas buku.
C. Dampak Penerapan Metode Penilaian
Persediaan terhadap Laba dan Laporan
akuntansi persediaan.
Perbandingan metode penilaian persediaan,
yaitu metode eceran yang digunakan perusahaan
dengan metode metode rata-rata bergerak,
dengan melihat dampak dari kedua metode
tersebut baik terhadap laba perusahaan maupun
laporan akuntasi persediaan yang sangat berguna
bagi berbagai pihak yang membutuhkannya.
Dampak Penerapan Metode Penilaian
Persediaan terhadap Laba Perusahaan
Dari hasil pengamatan kedua metode
penilaian persediaan tersebut,
walaupun
penerapan metode penilaian persediaan bukan
merupakan
satu-satunya
faktor
yang
mempengaruhi laba perusahaan, namun pada
pembahasan ini penulis ingin menunjukkan
bahwa adanya perbedaan yang jelas.
Berdasarkan metode rata-rata bergerak secara
total selama 1 (satu) tahun menghasilkan laba
yang lebih besar dibandingkan dengan metode
eceran. Hal tersebut dapat terjadi karena sebagai
berikut :
1. Perhitungan berdasarkan metode rata-rata
bergerak seluruh nilai persediaan baik awal,
maupun akhir telah dibuat harga rataratanya.
2. Dengan metode rata-rata bergerak, harga
rata-rata akan berubah apabila ada transaksi
pembelian barang dengan harga yang
berbeda dari harga rata-rata atau transaksi
pembelian sebelumnya.

12

3. Dengan metode rata-rata bergerak, kuantitas
pembelian ikut mempengaruhi nilai rata-rata
suatu barang, semakin banyak kuantitas
barang yang dibeli dengan harga yang lebih
murah, maka secara otomatis harga satuan
rata-rata barang yang bersangkutan akan
lebih kecil dari harga rata-rata semula, dan
hal ini berlaku pula sebaliknya.
4. Penggunaan metode eceran, nilai atau harga
barang yang dikembalikan kepada supplier
(retur pembelian) menggunakan harga
perolehan barang yang bersangkutan,
sedangkan metode rata-rata bergerak nilai
atau harga yang dikembalikan ke supplier
menggunakan harga rata-rata.
5. Dengan metode eceran harga pokok setiap
jenis barang seolah-olah memiliki tingkat
persentase yang sama, jadi barang apapun
yang terjual pada suatu periode penghitungan
harga pokok penjualan tidak terlalu
berpengaruh
pada
laba
perusahaan,
sedangkan metode rata-rata bergerak harga
pokok masing-masing barang memiliki
tingkat persentase yang berbeda-beda, jadi
barang-barang yang terjual pada suatu
periode penghitungan harga pokok penjualan
sangat tergantung pada jenis barang apa yang
terjual pada saat itu. Apabila barang-barang
yang terjual pada saat itu barang-barang
yang memiliki harga pokok yang rendah,
maka laba yang dihasilkan perusahaan akan
semakin besar dan begitu pula sebaliknya.
Dampak Penerapan Metode Penilaian
Persediaan terhadap Laporan
Akuntansi
Persediaan.
1. Metode Eceran
Dengan penerapan metode eceran yang saat
ini dilakukan oleh perusahaan tidak ada analisa
yang mungkin dilakukan karena :
a. Laporan yang dihasilkan sangat minim akan
informasi tentang keadaan persediaan,
dimana jumlah saldo awal, pembelian,
penjualan dan saldo akhir ditampilkan secara
global.
b. Kuantitas persediaan baik saldo awal,
pembelian, penjualan dan saldo akhir tidak
dapat diketahui.
c. Tanggung jawab masing-masing divisi di
bagian pembelian terlihat bias, karena

Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 4 No. 1, April 2004

kontribusi yang diberikan oleh masingmasing bagian tidak dapat diketahui secara
pasti, sehingga mereka tidak memiliki
motivasi untuk meningkatkan penjualan dan
laba perusahaan.
d. Besarnya selisih opname (skrinkage) bersifat
global, apabila kita ingin menganalisa
kehilangan barang per SKU, class,
departemen dan per divisi sulit memperoleh
datanya.
e. Laporan yang dihasilkan tidak menonjolkan
keefisienan dan ketidak keefiesienan dalam
bagian masing-masing.
2. Metode rata-rata bergerak
Penerapan metode rata-rata bergerak bagi
perusahaan yang memiliki ribuan jenis yang
serupa sangatlah bermanfaat, karena informasi
yang dihasilkan dari perhitungan dengan metode
rata-rata bergerak yang berbentuk laporan
akuntansi persediaan :
a. Memuat rincian yang memadai, dapat
disajikan baik per SKU, class, departemen,
dan per divisi, sehingga mudah dicerna bagi
yang membacanya. Jumlah dan sifat rincian
sangat tergantung pada tingkatan karyawan
yang menerima laporan tersebut.
b. Laporan yang dihasilkan memuat angkaangka yang dapat dibandingkan, sehingga
dapat ditonjolkan keefisienan dan ketidak
efisienan dari bagian masing-masing yang
berkompeten terhadap laporan tersebut.
c. Laporan yang dihasilkan dapat disajikan baik
dalam kuantitas maupun dalam nilai rupiah,
sebab informasi yang disajikan dalam nilai
rupiah saja mungkin sulit dibandingkan dari
waktu ke waktu karena adanya dampak
inflasi.
d. Karena laporan dapat disajikan baik per
SKU, class, departemen, dan per divisi maka
tanggung jawab masing-masing bagian dapat
terlihat dengan jelas, sehingga prestasi dan
kontribusi yang diberikan kepada perusahaan
dapat di analisa secara tepat dan akurat.
e. Memungkinkan untuk melakukan analisa
perputaran persediaan (turn over stock) dari
bulan ke bulan, untuk mengetahui mana
barang-barang yang tergolong cepat laku
(fast moving) dan mana yang tergolong
kurang laku (slow moving).

f. Selisih opname (skrinkage) dapat disajikan
baik secara kuantitas maupun secara rupiah,
sehingga
memudahkan
kita
untuk
mengetahui barang mana yang tingkat
kehilangannya besar baik secara kuantitas
maupun nilai rupiahnya.
Selain untuk keperluan internal, laporan
akuntansi persediaan ini juga berguna untuk
keperluan eksternal apabila perusahaan nantinya
menjadi perusahaan untuk umum (go public),
maka dapat disimpulkan bahwa metode rata-rata
bergerak yang diajukan oleh penulis kepada
perusahaan bukan saja menghasilkan laba yang
lebih besar, tetapi juga sangat bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkannya dalam
rangka pengambilan suatu keputusan yang cepat,
tepat, dan akurat.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dasar penilaian yang digunakan oleh
perusahaan adalah berdasarkan pada harga
perolehan. Dasar penilaian ini telah sesuai
dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan No. 14 tentang persediaan dalam
paragraf 1.
2. Cabang PT CLI menyelenggarakan sistem
pencatatan persediaan secara periodik.
Dengan sistem ini, maka perusahaan tidak
mengetahui jumlah persediaan yang ada
pada periode berjalan. Untuk mengetahui
jumlah persediaan secara pasti perlu
dilakukan perhitungan fisik (stock opname),
3. Metode
penilaian
persediaan
yang
digunakan oleh perusahaan adalah metode
eceran (retail method). Dengan metode
eceran hasil perhitungan untuk menilai
harga pokok persediaan akhir dan harga
pokok penjualan bersifat taksiran. Metode
eceran yang digunakan oleh perusahaan
tidak sesuai dengan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan No. 14 paragraf 20.
4. Metode penilaian persediaan lain, yaitu
metode rata-rata bergerak. Metode ini
didasarkan atas asumsi bahwa harga pokok
perolehan harus dibebankan ke pendapatan
menurut harga rata-rata per unit dari
persediaan yang dimiliki oleh perusahaan.
Metode rata-rata lazim digunakan oleh

13

DJANEGARA, Evaluasi Metode Penilaian Persediaan Kaitannya Dengan Harga Pokok Penjualan

5.

perusahaan yang memiliki banyak jenis
persediaan yang serupa, karena hasil
perhitungannya dalam menilai harga pokok
persediaan akhir dan harga pokok penjualan
lebih rinci, memadai, sistematis, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Metode
ini
merupakan salah satu dari 3 (tiga) metode
alokasi harga pokok atas biaya yang sesuai
dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan No. 14 paragraf 20.
Dengan metode rata-rata bergerak selain
laba perusahaan yang dihasilkan lebih
besar, juga informasi atas laporan akuntansi
persediaan yang dihasilkan sangat besar
manfaatnya bagi berbagai bagian yang
membutuhkan dalam rangka pengambilan
keputusan yang cepat, tepat, dan akurat.

DAFTAR PUSTAKA
Baridwan, Zaki. Intermediate Accounting. Edisi
Tujuh. Yogyakarta : BPFE, 1992.
Djarwanto, Ps. Siklus Akuntansi. Yogyakarta :
Liberty, 1995.
Dyckman, Thomas R., Roland E. Dukes, Charles
J. Davis.Akuntansi Intermidiate.Jilid I.
Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga, 1996.
Hendriksen,
Eldon S. Teori
Akuntansi.
Jilid 2.
Edisi
Keempat.
Jakarta :
Erlangga, 1997.
Horngren,
Charles
T.
Pengantar
Akuntansi Manajemen.
Edisi ke 6.
Jakarta : Erlangga 1996.
Horngren, Charles T., Hendriksen, Eldon S.,
Walter T. Harrison
Jr, Michael A
Robinson, Thomas H. Secokusumo.
Akuntansi Di Indonesia. Buku
Satu.
Jakarta : Salemba Empat, 1997.
Ikatan
Akuntan
Indonesia.
Standar
Akuntansi
Keuangan.
Jakarta :
Salemba Empat, 2002.
Kieso, Donald E., Jerry J.
Weygandt.
Akuntansi Intermediate. Jilid Satu. Edisi
Ketujuh. Jakarta : Binarupa Aksara, 1995.

14

Kusnadi,
Siti Maria, Ririn Irmadariyani.
Akuntansi
Keuangan
Menengah.
Malang : Universitas Brawijaya, 2000.
Matz,

Adolph, Milton F. Usry, Lawrence
H.
Hammer . Akuntansi Biaya
Perencanaan Dan Pengendalian. Jilid 1.
Edisi 9. Jakarta : Erlangga, 1991.
Mulyadi. Akuntansi Biaya. Edisi Kelima.
Yogyakarta : Bagian Penerbitan Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 1993.
Munawir, S.
Akuntansi
Keuangan
dan
Manajemen. Edisi Satu. Yogyakarta :
BPFE-Yogyakarta, 2002.
Niswonger, C. Rollin, Philip E. Fess and
Carl S. Warren. Prinsip-prinsip Akuntansi
. Jilid 1. Edisi ke 19. Jakarta : Erlangga,
1999.
Purba Radiks. Akuntansi Untuk Manajer. Jakarta
: PT Rineka Cipta, 1995.
Rangkuti, Freddy. Manajemen Persediaan
Aplikasi di Bidang Bisnis. Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada, 2000.
Simamora,
Henry.
Akuntansi
Basis
Pengambilan
Keputusan Bisnis. Edisi
Pertama. Jilid II. Jakarta : Salemba
Empat, 2000.
Smith, Jay M.& K. Fred Skousen, Intermediate
Accounting. Twelfth Edition. Cincinnati :
South Western Publishing Co., 1995.
Soemarso,
S.R.
Akuntansi
Suatu
Pengantar. Buku Satu. Edisi Keempat.
Jakarta : PT Rineka Cipta, 1996.
Subroto, Bambang.
Akuntansi Keuangan
Intermediate. Edisi 2. Yogyakarta :
BPFE-Yogyakarta, 1991.
Tuannakota, Theodorus M. Teori Akuntansi.
Buku Dua. Jakarta : Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
2000.
Widjaya Tunggal, Amin. Dasar-dasar Analisis
Laporan Keuangan. Jakarta : PT Rineka
Cipta, 1995.