Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kabupaten Wajo

  Kabupaten Wajo

BAB VI PROFIL KABUPATEN/KOTA

  6.1 Geografi dan Administratif Wilayah

  Kabupaten Wajo berada pada posisi 3º39’ - 4º16’ Lintang Selatan dan 119º53’ - 120º27’ Bujur Timur, terletak di bagian tengah Propinsi Sulawesi Selatan dan pada Zone tengah yang merupakan suatu depresi yang memanjang pada arah laut tenggara. Kabupaten Wajo memiliki luas wilayah 2.506,19 Km² atau mencakup 4,01% dari luas Wilayah Propinsi Sulawesi Selatan dengan batas wilayah fisik dan administrasi Kabupaten Wajo adalah sebagai berikut:

  : Kab. Luwu dan Kab. Sidenreng Rappang

  • Sebelah Utara : Teluk Bone - Sebelah Timur : Kab. Bone dan Kab. Soppeng - Sebelah Selatan : Kab. Soppeng dan Kab. Sidrap - Sebelah Barat

  6.2 Demografi

  Jumlah penduduk dalam periode dua tahun terakhir memperlihatkan adanya kecenderungan yang terus mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,14 persen, dari 388.990 pada tahun 2010 menjadi 389.552 jiwa pada tahun 2012.

  Persebaran penduduk, jumlah penduduk yang sebanyak itu tersebar pada 14 kecamatan atau 128 desa dan 48 kelurahan; dengan kepadatan penduduk per kilometer persegi sekitar 155 jiwa. Kecamatan yang terpadat penduduknya adalah Kecamatan Tempe dan Pitumpanua. Kedua kecamatan tersebut merupakan sentra perekonomian Kabupaten Wajo, sehingga mudah dipahami apabila kecamatan tersebut mempunyai penduduk yang padat..

  6.3 Topografi Ketinggian

  Ketinggian wilayah dari permukaan laut (elevasi) merupakan faktor pembatas alam terhadap pengusahaan tanaman di daerah beriklim tropis. Begitu pula pengaruh pembatas ketinggian akan banyak

  Kabupaten Wajo

  tampak pada temperatur (suhu) yang selanjutnya berpengaruh pula terhadap pertumbuhan. Dalam menyusun penggolongan wilayah tanah usaha, ketinggian wilayah dikelompokkan ke dalam beberapa kelas, yaitu : a. Ketinggian wilayah antara 0-7 meter di atas permukaan laut dikelompokkan ke dalam kelompok tanah usaha terbatas.

  b. Ketinggian wilayah antara 7-25 meter di atas permukaan laut di kelompokkan ke dalam kelompok wilayah tanah usaha utama Ia dan Ib.

  c. Ketinggian wilayah antara 25-100 meter di atas permukaan laut di kelompokkan ke dalam kelompok wilayah tanah usaha Utama Ic.

  d. Ketinggian wilayah antara 100-500 meter di atas permukaan laut di kelompokkan ke dalam kelompok wilayah tanah usaha utama Id. Berdasarkan peta ketinggian kabupaten Wajo skala 1 : 100.000, maka penyebaran kelompok ketinggian wilayah dan luasnya di setiap kecamatan menurut konsepsi di atas, disajikan pada Tabel 2.1. Pada Tabel tersebut terlihat bahwa di Kabupaten Wajo penyebaran ketinggian wilayah antara 0-100 meter di atas permukaan laut luasnya adalah 209.876,98 hektar atau 84,13 persen terhadap luas kabupaten. Untuk ketinggian wilayah lebih dari 100 meter di atas permukaan laut luasnya 11.414,18 hektar atau 4,58 % terhadap luas kabupaten.

  

Tabel 2.1

LUAS WILAYAH MENURUT KELOMPOK KETINGGIAN

DI SETIAP KECAMATAN KABUPATEN WAJO

NO. KECAMATAN KETINGGIAN LUAS (HA) PERSEN (%)

  1. Sabbangparu 100 sampai 500 m 14.75 0.12% 25 sampai 100 m 2616.66 21.06% 7 sampai 25 m 8759.39 70.51% Rawa 1031.25 8.30%

  LUAS KEC. SABBANGPARU 12422.05 100.00%

  2. Tempe 100 sampai 500 m 4.20 0.10% 25 sampai 100 m 1656.60 38.82% 7 sampai 25 m 1646.15 38.58%

  Kabupaten Wajo

  7. Majauleng 0 sampai 7 m 71.39 0.32% 100 sampai 500 m 396.92 1.80% 25 sampai 100 m 13926.50 63.13% 7 sampai 25 m 6809.87 30.87% Danau 31.85 0.14% Rawa 822.40 3.73%

  LUAS KEC. MANIANGPAJO 17168.77 100.00%

  10. Maniangpajo 100 sampai 500 m 1788.01 10.41% 25 sampai 100 m 13731.92 79.98% 7 sampai 25 m 1261.46 7.35% Rawa 387.38 2.26%

  LUAS KEC. BELAWA 16209.72 100.00%

  9. Belawa 25 sampai 100 m 1465.83 9.04% 7 sampai 25 m 10857.81 66.98% Danau 456.66 2.82% Rawa 3429.42 21.16%

  LUAS KEC. TANASITOLO 15212.33 100.00%

  8. Tanasitolo 100 sampai 500 m 343.06 2.26% 25 sampai 100 m 10414.03 68.46% 7 sampai 25 m 2598.88 17.08% Danau 349.61 2.30% Rawa 1506.75 9.90%

  LUAS KEC. MAJAULENG 22058.93 100.00%

  LUAS KEC. SAJOANGING 17314.56 100.00%

  Danau 543.68 12.74% Rawa 416.74 9.77%

  6. Sajoanging 0 sampai 7 m 8417.31 48.61% 25 sampai 100 m 3294.17 19.03% 7 sampai 25 m 5603.08 32.36%

  LUAS KEC. TAKKALALLA 16789.32 100.00%

  5. Takkalalla 0 sampai 7 m 4549.11 27.10% 25 sampai 100 m 5314.23 31.65% 7 sampai 25 m 6925.98 41.25%

  LUAS KEC. BOLA 17711.82 100.00%

  4. Bola 0 sampai 7 m 1026.73 5.80% 25 sampai 100 m 4290.87 24.23% 7 sampai 25 m 8975.95 50.68% Rawa 3418.27 19.30%

  LUAS KEC. PAMMANA 14991.06 100.00%

  3. Pammana 100 sampai 500 m 22.92 0.15% 25 sampai 100 m 5811.29 38.77% 7 sampai 25 m 7593.49 50.65% Danau 212.80 1.42% Rawa 1350.56 9.01%

  LUAS KEC. TEMPE 4267.37 100.00%

  11. Keera > 500 m 96.92 0.34% 0 sampai 7 m 6432.98 22.30%

  Kabupaten Wajo

  100 sampai 500 m 5405.88 18.74% 25 sampai 100 m 9293.56 32.22% 7 sampai 25 m 7618.70 26.41%

  LUAS KEC. KEERA 28848.04 100.00%

  12. Pitumpanua 0 sampai 7 m 5518.40 30.08% 100 sampai 500 m 454.98 2.48% 25 sampai 100 m 4577.14 24.95% 7 sampai 25 m 7792.98 42.48%

  LUAS KEC. PITUMPANUA 18343.50 100.00%

  13. Penrang 0 sampai 7 m 1378.03 10.06% 25 sampai 100 m 7917.44 57.79% 7 sampai 25 m 4329.61 31.60% Rawa 75.49 0.55%

  LUAS KEC. PENRANG 13700.57 100.00%

  14. Gilireng 100 sampai 500 m 2983.47 14.64% 25 sampai 100 m 16210.20 79.53% 7 sampai 25 m 1189.11 5.83%

  LUAS KEC. GILIRENG 20382.78 100.00%

  15. Danau Tempe Danau 6822.73 48.54% Danau1 1 meter 1261.88 8.98% Danau2 1 meter 3672.14 26.12% Danau2 2 meter 2199.52 15.65% Danau2 7 meter 100.67 0.72%

  LUAS DANAU TEMPE 14056.94 100.00%

  Sumber : Data Pokok Pembangunan Kab. Wajo, Hasil Analisis, 2010

Gambar 2.2 PETA KETINGGIAN WILAYAH KABUPATEN WAJO

  Kabupaten Wajo Kemiringan

  Kemiringan lereng merupakan faktor fisik dalam perencanaan pembukaan suatu wilayah dan berpengaruh langsung pada usaha dan kegiatan penduduk. Dalam menyusun tingkat kemampuan dan kesesuaian tanah, kemiringan lereng di kelompokkan ke dalam empat kelas, yaitu : a. Wilayah datar, yaitu wilayah yang berlereng antara 0

  • – 2 %;

  b. Wilayah landai, yaitu wilayah yang berlereng antara 2

  • – 15 %;

  c. Wilayah agak curam, yaitu wilayah yang berlereng antara 15

  • –40 %;

  d. Wilayah curam, yaitu wilayah yang berlereng lebih dari 40 %; Penyebaran luas wilayah menurut kelas kemiringan lereng di setiap kecamatan Kabupaten Wajo disajikan pada Tabel 2.2. Pada Tabel tersebut, terlihat bahwa kelas kemiringan lereng antara 0

  • – 2 % merupakan wilayah terluas untuk masing-masing kecamatan jika dibandingkan dengan kemiringan lereng yang lainnya. Wilayah yang berlereng lebih dari 40 % atau curam dominan berada pada kecamatan. Pembagian wilayah Kabupaten Wajo berdasarkan kemiringan lereng dapat dilihat pada gambar 2.3

Tabel 2.2 LUAS WILAYAH MENURUT KELOMPOK KEMIRINGAN DI SETIAP KECAMATAN KABUPATEN WAJO

NO. KECAMATAN KETINGGIAN LUAS (HA) PERSEN (%)

  1. Sabbangparu 0 - 2 % 9677.68 77.91% 15 - 40 % 293.99 2.37% 2 1418.98 11.42%

  • – 15 % Rawa 1031.25 8.30%

  LUAS KEC. SABBANGPARU 12421.9 100.00%

  2. Tempe 0 - 2 % 2266.50 53.11% 15 - 40 % 139.07 3.26% 2 901.38 21.12%

  • – 15 % Danau 543.68 12.74% Rawa 416.73 9.77%

  LUAS KEC. TEMPE 4267.36 100.00%

  3. Pammana 0 - 2 % 11942.52 79.66% 15 - 40 % 267.40 1.78% 2 1217.95 8.12%

  • – 15 %
  • – 15 %

  • – 15 %
  • – 15 %

  • – 15 %
  • – 15 %
  • – 15 %
  • – 15 %
  • – 15 %

  4466.21 29.36% Danau 349.61 2.30% Rawa 1536.50 10.10%

  LUAS KEC. TANASITOLO 15212.34 100.00%

  9. Belawa 0 - 2 % 12323.64 76.03% Danau 456.66 2.82% Rawa 3429.42 21.16%

  LUAS KEC. BELAWA 16209.72 100.00%

  10. Maniangpajo >40 % 70.83 0.41% 0 - 2 % 13392.81 78.01% 15 - 40 % 1580.82 9.21%

  2

  1736.83 10.12% Rawa 387.38 2.26%

  LUAS KEC. MANIANGPAJO 17168.67 100.00%

  11. Keera >40 % 2113.91 7.33% 0 - 2 % 20030.98 69.44% 15 - 40 % 4651.11 16.12%

  2

  2052.10 7.11% LUAS KEC. KEERA 28848.10 100.00%

  12. Pitumpanua >40 % 266.33 1.45% 0 - 2 % 16963.02 92.47% 15 - 40 % 575.40 3.14%

  2

  538.83 2.94% LUAS KEC. PITUMPANUA 18343.58 100.00%

  13. Penrang 0 - 2 % 13625.08 99.45% Rawa 75.49 0.55%

  2

  LUAS KEC. MAJAULENG 22059.03 100.00%

  8. Tanasitolo 0 - 2 % 8242.47 54.18% 15 - 40 % 617.55 4.06%

  LUAS KEC. BOLA 17711.87 100.00%

  Kabupaten Wajo

  Danau 212.80 1.42% Rawa 1350.58 9.01%

  LUAS KEC. PAMMANA 14991.25 100.00%

  4. Bola 0 - 2 % 14060.21 79.38%

  2

  233.39 1.32% Rawa 3418.27 19.30%

  5. Takkalalla 0 - 2 % 16728.31 99.64%

  1316.96 5.97% Danau 31.85 0.14% Rawa 822.40 3.73%

  2

  60.94 0.36% LUAS KEC. TAKKALALLA 16789.25 100.00%

  6. Sajoanging 0 - 2 % 16377.62 94.59%

  2

  936.91 5.41% LUAS KEC. SAJOANGING 17314.53 100.00%

  7. Majauleng 0 - 2 % 19331.90 87.64% 15 - 40 % 555.92 2.52%

  2

  LUAS KEC. PENRANG 13700.57 100.00%

  Kabupaten Wajo

  14. Gilireng >40 % 47.09 0.23% 0 - 2 % 10897.22 53.46% 15 - 40 % 4323.04 21.21% 2 5115.28 25.10%

  • – 15 % LUAS KEC. GILIRENG 20382.63 100.00%

  15. Danau Tempe Danau 14056.94 100.00% LUAS DANAU TEMPE 14056.94 100.00%

  Sumber : Data Pokok Pembangunan Kab. Wajo, Hasil Analisis, 2010

Gambar 2.3 PETA KELERENGAN KABUPATEN WAJO

6.4 Geohidrologi

  Sungai Besar di Kabupaten Wajo, terdapat 7 sungai. Diantaranya Sungai Siwa dengan panjang 20,50 Km, Lebar 70,00 m, dan Kedalaman 0,85 m, Sungai Awo panjang 43,50 Km, Lebar 85,00 m, dan Kedalaman 0,65 m, Sungai Keera panjang 27,00 Km, Lebar 65,00 m, dan Kedalaman 0,60 m, Sungai Gilireng panjang 61,50 Km, Lebar 40,00 m, dan Kedalaman 0,35 m, Sungai Bila/Belawa panjang 15,00 Km, Lebar 40,00 m, dan Kedalaman 0,40 m, Sungai Cenranae panjang 47,00 Km, Lebar 115,00 m, dan Kedalaman 0,70 m, serta Sungai Walennae panjang 28,50 Km, Lebar 95,00 m, dan Kedalaman 0,55 m. Sungai-sungai kecil yang dialiri di Kabupaten Wajo, sebanyak 33 sungai.

  Kabupaten Wajo

6.5 Geologi

  Kemampuan tanah suatu wilayah ditentukan oleh 5 (lima) faktor yang berpengaruh, yaitu sebagai berikut:  Lereng/kemiringan lahan, yaitu derajat kemiringan permukaan tanah yang dapat menunjukkan/menggambarkan keberadaan bentuk permukaan tanah/lahan dalam suatu wilayah mulai dari kondisi datar, bergelombang, berbukit dan bergunung.

   Tekstur tanah, yaitu perbandingan relatif berbagai golongan besar partikel tanah dalam suatu masa-masa tanah terutama perbandingan antara fraksifraksi lempung, debu dan pasir. Tekstur tanah dibedakan menjadi ; a) tekstur halus, b) tekstur sedang dan c) tekstur kasar.

   Drainase, dimaksudkan sebagai kemarpuan tanah dalam mengalirkan air di atas perperrnukaan tanah(run off/surface) maupun di bawah permukaan tanah (subsurface) atau adanya infiltrasi air dalam tanah. Drainase dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) kelas yaitu larian air (run off) ; a) cepat/tinggi berarti tidak pernah tergenang, b) sedang artinya antara tergenang dan tidak atau adanya kemampuan tanah dalam mengatur keseimbangan sirkulasi aliran air (jumlah curah hujan yang dapat diserap dengan baik) dan c) buruk/rendah bahkan sangat rendah artinya daerah tergenang atau bisa juga bentuk permukaan tanahnya merupakan daerah cekungan dengan kemampuan tanah dalam menyerap air kurang baik.

   Kedalaman efektif tanahlTop Soil, dimaksudkan sebagai keadaan lapisan tanah yang dapat ditembus perakaran tanaman. Kedalaman efektif tanah menjadi 4 (empat) kelompok yitu ; a) > 90 cm, b) 60 - 90 cm, c) 30 - 60 cm dan d) < 30 cm.

   Erosi, adalah kaitannya dengan kemiringan lahan karena semakin tinggi derajat kemiringan permukaan tanah, maka akan semakin mudah terjadi pengikisan terhadap permukaan tanah.

  Kabupaten Wajo

  6.6 Klimatologi (iklim)

  Berdasarkan peta zone agroklimatologi yang disusun oleh Balai Informasi Pertanian Propinsi Sulawesi Selatan maka Wilayah Kabupaten Wajo adalah Tipe Iklim C1,D1,D2,E2 dan E3 dengan definisi bahwa “berdasarkan metode oldeman dalam menentukan tipe iklim sangat dipengaruhi oleh banyaknya bulan basah dan bulan kering. Kriteria bulan basah dapat dicirikan dengan banyaknya curah hujan lebih dari 200 mm/bulan yang terjadi pada Bulan April-Juli secara berurutan, sedangkan kriteria bulan kering dapat ditandai pada Bulan Agustus-Oktober dengan iklim yang tergolong tropis tipe B dan tipe C dengan suhu antara 29ºC- 31ºC.

  6.7 Sosial dan Ekonomi Profil Sosial Budaya

  Masyarakat Wajo sebagaimana masyarakat Bugis pada umumnya merupakan pemeluk Agama Islam bahkan Sengkang dikenal dengan predikat Kota Santri dimana berdiri sebuah Pasantren dan Perguruan Islam As’adiyah yang didirikan oleh K.H Muhammad As’ad pada 1930 M / 1348 H. dan Pasantren dan Perguruan Islam ini telah banyak dihasilkan kader ulama yang sudah tersebar di seluruh Indonesia. Walaupun mayoritas penduduknya pemeuk Agama Islam di Kabupaten Wajo Juga berdiri bangunan tempat ibadah lain yaitu Gereja, hal ini menggambarkan bahwa pemeluk agama lain diberi keleluasan untuk menjalankan ibadahnya termasuk kaum minoritas etnis Tionghoa. Keadaan ini memberikan dampak yang sangat positif terhadap kehidupan beragam karena mereka saling menghormati dan menghargai satu dengan yang lainnya.

  Disektor Pendidikan, sebagaimana tujuan pendidikan nasional maka sector pendidikan mendapat prioritas utama dan senantiasa diadakan program pembinaan dan peningkatan mutu utamanya dalam peranannya menyediakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai nilai strategis kerena merupakan prasyarat mutlak bagi Wajo untuk memenangkan Kompetisi diera otonomi daerah. Beberapa upaya yang dilakukan yaitu membina kelas unggulan dari tingkat SD sampai dengan

  Kabupaten Wajo

  SMA, mengikutkan apparatus pemerintahan dalam program pendidikan formal S.1 dan Pasca Sarjana dan memberikan bantuan peningkatan sarana dan prasarana pendidian termasuk pendidikan agama.

  Pola kebiasaan terkadang identik dengan budaya, karena budaya itu sendiri biasanya terbentuk dari pola perilaku kebiasaan yang diwariskan secara turun temurun. Budaya merupakan perwujudan dari suatu karya atau hasil daya cipta (karya) manusia tehadap apa yang dilihat dan terjadi di lingkungan sekelilingnya. Suatu karya terkadang bisa menjadi pola perilaku kebiasaan bahkan bisa menjadi suatu mitos yang harus diyakini dan dipertahankan serta untuk diteladani oleh para generasi penerusnya. Ada banyak ragam kebiasaan dan budaya yang berkembang dimasyarakat dan sering kali dipengaruhi oleh faktor lingkungan baik secara letak fisik geografis maupun, lingkungan sosial dan lain sebagainya.

  Lingkungan fisik geografis cukup berpengaruh dalam pembentukan karakter dan kepribadian manusia, seperti diketahui bahwa manusia yang dibentuk oleh lingkungan geografis fisik kawasan pantai dengan kawasan dataran tinggi/pegunungan sangatlah tidak sama sifat/karakter dan pola prilakunya.

  Umumnya manusia yang berbentukoleh lingkungan kawasan pantai, akan memiliki sifat dan karakter lebih keras, temperamental dan opensive disbanding manusia yang berbentuk oleh lingkungan daerah pegunungan/dataran tinggi yang sifat dan waktunya cenderung melunak serta defensive.

  Kehidupan Sosial masyarakat Wajo dilihat dari segi pemenuhan kebutuhan hidup masih sebagian besar berada dibawah garis kemiskinan.

  Profil Ekonomi

  Perkembangan perekonomian suatu wilayah dapat dilihat dari berbagai sisi, seperti perkembangan Pertumbuhan ekonomi, dan pendapatan perkapita. Selain itu, bisa juga dengan cara melihat lebih detail sektor-sektor ekonomi yang berkontribusi terhadap total pendapatan wilayah (PDRB).

  Kabupaten Wajo Pertumbuhan Ekonomi dan PDRB Perkapita

  Memasuki tahun 2012 yang telah lalu perekonomian Kabupaten Wajo tampak mengalami pertumbuhan negatif sebesar 8,99 persen. Jika dibandingkan dengan tahun 2011 pertumbuhan ini lebih melambat. Hal ini disebabkan melambatnya pertumbuhan ekonomi sektor pertanian. Dimana sektor pertanian sangat dominan atas pembentukan PDRB Kabupaten Wajo. Sektor Pertanian menyumbang sebesar 38,86 persen terhadap total PDRB Kabupaten Wajo. Selanjutnya Sektor Perdagangan merupakan andalan kedua Kabupaten Wajo yang menyumbang sebesar 21,74 persen terhadap total PDRB Kabupaten Wajo. Sedangkan Sektor Jasa - jasa hanya menyumbang sebesar 17,40 persen.

  PDRB Perkapita Kabupaten Wajo pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar Rp. 19.904.208 dibandingkan pada tahun 2011 PDRB Perkapita Kabupaten Wajo sebesar Rp. 17.111.133.

  Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto

  Sepanjang periode 2008

  • – 2012 PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Wajo selalu mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, dari 3.925.639,14 milyar rupiah pada tahun 2008 meningkat menjadi 7.753.724,08 milyar rupiah pada tahun 2012. Jika dilihat menurut komponennya, pada tahun 2012 komponen konsumsi rumah tangga merupakan komponen terbesar penggunaan PDRB yaitu mencapai 3.580.186,15 milyar rupiah dan selanjutnya disusul oleh komponen ekspor sebesar 2.008.099,32 milyar rupiah.