BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - PERKEMBANGAN KESENIAN GRUP KENTHONGAN DALAN LARAS DI DES A KESUGIHAN KABUPATEN CILACAP TAHUN 2009 -2016 - repository perpustakaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terkenal dengan keragaman agama, bahasa, suku bangsa dan kebudayaannya. Kebudayaan adalah kebiasaan yang sudah mendarah daging dan bersifat turun

  temurun dalam suatu suku bangsa. Pada hakikatnya kehidupan manusia merupakan bagian dari siklus kebudayaan, karena kebudayaan dalam arti luas menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia itu sendiri. Ki Hajar Dewantara dalam Supartono (2004:31) mengatakan bahwa kebudayaan yang berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap duapengaruh kuat, yakni alam dan zaman yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidupdan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada dasarnya bersifat tertib dan damai.

  Salah satu unsur kebudayaan adalah kesenian. Kesenian mengacupada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusiaterhadap keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga (Sulasman dan Gumilar, 2013:40). Kesenian mempunyai nilai-nilai universal, hal tersebut dapat diartikan bahwa kesenian dapat diterima oleh semua lapisanmasyarakat yang memiliki latar belakang budaya berbeda. Manusia sebagai makhluk yang kreatif selalu berupaya untuk menciptakan karya seni dalamrangka memenuhi

  1 kebutuhan hidup secara batin. Terciptanya karya senidalam kehidupan masyarakat tergantung pada pola pikir serta tingkat kehidupan masyarakat atau yang biasa disebut dengan struktur sosial. Adanyastruktur sosial yang beragam dalam kehidupan masyarakat inilah maka akantercipta karya seni yang beragam pula.

  Dalam konteks budaya, keragaman kesenian yang ada dalam masyarakat lebih disebabkan oleh lapisan-lapisan budaya yang telah ada sejak keberadaan manusia di muka bumi ini. Demikian pula di Indonesia, kesenian dapat ditinjau dalam konteks kebudayaan maupun kemasyarakatan. Dari sisi konteks kemasyarakatan, kesenian yang tercipta pada kelompok masyarakat tertentu akan memperoleh dukungan dari masyarakatnya. Keberadaan kesenian dalam kehidupan masyarakat mempunyai fungsi yang berbeda menurut kebutuhan kelompok masyarakatnya. Pada kelompok masyarakat tertentu kesenian dapat berfungsi sebagai sarana ritual kehidupan religius, tetapi pada kelompok masyarakat lainnya kesenian dapat berfungsi sebagai hiburan. Dari kondisi masyarakat yang berbeda latar belakang budayanya ini, maka kesenian akan memiliki berbagai macam fungsi tergantung pada kebutuhan kelompok masyarakat pendukung kesenian tersebut.

  Beranekaragam bentuk kesenian sebagai wujud proses kreatif masyarakat, hidup dan tumbuh subur di tengah kehidupan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan berbagai aktifitas kehidupannya. Ragam bentuk kesenian tersebut selanjutnya diklasifikasikan sesuai dengan jenisnya, salah satunya kesenian yang hidup subur di masyarakat adalah jenis kesenian tradisional. Hal ini sangat wajar karena kesenian tercipta oleh proses kreatif masyarakat secara kolektif dan selanjutnya digunakan untuk kebutuhan tertentu. Karena proses tersebut, selanjutnya bermunculan kelompokkelompok kesenian yang berkembang dalam kehidupan masyarakat. Kelompok- kelompok tersebut berkembang dengan menyesuaikan perubahan yang terjadi dalam kehidupan lingkungannya. Peristiwa terbentuknya kesenian dalam kehidupan masyarakat sebagai proses kreatif dalam memenuhi kebutuhan rasa seni ini juga terjadi di Desa Kesugihan.

  Desa Kesugihan Kabupaten Cilacap memiliki beragam kesenian yang menjadi ciri khas daerah tersebut. Beberapa kesenian yang ada diantaranya adalah Begalan, Wayang Kulit, Janeng ( Terbang Jawa), Ebeg, Calung,

  terbang genjring, marawis, hadroh, Lengger dan Thek-Thek atau Kenthongan . Diantara berbagai kesenian tersebut, kenthongan merupakan

  salah satu bentuk kesenian yang tetap eksis di Kabupaten Cilacap. Kesenian ini menggabungkan antara musik kenthong dan taritarian. Kenthongan berasal dari kata kenthong yang diberi imbuhan an, yang berarti memainkan kenthong. Pada zaman dahulu, kenthong adalah alat komunikasi tradisional yang terbuat dari batang bambu atau kayu. Alat komunikasi tempo dulu yang digunakan dengan cara dipukul ini, sering dimanfaatkan oleh penduduk yang tinggal di daerah pedesaan dan pegunungan sebagai tanda alarm (pengingat), alat komunikasi jarak jauh, sandi morse, tanda adzan, maupun sebagai tanda bahaya.

  Sebagai kesenian yang berkembang di Cilacap khususnya Desa Kesugihan, kesenian ini menggabungkan antara musik kenthong dan tari- tarian gaya banyumasan. Definisi tari menurut Drs. Saimin Hp (1993: 4), tari adalah ekspresi jiwa manusia melalui gerak ritmis yang indah. Melalui tari, kita dapat mengekspresikan apa yang kita rasakan dengan gerak-gerak estetis (indah). Indonesia dengan keanekaragaman budayanya memiliki berbagai macam gerak tari sebagai ciri khas dari masing-masing daerah, salah satunya adalah gerak tari gaya banyumasan. Gerak tari gaya banyumasan memiliki ciri khas gerak yang lincah, tegas dan patah-patah. Gerak tari inilah yang terdapat dalam kesenian kenthongan.

  Seiring pesatnya arus globalisasi, kenthongan mulai mengalami perkembangan dengan sentuhan cipta, rasa dan karsa para seniman.

  Kenthongan yang awalnya terlihat sederhana dengan bunyi-bunyian

  yangmonoton dan tidak memiliki nada dasar, sekarang terdengar lebih menarikkarena dipadukan dengan alat musik lain dan juga tari-tarian tradisional maupun modern. Secara umum, kesenian kenthongan di Kabupaten Cilacap dimainkan oleh sekelompok orang yang berperan sebagai pemusik dan penari.

  Kesenian Kenthongan Grup Dalan Laras adalah salah satu dari 120 grup kesenian kenthongan yang ada di Kabupaten Cilacap. Grup Dalan Laras yang berasal dari Desa Kesugihan, Kecamatan Kesugihan ini sudah cukup dikenal oleh masyarakat dan merupakan grup yang dapat mempertahankan eksistensinya di dunia kesenian. Grup tersebut sudah berdiri sejak tahun 2009 dan beranggotakan 60 orang yang terdiri dari 10orang penari, 20 orang pemain musik, dan 30 orang official. Anggota grup kenthongan ini memiliki latar belakang yang berbeda-beda, diantaranyaadalah pelajar, mahasiswa, karyawan dan karyawati. Grup yang dipimpinoleh Bapak Abdul Khodir sering ditampilkan dalam berbagai acara. Musikyang dimainkan sangat bervariasi, begitu pula dengan gerak tariannya yangdidominasi oleh gerak tari gaya

  Banyumasan yang terkenal dengan geraklincah, tegas dan patah-patah.

  Keberadaan kesenian tradisional khususnya kenthongan diKabupaten Cilacap tidak dapat seketika mendapat perhatian dari masyarakat. Kesenian

  kenthongan telah dikemas dengan tampilan yang menarik, tetapi masih

  dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Hal tersebut dikarenakan perkembangan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat ke arah modern (modernisasi) berdampak pada perubahan budaya. Budaya barat mulai masuk dan mempengaruhi aspek-aspek kehidupan, salah satunya adalah kehidupan kesenian. Pengaruh budaya barat membuat masyarakat melupakan kesenian tradisional yang telah diwariskan dari zaman nenek moyang. Tingkat apresiasi masyarakat terhadap kesenian tradisional berkurang dan masyarakat lebih memilih untuk mengapresiasi budaya barat yang sangat berbeda dengan budaya ketimuran.

  Setelah melihat uraian di atas, penelitian mengenai Perkembangan Kesenian Kenthongan Grup Dalan Laras di Desa Cilacap, Kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap perlu dilakukan. Hal tersebut dikarenakan Grup Dalan Laras adalah grup yang mampu mempertahankan eksistensinya di tengah kuatnya pengaruh kebudayaan barat dalam masyarakat dan belum adanya penelitian mengenai eksistensi grup kesenian tersebut. Adapun penelitian ini diharapkan dapat mendokumentasikan dan memperkenalkan Grup Dalan Laras kepada masyarakat Cilacap secara khusus, dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut:

  1. Bagaimana keadaan sosial buadaya Desa Kesugihan 2009-2016?

  2. Bagaimana asal-usul kesenian kentongan grup Dalan Laras Kesugihan didesa Kesugihan?

  3. Bagaimana perkembangan kesenian kentongan grup Dalan Laras Kesugihan di Desa Kesugihan Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap 2009-2016?

  C. Tujuan Penelitian

  Dari permasalahan yang sudah dipaparkan diatas, maka tujuan dari penelitian ini bermaksud untuk memaparkan:

  1. Keadaan sosial budaya Desa Kesugihan Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap 2009-2016.

  2. Asal-usul kesenian kentongan grup Dalan Laras di Desa Kesugihan Kabupaten Cilacap.

  3. Perkembangan kesenian kentongan grup Dalan Laras di Desa Kesugihan Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap 2009-2016.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis Dengan adanya penelitian ini, maka dapat dijadikan sebagai pengembangan ilmu sejarah, memberi masukan bagi penelitian berikutnya, dan dapat dijadikan sebagai refrensi bagi penelitian yang berkaitan dengan kesenian tradisional kentongan.

  2. Manfaat Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : a. Masyarakat

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi masy kebarakat maupun pembaca lainnya untuk memiliki rasa bangga terhadap kesenian kentongan serta mendukung keberadaan dan kelestarian kesenian kentongan sampai ke generasi penerusnya.

  b. Para Seniman Dapat menjadi masukan bagi para seniaman untuk tetep mempertahankan budaya dan menampilkan kesenian kentongan kepada masyarakat khususnya di desa Kesugihan dengan lagu pop namun tidak meninggalkan unsur budayanya sebagai kesenian tradisional.

  E. Tinjauan Pustaka

  Kesenian tradisional merupakan perwujudan dari kebudayaan yang hidup dan berkembang di daerah masing-masing, kesenian ini berlangsung serta hidup secara tradisi dari generasi dan setiap generasi mempunyai tanggung jawab untuk melestarikan kesenian tradisional. Penelitian mengenai pekembangan kesenian tradisional pernah dilakukan oleh Nur Said Manfaluti (2002) dengan mengenai judul Perkembangan Kesenian Nasyid di Pondok

  Pesantren Islam Nurul Huda Karangreja Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga . Pada penelitian tersebut enjelaskan bahwa perkembangna

  kesenian nasyid mengalami beberapa tahap dari sebelum berubah, sedang mengalami perubahan, sudah berubah, unsur

  • –unsur tahap kesenian nasyid, dan unsur tahap kesenian nasyid yang selalu mengikuti perkembangan ilmu pengengetahuan terutama hukum islam atau fiqih mengenai boleh dan tidaknya nyanyian dalam islam.

  Penelitian Agus Prasetyo (2012) dengan mengambil judul Keberadaan

  Kesenian Lengger di Desa Gerduren Kecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas. Pada penelitian tersebut menjelaskan bahwa lengger sebagai bentuk

  tarian rakyat yang sudah sangat terpenggirkan dengan tarian-tarian lain yang dibawa oleh dunia global. Di samping para pelaku kesenian yang bertanggung jawab untuk melestarikan kesenian ini, disini peran pemerintahan juga sangat menentukan kelangsungan kesenian tersebut, karena ketika ada perhatian yang serius dari pemerintah maka masyarakat akan semakin mengenal dan pada akhirnya akan menyadari akan pentingnya menjaga kelestarian kesenian yang ada di daerah.

  Penelitian mengenai perkembangan kesenian yang lain dilakukan oleh Ani Faiqoh (2013) dengan mengambil judul Perkembangan Wayang Kulit

  Gagrag Banyumasan Tahun 1979-2013. Bahwa penelitian tersebut dijelaskan bawa seiring perkembangan zaman serta perubahan sosial yang terjadi di masyarakat Banyumasan juga berpengaruh terhadap perkembangan wayang gagrag Banyumasan. Dengan mengikuti selera masyarakat, banyak dalang muda yang berani keluar dari pekem. Adanya penembahan alat-alat musik non gamelan seperti orgen, gitar, base, drum, dan sebagainya. Selain itu, juga terjadi penembahan lagu-lagu seperti campursari, pop, qosidah, dan keroncong.

  Penelitian perkembangan kesenian yang lain ditulis oleh Miftakhul Urip (2014) dengan mengambil judul Perkembangan Kesenian Islam Burok di Desa

  Karangbale Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes Tahun 1971-2013 . Dari

  penelitian tersebut menjelaskan bahwa upaya dasar yang dilakukan para seniman untuk melestarikan kesenian burok adalah dengan melakukan sistem pewaris utuh dan kesinambungan yaitu dengan cara mengajarkan kesenian burok pada anak-anaknya atau generasi muda lingkungannya. Upaya lainya adalah mengemas kesenian burok dengan cara mengikuti atau menyesuaikan terhadap perkebangan zaman, ilmu pengetahuan, dan teknologi budaya setempat lingkungan masyarakat dengan tidak mengesampingkan nilai budaya yang mendasar dari kesenian tersebut.

  Dari keempat penelitian tersebut terhadap persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah terdapat tiga penelitian yang meniliti mengenai perkembangan kesenian. Dan perbedaannya adalah ketiga penelitian tersebut meneliti mengenai kesenian di daerah masing-masing dan kesenian yang berbeda-beda.

F. Landasan Teori dan Pendekatan

1. Landasan Teori

  Proses analisis permasalahan akan berjalan dengan baik apabila diketahui pengertian-pengertian dasar dari permasalahan yang diangkat.

  Selain itu, penggunaan kerangka pemikiran dari para ahli menambah nilai hasil akhir tulisan. Terkait dengan hal tersebut, maka terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai berbagai pengertian, agar lebih jelas secara runtun maka akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai pengertian perkembangan, kesenian, dan kentongan.

  Berkembangan salah satu cabang seni yang masih didukung oleh masyarakat, merupakan suatu hal yang logis. Hal ini disebabkan pertumbuhan masyarakat, kemudian dilatih, dididik, dan pelajaran untuk menjadi anggta masyarakat, juga sebagai penerus kebudayaan.

  Demikianlah pergantian itu berjalan secara terus menerus dari masa lalu menuju masa kini terus dari masa kini menuju masa yang akan datang.

  Pergantian itu masih terus berlangsung selama masih terdapat masyarakat yang mendukung salah satu seni, manusia dengan akalnya dan kepandaian yang telah didapatnya dari masyarakat, tidak menghentikan usahanya untuk memperbaiki kedudukannya didalam alam sekitarnya sesuia dengan kebutuhan dan keadaan paa suatu waktu. Masyarakatpun sekali-sekali berubah-ubah sifatnya. Kesenian akan selalu mengalami perubahan, tambahan dan penyempurnaan, sehingga faktor-faktor yang tidak diperlakukan lagi, diubah disesuikan dengan kebutuhan jamannya (Soedikto et. Al., 1979: 32).

  Seni mempunyai padanan kata techne (Yunani), ars (Latin), kuns (Jerman) dan art dalam bahasa Inggris. Kesemuanya mempunyai pengertian yang sama yakni keterampilan dan kemampuan. Keterampilan dan kemampuan ini dikaitkan dengan tujuan dalam seni misalnya nilai estetis (keindahan), etis dan nilai praktis. Tujuan-tujuan tersebut nampaknya seni cenderung dikaitkan dengan nilai esetis sehingga ada pendapat bahwa seni sama dengan keindahan (Edy Tri Sulistyo, 2005: 1)

  Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia.Kesenian berasal dari kata “seni” yang mendapat awalan “ke” dan akhiran“an”. Arti kata seni adalah hal-hal yang diciptakan dan diwujudkan olehmanusia, yang dapat memberikan rasa kesenangan dan kepuasan dengankenikmatan rasa indah (Djelantik, 1999:16). Suwanda (1992 : 9) mengatakanbahwa kata seni merupakan kata sifat, sementara kesenian merupakan hasildari sebuah proses.Kesenian merupakan suatu hal yang lahir dan berkembang ditengah masyarakat, sehingga kesenian tidak terlepas dari perjalananhidup manusia.

  Menurut Koentjaraningrat, kesenian merupakan bagian dari kebudayaan yang berkaitan erat dengan kehidupan manusia. Di dalamkehidupan manusia terdapat adat-istiadat yang menciptakan berbagai jenis dan merupakan ciri khas suatu bangsa. Kesenian tumbuh dan berkembangdalam masyarakat seiring dengan pertumbuhan serta perkembangansosial budaya masyarakat pendukungnya, sampai sekarang dikenal berbagai macam cabang kesenian di antaranya seni rupa, seni musik, seni tari dan drama (Koentjaraningrat, 1993:115). Menurut Saimin (1993: 1) kesenian merupakan hasil cipta,karya, dan karsa manusia yang dapat dinikmati dengan rasa. Rasa disini adahubungannya dengan panca indra kita. Seni itu dapat dinikmati melalui panca indra pendengaran atau telinga, hubungannya dengan karya seni.

  Dalam masyarakat tradisional ada juga seniman yang berhasil menciptakan seni yang baru tanpa meninggalkan kerangka seni tradisionalnya. Seni masa depan karenanya harus kembali pada sumber- sumber seni yang asli, yaitu pada kemanusiannya, kembali pada nilai- nilainya yang membuat manuais memerlukan seni, dan seni bermakna bagi kehidupan manusia. Seni memanusiakan hubungan antara manusia dengan manusia dengan berbagai organisasidan lembaga masyarakat dan kekuasan. Seni harus mempunyai daya untuk membudayakan dan memenusiakan wajah kekuasaan, hingga kekuasaan tidak berwajah seekor harimau yang lapar dan ganas. (Mochtar Lubis, 1992: 53).

  Musik adalah suatu bentuk seni yang dapat dinikmati melalui indra pendengaran. Musik dapat dihasilkan dari apa saja, dengan tetap mempertimbangkan irama dan keharmonisan suara yang dihasilkan. Jamalus (1988: 1) berpendapat bahwa musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk dan struktur lagu dan ekspresi sebagai satu kesatuan. Musik dibagi dalam dua jenis yaitu musik tradisional dan non tradisional. Musik tradisional adalah musik yang lahir dan berkembang di suatu daerah dan dipengaruhi oleh adat, tradisi, dan budaya yang berkembang di tengah masyarakat daerah tersebut.

  Alat musik yang digunakan dalam musik tradisional dibuat secara sederhana baik dari bahan, teknik, maupun nada dan irama yang dihasilkan. Salah satu musik tradisional yang ada di Indonesia adalah musik kenthongan yang berkembang di tengah masyarakat Kabupaten Cilacap . Kenthongan berasal dari kata kenthong yang diberi imbuhan ”an” yang berarti memainkan kenthong. Kenthong adalah alat musik yang terbuat dari potongan bambu yang dilubangi sepanjang ruas di pinggirnya untuk membentuk sudut lancip. Cara menggunakan alat musik tersebut adalah dengan dipukul menggunakan tongkat kayu atau bambu kecil yang berukuran 20

  • – 30 cm. Pada zaman dulu, kenthong digunakan sebagai tanda pengingat (alarm), komunikasi jarak jauh, penanda adzan, maupun sebagai tanda bahaya. Sebagai contoh, kenthong digunakan ketika ada bencana banjir, kebakaran atau kemalingan. Makna bunyinya diatur sesuai kesepakatan di masyarakat, sedangkan makna komunikasinya ada pada ritme suara dan juga kombinasi dari suara yang dihasilkan. Misalnya membunyikan sekali apabila kemalingan, bunyi kedua untuk kebakaran,dan lain-lain. Kenthong mengalami perkembangan seiring dengan pesatnya arus globalisasi, karena itu masyarakat mulai memikirkan bagaimana cara untuk membuat bunyi kenthong yang sebelumnya
terdengar monoton dan membosankan agar menjadi lebih menarik. Setelah melewati proses inovasi, saat ini kenthong menjadi alat musik utama yang digunakan dalam suatu kesenian yang disebut kenthongan. Kenthongan merupakan suatu kesenian berupa pertunjukan massal yang dilakukan oleh 20 sampai 30 orang pemain musik yang memainkan kenthong sebagai alat musik utama, dilengkapi bedug, seruling, angklung, kecrek dan simbal sebagai alat musik pendukungnya.

  Alat musik angklung yang digunakan dalam kesenian drumband tradisional ini, menunjukkan bahwa musik kenthongan merupakan musikmperpaduan antara dua kebudayaan yaitu kebudayaan Sunda dan Banyumas. Dua kebudayaan tersebut saling mempengaruhi satu sama lain karena Cilacap yang merupakan salah satu kota di Karesidenan Banyumas, berbatasan langsung dengan daerah di Jawa Barat.

  Tari adalah gerak tubuh secara berirama yang dilakukan di tempat dan waktu tertentu untuk keperluan pergaulan, mengungkapkanperasaan, maksud, dan pikiran. Menurut Soedarsono tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkpakan melalui gerak-gerak ritmis yang indah. Tari adalah ekspresi jiwa yang merupakan ungkapan perasaan, kehendak, dan pikiran manusia. Gerak tari berbeda dengan gerak sehari-hari yang dilakukan oleh manusia, karena gerak tari adalah gerak yang estetis (indah). Tari bukan sekedar gerakan yang tidak bermakna, melainkan sesuatu yang mempunyai maksud (Kusnadi, 2009: 2).

  Tari tradisional adalah, tari-tarian yang sudah cukup lama berkembang sampai saat ini sebagai warisan budaya yang turun temurun dari leluhurnya yang menjadi miliknya dan menjadi salah satu ciri danidentitas serta kepribadian suatu wilayah (Abdurachman dan Rusliana, 1979:5-7). Gerakan-gerakan dalam tari tradisional sesuaidengan kepribadian masyarakat sekitar, karena itu tari tradisional dapatmenjadi identitas suatu kelompok masyarakat. Salah satu tari tradisionalyang ada di Indonesia adalah tari Banyumasan.Tari Banyumasan merupakan tari tradisional yang berkembang di tengah masyarakat Banyumas. Gerak tari gaya Banyumasan terpengaruh dari gerak tari Sunda atau Jawa Barat karena salah satu daerah Banyumas yaitu Cilacap berbatasan langsung dengan daerah di Jawa Barat. Sehingga kebudayaannya saling berpengaruh satu sama lain, begitu pula dengan gerak tarinya.

  Bentuk penyajian kesenian khususnya kenthongan meliputi sajian, gerak tari, tata rias dan busana, tempat pertunjukan dan properti.Istilah penyajian dalam masyarakat sering didefinisikan cara penyajian,proses, pengaturan, dan penampilan suatu pementasan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bentuk penyajian adalah wujud keseluruhan dari suatu penampilan yang didalamnya terdapat aspek-aspek atau elemen-elemen pokok yang di tata atau di atur sedemikian rupa sehingga memiliki fungsiyang saling mendukung dalam sebuah pertunjukan. Bentuk penyajian dalam kesenian mempunyai pengertian cara penyajian atau cara menghidangkan suatu kesenian secara menyeluruh meliputi unsur-unsur atau elemen pokok dan pendukung kesenian tersebut. Sebuah pertunjukan kesenian kenthongan memiliki elemen-elemen yang digunakan untuk mendukung bentuk penyajiannya, elemen-elemen tersebut adalah :

  a. Gerak Tari Gerak secara umum diartikan sebagai suatu perubahan posisi dalam ruang dan waktu, namun tidak semua gerak dapat disebut sebagai gerak tari. Hadi (2014: 10) menyatakan bahwa gerak dalam tari merupakan dasar ekspresi dari semua pengalaman emosional yang diekspresikan lewat perasaan, sikap, imaji yang terdapat pada gerak tubuh. Sedyawati, dkk. (1986: 104) mengatakan bahwa tari merupakan komposisi gerak yang telah mengalami penggarapan. Dalam penyajian kesenian kenthongan tidak hanya penariyang melakukan koreografi, namun pemain alat musik khususnya alat musik kenthong juga memiliki koreografi tersendiri. Hal tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat terhadap kesenian

  

kenthongan sehingga kesenian ini banyak digemari oleh masyarakat.

  b. Tata rias Fungsi tata rias antara lain mengubah karakter pribadi menjadi tokoh yang sedang dibawakan. Untuk memperkuat ekspresidan untuk menambah daya tarik penampilan (Jazuli, 1994: 19).Menurut Mahasta, dkk (2011: 23), rias terkait dengan cara berdandanuntuk menghasilkan bentuk yang diharapkan, dalam hal ini rias sebagai salah satu cara untuk mempercantik diri. c. Tata busana Tata busana adalah perlengkapan yang dikenakan oleh penari maupun pemusik kenthongan dalam suatu pertunjukan. Tata busana dapat menunjang penampilan penari dan pemusik. Warna harus diperhatikan dalam tata busana. Menurut La Meri (1986: 106), dari sudut praktis ada pertimbangan dari bagaimana lighting akan memberi efek warna-warna tertentu dan dari sudut pandang imaginatif, warna itu sendiri memiliki kekutan membawa suasana pada penonton.

  d. Tempat Pertunjukan Suatu pertunjukan apapun bentuknya selalu memerlukan tempat untuk menyelenggarakan pertunjukan tersebut. Keseniankenthongan sebagai pertunjukan massal, memerlukan tempat yang luas dalam pementasannya. Kesenian tersebut dapat dipentaskan di ruang terbuka (outdoor) atau tertutup (indoor). Menurut Supardjan dan IGusti Ngurah Supartha (1982: 16), dalam perkembangan kebudayaan manusia sampai dewasa ini akhirnya terbentuklah suatu tempat khusus yang dipergunakan untuk pagelaran seperti berbentuk arena, lingkaranataupun suatu tempat pertunjukan yang berbentuk

  

proscenium , yaitu suatu tempat pertunjukan yang antara penonton

  dengan yang ditonton dibatasi dengan suatu bingkai yang lazim dinamai proscenium.

  e. Perlengkapan atau properti Properti adalah perlengkapan yang tidak termasuk kostum, tidak termasuk pula perlengkapan panggung, tetapi merupakan perlengkapan yang ikut ditarikan oleh penari (Sedyawati, dkk. 1986:119). Properti yang biasa digunakan oleh penari kenthongan diantaranya adalah sampur dan kipas.

  2. Pendekatan Dalam penelitian ini menggunakan Pendekatan Antropologi

  Budaya untuk memperjelas analisis Penelitian yang berjudul

  Perkembangan Kesenian Grup Kentongan Dalan Laras Kesugihan Kabupaten Cilacap. Antropologi budaya merupakan cabang ilmu sosial

  yang mempelajari tentang budaya masyarakat. Antropologi budaya ini akan membantu penulis dalam menganalisis budaya masyarakat yang berkaitan dengan perkembangan kesenian angklung dari segi lagu, pakaian dan alat musik yang masih digunakan dari dahulu sampai sekarang atau yang masih dilestarikan, sehingga tidak meninggalkan unsur budayanya atau keaslian dari kesenian kentongan.

G. Metode Penelitian

  Dalam sebuah penelitian pasti akan menggunakan metode tertentu agar hasil yang didapat sesuai dengan tujuan awal penelitian. Di dalam penelitian ini digunakan metode sejarah, karena berkaitan dengan peristiwa masa lampau yang sudah terjadi. Penegertian metode sejarah di sisni adalah suatu proses menguji, menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau.

  Menurut Adb Rahman Hamid dan Muhammad Saleh Madjid (2011: 43) ada empat tahap dalam penelitian sejarah, yang meliputi heuristik

  (pengumpulan sumber), kritik sumber atau analisis (eksternal/ bahan dan internal/ isi), interpretasi (penafsiran), dan historiografi (penulisan kisah sejarah). Adapun penjelasan tahap-tahap tersebut akan dijadikan sebagai berikut :

  1. Heuristik (mencari sumber-sumber) Sumber-sumber sejarah merupakan syarat mutlak yang harus ada dalam penelitian sejarah. Sumber sejarah dibedakan atas sumber tulisan, lisan, dan benda (Hamid dan Madjid, 2011:43). Dalam hal ini penulisan menggunakan dua sumber sejarah yaitu sumber lisan dan sumber benda.

  Orang pertama yang penulis temui adalah pendiri grup kentongan yang bernama Bapak Abdul kodir, beliau memberikan informasi yang sangat membantu bagi penulis untuk mengkaji perkembangan kesenian kentongan di Desa Kesugihan Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap.

  Selain menggunakan sumber lisan untuk memperoleh informasi-informasi, penulis juga menggunakan sumber benda dari perlengkapan kesenian kentongan untuk di dokumentsi sebagai bukti penelitian.

  2. Kritik atau verifikasi (eksternal/ bahan internal/isi) Sumber-sumber yang sudaha diperoleh kemudian dikumpulkan, dan tahap selanjutnya adalah mengkritik sumber untuk menentukan otensitas dan kredibilitas sumber sejarah. Semua sumber yang telah dikumpulkan terlebih dahulu diverifikasikan sebelum digunakan. Terdapat dua aspek dalam penelitian sejarah yaitu kritik intern dan ekstern, yang dikritik ialah otentisitas (keaslian sumber) dan kredibilitas (tingkat kebenaran informasi) sumber sejarah. Kritik intern yang menilai apakah sumber itu memiliki kredibilitas (kebiasaan untuk dipercaya) atau tidak dan kritik ekstern yang mencari otensitas atau keotentikan (keaslian) sumber (Hamid dan Madjid, 2011 : 47)

  3. Interpretasi atau sintesa (menafsirkan keterangan sumber-sumber) Dalam tahap interprestasi ini terlebih dahulu sumber sejarah tersebt digabung-gabungkan (disintesakan) berdasarkan pada subjek kajian. Tema pokok kajian merupakan kaedah yang dijadikan sebagai kriteria dalam menggabungkan data sejarah. Data yang tidak penting atau tidak berkaitan dengan tema studi dipisahkan agar tidak mengganggu penelitian dalam merekonstruksi peristiwa sejarah (Hamid : Madjid, 2014 : 49)

  4. Historiografi (penulisan sejarah) Setelah peneliti melakukan pencarian sumber, mengkritik sumber, dan menilai sumber kemudian pada tahap selanjutnya peneliti melakukan penulisan sejarah atau historiografi. Pada tahap penulisan, peneliti menyajikan laporan hasil penelitian pada awal hingga akhir yang meliputi maslah-masalah yang harus dijawab. Pada hakikatnya, penyajian laporan penelitian adalah menjawab masalah-masalah yang telah diajukan.

  Penyajian laporan meliputi (pengantar, hasil penelitian, simpula) (Priyadi, 2013 : 92).

H. Sistematika Penyajian

  Sistematika penyajian dalam penelitian ini disajikan dalam lima bab. Bab pertama membahas mengenai pendahuluan yang berisi penjelasan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori dan pendekatan, metode penelitian serta sistematika penyajian yang merupakan gambaran singkat mengenai urutan pembahasan dari penulisan penelitian.

  Pada bab dua peneliti membahas mengenai Kondisi Umum Masyarakat Desa Kesugihan Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap yang meliputi sejarah singkat Desa Kesugihan, kondisi administratif, Desa Kesugihan, dan kondisi sosial Budaya Desa Kesugihan.

  Pada bab tiga peneliti membahas mengenai Asal-Usul Kesenian Kentongan grup Dalan Laras di Desa Kesugihan Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap.

  Pada bab empat peneliti membahas mengenai perkembangan kesenian kentongan Grup Dalan Laras di Desa Kesugihan Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap yang meliputi sejarah kesenian kentongan, alat musik, kostum yang dikenakan.

  Pada bab lima peneliti memberikan kesimpulan dan saran. Dalam simpulan diungkapan berbagai hal yang berkaitan dengan hasil yang dipandang penting untuk meberijawaban terhadap pokok permasalahan atau membuktikan hipotesis yang telah ditemukan. Saran memuat harapan yang ditunjukan pada para pembaca.

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - KARAKTERISTIK PERILAKU SEKSUAL PRA NIKAH SISWA-SISWI SMK X BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK PADA BALITA USIA 3 TAHUN YANG DIBERI ASI 2 TAHUN DAN TIDAK ASI 2 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEKSONO 1 WONOSOBO - repository perpustakaan

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - PENGARUH MENTORING PERAWAT BARU TERHADAP PERILAKU CARING DI RUANG VIP RSUD BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 9

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - ANALISIS KEKAMBUHAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIAL DALAM 1 TAHUN DI RSU. ST. ELISABETH PURWOKERTO TAHUN 2013 - repository perpustakaan

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - STUDI DESKRIPTIF RESPON SOSIAL PADA REMAJA DI SMK NEGERI KALIBAGOR - repository perpustakaan

0 0 8

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN KEK PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS BATURRADEN II KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - STUDI FENOMENOLOGI PEMANFAATAN SUNGAI SEBAGAI MEDIA MCK DI DESA SOKARAJA KULON KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 9

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - HUBUNGAN KONDISI LINGKUNGAN RUMAH TERHADAP KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I WANGON KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 9

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - ANALISIS FAKTOR PREDISPOSISI PERILAKU IBU DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS GOMBONG I KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2015 - repository perpustakaan

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEMAMPUAN MERAWAT DIRI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SDLB NEGERI KROYA KABUPATEN CILACAP - repository perpustakaan

0 0 9