BAB II SITI AMANAH PAI'18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembaga Dakwah Kampus 1. Pengertian Lembaga Dakwah Kampus Dakwah kampus adalah implementasi dakwah ilallah dalam

  lingkup perguruan tinggi. Dimaksudkan untuk menyeru civitas akademika ke jalan Islam dengan memanfaatkan berbagai sarana formal/ informal yang ada di dalam kampus. Dakwah kampus bergerak di lingkungan masyarakat ilmiah yang mengedepankan intelektualitas dan profesionalitas.

  Dengan demikian dapat dikatakan bahwa aktivitas dakwah kampus merupakan salah satu tiang dari dakwah secara keseluruhan, puncak aktivitasnya serta medan yang paling banyak hasil dan pengaruhnya terhadap masyarakat. (GAMAIS, 2007: 7)

  Menurut Alam (2016: 118) Lembaga Dakwah Kampus dapat menjadi sarana dakwah yang diselenggarakan di kampus yang dibidangi oleh para mahasiswa yang memiliki perhatian intens terhadap masalah agama. Sehingga dengan adanya Lembaga Dakwah Kampus tersebut menjadi sarana mengembangkan pengetahuan, kepribadian serta turut menciptakan model dakwah yang lebih humanis di perguruan tinggi.

  Maka dari Lembaga Dakwah Kampus ini pula tercipta suasana dakwah komuitas yang tetap mengena ke sasaran sebagai bagian dari pendidikan Islam itu sendiri.

  6

2. Sejarah Berdirinya Lembaga Dakwah Kampus

  Lembaga Dakwah Kampus ( LDK ) adalah sebuah organisasi kemahasiswaan intra kampus yang terdapat di tiap

  • – tiap perguruan tinggi di Indonesia. Organisasi ini bergerak dengan Islam sebagai asasnya. Pada pertengahan tahun 80-an ketika kebijakan orde baru menghapus kegiatan politik mahasiswa di kampus dengan NKK/BKK nya, muncul geliat keislaman yang berpusat di masjid
  • – masjid kampus yang awalnya dalam bentuk kelompok – kelompok kecil yang berdiskusi seputar keislaman.

  Adanya tekanan terhadap umat Islam, ditambah dengan kebangkitan Islam di negara

  • – negara timur tengah pada masa itu juga turut mempengaruhi geliat keislaman mahasiswa kala itu. Kelompok kecil ini kemudian berkembang menjadi kegiatan rutin yang melembaga. Sehingga bermunculan LDK berbasis masjid dengan berbagai nama, seperti Salam UI, Salman ITB, dan lain
  • – lain. (http://wawasansejarah.com /sejarah-ldk-kammi-dan-hti-chapter- kampus/) diakses pada 10 September 2017 pada pukul 06:02 WIB.

  Menurut GAMAIS (2007: 7) terbentuknya Lembaga Dakwah Kampus di Perguruan Tinggi bukan hanya asal dibentuk, melainkan ada beberapa alasan yang kuat untuk membentuk sebuah Lembaga Dakwah Kampus oleh mahasiswa

  • – mahasiswa Islam. Antara lain alasan – alasan terbentuknya Dakwah Kampus adalah :

  a. Rasulullah SAW selalu memberikan perhatian yang cukup besar terhadap para pemuda b. Pentingnya dukungan para pemuda sebagai prasyarat tegaknya suatu pemikiran atau pergerakan c. Adanya kekhasan mahasiswa Indonesia

  d. Pelajaran dari sejarah

  e. Masalah regenerasi, pewarisan nilai dan pengalaman merupakan suatu hal yang wajib diperhatikan demi keberlangsungan dakwah f. Kampus merupakan medan kompetensi antar pergerakan yang lebih terbuka

3. Tujuan Lembaga Dakwah Kampus

  Berdasarkan keistimewaan mahasiswa dan keistimewaan kampus itu sendiri, tujuan dakwah kampus dapat dijabarkan singkat sebagai berikut: Membentuk dan me-suplai alumni yang berafiliasi kepada Islam serta optimalisasi peran kampus dalam mentransformasi masyarakat menuju masyarakat Islami.

  Melalui dakwah kampus diharapkan lahir intelektual

  • – intelektual muda yang professional dalam bidang yang digelutinya dan tetap memiliki ikatan dan keberpihakan yang tinggi terhadap Islam. Merekalah pembaharu
  • – pembaharu yang dapat melakukan perubahan – perubahan kondisi masyarakat menuju kehidupan Islami hingga akhirnya terwujudlah
  • – cita kebangkitan Islam. (GAMAIS, 2007: 12) 4.

   Perkembangan Lembaga Dakwah Kampus

  Sekitar tahun 1978, gerakan Dakwah Kampus di Indonesia tengah memasuki sebuah babak baru. Di tengah

  • – tengah tekanan kebijakan
NKK/BKK rezim Orde Baru, geliat Dakwah Kampus diam

  • – diam menelurkan benihnya.

  Dakwah kampus di Indonesia kini memulai sebuah babak baru dalam dinamikanya. Berbagai macam pergeseran tata nilai, dan perubahan kondisi mahasiswa di berbagai kampus telah mendesak para aktivis dakwah kampus di seluruh Indonesia untuk segera berbenah diri dan menemukan pola baru dalam aktivitas dakwah yang dilakukannya. Tentu bukan sekedar perubahan seadanya, tetapi perubahan yang mendasar dan perlu di jiwai oleh aktivis dakwah kampus seantero negeri ini. (Noor, 2011:xi)

  Perkembangan

  • – perkembangan LDK di Indonesia memiliki babak yang berbeda
  • – beda, mulai dari awal berdirinya LDK di Indonesia sampai perkembangannya saat ini. Pada awal berdirinya LDK di Indonesia para aktivis dakwah kampus memiliki tantangan yang berbeda dengan saat ini, yaitu LDK berusaha semaksimal mungkin untuk menyebarkan dakwah di bawah tekanan kebijakan NKK (Normalisasi Kehidupan Kampus)/ BKK (Badan Koordinasi Keorganisasian) yang mengakibatkan mahasiswa tidak bebas berdiskusi dan mengeluarkan kebebasan berfikirnya, karena gerakan mahasiswa pada saat itu dikontrol oleh kampus.

  Seiring berjalannya waktu dan perkembangan jaman yang semakin maju, tantangan bagi LDK semakin bertambah dan menantang. Seperti

  • – pada saat ini, LDK tidak lagi harus menebarkan dakwahnya secara diam diam tetapi LDK harus menemukan pola baru dalam dakwahnya di
kampus. Tantangan ini harus diterima oleh semua LDK di setiap kampus, karena berbagai pergeseran tata nilai dan perubahan kondisi mahasiswa.

  Selain kedua alasan itu, perkembangan jaman yang memudahkan mahasiswa mendapatkan apa saja yang dibutuhkannya menjadi alasan juga mengapa LDK harus menemukan pola baru dalam kegiatan dakwahnya.

5. Ruang Lingkup Dakwah Kampus

  Menurut GAMAIS (2007: 12 ) salah satu karakteristik dakwah adalah syumuliyah atau menyeluruh. Sehingga dalam melakukan aktivitas dakwah haruslah meliputi segala aspek. Akan tetapi dakwah kampus punya orientasi tersendiri dalam menjalankan agenda dakwahnya. Dakwah kampus haruslah punya dakwah tertentu agar energi yang telah dikeluarkan oleh seorang aktivis dakwah kampus dapat tersalurkan dengan efektif dan efisien. Ruang lingkup dakwah kampus yakni:

  a) Amal Assasiyatu Dakwah ( dasar

  • – dasar dakwah ) Dakwah kampus diharapkan dapat menyampaikan risalah Islam dan menegakkan kalimat – kalimat Allah secara jelas di kampus.

  Mahasiswa yang menjadi subjek dakwah kampus harus bisa menjadi da‟i yang menyeru kepada kebenaran dan menolak kemungkaran.

  b) Amal Khidamy ( pelayanan ) Salah satu sasaran dalam dakwah ini adalah bagaimana agar dakwah ini bisa diterima oleh semua kalangan dan Islam dan menjadi

  rahmatan lil‟alamin. Sebelum mencapai tahapan tersebut Islam haruslah mampu menjadi khidmatul ummah, yakni pelayan umat.

  Pelayan disini dimaksudkan memberikan pelayanan

  • – pelayanan yang dibutuhkan objek dakwah agar mereka bisa menjalani aktivitas mereka dengan baik.

  c) Amal Ilmiah Fanniyah ( ilmu dan profesi ) Tujuan mahasiswa di kampus adalah kuliah. Sebagai seorang muslim haruslah mempunyai kompetensi akademik yang baik serta betul – betul memahami keilmuan yang dipelajari di bangku kuliah. Mahasiswa merupakan tumpuan bagi bangsa, dan saat ini salah satu fungsi mengembalikan kejayaan Islam adalah dengan menggunakan teknologi dan ilmu pengetahuan, sehingga peran mahasiswa dalam hal ini sangatlah dominan.

  d) Amal Siyasi ( politik ) Mahasiswa memiliki peran sebagai komponen penekan kebijakan pemerintah. Terutama kebijakan yang merugikan rakyat.

  Patut mahasiswa sadari bersama bahwa masyarakat berharap banyak agar mahasiswa bisa menjadi jembatan perubah kondisi bangsa.

6. Pilar – pilar Lembaga Dakwah Kampus

  Ada 3 pilar fundamental yang mesti ada dalam setiap tubuh LDK sehingga kegemilangan dakwah kampus bisa terealisasi ,yaitu : a) Kaderisasi (regenerasi yang akumulatif)

  Regenerasi yang akumulatif disini didefiniskan sebuah sistem pengkaderan yang tidak terputus akan tetapi kontinu bersimultan terus menerus sehingga tidak adanya kekosongan profil - profil aktivis dakwah kampus idaman. Sehebat apapun sebuah organisasi kampus dengan berbagai macam ukiran prestasi, pencapaian - pencapaian yang fenomenal bahkan monumental semua tidak lepas dari SDM - SDM yang ada di dalamnya. Bakat - bakat potensial setiap individu aktivis dakwah kampus harus diarahkan sesuai dengan bidang keahliannya masing - masing maka semua itu tak lepas dari siapa pelaku atau orang yang ada diorganisasi tersebut tidak lain adalah masalah sumber daya manusia.

  Dimana pilar kaderisasi menjadi sangat penting baik dari urgensinitas ataupun segmentasi dakwah saat ini. Disaat tantangan dan goncangan dakwah semakin kuat dan tinggi. Maka dibutuhkan kader - kader dakwah yang sudah matang dan faham akan dakwah dengan manhaj yang benar dan aqidah yang kokoh. Maka diperlukan adanya pembentukan dan penjagaan dari SDM - SDM yang sudah terbina yang nantinya akan menjadi cikal - bakal juru - juru dakwah dikampus kepengurusan selanjutnya.

  b) Kelembagaan (advokasi dan birokrasi) Penguasaan dan pengendalian medan dakwah menjadi hal penting yang harus diprioritaskan oleh para pelaku dakwah kampus.

  Dimana kedekatan antara pihak kampus selaku lembaga tertinggi ( pihak universitas seperti Rektor, pudir bidang kemahasiswaan dan lain

  • –lain ) dengan pengurus LDK harus selalu diperhatikan, harus senantiasa dijaga dan dikuatkan dalam ranah perjuangan dakwah
kampus. Harmoniasasi, komunikasi dan koordinasi jadi skala prioritas agar tidak terjadi dikotomi ataupun diskriminasi baik dari segi kebijakan ataupun dari hal lainnya terhadap para aktivis dakwah kampus yang berkecimpung di dakwah. Maka dari itu para aktivis dakwah kampus tidak hanya fokus dalam satu ranah saja tetapi ranah - ranah lainpun harus jadi sekala prioritas dalam menegakkan dakwah kampus, seperti ranah siyasi ( politik kampus ).

  Peranan aktivis dakwah kampus di ormawa ( organisasi mahasiswa ) internal kampus lainnya seperti MPM, BEM dan UKM lain akan mempermudah birokrasi dan advokasi. Permainan politik kampus yang begitu menantang dan penuh perjuangan harus senantiasa dijaga para aktivis dakwah kampus sehingga bargening position aktivis dakwah kampus tetap terjaga dimata pihak kampus. Imaje LDK dengan lembaga harus selalu positif sehingga pihak lembaga kampus lebih mempercayai aktivis dakwah kampus dari aktivis ormawa lain.

  Sehingga kemudahan birokrasi dan advokasi bisa terealiasasi kebijakan-kebijakan yang diterapkan pihak kampus akan bisa diwarnai oleh fikrah-fikrah Islam yang mementingkan kemaslahatan. Akan tetapi bukan berarti aktivis dakwah kampus tidak berani menentang kebijakan kampus yang tidak pro ke mahasiswa. Dimaksudkan disini aktivis dakwah kampus diharapkan tidak menjadi kaki tangan pihak kampus. c) Pers Kampus (penguasaan informasi media propaganda) Saya teringat kata

  • – kata ini “siapa yang menguasai informasi

  

maka dia akan menguasai dunia, siapa yang menguasai dunia maka

dia akan meguasai segala- galanya”. Penguasaan dan pengendalian

  informasi dunia kampus menjadi hal yang mutlak diperlukan untuk menegakkan dakwah kampus. Karena sebuah pergerakan dan tindakan diawali dari adanya informasi. Sehingga para aktivis dakwah kampus wajib selalu uptudate dalam mencari infromasi

  • – informasi ataupun isu - isu yang berkembang disekitar masyarakat kampusnya.

  Peranan LDK menjadi cekatan dan selalu ada digarda terdepan dalam memberikan solusi setiap permasalahan yang ada. Apa lagi diera perang pemikiran (ghowzul fikri) saat ini dimana sarana media cetak dan elektronik menjadi alat perjuangan para musuh - musuh Islam, maka para aktivis dakwah harus mampu menandinginya. Sehingga fikrah Islam bisa tetap tersebar di masyarakat kampus. Dan mampu menghalangi idiologi

  • – idiologi kiri dan liberal seperti sosialis, komunis dan sepilis masuk ke pemikiran para mahasiswa. Aktivis dakwah kampus diharapkan senantiasa mampu menandingi perang propaganda melalui media cetak seperti buletin kampus, zine - zine terbitan kampus, mading - mading dan lembaga pers mahasiswa

  Ketika 3 pilar tersebut sudah mampu ditepkan dalam konsep 3 K (komunikasi, koordinasi dan kontrolisasi) yang baik dalam implementasinya saya yakin teman-teman adk akan mampu bekerja dengan optimalisasi yang tinggi. Ditambah lagi sikap militant dan cekatan para aktivis dakwah dalam melihat sensitivitas sebuah keadaan situasi dan kondisi dikampus maka akan tertanam idealisme pergerakan yang sesungguhnya.bahwa para adk adalah solusi dari setiap problematika yang ada. Bahwa LDK adalah wasilah cahaya penerang yang mampu megarahkan dan memfasilitasi mahasiswa kejalan yang benar dalam menatap masa depan. akses 14 Januari 2018 pukul 19;22 WIB

B. Pendidikan Islam 1. Pengertian Pendidikan Islam

  Pendidikan Islam berarti sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita

  • –cita dan nilai–nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya. Arifin (2011: 7)

  Menurut Ramayulis (2015: 112) Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada term al-tarbiyah, al-tadib, dan al- ta‟lim.

  Melihat ketiga istilah tersebut term yang popular digunakan dalam praktek pendidikan Islam ialah term al-tarbiyah. Sedangkan term al-tadib dan al-

  ta‟lim jarang sekali digunakan. Padahal kedua istilah tersebut telah digunakan sejak awal pertumbuhan pendidikan Islam. a. Al-Tarbiyah Istilah Al-Tarbiyah menurut Al-Raghib al-Asfahaniy berasal dari kata rabba yang berarti

  insya‟ ai-syai halan fahalan ila had al-

taman artinya menumbuhkan sesuatu secara bertahap hingga sampai

  ke batas kesempurnaan. Maka arti rabba dalam pandangannya adalah semakna dengan ansyaaa yunsyiau-insyaa (al-

  insya‟) dengan arti

  menumbuhkan atau mengembangkan (secara berangsur – angsur).

  b. Al-

  Ta‟lim

  Seperti haalnya istilah tarbiyah, term

  ta‟lim-pun memiliki

  cakupan makna yang luas seperti yang tertera di berbagai tempat dalam Al-

  Qur‟an. Diantaranya ada yang bermakna informasi

  pengetahuan yang belum diketahui manusia sebagai sebuah keutamaan baik melalui lisan maupun tulisan, seperti yang terdapat dalam surat al- Kah, ayat 65-66, yaitu tentang potong an ayat “alama” dengan arti memberitahukan informasi yang belum diketahui sebelumnya.

  c. Al-

  Ta‟dib

  Istilah

  ta‟dib sama halnya dengan istilah – istilah sebelumnya

  tidak ditemukan di dalam Al-

  Qur‟an secara eksplisit, namun ada

  sejumlah hadits yang memaknai ter m “ta‟dib” dengan bentuk kata kerja ( addaba ) yang berasal dari akar kata tsulatsiy mujarrad (

  addaba ) dengan arti „allamhu al-addab mengajarinya sopan santun

  atau kebudayaan. Sedangkan istilah “taddabi” berarti belajar sopan santun.

2. Sumber Pendidikan Islam

  Menurut Daradjat (2014: 19) Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai suatu tujuan harus mempunyai landasan tempat berpijak yang baik dan kuat. Oleh karena itu pendidikan Islam sebagai suatu usaha membentuk manusia, harus mempunyai landasan ke mana semua kegiatan dan semua perumusan tujuan pendidikan Islam itu dihubungkan.

  Landasan itu terdiri dari Al- Qur‟an dan Sunnah Nabi Muhammad

  SAW yang dapat dikembangkan dengan ijtihad, al maslahah al mursalah, istihsan, qiyas, dan sebagainya.

  a. Al- Qur‟an

  Al- Qur‟an adalah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam Al-

  Qur‟an itu terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut Aqidah, dan yang berhubungan dengan amal yang disebut syari‟ah.

  b. As-Sunnah Dasar kedua selain Al- Qur‟an adalah sunnah Rasulullah. Amalan yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW dalam proses perubahan hidup sehari

  • – hari menjadi sumber utama pendidikan Islam setelah Al-
Qur‟an. Hal ini disebabkan, karena Allah SWT menjadikan Muhammad sebagai teladan bagi umatnya. Firman Allah: Artinya:

  “Di dalam diri Rasulullah itu kamu bisa menemukan teladan yang baik…”. ( QS. 33: 21 )

  Nabi mengajarkan dan mempraktekan sikap dan amal baik kepada istri dan sahabatnya, dan seterusnya mereka mempraktekkan pula seperti yang dipraktekkan Nabi dan mengajarkan pula kepada orang lain. Perkataan atau perbuatan dan ketetapan Nabi inilah yang disebut hadits atau sunnah. ( Ramayulis,2015: 167 )

  c. Ijtihad Menurut istilah, ijtihad ialah menggunakan seluruh kesanggupan untuk menetapkan hukum

  • – hukum syariat. Dengan jalan mengeluarkannya dari Al-

  Qur‟an dan As-Sunnah atau menghabiskan kesanggupan seorang fuqaha untuk menghabiskan zhann ( sangkaan ) dengan menetapkan suatu hukum syara‟. Orang yang melakukannya disebut mujtahid. (Saebani,2012: 179)

3. Tujuan Pendidikan Islam

  Tujuan pendidikan Islam memiliki keistimewaan, yaitu untuk menyembah dan berbakti kepada Allah sepanjang hayat. Tujuan ini sejalan dengan tujuan diciptakannya manusia, yaitu hanya menyembah Allah semata. Berpegang kepada sumber tersebut, dan sumber

  • – sumber illahi lainnya yang serupa dengan hal tersebut, semua filosof muslim sepakat bahwa”…pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam. sebab tujuan

  

pertama dan termulia pendidikan Islam adalah menghaluskan akhlak dan

mendidik jiwa.

  ” Tujuan pendidikan Islam tidak hanya meningkatkan kemampuan jasmani dan akal manusia, tetapi juga meningkatkan ruhaninya sehingga manusia menjadi orang

  • – orang yang berbakti kepada Tuhan dan berakhlak mulia. Tujuan yang terakhir itulah yang menjadi tujuan utamanya. ( Fauzi,2017: 15 )

  Berdasarkan uraian tentang tujuan pendidikan Islam di atas, terlihat bahwa tugas pendidikan Islam yang pertama dan paling utama adalah Tauhid, yaitu menyembah kepada Allah Swt., mengajarkan bagaimana cara meng-Esa kan Allah Swt., dan sebagainya. Pendidikan Islam juga tidak hanya bermanfaat bagi jasmani saja, tetapi bermanfaat dan berpengaruh terhadap ruhani manusia. Karena melalui pendidikan Islam lah ruhani manusia tersentuh.

4. Tugas Pendidikan Islam

  Menurut Ibnu Taimiyah, sebagaimana yang dikutip oleh Majid „Irsan al-Kaylani, tugas pendidikan Islam pada hakikatnya tertumpu pada dua aspek, yaitu pendidikan tauhid dan pendidikan pengembangan tabiat peserta didik. Pendidikan tauhid dilakukan dengan pemberian pemahaman terhadap dua kalimat syahadat; pemahaman terhadap jenis

  • – jenis tauhid (

  

rububiyah, uluhiyah, dan sifat dan asma ); ketundukan, kepatuhan, dan

  keikhlasan menjalankan Islam; dan menghindarkan dari segala bentuk kemusyrikan. Sedang pendidikan pengembangan tabiat peserta didik adalah mengembangkan tabiat itu agar mampu memenuhi tujuan penciptaan-Nya, yaitu beribadah kepada Allah SWT. dan menyediakan bekal untuk beribadah, seperti makan dan minum. Menurut Ibnu Taimiyah, manusia yang sempurna adalah mereka yang senantiasa beribadah, baik beribadah diniyyah maupun beribadah kawniyah. Ibadah adalah ibadah yang berhubungan dengan pencipta (

  diniyyah ta‟abbudi )

  dan sesame manusia (

  ijtima‟i ). Sedangkan ibadah kawniyah adalah

  ibadah yang berhubungan dengan ketundukan dan kepatuhan manusia kepada Allah SWT. setelah memahami hukum

  • – hukum alam dan hukum– hukum sosial kemasyarakatan. Mujib (2008: 51)

  Ditinjau dari segi rohani manusia, maka yang terpenting ialah pendidikan terhadap seluruh potensi rohani manusia yang telah diberikan Allah kepadanya. Ada empat potensi rohani manusia: akal, kalbu, nafs, dan roh. Keempat potensi ini perlu dididik agar menjadi Muslim dalam arti sesungguhnya.

  Tugas dari pendidikan untuk memberdayakan potensi yang ada itu semuanya. Akal manusia diarahkan untuk memperoleh tingkat kecerdasan semaksimal mungkin, mengisinya dengan bermacam ilmu pengetahuan dan keterampilan, sehingga menusia yang pada kelahirannya tidak mengetahui apa

  • – apa menjadi mengetahui. ( Daulay,2016: 11 ) 5.

   Fungsi Pendidikan Islam

  Fungsi pendidikan Islam adalah menyediakan segala fasilitas yang dapat memungkinkan tugas

  • – tugas pendidikan Islam tersebut tercapai dan
berjalan dengan lancar. Penyediaan fasilitas ini mengandung arti dan tujuan yang bersifat structural dan institusional. Mujib (2008: 68).

  Menurut Kurshid Ahmad, yang dikutip Ramayulis, fungsi pendidikan Islam adalah sebagai berikut:

  • – a. Alat untuk memelihara, memperluas dan menghubungkan tingkat tingkat kebudayaan, nilai
  • – nilai tradisi dan sosial, serta ide – ide masyarakat dan bangsa.

  b. Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan yang secara garis besarnya melalui pengetahuan dan skill yang baru ditemukan, dan melatih tenaga

  • – tenaga manusia yang produktif untuk menemukan perimbangan perubahan sosial dan ekonomi.

C. Penelitian Terdahulu

  Berdasarkan hasil pencarian terhadap penelitian terdahulu, maka ditemukan tiga penelitian terdahulu yang serupa, yaitu:

1. Penelitian Muhammad Syafi‟ie tahun 2016 dengan judul Peran Lembaga

  Dakwah Kampus ( LDK ) Nurul Fata dalam Meningkatkan Akhlak Aktivisnya di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Antasari Banjarmasin.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran LDK Nurul Fata dalam meningkatkan moral aktivisnya, serta faktor penunjang dan penghambat yang mempengaruhi peran aktivis LDK Nurul Fata Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Antasari Banjarmasin.

  Penelitian ini merupakan penelitian lapangan ( field research ), dengan menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini menghasilkan temuan

  • – temuan, yaitu: pertama, peran Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Nurul Fata dalam meningkatkan akhlak aktivisnya di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Antasari Banjarmasin berupa mengembangkan dakwah sesuai dengan kemampuan masing
  • – masing, menjadikan LDK Nurul Fata sebagai ruang alternative bagi aktivisnya untuk belajar Islam, meningkatkan Ukhuwah Islamiyah dan persaudaraan yang erat di kalangan aktivis LDK Nurul Fata, dan mendorong untuk selalu berakhlak mulia. Kedua, faktor penunjuang adanya dukungan dari pihak Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Antasari Banjarmasin berupa bantuan untuk operasional kegiatan sebesar 2 ( dua ) sampai 3 ( tiga ) juta rupiah, adanya peran dosen dalam mengisi materi kegiatan diskusi LDK, dan tersedianya sarana dan fasilitas yang memadai. Sedangkan faktor penghambatnya yaitu adanya pengurus LDK Nurul Fata yang rangkap jabatan sehingga pembagian kerja kurang terorganisir, kesibukan sebagian pengurus yang dapat menghambat jalannya program yang sudah direncanakan, terbatasnya dana, dan letak kesekretariatan yang kurang kondusif karena berdekatan dengan ruang organisasi lain.

  2. Penelitian Rafiuddin tahun 2013 dengan judul Peranan Lembaga Dakwah Kampus ( LDK ) Pada Perilaku Mahasiswa ( Studi Kelompok Belajar Muslim Fakultas Teknik UNM ).

  Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran Lembaga Dakwah Kampus dalam membentuk perilaku beragama mahasiswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan Lembaga Dakwah Kampus dalam membentuk perilaku mahasiswa adalah sebagai tempat mendalami ajaran agama Tarbiyah Islamiyah dengan cara memberikan pengetahuan keagamaan kepada mahasiswa melalui pembinaan

  • – pembinaan keagamaan yang dilakukan secara intensif sehingga terciptalah suasana religious ditengah
  • – tengah masyarakat kampus. Perilaku agama itu dapat dilihat dari meningkatnya kesadaran untuk menjadikan Islam menjadi pondasi hidup para anggotanya.

  Adapun kendala yang dihadapi dalam dalam membentuk perilaku keagamaan mahasiswa diantaranya kurangnya rasa tanggung jawab dan kepemilikan bersama terhadap lembaga dakwah ini, serta adanya isu

  • – isu negative yang dihembuskan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab menjadikan gerakan dakwah terhambat.

  3. Penelitian Nuraeni tahun 2014 dengan judul Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya Dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung ( 1980-1998 ). Peneliti berasal dari Universitas Pendidikan Indonesia.

  Tujuan penelitian ini adalah untuk memperbaiki pemahaman tentang gerakan Lembaga Dakwah Kampus. Metode yang digunakan adalah metode historis dengan melakukan empat langkah penelitian yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Sedangkan untuk pengumpulan data penulis melakukan teknik studi literature dan wawancara terhadap narasumber baik pelaku maupun saksi sejarah.

  Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dijelaskan bahwa gerakan mahasiswa mempunyai peranan penting dalam tonggak perubahan di negeri ini.

  Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan adalah, penelitian terdahulu dilakukan ditempat yang berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian yang pertama menggunakan field research, dan penelitian kedua menggunakan metode historis, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif.

  Selain itu, penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peran Lembaga Dakwah Kampus Al-Kahfi dalam pendidikan Islam, sedangkan penelitian terdahulu mendeskripsikan peran LDK dalam meningkatkan moral aktivisnya, peran LDK dalam membentuk perilaku beragama mahasiswa, serta Gerakan LDK dan eksistensinya.