BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sistem Pakar - Dini Agustina BAB II

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sistem Pakar Sistem pakar adalah sistem informasi berbasis komputer yang

  menggunakan pengetahuan pakar untuk mencapai performa keputusan tingkat tinggi dalam domain persoalan yang sempit. Konsep dasar sistem pakar mencangkup beberapa persoalan mendasar, antara lain apa yang dimaksud dengan keahlian, siapa yang disebut pakar, bagaimana keahlian dapat ditransfer, dan bagaimana sistem bekerja (Turban, 2005).

1. Pakar

  Menurut Turban (2005), pakar (expert) adalah orang yang memiliki pengetahuan, penilaian, pengalaman dan metode khusus, serta kemampuan untuk menerapkan bakat ini dalam memberikan nasihat dan memecahkan persoalan. Tugas seorang pakar untuk menyediakan pengetahuan tentang bagaimana melaksanakaan suatu tugas yang akan dijalankan oleh sistem berbasis pengetahuan. Pakar mengetahui fakta mana yang penting dan memahami arti hubungan diantaranya. Misalnya, dalam mendiagnosis persoalan sistem listrik mobil, pakar mekanik mengetahi bahwa pengikat kipas dapat dan menyebabkan baterai discharge.

  Menurut Kusrini (2006), seorang pakar/ahli (human expert) adalah seorang individu yang memiliki kemampuan pemahaman yang superior atas suatu masalah. Misalnya: seorang dokter, penasihat keuangan, pakar mesin mobil, dll. Seorang pakar memiliki kemampuan: a. Dapat mengenali dan merumuskan masalah.

  b. Menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat.

  c. Menjelaskan solusi.

  d. Belajar dari pengalaman.

  e. Restrukturisasi pengetahuan.

  f. Menentukan relevansi/hubungan.

  g. Memahami batas kemampuan.

2. Keahlian

  Keahlian adalah pengetahuan ekstensif yang spesifik terhadap tugas yang dimiliki pakar. Tingkat keahlian menentukan performa keputusan keahlian sering dicapai dari pelatihan, membaca dan mempraktikkan. Keahlian mencangkup pengetahuan eksplisit, misalnya teori yang dipelajari dari buku teks atau kelas, dan pengetahuan implisit yang diperoleh dari pengalaman (Turban, 2005).

  Menurut Kusrini (2006), kepakaran/keahlian merupakan pemahaman yang luas dari tugas atau pengetahuan spesifik yang diperoleh dari pelatihan, membaca, dan pengalaman. Jenis-jenis pengetahuan yang dimiliki dalam kepakaran: a. Teori-teori dari permasalahan.

  b. Aturan dan prosedur yang mengacu pada area permasalahan.

  c. Aturan yang harus dikerjakan pada situasi yang terjadi.

  d. Strategi global untuk menyelesaikan berbagai jenis masalah.

  e. Pengetahuan tentang pengetahuan.

  f. Fakta-fakta.

   Struktur Sistem Pakar 3.

  Menurut Turban (2005), sistem pakar dapat ditampilkan oleh dua lingkungan: lingkungan pengembang dan lingkungan konsultasi (runtime). Lingkungan pengembang digunakan oleh pembangun sistem pakar untuk membangun komponen dan memasukan pengetahuan ke dalam basis pengetahuan. Lingkungan konsultasi digunakan oleh nonpakar untuk memperoleh pengetahuan dan nasihat pakar. Lingkungan ini dapat dipisahkan setelah sistem lengkap. Gambaran struktur sistem pakar dapat dilihat seperti pada Gambar 1, berikut ini:

  Antarmuka Pengguna Lingkungan Konsultasi Lingkungan Pengembang kejadian khusus Aturan: Referensi logika (misalnya, antaragejala dan

Fakta tentang Fakta: Apa yang diketahui tentang area domain

penyebab) Basis pengetahuan Pengguna Penjelasan Fasilitas Knowledge engneer terdokumentasi Pengetahuan ditrekomendasikan Tindakan yang Blackboard (tempat kerja) Perbaikan menarik kesimpulan Penguat Mesin inferensi Pembuat jadwal Penerjemah Akuisisi konsistensi Pengetahuan pakar Pengetahuan Rencana Agenda Solusi Deskripsi masalah pengetahuan

  Gambar 1. Struktur Sistem Pakar

   Metode Inferensi Dalam Sistem Pakar 4.

  Menurut Turban, dkk. (2005), metode inferensi merupakan suatu cara penarikan kesimpulan yang dilakukan oleh mesin inferensi untuk menyelesaikan masalah. Ada dua metode inferensi yang umum dalam sistem pakar, yaitu:

a. Forward Chaining (Runut Maju)

  Forward chaining mencari JIKA terlebih dahulu. Setelah semua

  kondisi JIKA dipenuhi, aturan dipilih untuk mendapatkan kesimpulan- kesimpulan yang diambil dari yang terakhir, maka ia akan digunakan sebagai fakta untuk disesuaikan dengan kondisi JIKA aturan yang lain untuk mendapatkan kesimpulan yang lebih baik. Proses ini berlanjut hingga mendapat kesimpulan akhir.

  b.

   Backward Chaining (Runut Mundur) Backward chaining adalah kebalikan forward chaining.

  Pendekatan mulai dari kesimpulan dan hipotesis bahwa kesimpulan adalah benar. Mesin inferensi kemudian mengidentifikasi kondisi JIKA yang diperlukan untuk membuat kesimpulan benar dan mencari fakta untuk menguji apakah kondisi JIKA adalah benar. Jika kondisi JIKA adalah benar, maka aturan di pilih dan kesimpulan dicapai.

  Menurut Kusrini (2006), cara kerja metode inferensi runut maju dan runut balik di jelaskan seperti Gambar 2 dan Gambar 3, berikut ini: Gambar 2. Runut Maju Gambar 3. Runut Balik

   Penyakit Kulit B.

  Penyakit kulit merupakan suatu kelainan atau kondisi abnormal yang terjadi pada kulit permukaan tubuh, berbagai faktor penyebab penyakit kulit ialah:

  1. Infeksi bakteri dan virus

  2. Infeksi jamur

  3. Infeksi parasit dan insekta

  4. Penyakit kulit karena reaksi alergi

  5. Kebersihan diri yang buruk

  6. Lemahnya daya tahan tubuh Menurut Harahap (2000), penyakit jamur kulit atau dermatomikosis adalah penyakit pada kulit, kuku, rambut, dan mukosa yang disebabkan oleh infeksi jamur. Infeksi jamur kulit cukup banyak ditemukan di Indonesia, yang merupakan negara tropis beriklim panas dan lembab, apalagi bila higiene juga kurang sempurna. Di Jakarta golongan penyakit ini sepanjang masa selalu menempati urutan kedua setelah dermatitis. Di daerah yang lain seperti Padang, Bandung, Semarang, Surabaya dan Menado, keadaannya kurang lebih sama, yakni menempati urutan ke-2 sampai ke-4 terbanyak dibandingkan golongan penyakit lainnya.

  Jenis-jenis penyakit kulit infeksi jamur:

   Tinea Versikolor (Panu) 1.

  Menurut Siregar (2004), tinea versikolor dijelaskan sebagai berikut: a. Definisi: Tinea versikolor adalah infeksi jamur superfisial yang ditandai oleh adanya makula di kulit, skuama halus disertai rasa gatal.

  b. Penyebab dan epidemiologi: 1) Penyebab: Malassezia furfur/ Pityrosporum orbiculare.

  2) Umur: dapat menyerang hampir semua umur 3) Jenis kelamin: menyerang pria dan wanita 4) Bangsa/ras: semua bangsa.

  5) Daerah: hampir seluruh dunia. 6) Kebersihan/ higiene: kurangnya kebersihan memudahkan penyebaran tinea versikolor.

  7) Lingkungan: keadaan basah atau berkeringat banyak, menyebabkan stratum korneum melunak sehingga mudah dimasuki Malassezia

  furfur.

  c. Gejala singkat penyakit: Biasanya timbul makula dalam berbagai warna dan ukuran, ditutupi sisik halus dengan rasa gatal, atau tanpa keluhan dan hanya gangguan kosmetik saja.

  d. Pemeriksaan kulit: 1) Lokalisasi: dapat terjadi dimana saja di permukaan kulit, lipat paha, ketiak, leher, punggung, dada, lengan, wajah dan tempat-tempat tak tertutup pakaian.

  2) Efloresensi/ sifat-sifatnya: berupa makula yang dapat hipopigmentasi, kecoklatan, keabuan, atau kehitam-hitaman dalam berbagai ukuran, dengan skuama halus di atasnya.

  e. Penatalaksanaan: 1) Umum : menjaga higiene perseorangan.

  2) Khusus (topical) : Bentuk macular: salep Whitfield atau larutan natrium tiosulfit 20% dioleskan setiap hari.

  Bentuk folikular: dapat dipakai tiosulfas natrikus 20-30%. Obat-obat anti jamur golongan imidazole (ekonazol, mikonazol, klotrimazol, dan tolsiklat) dalam krim atau salep 1-2% juga berkhasiat. Ketokonazol 200 mg/hari selama 10 hari. Itrakonazol 100 mg/hari selama 2 minggu.

  Menurut Harahap (2000), pitiriasis versikolor adalah infeksi super fisial pada lapisan tanduk kulit yang disebabkan oleh Malassezia furfur

  

atau Pityrosporum orbiculare. Infeksi ini bersifat menahun, ringan, dan

  biasa tanpa peradangan. Pitiriasis versikolor mengenai muka, leher, badan, lengan atas, ketiak, pada dan lipat paha.

  Menurut Morris-Jones (2014), pitriasis versikolor mempengaruhi punggung bagian atas, leher, dada dan lengan. Biasanya lesi menjadi jelas saat terkena sinar matahari. Jenis lesi versikolor dibagi menjadi dua yaitu dari lesi berwarna coklat gelap sampai lesi berwarna coklat pucat atau coklat halus. Organisme penyebabnya adalah M. Furfur. Pengobatannya menggunakan krim topikal selenium sulfida (Selsun) dan krim topikal ketokonazol 2%, digunakan 2 kali sehari selama 2 minggu, dilaporkan tingkat kesembuhannya antara 70 dan 80% dari pasien, tetapi sepertiganya kambuh. Pengobatan sistematik menggunakan ketokonazole (200mg sekali sehari selama 2 minggu), flukonazol (300mg sekali seminggu selama 2 minggu) atau itrakonazol (200mg sehari sekali selama 7 hari) memberikan hasil yang sebanding.

2. Tinea Nigra Palmaris

  Menurut Siregar (2004), tinea Nigra Palmaris dijelaskan sebagai berikut: a. Definisi: Tinea nigra palmaris adalah penyakit infeksi jamur superfisial yang menyerang telapak kaki dan tangan, menimbulkan gambaran khas berupa warna coklat-kehitaman pada kulit.

  b. Penyebab dan epidemiologi: a. Penyebab: Cladosporium werneckii.

  b. Umur: biasanya menyerang anak-anak.

  c. Jenis kelamin: pria sama dengan wanita d. Bangsa/ras: semua bangsa dapat dikenai penyakit ini.

  e. Daerah: lebih mudah berkembang pada daerah tropis beriklim panas dengan kelembaban tinggi.

  f. Kebersihan/higiene: lebih mudah menyerang orang dengan kebersihan yang kurang dan higiene yang rendah.

  g. Lingkungan: yang kotor dengan udara lembab dan panas mempermudah penyebaran penyakit.

  c. Gejala singkat penyakit: Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan tambahan: Mulai dengan bintik-bintik hitam kecoklatan pada telapak kaki atau tangan, yang makin lama makin besar hingga mencapai ukuran uang logam. Kadang-kadang terasa nyeri atau sedikit gatal.

  d. Pemeriksaan kulit: a. Lokalisasi: telapak kaki dan tangan.

  b. Efloresensi/ sifat-sifatnya: makula hiperpigmentasi miliar sampai nummular dengan gambaran polisiklis. e. Penatalaksanaan: Salep yang mengandung asam salisilat 3-5% dan asam benzoat 5-10% banyak menolong. Preparat imidazol 1-2% dalam krim atau salep berkhasiat baik.

3. Tinea Kapitis

  Menurut Siregar (2004), tinea kapitis dijelaskan sebagai berikut:

  a. Definisi: Tinea kapitis adalah infeksi jamur superfisial yang menyerang kulit kapala dan rambut.

  b. Penyebab dan epidemiologi: a. Penyebab: golongan dermatofita, terutama T. rubrum, T.

  mentagrophytes dan M. gypseum.

  b. Umur: umumnya anak-anak sekolah dasar c. Jenis kelamin: anak pria lebih banyak dari anak wanita.

  d. Bangsa/ras: semua bangsa dapat terkena penyakit ini.

  e. Daerah: lebih banyak pada daerah beriklim panas.

  f. Kebersihan/higiene: kebersihan yang buruk dan kontak dengan binatang peliharaan seperti anjing atau kucing berperan dalam penularan.

  g. Lingkungan: lingkungan kotor dan panas, serta udara yang lembab ikut berperan dalam penularan.

  c. Gejala singkat penyakit: Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan: Jamur dapat masuk ke dalam kulit kepala atau rambut, dan selanjutnya berkembang membentuk kelainan di kepala tergantung dari bentuknya. Biasanya memberi keluhan gatal atau nyeri.

  d. Pemeriksaan kulit:

  a. Lokalisasi: daerah kulit kepala dan rambut

  b. Efloresensi/ sifat-sifatnya: Tergantung dari jenisnya:

  Gray patch ring worm: papel-papel miliar sekitar muara rambut, rambut mudah putus, meninggalkan alopesia yang berwarna coklat. Black dot ring worm: Infeksi jamur dalam rambut (endotriks) atau di luar rambut (ektotriks), rambut putus tepat pada permukaan kulit, meninggalkan makula coklat berbintik-hitam, dan warna rambut sekitarnya menjadi suram. Kerion: pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil dengan skuamasi akibat radang local, rambut putus dan mudah dicabut. Tinea favosa: bintik-bintik berwarna merah kuning ditutupi oleh krusta yang berbentuk cawan (skutula). Berbau busuk

  (mousy odor), rambut di atasnya putus-putus dan mudah dicabut.

  e. Penatalaksanaan a. Sistematik: griseofulvin 10-25 mg/kg BB; dewasa 500 mg/hari.

  Ketokonazol 5-10 mg/kg BB; dewasa 200 mg/hari selama 7-14 hari.

  b. Topikal : Mencuci kepala dan rambut dengan shampoo desinfektan antimikotik seperti larutan asam salisilat, asam benzoate, dan sulfur presipitatum. Obat-obat derivate imidazole 1-2% dalam krim atau larutan dapat menyembuhkan, demikian pula ketokonazol krim atau larutan 2%. Menurut Harahap (2000), tinea kapitis adalah kelainan kulit pada daerah kepala berambut yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita. Penyakit ini disebabkan oleh spesies dermatofita dari genera

  Trichophyton dan Microsporum. Penyakit ini sering terjadi pada anak-

  anak yang dapat ditularkan dari binatang peliharaan seperti kucing dan anjing. Keluhan penderita berupa bercak pada kepala, gatal, dan sering disertai rontoknya rambut ditempat lesi tersebut.

  Menurut Morris-Jones (2014), tinea kapitis lebih banyak menyerang pra-remaja atau anak-anak. Patogen jamur utama dalam tinea kapitis adalah Trichophyton, Microsporum dan Epidermophyton. Jamur yang paling umum terisolasi di daerah perkotaan adalah T. Tonsurans; menembus batang rambut dan ditandai oleh satu atau beberapa bercak

  alopesia (kebotakan), sering terdapat kerak dan kadang-kadang terjadi

  peradangan. T. Tonsurans harus diobati dengan terapi anti jamur sistematik untuk membersihkan infeksi endothrix. Secara klinis, tinea kapitis dibagi menjadi beberapa variasi: difuse scaling, grey patches, black dots (broken-off hairs), multiple pustules, patchy alopecia.

  Alopesia dengan perdangan membentuk kerion dan limfadenopati

  oksipital. Sebuah kerion tampak meradang, berawa, pustular lesi pada kulit kepala yang terjadi ketika ada respon inflamasi cepat.

4. Tinea Barbae dan Sikosis Barbae

  Menurut Siregar (2004), tinea barbae dan sikosis barbae dijelaskan sebagai berikut: a. Definisi: Tinea Barbae dan Sikosis Barbae adalah bentuk infeksi jamur dermatofita pada daerah dagu/jenggot yang menyerang kulit dan folikel rambut.

  b. Penyebab dan epidemiologi: 1) Penyebab: biasanya oleh golongan Trichophyton dan Microsporum.

  2) Umur: selalu pada orang dewasa, tak pernah pada anak-anak. 3) Jenis kelamin: biasanya pada pria dewasa.Bangsa/ras: 4) Daerah: daerah tropis dengan kelembaban tinggi 5) Kebersihan/higiene: banyak pada orang-orang dengan higiene kurang baik.

  6) Lingkungan: yang kotor merupakan faktor yang mempermudah infeksi.

  c. Gejala singkat penyakit: Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan: Penderita biasanya mengeluh gatal dan pedih pada daerah yang terkena, disertai bintik-bintik kemerahan yang terkadang bernanah.

  d. Pemeriksaan kulit: 1) Lokalisasi: Biasanya pada daerah dagu/jenggot, tapi dapat menyebar ke wajah dan leher.

  2) Efloresensi/ sifat-sifatnya: Rambut daerah yang terkena menjadi rapuh dan tidak mengkilat, tampak reaksi radang pada folikel berupa kemerahan, edema, kadang-kadang ada pustula.

  e. Penatalaksanaan: Umum : Rambut daerah jenggot dicukur bersih.

  • Jaga kebersihan umum.
  • Khusus : Sistematik : Dapat diberikan griscovulfin 500 mg
    • – 1 gram/hari selama 2-4 minggu.

  Topikal : Kompres sol. Kaliumpermanganas

  1:4.000 atau sol. Asam asetat 0,025%, 2-3 kali sehari. antifungi sol. Tinactin epilasi rambut yang terinfeksi antibiotik bila ada infeksi sekunder.

5. Tinea Korporis

  Menurut Siregar (2004), tinea korporis dijelaskan sebagai berikut:

  a. Definisi: Penyakit kulit yang disebabkan jamur superfisial golongan dermatofita, menyerang daerah kulit tak berambut pada wajah, badan, lengan dan tungkai.

  b. Penyebab dan epidemiologi:

  a. Penyebab: Golongan jamur dermatofita, yang tersering adalah Epidermophyton floccosum atau T. rubrum.

  b. Jenis kelamin: menyerang pria dan wanita.

  c. Umur: Semua umur, tetapi lebih sering menyerang orang dewasa. d. Bangsa/ras: Penyakit ini tersebar di seluruh dunia.

  e. Daerah: Terutama pada daerah tropis

  f. Kebersihan/higiene: Sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan penyakit ini.

  g. Lingkungan: Yang kotor/kebersihan lingkungan mempengaruhi kebersihan perorangan dalam perkembangan penyakit pada kulit manusia.

  c. Gejala singkat penyakit: Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan:

  Gejala subjektif : Keluhan gatal, terutama bila berkeringat. Gejala objektif

  : Makula hiperpigmentasi dengan tepi yang lebih aktif. Oleh karena gatal dan digaruk, lesi akan makin meluas, terutama pada daerah kulit yang lembab.

  d. Pemeriksaan kulit a. Lokalisasi: Wajah, anggota gerak atas dan bawah dada, punggung.

  b. Efloresensi/ sifat-sifatnya: Lesi berbentuk makula/plak yang merah/ hiperpigmentasi dengan tepi aktif dan penyembuhan sentral. Pada tepi lesi dijumpai papel-papel eritematosa atau vesikel. Pada perjalanan penyakit yang kronik dapat dijumpai likenifikasi. Gambaran lesi dapat polisklinis, anular atau geografis.

  e. Penatalaksanaan: Umum : -meningkatkan kebersihan badan

  • menghindari pakaian yang tak menyerap keringat Khusus : Sistematik : - antihistamin
  • griseofulvin:
  • anak-anak : 15-20 mg/kg BB/hari.
  • dewasa : 500-1.000 mg/hari

  Topikal : - salep Whitfield

  campuran asam salisilat 5%, asam benzoate

  • 10% dan resorsinol 5% dalam spiritus
  • asam undesllenat

  

castellani’s paint

  • Tolnaftat -

  Imidazole

  • Ketokonazol - piroksolamin siklik
  • Menurut Morris-Jones (2014), tinea korporis juga menyebabkan pruritus (gatal-gatal). Lesi cenderung eritematosa dengan sisik tepi. Pengobatan paling efektif untuk tinea korporis yaitu menggunakan pengobatan topikal dengan krim terbinafine 1%; bahan lainnya termasuk miconazole, clotrimazole, ketoconazole dan ekonazole digunahan selama 2-4 minggu. Jika terapi sistematik diperlukan, itraconazole (100mg setiap hari) atau terbinafine (250mg setiap hari) selama 2 minggu biasanya efektif. Jika anti jamur sistematik tidak tersedia, maka langkah-langkah sederhana seperti antiseptik Neutral Red atau Castellan dapat digunakan. Obat salep Whitfield (salep asam benzoat) merupakan salep yang mudah disipkan dan cukup efektif untuk infeksi jamur superfisial.

6. Tinea Imbrikata

  Menurut Siregar (2004), tinea imbrikata dijelaskan sebagai berikut: a. Definisi: Infeksi jamur superfisial yang menyerang kulit dengan gambaran khas berupa skuama kasar yang tersusun konsentris, sehingga tampak seperti atap genting.

  b. Penyebab dan epidemiologi: 1) Penyebab: Trichophyton concentricum.Umur: 2) Jenis kelamin: semua umur 3) Bangsa/ras: dapat menyerang semua ras

  4) Daerah: banyak di daerah tropis 5) Musim/iklim: iklim panas mempermudah perkembangan 6) Kebersihan/higiene: kebersihan mempengaruhi infeksi T.

  concentricum.

  7) Lingkungan: lembab dan panas mempengaruhi penyebaran.

  c. Gejala singkat penyakit: Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan: Tinea imbrikata biasanya menyerang seluruh permukaan kulit berupa lingkaran-lingkaran yang bersisik kasar dan tampak menyerupai lingkaran-lingkaran bermata satu (polisiklis). Sisik-sisik melingkar yang satu menutup yang lain seperti lapisan genting, dapat disertai perasaan yang sangat gatal.

  d. Pemeriksaan kulit: 1) Lokalisasi: Biasanya seluruh tubuh 2) Efloresensi/ sifat-sifatnya: Makula berwarna sperti kulit normal, berbentuk lingkaran dan ditutupi sisik-sisik kasar, atau beberapa lingkaran dapat menyatu (polisiklis); skuama saling mendidih seperti susunan atap genting.

  e. Penatalaksanaan:

  Sistemik : Griseofulvin 0,5 g selama 1-2 bulan Topikal : -Keratolitik kuat yang bersifat fungisid antara lain:

  krisarobin 5%, sulfur 5% atau asam salisilat 5%.

  • Salep Whitfield 2 kali sehari - Antimikotik golongan imidazol mempunyai khasiat baik.

  Castellari’s paint

  Menurut Harahap (2000), tinea imbrikata adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dematofita yang memberikan gambaran khas berupa kulit bersisik dengan sisik yang melingkar-lingkar dan terasa gatal. Penyakit ini dapat menyerang seluruh permukaan kulit halus, sehingga sering digolongkan dalam tinea korporis. Lesi bermula sebagai makula eritematosa yang gatal, kemudian timbul skuama yang agak tebal dan terletak konsentris dengan susunan seperti genting.

7. Tinea Pedis (Athletes Foot)

  Menurut Siregar (2004), tinea pedis dijelaskan sebagai berikut:

  a. Definisi: Adalah infeksi jamur superfisial pada pergelangan kaki, telapak dan sela-sela jari kaki.

  b. Penyebab dan epidemiologi: a. Penyebab: Epidermophyta, Trichophyton, Microsporum dan C.

  alibcans, yang ditularkan secara kontak langsung atau tak langsung

  b. Umur: Semua umur

  c. Jenis kelamin: Dapat menyerang pria dan wanita

  d. Bangsa/ras: Bangsa yang hidup di daerah tropis

  e. Daerah: lebih banyak di daerah tropis

  f. Kebersihan/higiene: Iklim panas memperburuk penyakit

  g. Lingkungan: Panas dan udara lembab, serta sepatu yang sempit sering mempermudah infeksi.

  c. Gejala singkat penyakit:

  Bentuk klinik:

  1) Tipe papulo-skuamosa hiperkeratotok kronik: Jarang didapati vesikel dan pustule, sering pada tumit dan tepi kaki dan kadang-kadang sampai ke punggung kaki. Eritema dan plak hiperkeratotik di atas daerah lesi yang mengalami likenifikasi. Biasanya simetris, jarang dikeluhkan dan kadang- kadang tak begitu dihiraukan oleh penderita. 2) Tipe intertriginosa kronik:

  Manifestasi klinis berupa fisura pada jari-jari, tersering pada sela jari kaki ke-4 dan 5, basah dan maserasi disertai bau yang tak enak. 3) Tipe subakui:

  Lesi intertriginosa berupa vesikel atau pustule. Dapat sampai ke punggung kaki dan tumit dengan eksudat yang jernih, kecuali bila mengalami infeksi sekunder. Proses ubakut dapat diikuti selulitis, limfangitis, limfadenitis dan erysipelas. 4) Tipe akut:

  Gambaran lesi akut, eritema, edema, berbau. Lebih sering menyerang pria. Kondisi hiperhirdosis dan maserasi pada kaki, statis vascular, dan bentuk sepatu yang kurang baik terutama merupakan predisposisi untuk mengalami infeksi.

  d. Pemeriksaan kulit: 1) Lokalisasi: Interdigitalis, antara jari-jari ke-3, 4 dan 5; serta telapak kaki.

  2) Efloresensi/ sifat-sifatnya: Fisura pada sisi kaki, beberapa millimeter sampai 0,5 cm.

  • Sisik halus putih kecoklatan.
  • Vesikula miliar dan dalam.
  • Vesikopustula miliar sampai lenticular pada telapak kaki dan
  • sela-sela jari.

  Hiperkeratotok biasanya pada telapak kaki.

  • e. Penatalaksanaan:

  Profilaksis sangat penting, mengeringkan kaki dengan baik setiap

  • habis mandi, kaus kaki yang selalu bersih dan bentuk sepatu yang baik.

  Griseofulvin 500 mg sehari selama 1-2 bulan

  • Salep Whitfield I atau II, tolnaftat dan toksiklat berkhasiat baik.
  • Menurut Morris-Jones (2014), tinea pedis atau kaki atlet adalah penyakit yang umum terutama menyerang orang dewasa. Mereka yang sering berada di kolam renang atau mandi, dan para pekerja industri tampaknya cenderung untuk terinfeksi tinea pedis. Tinea pedis sangat gatal dan dapat mempengarui setiap bagian dari kaki tetapi sering terjadi
di antara jari kaki (terutama jari ke empat) dimana kulit menjadi maserasi ( pelunakan melalui perendaman dalam cairan dan mengalami infeksi).

  Pengobatan menggunakan krim terbinafine 1% dua kali sehari selama 2-4 minggu, biasanya efektif tetapi infeksi dapat terjadi berulang.

8. Tinea Manus

  Menurut Siregar (2004), tinea manus dijelaskan sebagai berikut:

  a. Definisi: Adalah infeksi dermatofita pada tangan

  b. Penyebab dan epidemiologi: a. Penyebab: T. mentagrophytes dan T. rubrum.

  b. Umur: Dapat menyerang semua umur

  c. Jenis kelamin: Pria dan wanita

  d. Bangsa/ras: Semua bangsa

  e. Daerah: Daerah tropis mempertinggi infeksi

  f. Kebersihan/higiene: Panas dan lembab mempermudah jamur masuk ke kulit g. Lingkungan: Lingkungan rawa-rawa yang selalu basah mempermudah infeksi jamur c. Gejala singkat penyakit: Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan.

  Ada 2 tipe : vesikular meradang dan skuamosa tak meradang; gambaran penyakit dapat berupa vesikel-vesikel atau skuama dengan eritema yang terbatas tegas disertai rasa gatal.

  d. Pemeriksaan kulit: a. Lokalisasi: Mulai pergelangan tangan sampai ke ujung jari.

  b. Efloresensi/ sifat-sifatnya: Makula eritematosa dengan tepi aktif, berbatas tegas. Terdapat vesikel atau skuama di atasnya.

  e. Penatalaksanaan Dapat diberikan preparat haloprogin, tolnaftat, asam salisilat, dan derivat imidazole.

  Menurut Harahap (2000), tine manus et pedis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita didaerah kulit telapak kaki dan tangan, jari-jari kaki dan tangan, serta daerah interdigital. Penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa yang setiap hari harus memakai sepatu tertutup dan pada orang yang sering bekerja ditempat yang basah, mencuci, disawah, dan sebagainya

9. Tinea Unguium (Onikomikosis)

  Menurut Siregar (2004), tinea unguium dijelaskan sebagai berikut:

  a. Definisi: Infeksi jamur dermatofita pada kuku

  b. Penyebab dan epidemiologi:

  a. Penyebab: Golongan dermatofita yang sama dengan penyebab tinea pedis dan manus, misalnya T. mentagrophytes dan T. rubrum.

  b. Umur: Lebih sering pada orang dewasa, bersama dengan c. Jenis kelamin: Menyerang pria dan wanita.

  d. Bangsa/ras: Semua ras terutama yang bermukim di daerah tropis.

  e. Daerah: Daerah tropis.

  f. Kebersihan/higiene: Pada orang yang banyak bekerja dengan air kotor g. Lingkungan: Yang lembab atau basah, yang sering kontak pada air kotor c. Gejala singkat penyakit:

  Pekerjaan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan keluhan utama berupaa kerusakan kuku. Kuku menjadi suram, lapuk dan rapuh dapat dimulai dari arah distal (perimarginal) atau proksimal. Bagian yang bebas tampak menebal.

  d. Pemeriksaan kulit: a. Lokalisasi: Semua kuku jari tangan dan kaki.

  b. Efloresensi/ sifat-sifatnya: Kuku menjadi rusak dan rapuh serta suram warnanya, permukaan kuku menebal, di bawah kuku tampak detritus yang mengandung elemen-elemen jamur. Pada infeksi ringan hanya dijumpai bercak-bercak putih dan kasar di permukaan kuku (leukonikia).

  e. Penatalaksanaan: Umum : Meningkatkan kebersihan/higiene penderita Khusus : Sistemik : Griseofulvin; dosis anak 15-20 mg/kg

  BB/hari, dosis dewasa 500-1.000 mg/hari selama 2-4 minggu

  Topikal : Salep Whitfield I, II

  • Kompres asam salisilat 5%, asam benzoate
  • 10% dan resorsinol 5% dalam spritus.
  • Asam undesilenat dalam bentuk cairan

  

Casstellant’s paint

  • Tolnaftat dalam bentuk cairan
  • Imidazole dalam bentuk cairan
  • Siklopiroksolamin dalam bentuk cairan.
  • Menurut Harahap (2000), tinea unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh jamur dermatofita. Penyakit ini sering disebabkan oleh T. mentagrophytes dan T. rubrum.penyakit ini biasanya menyertai tinea pedis atau tinea manus. Keluhan penderita kuku menjadi rusak dan warnanya menjadi suram.

  Menurut Morris-Jones (2014), onikomikosis mempengaruhi kuku kaki terutama oranag dewasa dan biasanya disebabkan oleh jamur dermatofita. Piring kuku menjadi menebal, rapuh dan putih menjadi kuning/ coklat. Onikomikosis dapat disebabkan oleh infeksi jamur seperti

  . Pengobatan topikal harus dipertimbangkan untuk

  Candida albacans kuku tunggal atau sangat ringan distal kuku-lempeng onikomikosis.

  Bahan tersedia termasuk Amorolfine dan Ciclopirox Olamine 8% solusi pernis kuku, natrium pyrithione, bifonazole/ urea, imidazol dan allylamines. Piring kuku yang sakit dapat 'terlarut' menggunakan 40% urea (Canespro) diterapkan secara hati-hati dengan lempeng kuku, tersumbat dengan clingfilm kiri pada malam dan kemudian dihapus sebelum mengulangi setiap malam selama sekitar 2 minggu. Hal ini membantu untuk secara fisik menghapus kuku yang terinfeksi tanpa perlu obat atau operasi. Sebagai piring kuku tumbuh kembali, antijamur topikal seperti Amorolfine harus digunakan dua kali seminggu untuk mencegah infeksi ulang. Terapi sistemik dengan terbinafine 250mg setiap hari untuk 16 minggu (kuku kaki) atau 8 minggu (kuku) biasanya dianggap cara utama. Terbinafine terus menjadi efektif selama berbulan-bulan setelah menghentikan obat, dan kuku yang abnormal harus dilihat untuk 'tumbuh‟. Penggunaan itrakonazol (200mg dua kali sehari selama 1 minggu per bulan, untuk total 4 bulan) juga sangat efektif.

   Tinea Kruris (=eczema marginatum) 10.

  Menurut Siregar (2004), tinea kruris dijelaskan sebagai berikut:

  a. Definisi: Adalah infeksi jamur dermatofita pada daerah kruris dan sekitarnya.

  b. Penyebab dan epidemiologi: a. Penyebab: Seringkali oleh E. floccosum, namun dapat pula oleh T.

  rubrum dan T. mentagrophytes, yang ditularkan secara langsung atau tak langsung.

  b. Umur: Kebanyakan pada dewasa

  c. Jenis kelamin: Pria lebih sering daripada wanita

  d. Bangsa/ras: Terdapat di seluruh dunia

  e. Daerah: paling banyak di daerah tropis

  f. Kebersihan/higiene: Kebersihan yang kurang diperhatikan

  g. Lingkungan: yang kotor dan lembab

  c. Gejala singkat penyakit: Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan:

  Rasa gatal hebat pada daerah kruris (lipat paha), lipat perineum, bokong dan dapat sampai ke genitalia; ruam kulit berbatas tegas, eritematosa dan bersisik, semakin hebat bila banyak keringat.

  d. Pemeriksaan kulit: 1) Lokalisasi: Regio inguinalis bilateral, simetris. Meluas ke perineum, sekitar anus, intergluteal sampai ke gluteus. Dapat pula meluas ke suprapubis dan abdomen bagian bawah. 2) Efloresensi/ sifat-sifatnya: Makula eritematosa nummular sampai geografis, berbatas tegas dengan tepi lebih aktif terdiri dari papula atau pustula. Bila kronik macula menjadi hiperpigmentasi dengan skuama di atasnya.

  e. Penatalaksanaan: Topikal: Salep atau krim antimikotik. Lokasi ini sangat peka nyeriu, jadi konsentrasi obat harus lebih rendah dibandingkan lokasi lain, misalnya asam salisilat, asam benzoate, sulfur dan sebagainya.

  Sistemik: diberikan bila lesi luas dan kronik; griseofulvin 500- 1.000 mg selama 2-3 minggu atau ketokonazol.

  Menurut Harahap (2000), tinea kruris adalah penyakit kulit infeksi jamur dermatofita dilipat paha, genetalia, dan sekitar anus, yang dapat meluas kesekitar bokong dan perut bagian bawah. Keluhan penderita adalah rasa gatal didaerah lipat paha sekitar anogenital. Gambaran klinik biasanya lesi simetris di lipat paha kanan dan kiri.

  Menurut Morris-Jones (2014), tinea cruris terletak dibagian selangkangan, biasanya berbentuk kerak kering yang simetris dan bisa menyebar ke paha dalam bagian atas. Sebaliknya, intens eritema dan satelit lesi menunjukkan infeksi jamur Candida. Diagnosis banding meliputi erythrasma karena Corynebacterium minutissimum (yang mungkin memerlukan eritromisin sistemik / tetrasiklin), psoriasis, mikosis fungoides dan eksim. Pengobatan paling efektif untuk tinea kruris yaitu menggunakan pengobatan topikal dengan krim terbinafine 1%; bahan lainnya termasuk miconazole, clotrimazole, ketoconazole dan ekonazole digunahan selama 2-4 minggu. Jika terapi sistematik diperlukan, itraconazole (100mg setiap hari) atau terbinafine (250mg setiap hari) selama 2 minggu biasanya efektif. Jika anti jamur sistematik tidak tersedia, maka langkah-langkah sederhana seperti antiseptik Neutral Red atau Castellan dapat digunakan. Obat salep Whitfield (salep asam benzoat) merupakan salep yang mudah disipkan dan cukup efektif untuk infeksi jamur superfisial.

11. Kandidiasis

  Menurut Siregar (2004), kandidiasis dijelaskan sebagai berikut:

  a. Definisi: Suatu penyakit kulit akut atau subakut, disebabkan jamur intermediate yang menyerang kulit, subkutan, kuku, selaput lendir dan alat-alat dalam.

  b. Penyebab dan epidemiologi:

  a. Dapat ditularkan secara langsung atau tak langsung b. Penyebab: Candida albicans.

  c. Umur: Dapat menyerang pada segala umur

  d. Jenis kelamin: Menyerang pria dan wanita

  e. Bangsa/ras: Tak jelas hubungan ras dengan penyakit ini, tetapi insiden diduga lebih tinggi di negara berkembang.

  f. Daerah: Lebih banyak pada daerah tropis dengan kelembaban udara yang tinggi g. Kebersihan/higiene: Terutama menyerang pekerja kebun, tukan cuci, petani.

  h. Musim/iklim: Lebih banyak pada musim hujan, sehubungan dengan daerah-daerah yang tergenang air. i. Faktor-faktor predisposisi lain seperti pemakaian antibiotic yang lama, obseitas, alcohol, gangguan vaskularisasi, hyperhidrosis dan lain-lain.

  c. Gejala singkat penyakit: Kulit : Gatal hebat disertai panas seperti terbakar, terkadang nyeri bila ada infeksi sekunder.

  Kuku : Sedikit gatal dan nyeri bila ada infeksi sekunder, kuku akan berwarna hitam coklat, menebal, tak bercahaya, biasanya dari pangkal kuku ke distal. Di sekitar pangkal kuku didapatkan vesikel- vesikel dan daerah erosive dengan skuama. Mukosa : Terutama mulut, ditemukan ulkus-ulkus ringan putih keabuan tertutup suatu membran.

  d. Pemeriksaan kulit:

  a. Lokalisasi: Kulit: Bokong sekitar anus, lipat ketiak, lipat paha, bawah payudara, sekitar pusat, garis-garis kaki dan tangan; kuku.

  b. Efloresensi/ sifat-sifatnya: Kulit: Daerah eritematosa, erosi, kadang-kadang dengan papula dan bersisik. Pada keadaan kronik, daerah-daerah likenifikasi, hiperpig mentasi, hyperkeratosis dan terkadang berfisura. Kuku: Kuku tak bercahaya, berwarna hitam coklat, menebal, kadang-kadang bersisik. Sekitar kuku eritematosa, erosive dengan vesikel.

  e. Penatalaksanaan Perbaiki keadaan umum, dan atasi faktor-faktor predisposisi.

  • Pemakaian antibiotic secara berhati-hati
  • Hindari obseitas
  • Hindari bekerja pada tempat-tempat yang lembab/banyak air.

  Sistematik : -

  Amfoterisin B 0,5-1 mg/kg BB intravena

  • Tablet nistatin 3 x 100.000 U selama 1-4 minggu

  Topikal : - Larutan gentian violet 1-2%

  • Nistatin 100.000 U/ml terutama pada kandidiasis mukosa

  Ekonazol 1-2% (krim atau larutan)

  • Mikonazol 1-2% 9krim, solusio atau bedak);
  • toksiklat 1-2% (bedak, larutan atau krim).

  Menurut Harahap (2000), kandidasi suatu penyakit akut atau sub akut, disebabkan jamur intermediat yang menyerang kulit, kuku, selput lendir, dan alat-alat dalam.

  Menurut Morris-Jones (2014), infeksi kandida dapat terjadi di lipatan bayi, pasien usia lanjut atau yang banyak bergerak, terutama di bawah payudara dan lipatan kulit perut. Kandida harus dibedakan dari psoriasis, yang biasanya tidak gatal; dermatitis seboroik, penyebab umum dari ruam lentur pada bayi; dan dermatitis kontak / eksim diskoid. Candida intertrigo simetris dan 'satelit' pustula atau papula luar tepi luar dari ruam yang khas. Jamur, termasuk C. albicans, dapat ditemukan di dalam mulut dan vagina dari orang yang sehat. Lesi klinis di mulut - plak putih atau eritema dapat berkembang. Faktor predisposisi mencakup kelemahan umum, kekebalan gangguan (termasuk HIV), diabetes mellitus, gangguan endokrin dan pengobatan kortikosteroid. Vaginal candidiasis atau sariawan adalah umum (kadang-kadang berulang) infeksi wanita muda yang sehat, yang mengarah ke gatal, nyeri dan keluarnya cairan ringan. Sebagian besar infeksi Kandida serius bisa diobati menggunakan antijamur topikal termasuk clotrimazole, miconazole dan nistatin dalam berbagai formulasi termasuk pastiles, lozenges, gel lisan, obat kumur, pessaries, krim dan lotion. Banyak pasien menemukan perawatan sistemik lebih nyaman seperti 150mg flukonazol sebagai dosis tunggal atau 200 mg itraconazole dua kali untuk 1 hari. Beberapa obat berinteraksi dengan obat azole, yang utama yang terfenadine, astemizol, digoxin, midazolam, siklosporin, tacrolimus dan antikoagulan.

12. Sporotrikosis

  Menurut Siregar (2004), sporotrikosis dijelaskan sebagai berikut: a. Definisi: Adalah infeksi kronik Sporotrichum schenkii yang ditandai oleh nodula-nodula pada kulit atau jaringan subkutan akibat pembengkakan kelenjar limfe, yang kemudian melunak, memecah dan menjadi ulkus indolen.

  b. Penyebab dan epidemiologi: 1) Penyebab: Sporotrichum schenkii 2) Umur: Tak tentu, terutama dewasa 3) Jenis kelamin: Pria lebih sering daripada wanita 4) Distribusi: Daerah pertanian, kelembaban yang tinggi 5) Kebersihan/higiene: Kebersihan kurang

  c. Gejala singkat penyakit: Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan: Spora masuk melalui luka, mula-mula timbul papel atau nodula subkutan, disusul pembengkakan proksimal dari lesi (sesuai aliran getah bening) papel atau nodula tersebut kemudian pecah membentuk ulkus granulomatosa disertai peradangan pembuluh limfe yang menyebar mengikuti aliran pembuluh limfe.

  d. Pemeriksaan kulit: 1) Lokalisasi: Bagian tubuh yang terbuka, terutama ekstremitas 2) Efloresensi/ sifat-sifatnya: Mula-mula berbentuk papel/nodula eritematosa. Kemudian papel/nodula pecah membentuk ulkus, dinding meninggi, indurasi, dasar terdiri dari jaringan granulsai. Penyebaran khas limfogen proksimal.

  e. Penatalaksanaan: 1) Umum :

  Memelihara Kebersihan Hindari kontak dengan kotoran (tanah)

  2) Khusus: Sistemik:

  Kalium yodida jenuh per oral; dimulai 5 tetes/hari dan

  • dinaikkan perlahan hingga 30-40 tetes/hari.

  Amfoterisin B

  • Ketokonazol 100-200 mg/hari selama 1 bulan berhasil baik
  • Topikal: Ulkus. Kompres terbuka dengan kalium yodida 2% dan yodium 2%.

  Menurut Harahap (2000), sporotrikosis adalah infeksi jamur kronis pada kutis atau sub kutis dengan ciri khas lesi berupa nodus yang supuratif sepanjang aliran getah bening.

13. Aktinomikosis

  Menurut Siregar (2004), aktinomikosis dijelaskan sebagai berikut:

  a. Definisi: Adalah penyakit infeksi jamur dalam kronik dengan nodula- nodula supuratif, granulomatosa disertai sinus-sinus yang mengeluarkan eksudat purulent.

  b. Penyebab dan epidemiologi: 1) Penyebab: Actinomyces israelii 2) Umur: Semua umur 3) Jenis kelamin: Pria: Wanita = 2 : 1 4) Distribusi: Kosmopolit 5) Faktor lain: Higiene yang kurang

  c. Gejala singkat penyakit: Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan: Mula-mula terjadi pembengkakan setempat berwarna merah kehitaman, selanjutnya menjadi benjolan yang keras, kemudian mengalami perlunakan dan timbul fistel-fistel yang mengeluarkan eksudat keputihan-keputihan.

  d. Pemeriksaan kulit: 1) Lokalisasi: Leher sampai wajah, dinding perut dan dinding dada 2) Efloresensi/ sifat-sifatnya: Nodula-nodula keras berwarna merah kehitaman disertai sinus-sinus dengan eksudat porulen.

  e. Penatalaksanaan:  Umu

  : Menjaga kebersihan terutama kebersihan mulut  Khusus :

  Sistemik : Penisilin 1-6 juta unit/hari selama 2 bulan Topikal : Bila belum ada fistel, sebaiknya dieksisi. Menurut Harahap (2000), aktinomikosis adalah penyakit infeksi jamur dalam dan kronik dengan nodulus-nodulus supuratif, granulomatosa disertai sinus-sinus yang mengeluarkan eksudat purulen. Gambaran klinik berupa pembengkakan setempat berwarna merah kehitaman yang lanjutannya menjadi benjolan keras dan kemudian mengalami perlunakan dan timbul fistel-fistel yang mengeluarkan eksudat keputih-putihan. Penyakit ini terutama menyerang leher sampai wajah, dinding perut dan dinding dada 14.

   Kromomikosis

  Menurut Siregar (2004), kromomikosis dijelaskan sebagai berikut:

  a. Definisi: Adalah mikosis profunda yang biasanya menyerang kulit dengan gembaran nodular dan verukosa.

  b. Penyebab dan epidemiologi: 1) Penyebab: Salah satu dari ke-4 jamur: Phialophora pedroso, P.

  verrucosa, P. compacta dan Cladosporium carionii.

  2) Umur: Biasanya menyerang orang dewasa. 3) Jenis kelamin: Frekuensinya sama pada pria dan wanita. 4) Bangsa/ras: Semua bangsa 5) Daerah: Lebih banyak pada daerah tropis dan subtropics dengan iklim panas 6) Kebersihan/higiene: Higiene yang kurang mempermudah infeksi 7) Lingkungan: Pertanian dan peternakan mempermudah perkembangan penyakit c. Gejala singkat penyakit: Jamur masuk dari tanah melalui abrasi kulit, berkembang membentuk nodula-nodula yang selanjutnya menjadi lesi verukosa menyerupai kembang kol.

  d. Pemeriksaan kulit:

  1) Lokalisasi: Tungkai bawah terutama telapak kaki, punggung kaki dan bokong 2) Efloresensi/ sifat-sifatnya: Nodula-nodula lenticular sampai nummular dengan permukaan kasar menyerupai kembang kol dan berbatas tegas.

  e. Penatalaksanaan: Larutan kalium yodida jenuh 30-50 tetes sehari selama 1-2 bulan Suntikan amfoterisin B interalesi Tindakan operatif dengan eksisi luas dan pencangkokan merupakan alternatif lain.

   Fikomikosis Subkutis 15.

  Menurut Siregar (2004), fikomikosis subkutis dijelaskan sebagai berikut: a. Definisi: Adalah infeksi jamur profunda dengan gejala pembengkakan di bawah kulit. Kenyal pada perabaan, berbatas tegas, dan nyeri.

  b. Penyebab dan epidemiologi: 1) Penyebab: Jamur golongan Mucor dan Basidiobolous 2) Umur: Semua umur, terutama anak-anak 3) Jenis kelamin: Frekuensinya sama pada pria dan wanita 4) Daerah: Lebih banyak pada daerah tropis dengan iklim panas 5) Kebersihan/higiene: Sering pada higiene yang kurang.

  6) Keturunan: Penderita diabetes mellitus dengan faktor keturunan lebih mudah terkena penyakit ini. 7) Lingkungan: Lebih mudah berkembang dalam lingkungan petani dan peternak c. Gejala singkat penyakit:

  Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan tambahan: Jamur masuk ke dalam kulit melalui luka-luka kecil atau gigitan serangga, selanjutnya menimbulkan benjolan-benjolan subkutis, terkadang timbul fistula yang mengeluarkan cairan serosanguineus. d. Pemeriksaan kulit: 1) Lokalisasi: Kaki, leher, tangan dan dada 2) Efloresensi/ sifat-sifatnya: Nodula-nodula berbatas tegas, permukaan rata; terkadang ada fistula yang mengeluarkan caira serosanguineus.

  e. Penatalaksanaan: Larutan kalium yodida jenuh 3-50 tetes/hari selama 10-14 hari memberi hasil yang baik. Eksisi tumor juga dapat berhasil baik. Amfoterisi B 1,2 mm/kg BB efektif pula.

   Misetoma 16.