KARAKTERISASI EKSTRAK AIR DAGING BUAH ASAM JAWA (Tamarindus indica L.) Skripsi

  MAN KARAKTERISASI EKSTRAK AIR DAGING BUAH ASAM JAWA (Tamarindus indica L.) Skripsi

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

  Program Studi Ilmu Farmasi Oleh:

  Marlisa Bustan NIM : 058 114 108

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008

  

HALAMAN JUDUL

KARAKTERISASI EKSTRAK AIR DAGING BUAH ASAM JAWA

(Tamarindus indica L.)

Skripsi

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

  Program Studi Ilmu Farmasi Oleh:

  Marlisa Bustan NIM : 058 114 108

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

  

“ Manusia memikir-mikir jalannya tetapi

Tuhan menentukan arah langkahnya “

(Amsal 16 : 9)

“ Percayakanlah kepada TUHAN semua rencanamu, maka kau akan berhasil

melaksanakannya “

(Amsal 16:3)

  

“…Di saat ku tak berdaya kuasaMu yang sembuhkan..ketika ku percaya mujizat

itu nyata..bukan karena kekuatanku namun karena rohMu yang menguatkanku…”

Persemb ahanku untuk

  P api Jesus, M ama, Papa, Koko keluarga y ang kucintai

  Seb a gai ungka pan kasih dan baktiku serta untuk al mamaterku yang mulia

KATA PENGANTAR

  Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas bimbingan dan kasih-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Karakterisasi Ekstrak Air Daging Buah Asam Jawa (Tamarindus indica L.).

  Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar kesarjanaan pada Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulisan skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

  1. Bapak Yohanes Dwiatmaka M.Si., selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna demi terselesaikannya skripsi ini.

  2. Ibu Erna Tri Wulandari M.Si.,Apt. selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan bimbingan yang sangat berguna demi terselesaikannya skripsi ini.

  3. Ibu Yustina Sri Hartini, M.Si.,Apt. selaku dosen penguji atas masukan dan sarannya.

  4. Drs. Antonius Tri Priantoro, MFor.,Sc. selaku dosen penguji atas masukan dan sarannya.

  5. Tim penelitian payung jamu kunyit asam, dosen pembimbing proyek dan teman-teman seperjuangan proyek (Linboy, Wisely, Siska, Dewi,Yesika,

  6. Seluruh staff laboratorium Farmakognosi Fitokimia dan Laboratorium Kimia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta: Mas Wagiran, Mas Sigit, Mas Parlan, Mas Kunto, yang telah menemani dan membantu selama penelitian.

  7. Teman–teman seperjuangan praktikum dan makalah Monchu, Weli, Bembi, Jerry, Imel, Vita, Vica, Rony dan all of FKK 05 crew.

  8. Keluarga yang kucintai yang menjadi semangat dan tujuan perjuanganku.

  9. Para Romo, Frater, Bruder SCJ yang telah memberikan dukungan, nasehat, dan doa dalam proses belajar penulis.

  10. Mas Probo, Mas Riant yang banyak membantu dalam proses revisi.

  11. Saudari-saudari dan keluargaku di Asrama Syantikara, Sr. Benedict, Kak Anna, Kak N’ciz, Acong, Etox, Bella, Putri, UBB creww (Cindy Piu, Bertha, Siska, Windy, Lisa, Clara) dan semua warga asramaku.

  12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu terwujudnya skripsi ini.

  Penulis menyadari atas keterbatasan dan kekurangan penulis, maka ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari segenap pembaca, semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam hal penelitian di bidang Farmakognosi dan berguna bagi pembaca.

  

INTISARI

  Masyarakat banyak yang mengenal obat tradisional seperti daging buah asam jawa (Tamarindus indica L.) sebagai salah satu tanaman obat yang sering digunakan dalam sediaan jamu kunyit asam. Pada industri obat tradisional standarisasi bahan baku perlu dilakukan untuk menjaga kontinuitas kualitas dari segi SQE (Safety, Quality, Efficacy). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter dari ekstrak air daging buah asam jawa sebagai salah satu bahan baku penyusun jamu kunyit asam, sehingga diperoleh produk yang mempuyai standar kualitas yang seragam dan terulang.

  Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental, berupa karakterisasi ekstrak yang mengikuti parameter standar umum ekstrak tanaman obat. Parameter yang diuji meliputi penetapan kadar air, kadar abu, kadar abu tidak larut asam, identitas ekstrak, organoleptik ekstrak, dan uji kandungan kimia ekstrak. Selain itu dilakukan juga pengukuran pH dan penetapan angka asam.

  Hasil penelitian dianalisis secara deskriptif diperoleh organoleptik ekstrak berwarna hitam pekat, berbau khas asam, dan rasa asam; identitas ekstrak; nilai kadar air 22,5 % b/b; kadar abu 1,1 % b/b; kadar abu tidak larut asam 0,6 % b/b; pH 2,25; angka asam ekstrak 25,75 mg/g; dan uji kandungan kimia dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi menunjukkan kandungan asam tartrat yang lebih besar dari asam malat dan asam sitrat.

   

  Kata kunci : karakterisasi, ekstrak air daging buah asam jawa, asam tartrat, asam malat, asam sitrat.

  

ABSTRACT

  Many people are familiar with traditional medicine such as tamarind (Tamarindus indica L.) as one of medicinal herbs that is mostly used in sour turmeric acid. In traditional medicine industry, the basic material standardization is required to maintain the quality continuity from SQE (Safety, Quality, Efficacy) side . This research aims to find out the character of the tamarind’s water extract as one of the basic materials of sour turmeric tonic, so it is able to get the product that has the same and continual quality standard.

  This is a non experimental research, namely characterization the extract that refers to general standard parameter of medicinal herbs extract. The general standard parameter includes the determination of water degree, ashes degree, acid dissoluble ashes degree, extract identity, extract organoleptic, the test of the extract’s chemical contents, and also pH measurement, and acid number determining.

  The results were analyzed descriptively. As results, the water degree score was 22.5 % w/w; the ashes degree was 1.1 % w/w; acid dissoluble ashes degree was 0.6 % w/w; extract identity; organoleptic extract that was one of the characteristics of the tamarind’s water extract; the score of pH was 2.25; the acid number was 25.75mg/g; and the test of chemical contents with High Performence Liquid Chromatography method resulted that the acid of tartaric was more than the acid of malic and citric.

  

Key words : the characterization, Tamarind’s water extract, tartaric acid, citric

acid, malic acid.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i   HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii   KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii  

  INTISARI ................................................................................................................ x  

  

ABSTRACT ............................................................................................................. xi  

  DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii   DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv   DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi  

  BAB I ...................................................................................................................... 1   PENGANTAR ........................................................................................................ 1   A. Latar Belakang ................................................................................................... 1   B. Perumusan Masalah ............................................................................................ 3   C. Keaslian Penelitian ............................................................................................. 3   D. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 3  

  1. Manfaat teoritis ............................................................................................. 3  

  2. Manfaat praktis.............................................................................................. 3  

  E. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 3  

  BAB II ..................................................................................................................... 4   TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4   A. Asam Jawa ......................................................................................................... 4  

  1. Keterangan botani ......................................................................................... 4  

  2. Deskripsi ....................................................................................................... 4  

  4. Kandungan kimia .......................................................................................... 5  

  B. Angka Asam ....................................................................................................... 7  

  C. Ekstrak ................................................................................................................ 9  

  1. Definisi ekstrak ............................................................................................. 9  

  2. Pengelompokan ekstrak ................................................................................ 9  

  3. Metode ekstraksi ......................................................................................... 10  

  4. Penguapan ................................................................................................... 11  

  D. Standarisasi ...................................................................................................... 12  

  1. Pembakuan simplisia ................................................................................... 12  

  2. Pembakuan ekstrak...................................................................................... 13  

  3. Pembakuan sediaan obat tradisional ........................................................... 15  

  E. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) ..................................................... 15  

  F. Keterangan Empiris .......................................................................................... 16   METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 17  

  A.   Jenis dan Rancangan Penelitian ....................................................................... 17  

  1. Jenis Penelitian ............................................................................................ 17  

  2. Rancangan Penelitian .................................................................................. 17  

  B. Definisi Operasional ......................................................................................... 18  

  C. Alat ................................................................................................................... 19  

  D. Bahan ................................................................................................................ 19  

  E. Jalannya Penelitian ........................................................................................... 19  

  1. Pembuatan ekstrak cair daging buah asam jawa ......................................... 19  

  3. Penetapan kadar air ..................................................................................... 20  

  4. Penetapan kadar abu .................................................................................... 20  

  5. Penetapan kadar abu tidak larut asam ......................................................... 21  

  6. Identitas ekstrak .......................................................................................... 21  

  7. Organoleptik ekstrak ................................................................................... 21  

  8. Penetapan pH .............................................................................................. 21  

  9. Penetapan angka asam................................................................................. 22  

  10. Uji kandungan kimia ekstrak .................................................................... 22  

  F. Analisis Hasil .................................................................................................... 24  

  BAB IV ................................................................................................................. 25   HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 25   A. Pembuatan Ekstrak ........................................................................................... 25   B. Penetapan Kadar Air......................................................................................... 27   C. Penetapan Kadar Abu ....................................................................................... 27   D. Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam ........................................................ 28   E. Identitas Ekstrak ............................................................................................... 29   F. Organoleptik Ekstrak ........................................................................................ 30   G. Penetapan pH.................................................................................................... 31   H. Penetapan Angka Asam ................................................................................... 32   I.   Uji Kandungan Kimia Ekstrak ......................................................................... 33   BAB V ................................................................................................................... 42   KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 42  

  B. Saran ................................................................................................................. 42   DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 43   LAMPIRAN .......................................................................................................... 45  

  A. Data Pengentalan Ekstrak Cair ......................................................................... 45  

  B. Penetapan Kadar Air......................................................................................... 46  

  C. Penetapan Kadar Abu ....................................................................................... 48  

  C. Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam ......................................................... 50  

  D. Identitas Ekstrak ............................................................................................... 52  

  E. Organoleptik Ekstrak ........................................................................................ 52  

  F. Penetapan pH .................................................................................................... 53  

  G. Penetapan Angka Asam ................................................................................... 53  

  H. Uji Kandungan Kimia Ekstrak ......................................................................... 55  

  I. Foto Bahan dan Alat Penelitian ......................................................................... 58   BIOGRAFI PENULIS .......................................................................................... 63   -tuenesulfonic acid, p

  

DAFTAR TABEL

  Tabel 1. Waktu retensi baku asam sitrat, asam tartrat, dan asam malat ................ 34  

  Tabel 3. Kurva baku asam sitrat, asam tartrat, dan asam malat ............................ 37   Tabel 4. Kadar dan AUC sampel ekstrak air daging buah asam jawa .................. 39   Tabel 5. Kadar asam sitrat, asam tartrat. Asam malat dalam sampel .................... 40   nitration

  

DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1. Struktur asam sitrat (Anonim, 1995a) ................................................... 6  

  Gambar 3. Struktur asam malat (Anonim, 1995a) .................................................. 7   Gambar 4. Ekstrak cair (a) dan ekstrak kental (b) daging buah asam jawa .......... 26   Gambar 5. Kromatogram baku asam sitrat , asam tartrat , asam malat replikasi 1

  (a), replikasi 2 (b), dan replikasi 3 (c) .................................................... 36   Gambar 6. Kurva hubungan antara konsentrasi asam sitrat vs AUC .................... 38   Gambar 7. Kurva hubungan antara konsentrasi asam tartrat vs AUC .................. 38   Gambar 8. Kurva hubungan antara konsentrasi asam malat vs AUC ................... 39   Gambar 9. Kromatogram asam sitrat, asam tartrat, dan asam malat dalam sampel replikasi 1 (a) dan replikasi 2 (b) ........................................................... 41  

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masyarakat mengenal obat tradisional secara turun temurun dari nenek

  moyangnya, seperti daging buah asam jawa (Tamarindus indica L.) sebagai salah satu tanaman obat yang sering digunakan dalam sediaan jamu kunyit asam. Jamu kunyit asam merupakan kombinasi dari rimpang kunyit dan daging buah asam jawa (Soedibyo, 1998).

  Pada industri obat tradisional standarisasi bahan baku perlu dilakukan. Standarisasi secara umum diartikan sebagai semua tindakan terukur selama proses manufaktur dan pengawasan mutu bahan baku obat tradisional untuk mendapatkan mutu yang seragam dan terulang (Sinambela, 2002). Hal ini dikarenakan mutu produk obat tradisional tergantung dari bahan awal, proses produksi, pengawasan mutu, bangunan, peralatan, dan personalia yang menangani (Anonim, 2005). Kualitas bahan baku perlu selalu diperhatikan dengan dilakukannya standarisasi bahan baku yang digunakan, sehingga kontinuitas kualitas dari segi SQE (Safety, Quality, Efficacy) bahan baku dapat terjamin baik.

  Ekstrak daging buah asam jawa merupakan salah satu bahan baku penyusun dari jamu kunyit asam. Perlu dilakukan pengukuran kondisi ekstrak yang dapat menjadi karakter atau parameter kualitas ekstrak yang bertujuan untuk menjamin bahan baku tersebut baik, sehingga produk yang sudah digunakan untuk produksi, sudah dipasarkan, dan produk sudah dikenal oleh masyarakat tersebut mempuyai standar kualitas yang seragam dan terulang. Oleh karena itu perlu dilakukan karakterisasi ekstrak air daging buah asam jawa sebagai pedoman kualitas produk yang diproduksi. Hal ini dilakukan karena belum adanya monografi yang dapat dijadikan standar baku yang memuat tentang ekstrak daging buah asam jawa. Karakterisasi ini bertujuan untuk mendapatkan karakter bahan baku obat dan menjaga kontinuitas SQE (Safety, Quality, Efficacy) produk dengan kualitas yang baik, dimana keamanan (safety) terkait dengan tingkat cemaran, mutu (quality) terkait dengan kandungan kimia, dan kemanjuran (efficacy) terkait dengan efek dari bahan baku penyusun produk tersebut. Penentuan nilai ini dilakukan dengan mengacu pada parameter standar umum ekstrak tanaman obat (Anonim, 2000). Karakterisasi ini meliputi penetapan kadar air, kadar abu, kadar abu tidak larut asam, identitas ekstrak, organoleptik ekstrak, dan uji kandungan kimia ekstrak. Selain itu dilakukan juga pengukuran pH dan penetapan angka asam ekstrak.

B. Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas timbul permasalahan, yaitu : Bagaimana karakter dari ekstrak air daging buah asam jawa ?

  

C. Keaslian Penelitian

  Sejauh pengetahuan penulis penelitian mengenai karakterisasi ekstrak air daging buah asam jawa belum pernah dilakukan.

  

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat teoritis

  Penelitian ini diharapakan dapat memberikan karakter ekstrak air daging buah asam jawa yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan obat tradisional.

  2. Manfaat praktis

  Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi kepada masyarakat dan industri obat tradisional tentang karakter ekstrak air daging buah asam jawa, sebagai salah satu komponen penyusun jamu kunyit asam.

E. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui karakter dari ekstrak air daging buah asam jawa.  

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asam Jawa

  1. Keterangan botani

  Asam jawa (Tamarindus indica L.) termasuk dalam suku Ceacalpiniaceae. Nama umum biasa disebut tamarind (Inggris), tamarinier (Perancis). Sedangkan di Indonesia lebih dikenal dengan nama asam jawa (Arisandi, 2006).

  2. Deskripsi

  Asam jawa merupakan sebuah kultivar daerah tropis dan termasuk tumbuhan berbuah polong. Batang pohonnya yang cukup keras dapat tumbuh menjadi besar dan daunnya rindang. Daun asam jawa bertangkai panjang dan bersirip genap. Bunganya berwarna kuning kemerah-merahan dan buah polongnya berwarna coklat dengan rasa khas asam. Di dalam buah polong selain terdapat kulit yang membungkus daging buah, juga terdapat biji berjumlah 2 - 5 yang berbentuk pipih dengan warna coklat agak kehitaman (Thomas, 1989).

  3. Nama daerah

  Tumbuhan asam jawa mempunyai nama yang berbeda-beda di beberapa daerah. Di Sumatera dikenal dengan nama Bak mee (Aceh), Acam lagi (Gayo), Asam jawa (Melayu), Cumalagi (Minangkabau). Di Jawa dikenal dengan nama Celagi. Di Nusa Tenggara dikenal dengan nama Bage (Sasak), Mangga (Bima), Kanefo kiu (Timor), Tobi (Solor). Di Kalimantan dikenal dengan Asam jawa (Dayak). Di Sulawesi dikenal dengan nama asang jawi (Gorontalo), Tamalagi (Buol), Saamba lagi (Barros), Combo (Makasar). Di Maluku dikenal dengan nama Sablaki (Tanimbar), Asam jawa ka (Buru), Asam jawa (Ternate), Tabelaka (Seram) (Hutapea, 1994).

4. Kandungan kimia

  Daging buah asam jawa antara lain mengandung asam sitrat, asam tartrat, asam malat, asam-asam ini sebagian besar terikat oleh kalium antara lain kalium bitartrat; sterol/terpen, saponin, pektin, selulosa; gula; vitamin A, B dan C (Anonim, 1995b).

  Asam organik yang terkandung dalam daging buah asam jawa seperti asam sitrat, asam tartrat, asam malat merupakan asam organik tumbuhan. Sifat unik metabolisme tumbuhan, bila dibandingkan dengan metabolisme hewan dan mikroorganisme lainnya adalah kemampuannya menimbun asam organik dalam vakuola sel dengan jumlah asam tumbuhan yang dihasilkan beragam terutama asam sitrat, asam malat, dan isositrat. Asam organik sederhana yang tertimbun dalam tumbuhan secara tepat dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu asam daur trikarboksilat (Krebs) dan asam yang lainnya. Asam dikarboksilat paling sederhana adalah asam malonat, dan homolog berikutnya yang lebih tinggi adalah asam suksinat. Turunan asam suksinat tak jenuh adalah asam fumarat dan asam maleat. Asam monohidroksisuksinat dikenal sebagai asam malat sedangkan asam tersebut mudah dikenal berdasarkan rasanya dalam larutan dan berdasarkan pH rendah dalam ekstrak air tumbuhan tersebut. Asam sitrat mempunyai pH dalam rentang 3,8 - 4,2 Secara umum dapat dideteksi berdasarkan pengaruhnya pada indikator asam-basa seperti hijau bromokresol atau biru bromotimol (Harborne, 1987).

  Beberapa contoh asam organik :

  a. Asam Sitrat. Asam sitat (C H O ) dengan BM 192,12, berbentuk

  

6

  8

  7

  anhidrat atau mengandung satu molekul air hidrat. Mengandung tidak kurang dari 99,6% dan tidak lebih dari 100,5 % C H O dihitung terhadap zat anhidrat.

  

6

8 7,

  Pemerian asam sitrat hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur granul sampai halus, putih, tidak berbau atau praktis tidak berbau, rasa sangat asam.

  Sangat mudah larut dalam dalam air, mudah larut dalam etanol, agak sukar larut dalam eter. Mempunyai nilai pH antara 3,8 – 4,2.

  COOH HOOC CH C CH COOH

  2

  2 OH

Gambar 1. Struktur asam sitrat (Anonim, 1995a)

  b. Asam Tartrat. Asam Tartrat (C H O ) dengan BM 150,09, pemerian

  4

  6

  6

  hablur tidak berwarna atau bening, serbuk halus sampai granul, warna putih, tidak berbau, rasa asam dan stabil di udara. Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol. Nilai pH asam tartrat adalah 1,6.

  OH H

  

HOOC C C COOH

  H

  OH

Gambar 2. Struktur asam tartrat (Anonim, 1995a)

  c. Asam Malat. Asam malat (C H O ) dengan BM 134,09 mengandung

  

4

  6

  5

  tidak kurang dari 99,0 % dan tidak lebih dari 100,5 % C H O Nilai pH asam

  4

  6 5.

  malat adalah 2,2.

  H H

  C

  HOOC C COOH H OH

Gambar 3. Struktur asam malat (Anonim, 1995a)

B. Angka Asam

  Angka asam adalah nilai yang menggambarkan konsentrasi dari senyawa asam di dalam campuran. Angka asam perlu diuji karena pada pembuatan jamu kunyit asam, sifat kurkumin yang stabil dalam pH asam, dapat dibuat secara alami dengan penambahan daging buah asam jawa. Kandungan asam dalam ekstrak asam jawa dapat ditentukan dengan penetapan angka asam. Angka asam yang ditetapkan secara titrimetri ini berarti banyaknya milligram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam-asam bebas di dalam satu gram substansi yang dianalisa contohnya di dalam ekstrak (Sudarmadji, 1984). Dengan perhitungan sbb : 56 ,

  1 V × N × Angka asam =

  m V = volume larutan KOH dalam alkohol yang dibutuhkan pada titrasi (ml).

  N = normalitas eksak larutan KOH dalam alkohol. m = berat sampel ekstrak (g).

  Pada penentuan angka asam ini, asam organik yang larut dalam air dapat langsung di titrasi dengan KOH dimana titik ekivalensi akan terjadi pada pH lebih dari 7 dan phenolphthalein dapat digunakan sebagai indikator yang pada suasana asam tidak berwarna dan pada suasana basa berwarna merah. Prosedur tersebut dapat dilakukan untuk menganalisa beberapa asam seperti asam sitrat, niasin (asam nikotinik), asam tartrat, asam laktat, dan asam trikloroasetat. Penentuan angka asam ini dapat dilakukan untuk analisa kuantitatif dari asam-asam yang terkandung pada sediaan atau campuran tertentu (Gearien, 1969). Angka asam pada ekstrak daging buah asam jawa diukur untuk mengetahui berapa kandungan asam organik total dalam ekstrak tersebut sedangkan tingkat keasaman ekstrak dapat ditetapkan dengan pengukuran pH. Nilai pH menggambarkan tingkat keasaman atau kebasaan suatu larutan, dimana nilai pH lebih kecil dari 7 bersifat asam dan nilai pH lebih besar dari 7 bersifat basa. Sedangkan nilai pH 7 bersifat netral.

C. Ekstrak

  1. Definisi ekstrak

  Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi standar baku yang telah ditetapkan. Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan secara destilasi dengan pengurangan tekanan, agar bahan sesedikit mungkin yang terkena panas (Anonim, 2000). Ekstrak berasal dari simplisia, simplisia ada yang lunak seperti rimpang, daun, akar kelembak, dan ada yang keras seperti biji, kulit kayu, kulit akar. Simplisia yang lunak mudah ditembus oleh cairan penyari dan tidak perlu diserbuk sampai halus. Sebaliknya pada simplisia yang keras perlu diserbuk sampai halus sebelum dilakukan penyarian (Anonim, 1986).

  2. Pengelompokan ekstrak

  Menurut Voigt (1994), berdasarkan sifatnya ekstrak dapat dikelompokkan menjadi : a. Ekstrak cair (extractum fluidum). Pada ekstrak cair memiliki konsistensi cair dan mudah dituang.

  b. Ekstrak encer (extractum tenue). Pada ekstrak encer memiliki konsistensi madu dan mudah dituang. c. Ekstrak kental (extractum spissum). Memiliki konsistensi liat dalam keadaan dingin dan tidak dapat dituang. Kandungan airnya berjumlah sampai 30%.

  d. Ekstrak kering (extractum siccum). Memiliki konsistensi kering dan mudah digosokkan dengan kandungan lembab tidak lebih dari 5%.

3. Metode ekstraksi

  Secara umum proses ekstraksi dapat dipisahkan menjadi pembuatan serbuk atau penyiapan bahan, pembasahan, penyarian (ekstraksi), penguapan dan pemekatan. Pada proses penyarian (ekstraksi) secara umum dapat dibedakan menjadi maserasi, infundasi, perkolasi, destilasi uap dan sering terdapat modifikasi.

  a. Maserasi. Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia atau bahan dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak ke luar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.

  b. Infundasi. Proses infundasi menghasilkan infus yaitu sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit.

  Infudasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. c. Perkolasi. Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi.

  Prinsipnya adalah serbuk simplisia ditempatkan pada bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh.

  d. Penyarian berkesinambungan. Proses ini dengan cara penggabungan antara proses peyarian yang dilanjutkan dengan prosespenguapan.

  (Anonim,1986)

4. Penguapan Penguapan adalah proses terbentuknya uap dari permukaan cairan.

  Kecepatan terbentuknya uap tergantung atas terjadinya difusi uap melalui lapisan batas di atas cairan yang bersangkutan, kecepatan penguapan tergantung pada kecepatan pemindahan panas. Faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan adalah suhu, waktu, kelembaban, cara penguapan, dan konsentrasi (Anonim, 1986).

  Ekstrak cair yang memiliki konsistensi cair dan kandungan pelarutnya yang masih tinggi dapat diubah menjadi bentuk ekstrak kental, yang konsistensinya liat dan kandungan air yang lebih rendah dibandingkan dengan ekstrak cair. Pengentalan dapat dilakukan melalui penguapan dengan alat Vacuum

  

Rotary Evaporator, melalui putaran labu dalam sebuah pemanas pada temperatur

  dan kecepatan putar tertentu, cairan yang terkandung dalam ekstrak akan berlangsung dalam waktu lebih singkat. Melalui pengaturan dalamnya pencelupan ke dalam penangaas air, suhu penangas, hampa udara dan suhu pendingin maka kondisi optimal dapat terpenuhi sehingga proses pengentalan ekstrak dapat berlangsung cepat dan dalam temperatur yang tidak terlalu tinggi (Voigt, 1994).

D. Standarisasi

  Standarisasi yaitu suatu proses pemenuhan persyaratan sebagai bahan baku agar dapat digunakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

  Standarisasi bertujuan untuk menjaga kontinuitas dari produk obat tradisional yang dihasilkan, sehingga kontinuitas khasiat obat tersebut juga akan terjaga. Pada proses standarisasi dilakukan pengukuran parameter untuk mendapatkan mutu yang seragam dan terulang. Standarisasi dapat terbagi dalam tiga langkah, yakni sebagai berikut:

1. Pembakuan simplisia

  Pembakuan simplisia sebagai bahan baku obat tradisional merupakan titik awal yang penting bagi pembakuan obat tradisional secara keseluruhan karena obat tradisional yang bermutu hanya akan dapat diperoleh bila simplisia yang menjadi bahan bakunya juga bermutu. Untuk mendapatkan obat tradisional yang baik dan terulangkan dalam bentuk, keamanan dan manfaat diperlukan juga keterulangan dari mutu simplisia. Oleh karena mutu tanaman sumber simplisisa umumnya sangat bervariasi, maka untuk menetapkan bermutu tidaknya simplisia yang digunakan diperlukan standar mutu sebagai pegangan. Agar simplisia yang didorong untuk melakukan budidaya dan mengembangkan sendiri tanaman sumber simplisia spesifikasi masing-masing industri dengan mutu standar yang relatif homogen (Anonim, 2000).

2. Pembakuan ekstrak

  Selain simplisia, saat ini banyak industri obat tradisional yang menggunakan ekstrak dari simplisia secara langsung, yang dipakai sebagai bahan baku obat tradisonal yang akan digunakan dalam upaya pelayanan kesehatan. Pembakuan ekstrak sebagai bahan baku obat tradisional juga penting dilakukan untuk menghasilkan produk obat tradisional yang bermutu (Anonim,2000).

  Pada pembakuan ekstrak sebagai bahan dasar sediaan obat tradisional dilakukan dengan berpedoman pada Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat (Anonim,2000). Penentuan parameter standar yang dapat dilakukan antara lain: a. Parameter kadar air. Pada penentuan parameter kadar air prinsip yang dilakukan adalah pengukuran kandungan air yang berada dalam bahan atau ekstrak, penentuan parameter kadar air ini dapat dilakukan dengan cara yang tepat sesuai dengan kondisi ekstrak. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain cara titrasi, destilasi atau gravimetri. Tujuan dilakukan penetapan kadar air ini adalah untuk memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air di dalam bahan atau ekstrak yang digunakan sebagai bahan baku sediaan obat (Anonim,2000).

  b. Parameter kadar abu. Pada penetapan parameter kadar abu ini berujuan berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak. Nilai maksimal atau rentang kadar abu yang diperbolehkan terkait secara langsung dengan kemurnian dan kontaminasi pada bahan atau ekstrak (Anonim,2000).

  c. Parameter identitas ekstrak. Parameter identitas ekstrak ditetapkan dengan melakukan deskripsi tata nama ekstrak yang digunakan sebagai bahan baku sediaan obat tersebut. Tujuan ditetapkan identitas ekstrak adalah untuk memberikan identitas objektif dari nama sampai senyawa spesifik yang terkandung dalam ekstrak yang dapat digunakan sebagai senyawa identitas (Anonim, 2000).

  d. Parameter organoleptik ekstrak. Prinsip dari uji organoleptik ekstrak adalah penggunaan pancaindera untuk mendeskripsikan bentuk, warna, bau, rasa dari ekstrak tersebut. Tujuan dilakukan uji organoleptik tersebut adalah sebagai pengenalan awal yang sederhana dan seobjektif mungkin sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pemilihan ekstrak yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan obat tradisional (Anonim, 2000).

  e. Uji kandungan kimia ekstrak. Uji kandungan kimia ekstrak berupa penetapan kadar senyawa atau kandungan kimia yang terdapat di dalam ekstrak.

  Dalam uji ini dapat dilakukan dengan beberapa metode yang disesuaikan dengan kondisi ekstrak dan senyawa yang terkandung di dalamnya. Tujuan dilakukan penetapan kadar ini adalah untuk memberikan gambaran awal komposisi kandungan kimia berdasarkan senyawa yang terkandung dalam ekstrak (Anonim, 2000).

3. Pembakuan sediaan obat tradisional

  Obat tradisional terbuat dari bahan alami. Pada formula obat tradisional yang sama dapat digunakan untuk pengobatan berbagai macam penyakit yang berbeda oleh satu daerah dengan daerah yang lain. Hal ini terjadi karena dalam satu tanaman terdapat kemungkinan berbagai kandungan kimia yang mempunyai khasiat yang berbeda, sehingga dapat dipakai untuk berbagai indikasi. Tanaman yang ditanam pada kondisi lingkungan yang berbeda, dapat menyebabkan kadar kandungan kimia yang berbeda-beda dan keamanan serta khasiat juga dapat berbeda. Untuk tercapainya keinginan memasukkan obat tradisional dalam pelayanan kesehatan formal, maka perlu dilakukan pembakuan sediaan obat tradisional agar terjamin mutu dan keamanannya. Serta sediaan obat tradisional yang memenuhi standar yang berlaku (Anonim,2000).

E. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

  Kromatografi adalah prosedur pemisahan senyawa campuran berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi, karena adanya perbedaan koefisien distribusi masing-masing senyawa di antara dua fase yang saling bersinggungan dan tidak saling campur, yang disebut sebagai fase gerak (mobile phase) yang berupa zat cair atau zat gas, dan fase diam (stationary phase) yang berupa zat cair atau zat padat (Noegrohati, 1994). Keuntungan utama KCKT adalah karena memiliki daya pisah tinggi, kecepatan tinggi, kolom dapat dipakai kembali, ideal untuk molekul besar dan ion, cepat dijalankan secara otomatis, peka, selektif, dan preparasi sampel yang relatif mudah, dalam banyak hal sediaan cukup dilarutkan

  Selain sebagai metode utama untuk memisahkan senyawa dalam sampel, KCKT juga digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif dari senyawa yang telah dipisahkan. Dari suatu kromatogram diperoleh informasi mengenai waktu retensi suatu senyawa. Waktu retensi ini spesifik untuk tiap senyawa sehingga dapat digunakan sebagai salah satu dasar uji kualitatif (Noegrohati, 1994).

  Analisis kualitatif ini bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya senyawa tertentu dalam sampel dengan cara membandingkan waktu retensi senyawa murni dengan waktu retensi senyawa yang dimaksud dalam sampel. Respon yang berupa tinggi peak maupun luas area peak dapat dipakai untuk analisis kuantitatif. Pengukuran berdasarkan tinggi peak dapat dilakukan dengan ketelitian tinggi, bila tidak terjadi pelebaran peak. Pengukuran berdasarkan luas area peak lebih disukai dari pada pengukuran berdasarkan tinggi peak karena tidak terpengaruh oleh pelebaran pita (Gritter et al., 1985).

F. Keterangan Empiris

  Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang dianalisa secara deskriptif. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai karakter ekstrak air daging buah asam jawa.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian

  1. Jenis Penelitian

  Penelitian ini merupakan jenis penelitian noneksperimental, karena tidak diberikan perlakuan terhadap subjek uji.

  2. Rancangan Penelitian

  Penelitian dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut:

  a. Pembuatan ekstrak cair

  b. Pembuatan ekstrak kental

  c. Penetapan kadar air

  d. Penetapan kadar abu

  e. Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam

  f. Identitas ekstrak

  g. Organoleptik ekstrak

  h. Penetapan pH i. Penetapan angka asam j. Uji kandungan kimia ekstrak

B. Definisi Operasional

  1. Karakterisasi ekstrak adalah pengukuran kondisi ekstrak air daging buah asam jawa mengikuti parameter standar umum ekstrak tanaman obat yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan meliputi kadar air, kadar abu, kadar abu tidak larut asam, identitas ekstrak, organoleptik ekstrak, uji kandungan kimia ekstrak. Serta dilakukan juga pengukuran pH dan penetapan angka asam.

  2. Ekstrak air daging buah asam jawa adalah sari daging buah asam jawa yang diperoleh melalui proses perendaman dengan air, pengepresan, penyarian, dan selanjutnya dikentalkan pada suhu 40°C.

  3. Uji kandungan kimia ekstrak meliputi uji kualitatif untuk mengetahui komposisi asam sitrat, asam tartrat, dan asam malat serta uji kuantitatif sebagai gambaran kandungan asam organik terbesar di dalam ekstrak.

C. Alat

  Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

  

Vacuum rotary evaporator (Janke & Kunkel Ika Labortechnik), oven (Memmert),

  timbangan analitik (Precition Balance Model AB-204, Mettler Toledo), pemijar (Carbolite), krus platina, penjepit, hot plate (Heidolph MR 2002), penangas air,

  

vacuum (Robinair High Vacuum Pump Model 15110 seri 11026), corong

  Buchner, pH meter elektrik (Oakton), pendingin balik, buret, alat-alat gelas (pyrex), filter milipore 0,45 µm (Millex), degassing ultrasonik, HPLC (KNAUER HPG-PDA ).

D. Bahan

  Bahan yang digunakan adalah ekstrak air daging buah asam jawa dari PT. Sido Muncul. Bahan kimia yang digunakan meliputi asam sulfat p.a (Merck), alcohol p.a (Merck), kalium hidroksida p.a (Merck), asam sitrat p.a (Merck), asam tartrat p.a (Merck), asam malat p.a (Merck). Bahan lainnya berupa indikator phenophthlein, kertas saring bebas abu, aquades dari laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

E. Jalannya Penelitian

1. Pembuatan ekstrak cair daging buah asam jawa

  Daging buah asam jawa yang sudah matang direndam di dalam air, kemudian rendaman daging buah dan air hasil rendaman dipres dan hasilnya disaring. Hasil saringan dipekatkan dengan suhu rendah sehingga diperoleh

  2. Pengentalan ekstrak

  Ekstrak cair yang diperoleh dimasukkan dalam Vacuum Rotary

  

Evaporator dengan pengaturan suhu dan tekanan pada alat, kemudian hasil

  ekstrak yang diperoleh dikentalkan lagi di dalam oven dengan temperatur 40°C hingga diperoleh ekstrak kental dengan konsistensi yang liat.

  3. Penetapan kadar air

  Penetapan kadar air dengan metode gravimetri. Kurang lebih 10 gram ekstrak kental ditimbang saksama dalam wadah yang telah ditara. Dikeringkan pada suhu 105 C selama 5 jam dalam oven didinginkan lalu ditimbang. Pengeringan dilanjutkan dan ditimbang pada pada jarak 1 jam sampai perbedaan antara dua penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25% (Anonim, 2000).

  4. Penetapan kadar abu

  Kurang lebih 2 gram sampai 3 gram ekstrak yang telah ditimbang seksama dimasukkan dalam krus platina atau krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara, kemudian diratakan. Dipijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, didinginkan, dan ditimbang sampai bobot konstan. Jika dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, maka ditambahkan air panas, disaring melalui kertas saring bebas abu. Dipijarkan sisa dan kertas saring dalam krus, diuapkan, dipijarkan hingga bobot tetap, ditimbang. Dihitung kadar abu terhadap bahan yang dikeringkan di udara (Anonim, 2000).

  5. Penetapan kadar abu tidak larut asam

  Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, dididihkan dengan 25 ml asam sulfat encer P (dicampur 104 g asam sulfat P dengan 896 g air) selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring melaui krus kaca masir atau kertas saring bebas abu, kemudian dicuci dengan air panas dan dipijarkan selama 15 menit pada suhu tidak lebih dari 450

  C, hingga bobot tetap, ditimbang. Dihitung kadar abu yang tidak larut dalam asam terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Anonim, 2000)

  6. Identitas ekstrak

  Dilakukan dengan study literatur meliputi deskripsi tata nama ekstrak dan senyawa identitas ekstrak.

  7. Organoleptik ekstrak

  Dilakukan dengan penggunaan pancaindera, dideskripsikan bentuk, warna, bau, rasa dari ekstrak.

  8. Penetapan pH

  Disiapkan ekstrak air daging buah asam jawa lalu dilakukan pengukuran nilai pH dengan menggunakan pH meter elektrik, terlebih dahulu pH meter dinetralkan, kemudian dilakukan pengukuran dengan pencelupan pH meter pada sampel ekstrak cair daging buah asam jawa.

  9. Penetapan angka asam

  Ditimbang kurang lebih 0,5 gram ekstrak, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, ditambah 25 ml alkohol netral. Kemudian ditutup dengan pendingin balik, dipanaskan sampai mendidih dan digojog kuat-kuat. Setelah dingin larutan dititrasi dengan KOH 0,1 N yang telah distandarisasi memakai indikator phenophthlein (PP). Angka asam dinyatakan sebagai mg KOH yang dipakai untuk menetralkan asam dalam 1 gram sampel ekstrak (Sudarmadji, 1984).

  10. Uji kandungan kimia ekstrak

Dokumen yang terkait

PENGARUH KONSENTRASI DAN WAKTU PERENDAMAN EKSTRAK BUAH ASAM JAWA (Tamarindus indica L.) TERHADAP MUTU FILLET IKAN BANDENG (Chanos chanos F.))

7 74 22

UJI EFEK EKSTRAK ETANOL 70% DAGING BUAH ASAM JAWA (Tamarindus indica L) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL Uji Efek Ekstrak Etanol 70% Daging Buah Asam Jawa (Tamarindus indica L) Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Total Dan Trigliserida Pada Tikus Puti

0 1 16

PENGARUH EKSTRAK BUAH ASAM JAWA (Tamarindus indica L.) TERHADAP KEMATIAN LARVA Aedes aegypti.

0 1 7

PENGARUH INFUSA BUAH ASAM JAWA (Tamarindus indica L.) TERHADAP DAYA ANALGETIK ASETOSAL PADA MENCIT Pengaruh Infusa Buah Asam Jawa (Tamarindus Indica L.) Terhadap Daya Analgetik Asetosal Pada Mencit.

0 1 14

PENGARUH INFUSA BUAH ASAM JAWA (Tamarindus indica L.) TERHADAP EFEK ULSEROGENIK ASETOSAL PADA MENCIT Pengaruh Infusa Buah Asam Jawa (Tamarindus indica L.) Terhadap Efek Ulserogenik Asetosal Pada Mencit.

0 3 11

PENGARUH INFUSA BUAH ASAM JAWA (Tamarindus indica L.) TERHADAP EFEK ULSEROGENIK ASETOSAL PADA MENCIT Pengaruh Infusa Buah Asam Jawa (Tamarindus indica L.) Terhadap Efek Ulserogenik Asetosal Pada Mencit.

0 2 14

AKTIVITAS ANALGETIK INFUSA BUAH ASAM JAWA (Tamarindus indica L.) PADA MENCIT Aktivitas Analgetik Infusa Buah Asam Jawa (Tamarindus indica L.) Pada Mencit.

1 6 11

AKTIVITAS ANALGETIK INFUSA BUAH ASAM JAWA (Tamarindus indica L.) PADA MENCIT Aktivitas Analgetik Infusa Buah Asam Jawa (Tamarindus indica L.) Pada Mencit.

0 4 15

KARAKTERISASI DAN SKRINING FITOKIMIA SERTA UJI EFEKTIVITAS ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica L.) TERHADAP MENCIT JANTAN DENGAN METODE TRANSIT INTESTINAL SKRIPSI

0 0 15

PENGGUNAAN BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica L.) DAN BIJI KECIPIR (Psophocarpus tetragonolobus L.) SEBAGAI KOAGULAN ALAMI DALAM PERBAIKAN KUALITAS AIR TANAH

0 0 14