Kompetensi interpersonal siswa sekolah rumah dan siswa sekolah umum - USD Repository
KOMPETENSI INTERPERSONAL
SISWA SEKOLAH RUMAH DAN SISWA SEKOLAH UMUM
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh :
Yetti Erika Sibarani
NIM : 049114040
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
MOTTO
Bila aku tidak bisa menjadi pohon cemara di bukit,
Aku akan menjadi belukar yang indah di tepi parit.
Bila aku tidak bisa menjadi belukar,
Aku akan menjadi rumput yang membuat jalan-jalan semarak.
Bila aku tidak bisa menjadi gurami.
Aku akan menjadi teri yang terindah di tambak.
Bila aku tidak bisa menjadi komandan,
Aku akan menjadi prajurit yang tangguh.
Bagiku bukan hanya kebesaran yang disebut sebagai keberhasilan,
Tetapi yang terpenting adalah menjadi terbaik
sesuai kemampuanku dan menjadi wajar seperti apa adanya aku.
Ada perbedaan antara manusia yang mendapat cobaan lalu menyerah dan
putus asa, dengan manusia yang menyikapinya secara positif dan kemudian
bangun serta mulai memperbaiki hidup. Bukalah mata hati untuk melayani
perubahan, menuju ke arah yang lebih baik.
Yang melandasi langkahku menuju suatu impian adalah dengan
nama Allah, untuk Allah, dan karena Allah.
Karya sederhana ini, aku persembahkan untuk orang-orang yang sangat
berarti bagiku dalam melewati hari demi hari perjalanan hidupku
Tuhan Yang Maha Esa, penuntun jalan hidupku Papa dan Mama terkasih atas cinta dan kasih sayangnya My Husband, Andri Kusworo My Little Angel, Nabil Andika Syahputra Bang Rio, Anto, Iska, dan Hilman Semua orang yang telah mengajariku tentang arti hidup
ABSTRAK
Kompetensi Interpersonal
Siswa Sekolah Rumah dan Siswa Sekolah Umum
Yetti Erika Sibarani
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi interpersonal siswaditinjau dari model pendidikan. Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif
dengan dua variabel yaitu model pendidikan sebagai variabel bebas dan
kompetensi interpersonal sebagai variabel tergantung.Kompetensi interpersonal adalah kemampuan dalam menjalin hubungan
dengan penuh penghargaan terhadap orang lain secara akrab dan efektif
menyangkut bagaimana seseorang berpikir, merasakan, memandang orang lain,
melakukan sesuatu untuk orang lain yang di dalamnya terdapat kemampuan
berinisiatif, bersikap terbuka, bersikap asertif, kemampuan untuk memberikan
dukungan emosional dan kemampuan untuk mengatasi konflik interpersonal.Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi sekolah menengah pertama
kelas 8 dan 9 di Jakarta. Sampel yang digunakan berjumlah 90 orang. Mereka
dikelompokkan menjadi dua kelompok subjek berdasarkan model pendidikan
mereka yaitu 45 orang pada kelompok sekolah rumah dan 45 orang pada
kelompok sekolah. Sampel diperoleh dengan menggunakan teknik sampel
purposif.Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan skala
kompetensi interpersonal secara langsung kepada responden. Alat ukur yang
digunakan dalam penelitian ini adalah skala kompetensi interpersonal yang
disusun oleh peneliti sendiri. Daya diskriminasi dalam penelitian ini
menggunakan batasan nilai r ix ≥ 0.3. Koefisien reliabilitas skala kompetensi interpersonal sebesar 0.950.Teknik analisis yang digunakan adalah teknik independent sample t-test.
Hasil yang diperoleh adalah bahwa tidak ada perbedaan antara siswa sekolah
rumah dengan siswa sekolah umum. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis uji-t
sebesar 1.373 (df = 88) dengan probabilitas (p) sebesar 0.173.Kata kunci : Kompetensi interpersonal, sekolah rumah, sekolah umum.
ABSTRACT
Interpersonal Competence of
The Homeschooling and School Student’s
Yetti Erika Sibarani
Faculty of Psychology
Sanata Dharma University Yogyakarta
The purpose of this research is to know the interpersonal competence ofthe student’s according to their education model. This is a comparative research
with two variables : education model as the independent variable and
interpersonal competence as the dependent variable.Interpersonal competence is an ability in braiding relation fully
appreciation to others chummily and effective, concerning how somebody think,
feeling, looking into others, doing something for the others of which in it there are
ability have initiative, behaving openly, behaving assertive, ability to give the
emotional support and ability to overcome the interpersonal conflict. th thThis research’s subjects were junior high school at the 8 and the 9 grade
in Jakarta. There were 90 respondents taken as the samples. They were
differentiated in two groups as follow : 45 respondents at homeschooling and 45
respondents at school group. Research samples were obtained by the means of
purposive sampling.In term of data gathering method, the researcher distributed a set of
interpersonal competence scale directly to the respondents. This research
measuring instrument was a set of self-made scale of interpersonal competence.
Data in this research was analyze using independent sample t-test. The
discrimination control in this research used a value limit of r ix≥ 0.30. Reliability coefficient of the interpersonal competence scale was 0.950. This research found that there’s not difference about the student’s
interpersonal competence of homeschooling student and school student. It’s
shown by the result of observation t-test analysis value 1.373 (df = 88) with
probability (p) value 0.173.Key words : Interpersonal competence, homeschooling, and school.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
kasih dan karunia-Nya yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi dengan judul Kompetensi Interpersonal Siswa Sekolah
Rumah dan Siswa Sekolah Umum. Penyusunan skripsi ini merupakan syarat
untuk mendapatkan gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) di Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.Semua yang tertuang dalam skripsi ini diperoleh dengan kerja keras dan
tidak lain karena peran, bimbingan, bantuan, motivasi, dukungan, dan doa dari
beberapa pihak, dan karenanya penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya, tumpuan hidupku saat
aku mengalami pergolakan dalam badai hidup, ketakutan, menangis, dan tertawa. Usaha, keberanian membuat keputusan, kesabaran, dan kepasrahan ternyata membuat semuanya jadi indah.
2. Bapak Paulus Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. Selaku Dekan Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian.
3. Ibu MM. Nimas Eki. Suprawati, S.Psi., Psi., M.Si. yang telah meluangkan
waktu dan perhatian, serta banyak membantu selama diskusi dan bimbingan sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Maaf yah Bu kalau saya selalu merepotkan.
4. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, perhatian, serta membagi ilmu kepada penulis selama ujian skripsi dan proses revisi.
5. Ibu Aquilina Tanti Arini, S.Psi., M.Si. selaku dosen penguji yang telah
meluangkan waktu, perhatian, serta membagi ilmu kepada penulis selama ujian skripsi dan proses revisi6. Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti, M.S. selaku dosen pembimbing akademik.
Terima kasih atas bimbingan dan semangat yang diberikan kepada penulis sejak semester awal berada di Fakultas Psikologi.
7. Bapak Y. Agung Santoso, M.A. yang telah meluangkan waktu untuk membagi ilmu dan pengalaman kepada penulis.
8. Seluruh dosen Fakultas Psikologi. Terima kasih karena telah memberikan
ilmu, wawasan, pengetahuan, dan berbagi pengalaman sehingga penulis bisa mendapat banyak pelajaran berharga yang menjadikanku lebih dewasa dan menjadi seseorang yang lebih baik.
9. Pak Giyanto, Mas Gandung, Mbak Nanik, Mas Muji, dan Mas Doni. Terima
kasih atas semua bantuannya di Sekretariat, Laboratorium, dan Ruang Baca Psikologi selama penulis kuliah. Maaf yah kalau sering merepotkan…
10. Papa dan Mama. Terima kasih buat dukungan, semangat, perhatian, dan
kesabaran selama aku ngerjain skripsi dan member support dalam situasi apapun. Terima kasih atas rasa sayang dan kebaikan hati kalian serta memberiku kesempatan dalam menentukan pilihan hidup.
11. My Husband, Andri Kusworo and My Little Angel, Nabil Andika Syahputra.
Makasih yah Aa untuk semua kesabaran dan kasih sayangmu… Maafin Dinda kalo sering marah-marah dan cerewet. Sama-sama kita jaga dan pupuk cinta kita yah… Hmm… makasih juga dah menjaga dan mengangkatku dari keterpurukan dan rasa takut selama ini. Love you so much deh pokoknya,,, Dedek Nabil cepet gede yah sayang… Dedek gak boleh bandel lho… Bunda sayang banget ma Dedek. Muach…
12. Bang Rio, Anto, Siska, dan Hilman. Terima kasih wat canda tawa selama kita
hidup bersama. Walaupun kita jauh kita akan selalu tetap satu keluarga.Bang… cepet-cepet nikah yar cepet punya momongan kayak aku dan cucu mama jadi nambah. Anto dan Siska, Dek… kalian belajar yang benar yah yar nilainya bagus dan cepat lulus. Hilman… semangat yah sekolahnya, jangan main terus…
13. Vero, Tinul, dan Siska. Thanks sobat wat keceriaan, perhatian, dan
kebersamaannya selama kuliah. Makasih dah mau berbagi cerita, pengalaman, dan ide-ide gila. Tanpa kalian mungkin hidupku gak berwarna di Psikologi. Ve… makasih yah sudah memberiku semangat dan kekuatan di saat aku sempat down. Tinul… Siska… semangat yah kerjain skripsinya… ayo nyusul… jangan males dunk... Huehehehe… semangat yah neng melewati hidup ini. Kalian akan selalu jadi sahabatku walaupun nanti jarak dan waktu memisahkan kita. Aku sayang kalian…
14. Keluarga Mejing. Pak, Bu… Makasih atas rasa sayangnya dan telah iparku Santi, Ana, Raharjo, Garum… Thanks dah berbagi kebahagiaan selama ini. Ponakan-ponakanku yang super duper ngeyel Yuda, Firda, dan Bintang jangan nakal yah sayang… Budhe sayang sama kalian.
15. Nicey… Makasih yah dah membantuku mengolah data. Maaf dah
merepotkanmu… Caiyo semangat jeng wat kulaih S2-nya…16. Teman-teman SMP N 172 Cakung dan SUN Sekolah rumah Jakarta Timur.
Terima kasih atas waktu luang dan kesediannya untuk mengisi kuesioner dengan ikhas hati. Tanpa bantuan dan kesediaan teman-teman skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik.
17. Guru-guru SMP N 172 Cakung dan para Tutor SUN Sekolah Rumah Jakarta
Timur. Terima kasih atas bantuannya selama saya melakukan penelitian di Jakarta. Maaf dah merepotkan dan menyita waktu mengajarnya…
18. Keluarga Besar Parhusip di Jakarta. Makasih yah Tulang dah anterin dan
bantuin aku melakukan try out dan penelitian. Pon… makasih yah dah mau jadi supirku sampai loe harus bolos kerja… Hehehe…19. Anak-anak Psikologi semua angkatan khususnya angkatan 2003 dan 2004.
Makasih buat dukungan dan kebersamaannya selama kuliah.
20. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang secara
langsung maupun tidak langsung telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih atas semua dukungan dan bantuannya.Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
dengan kerendahan hati penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan, dan untuk itu penulis menerima semua kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak.Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu
pengetahuan pada umumnya dan semua orang yang membaca skripsi ini pada
khususnya.Tuhan memberkati.
Yogyakarta, 12 September 2009 Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………..….i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………............ iiHALAMAN PENGESAHAN…………………………………………............ iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………….……iv HALAMAN MOTTO…………………………………………………………. vHALAMAN PERSEMBAHAN………………………………….…………… vi
ABSTRAK………………………………………………………….……......... vii
ABSTRACT …………………………………………………………,…….........viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS…………………............... ix
KATA PENGANTAR………………………………………………………… xDAFTAR ISI……………………………………………………………..…….xv
DAFTAR TABEL……………………………………………………………...xix
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xx
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………...….xxi
BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………………. 1 A. Latar Belakang Masalah……………………………………………. 1 B. Rumusan Masalah……………………………………………..…….7 C. Tujuan Penelitian………………………………………………..…..8
BAB II. LANDASAN TEORI……………………………………………........ 9
A. Kompetensi Interpersonal…………………………………………………. 91. Pengertian Kompetensi Interpersonal…………………………………..9
2. Aspek-aspek Kompetensi Interpersonal………………………………..10
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Kompetensi Interpersonal……………………………………………... 17
B. Remaja……………………………………………………………………...18
1. Usia Remaja………………………………..………………………….. 18
2. Perkembangan Sosial Remaja…………...…………………………..….19
3. Tugas Perkembangan Remaja……………………...……………..…… 21
C. Sekolah Rumah dan Sekolah Umum ………………………………………22
1. Sekolah Rumah……………………………………………..…………. 22
2. Sekolah Umum……………………………………………..…………..27
D. Kompetensi Interpersonal Siswa Sekolah Rumah dan Siswa Sekolah Umum…………………………………..…………….. 31
E. Hipotesis…………………………………………………………………....33
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN……………………………………...35
A. Jenis Penelitian………………………………………….……….…………35B. Identifikasi Variabel Penelitian…………………………..………………...35
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian……………….….………………35
2. Kompetensi Interpersonal……………………….…………………….. 37
D. Subjek Penelitian…………………………………………………………...37
E. Metode Pengumpulan Data………………………………….…………….. 38
F. Prosedur Penelitian……………………………………………………...… 41
G. Pertanggungjawaban Mutu…………………………...……….…….......… 42
a. Uji Validitas Isi………………………………………………………... 42
b. Uji Daya Diskriminasi Item………………………………………..…...43
c. Uji Reliabilitas………………………………………………….………47
H. Metode Analisis Data………………………………………….….………..48
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………………49
A. Orientasi Kancah…………………………………………………...…….…49B. Pelaksanaan Penelitian…………………………...……….……………….. 51
C. Hasil Penelitian……………………………….………………………...…. 52
1. Uji Asumsi Penelitian..............................................................................52
a. Uji Normalitas Sebaran......................................................................52
b. Uji Homogenitas Varian....................................................................53
2. Uji Hipotesis............................................................................................54
D. Pembahasan...................................................................................................55
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………..……...60
A. Kesimpulan…………………………………………….…………….……. 60
DAFTAR PUSTAKA….…………………………………………………….... 61
LAMPIRAN…………………………….……………….……………………. 64
DAFTAR TABEL Tabel 1 Distribusi Item-item Skala Kompetensi Interpersonal Remaja Sebelum Uji Coba…………………………………….….……….…38
Tabel 2 Skor Jawaban Skala Kompetensi Interpersonal…………….……….39
Tabel 3 Hasil Korelasi Item Total Kompetensi Interpersonal……….……… 43
Tabel 4 Distribusi Item-item Sahih dan Item-item Gugur……….…………. 44
Tabel 5 Distribusi Item-item Skala Kompetensi InterpersonalSetelah Uji Coba…………...…………………………………….…45
Tabel 6 Hasil Penghitungan Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov.................52
Tabel 7 Hasil Penghitungan Uji Homogenitas……………………………… 53
Tabel 8 Rangkuman Hasil Uji Hipotesis (Independent Sample t-Test)……...53
DAFTAR GAMBAR Skema Kompetensi Interpersonal Siswa Sekolah Rumah dan
Siswa Sekolah Umum..........................................................................................34
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Skala Try Out Kompetensi Interpersonal
Lampiran II Koefisien Reliabilitas Skala Try Out Kompetensi Interpersonal
Lampiran III Skala Penelitian Kompetensi InterpersonalLampiran IV Koefisien Reliabilitas Skala Penelitian Kompetensi Interpersonal
Lampiran V Hasil Uji Normalitas dan Hasil Uji Homogenitas Data Hasil PenelitianBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa penyesuaian atau adaptasi sosial bagi setiap
individu dari tugas perkembangan untuk menjalin relasi sosial yang lebih luas
dimana pada masa ini individu mulai mengembangkan lingkungan pergaulannya
dari yang semula berpusat pada lingkungan keluarga kemudian menuju ke
lingkungan masyarakat terutama teman sebaya. Remaja pada umumnya lebih
banyak bersosialisasi dengan teman sebaya dan teman sebaya ini dipakai sebagai
alat ukur untuk melihat apakah mereka diterima atau ditolak oleh masyarakat.
Dalam berhubungan dengan teman sebaya dan masyarakat, seorang remaja sangat
memerlukan keterampilan-keterampilan interpersonal agar mampu melalui tugas
perkembangannya dengan baik (Hurlock, 1997). Salah satu bentuk keterampilan
ini adalah kompetensi interpersonal.Menurut Spitzberg dan Cupach (dalam DeVito, 1996), kompetensi
interpersonal merupakan kemampuan individu untuk berinteraksi secara efektif
dengan orang lain. Dalam kompetensi interpersonal terdapat lima aspek yaitu
kemampuan berinisiatif dalam memulai suatu hubungan interpersonal,
kemampuan membuka diri, kemampuan untuk bersikap asertif, kemampuan untuk
memberikan dukungan emosional, kemampuan untuk mengelola dan mengatasi
konflik (Buhrmester, Furman, Wittenberg, dan Reis ; 1988). Kemampuan
ingin berhasil dan memiliki relasi yang memuaskan dengan orang lain. Seseorang
yang dapat mengembangkan kompetensi interpersonal dalam pergaulannya akan
dapat mempertajam hubungan antarpribadi dan mampu menjadi individu yang
menarik dalam pergaulan (Goleman, 2000).Ditengarai bahwa kompetensi interpersonal di kalangan masyarakat
Indonesia saat ini pada umumnya dan remaja pada khususnya dalam kondisi yang
memprihatinkan. Hal ini ditandai dengan semakin menurunnya kesediaan
menyapa dan memperkenalkan diri kepada orang lain, kecenderungan untuk
mengungkapkan perasaan secara agresif dan bukan asertif, adanya kecenderungan
menyalahkan orang lain bila terjadi konflik, dan meningkatnya upaya
penyelesaian konflik dengan kekerasan, dan sebagainya (Nashori, 2000).Dalam realitas kehidupan sosial sehari-hari masih banyak ditemukan
remaja yang mengalami permasalahan rendahnya kompetensi interpersonal
mereka. Remaja-remaja yang mengalami permasalahan di bidang interpersonal
sering mengeluhkan kesulitan dalam mengungkapkan diri, menyatakan pendapat,
perasaan, cita-cita, rasa marah, jengkel, dan keengganan berbagi informasi kepada
orang lain jika diminta atau ditanya (www.e-psikologi.com, 18 April 2008).Berdasarkan hasil observasi di lapangan, banyak ditemui remaja atau
individu yang terlihat malu-malu secara berlebihan, minder, malas bergaul,
bahkan tidak mau menyapa orang lain di sekitarnya. Akan tetapi, ada juga
individu yang mampu menjalin hubungan dan bergaul secara baik dengan orang
yang ditemuinya. Kebanyakan dari remaja seringkali berada dalam kondisi dan
lebih baik daripada yang lainnya. Kemampuan-kemampuan ini dapat dipelajari
dan dikembangkan dalam kehidupan sosial sehari-hari dan tentunya hal ini sangat
berguna dalam menjalin relasi dengan orang lain.Remaja yang memiliki kompetensi interpersonal yang tinggi akan
memiliki ciri-ciri yang dapat terlihat dari tingkah lakunya, seperti pada saat
berinteraksi dengan orang lain ia akan mampu memunculkan perilaku seperti
berbagi rasa, saling bercerita tentang pengalaman baik yang menyenangkan
maupun yang tidak menyenangkan serta saling bertoleransi (Mulyati, 1993).
Individu yang berhasil melakukan kompetensi interpersonal akan diterima dan
dihargai oleh lingkungan sosialnya. Di sisi lain Mu’tadin (2002) mengatakan
bahwa individu yang tidak menguasai kompetensi interpersonal akan
membawanya pada ketidakcakapan dalam hubungan antar pribadi yang
berdampak dalam kesulitan untuk melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan
sosial.Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penguasaan atas
kompetensi interpersonal akan membantu remaja merespon secara tepat stimulus
lingkungan. Hal ini tentu saja dapat mempermudah remaja beradaptasi dan
mendapat penerimaan dalam suatu lingkungan sosial, sehingga akan muncul
perasaan dihargai oleh lingkungan yang sangat penting dalam pembentukan
kepribadian remaja.Lingkungan belajar atau wadah pendidikan seorang individu sangat
mempengaruhi kompetensi interpersonalnya. Pendidikan merupakan hal yang
Menurut Sistem Pendidikan Nasional (dalam Sumardiono, 2007), pengertian
pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.Saat ini model pendidikan paling umum dan dikenal di masyarakat adalah
sistem sekolah umum. Sekolah umum adalah sistem pendidikan formal yang
digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan, tetapi sesungguhnya ruang
lingkup pendidikan jauh lebih luas daripada sistem sekolah umum.Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk
mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan
tujuan pendidikan. Sistem Pendidikan Nasional Indonesia mengakui ada tiga jalur
pendidikan, yaitu pendidikan formal, non formal, dan informal. Ketiga jalur
pendidikan tersebut saling melengkapi dan memperkaya (Undang-undang
Sisdiknas pasal 13).Jalur pendidikan formal berarti jalur pendidikan terstruktur dan berjenjang
yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Pendidikan di sekolah umum mulai SD-SMP-SMA-Perguruan Tinggi adalah
perwujudan model pendidikan formal yang paling mudah dikenali masyarakat.
Akan tetapi sebenarnya proses pendidikan anak terjadi tidak hanya di ruang
sekolah umum, tetapi juga di keluarga, pergaulan, lingkungan, dan sebagainya.
sekolah umum bukanlah satu-satunya cara bagi seorang anak untuk memperoleh
pendidikannya. Sekolah umum hanyalah salah satu cara yang dapat digunakan
seorang anak untuk belajar dan memperoleh pendidikannya.Setiap siswa mempunyai kemampuan untuk melakukan penyesuaian yang
berbeda-beda. Salah satu ciri keberhasilan penyesuaian sosial di sekolah umum
adalah kemampuan untuk menjalin hubungan yang baik dengan teman-teman
sebaya. Keberhasilan dalam pergaulan dengan teman-teman sebaya sangat berarti
bagi siswa. Oleh karena itu, siswa berusaha untuk diterima dan dihargai sebagai
anggota kelas. Apabila siswa tersebut berhasil memenuhi tuntutan pergaulan
dengan lancar, maka siswa akan merasa tenang dan mencurahkan pada tugas
akademis (Asyanti, 1991).Sebagaimana sebuah sistem di dunia nyata, tak ada sebuah sistem yang
sempurna. Demikian pula, sekolah umum tentunya memiliki kekuatan-kekuatan
dan kekurangan. Itulah sebabnya, selalu ada peluang pembaharuan untuk
memperbaiki sistem pendidikan dan sekolah umum : baik di level filosofi,
institusi, approach, dan sebagainya (Sumardiono, 2007).Sekolah rumah termasuk model pendidikan informal yang digunakan
sebagai alternatif institusi sekolah umum. Jalur pendidikan informal adalah jalur
pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
Sedangkan jalur pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan
formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Hasil
pendidikan informal (sekolah rumah) diakui sama dengan pendidikan formal
lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan (pasal 27 ayat 2 UU
Sisdiknas No. 20/2003, dalam Mulyadi, 2007).Dalam bahasa Indonesia, terjemahan yang biasa digunakan untuk sekolah
rumah adalah “homeschooling”. Istilah ini dipakai secara resmi oleh Departemen
Pendidikan Nasional (Depdiknas) untuk menyebutkan sekolah rumah. Selain itu,
sekolah rumah juga diterjemahkan dengan istilah sekolah mandiri, home
education , atau home-based learning.Menurut Direktorat Pendidikan Kesetaraan (dalam Komariah, 2007),
sekolah rumah adalah proses layanan pendidikan yang secara sadar, teratur, dan
terarah dilakukan oleh orang tua, keluarga di rumah, atau tempat-tempat lain
dimana proses belajar mengajar dapat berlangsung dalam suasana yang kondusif
dengan tujuan agar setiap potensi anak dapat berkembang secara maksimal. Hal
ini sejalan dengan pendapat Pawlas (dalam Boyer, 2002) yang menjelaskan bahwa
sekolah rumah merupakan suatu situasi belajar mengajar dimana anak-anak,
remaja, dewasa muda yang sebagian besar waktu belajar di sekolahnya dihabiskan
di dalam atau sekitar rumah sebagai ganti dari menghadiri sekolah konvensional.
Preiss (dalam Barbara, 1997) menyatakan bahwa sekolah rumah merupakan
pendidikan alternatif dimana orang tua atau pengasuh diasumsikan sebagai
penanggung jawab utama dalam pendidikan anak-anak mereka.Kesan dan persepsi yang paling umum yang ada di masyarakat mengenai
sekolah rumah adalah adanya penilaian bahwa siswa sekolah rumah tidak
memiliki sosialisasi. Hal ini menimbulkan kesalahpahaman tentang pengertian
belajar dan tinggal di rumah bersama keluarganya saja. Namun pada
kenyataannya, pengertian sekolah rumah tidak berarti hanya melakukan aktivitas
siswa di rumah. Selain belajar di rumah, siswa sekolah rumah tetap bersosialisasi
dengan teman-teman sebayanya. Contohnya siswa sekolah rumah melakukan
kegiatan outbound, fieldtrip, dan kegiatan olahraga seperti futsal, bulutangkis.
Selain itu, siswa sekolah rumah biasanya juga terlibat dalam kegiatan bersama
komunitas sekolah rumah. Hal ini memungkinkan siswa sekolah rumah tetap
dapat menjalin kompetensi interpersonal (Sumardiono, 2007).Bertolak dari berbagai uraian di atas dan dengan adanya dinamika dalam
masa perkembangan remaja tersebut, peneliti ingin membuktikan bahwa siswa
sekolah rumah mempunyai kompetensi interpersonal sama seperti siswa sekolah
umum. Hal ini perlu dilakukan agar tidak terjadi kesalahpahaman pengertian
mengenai sekolah rumah. Pertimbangan peneliti untuk lebih menitikberatkan pada
kompetensi interpersonal adalah karena hal tersebut merupakan isu yang paling
banyak mendapat sorotan di masa perkembangan remaja sehingga peneliti ingin
mengangkat permasalahan tersebut pada remaja yang melaksanakan pendidikan di
sekolah rumah dan di sekolah umum.B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah tidak ada perbedaan
kompetensi interpersonal antara siswa sekolah rumah dengan siswa sekolah
umum.C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah tidak ada perbedaan
kompetensi interpersonal antara siswa sekolah rumah dengan siswa sekolah
umum.D. Manfaat Penelitian Secara teoritik, hasil penelitian ini dapat menambah kajian-kajian ilmiah
bagi dunia ilmu pengetahuan khususnya ilmu sosial, psikologi, dan pendidikan
mengenai perbedaan kompetensi interpersonal antara siswa sekolah rumah dengan
siswa sekolah umum.Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pemahaman yang lebih tepat mengenai kompetensi interpersonal siswa sekolah
rumah dan sekolah umum.BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Interpersonal
1. Pengertian Kompetensi Interpersonal
Spitzberg dan Cupach (dalam DeVito, 1992) mengungkapkan bahwa
kompetensi interpersonal adalah kemampuan seorang individu untuk berinteraksi
secara efektif dengan orang lain. Kompetensi interpersonal ini terdiri atas
kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk membentuk suatu interaksi yang
efektif. Kemampuan ini ditandai dengan adanya karakteristik-karakteristik
psikologis yang sangat mendukung dalam menciptakan dan membina hubungan
antar pribadi yang baik dan memuaskan. Di dalamnya termasuk pengetahuan
tentang konteks yang ada dalam interaksi, perilaku non verbal orang lain,
kemampuan menyesuaikan komunikasi dengan konteks dari interaksi yang sedang
berlangsung, serta menyesuaikan dengan orang lain karakteristik yang ada dalam
karakteristik tersebut.Reardon (dalam Gouran dkk, 1994) mengatakan individu yang kompeten
secara interpersonal mampu mencapai tujuan-tujuan yang diinginkannya dalam
sebuah relasi dan berperilaku secara tepat dalam menghadapi situasi tersebut. Hal
serupa juga ditekankan oleh Trenholm & Jensen (dalam Gouran dkk, 1994) yang
menyatakan bahwa kompetensi interpersonal adalah kemampuan untuk
mengkomunikasikan diri secara efektif dan bergaul dengan cara yang tepat.Selanjutnya Buhrmester, dkk (1988) menemukan adanya hal-hal seperti,
kemampuan untuk berinisiatif, kemampuan untuk membentuk persahabatan,
mengatasi permasalahan yang timbul dalam berhubungan dengan orang lain, yang
semuanya merupakan gambaran dari kompetensi interpersonal. Secara lebih rinci
Buhrmester, dkk mengemukakan lima dimensi kompetensi interpersonal, yaitu :
kemampuan berinisiatif dalam memulai suatu hubungan interpersonal,
kemampuan membuka diri, kemampuan untuk bersikap asertif, kemampuan untuk
memberikan dukungan emosional, kemampuan untuk mengelola dan mengatasi
konflik.Berdasarkan berbagai penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
kompetensi interpersonal yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
kemampuan seorang individu untuk berinisiatif, bersikap terbuka, bersikap asertif,
memberikan dukungan emosional, dan mampu mengatasi konflik untuk
melakukan komunikasi atau menjalin interaksi secara efektif dengan orang lain.2. Aspek-aspek Kompetensi Interpersonal
a. Kemampuan untuk Berinisiatif
Inisiatif menurut Bee (1981) yakni kemampuan untuk memulai suatu bentuk usaha tertentu dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Pendapat ini dipertegas oleh Buhrmester, dkk (1988) yang mengemukakan bahwa inisiatif adalah usaha untuk memulai suatu bentuk interaksi dan hubungan dengan orang lain atau dengan lingkungan sosial yang lebih besar. Tahap awal untuk
menjalin relasi dengan orang lain adalah dengan memperkenalkan diri atau
menyapa orang lain.