PEMBENTUKAN SIKAP TAWADHU’(Telaah Komparasi Menurut Pendapat Az Zarnuji dan Ibnu Miskawaih) - Test Repository

  

PEMBENTUKAN SIKAP TAWADHU’

(Telaah Komparasi Menurut Pendapat Az Zarnuji dan Ibnu Miskawaih)

  

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Kcwajiban dan Mclcngkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S.Pd.l)

  Disusun Oleh : AAN SULISTYO NIM. 111 02 007

  

JU R U SA N TA R BIY A H

PR O G R A M STU DI PE N D ID IK A N A G A M A ISLA M

SEK O LA H TIN G G I A G A M A ISLA M N EG ER I

(ST A IN ) SA LA TIG A

DEPARTEMEN AGAMA

  Jl. Stadion 03 T e lp . (0 2 9 8 ) 3 2 3 7 0 6 , 3 2 3 4 3 3 Fax 3 2 3 4 3 3 S alatiga 50721 W eb site : v v w w .s ta in s a la tiu a .a c .id E -m a il :

D E K L A R A S I

  Bismillahirrahmanirrahim

  Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pemah ditulis oleh orang lain atau pemah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila di kemudian hari temyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosyah skripsi.

  Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, Agustus 2006

  Dr. H.M. Saerozi, M.Ag Dosen STAIN Salatiga

  NOTA PEMBIMBING Salatiga, Agustus 2006 Lamp. : 3 eksemplar Hal : Naskah Skripsi Kepada Yth.

  Sdr. Aan Sulistyo Ketua STAIN Salatiga di - SALATIGA Assalamu’alaikum Wr. Wb.

  Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka skripsi Saudara : Nama Aan Sulistyo NIM •111 02 007

  Jurusan Tarbiyah Progdi PAI Judul

  PEMBENTUKAN SIKAP TAWADHU’ (Telaah Komparasi Menurut Pendapat Az Zamuji dan Ibnu Miskawaih)

  Sudah dapat diajukan dalam sidang munaqasah. Demikian surat ini, harap menjadikan perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

  Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

  Pembimbing NIP. 150 247 014

  DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

  Jl. Stadion No. 2 Salatiga (0298) 323706

  

PENGESAHAN

  SKRIPSI Saudara : Aan Sulistyo dengan Nomor Induk Mahasiswa : 111 02 007 yang beijudul PEMBENTUKAN SIKAP TAWADHU’ (Tclaah Komparasi

  

Menurut Pendapat Az Zarnuji dan Ibnu Miskawaih) telah dimunaqosahkan

  dalam Sidang Panitia Ujian, Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari Rabu, 6 September 2006 yang bertepatan dengan tanggal 13 Sya’ban 1427 H. Dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Saijana dalam Ilmu Tarbiyah.

  Salatiga,

  6 September 2006 M

  13 Sya’ban]427H Panitia Ujian

  Sekretaris

  D ra. D ja m i’atu M slam iyah , M .A g >^ = ^ D rs. S u m arno W idlatfioa

NIP : 1$) 234 070 NIP. 150 2^1^94

  Pembimbing

  

Dr. H. Muh Saerozi, M.Ag

NIP. 150 247 014

  

MOTTO

JLisyad (Rgddiyakkadu ‘JAnda 6 erk g ta : “jik g kakian in gin m en ja d i

diamda y a n g paking mukia m akg ta w a d d u ’kad!” (I6 n u JA6u (D unya)

JAku ta d u JAkkad sekaku m ekidatku, k aren an ya a k u maku dika JAkkad

m en d a p a tik u m ekakukan m a k siy a t ("Hasan (Basri)

  

S esu n g g u d n ya JAkkad iidak^ m ekidat p a d a dentuk^ fisik ^ dan

p a k g ia n m u a k g n te ta p i, JAkkad m ekidat p a d a keim an an dan

k eta k w a a n m u . D a n sedaikjdaik^ kam u sekakian adakad y a n g

paking daik^akdkakriya.

  

PERSEMBAHAN

K a y a in i dipersembahkan b u a t:

  

1. Ibunda dan A yahanda tercinta, bersama do’a dan pengharapan,

semoga A lla h S W T senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-

N y a dalam m elaksanakan segala aktivitas dan selalu melindunginya.

  

2. Saudara-saudaraku tersayang m bak Endang, M as Endroudyono,

M a s Sukartono, M b a k T itin Budiarti, dan A d ik k u Tiyas Yogalaksono dan N in a Eusiana. Terima kasih a t as perhatian, kasih sayang dan kebersamaannya. Semoga k ita senantiasa p a d a ja la n ya n g benar dan m endapat petu n ju k-N ya serta menjadi saudarayang sejati, sejahtera, dam ai dalam mengarungi kehidupan ini.

  

3. M as Gunawan N u r H a d i S .H ., warga m asyarakat Polresyang telah

baik padaku , membantu, menerima sebagai warganya ya n g telah memberikan semangat hingga sam pai terselesainya skripsi ini.

4. B u at seorang^yang merupakan belahan jiw a sekaligus teman hidup

  

K A T A P E N G A N T A R

  Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PEMBENTUKAN SIKAP TAWADHU’ (Telaah Komparasi Menurut Pendapat Az Zamuji dan Ibnu Miskawaih)”

  Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepangkuan, Nabi Muhammad saw yang telah menciptakan sebuah paradigma kehidupan yang seimbang dan menuntun manilsia dari kebutuhan nilai-nilai kemanusiaan ke jalan yang diridhoi Allah SWT.

  Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Saijana Pendidikan Islam (S.Pd.I) di Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.

  Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis baik secara materi maupun non materi dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu kiranya kurang pantas apabila penulis tidak membalas budi baiknya, walaupun hanya sekedar ucapan terima kasih, terutama kepada :

  1. Bapak dan ibu yang tercinta, serta segenap keluarga yang senantiasa memberi motivasi baik moril maupun materiil serta do’a yang senantiasa mengalih.

  2. Ketua STAIN Salatiga dan segenap staf yang banyak membantu dalam proses belajar di awal hingga akhir.

  3. Bapak Dr. H. Muh. Saerozi, M.Ag yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran guna membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  4. Bapak dan Ibu Dosen yang telah membekali penulis berbagai ilmu pengetahuan sesama di STAIN Salatiga.

  5. Teman-teman sepeijuangan Walisongo, KAMMI LDK, dan saudara-saudari yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  Harapan dan do’a penulis semoga amal dan jasa dari semua pihak diterima Allah SWT, dan mendapat balasan yang berlimpah. Akhimya semoga skripsi ini bermanfaat.

  Salatiga, Agustus 2006 Penulis

  

D A F T A R ISI

  

  

  BAB I PENDAHULUAN

  

  

  

  

  

  

  

  

   B. Karya-karya Ibnu Miskawaih dan Syaikh Az Zamuji Sikap .

  21

  BAB III TAWADHU’

  41 B. Perbedaan Pendapat Syaikh Az Zamuji dan Ibnu Miskawaih

  

  

  

  

  

  46

  A. Persamaan Pendapat Syaikh Az Zamuji dan Ibnu Miskawaih

  

   BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN SYAIKH AZ ZARNUJ1 DAN IBNU MISKAWAIH TENTANG TAWADHU’

  

  

  

  

  

   DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN

  

B A B I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

  Dengan perubahan zaman yang semakin maju secara otomatis juga telah merombak perubahan tatanan kehidupan. Pada masa dulu kehidupan masyarakat yang sangat dinamis, saling menghormati dan menghargai terutama pada yang lebih tua (baik sebagai orang tua atau guru).

  Penulis melihat bahwa kehidupan masyarakat yang semakin modem dan pluralistik telah memberikan wama yang bervariasi dalam berbagai segi.

  Perubahan itu teijai di bahwa hantaman kekuatan semua segi kehidupan yaitu gelombang modemisasi. Bahwa moderenisasi itu telah terasa sampai k segala penjuru tanah air. Bahkan sampai ke pelosok yang paling kecil. Hampir tidak ada dimensi yang tak tersentuh.

  Pembahan tersebut bukan hanya pada bidang teknologi saja, tetapi yang berbahaya cara berfikirpun bembah. Rasionalisme, individualisme, sekulerisme, materialisme, serta sistem pendidikan modem secara hakiki mengubah lingkungan budaya dan rohani di Indonesia. Bahkan yang sangat dirasakan adalah rusaknya moral, akhlak etika dan perilaku manusia, yang akibatnya memicu kerusakan bangsa ini. Secara spesifik lagi bahwa nilai ketawadhu’an sudah mulai pudar dan bahkan telah hilang, walaupun tawadhu’ itu ada, banyak salah penempatan sehingga terkesan bahwa yang tawadhu’ itu penakut, dirinya rendah dan lain-lain. Sesungguhnya tidak demikian kalau

  2

  dalam kasus bahasa Arab itu tawadhu’ berasal dari ittadha 'a, tawaa dha 'a yang artinya merendahkan diri, rendah hati. Sedangkan dalam kamus Indonesia itu tawadhu artinya merendahkan diri, patuh.

  Dengan demikian tawadhu’ itu merendahkan diri terhadap guru atau yang telah memberi ilmu kepada kita yang lebih jauhnya menghormati kepada yang lebih tua.

  Penulis melihat karya-karya masa lampau, karena karya masa lampau merupakan sejarah yang perlu kita jadikan tolok ukur untuk dapat diambil hikmahnya, untuk bisa membawa perubahan ke masa depan yang lebih baik.

  Dalam hal ini penulis melihat filosof muslim Timur karena kami menganggap timurlah yang tepat sebagai acuan, tuntunan disamping kesamaan aqidah juga kesesuaian dengan jati diri manusia di Indonesia. Dengan adanya kesamaan dan kesesuaian inilah dapat memberikan jalan keluar di dalam setiap masalah yang teijadi. Sedangkan penulis tidak melihat para tokoh Barat yang dianggap lengkap secara proposional. Penulis memandang walaupun

  Barat itu lebih lengkap akan tetapi tidak bisa menyelesaikan masalah, bahkan sebaliknya.

  Penulis mengambil tokoh Miskawaih dan Zamuji, karena kedua tokoh ini seorang muslim yang memiliki krdibilitas tinggi dalam bidang akhlak, etika, budi pekerti, yang secara otomatis akan mencapai tingkat ketawadhu’an.

  Ibnu Miskawaih salah satu filosof muslim yang paling menonjol pembahasannya tentang etiknya dengan panduan antara kajian teoritis dan tuntunan praktis. Hal tersebut bisa dilihat dengan pengalaman hidupnya

  3

  sendiri, yang waktu usia muda sering dihasilkan pada perbuatan-perbuatan yang sia-sia, telah menjadikan dorongan kuat baginya untuk menulis kitab tentang akhlak sebagai tuntunan bagi generasi sesudahnya.

  Begitu pada ahli (pendidikan dan filsafat) yang lelah membahas elika atau akhlaq, baik pada kalangan bahasan etika tidak kalah seriusnya dibandingkan dengan kalangan filosof Yunani. Tetapi tokoh yang paling menonjol banyak mencurahkan perhatiannya pada etika dalam pemikirannya adalah Ibn Miskawaih, dengan karya momunentalnya “Tahzibul al Akhlaq wa That-hir al A’raq”. 1 2

  Kitab tersebut merupakan uraian mahzab dalam akhlak yang bahan- bahannya adalah dan Plato dan Aristoteles yang diramu dengan ajar an Islam dan hukumnya serta direkayasa dengan hidup pribadinya dan situasi zamannya.

  Ibn Miskawaih pemikiran yang dititik beratkan pada pembahasan etika dan akhlak. Hal tersebut karena mempunyai tujuan untuk memberikan bimbingan dan pembinaan bagi generasi muda dan menuntun mereka pada kehidupan yang berpijak pada nilai-nilai akhlak yang luhur serta menghimbau mereka untuk selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang bermanfaat, agar

  2 mereka tidak sesat dan umur mereka tidak disia-siakan.

  Pandangan Ibn Miskawaih tentang etika dan akhlak merupakan sebuah karya besar bagi dunia pendidikan dan banyak dijadikan referensi dalam praktek pendidikan Islam.

  'Abdul Aziz Izzat, Ibnu Miskawaih, Musthofa al Halabi, Mesir, 1946, him. 8

  4 Dalam kitab Ta’limul Muta’alim Thariqatta’allum karya Syaikh Az

  Zamuji banyak dijelaskan pentingnya sikap tawadhu’. Di sana dijelaskan bahwa tawadhu adalah salah satu tanda/sifat orang yang bertaqwa. Dengan bersifat tawadhu’, orang takwa akan semakin tinggi martabanya. Keberadaannya menajubkan orang-orang bodoh yang tidak bisa membedakan antara yang beruntung dan orang yang celaka.3

  Alasan yang mendasar dipilihnya judul “Pembentukan Sikap Tawadhu’ (Telaah Menurut Pendapat Az Zamuji dan lbnu Miskawaih), adalah begitu pentingnya peranan tawadhu’ dalam kehidupan manusia secara pribadi maupun dalam kelompok masyarakat. Terutama didunia pendidikan, yang terapannya ditujukan pada gum yang telah memberikan ilmunya, dengan tujuan dapat memperoleh ilmu yang bermanfaat (barokah).

  Rincian alasan problem pemilihan judul sebagai berikut:

  1. Untuk mengkaji lebih jauh dan mendalam tentang tawadhu’ yang diangkat oleh tokoh Islam abad pertengahan, yaitu Syaikh Az Zamuji dan lbnu Miskawaih. Mengenai pembentukan sikap tawadhu’ untuk dapat kita telaah sebagai dasar pijakan untuk mengantisipasi problematika sekarang, terutama pada dunia pendidikan.

  2. Banyak penyimpangan yang terjadipada dunia pendidikan terutama kurangnya sikap tawadhu’ para pelajar (santri) pada gum dalam proses pendidikan. Untuk itulah penulis bemsaha membahas pembentukan sikap

  3Syaikh Az Zarnuji, Ta’lim Muta'attim Tariqatta’allum, terj. Abdul Kadir A1 Jafri, Mutiarallmu Surabaya, 1995, him. 16

  5

  tawadhu’ menurut pendapat Syaikh Az Zamuji dan Ibnu Miskawaih, yang seharusnya dilakukan oleh pelajar (santri) pada guru dalam belajar.

  3. Memudamya sikap tawadhu’ diberbagai dunia pendidikan, terutama banyak dilakukan oleh pelajar (santri) kepada gurunya dalam menuntut ilmu. ^ N r

  Bahwa tingginya sikap tawadhu’ itu sehingga martabatnya bisa terangkat, bahkan menajubkan bagi orang-orang yang bodoh. Sikap tawadhu’ ini merupakan pancaran dari sifat yang bertakwa.

  Dalam hal ini penulis mengkaji buku-bukunya Syaikh Az Zamuji dan lbnu Miskawaih sebagai.suatu telaah komparasi dalam pembentukan sikap tawadhu’. Sedangkan penulis mengambil kedua tokoh ini karena Syaikh Az

  Zamuji adalah seorang filosof Arab yang lebih sufistik, dan yang terkenal dengan Kitab Ta’lim al Muta’allim Thariq al Ta’aum. Di dalamnya dibahas tiga belas pasal kajian yang kesemuanya terdapat sikap tawadhu’ di dalam pembahasannya4 5

  Sedangkan Ibnu Miskawaih adalah filosof mashur yang hidup pada zaman keemasan Islam yang dalam karyanya Tahdzibul Al Akhlaq (Pendidikan Moral) bahwa perubahan moral dan budi pekerti dalam diri seseorang. Ibnu Miskawaih filosof muslim yang pertama mencurahkan

  \

  s

  perhatiannya pada masalah etika Islam (akhlak)

  4 Syaikh Az Zamuji, op. c it, him. 2

  5 Ibnu Miskawaih, Menuju Kesentpurnaan Akhlak, Bandung, cet. I, 1994, him. 14

  6 Inilah alasan penulis mengambil kedua tokoh ini sebagai referensi.

  Karena penulis melihat kedua tokoh ini dalam pembahasannya tentang masalah etika, akhlak, budi pekerti, moral. Kesemuanya ini merupakan hal-hal yang mendasar untuk dikaji, dipelajari, serta dimiliki oleh generasi ke generasi.

B. Fokus Penelitian

  Untuk menjelaskan dan menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran judul, maka perlu dikemukakan maksud dari kata-kata yang ada dalam redaksi di atas, agar dapat dipahami secara konkrit dan lebih operasional. Adapun bahasan istilah tersebut adalah :

  1. Tawadhu’ Tawadhu’ yaitu rendah hati, merendahkan diri, patuh, taat6

  Tawadhu’ merupakan sikap merendah hati dan lemah lembut terhadap sesama manusia. Sedangkan tawadhu’ pada guru adalah sikap berbuat baik terhadap gurunya dan berbuat baik di dalam proses belajar.

  2. IbnMiskawaih Abu Ali Ahmad Ibn Miskawaih dilahirkan di Ray (Teheran).

  Mengenai tahun kelahiran para penulis berbeda-beda pendapat, MM. Syarif mencatat tahun 320 H/932 M sebagai tahun kelahiran.7 Margoliouth sebagaimana dikutip oleh Izzat menyebut 330 H/941 M, sementara Abdul

  • *Ibi(L, him. 908

  7 Aziz Izzat sendiri menyebutkan 325 H.8 dalam buku Tahdzib A1 Akhlaq

  ibn Miskawaih menyebutkan (330 H/941 M) tahun kelahiran9 Sedang penulis sendiri lebih condong pada tahun (330 H/941 M) sebagai tahun kelahiran Miskawaih.

  Ibnu Miskawaih adalah seorang yang representatif dalam bidang akhlak (filsafat etika) dalam Islam, sungguhpun terpengaruh oleh budaya asing, terutama Yunani, namun usahanya sangat berhasil dalam melakukan harmonisasi antara pemikiran filsafat dan pemikiran Islam, terutama dalam bidang akhlak. Hal itu bisa kita lihat dengan karyanya.

  “Tahdzib al Akhlak wa Lahthir al A’raq” yang merupakan uraian suatu aliran akhlak yang materinya ada yang berasal dari konsep-konsep akhlak dari Plato dan Aristoteles yang diramu dengan ajaran Islam serta diperkaya dengan pengalaman hidupnya dan jugasituasi pada zamannya. la terutama ditunjukkan untuk memberikan bimbingan bagi generasi muda dan menuntut mereka pada kehidupan yang berpijak pada nilai-nilai luhur serta menghimbau mereka untuk selalu melakukan perbuatan yang bermanfaat agar mereka tidak sesat dan umur mereka tidak disia-siakan.

  Dari itu “Aliran akhlak ibn Miskawaih merupakan perpaduan antara kajian filsafat teoritis dan juga tuntunan praktis dimana segi pendidikan dan pengajaran lebih menonjol”.10

  8 Abu Bakar Atjeh, Sejarah Filsafat Islam, Ramadani, Solo, 1991, him. 170

  9 Ibnu Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, Bandung, cet. I, 1994, 13

  10 Zainul Kamal, Menuju Kesempurnaan Akhlak, Bandung, cet. I, 1984, him. 14

  8 Pada tanggal 9 Shoffar 421 H/16 Pebruari 1030 M Ibnu Miskawaih

  menghembuskan nafasnya yang terakhir, Ibnu Miskawaih hidup pada masa pemerintah Bani Abbas.11

  3. Syaikh Az Zamuji Untuk memahami pengarang (Az Zamuji), hampir semua penulis kitab ta ’lim menyatakan sulit menemukan nama, masa hidup, tempat tinggal dan halhal lain yang berkaitan dengan biografi pengarangnya. Informasi yang singkat ditulis oleh A1 Zarkeli. Menurutnya pengarang kitab Ta’lim adalah A1 Nu’man Ibn Ibrahim Ibn A1 Khalil A1 Zamuji Taj A1 Din. Ia lahir di daerah Zamuj (Turkistan) pada tahun 1175 dan wafat padatahun 1234 M.12

  A1 Zarkeli sependapat dengan para saijaa lain tentang masa hidup A1 Zamuji yaitu penghujung abad kedua belas dan permulaan abad ketiga belas.

  Syaikh Az Zamuji dalam kitabnya Ta’lim Muta’allim

  Ta’riqatta’allum, seorang ulama Islam yang menjelaskan tentang

  tawadhu’. Di dalam kitabnya menerangkan tiga belas pasal sikap tawadhu’, yang salah satunya adalah cara menghormati ilmu dan gum.13 Begitu mulianya para pelajar (santri) jika menghormati ilmu dan gum.

  11 Ibid, him. 18

  

12 A1 Zarkly, Al A ’lam Biograpical Dictonary II, Beirut, Dar A1 Fikr, 1989, hi. 650

  9 Karena jika tidak menghormati ilmu dan guru santri tidak akan

  memperoleh ilmu dan tidak akan dapat mengambil manfaatnya.14 Dalam hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap tawadhu’ itu perlu sekali dimiliki pelajar (santri), dengan harapan pelajar (santri) dapat memperoleh ilmu yang baik dan dapat mengambil manfaatnya.

  C. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah

  1. Bagaimana biografi intelektual Syaikh Az Zamuji dan Ibnu Miskawaih ?

  2. Bagaimana konsep Syaikh Az Zamuji dan Ibnu Miskawaih tentang tawadhu’ ?

  3. Bagaimana perbandingan metode pemikiran Syaikh Az Zamuji dan Ibnu Miskawaih yang meliputi persamaan dan perbedaannya ?

  4. Bagaimana relevansi pemikiran Syaikh Az Zamuji dan Ibnu Miskawaih tentang tawadhu’ dalam makna kontemporer ?

D. Tujuan Penulisan

  Sesuai dengan objek dan pokok permasalahan, maka tujuan yang ingin dicapai adalah:

  1. Mengetahui biografi intelektual Syaikh Az Zamuji dan Ibnu Miskawaih.

  2. Mengetahui konsep Syaikh Az Zamuji dan Ibnu Miskawaih tentang tawadhu’.

14 Ibid., him. 25-26

  10

  3. Mengetahui perbandingan metode pemikiran Syaikh Az Zarauji dan Ibnu Miskawaih tentang persamaan dan perbedaannya.

  4. Mengetahui relevansi pemikiran Syaikh Az Zamuji dan Ibnu Miskawaih tentang tawadhu’ dalam makna kontemporer ?

E. Manfaat Penelitian

  Setelah penulis mengkaji karya-karya Ibn Miskawaih (Tahzib Al

  Akhlak) dan karya Syaikh Az Zanuji {la 'lim Mula 'allim Tariqalla 'allurn) serta karya lain yang ada hubungannya.

  Diharapkan bermanfaat bagi semua, terutama :

  1. Peneliti

  a. Menambah pengetahuan bahwa sikap tawadhu’ harus dimiliki oleh siswa-siswi dan santriwan-santriwati, sebagai kepribadian yang baik dan menjadi syarat utama dalam mencari ilmu yang barokah dari guru dan kyai/ustadz.

  b. Dapat menambah khasanah pengetahuan tentang sikap tawadhu’ untuk berhasilnya suatu proses belajar.

  2. Akademik Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan siswa- siswi atau santriwan-santriwati dalam menuntut ilmu yang barokah.

F. Telaah Kepustakaan

  Untuk menghindari teijadinya pengulangan hasil temuan yang membahas permasalahan-permasalahan yang sama dari seseorang baik dalam

  11

  bentuk buku, kitab dan dalam bentuk tulisan yang lainnya, maka penulis akan memaparkan beberapa buku yang sudah ada sebagai bandingan dengan mengupas permasalahan beberapa buku yang sudah ada sebagai bandingan dalam mengupas permasalahan tersebut sehingga diharapkan akan muncul penemuan baru.

  Karya tulis mengenai pemikiran Ibnu Miskawaih dan Syaikh Az Zamuji sebelumnya sudah ada diantaranya :

  1. Tentang Pemikiran Ibn Miskawaih

  a. Menuju kesempumaan akhlak, karya Ibnu Miskawaih, penerjemah Helmi Hidayat yang berisi : pembahasan tentang jiwa, tentang fitrah manusia dan asal usulnya, mengetahui dan memahami etikasecara filosofis dan sangat mendidik.15

  b. Filsafat pendidikan akhlak IbnuMIskawaih, karya Prof. Dr. Suwito, berisi tentang konsep manusia sebagai sumber perilaku dan kualitas mental, pokok keutamaan akhlak menjaga kesucian diri, pendidikan akhlak, pendidikan dan anak didik.16 c. Etika dalam Islam, karya Majid Fakhhry, yang berisi tentang Moralitas skriptual, teori-teori teologi dengan landasan A1 Qur'an dan sunnah, tetapi filsafat karya-karya etika Plato dan Aristoteles, teori religius berakar dari konsepsi A1 Qur'an tentang manusia dan kedudukannya di alam semesta.

  15 Ibnu Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, teijemah Helmi Hidayat, Bandung, Mizan, 1994

  12

  2. TentangPemikiransyaih AzZamuji

  a. Ta’limul Muta’allim, Kiat Sukses dalam Menuntut Ilmu, karya syaikh Az Zamuji, peneijemah Ghazali KH yang berisi memilih ilmu, gru, sahabat dan teguh dalam berilmu; menghormati ilmu dan ahli ilmu

  (guru)1

  6

  17

  b. Pemberdayaan pendidikan perspektif, karya Muh. Saerozi, yang berisi tentang pandangan metodologi yang memadukan intelektualita dan spiritualitas, konsep metode yang dikembangkan oleh A1 Zamuji. Dari beberapa buku pemikiran kedua tokoh tersebut belum ada yang secara khusus membahas'tentang pembentukan sikap tawadhu’, oleh sebab itu penulis perlu mengangkat tema tersebut dari kedua tokoh, sebagai suatu teori lebih lanjut dan rinci.

G. Metodologi Penelitian

  1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian bibliografi, karena penelitian dengan metode sejarah untuk mencari, menganalisa, membuat interprestasi serta generalisasi dari fakta-fakta yang merupakan pendapat para ahli dan mencakup hasil pemikiran dan ide yang telah ditulis oleh pemikir-pemikir dan ahli-ahli.18

16 Prof. Dr. Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak, Yogyakarta, Belukar, 2004

  17 Syaikh Az Zarnuji, Ta’limul Muta’allim Thariqut ta’allum, terjemah Ghazali KH, Rica Grafika, Jakarta, 1994

  18Moh. Nasir, Metologi Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1995, him. 62

  13 Bila dilihat dari tempat dimana peneliti dilakukan, maka peneliti

  ini tergolong ke dalam peneliti literer. Dalam hal ini penulis mengacu pada pendapat Ibn Miskawaih dan Syaikh Az Zamuji.

  Tatang M. Arifin yang menyebutkan bahwa peneliti literer lebih dimaksudkan studi “kepustakaan” dan bukan “studi di perpustakaan”.19 Jadi penelitian ini menggali datanya dari bahan-bahan tertulis (khususnya berupa teori-teori). Penelitian didasarkan pada studi literer dari buku-buku yang ada hubungan langsung dengan penelitian ini. Dengan cara demikian, maka penulis akan mendapatkan data-data serta informasi yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

  2. Metode Pengumpulan Data Penulisan di dalam pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi. Karena penelitian ini bibliografi maka pengumpulan data yang dipergunakan adalah metode dokumentasi yaitu laporan dari kejadian-kejadian yang berisi pandangan pemikiran-pemikiran manusia di masa lalu.20

  Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian yaitu : a. Sumber data yang bersifat primer :

  1) Ta ’lim Muta ’alim karya Syaikh Az Zamuji 2) Tahdzibul Akhlaq karya Ibn Miskawaih

  19Tatang M. Arifin, Menyusun Rencana Penelitian, CV. Rajawali, Jakarta, 1990, him. 135

20 Moh Natsir, op. cit, him. 62

  14

  b. Sumber data yang bersifat sekunder, yaitu yang menjadi pelengkap dalam penelitian ini, merupakan bacaan yang ada kaitannya dengan permasalahan dalam penelitian.

  3. Metode Analisa Data Penelitian ini merupakan semua rangkaian kegiatan untuk menarik kesimpulan dari hasil kajian konsep atau teori yang mendukung penelitian ini. Untuk menganalisis pembentukan sikap tawadhu’ penulis menggunakan analisis a. Library research, suatu riset kepustakaan.21

  Dalam metode ini menempuh langkah-langkah diantaranya : 1) Mencari buku-buku yang ada kaitannya dengan penulisan ini.

  2) Mencari penyusunan dalam buku-buku, mulai buku pegangan sistematis, karangan khusus dan lain-lain.

  3) Menyusun catatan, kemudian dikonsultasikan atau dirujuk pada buku metodik yang berkaitan.

  b. Metode Deskripsi Yaitu suatu metode penelitian dengan cara mendiskripsikan realita-realita fenomena sebagaimana adanya yang dipilih dari perspektif subyektif.22 Dalam hal ini mendiskripsikan pemikiran serta pendapat Ibn Miskawaih dan Syaikh Az Zamuji yang berkaitan dengan

  21 Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid I, Yogyakarta, Andi Ofset, 1983, him. 9

  22 Anton Bekker dan A. Haris, Metodologi Penelitian Filsafat, Kanisius Yogyakarta,

  15

  pembentukan sikap rendah hati, patuh dan taat (tawadhu’) dalam kitabnya Tahdzibul Akhlaq wa tathirul a’roq.

  c. Metode Historis Yaitu metode yang digunakan untuk mengetahui perkembangan pemikiran tokoh yang bersangkutan, baik yang berhubungan dengan lingkungan historis dan pengaruhnya di dalamnya maupun dalam hidup sehari-hari.23 Juga metode ini berarti penyelidikan yang mengaplikasikan metode pemecahan yang ilmiah dari perspektif historis sesuatu masalah.

  d. Metode Analisis Metode ini adalah dimaksudkan untuk menganalisis babper bab guna mencari pembentukan sikap tawdhu’ yang terkandungdi dalam masing-masing bab dalam kitab Tahdzibul Akhlak wa Tathirul A’raq dan kitab Ta’lim Muta’allim.

  e. Metode Induksi Berdasarkan pada analisis dari isi kitab tersebut, maka penulis mengambil kesimpulan dengan metode induksi.

H. Sistematika Penulisan Skripsi

  Sistematika di sini dimaksudkan sebagai gambaran umum yang akan dibahas dalam skripsi ini.

23 Winamo, Pengantar Ilmiah Dasar Metode Teknik, Tarsito, Bandung, 1989, him. 132

  16 Penulisan skripsi ini penulis bagi menjadi 5 bab yaitu :

  BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Fokus Penelitian C. Perumusan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Telaah Pustaka F. Manfaat Penelitian G. Metode Penelitian H. Sistematika Penulisan Skripsi BAB II : LATAR BELAKANG KEHIDUPAN SYAIKH AZ ZARNUJI DAN IBNU MISKAWAIH A. Riwayat Hidup dan Seting Sosial pada Masa Hidupnya B. Karya-karya Ibnu Miskawaih dan Syaikh Az Zamuji BAB III : TAWADHU’ A. Pengertian secara Etimologi B. Pengertian secara Terminologi C. Manusia sebagai Subyek Pembentukan Sikap Tawadhu’ D. Tawadhu’ pada Guru dalam Menuntut Ilmu E. Dasar dan Tujuan Pembentukan Sikap Tawadhu’ BAB IV : PERBANDINGAN PEMIKIRAN SYAIKH AZ ZARNUJI DAN IBNU MISKAWAIH TENTANG TAWADHU’ A. Persamaan Pendapat Syaikh Az Zamuji dan Ibnu Miskawaih B. Perbedaan Pendapat Syaikh Az Zamuji dan Ibnu Miskawaih

  17 C. Mengapa Ada Perbedaan dan Ada Kesamaan

  D. Analisa Perbandingan Methodologi Pemikiran Syaikh Az Zamuji dan Ibnu Miskawaih.

  E. Relevansi pemikiran Syaikh Az Zamuji dan Ibnu Miskawaih tentang tawaduk dalam konteks kekinian.

  BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran-saran C. Penutup

  

B A B II

LATAR BELAKANG KEHIDUPAN SYAIKH AZ ZARNUJI

DAN IBNU MISKAWAIH

A. Riwayat Hidup Syaikh Az Zarnuji dan Seting Sosial Masa Hidupnya

  1. Biografi Syaikh Az Zarnuji Sebuah karya tubs termasuk ta Tim pada umumnya merupakan respon terhadap situasi dalam ruang dan waktu yang dihadapi oleh penulisnya. Atas dasar asumsi itu, maka memahami sisi teologi, psikologi dan status sosial dan aspirasi politik mengarang menjadi sangatlah penting.

  A1 Zarnuji (A1 Nu’man ibn Ibrahim ibn A1 Khalil al Zarnuji Taj A1 Din), adalah seorang filosof Arab yang tidak diketahui nama dan waktu hidupnya secara pasti. Ada yang menyebutnya dengan Burhan Al din, ada juga yang menyebutnya dengan Burhan Al Islam. Namun kedua nama itu diperkirakan sebagai julukan (laqab) saja atas jasa-jasanya dalam menyebarkan Islam. Al Zarnuji sendiri diyakini bulan nama asli, tapi nama yang dinisbatkan kepada tempat yakni Zumuj atau Zaranj. Al Qurasyi menyatakan Zumuj adalah sebuah tempat di wilayah Turki.1

  Al Zarnuji termasuk dalam generasi ke- 12 dari ulama Hanafiyyah yang diperkirakan hidup pada sekitar tahim 620/1223 yang hidup diujung pemerintahan Abbasyiyah di Bagdad. Kitab Ta’lim al Muta’allim dikatakan sebagai satu-satunya kitab yang dialamatkan kepada al Zarnuji.

  19 Namun demikian menurut ahwani, kitab ini disinyalir sebagai kitab yang cukup terkenal di kalangan bangsa Arab.

  A1 Zamuji mengarang kitab yang dinamai Ta’limul Muta’allim

  Thoriqotta ‘allum, pada tahun 599 H/1203 M kitab ini mendapatkan

  tempat yang besar bagi para penuntut ilmu dan para guru. Mereka mempelajari dan mengangkat pendapat-pendapat arahan-arahan yang terkandung di dalamnya.

  Pentingnya kitab Ta’limul Muta’allim karena dianggap sebagai modal tersendiri dalam topiknya tentang pendidikan Islam. Hal ini karena keterangan-keterangan sejak abad pertama hijrah sampai masa Az Zamuji pada abad ke- 6 kebanyakan tentang ulumul qur’an, ulumul hadits, fiqih, bahasa Arab dan sair.

  2. Seting Sosial pada Masa Hidupnya A1 Zamuji hidup pada akhir abad 6 dan awal abad 7 H atau akhir abad 12 Awal abad 13 M. Dari sini diketahui beliau hidup pada masa keempat dari masa perkembangan pendidikan Islam. Dalam sejarah Islam masa tersebut adalah masa keemasan Islam dan terkenal dengan menyeluruhnya budaya Islam, dan khususnya pendidikan Islam dalam kekuasaan Abasiyah. Pada mas aini A1 Zamuji terlibat di dalam membangun lembaga-lembaga pendidikan dari dasar sampai atas diantaranya sekolah nizamiyah yang didirikan oleh Nidzomul Mulk (457 H/16 H) dan sekolah An Nuriyah Kubro yang didirikan oleh Nuruddin

  20 Zanky (563/1167) di Damaskus dan sekolah A1 Mustan Sirrah didirikan

  oleh A1 Mustanshor billah di Bagdad (631/1234) Dari landasan ini A1 Zamuji hidup pada masa mashumya pengetahuan dan peradaban Islam atau pada akhir abad bani Abasiyah, dari kitab Ta’limul Muta’allim, bahwa A1 Zamuji ulama paling luas ilmunya, karena beliau mewarisi ilmu-ilmu ulama-ulama terdahulu.

  A1 Zamuji bukan orang yang dekat dengan penguasa. Ia menyatakan secara tegas bahwa mengabdi kepada penguasa bukan merupakan nikmat, tetapi cobaan dari Tuhan bagi orang yang ketika belajar tidak bersikap.wara’. Cobaan itu beratnya sama dengan mati muda atau tinggal di tengah-tengah orang bodoh. Indikasi lain dari statusnya adalah larangan A1 Zamuji agar siswa tidak menuntut ilmu dengan niat ingin mendapat kemuliaan dihadapan penguasa. Jikapun niat itu menyelinap dalam diri siswa maka A1 Zamuji mensyaratkan agar pangkat yang akan diraihnya kelak dimaksudkan untuk amar ma ’ru f nahi munkar.2

  3 Sikap A1 Zamuji mengambil jarak dengan penguasa menunjukkan pula bahwa ia adalah seorang yang berkecenderungan hidup sufi.

  Sebagaimana dipahami bahwa salah satu pendorong munculnya gerakan sufi adalah kehidupan mewah yang ditampilkan oleh para penguasa.

  Orang-orang yang hidup di kalangan penguasa pakaiannya sutra,

  2 Abdul Qodir Ahmad, Ta’lint, him. 164

  3 Ibid., him. 93

  21

  sedangkan kaum sufi sebagai golongan yang hidup sederhana menyimbulkan diri dengan pakaian wol kasar.4

B. Riwayat Hidup Ibnu Miskawaih dan Setting Sosial pada Masa Hidupnya

  1. Biografi Ibnu Miskawaih Ibnu Miskawaih adalah seorang filosof muslim yang menitik beratkan perhatian pada bidang etika. Menurut abdul Aziz Izzat,

  Miskawaih adalah “seorang filosof muslim yang pertama mencurahkan perhatiannya pada masa etika Islam (akhlak), dan dialah yang mula-mula membahas masalah tersebut dalam suatu uraian yang terinci”.5

  Nama lengkapnya adalah Ahmad ibn Muhammad Ibn Ya’qub Ibn Miskawaih. Akan tetapi ada orang yang menyebut namanya dengan Ibn Miskawaih atau Miskawaih.6 7 Sedangkan penulis cenderung menggunakan

  8 namanya Ibnu Miskawaih.

  Ibnu Miskawaih lahir di Rayy (Teheran) dan meninggal di Isfahan, tahun kelahirannya diperkirakan 320 H/932 M dan wafat 9 Shafar 421/16 n Februari 1030. Ibn Miskawaih sepenuhnya hidup pada masa pemerintahan dinasti Buwaihi (320-450 H/932-1062 M) yang para o pemukanya berfaham syi’ah.

  4 Harun Nasution, Falsafat dan Mistisme dalam Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1973, him. 58

5 Abdul Aziz Izzat, Ibnu Miskawaih, Mustofa A1 Babil llalaby, Mesir, 1946, him. I

  6 Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih, Belukar, Yogyakarta, 2002, him. 67

7 M.M. Syarif, Para Filosof Muslim, Mizan, Bandung, 1989, him. 84

  22 Ibnu Miskawaih adalah salah seorang anak yang bemasib tidak

  mujur. Sejak kecil ia tidak pemah menerima dan merasakan belaian kasih sayang seorang ayah, karena ayahnya meninggal sewaktu ia masih dalam kandungan “hidup dalam keadaan yatim, ia diasuh dan dibesarkan hanya oleh ibunya sampai menginjak dewasa”.9

  Menginjak dewasa, Ibnu Miskawaih juga pemah tinggal bersama Ibnu A1 Hamid sebagai seorang petugas perpustakaan (pustakawan).

  Kemudian berhidmat pula kepada anaknya Ali bin Muhammad bin al Hamid. Tetapi terakhir (tugas) ini bukan sebagai tugas pokok melainkan dilakukan oleh Ibnu • Miskawaih sebagai ungkapan rasa hormat dan penghargaan terhadap orang yang ia pandang seniomya. “Ketika Ibnu Hamid meninggal tahun 360 H, ia diganti oleh anaknya dengan nama keluarganya Dzu al Kifayatain”.10 Ibnu Miskawaih juga pemah mengabdi kepada Abduh al Daulah, salah seorang keturunan Buwaih, dan kemudian beberapa penguasa yang lain.

  Memperhatikan tahun kelahirannya dan wafatnya serta kehidupannya di atas, dapat diketahui bahwa Ibnu Miskawaih hidup pada masa pemerintahan Bani Abbas berada di bawah pimpinan Buwaih yang beraliran syiah dan dari keturunan Persi Bani Buwaih mulai terpengaruh sejak Khalifah al Mustakhfi dari bani Abbas mengangkat Ahmad bin Buwaih sebagai perdana menteri dengan gelar M’az al Daulah pada tahun 945 M. Ayahnya Abu Saja’ Buwaih adalah pimpinan suku yang sangat

9 Abdul Azis Izzat, op. cit, him. 77

  23

  berpengaruh. Dan kebanyakan pengikutnya berasal dari daerah selatan laut Kaspia yang merupakan pendukung keluarga Saman. Tiga anaknya selain Ahmad, Ali dan Hasan adalah tokoh pimpinan yang disegani di negeri Dailan. Mereka muncul dalam bidang politik pada abad IV H. Dengan berhidmat pada seorang panglima Dailan Muzdawi bin Ziar yang berpengaruh besar di negeri-negeri laut Kaspia di tanah Persi.

  2. Seting Sosial pada Masa Hidupnya Berawal dari latar belakang pendidikannya secara rinci tidak diperoleh keterangan. Akan tetapi ia didapati belajar sejarah kepada Abu

  Bakr Ahmad ibn Kamil A1 Qadi. Pelajaran falsal'at ia peroleh dari ibn Khammar dan pelajaran kimia didapat dari Abu Thayyib. Pekerjaan utama ibn Miskawaih adalah bendaharawan, sekretaris, pustakawan dan pendidikan anak para pemuka dinasti Buwaihi. Selain akrab dengan penguasa, Ibnu Miskawaih juga banyak bergaul dengan para ilmuan seperti Abu Hayyan A1 Tauhidi, Yahya Ibn Adi dan Ibn Sina.1'

  Ibnu Miskawaih juga dikenal sebagai sejarawan besar yang kemashurannya melebihi pendahulunya, A1 Thabari (W. 310/923). Selain itu ia juga dikenal sebagai dokter, penyair dan ahli bahasa. Keahliannya diberbagai bidang tersebut yang kesemuanya dibuktikan dengan karya tulis berupa buku atau artikel yang tidak luput dari kepentingan falsafat akhlak.1

  1

  12

  11 Suwito, op. cit., him. 68

  12 Ibid., him. 69

  24 Secara konklusif dapat dikatakan bahwa dalam keseluruhan

  perjalanan studi Ibnu Miskawaih mendapatkan tuntunan guru hanya pada pelajaran-pelajaran tingkat dasar. Adapun untuk pelajaran tingkat lanjutan diperoleh melalui se lf study yang berarti tanpa bimbingan guru.

  3. Karya-karya Ibnu Miskawaih Dari buku reverensi tentang Ibnu Miskawaih yang penulis baca, bahwa Ibnu Miskawaih seorang penulis yang produktif, secara jelas tidak ada literatur yang memberikan informasi yang biasa dijadikan rujukan untuk mengetahui sejak usia berapa Ibnu Miskawaih mulai menulis.

  Namun yang pasti ada banyak artikel maupun buku yang telah berhasil ditulisnya.

  Karya-karya Ibnu Miskawaih antara lain :

  a. Tahzib A1 Akhlak Wa Tathir A1 A’raq, (kitab ini membahas tentang teori-teori etika atau akhlak.

  b. Fauz al Asghar, (kitab ini membahas persoalan ketuhanan, kejiwaan dan kebahagiaan) c. Tajarub al Umam, (kitab ini berisi uraian tentang peristiwa sejarah setelah banjir pada masa Nabi Nuh as. Sampai tahun 369 H).

  d. Jawizan al khiraad, (kitab ini berisi uraian tentang filsafat Yunani, Arab, Persi dan India).

  e. Tartib al Sa’adah, (kitab ini membahas tentang etika adab politik).

  f. Al Uns al Akbar, (kitab ini berisi tentang kumpulan syair, anekdot, perbahasan dan kata-kata mutiara)

  25

  g. Fauz A1 Akbar, (kitab ini berisi tentang persoalan etika)

  h. A1 Musthafa fi al syi’ri, (kitab ini berisi tentang kumpulan syair) i. Al Syiar, (kitab ini berisi tentang aturan hidup) j. Al Jami’, (kitab ini berisi tentang ketabiban atau dokter) k. Al Syribah, (kitab ini berisi tentang minuman) l. Jawidan Khirad (kitab ini berisi kumpulan ungkapan bijak).13

  Hampir seluruh bidang keilmuan yang berkembang pada masa Ibnu Miskawaih dipelajarinya. Oleh karena itu, ada beberapa penulis memberikan predikat filosof, sastrawan, ahli kedokteran, sejarawan dan fisikawan. Selain seorang saijana yang amat luas ilmu pengetahuannya, Ibnu Miskawaih juga selalu tercantum namanya dalam deretan nama-nama para filosof muslim.

  4. Karya-karya Al Zamuji Dari buku-buku yang saya baca, jarang sekali yang mencantumkan karya-karyanya. Bahkand alam kitab Ta’lim Al M uta’allim tidak menyebutkan.

  Namun demikian menurut Fuad al Ahwani (abad ke- 12 dari ulama Hanafiyyah), kitab sebagai satu-satunya karya yang dialamatkan kepada Al Zamuji yaitu Ta’lim Al M uta’allim.14 Kemashuran kitab ini di kalangan bangsa Arab, selain isinya yang komprehensif dalam membahas persoalan bimbingan belajar yang termuat dalam tiga belas pasal pembahasan, juga diselingi dengan hikayat-hikayat, syair dan matsal-matsal.

  13 M.M. Syarif, Para Filosof Mulim, Mizan, Bandung, 1989, him. 84-85

  14 Majalah Pesantren Edisi Vll/th. 1/2002, him. 61

  26 Ta’ilmul M uta’lim Thariqatt’allum memberikan isyarat yang kuat

  bahwa A1 Zamuji adalah penganut madhzb Fiqh Hanafi dan madzhab kalam ahlu sunnah maturidiyah bukhara.15 Di dalam kitab ini A1 Zamuji menyebutkan 11 orang gurunya yang bermadzhab Hanafi; Abu Hanifah, A1 Marghinani, Muhammad bin Hasan, Abu Yusuf, Hamad bin Ibrahim, Asy Syirazi, Hilal bin Yasar, Qawamuddin, A1 Hamdani, A1 Hulwani, As

  Sadrussahid.16 Di dalam menumbuhkan akhlaq tawadhu’ bukanlah satu hal sederhana. Perbedaan yang begitu tipis antara tawadhu’ dengan rendah diri

  (minder), telah menyudutkan banyak orang yang menjadi tidak percaya diri, dengan alasan ingin menjadi orang yang tawadhu’. Begitu juga tipisnya perbedaan antara tawadhu’ dengan sombong, tanpa sadar membawa sebagian orang teijerumus untuk “menyombongkan” ke tawadhu’-annya.17

  15 Ta’lim Al Muta'allim Thariq Al Ta’allum Thaqiq wa Al Dirasah, Mesir, A1 Nahdlah al Misriyah, 1980, him. 12

  16 Al Zarnuji, Ta’lim Al Muta’allim, Ditahqiq Imam Ghazali Sa’id, Surabaya, Diyanatama, 1997, him. 16

  B A B III TAWADHU’

A. Pengertian Secara Bahasa

  Secara etimologi Arab kata, tawadhu’ berasal dari kata yang mempunyai arti (merendahkan diri, rendah hati). Selain itu ada kata lain ) yang artinya (tempat, letaknya). 1 Sedangkan dalam etimologi Indonesia kata tawadhu mempunyai arti (1) rendah hati;