Serba-serbi, Berita dan Pendapat Penelaah
DAFTAR ISI
warta anggaran | 22 Tahun 2011
LAPORAN UTAMA
5 PERENCANAAN ANGGARAN
16 PNBP 20 LAPORAN KHUSUS
24 SISTEM PENGANGGARAN
33 BERITA 37 RESENSI BUKU
43 ENGLISH CORNER
44 RENUNGAN 46
5 Direktur Jenderal Anggaran PROFILE 52
INTERMEZO 50 LAPORAN UTAMA
PENELAAHAN RKA-KL 2012 menghimbau seluruh K/L untuk menghindari “calo anggaran” dan
PERISTIWA 56 tidak memberi gratifikasi kepada
Serba-serbi, Berita dan petugas DJA dalam penyusunan dan penelaahan RKA-KL 2012....
Pendapat Penelaah
LAPORAN DARI “HAK BUDGET” KE “FUNGSI ANGGARAN” KHUSUS34
23 Pada mulanya anggaran negara Duta SPAN
(budget) digunakan untuk membiayai
Koordinator (DSK) Dalam pelatihan Duta SPAN
monarkhi (kerajaan). Budget dikelola
Koordinator (DSK) di Batu Malang
secara efisien dan berimbang, karena
tanggal 9 s.d 15 Juli 2011 yang lalu, Ditjen Anggaran mengirimkan tiga
belum dikenal pinjaman luar negeri.
orang pegawai yang terdiri atas dua orang DSK yang dipilih berdasar seleksi
Jika budget mengalami defisit maka
wawancara dan satu orang dari tim
kekurangannya dipungut kembali
CMC SPAN DJA, dimana keikutsertaan dari tim CMC SPAN dimaksudkan
melalui pajak tambahan kepada
agar masing-masing counterpart CMC SPAN memahami tugas dan peranan
rakyat...
Duta SPAN di unit eselon I masing- masing....
Redaksi menerima kritik saran, pertanyaan, atau sanggahan Salam Redaksi Edisi 22 Tahun 2011
PENGARAH Direktur Jenderal Anggaran
PENANGGUNG JAWAB
Sekretaris Ditjen Anggaran REDAKTUR
Salam
Bagi seluruh umat Islam, kami ucapkan selamat Idul Fitri, 1 Syawal 1432 H. Mohon maaf lahir dan batin.
Akhirnya kami ucapkan selamat menikmati sajian Majalah Warta Anggaran edisi 22, semoga bisa memberikan informasi dan manfaat bagi pembaca semua.
Kami juga menurunkan berbagai tulisan dari penulis Majalah Warta Anggaran, yaitu tentang Fungsi Penganggaran, Infrastruktur Air Bersih dan Standar Biaya 2012. Dari PNBP kami menurunkan artikel tentang Piutang PNBP, yang membahas tentang upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk melakukan penagihan piutang PNBP. Tak lupa kami sajikan English Corner dengan tajuk Cracking Zone dan kami kembali menghadirkan Bang Bujet sebagai ikon Majalah Warta Anggaran.
Di sektor pertahanan, kami melakukan wawancara dengan Direktur Jenderal Perencanaan Pertahanan, Kementerian Pertahananan untuk mengetahui bagaimana perencanaan anggaran di bidang pertahanan. Apalagi untuk tahun 2012. Sektor pertahanan mendapatkan alokasi anggaran yang terbesar.
Berbagai upaya perbaikan terus dilakukan DJA untuk memperbaiki kualitas perencanaan anggaran. Salah satunya dengan berperan aktif dalam persiapan implementasi Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN). Hal ini ditunjukkan dengan adanya pemilihan Duta SPAN DJA. Duta SPAN DJA dipilih melalui seleksi internal agar didapat duta yang benar-benar dapat menjadi corong untuk mensosialisasikan SPAN kepada seluruh pegawai DJA dan menjadi agent of change DJA. Sehingga akhirnya seluruh pegawai DJA dapat berpartisipasi aktif dalam perbaikan kualitas perencanaan anggaran.
Untuk itu kami menurunkan liputan penelaahan RKA-KL 2012. Kami juga mewawancarai beberapa wakil dari K/L yang melakukan penelaahan RKA-KL.
Penelaahan RKA-KL merupakan momen yang sangat penting karena dari penelaahan itulah ditentukan pengalokasian anggaran untuk membiayai kegiatan masing-masing K/L selama satu tahun. Kualitas RKA-KL sangat ditentukan oleh kemampuan penelaah-peneaah dari DJA maupun dari K/L.
Setiap bulan Juli Direktorat Jenderal Anggaran dan Kementerian/Lembaga (K/L) disibukkan dengan kegiatan penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL). Pekerjaan yang luar biasa menyita energy baik fisik maupun pikiran. Semua pihak yang terlibat berusaha sekuat tenaga agar RKA-KL yang disusun menjadi dokumen yang berkualitas dan mudah dilaksanakan dalam praktek kegiatan masing-masing K/L.
Redaksi menerima artikel untuk dimuat dalam majalah ini. Artikel ditulis dalam huruf Arial 11 spasi 1.5 maksimal 5 hal. Artikel dapat dikirim ke www.wartaanggaran.yahoo.co.id Isi majalah tidak mencerminkan kebijakan Direktorat Jenderal Anggaran
Gedung Sutikno Slamet Lt. 11 Jl. Dr. Wahidin No.1 Jakarta 10710 Telepon : (021) 3435 7505
Achmad Purwo Hardjanto - Ihsan Maulana Niken Ajeng Lestari - Eko Prasetyo ALAmAT
Ferry Iskandar - Sis Sabani Arfan Udi Winasis - Rachmat Apriansyah
Mulyanto - Dana Hadi Mujono Basuki - Bayu Segara KEUANGAN
Zunaidi - Arief Masdi - Sudadi Dyah Kusumawati - Hidayat Kusuma R.
I.G.A Krisna Murti - Agus Kuswantoro Puji Wibowo - Afrizal - Triana Ambarsari Rini Ariviani - Asrukhil Imro - Mujibuddawah Eko Widyasmoro - Sunawan Agung S. - Achmad
Kasubdit Data dan Dukungan Teknis Penyusunan APBN Kasubdit Data dan Dukungan Teknis Anggaran II Kasubdit Data dan Dukungan Teknis Anggaran III Kasubdit Data dan Dukungan Teknis PNBP
Kepala Bagian Ortala Kasubdit Data dan Dukungan Teknis Anggaran I Kasubdit Pengembangan Sistem Penganggaran Kasubdit Harmonisasi Kebijakan Penganggaran
REDAKTUR PELAKSANA
DESAIN GRAFIS DAN FOTOGRAPHER
TATA USAHA DAN DISTRIBUSI
LAPORAN UTAmA Penelaahan RKA-KL 2012
(Serba-serbi, Berita dan Pendapat Penelaah)
LAPORAN UTAmA Serba-Serbi Penelaahan Dua pekan di bulan Juli ini, kantor Direktorat Jenderal Anggaran terlihat lebih sibuk. Kegiatan Penelaahan RKA- KL 2012 telah dimulai. Berbagai fasilitas dipersiapkan DJA untuk menunjang kelancaran kegiatan penelaahan. Mulai dari ruang tunggu, ruang penelaahan sampai dengan mengakomodir kebutuhan konsumsi untuk para peserta selama penelaahan. Dipersiapkan pula helpdesk untuk mempermudah proses penelaahan. Lokasi penelaahan dibagi menjadi 3 (tiga). Pertama, di Gedung Parkir Lantai
5 DJA, untuk para peserta penelaahan dari Kementerian/Lembaga yang menjadi mitra Direktorat Anggaran III. Kedua, Gedung B (Gedung RM Noto Hamiprodjo) Lantai 2, untuk para peserta dari K/L yang menjadi mitra Direktorat Anggaran II. Ketiga, Gedung A (Gedung Radius Prawiro) Lantai 3, untuk para peserta dari K/L yang menjadi mitra Direktorat Anggaran I. Sebelum melakukan penelaahan, para peserta diwajibkan melakukan registrasi kepada petugas. Saat registrasi, peserta menunjukkan kartu identitas dan Surat Tugas dari instansinya. Kartu identitas ditukar dengan kartu tanda peserta yang dikenakan selama penelaahan berlangsung.
Detail Foto:
1. Peserta melakukan registrasi untuk
mendapatkan tanda peserta
penelaahan.2. Petugas melakukan pemeriksaan
sebelum peserta memasuki ruang
penelaahan3. Suasana penelaahan
4. Layanan helpdesk DJA pada Penelaahan RKA-KL 2012
Bersih Gratifikasi
Direktur Jenderal Anggaran menghimbau seluruh K/L untuk menghindari “calo anggaran” dan tidak memberi gratifikasi kepada petugas DJA dalam penyusunan dan penelaahan RKA-KL 2012. Hal tersebut disampaikan dalam sosialisasi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/ PMK.02/2011 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKA-K/L. Sosialisasi dilakukan tanggal 5-6 Juli 2011 bertempat di Gedung Dhanapala, Kementerian Keuangan.
Sosialisasi dilakukan dalam rangka persiapan kegiatan penelaahan RKA-KL antara DJA dengan seluruh KL yang akan dilaksanakan pada tanggal 6-25 Juli 2011. Sosialisasi disampaikan kepada petugas penelaah, baik dari DJA maupun dari K/L.
Sebelum dilakukan paparan oleh para pejabat DJA, Wakil Menteri Keuangan, Anny Ratnawati memberikan pesan bahwa tahun ini merupakan (tahun pertama pelaksanaan) Performance Based Budgetting sehingga orientasi alokasi anggaran belanja harus berdasarkan outcome dan output. Wamenkeu juga berharap agar terjalin komunikasi yang baik antara DJA dengan komisi terkait di DPR- RI agar proses penganggaran yang telah ditetapkan dapat berjalan lancar.
Paparan sosialisasi disampaikan oleh Direktur Sistem Penganggaran dan Kasubdit Transformasi Penganggaran mengenai Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 93/PMK.02/2011 tentang Petunjuk
Penyusunan dan Penelaahan RKA-KL. PMK ini merupakan pedoman dalam rangka pemantapan penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja dan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah secara penuh. Pada sesi terakhir disampaikan paparan mengenai Sistem Aplikasi RKA-KL oleh tim Aplikasi Sistem Penganggaran.
Penerima Alokasi Anggaran Terbesar 2012
Wakil Menteri Keuangan, Anny Ratnawati, secara simbolik menyerahkan Peraturan Menteri Keuangan dan Sistem Aplikasi kepada Kementerian Pertahanan Sebagai Kementerian Negara/Lembaga yang menerima alokasi anggaran terbesar Tahun Anggaran 2012. Penyerahan dilakukan dalam acara Sosialisasi Peraturan Menteri
LAPORAN UTAmA Keuangan Nomor 93/PMK.02/2011 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKA- K/L. Acara tersebut dilaksanakan pada 6 Juli 2011, bertempat di Gedung Dhanapala, Kementerian Keuangan.
Pada sektor pertahanan dan keamanan untuk mempercepat realisasi minimum essential force (MEF), anggaran untuk Tahun 2012 mengalami kenaikan terbesar.
Alokasi pagu indikatif RAPBN 2012 sebesar Rp 449,2 triliun, tercatat anggaran untuk Kementerian Pertahanan melonjak hingga 29,5% menjadi Rp 61,5 triliun.
Selain Kementerian Pertahanan, penyerahan secara simbolik tersebut juga diberikan kepada Kementerian Pekerjaan
Umum sebagai K/L penerima reward terbesar TA 2011, Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai K/L dengan penyerapan anggaran tertinggi semester
I TA 2011 yaitu sebesar 42,5 persen, dan Badan Nasional Penanggulangan Teroris sebagai K/L pendatang baru TA 2012.
LAPORAN UTAmA
Sri Hartanto Direktorat Anggaran II Sukoharjo - 31 tahun Futsal Pegawai DJA sebagai petugas penelaah harus mengerti dan memahami isi
PMK mengenai penelaahan agar dapat memahami pula keinginan pimpinan. Persiapan yang dilaksanakan sebelum penelaahan yaitu dengan mempelajari SBU, terdapat perubahan atau tidak dalam komponennya, pagu K/L tahun ini dengan yang kemarin sama atau berubah. Selama ini yang menjadi kendala dalam penelaahan yaitu masalah waktu. Waktu yang disediakan sedikit padahal Satker yang ditangani banyak sehingga penelaahan terburu-buru. Sebelum penelaahan dimulai, aplikasi sudah harus siap sejak awal. Adanya perubahan aplikasi sering menyebabkan data yang telah dimasukkan Satker dalam aplikasi sebelumnya hilang.
Pawit Haryanto Mahkamah Konstitusi Kebumen - 47 tahun Mendengarkan Musik Sosialisasi mengenai PMK penyusunan
dan penelaahan RKA-KL dibutuhkan K/L
untuk memahami proses dan prosedur
penelaahan. Kami sebelum penelaahan
menyiapkan data-data dokumen program
kegiatan, komponen, sub komponen dan
output. Setelah kami siapkan, kami ajukan ke
DJA. Secara substansi, proses penelaahan
telah berjalan baik. DJA sudah melayani K/L
dengan bagus, hanya saja pemberitahuan
jadwal penelaahan mendadak. Padahal kami
butuh waktu untuk menyiapkan dokumen-
dokumen yang diperlukan saat penelaahan.
DJA perlu meningkatkan kualitas pelayanan
dan memperbaiki sarana dan prasarana.Sri Hartuti Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Yogyakarta - 50 tahun Untuk penyusunan anggaran tahun
2012, dengan sosialisasi ini orang akan
lebih paham ketika masuk ke software.
Meskipun sudah ada buku petunjuk,
sosialisasi penting untuk menyamakan
pemahaman. Pada dasarnya kami sudah
memahami proses penelaahan karena tiap
tahun sudah melaksanakan. Tahun ini, DJA
telah mempersiapkan materi dengan baik.
Penelaahan akan berjalan lancar selama
kegiatan telah mengacu pada komponen
dan sub komponen yang ada dan data
dukung telah lengkap.Heri Nugroho Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Olahraga, travelling Peraturan dalam proses penganggaran sering berubah-ubah,sehingga pemahaman
K/L masih kurang. Hal ini menyebabkan sering terjadinya kesalahan dalam proses penyusunan, penelaahan dan revisi RKA- K/L. Oleh karena itu, sosialisasi ini perlu dilaksanakan. Sebelum penelaahan di DJA, tempat kami sudah melaksanakan sosialisasi di unit-unit kerja mengenai pagu indikatif dan peraturan-peraturan dalam proses penganggaran. Selain itu juga menelaah Renja 2012 dan menyiapkan persyaratan untuk penelaahan di DJA. Ketika penelaahan di DJA waktu yang disediakan sedikit, fokus pertanyaan dari kami tidak dijawab dengan baik dan pertayaan yang dikirim ke email pemberian jawaban lama dan kurang spesifikasi. Dalam proses revisi, waktu yang ditetapkan 5 hari kerja namun dalam praktek lebih dari 5 hari kerja sehingga perlu adanya perbaikan sistematika revisi.
LAPORAN UTAmA
LAPORAN UTAmA ANGGARAN PENDIDIKAN : BERBAGAI FAKTOR PENENTU DAN PROSES TRANSMISI DAMPAKNYA Oleh : Purwiyanto, SE. mA BERBAGAI FAKTOR PENENTU DAN PROSES TRANSMISI DAMPAKNYA UMUM
Kuantitas dan kualitas sumber daya manusia (SDM) sangat penting artinya bagi perkembangan dan kemajuan berbagai aspek kehidupan suatu bangsa. Hal tersebut banyak dinyatakan dalam teori ekonomi dan pembangunan ekonomi, serta diyakini terbukti secara empiris untuk kasus beberapa negara seperti Jepang, Korea, Singapura, dan yang terkini adalah China. Sehubungan dengan itu, kemajuan pendidikan nasional merupakan hal yang sangat penting untuk diupayakan, baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Secara kuantitas, hal tersebut dapat dicapai melalui penyelenggaraan sistem pendidikan nasional yang mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sementara secara kualitas hal tersebut dicapai melalui penyelenggaraan sistem pendidikan nasional yang mampu meningkatkan keimanan, ketakwaan, serta akhlak mulia. Oleh karena itu, upaya untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi harus dilaksanakan dengan menjunjung tinggi nilai- nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Dengan demikian, kemajuan pendidikan sangat menentukan tingginya nilai bangsa yang bersangkutan di mata dunia, daya saing bangsa tersebut dalam berbagai percaturan kehidupan dunia, dan kualitas kehidupan bangsa tersebut dalam berbagai aspek. Oleh karena itu, upaya pengembangan pendidikan harus dilaksanakan secara sungguh-sungguh dan bertanggung jawab, baik dalam hal penyediaan dananya maupun prakteknya di lapangan sehingga mencapai sasaran seperti yang diharapkan. Sejalan dengan itu, dalam Amandemen keempat Undang-Undang Dasar Tahun 1945 antara lain diatur tentang beberapa hal penting terkait dengan masalah pendidikan. Dalam Pasal 31 diatur bahwa (Ayat 1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan; (Ayat 2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan Pemerintah wajib membiayainya; dan (Ayat 4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Selanjutnya, dalam Keputusan Mahkamah Konstitusi tanggal
20 Februari 2008 diatur bahwa besaran 20 persen untuk dana Pendidikan meliputi anggaran untuk fungsi pendidikan selain biaya pendidikan kedinasan. Sebagai konsekuensi dari aturan tersebut, sejak tahun anggaran 2009 Pemerintah telah mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari anggaran belanja total dalam APBN-P tahun yang bersangkutan. Dengan dipenuhinya ketentuan tersebut oleh Pemerintah, maka alokasi anggaran pendidikan meningkat secara siginifikan sebesar 35 persen dari kondisi sebelumnya , yaitu dari Rp 154,19 miliar (15,6 persen) dalam APBN-P 2008 menjadi Rp 208,29 miliar (20,8 persen) dalam APBN-P 2009. Selanjutnya, dalam APBN-P 2010 dan APBN 2011, anggaran pendidikan masing-masing mencapai Rp 225,23 triliun dan Rp 248,98 triliun, yang berarti mencapai 20 persen dan 20,25 persen dari anggaran belanja total dalam tahun yang bersangkutan. Selanjutnya, untuk menjamin tercapainya kualitas pendidikan yang diharapkan, Pemerintah telah membentuk Komite Pendidikan Nasional (KPN) yang beranggotakan beberapa menteri terkait. Sehubungan dengan itu, volume anggaran pendidikan yang dialokasikan melalui anggaran belanja Pemerintah pusat dan Pemerintah daerah serta pembiayaan anggaran, dari tahun ke tahun akan selalu berkembang sesuai dengan perkembangan anggaran belanja total. Sementara itu, dalam dasar-dasar teori keuangan negara disampaikan dua hal penting terkait dengan perkembangan belanja negara, yaitu (1) belanja negara akan cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya peran Pemerintah (The Law
of State Increasing Activity-Adolf Wagner)
, (2) belanja negara akan meningkat dengan adanya perang/konflik, perkembangan demokrasi, urbanisasi, pertumbuhan penduduk, perkembangan ekonomi, dan lain-lain. Dalam perkembangan terkini, ternyata makin banyak faktor yang dapat meningkatkan belanja negara khususnya bagi negara yang menjalankan APBN-nya seperti Indonesia, baik faktor tersebut sifatnya internal maupun eksternal. Faktor lain dimaksud antara lain adalah, krisis ekonomi global, terjadinya bencana alam, wabah penyakit, dan terdapatnya dampak negatif perubahan iklim. Perkembangan tersebut berdampak pada makin kompleknya proses perencanaan APBN dari tahun ke tahun, yang tercermin antara lain dari diperlukannya komponen cadangan risiko fisKal, cadangan bencana alam, dan berbagai cadangan untuk pengembangan infrastruktur melalui pola kemitraan antara Pemerintah dan badan usaha (Public Private Partnership-
PPP) .
Menyikapi hal tersebut, penulis berpendapat bahwa terdapat beberapa kondisi yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan APBN, baik menyangkut asumsi ekonomi makro, pendapatan negara, belanja negara, defisit, pembiayaan anggaran, maupun langkah lain (administrative dan policy measures) karena dampak dari setiap langkah tersebut akan berpengaruh pada berbagai aspek lain dari APBN, termasuk pada besaran anggaran pendidikan. Penetapan yang kurang hati-hati terhadap masing-masing komponen APBN tersebut dan perubahannya, khususnya bila terlalu optimis (overestimate) dapat menimbulkan beban tambahan yang tidak perlu bagi keuangan negara. Dalam tulisan ini, Penulis
Amandemen keempat Undang- Undang Dasar Tahun 1945 antara lain diatur tentang beberapa hal penting terkait dengan masalah pendidikan. Dalam Pasal 31 diatur bahwa (Ayat 1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan; LAPORAN UTAmA mengelompokkan sumber perkembangan belanja negara dan anggaran pendidikan ke dalam tiga kelompok yaitu (1) perubahan asumsi ekonomi makro, (2) perkembangan kebijakan Pemerintah, dan (3) krisis, wabah, dan bencana alam. Selanjutnya, Penulis mencoba memetakan pengaruh perubahan dari setiap komponen APBN terhadap anggaran pendidikan serta transmisi dari pengaruh tersebut. Tujuan dari hal tersebut adalah sekedar menyediakan bahan pertimbangan yang mungkin bisa bermanfaat dalam perencanaan APBN dan perumusan berbagai kebijakan terkait APBN, serta sebagai media tukar pendapat bagi para peminat. Selanjutnya, penjelasan dari hal tersebut kami sajikan dalam bagian berikut.
Untuk APBN Indonesia saat ini, dapat disampaikan bahwa belanja negara dapat meningkat karena adanya pengaruh dari berbagai hal menyangkut segenap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam penyusunan APBN, dampak perubahan berbagai aspek tersebut dicoba untuk dipertimbangkan melalui penetapan asumsi ekonomi makro; kebijakan belanja negara secara langsung sebagai respon dari perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara serta adanya keperluan penanggulangan krisis, wabah, dan bencana alam; maupun perkembangan dari pendapatan negara sebagai akibat dari berkembangnya basis pemungutan, perbaikan sistem, maupun ditempuhnya kebijakan pengembangan yang lain. Berbagai aspek tersebut saling terkait secara sistematis dan masing-masing berpotensi meningkatkan belanja negara, baik secara langsung maupun secara tidak langsung, dengan besaran yang bervariasi. Pengetahuan mengenai bentuk hubungan dan transmisi dari proses tersebut penting untuk diketahui oleh para pengemban kepentingan, dalam rangka memberikan indikasi dampak awal dari setiap usulan kebijakan yang disampaikan. Dengan demikian, hal tersebut diharapkan dapat memberikan kesadaran bahwa kebijakan tententu yang diambil akan menimbulkan dampak yang lebih besar dari besaran anggaran kebijakan itu sendiri.
Asumsi Ekonomi Makro Dan
ParameterAsumsi ekonomi makro terdiri dari berbagai indikator ekonomi yang diperkirakan berpengaruh secara signifikan terhadap perkembangan besaran berbagai komponen APBN. Asumsi ekonomi makro terdiri dari (1) pertumbuhan ekonomi, (2) tingkat inflasi, (3) tingkat bunga SBI rata-rata tiga bulan, (4) nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, (5) harga minyak mentah Indonesia di pasar dunia (Indonesia crude
price-ICP
), (6) dan lifting minyak mentah Indonesia. Berbagai asumsi tersebut, baik secara individual dan/atau gabungan, baik secara langsung maupun tidak langsung, menentukan besaran berbagai komponen APBN, baik pendapatan negara, belanja negara, defisit APBN, maupun pembiayaan anggaran yang akhirnya dapat berpengaruh pada besaran anggaran pendidikan. Pada umumya, komponen APBN dipengaruhi oleh asumsi ekonomi makro secara gabungan , namun ada juga yang dipengaruhi secara individual. Pengaruh asumsi ekonomi makro yang terjadi secara individual dapat diilustrasikan pada penerimaan hibah, yang sebagian besar berupa hibah luar negeri, yang hanya dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Sementara itu, pengaruh perubahan asumsi ekonomi makro secara gabungan dapat diilustrasikan pada penerimaan sumber daya alam (SDA) yang ditentukan oleh ICP, lifting, dan nilai tukar; serta penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) yang ditentukan oleh pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi,
1 Pertumbuhan Ekonomi Penerimaan perpajakan (nonmigas) + DBH, DAU + Anggaran Pendidikan + PNBP (bagian laba BUMN) + DAU + Anggaran Pendidikan Belanja barang dan modal + Anggaran Pendidikan + 2 Inflasi Penerimaan perpajakan (nonmigas) + DBH, DAU + Anggaran Pendidikan + Belanja pegawai, barang, modal + Anggaran Pendidikan +
3 Nilai Tukar Rupiah Penerimaan perpajakan (migas, nonmigas) + DBH, DAU + Anggaran Pendidikan + 4 Tingkat Bunga Pembayaran bunga utang + + Anggaran Pendidikan + 5 ICP Penerimaan PNBP (SDA migas, pajak migas, DMO) + DBH, DAU + Anggaran Pendidikan + + DAU - Anggaran Pendidikan - Anggaran Pendidikan +
6 Lifting migas Penerimaan SDA Migas (dan PPh migas) + DBH, DAU + Anggaran Pendidikan + 1 Cost Recovery
- - DBH - Anggaran Pendidikan - DAU - Anggaran Pendidikan - 2 MOPS (Mean Plats Of Sing) + DAU - Anggaran Pendidikan - Anggaran Pendidikan + 3 Alpha (diaya dist, margin) + DAU - Anggaran Pendidikan - Anggaran Pendidikan + T a b e l 1
Subsidi energi Penerimaan SDA Migas (dan PPh migas) Belanja Subsidi Belanja Subsidi Parameter Asumsi Ekonomi Makro Transmisi Skema Transmisi Dampak Perubahan Asumsi Ekonomi Makro dan Parameter Migas/Listrik Terhadap Anggaran Pendidikan Awal Antara Akhir Faktor No.
LAPORAN UTAmA
TRANSMISI DAMPAK FAKTOR PENENTU APBN TERHADAP PERUBAHAN ANGGARAN PENDIDIKAN
dan nilai tukar. Di sisi belanja negara, pengaruh asumsi ekonomi makro lebih kental terlihat pada belanja subsidi BBM yang ditentukan oleh ICP dan nilai tukar, serta belanja bunga utang yang ditentukan oleh nilai tukar dan tingkat bunga. Selain itu, di antara komponen APBN yang ditentukan oleh asumsi tersebut juga saling menentukan satu sama lain, karena beberapa komponen belanja negara sengaja dikaitkan dengan pendapatan oleh undang-undang, atau karena memang terkait secara alamiah. Komponen APBN yang dikaitkan oleh Undang-Undang (undang-undang tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah) antara lain adalah dana bagi hasil (DBH) yang dikaitkan dengan sebagian penerimaan perpajakan dan sebagian penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dan dana alokasi umum (DAU) yang dikaitkan dengan penerimaan dalam negeri neto. Sementara itu, keterkaitan secara alamiah terjadi antara pembiayaan utang dengan belanja bunga utang. Selanjutnya, dalam penjelasan ini, juga disinggung dampak perubahan dari faktor lain yang bukan termasuk asumsi tetapi dampaknya dapat siginifikan terhadap komponen APBN tertentu, yaitu parameter dari penerimaan
SDA migas dan subsidi energi. Contoh dari hal tersebut adalah dampak penurunan cost
recovery
terhadap penerimaan penerimaan SDA migas dan PPh migas, serta alpha (margin) Pertamina terhadap belanja subsidi BBM dan alpha PLN terhadap subsidi listrik, yang selanjutnya berpengaruh kepada DAU dan akhirnya kepada anggaran pendidikan. Ilustrasi yang lebih rinci tentang peta pengaruh dan transmisi dari asumsi ekonomi makro serta parameter terhadap anggaran pendidikan disajikan dalam Tabel
1. Ilustrasi rinci yang disajikan dalam tabel tersebut menunjukkan bahwa berbagai asumsi dan parameter mempunyai jalur hubungan dan dampak pengaruh yang berbeda terhadap anggaran pendidikan. Bila dilihat dari jumlah keterkaitannya, dari semua asumsi ekonomi makro yang ada, asumsi pertumbuhan ekonomi, inflasi dan ICP mempunyai keterkaitan yang paling banyak, sementara tingkat bunga merupakan asumsi yang paling sedikit keterkaitannya. Dalam tabel tersebut juga bisa dilihat bahwa perubahan asumsi dan parameter tersebut dapat berpengaruh kepada anggaran pendidikan secara langsung melalui belanja negara; atau secara tidak langsung melalui DBH/DAU; maupun tidak langsung melalui pendapatan negara kemudian DBH/DAU. Namun yang perlu diperhatikan adalah bahwa perubahan semua asumsi dan parameter tersebut akan berdampak pada anggaran pendidikan, dengan jalur transmisi yang bervariasi. Sebagai penjelasan, dapat disampaikan mengenai transmisi pengaruh perubahan asumsi pertumbuhan ekonomi terhadap anggaran pendidikan melalui PPh dan DBH serta DAU. Pada tahap awal, misalnya karena perhitungan penerimaan pajak penghasilan (PPh) nonmigas menggunakan model yang mengkaitkan penerimaannya dengan asumsi pertumbuhan ekonomi, bila asumsi pertumbuhan ekonomi dinaikkan maka penerimaan PPh akan lebih tinggi. Selanjutnya, karena dalam PPh nonmigas terdapat PPh Pasal 21 dan Pasal 25/29 yang merupakan objek dana bagi hasil (DBH), maka naiknya PPh komponen tersebut akan menaikkan DBH. Sementara itu, besaran PPh setelah dikurangi DBH akan merupakan objek dana alokasi umum (DAU), sehingga pada tahap antara kenaikan PPh nonmigas secara umum akan
1 Kebijakan Fiskal Ekspansif Belanja Negara + Bunga Utang + Anggaran Pendidikan + Pemotongan pajak (fasilitas pajak) Penerimaan perpajakan - DBH, DAU - Anggaran Pendidikan - Kenaikan Belanja Negara Belanja Negara + Anggaran Pendidikan + Kontraktif Belanja Negara - Bunga Utang - Anggaran Pendidikan - Kenaikan Pajak (tarif, ektensif, intensif) Penerimaan perpajakan + DBH, DAU + Anggaran Pendidikan + Pemotongan Belanja Belanja Negara - Anggaran Pendidikan - 2 Program Kesejahteraan Prioritas Bansos (klaster) Belanja bansos + Anggaran Pendidikan + BLT Belanja lain-lain + Anggaran Pendidikan + Subsidi Kenaikan Harga BBM Belanja Subsidi - DAU + Anggaran pendidikan + Anggaran pendidikan - Kenaikan TDL Belanja Subsidi - DAU + Anggaran pendidikan + Anggaran pendidikan - Kenaikan jenis, vol, Sasaran, Unit Cost Belanja Subsidi - DAU + Anggaran pendidikan - Anggaran pendidikan +
3 Penyelenggaraan Negara Kenaikan gaji, tunj, penambahan Peg, dll Belanja Pegawai + Anggaran Pendidikan + Efisiensi Belanja Barang Belanja Barang + Anggaran Pendidikan + Pembangunan Infrastruktur, Alutsista menuju MEF a.l Belanja Modal + Anggaran Pendidikan + Belanja Modal Belanja Modal + Anggaran Pendidikan + Perubahan Iklim Anggaran Pendidikan + Agenda Politik Nasional Pemilu Belanja Lainnya + Anggaran Pendidikan + Bantuan untuk Parpol Belanja Lainnya + Anggaran Pendidikan + Pagu Penggunaan PNBP Belanja K/L + DAU - Anggaran Pendidikan - 4 Lain-lain Anggaran Pendidikan + Perubahan Formula DAU DAU + Anggaran Pendidikan + Perubahan Formula DBH DBH + Anggaran Pendidikan +
Tabel 2
Skema Transmisi Dampak Anggaran Dari Kebijakan Pemerintah Terhadap Anggaran Pendidikan No. Faktor Transmisi Awal Antara Akhir LAPORAN UTAmA menaikkan belanja DBH (+) dan DAU (+) sekaligus total belanja negara. Dengan naiknya total belanja negara karena naiknya DBH dan DAU, maka besaran anggaran pendidikan juga akan mengalami kenaikan (+) secara otomatis sesuai dengan proporsinya yang 20 persen tersebut.
Contoh lain, bila komponen cost recovery dipakai sebagai contoh, maka naiknya cost
recovery akan menurunkan (-) penerimaan
SDA migas , kemudian menurunkan DBH dan DAU sekaligus belanja negara, dan akhirnya menurunkan (-) anggaran pendidikan.
Perubahan Kebijakan Pemerintah
Terkait dengan pengaruhnya terhadap besaran anggaran pendidikan, kebijakan Pemerintah dibedakan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu (1) kebijakan fiskal, yang dapat bersifat kontraktif dan ekspansif, (2) penyelenggaraan program kesejahteraan rakyat, dan (3) kebijakan penyelenggaraan negara. Dari tiga kelompok kebijakan tersebut, kebijakan yang mempunyai dampak paling komprehensif terhadap anggaran pendidikan adalah kebijakan fiskal, karena kebijakan fiskal biasanya menyangkut semua komponen APBN, baik pendapatan negara, belanja negara, maupun pembiayaan anggaran. Namun, bila dilihat dari substansi dari masing-masing kebijakan tersebut, maka kebijakan yang sifatnya sustainable dan lebih alamiah adalah kebijakan penyelenggaraan negara, sementara dua kebijakan lainnya yaitu kebijakan fiskal dan kesejahtaraan rakyat lebih bersifat situasional meskipun kenyataan untuk Indonesia nampak seperti berkelanjutan. Secara lebih rinci, skema transmisi dampak kebijakan Pemerintah terhadap anggaran pendidikan disajikan dalam Tabel 2 berikut.
Dalam Tabel 2 dapat diketahui bahwa kebijakan fiskal (secara teori) lebih mengarah pada pengaturan besaran defisit APBN, yang dapat dilakukan dengan mengubah- ubah besaran pendapatan dan/atau besaran belanja. Untuk APBN Indonesia, perubahan besaran anggaran pendapatan negara dapat berpengaruh pada anggaran belanja negara, khususnya anggaran transfer ke daerah, dan kemudian bermuara pada besaran anggaran pendidikan. Pengaruh kebijakan fiskal terhadap anggaran pendidikan akan cenderung lebih besar bila kebijakan tersebut bersifat ekspansif karena menurut pengalaman dalam beberapa tahun terakhir, kebijakan tersebut diterapkan melalui pelonggaran defisit atau peningkatan belanja negara, seperti terjadi dalam program stimulus fiskal 2009, yang selain berupa kenaikan belanja kementerian negara/lembaga (K/L) juga berupa pemberian fasilitas pajak ditanggung Pemerintah (DTP). Untuk waktu ke depan, kebijakan fiskal yang ditempuh Pemerintah akan mempunyai kecenderungan untuk lebih ekspansif seperti tercermin pada ditetapkannya empat pilar pembangunan nasional, yaitu pro growth, pro job, pro poor,
dan pro environment , yang diharapkan
dicapai melalui berbagai kegiatan pembangunan di bidang infrastruktur. Dampak selanjutnya dari kebijakan fiskal ekspansif tersebut terhadap anggaran belanja negara dan anggaran pendidikan adalah melalui naiknya besaran pembiayaan anggaran, dan kemudian beban biaya utang.
Selanjutnya, anggaran pendidikan juga akan terpengaruh secara positif dengan naiknya anggaran belanja negara sebagai konsekuensi dari ditempuhnya berbagai program kesejahteraan rakyat dan penanggulangan kemiskinan. Program yang lebih diarahkan pada pilar terkait kemiskinan (pro poor ) antara lain berupa program prioritas bantuan sosial yang terdiri dari bantuan bidang kesehatan, bantuan bidang pemberdayaan masyarakat, bantuan bidang kesehatan, dan bantuan bencana alam. Selain itu, program lain yang dijalankan Pemerintah adalah pemberian subsidi pangan untuk masyarakat miskin. Program kesejahteraan yang dilaksanakan oleh Pemerintah tetapi tidak semata-mata ditujukan untuk kelompok miskin antara lain adalah pemberian subsidi BBM dan subsidi listrik. Anggaran belanja yang diperlukan untuk berbagai program tersebut antara lain tergantung pada beberapa parameter
LAPORAN UTAmA yang ditetapkan oleh Pemerintah seperti jumlah masyarakat penerimanya (misal : rumah tangga sasaran/RTS), biaya per unitnya, serta volume bantuan yang diberikan untuk masing-masing RTS. Dengan demikian, perubahan volume anggaran belanja tersebut, baik disebabkan oleh perubahan parameter maupun karena sebab lain akan mempengaruhi besaran anggaran pendidikan. Seperti disebutkan pada bagian sebelumnya, bahwa Adolf Wagner menyampaikan hukum (The Law of State Increasing
Activity ) yang intinya adalah bahwa belanja
negara secara umum akan cenderung meningkat sebagai konsekuensi dari makin berkembangnya kehidupan berbangsa dan bernegara. Komponen belanja negara yang cenderung mengalami kenaikan terkait dengan perkembangan penyelenggaraan negara dari tahun ke tahun antara lain adalah belanja pegawai, belanja barang, belanja untuk penyelenggaraan agenda- agenda politik dan pengembangan demokrasi (Pemilu dan bantuan untuk Parpol). Kenaikan berbagai komponen belanja tersebut akan berdampak pada naiknya volume anggaran belanja total, dan akhirnya bermuara pada naiknya anggaran pendidikan.
Penanggulangan Krisis, Wabah, dan Bencana Alam
Sebagai piranti dari pelaksanaan fungsi Pemerintah, APBN merupakan muara dari berbagai hal yang berpengaruh pada kehidupan berbangsa dan bernegara, baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan. Oleh karena itu, selain dipengaruhi oleh berbagai kebijakan Pemerintah yang memang direncanakan seperti di sampaikan di atas, anggaran belanja negara secara keseluruhan juga dapat dipengaruhi oleh terjadinya berbagai kejadian luar biasa yang tidak diharapkan dan tidak diperkirakan sebelumnya seperti krisis ekonomi yang menurunkan daya beli masyarakat sehingga memerlukan anggaran penanggulangan krisis; terjadinya wabah penyakit seperti flu burung, flu babi, dan demam berdarah; serta terjadinya bencana alam seperti gempa bumi, banjir, tanah longsor, kekeringan dan tsunami. Terjadinya berbagai hal tersebut menimbulkan konsekuensi berupa meningkatnya anggaran belanja negara untuk menanggulanginya, dan akhirnya anggaran pendidikan. Secara umum, transmisi dari dampak anggaran belanja negara tersebut disajikan dalam Tabel 3.
Dari tabel di atas dapat dijelaskan tranmisi yang berlaku, misalnya untuk kasus terjadinya kekeringan. Misalnya, karena adanya bencana kekeringan, maka Pemerintah mengantisipasi kondisi tersebut dengan mencanangkan program ketahanan pangan dan mengalokasikan anggaran sejumlah tertentu pada pos belanja lainnya. Tambahan alokasi tersebut akan meningkatkan jumlah belanja total (+), dan akhirnya meningkatkan besaran anggaran pendidikan (+) sebesar 20 persen dari nilai tambahan anggaran belanja lainnya tersebut. Transmisi serupa akan terjadi bila terdapat wabah flu burung, bencana gempa, dan atau krisis ekonomi.
Terkait pembahasan mengenai transmisi dampak anggaran belanja negara terhadap anggaran pendidikan tersebut, terdapat beberapa hal yang perlu dicatat, yaitu:
1. Besaran anggaran pendidikan dipengaruhi oleh banyak sekali faktor penentu APBN, baik yang sifatnya eksternal seperti asumsi ekonomi makro; kebijakan yang direncanakan seperti kebijakan fiskal, berbagai program kesejahteraan dan penanggulangan kemiskinan, perkembangan penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara; serta kejadian yang tidak diharapkan seperti terjadinya berbagai kejadian luar biasa seperti terjadinya krisis global dan domestik, terjadinya wabah penyakit, dan dampak dari terjadinya bencana alam,
2. Mekanisme transmisi dari dampak dari perubahan berbagai faktor penentu APBN terhadap anggaran pendidikan sangat bervariasi; dari arahnya terdapat faktor yang arah pengaruhnya positif, ada yang arahnya negatif; sementara dari jenis komponen yang terpengaruh, terdapat faktor yang pengaruhnya melalui satu komponen pendapatan negara dan/atau belanja negara dan terdapat faktor yang pengaruhnya melalui kombinasi dari komponen APBN (beberapa komponen pendapatan dan/atau belanja negara),
3. Dengan berlakunya transmisi tersebut, penetapan alokasi anggaran pendidikan sebesar minimal 20 persen dari anggaran belanja negara total akan bersifat membesarkan (memperburuk) dampak inefisiensi anggaran yang terjadi karena perkiraan yang terlalu tinggi (over estmate ), namun akan menetralkan inefisiensi yang terjadi karena perkiraan yang terlalu rendah (under estimate ). 1 Krisis Ekonomi Cadangan Risiko Fiskal (belanja lainnya) + Anggaran Pendidikan + Belanja Lainnya (Kompensasi dampak krisis) + Anggaran Pendidikan + 2 Flu Burung Belanja Lainnya + Anggaran Pendidikan + 3 Gempa Bumi, Tsunami, dll Cad Bencana Alam (Bansos di BA 99 dan K/L) + Anggaran Pendidikan + 4 Ketahanan pangan (kekeringan) CBP, CSP + Anggaran Pendidikan +
Tabel 3
Skema Transmisi Dampak Anggaran Penanggulangan Krisis, Wabah, dan Bencana Alam Terhadap Anggaran
Pendidikan
Awal Antara Akhir Faktor No. TransmisiLAPORAN UTAmA
BEBERAPA CATATAN PENTING
PERENCANAAN ANGGARAN
Potret Pembangunan
Infrastruktur Air BersihOleh: Sunawan Agung Saksono
PERENCANAAN ANGGARAN
Infrastruktur di bidang air bersih (air minum) merupakan bagian integral dari pembangunan nasional khususnya bidang infrastruktur. Lebih mendasar lagi infrastruktur di bidang air bersih merupakan dukungan vital untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sehari-hari yang bersifat pokok. Sebagaimana dilaporkan WHO dan UNICEF, populasi dunia yang belum mendapatkan akses air bersih masih cukup tinggi. Persoalan pemenuhan kebutuhan air minum masih menjadi masalah cukup krusial baik di lingkup nasional maupun global. Diperlukan upaya yang berkesinambung untuk menyelesaikan secara berkesinambungan.
Di Indonesia berdasarkan data yang dikeluarkan Kementerian Pekerjaan Umum, pencapaian manfaat pelayanan air minum di perkotaan mengalami peningkatan dari 41% tahun 2004 menjadi 66% tahun 2009 atau terjadi pertambahan angka pelayanan dari 38,7 juta jiwa (2004) menjadi 77 juta jiwa (2009). Di pedesaan meningkat dari 8% (7 juta jiwa) tahun 2004 menjadi 30% (36 juta jiwa) tahun 2009. Dengan kata lain, tahun 2009 masyarakat Indonesia terlayani sarana air minumnya 113 juta jiwa (47,75%) dari jumlah penduduk 236,6 juta jiwa. Dari data tersebut maka tantangan dalam memenuhi kebutuhan air bersih di negeri ini kiranya masih panjang, sehingga pembangunan infrastruktur di bidang air bersih perlu mendapat perhatian baik dari sisi pendanaan maupun prioritas kegiatan/ program.
Prinsip Dublin Rio
Permasalahan di atas memerlukan solusi pemecahan yang cukup mendesak. Mengingat kebutuhan air bersih merupakan kebutuhan pokok bagi kelangsungan hidup seseorang. Banyak pendekatan yang dilakukan negara- negara dalam pembangunan infrastruktur air bersih. Prinsip International yang populer dijalankan dalam pembangunan infrastuktur air bersih (khususnya air minum) dan penyehatan lingkungan adalah prinsip
Dublin Rio
. Prinsip Dublin Rio meliputi: 1) Pembangunan dan pengelolaan air harus berdasarkan pendekatan partisipatif, menyertakan pengguna, perencana, dan pembuat kebijakan pada semua tingkatan; 2) Air adalah sumber terbatas dan rentan, penting untuk menyokong kehidupan, pembangunan dan lingkungan; 3) Perempuan memainkan bagian penting dalam penyediaan, pengelolaan, dan perlindungan air, dan; 4) Air memiliki nilai ekonomi dalam seluruh penggunaannya, dan harus dianggap sebagai benda ekonomi.
Infrastruktur air bersih menjadi bagian dari kebijakan pembangunan sarana dan prasarana perumahan dan pemukiman. Dari kebijakan tersebut, tipe yang dikembangkan adalah pengelolaan berbasis lembaga (BUMD) dan pengelolaan berbasis masyarakat. Sedangkan dari sisi pengembangan sistem air minum dapat dilakukan dengan sistem perpipaan dan non perpipaan. Sistem perpipaan dilakukan oleh PDAM, program IKK (ibukota kecamatan), program Pamsismas, SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum) kawasan MBR (masyarakat berpenghasilan rendah) dan pemberdayaan masyarakat. Sedangkan non perpipaan diantaranya diupayakan melalui sumur-sumur rakyat.
Penyelenggaraan pengembangan SPAM meliputi kegiatan merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/ atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum. Sedangkan Sistem penyediaan air minum (SPAM), menurut PP No.16 tahun 2005 adalah satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran serta masyarakat dan hukum) dari prasarana dan sarana air minum. Dalam tataran praktis, terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih di Indonesia.
SPAM IKK (Ibukota Kecamatan)
Program Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Ibu Kota Kecamatan (SPAM IKK) bertujuan untuk melakukan percepatan dalam meningkatkan cakupan pelayanan air minum di seluruh pelosok tanah air, sehingga kesenjangan antara cakupan pelayanan dan kebutuhan minum dapat diperkecil.
Secara garis besar, pembangunan SPAM
IKK yang dilaksanakan oleh Kementerian PU, khususnya pada Ditjen Cipta Karya dari tahun ke tahun jumlah penduduk sebagai sasaran yang terlayani dan alokasi pendanaan diupayakan meningkat.
Demikian juga dari sisi alokasi pendanaan dari tahun ke tahun mengalami kenaikan sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini:
SPAM Kawasan MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah)
Pembangunan SPAM kawasan MBR dibagi dalam pembangunan SPAM di kawasan Rumah Sederhana Sehat (RSH)/Rusunawa
PERENCANAAN ANGGARAN
khusus dimaksudkan sebagai dukungan (Rumah Susun Sederhana Sewa) dan Tujuan program Pamsimas (Penyediaan Air SPAM di kawasan kumuh/nelayan. Sasaran
Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat) peningkatan perekonomian pada daerah utamanya adalah masyarakat yang memiliki adalah untuk meningkatkan akses layanan tertentu sehingga dapat mengembangkan penghasilan rendah. Untuk TA 2010, alokasi air minum dan sanitasi bagi masyarakat potensi suatu daerah. Pada tahun anggaran dana untuk pembangunan SPAM di miskin perdesaan khususnya masyarakat di 2010, alokasi pengembangan SPAM kawasan MBR, dapat diilustrasikan melalui desa tertinggal dan masyarakat di pinggiran tersebut dapat di 18 lokasi dengan alokasi tabel berikut: kota (peri-urban). dana Rp 35.245.756.000.
Peningkatan akses pelayanan air bersih kepada masyarakat berpenghasilan rendah, kawasan perbatasan, kawasan strategis, terpencil, pesisir, rawan air, kawasan pemekaran, pelabuhan dan perdesaan tetap dilanjutkan untuk TA 2011, bahkan dari sisi alokasi dana mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut: Dibandingkan dengan TA 2010 alokasi untuk SPAM di Kawasan MBR TA 2011 naik sebesar 250%, sedangkan alokasi untuk SPAM IKK mengalami kenaikan sebesar 47,7% , SPAM Pedesaan naik sebesar 10,1%