PENGARUH VARIASI KONSENTRASI CRUDE ENZYME LIPASE Micrococcus sp. L II 61 DAN BIOSURFAKTAN Acinetobacter sp. P2(1) TERHADAP KELARUTAN OIL SLUDGE Repository - UNAIR REPOSITORY
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi FST Universitas Airlangga pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli 2012.
3.2 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris yang menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga kali ulangan. Penelitian terdiri dari sembilan perlakuan, yaitu (A, T, B, Ea, Eb, Ec, BEa, BEb, BEc) dengan rincian perlakuan (A) akuades, (T) surfaktan sintetis Tween-20 sebagai kontrol, (B) biosurfaktan Acinetobacter sp. P2(1), variasi konsentrasi enzim yang digunakan adalah crude enzyme lipase Micrococcus sp. L II 61 yang selanjutnya diberi kode (Ea, Eb, Ec) dengan masing-masing konsentrasi 1 mL (12,5 % (v/v)), 2 mL (25 % (v/v)), 3 mL (37,5 % (v/v)), serta campuran biosurfaktan
Acinetobacter sp. P2(1) dengan crude enzyme lipase Micrococcus sp. L II 61 (BEa, BEb, BEc).
37
- B + + - - - -
Bea + + - + - - BEb + + - - + - BEc + + - - - +
Micrococcus sp. L II 61 yang diisolasi oleh Fatimah dan Nurhariyati (2011)
Isolat bakteri yang digunakan dalam penelitian ini adalah
3.4 Bahan dan Alat Penelitian
Acinetobacter sp. P2(1) (3 mL) dan lama waktu agitasi (menit).
% (v/v)), 3 mL (37,5 % (v/v)) (2) variabel terikat : persentase kelarutan oil sludge (%). (3) variabel kendali: volume oil sludge perlakuan (0,20 mL), media, pH media, kecepatan agitasi (rpm), volume biosurfaktan
Micrococcus sp. L II 61 1 mL (12,5 % (v/v)), 2 mL (25
Variabel penelitian meliputi: (1) variabel bebas : konsentrasi crude enzyme (ekstrak kasar) lipase
3.3 Variabel Penelitian
Keterangan: (-) tidak ditambahkan (+) ditambahkan
Ea + - - + - - Eb + - - - + - Ec + - - - - +
Rincian perlakuannya adalah sebagai berikut:
(kontrol)
A + - - - - - T
Lipase Ea Eb Ec
[=CMC] Jenis crude enzyme
Surfaktan sintetis Tween-20
Biosurfaktan Acinetobacter sp. P2(1)[=CMC]
Oil sludge
Kode perlakuan
Tabel 3.1Kombinasi perlakuan penelitian
3.4.1 Isolat bakteri penelitian
sebagai sumber penghasil enzim lipase dan Acinetobacter sp. P2(1) yang diisolasi oleh Ni’matuzahroh dkk. (2009) untuk memproduksi biosurfaktan adalah dari koleksi Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Airlangga.
3.4.2 Bahan penelitian
a. Media pertumbuhan bakteri penghasil biosurfaktan dan crude enzyme
Nutrient Agar (NA), Nutrient Broth (NB), air mineral sintetis (AMS)
komposisi dari Pruthi and Cameotra (1997), akuades, minyak goreng dan molase 4%.
b. Bahan kimia (NH
4 )
2 SO 4 , MgSO 4.
7H
2 O, NaCl, CaCl 2 , MnSO 4 . H
2 O, H
3 BO 3, ZnSO 4.
7H
2 O, CuSO 4.
5H
2 O, CoCl 2.
6H
2 O, dan Na
2 M o O 4.
2H
2 O, NaOH 10%, HCl 5%, KH PO K HPO FeSO .7H O, alkohol, dan Tween-20. 2 4, 2 4,
4
2
c. Bahan uji kelarutan oil sludge
Oil sludge , aluminium foil, cling wrap, kapas, kertas koran, kertas saring Whatman no. 1 dengan diameter 110 mm, label, dan spiritus.
3.4.3 Alat penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah autoclave Ogawa Seiki, bak plastik, botol kultur, botol fial, cawan Petri, Erlenmeyer, gelas ukur, gelas Beaker, Finn pipet, jarum ose loop, kompor listrik, kuvet, Laminar Air Flow (LAF), lemari es, mikropipet, magnetic stirrer MG-78-1, neraca analitik Shimadzu AEL-200, oven, indikator pH fix 1-14 Macherey-Nagel, pinset, pipet volume, bunsen, rak tabung reaksi, sentrifuge Beckman, shaker incubator, spatula besi, spatula kaca, spektrofotometer (spectronic 20 Bausch-Lomb), tabung reaksi, tensiometer Du-Nouy, tip mikropipet, vortex dan waterbath.
3.5 Prosedur Penelitian
3.5.1 Pembuatan media untuk bakteri
Sebanyak 2,8 gram NA dilarutkan ke dalam 100 mL akuades dan dipanaskan pada hot plate hingga mendidih. Kemudian media dituang ke dalam 20 tabung reaksi dimana masing-masing tabung diisi 5 mL NA sebagai stock NA miring. Tabung reaksi yang berisi NA selanjutnya disumbat dengan kapas dan ditutup dengan aluminium foil. Kemudian disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 121º C, 1 atm, selama 20 menit. Tabung reaksi berisi NA yang telah disterilisasi selanjutnya dimiringkan dan didiamkan sampai media memadat (Renjana, 2011).
3.5.2 Pembuatan media air mineral sintesis
Air Mineral Sintetis (AMS) yang digunakan merupakan komposisi dari Pruthi and Cameotra (1997). Media AMS dibuat dengan cara melarutkan bahan (NH
4 )
2 SO 4 (3 g), MgSO 4.
7H
2 O (0,2 g), NaCl (10 g), CaCl 2 (0,01 g), MnSO 4 . H
2 O
(0,001 g), H
3 BO 3 (0,001 g) , ZnSO 4.
7H
2 O (0,001 g), CuSO 4.
5H
2 O (0,001 g),
CoCl
6H O (0,005 g), dan Na M O 2H O (0,001 g) ke dalam 1000 mL akuades.
2.
2 2 o
4.
2 Larutan tersebut dihomogenkan menggunakan pengaduk magnetik dan pH larutan
dinetralkan dengan penambahan NaOH 10% atau HCl 5%. Kemudian disterilkan yang disebut sebagai larutan makro nutrien dan ditambah larutan mikro nutrien stok KH
2 PO 4 (1 g) dan K
2 HPO 4 (1 g) dalam 50 mL akuades beserta stok FeSO .7H O (1 g) dalam 50 mL akuades setelah disterilkan secara terpisah.
4
2
3.5.3 Pembuatan stok bakteri
Biakan murni Micrococcus sp. L II 61 dan Acinetobacter sp. P2(1) diperbanyak dalam media Nutrient Agar (NA) miring yang telah disiapkan untuk stok. Bakteri ditanam dengan metode gores (streak). Biakan bakteri diinkubasi
o
selama 24 jam pada suhu ruang (27-30
C). Koloni yang tumbuh baik digunakan sebagai stok bakteri selama penelitian.
Gambar 9. Teknik peremajaan mikroba dengan metode streak (gores) pada
tabung agar miring (Tortora et al., 2010)
3.5.4 Perbanyakan bakteri dalam Nutrient Broth
Media Nutrient Broth (NB) yang dibuat dengan cara melarutkan NB (13 g/L) dalam akuades kemudian disterilkan dengan autoclave. Masing-masing dua ose biakan bakteri Micrococcus sp. L II 61 dan Acinetobacter sp. P2(1) dari media agar miring diinokulasikan ke dalam botol 250 mL yang berisi 50 mL media NB.
Kultur bakteri dalam Nutrient Broth diinkubasi pada shaker incubator selama 24
o
jam pada suhu 27-30
C, selanjutnya kultur dapat dijadikan stock penelitian (Renjana, 2011).
3.5.5 Produksi biosurfaktan
Botol kultur ukuran 500 mL diisi dengan 86,4 mL campuran Air Mineral Sintetis (AMS) dan 4% substrat molase (v/v), pH 7. Media disterilkan dengan
autoclave. Kemudian ditambahkan 4,8 mL stok KH
2 PO 4 dan K
2 HPO 4 , 4,8 mL
stok FeSO . 7H O dan 4% starter bakteri Acinetobacter sp. P2(1) (4 mL) yang
4
2
memiliki nilai OD= 0,5 pada λ= 650 nm sehingga total volume larutan adalah 60 mL. Kultur bakteri kemudian diinkubasi dalam shaker dengan kecepatan 120 rpm selama 3 hari (Suciastuti, 2011).
3.5.6 Karakterisasi biosurfaktan
Kultur bakteri yang telah diinkubasi selama 3 hari ditanam dengan metode
streak (gores) pada cawan Petri berisi media Nutrient Agar untuk mengetahui ada-
tidaknya kontaminasi dari mikroba lain. Lalu, sel bakteri dipisahkan dari medium
o
yang mengandung biosurfaktan dengan sentrifugasi (9000 rpm, 4 C, 15 menit). Supernatan hasil sentrifugasi dipisahkan dari peletnya dan dikarakterisasi dengan mengukur tegangan permukaan serta aktivitas emulsifikasi supernatan kultur menggunakan solar.
Pengukuran tegangan permukaan (TP) (mN/m) supernatan kultur bakteri dilakukan menggunakan tensiometer Du-Nouy seperti yang ditunjukkan pada gambar 10. Sebanyak 10 mL supernatan dari kultur bakteri Acinetobacter sp. P2(1) dimasukkan ke dalam cawan Petri yang bersih dan bebas lemak. Mula-mula cawan Petri ditempatkan pada meja sampel yang datar, cincin digantungkan pada pengait yang terdapat pada alat tersebut dan skala diatur pada angka 0. Kemudian, cawan Petri berisi sampel dinaikkan perlahan-lahan dengan cara memutar alat pengatur dibagian bawah alat hingga cincin dapat tercelup tepat pada permukaan cairan sampel. Setelah itu, alat pengatur yang ada disisi lain digerakkan hingga cincin terlepas dari sampel.
Nilai tegangan permukaan yang didapat adalah nilai skala pada saat cincin terlepas dari sa mpel (Ni’matuzahroh dkk., 2009). Nilai tegangan permukaan sampel dihitung menggunakan rumus. Akuades dan molase digunakan sebagai kontrol, dinyatakan dalam dyne/cm dan dilaporkan sebagai hasil rata-rata dari 3 ulangan, dengan menggunakan rumus:
r = r o x
Dimana: r = tegangan permukaan sampel
o
r o = tegangan permukaan akuades pada t C = tegangan permukaan sampel yang terbaca pada alat
= tegangan permukaan akuades yang terbaca pada alat o
Penurunan nilai tegangan permukaan (>10 dyne/cm) menunjukkan bahwa bakteri tersebut berpotensi menghasilkan biosurfaktan.
Sedangkan aktivitas emulsifikasi diukur dengan menggunakan metode Suryatmana dkk. (2006). Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 1 mL supernatan ditambah dengan 1 mL solar. Setelah divortex selama 2 menit, diamati aktivitas emulsifikasi (AE) (%) setelah 1 jam dan 24 jam diamati dengan mengukur tinggi fase emulsi (cm) terhadap tinggi total cairan (cm) dikali 100% (Pruthi and Cameotra, 1997). tinggi emulsi
% Emulsifikasi = X 100% tinggi total cairan
Gambar 10. Tensiometer du-Nouy (Muna, 2011)
3.5.7 Produksi crude enzyme lipase
Media produksi crude enzyme lipase yang digunakan adalah media
Nutrient Broth (13 g/L) yang ditambahkan dengan substrat minyak goreng
sebanyak 2% (v/v). Sebanyak 100 mL media dimasukkan ke dalam masing-
o
masing botol kultur ukuran 500 mL dan disterilisasi pada suhu 121 C selama 15 menit (Suciastuti, 2011).
Sebanyak 5% (v/v) kultur Micrococcus sp. L II 61 dalam Nutrient Broth diinokulasikan ke dalam masing-masing
650 nm
dengan nilai absorbansi 0,5 pada λ botol kultur berukuran 500 mL yang telah berisi media produksi dengan volume 100 mL. Inkubasi dilakukan dalam shaker pada suhu ruang dengan agitasi 120 rpm selama 16 jam. Supernatan crude enzyme diperoleh dengan cara kultur disentrifugasi pada kecepatan 9.000 rpm dalam suhu 4°C selama 15 menit.
Supernatan hasil sentrifugasi tersebut digunakan sebagai crude enzyme (ekstrak kasar enzim). Crude enzyme lipase tersebut diuji aktivitas lipolitik secara kuantitatif, selain itu juga dilakukan pengukuran nilai tegangan permukaan
(mN/m) serta aktivitas emulsifikasi (%) pada solar setelah 1 dan 24 jam (Pruthi and Cameotra, 1997).
3.5.8 Pengukuran aktivitas lipolitik crude enzyme lipase
Pengukuran tegangan permukaan (TP) (mN/m) crude enzyme lipase Micrococcus sp. L II 61 dilakukan menggunakan tensiometer Du-Nouy.
Sedangkan, nilai aktivitas emulsi setelah 1 jam dan 24 jam pada solar diamati dengan mengukur tinggi fase emulsi (cm) terhadap tinggi total cairan (cm) dikali 100% (Pruthi and Cameotra, 1997).
3.5.9 Persiapan oil sludge dalam tabung reaksi untuk perlakuan Oil sludge dipipet sebanyak 0,20 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
yang ditambahkan 7,80 mL larutan uji sehingga konsentrasi oil sludge dalam larutan uji sebesar 2,5% (v/v). Berat oil sludge ditimbang menggunakan timbangan analitik dan dicatat sebagai Wop.
3.5.10 Perlakuan
Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian eksperimental yang terdiri atas 1 kontrol dan 8 perlakuan dengan rincian sebagai berikut : Perlakuan 1 (A), yaitu 0,20 mL oil sludge + 7,80 mL akuades. Kontrol (T), yaitu 0,20 mL oil sludge + 7,80 mL surfaktan sintetis Tween-20 pada konsentrasi sama dengan CMC.
Perlakuan 2 (B), yaitu 0,20 mL oil sludge + 7,80 mL biosurfaktan
Acinetobacter sp. P2(1)
Perlakuan 3 (Ea), yaitu 0,20 mL oil sludge + 1 mL crude enzyme lipase Micrococcus sp. L II 61 + 6,80 mL akuades.
Perlakuan 4 (Eb), yaitu 0,20 mL oil sludge + 2 mL crude enzyme lipase Micrococcus sp. L II 61 + 5,80 mL akuades.
Perlakuan 5 (Ec), yaitu 0,20 mL oil sludge + 3 mL crude enzyme lipase L II 61 + 4,80 mL akuades.
Micrococcus sp.
Perlakuan 6 (BEa), yaitu 0,20 mL oil sludge + 3 mL biosurfaktan
Acinetobacter sp. P2(1) + 1 mL crude enzyme lipase Micrococcus sp. L II 61 + 3,80 mL akuades.
Perlakuan 7 (BEb), yaitu 0,20 mL oil sludge + 3 mL biosurfaktan
Acinetobacter sp. P2(1) + 2 mL crude enzyme lipase Micrococcus sp. L II 61 + 2,80 mL akuades.
Perlakuan 8 (BEc), yaitu 0,20 mL oil sludge + 3 mL biosurfaktan
Acinetobacter sp. P2(1) + 3 mL crude enzyme lipase Micrococcus sp. L II 61 + 1,80 mL akuades.
Kontrol perlakuan dalam penelitian ini menggunakan surfaktan sintetis Tween-20 yang merupakan surfaktan tandingan dari biosurfaktan Acinetobacter sp. P2(1).
Volume total tiap perlakuan adalah 8 mL sehingga masing-masing penambahan 1 mL crude enzyme lipase Micrococcus sp. L II 61 setara dengan 12,5% (v/v), 2 mL 25% (v/v), 3 mL 37,5% (v/v) dan pada perlakuan penambahan biosurfaktan Acinetobacter sp. P2(1) sebesar 37,5% (v/v).
3.5.11 Uji kelarutan oil sludge
Seluruh kelompok kontrol dan perlakuan yang masing-masing terdiri atas 3
o
ulangan, divortex pada suhu ruang (27
C) selama 15 menit. Oil sludge yang —30 terlarut (dalam fase cair) lalu, dilakukan sentrifugasi pada kecepatan 9.000 rpm selama 15 menit pada suhu 4°C sebanyak 5 mL. Kemudian supernatan didiamkan selama 15 menit sebelum difiltrasi. Pada perlakuan tanpa sentrifugasi, setelah divortex perlakuan didiamkan selama 15 menit kemudian difiltrasi. Kelarutan oil
sludge diketahui dengan cara melakukan filtrasi atau penyaringan fase cair dari masing-masing perlakuan.
3.5.12 Filtrasi fase cair dari masing-masing perlakuan
Kertas saring Whatman no. 1 dengan diameter 110 mm dan disiapkan untuk filtrasi fase cair dari masing-masing perlakuan. Kertas saring yang digunakan untuk filtrasi dibungkus dengan aluminium foil. Aluminium foil dan
o
kertas saring dioven dengan suhu 50 C selama satu hari kemudian ditimbang —55 dengan neraca analitik dan dicatat beratnya sebagai Wo. Sebanyak 1 mL sampel fase cair dari hasil sentrifugasi dituang ke dalam aluminium foil dengan kertas saring di dalamnya. Kelarutan oil sludge diukur dari oil sludge yang terpisah dan terperangkap dikertas saring tersebut.
Kertas saring yang telah ditambahkan 1 mL sampel dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 51 —55°C selama enam jam. Kertas saring yang telah kering kembali ditimbang dan dicatat beratnya sebagai Wt. Berat kering dinyatakan sebagai berat yang tidak berubah kembali setelah proses pengovenan. Semua prosedur yang dilakukan ketika filtrasi fase cair dari kontrol dan perlakuan ini dilakukan secara bebas lemak.
Setiap perlakuan yang dilakukan dalam uji kelarutan oil sludge, selalu disertai dengan blanko. Blanko merupakan berat larutan Tween-20, supernatan biosurfaktan Acinetobacter sp. P2(1) dan crude enzyme Micrococcus sp. L II 61 tanpa penambahan oil sludge yang diperlakukan sama seperti perlakuan lainnya.
Berat kering blanko dari masing-masing perlakuan dicatat sebagai Wb.
3.5.13 Penghitungan nilai persentase kelarutan oil sludge
Nilai persentase kelarutan oil sludge dari masing- masing perlakuan dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut: Dimana: Wot = berat oil sludge terlarut (g) Wb = berat blanko perlakuan (g) Wop = berat oil sludge perlakuan (g)
Sedangkan berat oil sludge terlarut dihitung menggunakan rumus berikut: Dimana: Wot = berat oil sludge terlarut (g/volume total) Wt = berat kertas saring + oil sludge terlarut (g/mL) Wo = berat kertas saring (g)
3.6 Analisis Data Penelitian
Data yang didapat dalam penelitian ini adalah karakteristik dari biosurfaktan dalam supernatan kultur Acinetobacter sp. P2(1), larutan produk kasar biosurfaktan Acinetobacter sp. P2(1), larutan surfaktan sintetis Tween-20 pada konsentrasi sama dengan CMC serta crude enzyme (ekstrak kasar) lipase
Micrococcus sp. L II 61, yaitu nilai tegangan permukaan (TP) (mN/m) serta
aktivitas emulsifikasi (AE) (%) terhadap solar setelah 1 jam dan 24 jam. Aktivitas enzimatik crude enzyme lipase Micrococcus sp. L II 61. Serta data kelarutan oil
sludge (%) oleh biosurfaktan Acinetobacter sp. P2(1) konsentrasi sama dengan CMC dan atau crude enzyme lipase Micrococcus sp. L II 61.
Data perolehan produk kasar, nilai tegangan permukaan dan aktivitas emulsifikasi dari biosurfaktan Acinetobacter sp. P2(1) terhadap solar dianalisis untuk mengetahui adanya produk biosurfaktan Acinetobacter sp. P2(1). Data kelarutan oil sludge (%) dianalisis secara statistik, langkah pertama data diuji berdistribusi normal dengan menggunakan uji One sample Kolmogorov-Smirnov. Pengujian selanjutnya untuk mengetahui asumsi data memiliki varians bersifat homogen digunakan uji Levene test. Data kelarutan oil sludge (%) berdistribusi normal dan memiliki varians homogen, dilanjutkan dengan uji One-way Analysis
of Varians (ANOVA) (derajat signifikasi 5%) pada program Statistical Package
(SPSS) menunjukkan beda nyata maka dilanjutkan dengan uji
For Social Science
Duncan karena datanya homogen yang bertujuan untuk mengetahui pasangan kelompok perlakuan mana yang memiliki nilai kelarutan oil sludge berbeda signifikan.