POLA PEMBINAAN KEHIDUPAN BERAGAMA Dl YONIF 4 1 1 KOSTRAD KOTA SALATIGA TAHUN 2008

  

POLA PEMBINAAN KEHIDUPAN BERAGAMA

Dl YONIF 4 1 1 KOSTRAD KOTA SALATIGA TAHUN 2008

S K R I P S I

  

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I

Dalam Ilmu Tarbiyah

  

Disusun Oleh :

R O K H I Y U L K H I H M A W A T I

N IM : 111 9 9 0 3 9

  

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

  2

  9

  D E P A R T E M E N A G A M A Rl S E K O L A H T I N G G I A G A M A IS L A M N E G E R I ( S T A IN ) S A L A T IG A

  JL Stadion 03 Telp. (0298) 323706,323433 Salatiga 50721 Website :

  

P E N G E S A H A N

R O K H IY U L K 111 04 039

  Skripsi Saudari : dengan Nomor Induk Mahasiswa :

  "PO LA PEM BINA AN K E H ID U PA N BER A G A M A DI

  yang berjudul :

  Y O N IF 411 K O STR A D K O TA SA L A TIG A TA H U N 2008” ,

  Telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi

  K am is 20 A gustus 2009 M

  Agama Islam Negeri Salatiga pada hari: yang

29 Sya’ban 1430 H

  bertepatan dengan tanggal dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Saijana dalam Ilmu Tarbiyah.

  20 Agustus 2009 M Salatiga, — --------------------------------------

  29 Sya'ban 1430 H Panitia Ujian

  Sekretaris Sidang

  

>r. Im am Sutom o, M .A g D r. H. M uh. Saerozi M .A g

  IIP. 19580827 198303 1 002 NIP. 19660215 199103 1 001 Penguji I Penguji II

  ' 7

  • * 1 /

  

Drs. Taufiqul M u'in, M .A g Dra. Ulfah Susilaw ati, M .Si

  NIP. 19631205 199203 1 001 NIP. 19660407 199403 2 001 Pembimbing

  Drs. A bdul Svukur, M .Si

  NIP. 19670307 199403 1 002

  DEPARTEMEN A G A M A Rl SEKOLAH T IN G G I A G A M A IS LA M NEGERI (S T A IN ) S A LA TIG A

  .//. Station 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721

  Website : E-m ail: administrasi@.stainsalalig;i.;ic.id

DEKLARASI

liisinilahirrahmanirrahiin

  Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikiran juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqasah skripsi.

  Demikian deklarasi ini aibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, April 2009 Penulis

  Uokliiyul K NI M. I l l 9 9 0 .1 9 M OTTO

  

I

I j U p J i £ C ©mi m&ftz.

  o > ( r ) p n , I >

  • • i J I l 'f )

  Sesunggudnya manusia itu Senar-Senar derada dafam

Perugian, decuaR orcmg-orang yang 6eriman dan mengerjadan

amaCsaCed dan nasedat menasefati supaya mentaati de6enaran

dan nasedat menasedati supaya menetapi desadaran.

  

(Q.S A d Asdr)

PERSE1M BAH AN

  Spripsi ini penuds persemSaPpan untup:

  

1. J4yaP dan iSunda tercinta yang teCafi mengasun dan

mengasiPipu

  2. Suamipu tercinta " 3. (Putripu %auf(PutriJQvesyafi Sina tersayang

  4. JZdipjadipu yg say a cintai

  5. SeCuruP saPaPat yang seCaCu memSeri dupungan

  I

  DEPARTEMEN A G A M A Rl SEICOLAH T IN G G I A G A M A IS LA M NE G ER I (S T A IN ) S A L A T IG A

  Jl. Station 03 Telp. (0298) 323706, 323933 Salatiga 50721 Website :

  Drs. Abdul Sukur, M.Si DOSEN STAIN SALATIGA NOT A PEM LIMBING

  Lamp : 3 ckscmplar Hal : Naskah skripsi

  Saudari Rokhiyul K Kepada Yth. Kctua S'l’AlN Salatiga di Salatiga

  A ssahim u 'alaiknm. IVr. IVL

  Solelah kanti mcncliti dan mengadakan perbaikan scperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudari . Naina : Rokhiyul K NIM : 111 04 039

  / : T A R B 1 Y A H /P A I

  Jurusan Progdi

  J^idul : M O DEL PEM BINA AN KEH1DUPAN BER A G A M A DI Y O N IF 4 i l K O STRAD KOTA

SA LA TIG A TA H U N 2008

  Dengan ini kami mohon skripsi Saudari tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

  Wassalamu'aluikum, wr, wb

  Salatiga, 5 Agustus 2009

  

KATA PENGANTAR

\

  Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat menyelcsaikan pcnulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan junjungan nabi agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya kejalan kcbcnaran dan kcadilan.

  Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini adalah “MODEL PEMBINAAN KEHIDUPAN BERAGAMA DI YONIF 411 KOSTRAD KOTA SALAT1GA TAHUN 2008".

  Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun matcriil. Dengan penuh kcrendahan hati, penulis mengucapkan tcrima kasih kepada:

  1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag sclaku ketua STAIN

  2. Fatchurrahman, M.Pd ,selaku Kaprogdi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga.

  3. Drs. Abdul Syukur, M.Ag, selaku pembimbing yang telah dengan ikhlas dan sabar mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam membimbing penyelesaian penilisan skripsi ini.

  4. Segenap Bapak dan lbu Dosen serta karyawan STAIN Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu dan pelayanan hingga studi ini selesai.

  5. Komandan Batalyon (Danyon) Yonif 411 Kostrad Salatiga

  

DAFTAR 1SI

  

  

  BAB 1 PENDAHULUAN

  

  

  

  

  

  

   BAB II LANDASAN TEORI

  A. Deskripsi Pembinaan Agama Islam dalam Kehidupan

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  2. Model Pembinaan Kehidupan Beragama di Yonif

  

  B A B IV A N A LISIS D A TA

  A. Gambaran Kehidupan Beragama di Yonif 411

  

  

  

  

   DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP L AMPIRAN-LAMPI RAN

  

B A B I

PENDAH ULUAN

A. Latar Bclakang M asalah

  Pengamalan Pancasila yang menjadi tanggung jawab semua warga negara, khususnya pengalaman sila Ketuhanan Yang Maha Esa, tercermin dalam kehidupan beragama. Tanggung jawab akan kehidupan terletak pertama-tama pada agama bersangkutan. Dalam hubungan hal itu maka salah satu masalah yang dihadapi ialah bagaimana menyerasikan bimbingan kehidupan beragama dengan pembangunan kebudayaan yaitu meliputi agama, hukum, ekonomi dan sebagainya.

  Kehidupan beragama di laksanakan dan dikembangkan sesuai dengan keyakinan dan ajaran agama masing-masing. Hal ini sesuai dengan pasal 29 ayat (2) UUD 1945. Pelaksanaan dan peningkatan kehidupan beragama pertama-tama adalah tanggung jawab penganut masing-masing agama. Isi dan letak kehidupan beragama ditentukan oleh masing-masing agama atas dasar ajara agama yang bersangkutan. Negara membantu terpeliharanya kerukunan beragama.1 Di dalam kehidupan sehari-hari, agama tampil dalam beberapa wajah.

  Wajah pertama ialah wajah ajaran atau doktrin. Tiap agama memiliki paham- paham yang diimani. Tiap agama mempunyai perangkat pedoman perilaku, perangkat kaidah sosial. Wajah kedua ialah kesatuan para penganut. Para 1

  1 Suatu Pemikiran tentang, Kehidupan Beragama Sekaligus Beradat, Agama dan Adat,

Proyek Peneragan, Bimbingan dan Da'wah/Khotbah Agama Protestan Dep. Agama RI., t.t., th,

him. 31

  2

  penganut bersama-sama merupakan umat yang tersusun menurut tata masyarakatnya sendiri dan berperilaku sesuai identitasnya masing-masing.

  Wajah kctiga ialah kepcmimpinan. Di dalam umat yang beragama selalu tcrdapat orang-orang yang dianggap berwewenang atau berwibawa sebagai pemimpin.

  Sehubungan dengan sumbangan agama untuk pembangunan, tidak dapat diabaikan peranan para pemimpin agama. Para pemimpin agama di Indonesia memiliki wibawa yang besar di mata para penganut. Mereka dianggap pengganti atau penyambung lidah kekuasaan di duniawi di bumi ini.

  Mereka dianggap berhak memberikan tafsir kitab suci, memberikan pedoman perilaku berdasarkan wahyu yang dianuti para pemimpin agama menjadi obor penyuluhan dan sumber ilham dalam menghadapi bermacam-macam masalah pribadi dan masyarakal/

  Dalam meniliki kehidupan beragama di negeri kita dewasan ini, sebuah "benang merah" tak terelakkan lagi selalu muncul kepermukaan. Ia merupakan penggambaran dari kondisi objektif kehidupan beragama kita sebagai bangsa. Wujudnya adalah masih besarnya rasa saling mencurigai antara sesama kita, baik dalam arti masyarakat beragama maupun pemerintah.'5

  Di antara sesama pemeluk agama masih belum terjalin rasa saling

  • mempercayai, bukan hanya antara para pemeluk agama yang berbeda, 2

2 T. B. Simatupang, dkk., Peranan Agama-Agama dan Kepercayaan terhadap Tuhan

  

Vang Maha Esa dalam Negara Pancasila yang Memangun, PT. BPK Gunung Mulia, JaKarta,

1987, him. 50 J Abdurrahman Wahid,

  Mengurai Hubungan Agama dan Negar, Grasiondo, Jakarta, 1999, him. 96.

  3

  melainkan juga antara pemeluk agama yang sama. Demikian juga antara pemerintah dengan masyarakat pemeluk agama masih terdapat salah pengertian akan sikap dasar yang dianut masing-masing terhadap agama, sesuatu yang memang tak terhindarkan lagi akan saling berbeda.

  Antara para pemeluk berbagai agama belum tercapai kesepakatan akan hakikat pemahaman yang harus dilakukan. Yang dimaksudkan di sini adalah pemahaman atas keyakinan agama orang lain. Kaum muslimin masih menganggap konsep tauhid Islam adalah satu-satunya penasfiran, yang dapat diterima atas sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Konsep tauhid ini menekankan ketunggalan Tuhan dalam esensi maupun manifestasinya.

  Pandangan seperti ini jelas sekali merupakan penerapan konsep Islam atas pemahaman para penganut agama Kristen, Katolik, Hindu, Buddha.

  Mereka semua memisahkan antarahakikat Tuhan dengan manifestasi-Nya. Dalam pandangan ini, keyakinan akan ketunggalan zat Tuhan sudah memahami untuk menasfirkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, walaupun dalam manifestasinya Tuhan akan mengambil penggambaran simbolis berbilang lebih dari satu.

  Keyakinan akan Tuhan Bapak, Tuhan Anak dan Roh Suci di kalangan kaum Katolik dan keyakinan umat Hindu akan dewa-dewa, merupakan bentuk konkret dari penafsiran ini. Sudah tentu terasa tidak masuk akal bagi kaum muslimin. Sebaliknya, kaum muslimin mendambakan pelaksanaan ajar an agama secara tertulis. Ini dirasakan sebagai penggunaan negara untuk kepentingan satu pihak saja bagi umat beragama lain.

  4 Kesalah pahaman antara umat beragama dengan pemerintah juga

  mewarnai kehidupan beragama. Keinginan pemerintah untuk mengatur hubungan antara para pemeluk agama yang saling berbeda, sering dirasakan sebagai pengekangan oleh umat beragama. Dengan demikian, sikap itu melanggar prinsip kebebasan menjalankan ibadah dan ajaran agama, yang dijamin oleh UUD 1945.

  Kerangka yang baik untuk dikembangkan saat ini adalah mendudukkan agama dan Pancasila pada sebuah pola hubungan yang jelas dan fungsional. Selama ini Pancasila hanya dilihat sebagai pengatur lalu lintas hubungan antaragama belaka, agar tidak timbul pertentangan hebat antara pemeluk berbagai agama.

  Agama dan Pancasila, tidak boleh diidentifikasikan secara meyeluruh, karena fungsi masing-masing saling berbeda. Pancasila berfungsi sebagai landasan hidup berbangsa dan bernegara. Dengan kata lain, menjadi kerangka kemasyarakatan sebagai bangsa. Dalam keadaan demikian, Pancasila haruslah mewadahi aspirasi agama dan menopang kedudukannya secara fungsional.

  Agama merupakan landasan keimanan warga masyarakat dan menjadi unsur motivasi, yang memberikan warna spiritual kepada kegiatam mereka.

  Agama menempatkan seluruh kegiatan masyarakat pada tingkat yang tidak sekadar bersifat insidental belaka. Agama adalah faktor utama yang memberikan perspektif dinamis bagi kehidupan dalam pengertian yang paling dasar pertanggung jawab manusia kepada sang Maha Pencipta.

  5 Dalam acuan paling dasar, Pancasila berfiingsi mengatur hiup kita

  sebagai kolektivitas yang disebut bangsa, sedangkan agama memberikan kepada kolektivitas tersebut tujuan kemasyarakatan (social purpose). Tanpa tujuan kemasyarakatan yang jelas dengan nyata, hidup bangsa hanya akan berputar-putar pada siklus pertentangan antara cita pemikiran dan kecenderungan naluri alamiah belaka.

  Agama justru menyatukan kedua unsur mutlak kehidupan itu dalam sebuah kerangka etis yang paripurna. Kerangka etis sepeti itulah yang harusnya melandasi moral Pacasila sebagai aturan permainan paling dasar bagi bangsa dengan negara. Jelaslah dengan demikian, antara agama dan Pancasila terdapat hubungan simbiotik, yang satu tak dapat hidup di Indonesia tanpa yang lain. Hubungan simbiotik itulah yang memunculkan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, bukannya sekadar hanya ideologi negara belaka.4

  Dari segi lain dapat dilihat pula, betapa pentingnya peran agama dalam memberikan bimbingan dalam hidup manusia. Ada mengakui adanya dorongan-dorongan dan keinginan-keinginan yang perlu dipenuhi oleh tiap- tiap individu. Orang ingin punya harta, punya pangkat untuk menjamin rasa aman dan rasa harga dirinya, bahkan yang terpenting menjamin kebutuhan akan makan dan minum. Namun dalam memenuhi semua kebutuhan itu ada ketentuan-ketentuan agama yang akan memelihara orang agar jangan sampai jatuh kepada kesusahan dan kegelisahan yang mengganggu ketentraman batin.

4 Ibid, him. 96-100.

  6 Pendek kata agama memberikan bimbingan hidup dari yang sekecil-kecilnya

  sampai kepada yang sebesar-besarnya. Mulai dari hidup pribadi, keluarga, masyarakat dan hubungan dengan Allah, bahkan dengan alam semesta dan makhluk hidup yang lain. Jika bimbingan tersebut dijalankan betul-betul akan terjaminlah kebahagiaan dan ketentraman batin dalam hidup ini.5

  Kontek Yonif 411 Kostrad Salatiga sebetulnya sudah termasuk daerah yang beragam agama dan budaya, serta keragaman etnis juga terdapat di dalamnya. Berdasarkan pola keberagamaan di Yonif 411 Kostrad Salatiga maka penulis tertarik apabila model beragama ini di kaji. Penulis menganalisis pola pembinaan kehidupan beragama mengkhususkan pada pembinaan agama Islam. Karena di Indonesia mayoritas beragama Islam, begitu pula dilingkungkan militer Yonif 411 Kostrad Salatiga yang menempati adalah mayoritas beragama Islam.

  Ketertarikan penulis untuk meneliti di Yonif 411 Kostrad Salatiga adalah adanya sisi inklusif dalam mengakomodasi keragaman agama dan dalam keragaman cara berkehidupan pada lingkungan tersebut.

B. Penegasan Istilah

  Untuk mendapat pengertian dalam permudah pemakaian serta untuk menentukan arah yang jelas dalam menyusun skripsi ini, maka penulis memandang perlu memberikan penegasan dalam maksud penulisan judul tersebut:

5 Zakiah Daradjat,

  Penerapan Agama dalam Kesehata Mental, CV. Haji Masagung,

  7

  1. Pola pembinaan Dalam Kamus Bahasa Indonesia pola mempuntai arti bentuk

  (struktur) yang tetap.0 Sedangkan pembinaan berasal dari kata dasar "bina" dan mendapatkan imbuhan pem-an yang mempunyai arti tindakan atau kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang baik.6

  7 Jadi pola pembinaan adalah bentuk struktur yang tetapi dalam suatu tindakan dalam membina anak yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang baik.

  2. Kehidupan beragama Kehidupan berasal dari kata dasar "hidup" mendapatkan imbuhan ke-an yang mempunyai arti perihal, keadaan dan sifat hidup.8 Beragama berasal dari kata dasar "agama" mendapat kata imbuhan "ber" dan mempunyai arti memeluk (menjalankan) agama.9 Jadi kehidupan beragama adalah keadaan hidup manusia dalam memeluk agama.

  3. Yonif 411 Kostrad Salatiga Yonif 411 batalyon infantri dibawah pimpinan dari Brigif (Brigade Infantri). Kostrad (Komando Strategi Angkatan Darat). Jadi kesatuan Batalyon Komando Strategis Angkatan Darat menempati urutan ke 411 di Salatiga

  6 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2007, him. 885.

  7 Ibid, him. 152.

  8 WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2006, him. 418

  8 C. Rum usan M asalah

  Dalam rumusan masalah dalam penelitian ini penulis rinci dalam beberapa sub pokok masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimanakah kehidupan beragama Islam di Yonif 411 Kostrad Kota Salatiga?

  2. Bagaimanakah pola pembinaan kehidupan beragama Islam di Yonif 411 Kostrad Kota Salatiga?

  D. Tujuan Penulisan Skripsi

  Berangkat dari rumusan masalah di atas, penulis mempunyai tujuan masalah, yaitu :

  1. Mengetahui kehidupan beragama Islam di Yonif 411 Kostrad Kota Salatiga.

  2. Mengetahui pola pembinaan kehidupan beragama Islam di Yonif 411 Kostrad Kota Salatiga.

  E. M anfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas tentang pola pembinaan kehidupan beragama di Yonif 411 Kota Salatiga. Dari informasi tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis maupun secara teoritik, yaitu :

  1. Secara praktis, apabila ternyata ada pengaruh positif pembinaan kehidupan beragama yang dapat di contoh, khususnya agama Islam dapat mempeoleh pemahaman tentang arti pentingnya pola pembinaan kehidupan beragama

  9 Islam yang ternyata dapat mengarahkan komunitas beragama Islam dalam

  berkehidupan di Yonif 411 Kostrad Kota Salatiga. Selanjutnya dari pemahaman tersebut para pembina keagamaan dapat senantiasa memberikan bimbingan dalam mcmbangkitkan sikap positif para komunitas di Yonif 411 Kostrad Salatiga.

  2. Secara teoritik diharapkan memperoleh temuan baru di bidang pelaksanaan pola pembinaan kehidupan beragama Islam, khususnya dapat memperkaya khasanah dunia pembinaan kehidupan beragama Islam di Yonif 411 Kostrad Salatiga yang diperoleh dari penelitian.

  M etodologi Penelitian F.

  Jika ditinjau dari segi tempat penelitian maka penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field veasearch). Sebab data-data yang dikumpulkan dari lapangan terhadap obyek yang bersangkutan yakni Yonif 411 Kostrad Salatiga. Namun jika dilihat dari pendekatan penelitian maka penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-fakta yang ditemukan di lapangan bersifat verbal, kalimat, fenomena-fenomena dan tidak berupa angka-angka.

  Subjek penelitian adalah sumber data yang diperoleh selama penelitian. Bila penelitian menggunakan wawancara maka sumber data disebut responden yaitu orang-orang yang merespon pertanyaan-pertanyaan penelitian. Adapun dalam penelitian ini yang dijadikan subyek penelitian adalah:

  10

  1. Paroh (Pembina rokhani) Pembina rokhani yang dimaksud adalah kepala bagian yang mengurusi keagamaan di Yonif 411 Kostrad Kota Salatiga.

  2. Pembina keagamaan Pembina keagamaan yang dimaksud adalah pembina yang diambil sebagai sampel yaitu diambil dari bintara-bintara yang banyak mengetahui tentang pengetahuan keagamaan karena langsung berkaitan dengan pelaksanaan internalisasi pendidikan agama, bagi anggota maupun seluruh komunitas Yonif 411 Kostrad Salatiga.

  3. Anggota dan komunitas Yonif 411 Kostrad Salatiga Anggota prajurit dan komunitas Yonif 411 Kostrad Salatiga yang diambil sampel adalah anggota yunior dan senior serta ibu-ibu Persit.

  Metode pengumpulan data Ada beberapa metode pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu :

  1. Interview Interview yaitu mengorek jawaban responden dengan bertatap muka.10 Metode ini digunakan untuk memperoleh data dari pembina agama tentang model pembinaan kehidupan beragama sebagai metode internalisasi pembinaan keagamaan.

10 Suharsimi Arikunto,

  Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Yogyakarta, 1997, him. 229

  13 Bab II Landasan Teori

  Meliputi deskripsi pembinaan agama Islam dalam kehidupan beragama; pengertian, fungsi agama dalam kehidupan, konsep kehidupan keagamaan mcnurul Islam, model pembinaan agama Islam dalam kehidupan dan tujuan meningkatkan kehidupan beragama. Perspektif organisasi militer meliputi; pengertian dan fungsi militer.

  Bab III Laporan Hasil Penelitian A. Gambaran umum Yonif 411 Kostrad Salatiga Meliputi sejarah berdirinya Yonif 411 Kostrad Salatiga, letak geografis, kondisi keagamaan masyarakat Yonif 411 Kostrad Salatiga

  B. Deskripsi pembinaan keagamaan Yonif 411 Kostrad Salatiga Meliputi model kehidupan beragama di Yonif 411 Kostrad Salatiga, model pembinaan kehidupan beragama di Yonif 411 Kostrad Salatiga.

  BAB IV Analisis Data Meliputi gambaran umum Yonif 411 Kostrad Salatiga, gambaran pembinaan kehidupan beragama di Yonif 411 Kostrad Salatiga, alasan diadakan pembinaan kehidupan beragama di Yonif 411 Kostrad Salatiga.

  BAB V Penutup Meliputi kesimpulan dan saran-saran

  

B A B II

LANDASAN TEO RI

A. Deskripsi Pem binaan Agam a Islam dalam K chidupan Bcragama

  1. Pengertian Pendidikan merupakan tanggung jawab sosial semua pihak baik keluarga, lembaga pendidikan, ataupun masyarakat. Adalah suatu yang tidak wajar bila pendidikan agama tanggung jawabnya dibebankan kepada para guru agama dan ustadz saja. Penyelenggaraan pendidikan agama secara struktural dapat dibutuhkan melalui kerangka inovasi dari segala bidang keagamaan baik internal maupun ekstemal. Pertama, hendaknya tercipta lingkungan khusus keagamaan, ini bisa dilakukan di dalam lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga di usahakan secara optimal daripada menanamkan konsep-konsep dasar pengetahuan Islam, akhlak dan kebiasaan beribadah. Kedua, sekolah lingkungan permanen untuk memupuk dan mengembangkan pengetahuan tersebut. Menjadi daya penggerak yang menyatu dalam diri anak. Ini dibutuhkan pembinaan dan keteladaan maksimal dari segenap guru (khususnya yang beragama Islam).

  Ketiga,

  masyarakat sebagai penjelmaan dari hasil doktrin pemahaman dasar berupa karya nyata, amaliah ilmiah (bikauni al-hal). Karena pada prinsipnya siswa akan bergumul dengan gejolak sosial yang penuh retorika dari berbagai sektor.

  15 Secara eksternal melalui bidikan dan tempaan pelajaran, inovasi

  dimulai dari pengenalan dasar ditingkat prasekolah atau dalam sekolah dasar. Pada tingkat ini hendaknya ada penjelmaan doktrin mengenai ulum

  syar'iyyah, sains yang bersumber dari Nabi, bukan dari penggunaan akal,

  misalnya pada tingkat berikutnya (SLTP), anak mulai dibawa pada praktik-praktik keagamaan yang bersifat ibadah, seperti salat, puasa, sodaqoh dan sebagainya. Sedang pada terhadap lanjutan atas (SLTA), anak mulai diajak berpikir kritis melalui proses nasional terhadap masalah- masalah sosial budaya, ekonomi dan politik dengan tidak meninggalkan tarikh tentang keislaman itu sendiri (ulum ghairu syar'iyyah).1

  Berdasarkan konsep pengertian bimbingan dan konseling islami, baik yang umum maupun yang khas di bidang-bidang tertentu, maka bimbingan keagamaan Islami dapat dirumuskan sebagai berikut: "Bimbingan keagamaan Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar dalam kehidupan keagamaannya senantiasa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat".

  Seperti telah diketahui, bimbingan dan konseling tekanannya pada upaya pencegahan munculnya masalah pada diri seseorang. Dengan demikian bimbingan keagamaan Islami merupakan proses untuk membantu seseorang agar: 1) Memahami bagaimana ketentuan dan petunjuk Allah tentang (kehidupan) beragama, 2) Menghayati ketentuan

1 A. Busyairi Harits,

  Dakwah Kontektual, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006, him. 110- 111

  16

  dan petunjuk tersebut, 3) Mau dan mampu menjalankan ketentuan dan petunjuk Allah untuk beragama dengan benar (keberagamaan Islam), itu, yang bersangkutan akan bisa hidup bahagia dunia dan di akhirat, karena terhindar dari resiko menghadapi problem-problem yang berkenaan dengan keagamaan (kafir, syirik, munafik, tidak menjalankan perintah Allah sebagaimana mestinya dan sebagainya).2

  2. Fungsi Agama dalam kehidupan Pemahaman mengenai fungsi agama tidak dapat dilepas dari tantangan-tantangan yang dihadapi manusia dan masyarakatnya.

  Berdasarkan pengalaman dan pengamatan analitis, dapat disimpulkan bahwa tantangan-tantangan yang dihadapi manusia di kembalikan pada tiga hal : ketidak pastian, ketidak mampuan, dan kelangkaan. Untuk mengatasi itu semua manusia lari kepada agama, karena percaya dengan keyakinan yang kuat bahwa agama memiliki kesanggupan yang definitif dalam menolong manusia.3

  Fungsi agama:

  a. Agama memberikan bimbingan dalam hidup Pengendalian utama kehidupan manusia adalah kepribadiannya yang mencakup segala unsur-unsur pengalaman, pendidikan dan keyakinan yang didapatnya sejak kecil. Apabila dalam pertumbuhan seseorang terbentuk suatu keperibadian yang harmonis, dimana segala unsur-unsur pokoknya terdiri dari pengalaman-pengalaman yang

  2 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, UII Press, Yogyakarta,

  2001, him. 62-63

  3 D. Hendropuspito , Sosiologi Agama, Kanisius, Yogyakarta, 1983, him. 38

  17

  menentramkan bantin, maka dalam menghadapi dorongan-dorongan, baik yang bersifat fisik (biologis), maupun yang bersifat rohani dan sosial, ia akan sealu wajar, tenang dan tidak menyusahkan atau melanggar hukum dan peraturan masyarakat di mana ia hidup. Akan tetapi orang yang dalam pertumbuhannya dulu mengalami banyak kekurangan dan ketegangan batin, maka keperibadiannya akan mengalami kegoncangan. Dalam menghadapi kebutuhannya, baik yang bersifat jasmani, maupun rohani, ia akan dikendalikan oleh keperibadian yang kurang baik itu, dan banyak di antara sikap dan tingkah lakunya akan merusak atau mengganggu orang lain.

  Agama yang ditanamkan sejak kecil kepada anak-anak sehingga merupakan bagian dari unsur-unsur kepribadiannya, akan cepat bertindak menjadi pengendali dalam menghadapi segala keinginan-keinginan dan dorongan-dorongan yang timbul. Karena keyakinan terhadap agam yang menjadi bagian dari kepribadian itu, akan mengatur sikap dan tingkah laku seseorang secara otomatis dari dalam. Ia tidak mau mengambil hak orang atau menyelewengkan sesuatu, bukan karena ia takut akan kemungkinan ketahuan dan hukuman pemerintah atau masyarakat, akan tetapi ia akan takut akan kemarahan dan kehilangan ridho Allah yang dipercayainya itu. Ia akan bekerja giat untuk kepentingan sosial, negara dan bangsa, bukan karena ingin dipuji, diberi pengharga atau dinaikkan pangkatnya, akan tetapi karena keyakinan agamanya menganjurkan demikian. Jika ia

  18

  menjadi seorang ibu atau bapak di rumah tangga, ia merasa terdorong untuk membesarkan anak-anaknya dengan pendidikan dan asuhan yang diridhoi oleh Allah. I a tidak akan membiarkan anak-anaknya melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum dan susila.

  Pendek kata agama memberikan bimbingan hidup dari yang sekecil-kecilnya sampai kepada yang sebesar-besarnya; mulai dair hidup pribadi, keluarga, masyarakat dan hubungan dengan Allah, bahkan dengan alam semesta dan makhluk hidup yang lain. Jika bimbingan-bimbingan tersebut dijalankan betul-betul, akan terjaminlah kebahagiaan dan ketentraman batin dalam hidup ini. Tiada silang-sengketa, tiada adudomba, tiada kecurangan dan kebencian dalam pergaulan. Hidup aman, damai dan sayang-menyayangi antara satu sama lain.4

  b. Agama adalah penolong dalam kesukaran Kesukaran yang paling sering dihadapi orang adalah kekecewaan. Apabila kekecewaan terlalu sering dihadapi dalam hidup ini, akan membawa orang kepada perasaan rendah diri, pesimis dan apatis dalam hidupnya; kekecewaan-kekecewaan yang dialaminya itu akan sangat menggelisahkan batinnya. Mungkin ia akan menimpakan kesalahannya kepada orang lain, tidak mau bertanggung jawab atas kesalahan yang dibuatnya, dan mungkin pula akan menimbulkan perbuatan-perbuatan yang merugikan orang lain. Lain halnya dengan

4 Zakiah Darajat,

  Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Haji Masagung, Jakarta, 1994, him. 56-59.

  19

  orang yang benar-benar menjalankan agamanya. Setiap kekecewaan yang menimpanya tidak akan memukul jiwanya. Ia tidak akan putus asa, tapi ia akan menghadapinya dengan tenang.^

  3. Konsep kehidupan keagamaan menurut Islam Setiap orang, menurut Islam pada dasarnya telah dikaruniai kecenderungan untuk bertauhid, mengesakan Tuhan, dalam hal ini Allah

  SWT. Tegasnya, dalam diri setiap manusia ada kecenderungan untuk meyakini adanya Allah SWT dan beribadah kepadaNya. Dalam istilah Al- Qur'an kecenderungan dimaksud disebt dengan "fitrah". Ini tercermin dalam ayat dan hadis sebagai berikut:

  • * s Q

  J ju — +>

   ^ j ^

  6 j pjii v X ' X j & & J j i x j

  Artinya :"Muka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.

  Tidak ada perubahan pada fitrah Allah, agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui". (Q.S. Ar-Rum:

  30 y Jika apa yang secara naluriah saja bisa berubah karena pengaruh lingkungan, lebih-lebih lagi yang merupakan hasil pengaruh lingkungan.

  Jelasnya, seseorang yang dalam kehidupannya sudah beragama Islam, bisa saja beralih menjadi kafir. Seseorang yang sudah bertauhid, bisa saja berubah menjadi musyrik. Sebaliknya seseorang yang semula kafir atau musyrik dan sebagainya, bisa juga berubah menjadi seorang mukmin dan 5

  6

  5 Ibid, him. 56

  6 Holly Quran

  20

  muslim. Namun demikian, pengaruh lingkungan (pendidikan dan sebagainya) pun tidaklah mutlak, sebagian tergantung pula pada diri orang yang bersangkutan.7

  Menurut Sugarda Poerbakawatja mengatakan; lingkungan dapat memberi bahan-bahan kongkrit mengenai kehidupan sehari-hari untuk dijadikan bahan pelajaran. Dengan kata lain, apa yang terjadi di sekitar kehidupan seorang anak melalui panca indra atau hati, maka sangat berpengaruh terhadap tingkah laku yang ia perankan sepanjang hidupnya.

  Dalam pembahasan singkat mi lingkungan pendidikan dibatasi pada; (1) lingkungan rumah tangga, (2) lingkungan sekolah, dan (3) lingkungan masyarakat. Pada lingkungan rumah tangga terdapat kedua orang tua yang melahirkan dan membesarkannya. Sedangkan di lingkungan sekolah ada pelaksanaan pendidikan. Yang terakhir dalam masyarakat terdapat individu-individu atau kelompok sebagai teman bergaul yang bersifat heterogen. Di lingkungan ini anak terkadang lepas kendali karena pengaruh karakter yang beragam dan komplek.

  4. Model Pembinaan agama Islam dalam kehidupan Model pembinaan keagamaan Islam yang diterapkan dalam kehidupan dapat diambil dari ajaran-ajaran sufisme yaitu etika sufi.

  Karena sufi adalah dawamul ubudiyah, orang yang selalu membiasakan ibadah baik secara zahir maupun batin bersamaan dengan menghadirkan Allah dalam hatinya. Etika sufi dapat ditentukan dalam penampilan hidup

7 Aunur Rahim Faqih, op.cit, him. 58-59

  21

  yang membawa nilai religius dan akhlakul karimah. Etika sufi sebagai peragai hidup secara rinci sangat banyak. Namun pada skala prioritas yang umum dibuat laku perbuatannya sehari-hari antara lain :

  a. Hidup zuhud Hidup zuhud artinya sikap hidup yang tidak terlalu mementingkan dunia. Etika ini selalu menjadi pegangan pelaku tasawuf, dunia hanya sebatas angan. Ia meletakkannya sebagai alat kehidupan bukan tujuan. "Dunia dianggap kecil dan tidak ada pengaruhnya dalam hati".

  b. Hidup takwa Takwa secara umum dapat diartikan "menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangannya", menurut Afif Abdul Fattah takwa adalah seseorang yang memelihara dirinya dari segala sesuatu yang mengundang kemurkaan Tuhannya dan dari segala sesuatu yang mendatangkan mudarat, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam etika Sufi tampilan takwa tidak terbatas ketika sebuah peribadatan berlangsung di suatu tempat, tetapi pada semua lapangan hidup seseorang. Mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali. Takwa tidak memiliki tempat dan waktu.

  c. Hidup qana'ah Hidup qana'ah adalah hidup yang menerima dan rela terhadap ketetapan Allah, baik pada dirinya, menyangkut fisik maupun kekayaan, jabatan, karier dan status sosial. Muhammad ali al-tannudzi

  22

  mengatakan: "Qana'ah adalah kerelaan jiwa terhadap ketetapan Allah yang berhubungan dengan rizki".

  d. Hidup istiqamah Artinya sikap teguh dalam mmepertahankan keimanan dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam tantangan. Menurut al- Daqqaq, istiqoinah terdapat tiga tingkata: 1) Taqwin, 2) iqamah dan 3) istiqamah. Maksudnya, pembentukan sopan santun, dilanjutkan dengan mewujudkannya setiap hari, dan yang terakhir mendekatkan diri kepada Allah.

  e. Hidup mahabbah Mahabbah artinya cinta. Pelaku sufisme meletakkan hidup mahabbah ini pada lingkaran komprehensif, mulai dari cinta kepada dirinya sendiri, Allah dan Rasul-Nya, dan cinta kepada semua makhluk di luar dirinya. Cinta kepada diri sendiri artinya menyikapi hidup dengan nuansa amanah yang diberikan Allah kepadanya, khususnya yang berhubungan dengan anggota tubuh.

  f. Hidup ikhlas Seorang sufi dalam kehidupan sehari-hari dituntut memiliki sifat ikhlas. Artinya dalam menjalani hidup murni karena Allah. Sikap

  "inna salati wanusuki wa mahyaya wa mamati lillahi rabbil 'alamiri'

  menjadi dasar setiap ia bergerak, berkata, dan bertingkah laku. Ia menghajatkan kebutuhannya kepada Allah, dan selalu "lillah" (karena Allah) apapun yang ia perbuat sepanjang hidupnya. Ikhlas terbagi

  23

  menjadi 3 (tiga), ikhlas dalam beribadah, ikhlas dalam beramal, dan ikhlas dalam berjuang menegakkan kebenaran di muka bumi. Menurut Sayid sabiq, ikhlas adalah seseorang berkata, beramal dan bejihad mencari ridla Allah SWT, tanpa mempertimbangkan harta, pangkat, status, popularitas, kemajuan atau kemunduran, supaya dia dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan amal dan kerendahan akhlaknya serta dapat berhubungan langsung dengan Allah SWT.

  g. Hidup tawakal Sebagai bagian dari kehidupan, seorang sufi dituntut dalam dirinya selalu tawakal dan senantiasa berkait dengan iman. Allah menyatakan: "Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu orang-orang beriman" (Q.S. Al-Ma'idah: 23). Salah seorang iman sufi, Sahal bin Abdullah telah mengakui: "Tawakal itu adalah keadaan Nabi SAW, sedang usaha adalah sunnahnya. 'Dan barangsiapa yang tetap dalam keadaannya maka janganlah meninggalkan sunnahnya'.

  Tawakal adalah sikap pasrah kepada Allah setelah ada upaya untuk mencapainya, seperti usaha dan doa.

  h. Zikir kepada Allah Zikir atau ingkat kepada Allah juga merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh seorang sufi. Ia selalu membiasakan diri dengan lisan dan hatinya berhubungan dengan Allah. Karena rindu, tidak jarang terlihat komat-kamit mulutnya setiap saat, bahkan alat hitung berupa "tasbih" di tangannya, selalu menjadi teman setia bagi dirinya. Zikir

  24

  itu dapat dengan hati, lisan, dan perbuatan (bil-walbi, bil-lisan wa bil a'mali al-jawarih ). i. Hidup wara'

  Biasanya sikap wara' ini diartikan menjauhkan diri dari perbuatan yang subhat (sesuatu yang tidak ditemukan secara jelas haram dan halalnya). Menurut Imam al-Ghazali; wara' sama dengan keluhuran budi mencakup perkataan, hati dan perbuatan. Dari perkataan, ia dapat menahan diri dari ucapan yang sia-sia, tidak ada manfaatnya. Wara' dalam hati mencegah manusia agar tidak lengah dalam hal-hal (bisikan-bisikan) yang remeh. Sedangkan wara' dalam perbuatan adalah meliputi kewaspadaan yang berkaitan dengan makan, minum dan pakaian, semua itu harus dari hasil yang halal. j. Membiasakan taubat

  Dalam etika sufi untuk menjaga diri tetap bersih dari dosa dan maksiat, pelaku tasawuf diwajibkan untuk melakukan taubat. Baik secara terang-terangan melakukan larangan-larangan Allah atau melakukannya secara samar. Bahkan di kalangan orang khawas (orang yang memiliki tingkatan sufi yang tinggi) berlaku bahwa taubat tidak semata dilakukan oleh orang yang mempunyai dosa, tetapi juga dilakukan bagi orang yang lalai dan lengah untuk ingat kepada Allah. Inilah yang disebut Al-Qur'an sebagai "taubatan nasuha" atau taubat yang sebenamya. Dzinnun al-Misri mengatakan, taubatnya orang awam adalah karena dosa-dosa, sedang taubatnya orang yang

  25

  mempunyai kekhususan adalah karena kelalaian. Jadi mereka segera taubat jika berpikir selain Allah.8

  5. Tujuan Meningkatkan Kehidupan Beragama Peningkatan kehidupan beragama pertama-tama adalah tuntunan agama itu sendiri. Agama mengajarkan bagaimana penganutnya hidup dalam hubungan dengan Tuhannya dan dengan sesamanya.

  Bangsa kita sedang berada dalam era pembangunan, termasuk pembangunan di bidang agama. Agama dan nilai universilnya seperti ajara tentang kesamaderajatan manusia, keadilan, persaudaraan dan sebagainya dan sudah sewajarnya menjadi pendorong dan penggerak pembangunan.

  Manusia yang utuh lahir batin itulah tujuan pembangunan nasional Indonesia dan itu pulalah tujuan kehidupan beragama.9

  Kehidupan beragama Islam atau muslim adalah kehidupan yang mengidentifikasikan diri kepada peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Dengan dimanifestasikan di dalam keyakinan yang terdapat di dalam rukun iman dan dilaksanakan di dalam perkataan berserta perbuatan yang terdapat pada rukun Islam. Kehidupan ini bertujuan untuk sampai ke tingkat muttaqin dan muhsinin dengan karakteristik.

  a. Bertaqwa kepada Allah SWT 8 Busyairi Harits, op.cit, him. 158-165.

9 Suatu pemikiran tentang kehidupan beragama sekaligus beradat,

  Agama dan Adat,

proyek penerangan bimbingan dan da'wah/khotbah agama protestan Dep. Agama RI, t.th, him. 33-

  26

  b. Beribadah, yaitu menjalankan segala ketentuan perbuatan yang harus dilakukan oleh manusia di dalam rangka berhubungan dengan Allah SWT. (syahadat, shalat, shiam, zakat dan naik haji) dan perbuatan yang harus dilakukan oleh manusia di dalam rangka berhubungan dengan manusia yang lain dan alam semesta yang tujuan akhirnya dilakukan dalam rangka ibadah dengan niat yang ikhlas.

  c. Menjaga silaturahmi di antara sesama manusia di dalam keluarga dan masyarakat dengan cara saling nasihat-menasehati, tolong-menolong di jalan yang baik, menyuruh berbuat yang ma'ruf dan mencegah perbuatan yang mungkar. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an surat Al-Ashr (103): 1-3.

  Artinya : "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam

  kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran." (Q.S. Al-Ashr : 1-3)10

  d. Menjauhkan diri dari perbuatan keji dan mungkar baik perbuatan yang betul-betul dilarang dengan ketetapan Allah. Dalam Al-Qur'an dalam As-Sunnah dan juga perbuatan yang bertentangan dengan tata cara nilai atau sistem norma yang terdapat pada masyarakat.

10 Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, Toha Putra, Semarang, 1989, him. 1099

  27 Kehidupan manusia selalu berkembang akibat banyaknya