Uji Escherichia coli pada jamu gendong beras kencur yang beredar di 3 pasar di Kotamadya Yogyakarta - USD Repository

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Theodorus Haryu Jinarwanto Nomor mahasiswa : 028114065 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  

Uji Escherichia Coli Pada Jamu Beras Kencur yang Beredar di 3 Pasar Di

Kotamadya Yogyakarta

  Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

  Yogyakarta, 11 Februari 2008 Yang menyatakan

  Theodorus Haryu Jinarwanto

  

UJI Escherichia coli PADA JAMU GENDONG BERAS KENCUR YANG

BEREDAR DI 3 PASAR DI KOTAMADYA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Theodorus Haryu Jinarwanto

  

NIM: 028114065

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2008 SKRIPSI

  

UJI Escherichia coli PADA JAMU GENDONG BERAS KENCUR YANG

BEREDAR DI 3 PASAR DI KOTAMADYA YOGYAKARTA

  Yang diajukan oleh: Theodorus Haryu Jinarwanto

  NIM : 028114065 Telah disetujui oleh:

  Pembimbing Yustina Sri Hartini M.Si., Apt Tanggal : 11 Februari 2008

  Sebuah perjalanan dimulai dari sebuah pemikiran, sebuah pemikiran membuat kita bisa memanfaatkan hidup, hidup menuntut kita untuk terus menggali makna yang terpendam di dalamnya. Disini kita mencoba menggapai sebuah legenda.... adakah yang tahu ke mana lagi tangan nasib akan membawa kita. Saat tugas akhir ini dimulai, siapa yang mengira bahwa semua harus dijalani selama setahun? Adalah ketentuan yang kemudian kami ketahui bagaimana berakhirnya. Selalu, kita terus berjalan. Meski terkadang dalam lelah yang menyiksa raga, tapi semangat tak pernah pudar. Terus menjadi bara yang siap mengambil alih kemudi saat semua tak terasa benar. Semangat tak pernah pudar, berteman dengan jiwa yang tak pernah mati. Selama berjalan kita tersadar, titik-titik pengetahuan menuntun manusia pada titik berikutnya, sebuah pertanyaan membawa manusia pada pertanyaan lain.

  Dengan ilmu kehidupan menjadi enak; dengan seni kehidupan menjadi halus; dan dengan agama, hidup menjadi terarah dan bermakna .

  K upersem bahkan karya ini U ntuk m ereka yang m em iliki tem pat khusus D alam denyut kehidupanku My Father : H. Hargiyatno My Mother : A. Yuliastuti My Sister : F.E. Kristiandari My Grandpa and My Grandma My Friends Teman-teman yang membutuhkan inspirasi ....

KATA PENGANTAR

  Dengan penuh rasa syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan anugerah serta kehendakNya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Uji Escherichia coli Pada Jamu Gendong Beras Kencur Yang Beredar di 3 Pasar di Kotamadya Yogyakarta. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah sesuatu hal yang mudah, hanya dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Yustina Sri Hartini M.Si., Apt, selaku dosen pembimbing yang telah berkenan membimbing, mengarahkan dan memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  2. Yohanes Dwiatmaka, M.Si selaku dosen penguji, atas kritik dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

  3. Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. selaku dosen penguji, atas kritik dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

  4. Rita Suhadi, MSi. Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  5. Sri Hartati Yuliani S.Si., Apt., M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang vi

  6. Keluargaku tercinta atas kasih sayang, doa serta dukungannya baik moril maupun materiil.

  7. Sahabat-sahabatku angkatan 02 kelas B: Anno, Ema, Astu, Rina, Heri (Kumal), Arinawa, Rio, Tepe, Antok, Paulin, Ayu, Prima, Puri, atas persahabatan, kebersamaan dan dukungannya selama ini.

  8. Teman-teman seperjuangan dalam penyusunan skripsi ini: Danu dan ndaru atas segala saran, kebersamaan, keceriaan dan dukungannya selama ini.

  9. Sobat-sobatku sekontrakan: Arinawa, Heri, Kobo, Anno, atas persahabatan, keceriaan dan kebersamaannya selama ini.

  10. Teman – teman komunitas kontrakan: Antok, Thomas, Eko, Yuda, Danu, TP dan Rio atas kebersamaan dan guyonannya selama ini.

  11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Skripsi ini jauh dari sempurna karena keterbatasan pikiran, waktu dan tenaga. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini lebih mendekati sempurna. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan.

  Yogyakarta, 25 Januari 2008 Penulis

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 25 Januari 2008 Penulis,

  Theodorus Haryu J

  

INTISARI

Jamu beras kencur banyak dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia.

  Dalam pembuatan terdapat dua bahan dasar pokok yang selalu dipakai, yaitu beras dan kencur. Peraturan Menteri Nomor 661/Menkes/SK/VII/1994 tentang persyaratan obat tradisional mensyaratkan obat tradisional harus bebas dari mikroba patogen, salah satunya adalah Escherichia coli. Pada manusia Escherichia coli dapat menyebabkan penyakit diare, septimia, peritonistis, dan meningitis.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri Escherichia coli pada jamu beras kencur yang dijual di 3 pasar di wilayah kotamadya Yogyakarta yaitu Pasar Kranggan, Pasar Karangwaru, dan Pasar Pingit.

  Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 3 kali dari tiap orang penjual pada hari yang berbeda. Identifikasi Escherichia coli dilakukan menurut prosedur yang tertera pada MA PPOMN No.97/MIK/00 tentang uji Escherichia coli pada obat tradisional. Identifikasi dilakukan secara biokimiawi dengan uji IMVIC (Indol, metil merah, voges proskaeur, sitrat)

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 15 sampel yang diambil, 6 sampel positif mengandung Escherichia coli. Dilihat dari asal sampel, 4 dari 5 orang penjual, menjajakan jamu beras kencur yang positif mengandung bakteri Escherichia coli.

  Kata kunci: Escherichia coli, jamu beras kencur

  

ABSTRACT

  Jamu beras kencur many consumed by publics in Indonesia. There are two basic matters to make jamu beras kencur, that are rice and curcuma. Minister Regulation No.661/Menkes/SK/VII/1994 about the condition of traditional medicine that have to clear from pathogens bacteria, one of them is Escherichia coli. At human, Escherichia coli can cause diarrhoea, septimia, peritonistis, and meningitis.

  This research's purpose was to identify Escherichia Coli in jamu beras kencur that are sold in 3 markets in Jogjakarta, Kranggan Market, Karangwaru Market, and Pingit Market.

  This research was non-experimental research with descriptive design. Sampling was done counted 3 times;rill of each seller at different day. Identification of Escherichia coli was done appropriate with procedure written in MA No.97/MIK/00 about experiment of Escherichia coli at traditional medicine. Identification was done biochemically with IMVIC (Indol, Methyl Red, Voges Proskaeur, Citrate).

  This research result showed that out of 15 sample which taken, 6 positive sample contained Escherichia coli. Seen from of sample, 4 of 5 seller, vend Jamu beras kencur which are positive containing Escherichia coli. Keyword: Escherichia coli, jamu beras kencur

  DAFTAR ISI Halaman

  HALAMAN JUDUL .................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................. iv KATA PENGANTAR................................................................................. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...................................................... vii

  INTISARI.................................................................................................... viii

  

ABSTRACT .................................................................................................. ix

  DAFTAR ISI ............................................................................................... x DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv BAB I. PENDAHULUAN .........................................................................

  1 A. Latar Belakang ..............................................................................

  1 1. Perumusan Masalah ..................................................................

  4 2. Keaslian Penelitian ...................................................................

  4 3. Manfaat Penelitian ...................................................................

  4 B. Tujuan Penelitian.............................................................................

  4 BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA .......................................................

  5

  xi B. Jamu Gendong ................................................................................

  10 C. Jamu Beras Kencur .........................................................................

  13

  15 D.

   Escherichia coli ..............................................................................

  E. Sterilisasi .........................................................................................

  16 F. Media...............................................................................................

  20 G. Identifikasi Bakteri .........................................................................

  24 H. Landasan Teori ...............................................................................

  28 I. Hipotesis..........................................................................................

  29 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ..................................................

  30 A. Jenis dan Rancangan Penelitian .....................................................

  30 B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................

  30 C. Bahan Penelitian .............................................................................

  31 D. Alat Penelitian .................................................................................

  31 E. Tata Cara Penelitian .......................................................................

  32 1. Pemilihan Sampel .....................................................................

  32 2. Sterilisasi Alat ...........................................................................

  32 3. Pembuatan Media .....................................................................

  32 4. Homogenisasi Contoh ...............................................................

  34 5. Pengkayaan ...............................................................................

  34 6. Isolasi .........................................................................................

  34 7. Identifikasi dan Konfirmasi ......................................................

  34 8. Uji Biokimia .............................................................................

  35

  xii F. Analisis Hasil...................................................................................

  36 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................

  37 A. Pengambilan Sampel ......................................................................

  37 B. Sterilisasi ........................................................................................

  38 C. Uji Biokimia ...................................................................................

  40 1. Homogenisasi Contoh ...............................................................

  41 2. Pengkayaan ...............................................................................

  42 3. Isolasi .........................................................................................

  42 4. Identifikasi dan Konfirmasi .......................................................

  44 5. Uji IMVIC .................................................................................

  45 a. Uji Indol................................................................................

  45 b. Uji Metil Merah .....................................................................

  48 c. Uji Sitrat ................................................................................

  50 d. Uji Voges Proskaeur..............................................................

  51 6. Pengecatan Gram .......................................................................

  56 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................

  62 A. Kesimpulan .....................................................................................

  62 B. Saran ...............................................................................................

  62 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

  63 LAMPIRAN ...............................................................................................

  65 BIOGRAFI PENULIS ................................................................................

  84

  

DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel I Tabel II Tabel III Tabel IV Tabel V Khasiat Jamu Beras Kencur ...............................................................

  Hasil uji IMVIC pada Escherichia coli .............................................. Hasil uji IMVIC pada sampel jamu beras kencur .............................. Hasil identifikasi Escherichia coli dilihat dari tiap penjual jamu ...... Perbandingan hasil uji biokimia IMVIC dan pengecatan gram pada sampel, kultur NIHJ dan Bergey’s manual‘...............................

  14

  53

  54

  55

  59

  

DAFTAR GAMBAR

  Halaman Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6 Gambar 7 Gambar 8 Gambar 9

  Sampel jamu beras kencur yang ditempatkan pada plastik steril ..........................................................................................

  Sampel ditempatkan dalam media Tryptic soy broth (TSB) .... Mikroba Escherichia coli pada media EMBA ......................... Media Nutrient agar miring ...................................................... Hasil uji indol menggunakan medium Trypton broth .............. Hasil uji metil red menggunakan medium MR-VP................... Hasil uji sitrat menggunakan medium SCA .............................. Hasil uji Voges Proskaeur menggunakan medium MR-VP ...... Hasil pengecatan gram Escherichia coli ...................................

  38

  42

  43

  45

  47

  49

  51

  52

  58

DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman Lampiran 1 Lampiran 2 SK Menkes No 661 Tahun 1994 ..................................................

  Laporan Pengujian Badan POM...................................................

  65

  68

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamu sudah dikenal di Indonesia khususnya di Jawa sebagai perawatan

  kesehatan sehari-hari, maupun sebagai sarana pemulih kesehatan bila sembuh dari sakit. Penggunaan jamu sejak dahulu kala bermanfaat untuk preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Penggunaan jamu telah berakar sedemikian kuatnya dalam masyarakat Indonesia dari dahulu hingga sekarang, meskipun sejak seabad yang lalu pendidikan kedokteran dengan obat-obatan modern telah dikenal di Indonesia. Jamu masih sangat populer terutama di wilayah pedesaan (Soedibyo, 2004) .

  Menurut World Health Organization (WHO), kira-kira 80% dari penduduk dunia yang berjumlah 4 miliar penduduk, percaya manfaat tumbuh- tumbuhan untuk kesehatan dan kebugaran tubuh, dan masyarakat modern pun akhirnya juga menggebu-gebu mencintai pemakaian bahan-bahan alam segar untuk suplemen, makanan, minuman, dan sarana kecantikan dan penampilan bagi pria dan wanita. Pada umumnya khasiat dari jamu tidak dapat langsung dirasakan.

  Cara kerjanya bertahap dengan pemakaian yang terus-menerus (Soedibyo, 2004).

  Obat tradisional Indonesia, yang merupakan warisan budaya dan telah menjadi bagian integral dari kehidupan bangsa Indonesia, diinginkan untuk dapat dipakai dalam sistem pelayanan kesehatan. Untuk itu harus sesuai dengan kaidah Guna mencapai hal itu perlu dilakukan pengujian ilmiah tentang khasiat, keamanan dan standar kualitasnya. Perkembangan tuntutan kebutuhan pemakaian obat tradisional dirasa semakin nyata, selain menyangkut aspek kesehatan juga berkaitan dengan potensi ekonomi.(Anonim,2000b)

  Obat tradisional sering diramu sendiri oleh masyarakat dengan bahan baku yang berasal dari tanaman di kebun atau dari pedagang simplisia di pasar.

  Selain meramu sendiri, masyarakat dapat memperoleh dari penjual keliling atau warung jamu. Dalam pembuatan obat tradisional yang dijual, timbul keraguan tentang keseragaman kualitas baik kandungan aktif maupun kebersihan (kontaminasi kotoran, bakteri, fungi) yang dapat merugikan konsumen. Obat tradisional ini belum dapat digunakan di fasilitas pelayanan kesehatan sebelum dibuktikan secara ilmiah keamanan serta manfaatnya serta terstandarisasi, sehingga terjamin keseragamannya. (Anonim,2000b)

  Jamu gendong merupakan salah satu jamu dalam bentuk cairan minum yang sangat digemari masyarakat. Jamu gendong dijual dalam botol dan diletakkan dalam keranjang yang digendong di punggung belakang menggunakan kain. Peraturan Menteri Kesehatan RI No : 246/Menkes/Per/V/1990 tentang izin usaha industri obat tradisional dikatakan untuk mendirikan usaha jamu gendong tidak diperlukan izin usaha.

  Untuk mencapai tahap pengujian klinik sebagai salah satu persyaratan agar obat tradisional dapat digunakan dalam upaya pelayanan kesehatan, Departemen Kesehatan RI mensyaratkan bahwa obat tradisional harus memenuhi diharapkan adanya obat tradisional dengan dosis yang diketahui dan terulangkan, termasuk untuk keamanan dan kemanfaatan nantinya. Parameter yang perlu terdiri atas parameter standar mutu untuk bahan baku, dan parameter standar mutu untuk sediaan yang mempunyai formula dalam bentuk sediaan tertentu (Anonim,2000b).

  Salah satu parameter standar mutu obat tradisional adalah mensyaratkan adanya uji cemaran mikroba patogen Escherichia coli . Keputusan Menteri kesehatan No 661 tahun 1994 tentang persyaratan obat tradisional menyebutkan bahwa dalam obat tradisional tidak boleh mengandung mikroba patogen seperti

  

Escherichia coli. Penetapan dilakukan menurut cara yang tertera pada Metode

  Analisis Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

  Keberadaan mikroba pada makanan maupun minuman penting artinya karena mikroba tersebut dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada makanan atau dapat memproduksi toksin (racun) yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit pada manusia. Mikroba seperti Escherichia coli merupakan bakteri yang paling sering ditemukan sebagai penyebab penyakit, meskipun jumlah yang termakan sedikit.

  Escherichia coli merupakan flora normal pada manusia, bersifat tidak

  patogen jika berada dalam saluran pencernaan tetapi menjadi patogen bila terdapat di luar saluran pencernaan, seperti saluan kemih, saluran empedu, paru, peritoneum, dan selaput otak.Pada manusia Escherichia coli dapat menyebabkan penyakit diare, septimia, peritonistis, meningitis, dan infeksi saluran kemih. yang dapat menyebabkan meningkatnya sekresi air dan klorida ke dalam lumen usus dan mengakibatkan hiper motilitas yang akan menyebabkan diare.

  1. Perumusan masalahan

  a. Apakah terdapat bakteri Escherichia coli pada jamu gendong beras kencur?

  b. Apakah jamu gendong beras kencur telah memenuhi persyaratan yang ada? 2.

   Keaslian penelitian

  Sejauh pengamatan penulis, penelitian tentang uji Escherichia coli pada jamu gendong beras kencur yang beredar di 3 pasar di kotamadya Yogyakarta belum pernah dilakukan.

  3. Manfaat penelitian

  a. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi tentang uji Escherichia coli pada jamu gendong beras kencur.

  b. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan data tentang cemaran mikroba Escherichia coli pada jamu gendong beras kencur yang beredar di kotamadya Yogyakarta.

  B. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya bakteri Escherichia

  

coli pada jamu gendong beras kencur yang dibuat oleh penjual dan dipasarkan di 3

  pasar di wilayah kotamadya Yogyakarta dan membandingkan dengan persyaratan

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Obat Tradisional Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berasal dari bahan

  tumbuh-tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan (Anonim,2000b)

  Obat tradisional atau lebih dikenal dengan nama jamu atau obat asli Indonesia (OAIN) sudah dikenal sejak jaman nenek moyang kita dan tumbuh berkembang sejalan dengan perkembangan yang terjadi di negara kita. Oleh karena itu, jamu merupakan warisan nenek moyang yang perlu dikembangkan umumnya untuk menunjang upaya peningkatan kesehatan masyarakat baik digunakan untuk tujuan pencegahan (preventif), peningkatan (promotif), maupun pengobatan (kuratif). Obat tradisional juga digunakan dalam usaha perawatan kecantikan dan kosmetik (Soegihardjo,2002).

  Obat tradisional Indonesia yang telah menjadi bagian integral dari kehidupan bangsa Indonesia diinginkan untuk dapat dipakai dalam sistem pelayanan kesehatan. Untuk itu harus sesuai dengan kaidah pelayanan kesehatan yaitu secara medis harus dapat dipertanggungjawabkan. Guna mencapai hal itu perlu dilakukan pengujian ilmiah tentang khasiat, keamanan dan standar

  Berdasarkan sumber pembuat atau yang memproduksi obat tradisional, obat tradisional dapat dikelompokkan menjadi 3 (Handayani dan Suharmiati,2002).

  1. Obat tradisional buatan sendiri Obat tradisional jenis ini merupakan akar dari pengembangan obat tradisional di Indonesia saat ini. pada zaman dahulu, nenek moyang kita mempunyai kemampuan untuk menyediakan ramuan obat tradisional yang lebih mengarah kepada “self care” untuk menjaga kesehatan anggota keluarga serta penanganan penyakit ringan yang dialami oleh anggota keluarga. Sumber tanaman disediakan oleh masyarakat sendiri, baik secara individu, keluarga, maupun kolektif dalam suatu lingkungan masyarakat. Namun, tidak tertutup kemungkinan bahan baku dibeli dari pasar tradisional yang banyak menjual bahan jamu yang pada umumnya juga merupakan bahan untuk keperluan bumbu dapur masakan asli Indonesia.

  2. Obat tradisional berasal dari pembuat jamu/herbalist Yang termasuk pembuat jamu/herbalist yaitu pembuat sekaligus penjual jamu gendong, tabib lokal, dan sinshe. Pembuat jamu gendong merupakan salah satu penyedia obat tradisional dalam bentuk cairan minum yang sangat digemari masyarakat. Pembuat jamu lainnya yaitu tabib lokal, biasanya melaksanakan praktik pengobatan dengan menyediakan ramuan dengan bahan alam yang berasal dari bahan lokal. Sedangkan sinshe merupakan pengobat tradisional yang berasal dari etnis Tionghoa yang melayani pengobatan menggunakan ramuan obat umumnya mereka menggunakan bahan-bahan yang berasal dari Cina meski tidak jarang juga dicampur dengan bahan lokal yang sejenis dengan yang mereka jumpai di Cina.

  3. Obat tradisional buatan industri Obat tradisional merupakan campuran bahan-bahan yang berasal dari bagian tanaman yang dikenal dengan simplisia. Agar diperoleh simplisia yang baik, harus melalui beberapa proses pengolahan meliputi : 1. Pengeringan.

  Pengeringan adalah pengeluaran air sampai kadar air yang seimbang dengan keadaan udara atmosfer normal atau pada kadar air dimana penurunan mutu bahan oleh kapang, aktifitas enzim dan serangga dapat diabaikan. Tujuan pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air, untuk menjamin penyimpanan, dan mencegah pertumbuhan jamur serta mencegah terjadinya proses atau reaksi enzimatik yang dapat menurunkan mutu. Jumlah kandungan air pada bahan akan mempengaruhi daya tahan bahan baku obat (simplisia) tersebut terhadap serangan mikroba. Bakteri membutuhkan air untuk tumbuh dan berkembang biak.

  Kebutuhan mikroba akan air biasanya dinyatakan sebagai water activity (AW). Air adalah pelarut essential yang digunakan untuk reaksi biokimia oleh makluk hidup. Oleh karena itu untuk memperpanjang daya tahan bahan (simplisia) dalam penyimpanan maka kadar air harus dihilangkan sampai mencapai kadar air tertentu.

  Dalam pengeringan, faktor penting yang berperan adalah suhu, pula dari suhu buatan (misalnya menggunakan oven). pengeringan. Simplisia yang dikeringkan dibawah sinar matahari adalah yang berasal dari dari akar, rimpang, kulit, dan biji-bijian. Keuntungan dari cara pengeringan ini adalah biaya yang murah, tetapi mempunyai kekurangan yaitu suhu dan kelembaban tidak dapat dikontrol, serta waktu yang relatif lebih lama. Waktu pengeringan tergantung cuaca dan intensitas penyinaran, serta mudah terkontaminasi oleh kuman dari luar, serta pengaruh sinar ultraviolet yang dapat merusak kandungan kimia dari simplisia.

  Cara pengeringan yang lain adalah dengan menggunakan pengering mekanis (oven) yang menggunakan tambahan panas. Pengeringan dengan panas buatan ini memberikan beberapa keuntungan yaitu : tidak tergantung cuaca, tidak memerlukan tampat yang luas, kondisi pengeringan dapat dikontrol sehingga pengeringan dapat dapat rata pada tiap bagian dari simplisia. Pengeringan dengan alat pengering mekanis akan mendapatkan hasil yang lebih baik bila kondisi pengeringan ditentukan dengan tepat dan selama pengeringan dikontrol dangan baik (Anonim, 1994).Kecuali dinyatakan lain, pengeringan simplisia dilakukan di udara terbuka, terlindung dari sinar matahari langsung.

  2. Vaporasi.

  Proses ini dilakukan untuk simplisia tertentu yang mempunyai angka kuman tinggi (misalnya daun-daunan), dengan menggunakan uap panas.

  3. Wadah dan pembungkusan.

  Wadah dan pembungkusan tidak boleh mempengaruhi bahan yang mengakibatkan perubahan potensi, mutu, atau kemurnian. Jika pengaruh itu tidak dapat dihindari maka perubahan yang terjadi tidak boleh sedemikian besar sehingga menyebabkan bahan yang disimpan tidak memenuhi persyaratan baku.

  4. Penyimpanan.

  Semua simplisia harus disimpan sedemikian rupa sehingga perubahan karena cahaya sejauh mungkin dapat dihindari. Simplisia yang mudah menyerap air (higroskopis) harus disimpan dalam wadah tertutup rapat berisi kapur tohor.

  5. Kemurnian simplisia.

  Dalam perdagangan tidak selalu didapat simplisia yang sepenuhnya murni. Bahan asing yang tidak berbahaya dalam jumlah kecil atau yang dicampurkan, pada umumnya tidak merugikan. Simplisia nabati harus bebas dari serangga, fragmen-fragmen atau kotoran hewan, tidak boleh menyimpang bau dan warnanya, tidak boleh mengandung lendir dan cendawan atau menunjukkan tanda-tanda pengotor lainnya, tidak boleh mengandung bahan lain yang beracun atau berbahaya.

  6. Sortasi.

  Proses ini dilakukan untuk memisahkan bahan yang berguna dan tidak berguna. Untuk simplisia yang mengandung debu dibantu dengan mesin hembus, sedangkan yang banyak mengandung pasir digunakan mesin ayak (Anonim, 1994b).

  Obat tradisional pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu jamu dan fitofarmaka. Jamu adalah obat tradisional yang berasal dari bahan tumbuh- bahan-bahan tersebut yang belum dibakukan dan dipergunakan dalam upaya pengobatan berdasar pengalaman. Bentuk sediaannya berwujud sebagai serbuk seduhan, rajangan untuk seduhan dan sebagainya. Istilah penggunaanya masih memakai pengertian tradisional sepeti galian singset, sekalor, pegal linu, tolak angin dan sebagainya. Jamu adalah obat tradisional Indonesia yang telah ada sejak dahulu kala dan dimanfaatkan jauh sebelum pelayanan formal dengan obat-obat modern menyentuh masyarakat luas. Kini jamu telah berkembang baik dari segi jenis, bentuk sediaan maupun produksinya, sehingga semakin menarik minat produsen dan konsumen. Fitofarmaka adalah sediaan obat yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya, bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang telah memenuhi persyaratan yang berlaku.

  B.

  

Jamu Gendong

  Pengobatan tradisional Indonesia telah lama dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia, dimana tradisi meracik dan meminum jamu sudah membudaya pada periode kerajaan Hindu-Jawa. Hal ini dibuktikan dengan adanya pahatan di beberapa candi, antara lain candi Borobudur. Di candi tersebut ada lukisan beberapa tanaman obat, cara mengolah dan cara memanfaatkannya. Prasasti Madhawapura dari zaman Majapahit juga menyebut adanya profesi ‘tukang meracik jamu’ yang disebut Acaraki (Soedibyo,1998).

  Jamu merupakan obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan,hewan, mineral dan atau sediaan galeniknya atau campuran dari bahan-bahan tersebut Kegunaan masih sepenuhnya menggunakan istilah-istilah tradisional, misalnya galian singset, jamu pegal linu, dan tolak angin (Anonim,2000b) Usaha jamu gendong adalah usaha peracikan, pencampuran, pengolahan dan pengedaran obat tradisional dalam bentuk cairan, pilis, parem, tapel, tanpa penandaan dan atau merek dagang serta dijajakan untuk langsung digunakan.(Anonim,1994a)

  Jamu gendong merupakan salah satu ramuan tradisional yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, digunakan baik untuk memelihara kesehatan, meningkatkan kesehatan, mempertahankan kesehatan ataupun mengobati penyakit. Konsumennya sangat luas, mulai dari ibu rumah tangga, pekerja kantor, serta buruh pabrik, dan bangunan. Dibuat dan dijajakan oleh ibu- ibu muda yang bersolek, memakai batik dan kebaya, dengan sebuah bakul yang berisi botol-botol berisi racikan obat tradisonal tersandang dengan selendang lusuh di punggungnya.(Kodim,2000)

  Penjual jamu gendong menjajakan dari pintu ke pintu dengan membawa jamu perasan, pilis dan parem. Dalam rumah tangga pekerjaan jamu gendong sering dilakukan oleh ibu rumah tangga dengan skala lebih kecil untuk keperluan sendiri dengan ramuan yang lebih sederhana. Sebagai alat penumbuk digunakan pipisan dan gandhik, yaitu alat penumbuk yang dibuat dari batu, disamping digunakan lumpang dan alu. Bahan baku ramuan jamu terdiri dari bahan segar dan bahan kering atau simplisia, yang diperoleh dari pedagang simplisia pasar(craken). Hingga kini jamu digunakan oleh penduduk pedesaan maupun tujuan untuk memelihara kebugaran dan kecantikan, baik berupa minuman maupun bedak, pilis atau param (Soegihardjo,2002).

  Penggunaan jamu gendong biasanya berdasarkan kebiasaan turun-temurun secara umum, sudah diketahui manfaat jamu gendong, namun secara tertulis belum banyak yang mengidentifikasikan khasiat dan manfaatnya. Pemanfaatan jamu gendong lebih banyak sebagai upaya promotif dan preventif kesehatan (Handayani & Suharmiati,2001).

  Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar produk jamu gendong yang dihasilkan aman dikonsumsi oleh masyarakat adalah (Prabowo, 2001) : a. Bahan baku (simplisia)

  Bahan baku yang digunakan tidak boleh tercemar oleh cemaran fisik, mikroba dan senyawa kimia beracun (insektisida).

  b. Pencucian dan air yang digunakan Air yang sehat adalah air yang tidak tercemar secara fisik, organisme merugikan, tidak tercemar senyawa beracun, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak keruh.

  c. Alat yang digunakan Agar jamu yang dihasilkan mempunyai keamanan, maka harus dibuat menggunakan peralatan yang bersih dan tidak mencemari jamu.

  d. Kebersihan dan perilaku penjual Perilaku merupakan pangkal terjadinya kondisi bersih atau kotor.

  C.

  

Jamu Beras Kencur

  Jamu beras kencur dikatakan oleh sebagian besar penjual jamu sebagai jamu yang dapat menghilangkan pegal-pegal pada tubuh. Dengan membiasakan minum jamu beras kencur, tubuh akan terhindar dari pegal-pegal dan linu yang biasa timbul bila bekerja terlalu payah. Selain itu, banyak pula yang berpendapat bahwa jamu beras kencur dapat merangsang nafsu makan, sehingga selera makan meningkat dan tubuh menjadi lebih sehat. (Anonim,2007)

  Dalam pembuatan jamu beras kencur, terdapat beberapa variasi bahan yang digunakan, namun terdapat dua bahan dasar pokok yang selalu dipakai, yaitu beras dan kencur. Kedua bahan ini sesuai dengan nama jamu, dan jamu ini selalu ada meskipun komposisinya tidak selalu sama di antara penjual jamu. Bahan- bahan lain yang biasa dicampurkan ke dalam racikan jamu beras kencur adalah biji kedawung, rimpang jahe, biji kapulogo, buah asam, kunci, kayu keningar, kunir, jeruk nipis, dan buah pala. Sebagai pemanis digunakan gula merah dicampur gula putih dan seringkali mereka juga mencampurkan gula buatan.

  (Anonim,2007) Cara pengolahan pada umumnya tidak jauh berbeda, yaitu direbus dan dibiarkan sampai dingin, kemudian disediakan sesuai kebutuhan. Mula-mula beras disangan, selanjutnya ditumbuk sampai halus. Bahan-bahan lain sesuai dengan komposisi racikan ditumbuk menggunakan lumpang dan alu besi atau batu. Kedua bahan ini kemudian dicampur, diperas, dan disaring dengan saringan atau diperas melalui kain pembungkus bahan. Sari perasan bahan dicampurkan ke dalam air matang yang sudah tersedia, diaduk rata. Selanjutnya dimasukkan ke dalam botol- botol. (Anonim,2007)

  

Tabel 1. Tabel khasiat pada jamu beras kencur

Jamu Beras Kencur

  No. Khasiat Bahan yang digunakan

  01. Pegal/kelelahan cabe, kencur, kunci, asam, kedawung, jahe, kapulogo, gula

  02. Payah/pegal beras, kencur, kedawung, jahe, asam kawak, gula

  03. Pegal, nafsu makan beras, kencur, gula, asam kawak

  04. Meningkatkan nafsu beras, jahe, asam, gula merah/putih, makan kedawung, kencur

  05. Pegal, linu-linu kencur, asam, kedawung, gula, jeruk nipis

  06. Pegel linu beras, kencur, kunci, ke dawung, gula, asam

  07. Meningkatkan nafsu beras, kencur, jahe, gula kunir, keningar, makan asam, kedawung, pandan, sereh, daun jeruk purut

  08. Menambah nafsu kencur, jahe, asam, gula merah, jeruk makan, pegal-pegal nipis, keda wung, keningar

  09. Pegal, nafsu makan beras, jahe, kencur, kapulogo, cengkeh, pala

  10. Pegal-pegal kencur, kedawung, gula merah, asam, jeruk nipis garam, jahe, beras (disangan) (Anonim,2007)

  D.

  

Escherichia coli

  Sistematika Escherichia coli adalah sebagai berikut : Divisio : Protophyta Classis : Shcizomycetes Ordo : Eubacteriales Familia : Enterobacteriaceae Genus : Escherichia Species : Escherichia coli (Salle, 1961)

  Escherichia coli adalah bakteri gram negatif dan merupakan flora yang

  paling banyak di temui berbentuk batang, kadang berderet seperti rantai membentuk koloni halus, bergerak dengan flagel. Beberapa galur E. coli menghasilkan eksitosin yang tidak tahan panas, yang dapat menyebabkan meningkatnya sekresi air dan klorida ke dalam lumen usus, dan mengakibatkan hipermotilitas yang akan menyebabkan diare ringan pada anak-anak (Jawetz. dkk, 1996).

  Escherichia coli yang termasuk koliform fecal mula mula diisolasi oleh

  Escherih pada tahun 1885 dari tinja bayi. Sejak diketahui bahwa jasad tersebut tersebar pada semua individu, maka analisis bakeriologi air minum ditujukan kepada kehadiran jasad tersebut. Jika dalam 100 ml air minum terdapat 500 bakteri koli, memungkinkan terjadinya gastroentritis yang segera diikuti demam tifus. Escherichia coli pada keadaan tertentu dapat mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh, dapat menyebabkan diare, septimia, peritonistis, meningitis,

  Escherichia coli merupakan flora normal pada manusia, bersifat tidak

  patogen jika berada dalam saluran pencernaan tetapi menjadi patogen bila terdapat di luar saluran pencernaan, seperti saluan kemih, saluran empedu, paru, peritoneum, dan selaput otak (Jawetz dkk, 1996). Escherichia coli memberikan hasil positif untuk uji indol dan uji metil merah, dan memberikan hasil negatif untuk uji voges proskaeur dan uji sitrat E.

  

Sterilisasi

  Sterilisasi adalah suatu usaha untuk membebaskan alat-alat atau bahan- bahan dari segala bentuk kehidupan, terutama mikroba. Macam sterilisasi yang digunakan tergantung pada macam sifat dan bahan. Cara umum yang dipakai untuk sterilisasi, yaitu :

  1. Sterilisasi dengan panas Penggunaan panas merupakan cara termudah untuk mensterilkan bahan,

  o

  dengan syarat bahwa bahan tersebut tahan terhadap pemanasan. Suhu 121 C selama 15 menit digunakan untuk mematikan spora. Uap harus dipertahankan

  o

  pada tekanan 15 lb/sq diatas tekanan atmosfer untuk memperoleh suhu 121 C (Jawetz dkk, 1996). Sterilisasi ini dibedakan menjadi 2, yaitu : sterilisasi panas lembab dan sterilisasi panas kering (Hadioetomo, 1985).

  Disebut sterilisasi panas lembab, bila digunakan bersama-sama dengan uap air dan sterilisasi panas kering, bila tanpa kelembaban. Panas lembab sangat efektif meskipun pada suhu yang tidak begitu tinggi, karena ketika uap air o

  kalori per gram uap air pada suhu 121

  C. Panas ini mendenaturasikan atau mengkoagulasikan protein pada organisme hidup dan dengan demikian mematikannya. Sterilisasi basah biasanya dilakukan di dalam autoklav atau sterilisator uap yang mudah diangkat dengan menggunakan uap air jenuh

  o

  bertekanan dengan suhu 121 C selama 15 menit. Sterilisasi basah dapat digunakan untuk mensterilkan bahan apa saja yang dapat ditembus oleh uap air dan tidak

  o o

  rusak bila dipanaskan dengan suhu yang berkisar 110 C sampai 121

  C. Bahan- bahan yang biasa disterilkan dengan cara ini antara lain medium biakan, air suling, alat-alat gelas, biakan yang akan dibuang, medium tercemar dan bahan- bahan dari karet (Hadioetomo, 1985). Beberapa cara pemanasan basah dapat membunuh mikroba karena panas basah dapat menyebabkan denaturasi protein, termasuk enzim-enzim di dalam sel (Fardiaz,1992).

  Ada empat hal yang harus diingat bila melakukan sterilisasi basah: (1) sterilisasi bergantung pada uap, karena itu udara harus dikosongkan betul-betul dari ruang sterilisator; (2) semua bagian bahan yang disterilkan harus terkena uap, karena itu tabung dan labu kosong harus diletakkan dalam posisi tidur agar udara tidak terperangkap didasarnya; (3) bahan-bahan yang berpori atau yang berbentuk cair harus permeabel terhadap uap; (4) suhu sebagaimana yang terukur oleh

  o

  termometer harus mencapai 121 C dan dipertahankan setinggi itu selama 15 menit (Hadioetomo,1985)

  Dibandingkan dengan panas lembab, panas kering kurang efisien dan membutuhkan suhu lebih tinggi serta waktu yang lebih lama untuk sterilisasi. berperilaku seakan-akan tidak mengandung kelembaban, maka panas kering harus

  o o

  mencapai suhu 166 C–175 C untuk dapat mematikannya. Sterilisasi panas kering dapat diterapkan pada apa saja yang tidak menjadi rusak, menyala, hangus, atau menguap pada suhu setinggi itu. Bahan-bahan yang biasa disterilkan dengan cara ini antara lain pecah belah seperti pipet, tabung reaksi, cawan petri, bahan dari kaca, botol sampel, juga peralatan jarum suntik, dan bahan-bahan yang tidak tembus uap seperti gliserin, minyak, vanilin, dan bahan-bahan berupa bubuk.

  Bahan-bahan yang harus disterilkan harus dilindungi dengan cara membungkus, menyumbat, atau menaruhnya dalam suatu wadah tertutup untuk mencegah kontaminasi setelah dikeluarkan dari oven (Hadioetomo,1985).

  2. Sterilisasi dengan penyaringan (filtrasi) Sterilisasi ini digunakan untuk mensterilkan medium laboratorium dan larutan-larutan yang sangat peka terhadap panas atau relatif tidak tahan terhadap pemanasan. Dengan cara ini larutan atau suspensi dibebaskan dari semua mikroba hidup dengan cara melakukannya lewat saringan dengan ukuran pori yang sedemikian kecil (0,45 atau 0,22 mikron) sehingga bakteri dan sel-sel yang lebih besar tertahan diatasnya, sedangkan filtratnya ditampung di dalam wadah yang steril(Hadioetomo, 1985).

  3. Sterilisasi dengan bahan kimia Pelaksaannya dilakukan dengan menggunakan gas atau cairan pembunuh kuman yang secara khusus diterapkan untuk bahan yang tidak tahan pemanasan, sediaan atau barang yang jika dipanaskan sekali atau berulang kali sedikit banyak akan mengalami perubahan. Sterilisasi secara kimia dapat menggunakan etilen oksida, asam perasetat, dan formaldehide (Hadioetomo, 1985).

  a. Alkohol. Senyawa dalam struktur R-CH OH ( dimana R berarti “gugus

  2 alkil”) bersifat racun terhadap sel pada konsentrasi yang relatif tinggi.

  Pada konsentrasi yang biasa dipakai (70 % larutan dalam air) alkohol bekerja sebagai denaturan protein b. Fenol. Fenol dan banyak senyawa fenol merupakan zat anti kuman yang kuat. Pada konsentrasi yang biasa digunakan (larutan dalam air 1-2%), fenol dan derivatnya menyebabkan denaturasi protein.

  c. Ion logam berat. Air raksa, tembaga, dan perak dalam bentuk garam bersifat denaturan protein pada konsentrasi tinggi. Ion-ion ini biasanya digunakan pada konsentrasi yang sangat rendah, ion-ion bekerja dengan bergabung pada gugus sulfhidril.

  d. Unsur pengoksida. Unsur pengoksida kuat menyebabkan sel-sel tidak aktif karena gugus sulfhidril bebas dioksidasi.

  e. Unsur pengalkil. Sejumlah unsur bereaksi dengan senyawa dalam sel untuk menggantikan atom hidrogen labil dengan gugus alkil. Dua unsur jenis ini yang biasa digunakan untuk tujuan disinfeksi ialah formaldehida dan etilen oksida.

  f. Detergen. Permukaan antara selaput mengandung lipid pada sel bakteri dan perbenihan cair yang mengelilinginya menarik suatu golongan senyawa aktif permukaan tertentu, yaitu senyawa yang sekaligus memiliki gugus yang dapat larut dalam lemak dan larut dalam air (Jawetz dkk, 1996).

  4. Sterilisasi dengan radiasi Sinar matahari yang dipancarkan langsung pada sel vegetatif mikroba dapat menyebabkan kematian pada sel tersebut, sedangkan sporanya lebih tahan terhadap sinar matahari. Aktivitas bakterisida dari sinar matahari disebabkan oleh sinar ultraviolet dari spektrum sinar. Sinar ultraviolet yang dipancarkan dari lampu uap merkuri sering digunakan untuk menyinari ruangan sehingga mengurangi kontaminasi mikroba di udara. Radiasi ultraviolet menyebabkan kesalahan dalam replikasi DNA dan mempunyai aktivitas mutagenik pada sel-sel hidup. (Fardiaz,1992). Untuk memperoleh hasil yang baik, maka bahan-bahan yang akan disterilkan, baik berupa cairan, gas atau aerosol harus dilewatkan (dialirkan) atau langsung ditempatkan langsung di bawah sinar ungu ultra dalam lapisan yang tipis-tipis (Chatim & Soeharto,1994).

  F.

  

Media

  Media adalah bahan atau substrat yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangkan mikroba, yang terdiri dari nutrisi atau zat-zat makanan.