Uji angka kapang/khamir dalam jamu gendong beras kencur yang beredar di 3 pasar di Kotamadya Yogyakarta - USD Repository

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Agustinus Daru Pramudya Nomor mahasiswa : 038114084 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  

Uji Angka Kapang/Khamir dalam Jamu Gendong Beras Kencur yang Beredar

di Tiga Pasar di Kotamadya Yogyakarta

  Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

  Yogyakarta, 11 Februari 2008 Yang menyatakan

  Agustinus Daru Pramudya

  

UJI ANGKA KAPANG/KHAMIR

DALAM JAMU GENDONG BERAS KENCUR

YANG BEREDAR DI TIGA PASAR DI KOTAMADYA YOGYAKARTA

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Farmasi

  

Oleh :

Agustinus Daru Pramudya

038114084

FAKULTAS FARMASI

  

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

  

UJI ANGKA KAPANG/KHAMIR

DALAM JAMU GENDONG BERAS KENCUR

YANG BEREDAR DI TIGA PASAR DI KOTAMADYA YOGYAKARTA

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Farmasi

  

Oleh :

Agustinus Daru Pramudya

038114084

FAKULTAS FARMASI

  

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

  HALAMAN PERSEMBAHAN

  Kupersembahkan kumpulan kata ini kepada : Iesu vere miranda........

  Bapakku tercinta Theodoricus Sarman Ibuku tercinta Anastasia Suwasni Istriku tercinta Valentina Dewi Akhila Candrawilasita B. Anakku Johanes Capistrano Dhira Maharddhika Pramudya

Mbakku tersayang Fransiska Murni Sayekti Handayani & Meisya

Putri Floriana Enjang Dwi Sumiwi, S. Ak.

  

Mertuaku tercinta Thomas Tommy Benyamin & Agnes Widaryanti,

SH.

  Adik-adikku tersayang Benedicta Virghia Diwyacitta B. Gabriella Anindyacitta Sanjung B.

  Tugas cinta yang pertama adalah mendengarkan................

  • -Paul Tillich Ada tiga hal dalam kehidupan manusia yang penting. Yang pertama adalah menjadi baik. Yang kedua adalah menjadi baik. Dan yang terakhir adalah menjadi baik...................................
  • -Harry James Burung yang tidak menabur biji gandum akan menuai panen Apalagi kita yang dianugrahi Tuhan akal budi........... Jangan menyerah dengan keadaanmu, Bangkit dan berusahalah mengejar mimpimu.......................
  • -N.N.

  INTISARI

  Pada umumnya masyarakat Indonesia masih lazim menggunakan obat tradisional sebagai alternatif penyembuhan penyakit. Salah satu contohnya adalah jamu gendong beras kencur. Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui Peraturan Menteri Kesehatan nomor 661/Menkes/SK/VII/1994 mensyaratkan bahwa jamu gendong beras kencur harus memenuhi persyaratan mutu kefarmasian, salah satunya dengan uji angka kapang/khamir (AKK).

  Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif dan komparatif. Tujuan penelitian ini adalah penelitian ini diharapkan mampu memberikan data tentang angka kapang/khamir dan informasi tentang jamu gendong beras kencur yang beredar di 3 pasar di Kotamadya Yogyakarta memenuhi persyaratan atau tidak.

  Data yang diperoleh berupa data kuantitatif yang dianalisis dengan cara perhitungan koloni kapang/khamir. Angka kapang/khamir yang diperbolehkan berdasarkan Metode Analisis Pusat Pengujian Obat dan Makanan nomor

  3

  05/mik/00 adalah tidak lebih dari 10 koloni/mL Dari data kuantitatif 5 sampel dan 3 kali replikasi yang dilakukan

  3

  3

  diperoleh jumlah koloni sampel 1 = 36 x 10 koloni/mL; 19 x 10 koloni/mL;

  3

  3

  2

  9 x 10 koloni/mL, sampel 2 = 20 x 10 koloni/mL; 80 x 10 koloni/mL;

  4

  4

  33 x 10 koloni/mL, sampel 3 = 82 x 10 koloni/mL; 98 x 10 koloni/mL;

  5

  3

  3

  18 x 10 koloni/mL, sampel 4 = 12 x 10 koloni/mL; 67 x 10 koloni/mL;

  4

  2

  3

  12 x 10 koloni/mL, sampel 5 = 89 x 10 koloni/mL; 88 x 10 koloni/mL;

  3

  44 x 10 koloni/mL. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa angka kapang/khamir jamu gendong beras kencur yang beredar di 3 pasar di kotamadya Yogyakarta tidak memenuhi syarat. Kata kunci : Jamu gendong beras kencur, koloni kapang/khamir, Angka kapang/khamir (AKK).

  ABSTRACT

  Generally, Indonesian people still use traditional medicine as an alternative in healing disease. Jamu gendong beras kencur is the one of them. Health Departement of Indonesian Republic requires pharmaceutical quality for traditional medicines through Peraturan Menteri Kesehatan number 661/Menkes/SK/VII/1994 has required that jamu gendong beras kencur have to fulfill the pharmaceutical quality requirement, one way to know the pharmaceutical quality is by having the number of mold/yeast contamination test.

  This research is a non experimental research with the design of descriptive and comparative research. This research is aim to served data about the number of mold/yeast and give information that jamu gendong beras kencur that distributed at Yogyakarta’s three traditional markets was fulfill the requirement or not.

  The data is obtained in the form of quantitative data which was analyzed by calculated the colony of mold/yeast. Based on Analysis Method of the Food and Medicine Research Center number 05/mik/00, the number of mold/yeast not

  3 more than 10 colony/mL was allowed.

  From the quatitative data of five samples with three replications done in

  3

  3

  the research,are the amount of sample 1 = 36 x 10 colony/mL; 19 x 10

  3

  3

  2

  colony/mL; 19 x 10 colony/mL, sample 2 = 20 x 10 colony/mL; 80 x 10

  4

  4

  colony/mL; 33 x 10 colony/mL, sample 3 = 82 x 10 colony/mL; 98 x 10

  5

  3

  3

  colony/mL; 18 x 10 colony/mL, sample 4 = 12 x 10 colony/mL; 67 x 10

  4

  2

  3

  colony/mL; 12 x 10 colony/mL, sample 5 = 89 x 10 colony/mL; 88 x 10

  3

  colony/mL; 44 x 10 colony/mL. From the data, the research concluded that jamu

  

gendong beras kencur that distributed at Yogyakarta’s three traditional markets

was not fulfill the requirement.

  Keywords : Jamu gendong beras kencur, colony of mold/yeast, The number of mold/yeast

KATA PENGANTAR

  Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Bapa di Surga yang senantiasa memelihara dan berkarya dalam penyusunan skripsi yang berjudul : “Uji Angka Kapang/Khamir pada Jamu Gendong Beras Kencur yang Beredar di Tiga Pasar di Kotamadya Yogyakarta”.

  Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) di fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selain itu, penulis juga berharap dengan disusunnya skripsi ini dapat memberi tambahan informasi kepada pembaca tentang resiko mengkonsumsi jamu gendong bagi kesehatan.

  Dalam penyusunan skripsi ini, banyak kendala yang dihadapi oleh penulis. Dengan segala keterbatasan yang ada, skripsi ini dapat selesai dengan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :

  1. Tuhan Yesus Kristus, yang telah memberikan anugrah-Nya.

  2. Ibu Rita Suhadi, M. Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

  3. Ibu Yustina Sri Hartini, M. Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran dalam penyusunan skripsi ini.

  4. Tim Penguji : Bapak Yohanes Dwiatmaka, S. Si., M. Si., Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si

  5. Ibu Christine Patramurti, M. Si., Apt selaku Kepala Program Studi Farmasi sekaligus ketua panitia skripsi

  6. Seluruh dosen dan staf karyawan fakultas Farmasi yang telah membagikan ilmu kefarmasian dan juga membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

  7. Ibu Rini Astuti, M. Si., Apt selaku Kepala Bidang Pengelola Mikrobiologi BPOM Yogyakarta.

  8. Pegawai BPOM Yogyakarta, khususnya bagian mikrobiologi. Mbak Haz, Mbak Wuri, Mbak Tammy, Pak Budi

  9. Keluargaku yang telah mendukung dan menyemangati dalam proses penyelesaian skripsi ini : Bapak & Ibuku Pak Sarman dan Bu Wasni, Istri dan anakku tercinta Valentina Dewi Akhila Candrawilasita & Johanes Capistrano Dhira Maharddhika Pramudya, Mbak Yekti, Mbak Enjang, Meme, Ayah, Mama, Ghie & Nindya

  10. Mbah Kinang, Mbah Kakung, Ma’e, dan mbah putri yang sangat menyayangi cucu-cucunya, Keluarga Banjit : Om Sugeng, Bulik Dewi, Dik Eko, Dik Gatot, Dik Sodho, Dik Wahyu, Dik Beta, Dik Ungsi, Dik Singgih, Keluarga Jakarta : Om Teguh, Bulik Ning, Dik Surya, Dik Mayang, Keluarga Om Tamin, Keluarga Paklik Harno, Keluarga Mbah Nir, Keluarga Pojok, Keluarga Om Sarjono, Om Sartono, Keluarga Om Wito, Keluarga Om Agus & Bulik Titek

  11. Keluarga besar Eyang Sukarno

  12. Mbah Yarkasi kakung & putri, Bulik Nora, Om Hohok, Bulik Heni

  13. Almamaterku TK & SD Bhakti Baradatu, SLTP Xaverius Kotabumi, SMUN1 Bukit Kemuning. Terima kasih suster, pak guru dan bu guru, Bruder Sis, Romo Yosef, Bu Pri, Widhi dan keluarga

  14. Teman kecilku, Mamat, Joko, Ari, Roni, Rossy, Aan, Gatot, Supri, Didik dan semua yang belum tersebut

  15. Sahabat-sahabatku Andri, DAB band, Alfadi, Ferry, Andre, Anton ‘ciput’, Dedi ‘Hubes’, Aris, dan masih banyak lagi yang terlupakan

  16. Teman-teman seperjuanganku : Abang Aan, Pa’cik, Irwan ‘plus’, Alvian ‘boi’, Budi 03 ‘bodong’, koko Madya, Topan ‘Toke’, Manto’, Rateeh, Supendi ‘Budha’, Bakri, Iyas, dan kontrakan community yang baru. Berada bersama kalian selama 4 tahun sungguh memberikan banyak pelajaran berharga dan arti sebuah pertemanan.

  17. Teman-teman angkatan 2003 khususnya kelas B & kelompok D.

  18. Sakura PS Community, Roni , Gepeng, Memet, Deni, dan semua yang belum disebut.

  19. Semua orang yang baik langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang belum disebutkan. Terima kasih

  Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis membuka diri untuk menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan informasi yang berguna bagi pembaca.

  Yogyakarta, 11 Februari 2008 Penulis

  Agustinus Daru Pramudya

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 11 Februari 2008 Penulis

  Agustinus Daru Pramudya

  DAFTAR ISI

  Halaman Judul ........................................................................................... i Halaman Persetujuan Pembimbing ............................................................ iii Halaman Pengesahan ................................................................................. iv Halaman Persembahan ............................................................................... v Intisari ........................................................................................................ vii

  

Abstract ...................................................................................................... viii

  Kata Pengantar ........................................................................................... ix Halaman Pernyataan Keaslian Karya ........................................................ xiii Daftar Isi .................................................................................................... xiv Daftar Tabel ............................................................................................... xvii Daftar Gambar ........................................................................................... xviii Daftar Lampiran ......................................................................................... xix

  BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................... 1

  1. Permasalahan ........................................................................... 3

  2. Keaslian Penelitian .................................................................. 3

  3. Manfaat Penelitian ................................................................... 4

  a. Manfaat Teoritis ................................................................. 4

  b. Manfaat Praktis .................................................................. 4

  c. Manfaat Metodologis ......................................................... 4 B. Tujuan Penelitian ........................................................................... 4

  1. Tujuan Umum .......................................................................... 4

  2. Tujuan Khusus ......................................................................... 5

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 6 A. Obat Tradisional ............................................................................ 6 B. Jamu Gendong Beras Kencur ........................................................ 7 C. Media ............................................................................................. 7 D. Morfologi Fungi ............................................................................. 8 E. Uraian Kapang dan Khamir ........................................................... 10

  1. Kapang .................................................................................... 10

  D. Alat Penelitian ................................................................................ 19

  a. Pengambilan sampel ....................................................................... 24

  BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 24

  F. Analisis Hasil ................................................................................. 22

  5. Uji Angka Kapang / Khamir ................................................... 21

  4. Penyiapan Sampel ................................................................... 21

  3. Sterilisasi Ruangan dan Alat ................................................... 20

  C. Leethen Broth (LB) ............................................................ 20

  Air Suling Agar (ASA) ...................................................... 20

  A. Potato Dextrose Agar (PDA) ............................................. 20 B.

  2. Pembuatan Media, Pengencer, dan Pereaksi .......................... 20

  1. Pemilihan Sampel ................................................................... 19

  E. Tata Cara Penelitian ....................................................................... 19

  C. Bahan Penelitian ............................................................................ 19

  a. Hifa dan Miselium ............................................................. 11

  3. Definisi Operasional ............................................................... 18

  2. Variabel Pengacau Terkendali ................................................ 17

  b. Variabel Tergantung .......................................................... 17

  a. Variabel Bebas ................................................................... 17

  1. Variabel Utama ....................................................................... 17

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 17 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ..................................................... 17 B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................ 17

  H. Hipotesis ........................................................................................ 16

  G. Landasan Teori .............................................................................. 15

  F. Angka Kapang/Khamir .................................................................. 15

  3. Patogenitas Fungi ................................................................... 14

  2. Khamir .................................................................................... 13

  b. Sistem Reproduksi Kapang ................................................ 13

  b. Sterilisasi media, alat, dan ruangan ................................................ 24

  c. Uji angka kapang/khamir ............................................................... 26

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …................................................ 39 A. Kesimpulan ................................................................................... 39 B. Saran .............................................................................................. 39 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 40 LAMPIRAN ............................................................................................... 42 BIOGRAFI PENULIS ............................................................................... 74

  

DAFTAR TABEL

  Tabel I. Data perhitungan koloni kapang/khamir pada sampel jamu gendong beras kencur dengan kode sampel 19 TS …………………………………………………………………..

  31 Tabel II Jumlah koloni total dari kedua petri pada sampel 1 .................... 32 Tabel III Jumlah koloni total dari kedua petri pada sampel 2 .................... 33 Tabel IV Jumlah koloni total dari kedua petri pada sampel 3 .................... 33 Tabel V. Jumlah koloni total dari kedua petri pada sampel 4 .................... 34 Tabel VI Jumlah koloni total dari kedua petri pada sampel 5 .................... 34 Tabel VII Jumlah koloni / mL bahan pada masing-masing sampel ............ 35 Tabel VIII Data angka kapang/khamir dari 5 produsen jamu gendong di

  Kotamadya Yogyakarta yang diteliti oleh Silvia Tunjung Pratiwi ........................................................................................

  37

  

DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1 Sampel jamu gendong beras kencur dalam kantong plastik steril ............................................................................................

  28 Gambar 2 A. Media TSB setelah disterilisasi dengan autoklaf; B. Media

  Potato Dextrose Agar setelah disterilisasi dengan autoklaf ………………………………………………………..................

  30 Gambar 3 Pertumubuhan koloni kapang/khamir pada sampel 32 TS pada hari ke-5 ......................................................................................

  31

  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jumlah pasar di kotamadya Yogyakarta ……………………….

  50 Lampiran 10 Angka kapang/khamir sampel 27 TS dan perhitungannya .........

  56 Lampiran 16 Angka kapang/khamir sampel 33 TS dan perhitungannya .........

  55 Lampiran 15 Angka kapang/khamir sampel 32 TS dan perhitungannya .........

  54 Lampiran 14 Angka kapang/khamir sampel 31 TS dan perhitungannya .........

  53 Lampiran 13 Angka kapang/khamir sampel 30 TS dan perhitungannya .........

  52 Lampiran 12 Angka kapang/khamir sampel 29 TS dan perhitungannya .........

  51 Lampiran 11 Angka kapang/khamir sampel 28 TS dan perhitungannya .........

  49 Lampiran 9 Angka kapang/khamir sampel 26 TS dan perhitungannya .........

  42 Lampiran 2 Angka kapang/khamir sampel 19 TS dan perhitungannya .........

  48 Lampiran 8 Angka kapang/khamir sampel 25 TS dan perhitungannya .........

  47 Lampiran 7 Angka kapang/khamir sampel 24 TS dan perhitungannya .........

  46 Lampiran 6 Angka kapang/khamir sampel 23 TS dan perhitungannya .........

  45 Lampiran 5 Angka kapang/khamir sampel 22 TS dan perhitungannya .........

  44 Lampiran 4 Angka kapang/khamir sampel 21 TS dan perhitungannya .........

  43 Lampiran 3 Angka kapang/khamir sampel 20 TS dan perhitungannya .........

  57

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya masyarakat Indonesia masih lazim menggunakan obat

  tradisional sebagai alternatif penyembuhan penyakit. Obat tradisional tidak jarang dipakai untuk pengobatan penyakit yang belum ada obatnya yang memuaskan, seperti penyakit kanker, penyakit virus termasuk AIDS dan penyakit degeneratif, serta pada keadaan terdesak, yaitu ketika obat jadi tidak tersedia atau karena tidak

  Menurut World Health terjangkau oleh daya beli masyarakat (Anonim, 2000).

Organization (WHO), kira-kira 80% dari penduduk dunia yang berjumlah 4 miliar

penduduk, percaya manfaat tumbuh-tumbuhan untuk kesehatan dan kebugaran tubuh,

dan masyarakat modern pun akhirnya juga menggunakan bahan-bahan alam segar

untuk suplemen, makanan, minuman, dan sarana kecantikan dan penampilan bagi pria

dan wanita. Pada umumnya khasiat dari jamu tidak dapat langsung dirasakan. Cara

kerjanya bertahap dengan pemakaian yang terus-menerus (Soedibyo, 2004).

  Obat tradisional Indonesia, yang merupakan warisan budaya dan telah menjadi bagian integral dari kehidupan bangsa Indonesia, diinginkan untuk dapat dipakai dalam sistem pelayanan kesehatan. Untuk itu harus sesuai dengan kaidah pelayanan kesehatan yaitu secara medis harus dapat dipertanggungjawabkan.

  Guna mencapai hal itu perlu dilakukan pengujian ilmiah tentang khasiat, keamanan dan standar kualitasnya (Soegihardjo, 2002). Obat tradisional ini belum dapat digunakan di fasilitas pelayanan kesehatan sebelum dibuktikan secara ilmiah keamanan serta manfaatnya serta terstandarisasi, sehingga terjamin keseragamannya.

  Dalam penelitian ini pemilihan jamu gendong didasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 246/Menkes/Per/V/1990 pasal 2 ayat (2) dan pasal 3 ayat (1) dan (2). Dalam pasal 2 ayat (2) disebutkan bahwa untuk mendirikan usaha jamu racikan dan jamu gendong tidak diperlukan izin. Dalam pasal 3 ayat (1) obat tradisional yang diproduksi, diedarkan di wilayah Indonesia maupun diekspor terlebih dahulu harus didaftarkan sebagai persetujuan menteri. Dalam pasal 3 ayat (2) disebutkan bahwa dikecualikan dari ketentuan ayat (1) adalah obat tradisional hasil produksi industri kecil dalam bentuk rajangan, pilis, tapel, parem, jamu racikan dan jamu gendong (Hartini, 2006).

  Berdasarkan fakta di atas, perlu dilakukan uji untuk mengetahui mutu kefarmasian dari jamu gendong beras kencur. Salah satu parameter standar mutu kefarmasian jamu gendong beras kencur adalah uji angka kapang/khamir (Hartini, 2006). Menurut Metode Analisis Pusat Pengujian Obat dan Makanan (MA PPOMN) nomor 05/mik/00, angka kapang/khamir dalam sediaan cairan obat dalam tidak

  3 boleh lebih dari 10 koloni/mL bahan (Anonim, 2006).

  Kondisi tanah sebagai media tumbuh bahan baku obat tradisional yang lembab atau basah dan kandungan air dalam bahan baku obat tradional dapat mengakibatkan timbulnya kapang/khamir, karena fungi memerlukan air untuk tetap melangsungkan kehidupannya. Menurut Tjitrosono et al. (1986), tumbuhan tingkat rendah juga diketahui mempengaruhi pertumbuhan tanaman; kapang misalnya, memainkan peranan yang penting. Banyak diantara fungi ini menembus sel-sel akar tumbuhan dan hifa kapang dapat pula berkumpul ke dalam selubung mengelilingi akar-akar. Kapang hampir secara universal dijumpai di tanah.

  Sehingga fungi yang telah menembus sel-sel akar, pada saat pemanenan akan tetap menempel pada bahan hingga sampai pada proses pengeringan.

  Dengan adanya penelitian ini, diharapkan akan diketahui angka kapang/khamir dalam sediaan jamu gendong beras kencur yang beredar di 3 pasar di Kotamadya Yogyakarta, yaitu pasar Kranggan, pasar Karangwaru, dan pasar Pingit. Dengan demikian penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat dan keamanan penggunaan jamu gendong beras kencur.

1. Permasalahan

  Dalam penelitian ini, permasalahan yang dirumuskan adalah sebagai berikut :

  1. Berapa angka kapang/khamir yang terdapat pada sediaan jamu gendong beras kencur yang beredar di 3 pasar di Kotamadya Yogyakarta?

  2. Apakah angka kapang/khamir yang terdapat pada sediaan jamu gendong beras kencur yang beredar di 3 pasar di Kotamadya Yogyakarta telah memenuhi persyaratan? 2.

   Keaslian Penelitian

  Sepengetahuan penulis, penelitian tentang Uji kapang/khamir pada jamu gendong beras kencur sudah pernah diteliti oleh Silvia Tunjung Pratiwi pada tahun 2005 dengan judul “Pengujian Cemaran Bakteri dan Cemaran Kapang/Khamir pada Produk Jamu Gendong di Daerah Istimewa Yogyakarta.

  Yang membedakan dengan penelitian ini adalah periode pengambilan sampel yang diteliti.

3. Manfaat Penelitian

  a. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai angka kapang/khamir dalam jamu gendong beras kencur yang beredar di 3 pasar di

  Kotamadya Yogyakarta.

  b. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan data tentang angka kapang/khamir pada jamu gendong beras kencur yang beredar di 3 pasar di Kotamadya Yogyakarta.

  c.

  Manfaat metodologis Metode yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan dan terus dikembangkan dalam pengujian cemaran mikroba pada sediaan-sediaan jamu yang lain.

  B.

  

Tujuan Penelitian

1.

  Tujuan umum : Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui angka kapang/khamir pada jamu gendong beras kencur yang beredar di 3 pasar di Kotamadya Yogyakarta untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap penggunaan jamu tersebut.

  2. Tujuan khusus : Penelitian ini diharapkan mampu memberikan data dan informasi tentang angka kapang/khamir dalam jamu gendong beras kencur yang beredar di 3 pasar di Kotamadya Yogyakarta. Kemudian data yang diperoleh dibandingkan dengan persyaratan tentang batas angka kapang/khamir yang diperbolehkan, sehingga dapat disimpulkan bahwa jamu gendong beras kencur yang beredar di 3 pasar di Kotamadya Yogyakarta sesuai dengan persyaratan atau tidak.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Obat tradisional Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan

  tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dan bahan bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Anonim,1994).

  Obat tradisional Indonesia yang telah menjadi bagian dari kehidupan bangsa Indonesia dalam sistem pelayanan kesehatan. Untuk itu harus sesuai dengan kaidah pelayanan kesehatan, yaitu secara medis harus dapat dipertanggungjawabkan. Guna mencapai hal itu, perlu dilakukan pengujian ilmiah tentang khasiat, keamanan, dan standar kualitasnya (Soegihardjo, 2002).

  Pemanfaatan obat tradisional pada umumnya lebih diutamakan sebagai preventif untuk menjaga kesehatan, meskipun adapula upaya sebagai pengobatan suatu penyakit. Dengan semakin berkembangnya obat tradisional, ditambah dengan imbauan di masyarakat untuk kembali ke alam (back to nature), telah meningkatkan popularitas obat tradisional (Santoso, 2000). Salah satu kelompok obat tradisional adalah jamu. Jamu sudah dikenal di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa sebagai sarana perawatan kesehatan sehari-hari maupun sebagai sarana pemulihan kesehatan bila telah sembuh dari sakit. Ramuan yang ada di dalam jamu terdiri dari berbagai bagian tumbuh-tumbuhan yang saling bekerjasama membantu perawatan dan untuk pencegahan penyakit. Dengan demikian penggunaan sejak dahulu kala bermanfaat untuk preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif (Soedibyo, 2004).

  B.

  

Jamu Gendong Beras Kencur

  Jamu gendong beras kencur adalah bahan atau ramuan dengan komposisi utama beras dan kencur. Sebagai bahan tambahan biasanya digunakan jahe, kedawung, gula merah, gula putih, kapulaga, kunci, asam jawa, dan garam. Setiap penjual jamu gendong mempunyai ramuan yang tidak selalu sama (Anonim, 2007).

  Ada dua cara dalam proses pembuatan jamu gendong. Pertama dengan merebus semua bahan. Kedua dengan mencampurnya dengan air matang (Suharmiati dan Handayani, 1998).

  C.

  

Media

  Untuk menumbuhkan suatu mikroorganisme, diperlukan suatu substrat makanan yang biasa disebut media. Media dapat digunakan untuk menumbuhkan suatu mikroorganisme karena di dalam media mengandung unsur-unsur makanan yang diperlukan oleh jasad tersebut untuk tetap hidup. Unsur-unsur makanan itu dapat berupa garam-garam anorganik, dan senyawa-senyawa organik seperti asam-asam amino dan vitamin-vitamin yang diperlukan untuk pertumbuhan.

  Bahan-bahan nutrien yang disediakan untuk menumbuhkan mikroorganisme di dalam laboratorium disebut kultur media. Media itu sendiri sebelum digunakan harus dalam keadaan steril, artinya tidak ditumbuhi mikroba lain yang tidak diharapkan (Jawetz dkk, 1996).

  Berdasarkan konsistensinya, media dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu: media padat, media cair, dan media semi padat/cair. Berdasarkan komposisi atau susunannya, media dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : media sintesis (media yang dapat diketahui dengan pasti susunan kimianya), dan media non- sintesis (media yang tidak dapat diketahui dengan pasti susunan kimianya, merupakan bahan-bahan alami seperti kentang, nutrient kaldu, telur, dan sebagainya) (Tarigan, 1988).

  Dalam penelitian ini, media digunakan sebagai tempat tumbuh koloni kapang/khamir dan juga sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhan kapang/khamir. Media yang digunakan adalah Potatoes Dextrose Agar atau biasa disebut PDA. PDA merupakan media yang digunakan untuk memacu produksi konidia oleh fungi. Infus dari kentang dan dekstrosa pada media ini menyediakan faktor nutrien yang sangat baik untuk pertumbuhan fungi (Murray, 1999).

  D.

  

Morfologi Fungi

  Fungi (jamak) atau fungus (tunggal) adalah suatu organisme eukariotik yang mempunyai inti sel, memproduksi spora, tidak mempunyai klorofil, sehingga tidak dapat melakukan fotosintesis, dapat berkembang biak secara seksual dan aseksual (Fardiaz, 1992). Beberapa fungi disebut fungi dimorfik karena dapat tumbuh dalam bentuk filamen seperti kapang atau sel tunggal seperti khamir.

  Fungi sebenarnya merupakan organisme yang menyerupai tanaman, tetapi mempunyai beberapa perbedaan, yaitu tidak mempunyai klorofil, mempunyai dinding sel dengan komposisi berbeda, berkembang biak dengan spora, tidak mempunyai batang atau cabang, akar atau daun, tidak mempunyai sistem vaskular seperti pada tanaman, bersifat multiseluler tetapi tidak mempunyai fungsi masing-masing bagian seperti pada tanaman (Fardiaz, 1992).

  Fungi lebih tahan terhadap kondisi-kondisi lingkungan yang ekstrem kalau dibandingkan dengan kebanyakan mikroorganisme lain. Pertumbuhan fungi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : 1.

   Air

  Umumnya fungi membutuhkan kadar air yang lebih rendah dibandingkan dengan bakteri, sehingga makanan yang dikeringkan akan lebih mudah dirusak oleh fungi daripada bakteri.

  2. Suhu

  Kebanyakan fungi dapat tumbuh pada suhu antara 20 - 25 C (mesofilik) dan paling baik pertumbuhannya pada suhu optimum sekitar 25 - 30 C atau sama dengan suhu kamar. Pada kasus lain fungi Aspergillus sp. akan tumbuh dengan baik pada suhu 35 – 37

  C.

  3. Makanan/substrat

  Umumnya fungi dapat menggunakan banyak sumber makanan dari senyawa kimia yang sederhana sampai yang kompleks. Sebagian fungi mempunyai enzim pektinase, amilase, protease, dan lipase untuk mengolah bahan makanannya.

  4. Keasaman (pH)

  Pada umumnya, fungi tumbuh pada pH antara 2,0 – 8,5. Akan tetapi fungi lebih cenderung hidup dalam suasana asam.

  5. Oksigen

  Fungi yang tumbuh pada makanan umumnya adalah aerobik karena membutuhkan oksigen dalam pertumbuhannya.

  6. Inhibitor

  Makanan yang terdapat di alam kadang-kadang mengandung senyawa atau zat penghambat pertumbuhan yang dikenal dengan antibiotik, misalnya penisilin, streptomisin, dan sebagainya (Tarigan, 1988).

  E.

  

Uraian Kapang dan Khamir

  1. Kapang

  Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen. Filamen merupakan ciri khas morfologi kapang yang membedakan dengan khamir. Dengan adanya filamen, penampakan koloni kapang berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula berwarna putih, tetapi jika spora telah timbul akan membentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang. Sifat-sifat morfologi kapang baik penampakan makroskopik maupun mikroskopik digunakan dalam identifikasi dan klasifikasi kapang. Sifat-sifat umum kapang antara lain : mempunyai inti sel, memproduksi spora, tidak mempunyai klorofil sehingga tidak dapat melakukan fotosintesis, dapat berkembang biak secara seksual dan aseksual, beberapa mempunyai bagian-bagian tubuh berbentuk filamen dengan dinding sel yang mengandung selulosa atau kitin atau keduanya (Fardiaz, 1992).

  a. Hifa dan miselium Kapang terdiri dari suatu thalus (jamak = thalli) yang tersusun dari filamen yang bercabang yang disebut hifa (tunggal = hypa, jamak = hypae).

  Kumpulan dari hifa disebut misellium (tunggal = mysellium, jamak = mysellia). Hifa tumbuh dari spora yang melakukan germinai membentuk suatu tuba germ, dimana ini akan tumbuh terus membentuk filamen yang panjangdan bercabang yang disebut hifa kemudia seterusnya akan membentuk suatu massa hifa yang disebut misellium. Pembentukan misellium merupakan sifat yang membedakan grup-grup dalam fungi (Fardiaz, 1992).

  Hifa mungkin tumbuh di bawah permukaan yaitu terendam dalam substrat/makanan, atau pertumbuhnnya mungkin muncul di atas permukaan substrat/makanan. Pertumbuhan atau perpanjangan hif dimulai dari bagian tengah yang disebut pertumbuhan interkalar, atau bagian ujung hifa yang disebut pertumbuhan apikal (Fardiaz, 1992).

  Hifa dapat dibedakan atas dua macam, yaitu : (1) hifa vegetatif atau hifa tumbuh, dan (2) hifa fertil yang membentuk bagian reproduksi. Pada kebanyakan kapang hifa fertil tumbuh di atas permukaan, tetapi pada beberapa kapang mungkin terendam. Penyerapan nutrien terjadi pada permukaan misellium (Fardiaz, 1992).

  Hifa dikelilingi oleh dinding sel tegar yang terdiri dari polisakarida. Kandungan tertinggi dalam dinding sel pada kebanyakan kapang adalah selulosa, tetapi pada beberapa kapang dinding selnya terutama dari khitin. Hifa mungkin membentuk kumpulan misellium yang padat dan keras dengan dinding sel tebal.

  Struktur ini disebut sklerotium (jamak = sklerotia) yang bersifat tahan terhadap pemanasan dan keadaan kering. Oleh karena itu, perlu mendapat perhatian khusus dalam pengelolaan pangan (Fardiaz, 1992).

  Kapang dapat dibedakan atas dua kelompok berdasarkan struktur hifanya, yaitu : (1) hifa tidak bersekat atau nonseptat, dan (2) hifa berekat atau septat yang membagi hifa dalam mangan-mangan, dimana setiap mangan mempunyai satu atau lebih inti sel (nukleus). Dinding penyekat yang disebut septum (jamak = septat) tidak tertutup rapat sehingga sitoplasma masih bebas bergerak dari ruangan yang satu ke ruangan yang lainnya. Kapang yang tergolong septat terutama termasuk dalam kelas Ascomycetes, Basidiomycetes, dan

  

Deuteromycetes, sedangkan kapang nonseptat terutama termasuk dalam kelas

Phycomycetes (Zygomycetes dan Oomycetes). Pada kapang nonseptat inti sel

  tersebar di sepanjang hifa (Fardiaz, 1992).

  Hifa pada kebanyakan kapang biasanya terang, tetapi pada beberapa kapang agak keruh dan gelap. Secara mikroskopik, hifa terlihat tidak berwarna dan transparan, tetapi kumpulan hifa secara makroskopik mungkin berwarna (Fardiaz, 1992).

  Struktur miselia mungkin spesifik untuk beberapa jenis kapang dan sehingga dapat digunakan untuk identifikasi. Bentuk-bentuk spesifik tersebut misalnya rhizoid (holdfast) pada Rhizopus dan Absidia, foot cell pada Aspergillus, percabangan bentuk Y pada Geotrichum (Fardiaz, 1992). b. Sistem reproduksi kapang Dikenal dua macam reproduksi kapang, yaitu (1) reproduksi aseksual, dan (2) reproduksi seksual. Secara aseksual, kapang dapat tumbuh dari sepotong miselium, tetapi cara ini jarang terjadi, dan yang paling umum terjadi adalah pertumbuhan dari spora aseksual.

2. Khamir

  Khamir adalah fungi uniseluler yang mikroskopik dan tidak membentuk percabangan permanen. Sebagian besar khamir termasuk dalam kelas

  

Ascomycetes , sebagian kecil termasuk dalam kelas Basidiomycetes dan fungi

imperfecti. Khamir yang termasuk kelas pertama dan kelas kedua berkembang

  biak dengan tunas (budding), pembelahan sel, spora aseksual, dan spora seksual. Kelas ketiga hanya dapat berkembang biak secara aseksual yaitu dengan tunas, pembelahan sel, dan spora aseksual. Pada umumnya, kebanyakan khamir berkembang biak dengan tunas.

  Ukuran khamir 4 – 20 kali lebih besar daripada ukuran bakteri, yaitu berkisar antara 1 – 9 µm x 2 – 20 µm, tergantung pada spesiesnya. Bentuk khamir bermacam-macam yaitu, bulat (spheroid), bulat telur (elips), silindris (seperti silinder), seperti sosis, seperti buah jeruk, dan sebagainya. Beberapa khamir tertentu dapat mengalami dimorfisme, yaitu membentuk fase Y (yeast, khamir, bentuk sel tunggal) dan fase F (filamen, bentuk benang). Khamir tidak mempunyai flagela jadi tidak dapat bergerak aktif.

  Dinding sel khamir terdiri dari khitin. Sel yang masih muda dinding selnya tipis dan lentur, sedangkan sel yang sudah tua dinding selnya tebal dan kaku. Di bawah dinding sel terdapat membran sitoplasma yang bersifat permeable selektif. Di dalam sitoplasma terdapat banyak granul-granul, seperti mitokondria, volutin, granula lemak, dan granula glikogen. Makin tua sel khamir makin jelas granula-granulanya. Di dalam sel terdapat vakuola yang besar yang berisi inti sel (vakuola initi). Tipe sel khamir adalah eukaryotik (Jutono dkk, 1980).

3. Patogenitas fungi

  Fungi dapat menimbulkan penyakit yang dapat dibedakan atas dua golongan yaitu : a. Infeksi oleh kapang yang disebut mikosis

  b. Mikotoksikosis, yaitu suatu gejala keracunan yang disebabkan oleh tertelannya suatu hasil metabolisme yang beracun dari kapang atau fungi.

  Dari kedua golongan tersebut, hanya mikotoksikosis yang umumnya disebarkan melalui makanan, sedangkan mikosis disebabkan melalui sentuhan pakaian, angin, dan sebagainya. Senyawa beracun yang diproduksi oleh fungi disebut mikotoksin. Toksin ini dapat menimbulkan gejala sakit dan kadang-kadang fatal. Beberapa di antaranya mempunyai sifat karsinogenik, yaitu dapat menimbulkan kanker.

  Kapang yang memproduksi mikotoksin terutama dari jenis Aspergillus,

  

Penicillium, dan Vusarium, selain itu mikotoksin juga diproduksi oleh fungi

Amanita sp. Mikotoksin pada umumnya tahan terhadap panas, sehingga pengolahan atau pemasakan tidak menjamin hilangnya atau berkurangnya aktivitas toksin tersebut (Fardiaz, 1992).

F. Angka Kapang/Khamir

  Angka kapang/khamir adalah jumlah koloni kapang dan khamir yang ditumbuhkan dalam media yang sesuai setelah diinkubasi selama 5 hari pada suhu

  O

  20 – 25 C dan dinyatakan dalam satuan koloni / mL. Perhitungan angka kapang/khamir berdasarkan prosedur dalam Metode Analisis Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional tahun 2006 no 05/mik/00.

G. Landasan Teori

  Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 246/Menkes/Per/V/1990 pasal 2, produsen obat tradisional dikelompokkan menjadi dua yaitu: (1) yang mempunyai ijin usaha industri sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku; (2) yang tidak diharuskan memiliki ijin usaha industri, yaitu mereka yang membuat obat tradisional untuk dipasarkan secara terbatas, contohnya penjual jamu racikan dan jamu gendong (Hartini, 2006).

  Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 2000 mensyaratkan bahwa obat tradisional harus memenuhi persyaratan mutu kefarmasian. Dengan persyaratan mutu tersebut dapat diharapkan adanya obat tradisional dengan bentuk dan dosis yang diketahui dan terulangkan, termasuk untuk keamanan dan kemanfaatannya. Parameter yang perlu terdiri atas parameter standar mutu untuk bahan baku, dan parameter standar mutu untuk sediaan yang mempunyai formula dalam bentuk sediaan tertentu (Anonim, 2000).

  Salah satu parameter standar mutu bahan baku obat tradisional adalah mensyaratkan adanya uji cemaran mikroba seperti uji mikroba patogen, uji angka kapang/khamir, uji angka lempeng total, uji nilai duga terdekat coliform, dan uji aflatoksin (Anonim, 2000a).

  Berdasarkan pernyataan di atas, perlu dilakukan uji angka kapang/khamir terhadap sediaan jamu gendong yang dimaksud dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 246/Menkes/Per/V/1990 pasal 2 ayat (2), karena penjual jamu gendong tidak memiliki ijin usaha industri. Dengan tidak memilki ijin usaha industri, tidak ada jaminan bahwa jamu gendong yang diproduksi sesuai dengan persyaratan mutu kefarmasian.

  H.

  

Hipotesis

  Berdasarkan data di atas, jamu gendong beras kencur yang beredar di tiga pasar di Kotamadya Yogyakarta diduga memiliki angka kapang/khamir yang melebihi batas maksimal yang dipersyaratkan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan

  rancangan penelitian deskriptif dan komparatif, karena dalam penelitian ini tidak dilakukan manipulasi pada subjek penelitian. Penelitian akan mendeskripsikan keadaan yang ada dan membandingkan dengan teori-teori yang berkaitan.

  B.

  

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel utama

  a. Variabel bebas : jamu gendong beras kencur yang beredar di pasar Kranggan, pasar Karangwaru, dan pasar Pingit di Kotamadya Yogyakarta.

  b. Variabel tergantung : jumlah koloni kapang/khamir pada media Potato Dextrose Agar (PDA).

2. Variabel pengacau terkendali

  Suhu inkubasi (± 20

  O

  C), lama inkubasi (5 hari), sterilisasi media (Autoklaf pada suhu ± 121

  O

  C selama 15 menit), sterilisasi alat (Oven pada suhu 180

  O

  C selama 1 jam), sterilisasi ruangan (LAF) (menggunakan alkohol 70 % dan sinar UV pada panjang gelombang 260 – 270 nm selama 3 jam), media yang digunakan (PDA), volume suspensi jamu gendong beras kencur (± 0,5 mL), dan penyebaran suspensi bahan pada media.