Perbedaan persepsi bawahan mengenai gaya kepemimpinan transformasional laki-laki dan perempuan dalam UKM Universitas Sanata Dharma - USD Repository

  

PERBEDAAN PERSEPSI BAWAHAN MENGENAI GAYA

KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL LAKI-LAKI DAN

PEREMPUAN DALAM UNIT KEGIATAN MAHASISWA UNIVERSITAS

SANATA DHARMA

SKRIPSI

  

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

  

Oleh

Veronika Hera Putri Kusumastuti

NIM : 029114033

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

  

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

  MOTTO

Saat langkah terasa berat dan waktu

seakan berhenti,

ingatlah satu hal… Malam tak akan selalu malam,

karena mentari akan selalu ada di

ujung gelap

  

‘tuk sinari setiap langkah

HALAMAN PERSEMBAHAN

  

Jesus Chris’t for all

bless

Bapak dan ibu Ade’ku cillo

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 20 Agustus 2007 Penulis

  Veronika Hera Putri K

  

ABSTRAK

  Perbedaan persepsi bawahan mengenai gaya kepemimpinan transformasional laki- laki dan perempuan dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

  Veronika Hera Putri Kusumastuti 029114033

  Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

  Yogyakarta Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi bawahan antara gaya kepemimpinan transformasional laki-laki dan perempuan. Beberapa tokoh menerangkan jenis-jenis kepemimpinan sesuai dengan pemahamannya masing-masing, namun pada penelitian ini, peneliti ingin melihat gaya kepemimpinan yang diperkenalkan oleh Bass yaitu gaya kepemimpinan transformsional. Gaya kepemimpinan transformasional adalah gaya kepemimpinan yang menekankan adanya kedekatan emosional antara atasan dan bawahan. Gaya kepemimpinan ini dianggap cenderung lebih diterapkan oleh atasan atau pemimpin perempuan, namun peneliti juga ingin melihat seberapa transformasionalkah pemimpin laki-laki. Oleh karena itu, peneliti ingin melihat apakah ada perbedaan gaya kepemimpinan laki-laki dan perempuan apabila dilihat melalui gaya kepemimpinan transformsional.

  Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah anggota dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Universitas Sanata Dharma yang masih aktif dalam organisasi tersebut. Sampel yang digunakan sebanyak 75 orang yang tersebar dalam 10 UKM. Alat ukur dalam penelitian ini adalah skala kepemimpinan faktor ganda atau yang biasa disebut MLQ (Multifactor Leadership Questionnaire) yang juga diperkenalkan oleh Bass yang di dalamnya memuat gaya kepemimpinan transformasional. Indeks kesahihan butir bergerak antara 0,3020 sampai 0,8413, dengan estimsi reliabilitas sebesar 0,9407 untuk gaya kepemimpinan transformasional laki-laki, dan untuk gaya kepemimpinan transformasional perempuan bergerak antara 0,3245 sampai 0,6935, dengan estimasi reliabilitas sebesar 0,9218.

  Penelitian ini menggunakan metode analisis data paired sample t-test. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa ada perbedaan gaya kepemimpinan laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari gaya kepemimpinan transformasional, dengan hasil p sebesar 0,01 < 0,05, yang artinya bahwa perempuan lebih transformasional dibandingkan dengan laki-laki.

  

ABSTRACT

  The differences of transformational leadership’s perception man and woman of Unit Kegiatan Mahasiswa of Universitas Sanata Dharma Veronika Hera Putri Kusumastuti

  029114033 Psychology Faculty

  Sanata Dharma University Yogyakarta

  This research aims to learn the differences of perception between man and woman on transformational leadership. Scientists explain the style of leadership base on their own assumptions. This research utilizes Bass assumption on transformational leadership. The transformational leadership stresses on emotional relationship between the leader and the workers. It conducted to uncover the differences between man and woman on leadership base on transformational leadership.

  The subject of this research are the members of Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) of Unversitas Sanata Dharma. The samples are 75 students taken out from 10 UKM. This research uses Multifactor Leadership Questionnaire (MLQ) measurement. It finds out that transformational leadership index move between 0,3020 to 0,8413 with reliability estimation of 0,9407 for man and index of 0,3245 to 0,6935, with reliability estimation of 0,9218 for woman.

  This research uses Paired Sample T-Test Method of Data Analyses. It finds out that there are differences perception between man and woman on transformational leadership with p 0,01< 0.05. Which means that woman are more transformasional than man.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kepeda Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan kuasanya, sehingga di dalam penulisan skripsi ini diberikan kemudahan dan dapat terselesaikan.

  Penulisan skripsi ini merupakan kewajiban dan salah satu syarat bagi setiap mahasiswa untuk menyelesaikan studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan memperoleh gelar sarjana psikologi. Dalam rangka memenuhi kewajiban dan syarat tersebut, maka penulis mengangkat judul “PERBEDAAN PERSEPSI BAWAHAN MENGENAI GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DALAM UNIT KEGIATAN MAHASISWA UNIVERSITAS SANATA DHARMA”

  Judul tersebut dilatarbelakangi dari perhatian penulis yang dominan pada psikologi industri dan organisasi, selain itu perhatian penulis juga tertuju pada penerapan psikologi kepemimpinan pada lingkup organisasi.

  Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, karya tulis ini tidak akan berhasil sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Jesus Chris’t for all miracle that gived to me

  2. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, dan atas bantuan yang diberikan kepada penulis sebagai pembimbing II dan sebagai dosen penguji.

  3. Bapak Y. Heri Widodo, S.Psi., M.Psi, sebagai dosen penguji karya tulis ini.

  4. Ibu Slyvia Carolina MYM. S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi atas segala waktu dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

  5. Ibu Tanti Arini, S.Psi., M.Si, sebagai dosen pembimbing studi kami yang baru.

  6. Mas Gandung, Mas Doni, Mas Muji, Mbak Nanik, dan Pak Giek atas

  7. Seluruh anggota UKM Universitas Sanata Dharma, terutama untuk semua ketua atau koordinator atas bantuan yang diberikan selama pengambilan data

  8. Seluruh anggota Mudika FX. Kiduloji Yogyakarta, atas kesediaannya mengisi angket uji coba penelitian

  9. Teristimewa untuk kedua orang tuaku, Heri Hendro Satriyo dan L.

  Prapti Putriantini, atas segala doa, semangat dan segalanya dalam kehidupan penulis.

  10. Ade’ku Cillo dan seluruh keluarga besarku.

  11. Buat ay yang udah nemenin selama sekian waktu di hari-hariku. Ayo semangat…tar kita wisuda bareng.

  12. Masku, atas perhatian, pengorbanan, kesetiaan, dan smua yang diberikan selama ini.

  13. Temen-temenku di Psikologi, Astria, Wiwien, Prima, Sintol, Windra, Bardjo, Doni n d’ Nananya, n semua yang nggak bisa disebutin satu persatu.

  14. Semua yang ada dan pernah ada dalam hidupku bersama dengan memorinya.

  15. Temenku sit up n angkat barbel, nayyyyyy yang udah nemenin buat menghilangkan perasaan suntuk selama mengerjakan skripsi ini.

  16. Dan semua pihak yang tidak sempat terucapkan, percayalah kalian selalu ada dihatiku. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan ketidak sempurnaan dalam penulisan skripsi ini, tetapi semoga tulisan ini dapat menambah wacana dan bermanfaat bagi semua.

  Yogyakarta, Penulis

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………….......ii HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………..iii HALAMAN MOTTO…………………………………………………………….iv HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………….. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………………….vi ABSTRAK……………………………………………………………………….vii

  

ABSTRACT………………………………………………………………………viii

  KATA PENGANTAR……………………………………………………………ix DAFTAR ISI……………………………………………………………………xi DAFTAR SKEMA………………………………………………………………xiv DAFTAR TABEL………………………………………………………………xv DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………… xvi

  BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………………1 A. LATAR BELAKANG………………………………………………1 B. RUMUSAN MASALAH……………………………………………6 C. TUJUAN PENELITIAN………………………………………………7 D. MANFAAT PENELITIAN……………………………………………7 BAB II. DASAR TEORI…………………………………………………………. 8 A. PERSEPSI ……………………………………………………8

  1. Definisi Persepsi…………………………………………………8

  2. Proses Terjadinya Persepsi……………………………………… 9

  3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Seseorang…………12

  4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Bawahan terhadap Atasan………………………………………14

  B. PEMIMPIN…………………………………………………………14

  1. Definisi Pemimpin………………………………………………14

  2. Fungsi Pemimpin………………………………………………15

  4. Hal-hal yang Harus Dimiliki Pemimpin…………………………16

  C. KEPEMIMPINAN………………………………………………18

  1. Definisi Kepemimpinan…………………………………………18

  2. Hal-hal yang Mempengaruhi Efektifitas Kepemimpinan………19

  3. Teori Kepemimpinan……………………………………………20

  D. GAYA KEPEMIMPINAN…………………………………………21

  1. Definisi Gaya Kepemimpinan ………………………………21

  2. Jenis Gaya Kepemimpinan………………………………………22 Gaya Kepemimpinan Transformasional……………………23

  1). Definisi Gaya Kepemimpinan Transformasional………23 2). Cara Pemimpin Mempengaruhi Bawahan………………..23 3). Aspek Gaya Kepemimpinan Transformasional………….24

  E. PERBEDAAN JENIS KELAMIN…………………………………29

  1. Aspek Biologis…………………………………………………29

  2. Aspek Psikologis…………………………………………………31

  3. Aspek Sosio Kultural……………………………………………32

  F. UNIVERSITAS SANATA DHARMA………………………………34

  G. PERBEDAAN PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN (TRANSFORMASIONAL dan TRANSAKSIONAL) LAKI-LAKI dan PEREMPUAN dalam UNIT KEGIATAN MAHASISWA UNIVERSITAS SANATA DHARMA………………………………35

  I. HIPOTESIS…………………………………………………………..38

  BAB III. METODOLOGI PENELITIAN………………………………………39 A. JENIS PENELITIAN………………………………………………39 B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN………………………39 C. DEFINISI OPERASIONAL…………………………………………39 D. SUBJEK PENELITIAN……………………………………………42 E. METODE PENGUMPULAN DATA………………………………42 F. PERTANGGUNGJAWABAN MUTU ALAT UKUR…………….44

  1. Seleksi Aitem……………………………………………………44

  2. Validitas…………………………………………………………44

  3. Reliabilitas………………………………………………………46 G. METODE ANALISIS DATA………………………………………..47

  BAB IV. PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………………………49 A. PERSIAPAN PENELITIAN…………………………………………49

  1. Deskripsi Subjek…………………………………………………49

  2. Orientas Kancah…………………………………………………49

  3. Persiapan Alat ukur………………………………………………50

  a. Validitas Isi…………………………………………..............50

  b. Melakukan Uji coba…………………………………………50

  c. Reliabilitas……………………………………………………52

  B. PELAKSANAAN PENELITIAN……………………………………53

  C. HASIL PENELITIAN………………………………………………56

  1. Uji Normalitas……………………………………………………56

  2. Uji Homogenitas…………………………………………………57

  3. Uji Perbedaan……………………………………………………58

  D. PEMBAHASAN……………………………………………………59

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………65 A. KESIMPULAN………………………………………………………65 B. SARAN………………………………………………………………65 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………67

DAFTAR SKEMA

  Gambar 1. Skema Proses Terjadinya Persepsi…………………………………..10 Gambar 2. Skema proses terjadinya persepsi dalam penelitian…………………11

  

DAFTAR TABEL

  Tabel 1. Keterwakilan Perempuan Indonesia Dalam Lembaga Politik Formal.....4 Tabel 2. Distribusi aitem MLQ sebelum uji coba……………………………….44 Tabel 3. Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha.........................................47 Tabel 4. Distribusi aitem MLQ setelah uji coba…………………………………52 Tabel 5. Uji Normalitas Data Gaya kepemimpinan Transformasional…………57 Tabel 6. Uji Homogenitas Data Persepsi Terhadap Gaya Kepemimpinan………57 Tabel 7. Data Hasil Uji Perbedaan Persepsi terhadap Gaya Kepemimpinan……58

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Uji Reliabilitas Lampiran 2. Deskripsi Data Penelitian Lampiran 3. Instrumen Penelitian:

  a. Skala Sebelum Uji Coba

  b. Skala Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini, keberadaan organisasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

  manusia, karena merupakan sarana esensial untuk memenuhi kebutuhan manusia. Manusia adalah elemen penting demi kemajuan sebuah organisasi.

  Manusia harus ada sebagai pemimpin yang mampu mengatur organisasi ini. Keberhasilan sekelompok orang yang melakukan kerjasama (organisasi) salah satunya tergantung pada pemimpinnya. Covey (1997) menyebutkan bahwa pemimpin memiliki empat peran dasar, yaitu; 1). Pathfinding, perintis jalan (kemampuan untuk melihat ke depan atau menemukan “jalan” untuk mencapainya), 2). Aligning, penyelaras langkah (menyelaraskan misi, visi dan sistim serta struktur), 3). Empowerment, pemberdaya anak buah (menciptakan kondisi yang kondusif sehingga anggotanya senang bekerja dan mampu memunculkan potensinya secara optimal), 4). Modelling, menjadi teladan yang baik.

  Kepemimpinan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam perannya sebagai pemimpin dalam upaya mempengaruhi individu maupun kelompok melalui komunikasi dan berlangsung dalam suatu hubungan interpersonal untuk mengerahkan potensi dan kemampuan sebagai tim sehingga berhasil mencapai tujuan bersama (Poespadibrata. S, 1996). Koontz, dkk, (Nawawi, 2003) juga mengungkapkan definisi kepemimpinan proses mempengaruhi anggota organisasi sehingga akan berusaha mencapai tujuan organisasi dengan kemampuan dan antusiasme yang tinggi.

  Pada penelitian ini, peneliti mensejajarkan istilah manajer, ketua, koordinator dan pemimpin. Meskipun banyak tokoh yang mengatakan bahwa pemimpin dan manajer pada khususnya memiliki perbedaan istilah, namun dilihat pada kenyatannya seringkali orang menyebut manajer sebagai kata lain dari pemimpin.

  Menjadi seorang pemimpin yang efektif diperlukan prasyarat-prasyarat tertentu. Persyaratan yang dimaksud antara lain motif, bakat, pengetahuan, keahlian dan kemampuan. Pada praktek kepemimpinan dalam masyarakat, selama ini, prasyarat-prasyarat tersebut pada umumnya dianggap lebih banyak dimiliki oleh laki-laki daripada perempuan. Laki-laki memiliki sifat agresif, dominan, mandiri, kompetitif, rasional, suka bertualang. Kualitas-kualitas ini dianggap sangat mendukung tugas-tugas yang berkaitan dengan kekuasaan misalnya sebagai pemimpin. Sedangkan wanita lebih emosional, sensitif, lembut, kurang mandiri, hangat, lebih peka terhadap perasaan orang lain. Kualitas-kualitas ini dianggap kurang bisa mendukung tugas-tugas sebagai pemimpin. (Stefani, dkk, 2000). Sehingga, ketika tampuk kepemimpinan itu jatuh di tangan perempuan, mulailah hal itu menjadi pro dan kontra. Hasil penelitian Sahrah (2004), menyebutkan bahwa ada perbedaan persepsi terhadap kepemimpinan perempuan antara subjek laki-laki dan perempuan.

  Secara tradisional perempuan dianggap sebagai makhluk nomer dua atau kelas dua. Makhluk yang secara fisik-biologis dianggap lebih lemah, dan tidak mampu daripada laki-laki (Stefani, dkk, 2000). Laki-laki lebih unggul dan lebih pandai dibanding perempuan. Laki-laki lebih rasional dibanding perempuan. Ditambah lagi faktor budaya patrilineal yang menyebabkan beban peran seks seorang laki-laki lebih dominan dibanding peran seks anak perempuan. Oleh karenanya laki-laki akan lebih dipercaya untuk memegang peranan kepemimpinan dibandingkan perempuan. (Sahrah, 2004) Anggapan semacam itu menyebabkan tidak sedikit perempuan yang mengalami hambatan dalam mengaktualisasikan diri dan potensinya secara optimal, menimbulkan perasaan tidak nyaman, tidak lazim/ tidak pantas saat dirinya harus membawahi laki-laki. Hambatan tersebut, menurut beberapa ahli seringkali disebut sebagai fear of

  

success (Stefani, dkk, 2000). Pembedaan gender menggiring dan melahirkan

sikap dan praktik yang mendiskriminasikan perempuan.

  Pada era belakangan ini perkembangan kaum perempuan Indonesia cukup pesat. Meskipun masih menghadapi beberapa kendala, tetapi mulai ada pergeseran peran perempuan dari sektor domestik ke sektor publik. Mulai banyak bermunculan perempuan-perempuan yang mampu menonjolkan atau munculkan dirinya sebagi seorang pemimpin dalam organisasi maupun pada perusahaan. Data pada tabel 1, yang diperoleh dari sumber memaparkan mengenai tingkat keterwakilan perempuan dalam lembaga politik formal.

  Tabel 1 Keterwakilan Perempuan Indonesia Dalam Lembaga Politik Formal Periode Dalam Persen

  1950-1955 3,8 1955-1960 6,3 1971-1977 7,8 1982-1987 6,3 1987-1992 8,5 1992-1997 12,5 1997-1999 10,8 1999-2004

  9 2004-... 11,3

  Melihat data di atas, dapat kita lihat bahwa, saat ini mulai banyak perempuan yang menduduki posisi yang identik dengan laki-laki. Walaupun jumlahnya masih cenderung naik turun, namun setidaknya belakang ini mulai kembali tampak adanya kenaikan.

  Besar kecilnya tingkat keterwakilan perempuan dalam kancah politik mesih menimbulkan adanya pro kontra dalam masyarakat. Salah satunya ketika presiden negara Republik Indonesia dipimpin oleh seorang perempuan, masyarakat banyak yang memberikan dukungan maupun kecamannya lewat adanya demonstrasi.

  Bawahan juga merupakan elemen penting dalam kesuksesan sebuah organisasi. Hasil penelitian dari Hartini (1999) menyebutkan bahwa hubungan yang baik dan kerjasama antara atasan dengan bawahan adalah kunci utama dari kesuksesan tersebut. Hubungan ini melibatkan unsur-unsur empati dan emosi dari kedua belah pihak. Selain itu, kerjasama yang baik antara atasan dan bawahan akan memperlancar tercapainya suatu tujuan, sehingga terjalin keserasian dan keharmonisan di antara keduanya. Sehingga pada akhirnya pemimpin mampu mengarahkan para anggotanya untuk mencapai tujuan.

  Pada proses pengarahan dan pencapaian tujuan ini, pemimpin akan menggunakan suatu cara tertentu. Cara dan pola tingkah laku pemimpin ini akan dipersepsi oleh bawahan atau anggota organisasi yang bekerjasama dengannya sebagai suatu gaya kepemimpinan tertentu (Hartini, 1999). Persepsi dapat diartikan sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan- hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi atau menafsirkan pesan. Ada pemimpin yang cenderung lebih dekat dengan anggota-anggotanya. Ia berusaha menjalin hubungan yang akrab, menggalang keeratan kelompok dan melibatkan peranserta anggota dalam pembuatan keputusan. Pemimpin semacam ini setiap waktu siap memberikan informasi dan dukungan kepada anggota-anggotanya. Secara lebih jelas, Bass (1985) (dalam Andarikus & Marselius, 2004) menggunakan istilah transformasional gaya kepemimpinan tersebut.

  Seorang pemimpin dapat dikatakan sebagai pemimpin transformasional diukur dalam hubungannya dengan pengaruh pemimpin tersebut terhadap bawahan. Upaya pemimpin transformasional dalam mempengaruhi bawahan dapat melalui tiga cara, yaitu: 1). mendorong bawahan lebih sadar akan pentingnya hasil suatu pekerjaan, 2). mendorong bawahan untuk lebih mementingkan organisasi daripada kepentingan individu, 3). mengaktifkan kebutuhan-kebutuhan bawahan pada tingkat yang lebih tinggi.

  Peneliti melihat hal tersebut ada hubungannya dengan sifat dasar manusia seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Sifat perempuan yang hangat, peka terhadap perasaan orang lain, sensitif, dianggap lebih mengarah pada gaya kepemimpinan transformasional. Melihat hal tersebut, sifat laki-laki yang cenderung rasional, tegas, kurang hangat menjadi kurang mengarah pada gaya kepemimpinan tersebut. Oleh karena itu peneliti ingin melihat apakah dengan sifat dasar yang dimilki laki-laki tersebut, laki-laki masih juga dapat menerapkan gaya kepemimpinan transformasional.

  Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk melihat perbedaan gaya kepemimpinan transformasional laki-laki dan perempuan apabila dipersepsi oleh bawahan/ anggota. Atau lebih jelasnya peneliti ingin melihat lebih transformasional manakah pemimpin laki-laki dan perempuan apabila dipersepsi oleh bawahannya.

  B. RUMUSAN MASALAH

  Penelitian ini adalah untuk melihat apakah perempuan lebih transformasional dibandingkan laki-laki pada Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  C. TUJUAN PENELITIAN

  Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini ingin mengetahui apakah perempuan lebih transformasional daripada laki-laki pada Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

  perkembangan ilmu psikologi terutama Psikologi Industri dan Organisasi, yakni terutama kajian tentang perbedaan persepsi mengenai gaya kepemimpinan laki-laki dan perempuan.

2. Manfaat Praktis

  Pemimpin diharapkan dapat juga menerapkan gaya kepemimpinan transformasional disamping gaya kepemimpinan yang biasanya digunakan.

  Hal ini dikarenakan gaya kepemimpinan ini dalam jangka panjang kepemimpinan ini dapat diandalkan untuk mencapai tujuan organisasi.

  Diharapkan hasil penelitian ini juga dapat memberikan informasi dan sumber acuan bagi penelitin yang selanjutnya, terutama yang berhubungan dengan topik perbedaan persepsi mengenai gaya kepemimpinan.

BAB II DASAR TEORI A. PERSEPSI

1. Definisi Persepsi

  Persepsi dalam psikologi diartikan sebagai salah satu perangkat psikologis yang menandai kemampuan seseorang untuk mengenal dan memaknakan sesuatu objek yang ada di lingkungannya (http://www.depsos.go.id/Balatbang/ Puslitbang%20UKS/2005/Sutaat.htm).

  Selain itu, secara umum persepsi sering disebut sebagai suatu pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Sehingga suatu stimulus yang sama belum tentu dipersepsikan sama oleh beberapa individu (Jalaludin, 2000).

  W.R. Nord (dalam Gibson, dkk, 1987) mengatakan definisi yang hampir mirip, yaitu bahwa persepsi adalah suatu proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu. Keadaan ini memberikan gambaran bahwa perspsi itu bersifat subjektif.

  Luthans (Thoha, 1983) mengatakan bahwa persepsi meliputi suatu interaksi dari kegiatan seleksi, penyusunan dan penafsiran. Apabila dihubungkan dengan organisasi Liliweri (2001) mendefinisikan persepsi sebagai suatu sikap, pendapat, pandangan, penilaian dari karyawan atas tingkat keterbukaan komunikasi antara pimpinan terhadap bawahan maupun dari bawahan terhadap atasan.

  Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah sikap, pendapat, pandangan atau penilaian seseorang mengenai objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan pesan tentang objek tersebut.

  Sedangkan persepsi yang dimaksud dalam penelitian kali ini adalah sikap, pendapat dan pandangan atau penilaian bawahan mengenai gaya kepemimpinan atasan yang diperoleh melalui peristiwa atau hubungan- hubungan dengan atasan sehingga dapat menyimpulkan dan menafsirkan segala informasi yang berkaitan dengan atasan dan gaya kepemimpinannya tersebut.

2. Proses Terjadinya Persepsi

  Huffman, dkk (1993) menyebutkan bahwa persepsi terdiri dari 3 proses dasar, yaitu : a. Seleksi

  Langkah awal dalam persepsi adalah proses seleksi di mana individu dapat memilih stimulus yang akan menjadi perhatiannya.

  b. Pengorganisasian Setelah terjadi proses seleksi terhadap informasi yang diterimanya, maka informasi tersebut diorganisasikan ke dalam pola-pola atau prinsip- prinsip yang akan menolong individu untuk melihat objek. c. Pengintepretasian Proses selanjutnya, otak individu akan menggunakan informasi tersebut untuk menerangkan dan membuat keputusan mengenai objek tersebut.

  

Gambar 1

Skema Proses Terjadinya Persepsi

  Stimuli :

  • Penglihatan - Suara Indera Perhatia Interpre Persep - Bau penerima n tasi si
  • Rasa - Tekstur

  Respon Sumber Data: Pengantar Psikologi Umum, Walgito (1994)

  Proses persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut: objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera (reseptor). Proses ini dinamakan proses kealaman (fisik). Stimulus yang diterima oleh alat indera dilanjutkan oleh syaraf sensori ke otak. Proses ini dinamakan proses fisiologis. Kemudian terjadilah suatu proses di otak sehingga individu dapat menyadari apa yang ia terima dengan reseptor itu sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimanya. Proses yang terjadi dalam otak atau pusat kesadaran itulah yang dinamakan proses psikologis. Dengan demikian taraf yang terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang apa yang diterima melalui alat indera/ reseptor. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi yang sebenarnya. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk (Walgito, 1994).

  Apabila dikaitkan dengan penelitian ini, maka skema proses terjadinya persepsi adalah sebagai berikut:

  

Gambar 2

Skema proses terjadinya persepsi dalam penelitian

  Stimuli : Gaya

  Indera Interpre Persepsi kepemimpina

  Perhatian penerima tasi bawahan/ n atasan

  (bawahan (bawahan

  (bawah anggota (laki-laki dan

  / anggota) / anggota) an/angg perempuan) ota)

  pon R pon R es es

  Dalam hal ini yang menjadi objek atau stimulus yang akan dipersepsi adalah gaya kepemimpinan atasan (laki-laki dan perempuan).

  Stimulus dapat datang dari luar yang langsung mengenai alat indera (reseptor) dan dapat datang dari dalam yang langsung mengenai syaraf penerima (sensori). Selanjutnya terjadi proses perhatian dan interpretasi.

  Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa persepsi terhadap gaya kepemimpinan atasan (laki-laki dan perempuan) merupakan suatu proses seseorang mengorganisasikan, menginterpretasikan, dan mengevaluasi gaya kepemimpinan atasan (laki-laki dan perempuan). Apabila persepsi bawahan baik (+) karena dianggap gaya kepemimpinan atasan cocok dengan dirinya (bawahan), maka respon yang terjadi akan lebih positif (+), sedangkan apabila persepsi bawahan kurang baik (-) karena dianggap gaya kepemimpinan atasan kurang cocok dengan dirinya (bawahan), maka respon yang terjadi juga akan negatif (-).

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Seseorang

  Menurut Sunarto (2003), ada tiga faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu: a. Pelaku Persepsi

  Apabila seorang individu memandang pada suatu objek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, maka penafsiran itu sangat dipengaruhi pribadi dari perilaku persepsi individu itu sendiri. Karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi adalah sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan.

  b. Target Objek Karakteristik-karakteristik dari target yang akan diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Karena target tidak dipandang secara terisolasi atau sendiri, maka hubungan suatu target dengan latar belakangnya mempengaruhi perspsi.

  Dalam hal ini objeknya adalah laki-laki dan perempuan. Perbedaan fisik biologis seorang laki-laki dan perempuan diyakini oleh para ahli akan berpengaruh pada perkembangan emosional dan kapasitas intelektual. Laki- laki dianggap lebih rasional dibandingkan dengan seorang perempuan.

  Secara fisiologis menurut Kowa dalam penelitian Sahrah (2004) laki-laki lebih kontinu dalam berkarya. Hampir semua pekerjaan mengacu pada persyaratan akan sifat tersebut, sehingga pada akhirnya laki-laki dipersepsikan lebih mampu daripada seorang perempuan.

  c. Situasi Ada beberapa hal yang masuk dalam faktor situasi, dua diantaranya adalah budaya dan agama.

  Faktor budaya mempengaruhi seseorang dalam mempersepsi sesuatu. Pada kultur patrilineal beban peran seks seorang laki-laki lebih dominan dibandingkan peran seks seorang perempuan, sehingga laki-laki akan lebih dipercaya untuk memegang peran kepemimpinan dibandingkan perempuan.

  Faktor agama juga dianggap sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam mempersepsi sesuatu terutama dalam hal kepemimpinan perempuan. Respon keras muncul dari KUII pada tahun 1998 yang mengeluarkan fatwa “Presiden Indonesia haruslah seorang pria muslim“. Isu kepemimpinan perempuan ini juga sempat mendapat komentar dari beberapa pihak yang pro atau mendukung emansipasi perempuan.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Bawahan terhadap Atasan

  Berhm (Hartini, 1999) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi bawahan terhadap atasan adalah: a. Pemimpin harus diterima sebagai salah satu bagian dari bawahannya.

  b. Pemimpin harus diterima sebagai keseluruhan dari semua kelompok.

  c. Pemimpin harus diterima sebagai yang terbaik dari bawahannya. d. Pemimpin harus mampu memenuhi harapan dari bawahannya.

B. PEMIMPIN

1. Definisi Pemimpin

  Drucker (1954) (dalam berpendapat bahwa pemimpin ialah seseorang yang mempunyai pengikut- pengikut dalam situasi tertentu.

  Seringkali orang mengidentikkan manajer dengan pemimpin. Padahal sebenarnya kedua hal tersebut adalah berbeda. Beberapa tokoh menerangkannya dengan lebih jelas sebagai berikut.

  Bogdanowicz membedakan manajer dan pemimpin adalah sebagai berikut. Manajer melaksanakan sedangkan pemimpin berinovasi, manajer mempertahankan sedangkan pemimpin mengembangkan, manajer mengontrol sedangkan pemimpin membangkitkan semangat, manajer berfokus pada jangka pendek sedangkan pemimpin selalu berfikir jangka panjang, manajer bertanya bagaimana dan kapan sedangkan pemimpin bertanya apa dan mengapa, manajer menerima status quo sedangkan pemimpin menantangnya.

  Bennis dan Nanus, dua orang pakar manajemen, dalam bukunya

  

“Leaders”, membuat perbedaan antara manajer dan pemimpin. Menejer

  menjalankan tugasnya dengan benar, sementara pemimpin melakukan sesuatu yang benar. (http://yoma.wordpress.com/2006/11/07/ ) Namun dalam penelitian kali ini peneliti tidak membedakan kedua hal tersebut, karena di UKM yang akan menjadi tempat penelitian sering digunakan istilah manajer, koordinator, ketua, sebagai kata lain dari pemimpin atau atasan.

  2. Fungsi Pemimpin

  Krech & Curtchfiels (1948) (seperti yang dikutip oleh Walgito, 1994), mengemukakan ada beberapa fungsi pemimpin, yaitu sebagai: a. pelaksana yang mengkoordinir kegiatan kelompok dan bertanggung jawab akan penyelesaian kegiatan tersebut, b. perencana, c. pembuat kebijaksanaan, d. seorang yang ahli di bidang yang dipimpinnya, e. pengontrol, f. pemberi reward atau punishment, g. pencetus ide atau sebagai kepala, h. penengah atau pelerai, i. panutan, j. simbol dari kelompok, k. seorang pengambil alih tanggung jawab, l. seorang idealis, m. figur seorang ayah/ ibu, n. kambing hitam.

  3. Tugas Pemimpin

  Pada umumnya tugas seorang pemimpin adalah mengusahakan agar kelompok yang dipimpinnya dapat merealisasikan tujuan dalam kerjasama yang produktif. Selain itu seorang pemimpin harus dapat menyadari dan memahami kebutuhan, keinginan dan cita-cita anggota kelompok. Hal ini sejalan dengan pendapat Floydruch (Walgito, 1994) mengenai tugas utama seorang pemimpin, yaitu: a. Memberi struktur yang jelas tentang situasi yang rumit yang dihadapi kelompok, termasuk di dalamnya hal-hal yang kurang jelas. b. Mengawasi dan menyalurkan tingkah laku kelompok. Pemimpin harus dapat mengawasi yang tidak selaras dan seimbang.

  c. Menjadi juru bicara kelompok. Pemimpin harus mampu merasakan dan menerangkan kebutuhan kelompok ke dunia luar, yaitu: sikap-sikap kelompok maupun pengharapannya, tujuan dan kekhawatiran kelompok.

4. Hal-hal yang Harus Dimiliki Seorang Pemimpin

  Seorang pemimpin yang ingin berhasil sebagai pemimpin, harus memiliki beberapa hal, agar dapat membawa perubahan seperti yang diinginkan serta mencapai tujuan organisasi. Menurut Wirjono dan Supardo (2002) hal-hal yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah sebagai berikut: a. Mengerti diri sendiri dan selalu berbuat untuk perbaikan diri sendiri.

  Untuk mengenal diri sendiri, pemimpin harus mengerti bakat yang ia miliki secara pribadi. Memperbaiki diri berarti memperkuat hal-hal positif yang telah dimiliki. Hal ini dapat dicapai dengan banyak membaca, belajar, mengikuti pelatihan-pelatihan, dan sebagainya.

  b. Menguasai keahlian teknis.

  Pemimpin harus mengetahui pekerjaan dan mengenal secara solid tugas anak buah/ anggota.

  c. Mempunyai tanggung jawab dan bertanggung jawab atas semua tindakannya.

  Mencari cara untuk membimbing organisasi ke puncak sukses, dan apabila terjadi ketidakberesan, tidak mencari kambing hitam, tetapi menganalisis situasi, mengambil tindakan korektif, dan bergerak menghadapi tantangan baru. d. Mengambil keputusan yang matang dan tepat waktu.

  Menggunakan cara pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan perencanaan yang logis, masuk akal, profesional.

  e. Menjadi peran/ role model untuk anggota atau karyawannya.

  Mereka tidak hanya perlu mendengar tetapi juga melihat apa yang diharapkan dari mereka.

  f. Mengenal anggota/ pengikut dan memperhatikan kesejahteraan mereka.

  Pemimpin perlu mengenal sifat manusia dan peduli terhadap kesejahteraan mereka.

  g. Membuat anggota-anggota selalu mendapat informasi yang mereka perlukan.

  Menguasai teknik berkomunikasi dengan anggota, para senior dan orang- orang kunci di dalam organisasi.

  h. Menumbuhkan rasa tanggung jawab pada anggota.