Peran film video untuk memperlancar proses pembinaan iman kaum muda di wilayah ST. Paulus Sambeng, Paroki St. Petrus dan Paulus Kelor, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository

  

PERAN FILM VIDEO

UNTUK MEMPERLANCAR PROSES PEMBINAAN IMAN

KAUM MUDA DI WILAYAH ST. PAULUS SAMBENG,

PAROKI ST. PETRUS DAN PAULUS KELOR,

  

GUNUNGKIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama

Katolik

Oleh:

MM. Nining Wijayanti

  

NIM: 021124037

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2007

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini penulis persembahkan kepada seluruh pendamping/pembina kaum muda yang selalu mengusahakan masa depan Gereja dan juga kepada semua kaum muda katolik.

  

MOTTO

  “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku”.

  (Flp 4:13)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 30 Maret 2007 Penulis,

  MM. Nining Wijayanti

  

ABSTRAK

  Skripsi ini berjudul ”Peran Film Video untuk Memperlancar Proses

Pembinaan Iman Kaum Muda di Wilayah St. Paulus Sambeng, Paroki St.

  

Petrus dan Paulus Kelor, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta”. Judul

  tersebut dipilih penulis berdasarkan fakta besarnya pengaruh media terhadap kehidupan masyarakat termasuk kaum muda. Di tengah maraknya dunia media tersebut, penulis juga melihat fakta lain mengenai kaum muda di Wilayah St. Paulus Sambeng, yakni kurang relevannya model pembinaan iman bagi kaum muda. Fakta lain yang ditemukan penulis adalah sulitnya melibatkan kaum muda dalam tugas dan kegiatan Gereja.

  Mudika St. Paulus Sambeng merupakan wadah yang tepat untuk mengumpulkan kaum muda katolik di Wilayah St. Paulus Sambeng. Belakangan ini wadah tersebut justru tidak berfungsi efektif untuk memperkembangkan iman kaum muda. Banyak umat khususnya pengurus wilayah yang mengeluhkan semangat dan keterlibatan kaum muda generasi sekarang. Kaum muda mengalami penurunan kualitas dibandingkan dengan Mudika angkatan sebelumnya. Sebenarnya permasalahan tidak hanya terletak pada kaum muda sendiri, tetapi juga karena kurangnya pembinaan bagi mereka. Metode pembinaan iman yang selama ini dilaksanakan belum mampu menyentuh pengalaman iman kaum muda. Di sisi lain dunia media telah mempengaruhi segala segi kehidupan termasuk budaya dan berpengaruh dalam pembentukan karakter kaum muda.

  Penggunaan media secara positif penting untuk dilaksanakan. Salah satu contoh penggunaan media secara positif adalah melalui pembinaan iman. Dalam kesempatan ini penulis mengadakan eksperimen menggunakan media film video sebagai cara alternatif dalam usaha pembinaan iman. Berdasarkan eksperimen, penulis menyimpulkan bahwa film video sangat relevan untuk pembinaan iman kaum muda. Penulis berharap Gereja terbuka untuk mengupayakan pembinaan iman yang relevan bagi kaum muda. Media audio visual seperti film video perlu dipergunakan dalam pembinaan iman, mengingat dewasa ini bahasa audio visual telah menjadi budaya yang tidak dapat dilepaskan dari kaum muda. Dalam rangka pewartaan iman, Gereja perlu mengadakan pelatihan atau training penggunaan media audio visual untuk para katekis demi kemajuan Gereja.

  

ABSTRACT

  The title of this thesis is "The Role of Video Film to Make the Process of

  

Faith Formation Among The Young Generation in St. Paul Community of

Sambeng, St. Peter and Paul Parish of Kelor, Gunungkidul, Special Region of

Yogyakarta, Goes Smoothly”. This title is chosen based on reasons that the

  impact of media communication to the society is very strong expecially among young generation. The writer saw other fact about the young generation in St. Paul community of Sambeng, that there is lack of faith formation among young generation. The other fact is lack involvement of young generation in church activity.

  The group of young catholic generation in St. Paul community of Sambeng is a best place for collect young catholic generation. Recently, that this group is not effective to young generation for faith formation. Many people, expecially fungsionaries of St. Paul community of Sambeng complain that the zeal and involvement of the young generation in the church activity is very weak. In fact, the problem is not on their hand, but the problem is caused by the lack faith formation for them. The method of faith formation being done among them until now doesn’t touch their faith experience. On the other side, the media already influenced all aspects of human life, expecially the culture and the character of young generation.

  The people’s usage of media is urgent to be done. One of them is the usage of media through faith formation among the young generation. The writer organized an experiment of using video film as an alternative method of faith formation among the young generation. From the experiment, the writer concludes that video film is very relevant for faith formation among the young generation. The writer hopes that the church should organize faith formation using relevant method for the young generation. The reason is that the audio visual language is the culture of the young generation. Further, the Church can organize media training for the cathecists.

KATA PENGANTAR

  Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan karena rahmat cinta dan kesetiaanNya. Dalam kesempatan ini penulis telah menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Peran Film Video untuk Memperlancar Proses Pembinaan

  

Iman Kaum Muda di Wilayah St. Paulus Sambeng, Paroki St. Petrus dan

Paulus Kelor, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta”.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa campur tangan dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menghaturkan terima kasih yang mendalam kepada:

  1. Drs. Y.I. Iswarahadi S.J., M.A. selaku pembimbing utama dan dosen penguji I yang dengan sepenuh hati, sabar dan setia mendampingi penulis serta mendukung skripsi ini dari awal hingga akhir.

  2. Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A. selaku dosen pembimbing akademik dan sekaligus dosen penguji II yang selalu mendampingi penulis selama kuliah di

  IPPAK serta memberikan dukungan dan dorongan untuk semakin berkembang.

  3. P. Banyu Dewa H.S., S.Ag., M.Si. selaku dosen penguji III atas kesediaan beliau mengoreksi dan membantu menyempurnakan skripsi ini.

  4. Y. Kristianto, SFK dan Drs. Y.a. C.H. Mardiraharjo serta segenap dosen dan karyawan yang telah banyak membantu penulis selama belajar di IPPAK.

  5. J.S. Setyakarjana, SJ. selaku pimpinan bagian perpustakaan serta A. Bambang Giswantoto dan Angelbertus Haryadi selaku karyawan Perpustakaan IPPAK yang telah membantu penulis mengusahakan buku-buku sebagai sumber utama penulisan skripsi ini.

  6. Kedua orangtua dan kakak-kakak penulis yang tercinta, yang telah memberi segala kebutuhan penulis selama studi baik materi, dukungan, perhatian maupun cinta, serta Paulus Budi Santoso yang banyak membantu penulis untuk belajar membuat film.

7. Teman-teman Mudika St. Paulus Sambeng di bawah koordinator Yohanes

  Nugraha Ike Santoso yang telah berpartisipasi dan membantu penelitian penulis.

  8. Teman-teman angkatan 2002-2003 yang selalu memotivasi dan memberi dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi serta adik-adik tingkat yang dengan segala caranya masing-masing memberi warna tersendiri bagi penulis.

  Penulis menyadari segala keterbatasan yang dimiliki. Oleh karena itu, penulis terbuka terhadap segala masukan dan saran bagi penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi pihak-pihak lain, tidak hanya sebagai persyaratan kelulusan.

  Yogyakarta, 30 Maret 2007 Penulis,

  MM. Nining Wijayanti

  

DAFTAR ISI

  JUDUL ............................................................................................................ i PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... ii PENGESAHAN ............................................................................................... iii PERSEMBAHAN ............................................................................................ iv MOTTO ........................................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... vi ABSTRAK ...................................................................................................... vii ABSTRACT..................................................................................................... viii KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix DAFTAR ISI ................................................................................................... xi DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xv

  BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang Penulisan .......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 6 C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 6 D. Manfaat Penulisan...................................................................................... 7 E. Metode Penulisan ....................................................................................... 8 F. Sistematika Penulisan ................................................................................ 9 BAB II. DUNIA AUDIO VISUAL DAN PEMBINAAN IMAN KAUM MUDA ................................................................................ 11 A. Dunia Media dan Kaum Muda .................................................................. 13

  1. Arti Budaya Media ................................................................................ 14

  2. Fungsi Media ......................................................................................... 17

  3. Kaum Muda dan Problematikanya......................................................... 18

  a. Pengertian Kaum Muda...................................................................... 18

  b. Perkembangan Kaum Muda .............................................................. 19

  c. Problematika Kaum Muda ................................................................ 22

  B. Pewartaan Iman di Zaman Modern melalui Media Audio Visual ............. 28

  1. Prinsip-prinsip Kristiani dalam Komunikasi ......................................... 29

  a. Menciptakan Komunitas ................................................................... 30

  b. Membangun Partisipasi..................................................................... 30

  c. Membebaskan.................................................................................... 30

  d. Melestarikan Kebudayaan ................................................................ 30

  e. Bersifat Kenabian ............................................................................. 31

  2. Media Audio Visual serta Fungsinya .................................................... 31

  3. Gereja dan Media Audio Visual............................................................. 32

  4. Katekese Audio Visual .......................................................................... 36

  5. Sarana dalam Katekese Audio Visual ................................................... 42

  6. Kekuatan dan Keterbatasan Katekese Audio Visual ............................. 48

  C. Pembinaan Iman Kaum Muda melalui Film Video .................................. 50

  1. Pengertian Pembinaan Iman Kaum Muda ............................................. 51

  2. Metode-metode Pembinaan Iman Kaum Muda .................................... 53

  3. Peran Film Video sebagai Sarana Pembinaan Iman Kaum Muda ........ 56

  BAB III. HASIL PENELITIAN SITUASI KAUM MUDA DI WILAYAH ST. PAULUS SAMBENG, PAROKI ST. PETRUS DAN PAULUS KELOR, GUNUNGKIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN KEMUNGKINAN USAHA PEMBINAAN IMAN MELALUI FILM VIDEO ................................................................ 58 A. Latar Belakang Penelitian dan Gambaran Situasi Kaum Muda di Wilayah St. Paulus Sambeng Paroki St. Petrus dan Paulus Kelor ........ 59

  1. Jumlah Kaum Muda Katolik di Wilayah St. Paulus Sambeng .............. 62

  2. Situasi Kaum Muda dan Permasalahannya ........................................... 62

  3. Kegiatan Pembinaan Iman yang Sudah Dilaksanakan .......................... 64

  4. Penanggung Jawab Kaum Muda ........................................................... 66

  B. Permasalahan dalam Penelitian ................................................................. 67

  C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 67

  D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 67

  E. Hipotesis Penelitian ................................................................................... 68

  F. Metodologi Penelitian ............................................................................... 68

  1. Jenis Penelitian ...................................................................................... 68

  2. Populasi dan Sampel ............................................................................. 69

  3. Responden ............................................................................................. 70

  4. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... 70

  G. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 70

  H. Teknik Analisis Data ................................................................................. 71

  I. Identifikasi Variabel .................................................................................. 71 J. Definisi Operasional Variabel ................................................................... 72

  1. Film Video ............................................................................................ 72

  2. Pembinaan Iman Kaum Muda ............................................................... 73 K. Pengembangan Instrumen ......................................................................... 75 L. Laporan Hasil Penelitian ........................................................................... 78

  1. Identitas Responden .............................................................................. 78

  2. Angket Sebelum Pelaksanaan Program ................................................ 79 M. Analisis Hasil Penelitian ........................................................................... 90

  1. Pembinaan Iman bagi Kaum Muda ....................................................... 90

  2. Film Video ............................................................................................ 95 N. Kesimpulan ............................................................................................... 98

  BAB IV. PELAKSANAAN PEMBINAAN IMAN KAUM MUDA DI WILAYAH ST. PAULUS SAMBENG, PAROKI ST. PETRUS DAN PAULUS KELOR, GUNUNGKIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MELALUI FILM VIDEO ................................................................ 100 A. Program Pembinaan Iman kaum Muda ..................................................... 100

  1. Pengertian Program Pembinaan Iman Kaum Muda .............................. 101

  2. Tujuan Penyusunan Program ................................................................ 101

  3. Program Pembinaan Iman Kaum Muda Wilayah St. Paulus Sambeng ................................................................................................ 103

  4. Alasan Pemilihan Tema ........................................................................ 104

  5. Persiapan Pembinaan Iman Kaum Muda .............................................. 106

  B. Proses Pelaksanaan Pembinaan Iman Kaum Muda

  di Wilayah St. Paulus Sambeng, Paroki St. Petrus dan Paulus Kelor melalui Film Video ........................... 117

  1. Pelaksanaan Pembinaan Iman Kaum Muda I ....................................... 118

  2. Evaluasi Pelaksanaan Pembinaan Iman Kaum Muda I ......................... 124

  3. Pelaksanaan Program Pembinaan Iman Kaum Muda II ....................... 125

  4. Evaluasi Pelaksanaan Program Pembinaan Iman II .............................. 131

  C. Kesimpulan ............................................................................................... 138

  D. Refleksi Kegiatan ....................................................................................... 138

  BAB V. PENUTUP ......................................................................................... 140 A. Kesimpulan ............................................................................................... 140 B. Saran .......................................................................................................... 142 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 145 LAMPIRAN .................................................................................................... 147 Lampiran 1: Hasil Observasi ........................................................................... (1) Lampiran 2: Hasil Wawancara ........................................................................ (4) Lampiran 3: Pernyataan Responden ................................................................ (6) Lampiran 4: Angket Penelitian ....................................................................... (7) Lampiran 5: Lembar Evaluasi Evaluator Pertemuan I .................................... (11) Lampiran 6: Lembar Evaluasi Peserta Pertemuan II ....................................... (13) Lampiran 7: Lembar Evaluasi Evaluator Pertemuan II ................................... (16) Lampiran 8: Foto-foto Pembinaan Iman ......................................................... (18) Lampiran 9: Video Pembinaan Iman Kaum Muda Wilayah St. Paulus Sambeng, Paroki St. Petrus dan Paulus Kelor, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Bentuk Compact Disk ...................................................... (19)

DAFTAR SINGKATAN

  A. Singkatan Kitab Suci

  Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 8.

  B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

AN : Aetatis Novae, Instruksi Pastoral Dewan Kepausan untuk

  Komunikasi Sosial tentang Tantangan Komunikasi Dewasa ini, 2 Februari 1992.

  

CP : Communio et Progressio, Instruksi Pastoral tentang Sumbangan

  Media bagi Kemajuan Umat Manusia serta Komitmen Orang Katolik terhadap Media, 23 Mei 1971.

  

CT : Cathechesi Trandendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus

II tentang Katekese, 16 Oktober 1979.

  

GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang

Gereja di Dunia Dewasa ini, 7 Desember 1965.

  

IM : Inter Mirifica, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Upaya-upaya

Komunikasi Sosial, 4 Desember 1963.

C. Singkatan Lain

  APP : Aksi Puasa Pembangunan BIL : Bina Iman Lanjut CD : Compact Disk EKM : Ekaristi Kaum Muda FKIP : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Fr : Frekuensi

  IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Jml : Jumlah KAS : Keuskupan Agung Semarang KK : Kepala Keluarga KV II : Konsili Vatikan Kedua KWI : Konferensi Waligereja Indonesia L : Laki-laki Mdk : Mudika Misdr : Misdinar MTV : Musik Televisi MUDIKA : Muda Mudi Katolik N : Responden No : Nomor Oprsnl : Operasional

  P : Perempuan PIA : Pendampingan Iman Anak PKKI II : Pertemuan Kateketik Antar Keuskupan se-Indonesia yang ke-2 PNS : Pegawai Negeri Sipil PT : Perguruan Tinggi PUSKAT : Pusat Kateketik SAGKI : Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia SAV : Studio Audio Visual s.d : Sampai dengan SMA : Sekolah Menengah Atas SMP : Sekolah Menengah Pertama SOTARAE : Situasi, Obyektif, Tema, Analisis, Rangkuman, Aksi, Evaluasi St : Santo Th : Tahun TV : Televisi USD : Universitas Sanata Dharma

  VCD : Video Compact Disk

  WACC : World Association for Christian Communication

  WK : Wanita Katolik WIB : Waktu Indonesia Barat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan Informasi dan hiburan merupakan bagian kebutuhan manusia yang tidak

  dapat dihindari. Ada waktu-waktu tertentu dimana manusia ingin melepaskan kelelahan dan ketegangan. Pada saat inilah mereka membutuhkan hiburan.

  Demikian pula ketika mereka haus akan informasi dari dunia luar, media dapat digunakan sebagai sarana untuk memperoleh informasi yang diharapkan.

  Manusia yang hidup di tengah dunia yang serba modern dewasa ini tidak perlu bersusah payah untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan membanjirnya produk-produk media, masyarakat dapat dengan mudah mengakses informasi dan hiburan yang mereka kehendaki. Televisi menjadi salah satu media informasi dan hiburan yang dibutuhkan masyarakat.

  Televisi sebagai media yang memberikan informasi sekaligus hiburan sudah banyak dimiliki oleh masyarakat secara umum. Media yang muncul pertama kali di Indonesia pada tahun 1962 ini berkembang sangat pesat dan mampu menyedot jutaan pemirsa. Pada tahun 1972 jumlah pesawat televisi yang dimiliki oleh penduduk Indonesia hanya 212.580 buah (Wawan Kuswandi, 1994: 34). Jumlah tersebut mengalami peningkatan pada tahun 2005 yakni mencapai

  95.850.000 buah (Iswarahadi, 2006: 16). Jumlah ini sekaligus menunjukkan sebuah realitas antusiasme penduduk Indonesia terhadap media televisi.

  Mengapa televisi begitu banyak diminati oleh masyarakat? Apa yang membuat masyarakat kecanduan dengan program-program televisi? Ada daya tarik tersendiri yang membuat televisi mampu merebut hati pemirsanya.

  Lukas Batmomolin dan Fransiska Hermawan memberikan gagasannya sehubungan dengan mengapa televisi begitu digemari oleh masyarakat.

  Televisi mampu menjawab apa yang menjadi kebutuhan mereka. Kehadirannya merupakan sarana paling efektif yang mampu menjawab kebutuhan-kebutuhan real maupun imajiner manusia. Televisi mampu memenuhi kebutuhan real akan hiburan dan informasi. Sekaligus mampu memenuhi kebutuhan imajiner akan sebuah kehidupan serba mewah tanpa masalah yang bisa kita temukan dalam sinetron atau film-film (Batmomolin & Hermawan, 2003: 82).

  Melalui program televisi sinetron atau film pemirsa dapat menemukan kehidupan yang tidak terbatas, mudah, enak, dan tanpa masalah. Kecantikan dan keindahan para pemain beserta figur-figur idola menjadi daya tarik tersendiri yang mempesona. Apalagi jika film atau sinetron yang disimak berkisah tentang kehidupan nyata yang dekat dengan mereka.

  Siapa sebenarnya yang terkena imbas tayangan televisi? Pemirsa televisi secara umum dari anak-anak, remaja, dewasa sampai orang-orang tua menjadi sasaran produk media. Kaum muda adalah kelompok orang yang sangat dekat dengan dunia hiburan dan informasi. Mereka adalah lahan subur bagi produk- produk media. Tayangan televisi seperti sinetron yang menceritakan kehidupan tanpa masalah, iklan yang menawarkan banyak kemudahan dan propaganda- propaganda yang menggiurkan membuat kaum muda terlena (Komisi Kepemudaan KAS, 2004: 20). Pada akhirnya mereka menjadi pecandu media. Generasi yang masih dalam proses pencarian jati diri dan pembentukan pribadi ini banyak mengalami perubahan akibat perkembangan media.

  Perubahan yang paling terasa dalam kebiasaan kaum muda adalah saat film “Ada Apa Dengan Cinta” ditayangkan kemudian menyusul “Jelangkung”, “Eifel I’m in love”, “Kisah Romantis” dan sederetan film-film remaja lainnya. Film-film yang diputar di bioskop-bioskop ini menarik jutaan kaum muda untuk berbondong-bondong mengantri selembar tiket. Sebelumnya mereka cukup menonton acara televisi di rumah. Akhirnya ritual di luar rumah dan berkelompok menjadi kebiasaan baru. Fenomena kaum muda ini adalah dampak dari daya tarik musik, bahasa tubuh, ekspresi, kecantikan serta kegantengan figur-figur yang ditawarkan sebuah film (Garin Nugroho, 2005: 101).

  Selama ini kaum muda dididik melalui media, belajar melalui media dan berelasi melalui media. Modernisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta merebaknya produk-produk media mau tidak mau membawa dampak perubahan tata nilai dan pola hidup. Konsumerisme, hedonisme, individualisme, meningkatnya kejahatan, penyalahgunaan narkotika, aborsi dan free sex merupakan bagian dari gaya hidup modern yang menjangkiti kaum muda (Komisi Kepemudaan KAS, 2004: 16).

  Melihat fenomena tersebut, perlu diusahakan upaya-upaya untuk dapat menolong mengatasi situasi yang sedang mereka alami. Kaum muda membutuhkan pembinaan yang mampu menyentuh kedalaman iman mereka, tentunya dengan budaya dan bahasa yang sekarang ini dekat dengan kehidupan mereka. Televisi yang selama ini menjadi makanan mereka sehari-hari memang telah memberikan apa yang mereka butuhkan (hiburan, film, musik, informasi), namun benarkah mereka sudah mendapatkan kekayaan spiritualitas dan rohani? Meskipun banyak memberi dampak yang negatif, televisi atau media- media modern tidak selamanya buruk. Media pada umumnya dapat digunakan sebagai sarana efektif dalam pelayanan (pewartaan). Media dapat menyampaikan pesan-pesan dan kekayaan spiritual sehingga kekayaan Injil dapat lebih dipahami (Iswarahadi, 2003: 27). Pewartaan iman kristiani yang ditujukan bagi kaum muda akan lebih mengena apabila bahasa media digunakan sebagai sarana.

  Gereja dituntut tanggap dengan situasi generasi penerusnya dan perlu mempersiapkan diri untuk mengimbangi kekuatan media komunikasi. Gereja dihadapkan pada kenyataan bahwa media komunikasi sosial adalah penting dalam kehidupan.

  Dalam salah satu dokumen Konsili Vatikan II, Gereja secara tegas menyadari tugas dan tanggung jawabnya, yakni dengan mengeluarkan gagasan: Gereja Katolik didirikan oleh Kristus Tuhan demi keselamatan semua orang, maka merasa terdorong oleh kewajiban untuk mewartakan Injil. Karena itulah Gereja memandang sebagai kewajibannya untuk juga dengan memanfaatkan media komunikasi sosial menyiarkan warta keselamatan dan mengajarkan bagaimana manusia dapat memakai media tersebut dengan tepat. Maka pada hakikatnya Gereja berhak menggunakan dan memiliki semua jenis media sejauh diperlukan atau berguna bagi pendidikan Kristen dan bagi seluruh karyanya demi keselamatan manusia (IM, art. 3). Sebagai gambaran nyata situasi media seperti dalam uraian di atas perlu diadakan sebuah penelitian. Penelitian tersebut dilaksanakan untuk melihat peran media bagi kaum muda, bagaimana usaha pembinaan iman bagi mereka serta perlunya Gereja memanfaatkan sarana audio visual sebagai media dalam pewartaan. Oleh karena itu, disusunlah penelitian yang mengambil objek kaum muda di Wilayah St. Paulus Sambeng, Paroki St. Petrus dan Paulus Kelor, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

  Kaum muda di Wilayah Sambeng yang terhimpun dalam organisasi Mudika di seputar Paroki Kelor adalah salah satu yang masih aktif mengadakan kegiatan dan pertemuan. Seperti kaum muda yang lain, dunia hiburan seperti televisi, film (televisi/bioskop), dan musik menjadi bagian hidup yang tidak terpisahkan. Tidak heran jika obrolan mereka juga seputar sinetron atau lagu-lagu yang sekarang ini baru booming.

  Kegiatan sarasehan masa adven atau prapaskah jarang diselenggarakan, dan yang biasa ada hanya sarasehan bulan Kitab Suci, itu pun tidak rutin. Pada masa adven dan prapaskah Mudika sibuk mempersiapkan tugas dalam rangka ekaristi Natal atau Paskah. Apabila diadakan pendalaman iman dengan metode Biblis, banyak yang mengeluh: “membosankan dan bikin ngantuk”. Komentar inilah yang muncul ketika mereka disodori Kitab Suci atau jika seseorang berbicara tentang norma pergaulan kaum muda, demikian pula dengan kegiatan latihan koor yang sering diadakan untuk tugas-tugas tertentu. Kaum muda mengalami kebosanan dalam hidup menggereja, terutama yang berkaitan dengan metode pembinaan iman. Mereka membutuhkan sebuah pembinaan yang sesuai dengan bahasa dan situasi mereka.

  Situasi inilah yang mendorong penulis untuk menyumbangkan sesuatu agar berguna dan dapat mengendalikan gejolak kaum muda. Selain itu penulis juga melihat kemungkinan penggunaan media secara positif sebagai sarana pembinaan. Harapannya tidak bertambah banyak lagi kaum muda yang mengalami kebosanan dalam mengikuti pertemuan Mudika dan kegiatan-kegiatan Gereja secara umum.

  Melihat gambaran kehidupan, harapan serta kemungkinan bahasa media inilah penulis dalam tulisannya memilih judul skripsi: “Peran Film Video untuk

  

Memperlancar Proses Pembinaan Iman Kaum Muda di Wilayah St. Paulus

Sambeng, Paroki St. Petrus dan Paulus Kelor, Gunungkidul, Daerah

Istimewa Yogyakarta”.

B. Rumusan Masalah

  Dengan latar belakang di atas penulis menemukan beberapa permasalahan:

  1. Apakah sebenarnya “media audio visual”?

  2. Sejauhmana Gereja memanfaatkan media dalam usaha pewartaan iman?

  3. Bagaimanakah gambaran situasi kaum muda berhadapan dengan media audio visual?

  4. Apa peran media audio visual khususnya film video dalam usaha pembinaan iman kaum muda di Wilayah St. Paulus Sambeng, Paroki St Petrus dan Paulus Kelor, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta?

C. Tujuan Penulisan

  Penulisan skripsi ini dilakukan dengan tujuan: 1. Mengetahui apa yang dimaksudkan dengan media audio visual.

2. Mengetahui sejauhmana Gereja memanfaatkan media dalam pewartaan iman.

  3. Mengetahui gambaran situasi kaum muda dewasa ini terutama kaum muda di Wilayah St. Paulus Sambeng, Paroki St. Petrus dan Paulus Kelor,

  Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta dalam berhadapan dengan media audio visual khususnya film video.

4. Melihat peran media audio visual khususnya film video dalam proses pembinaan iman kaum muda di Wilayah St. Paulus Sambeng, Paroki St.

  Petrus dan Paulus Kelor, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

  5. Secara administratif akademis, penulisan skripsi ini adalah sebagai persyaratan kelulusan Sarjana Strata I (S1) Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan Universitas Sanata Dharma.

D. Manfaat Penulisan

  Penulisan karya ini diharapkan dapat berguna untuk:

  1. Gereja

  • Menemukan alternatif media yang tepat bagi pembinaan iman kaum muda dan sesuai dengan budaya serta bahasa mereka.
  • Memberikan sumbangan bagi karya pewartaan dengan model katekese audio visual melalui film video.

  2. Kaum Muda

  • Memberi penyegaran bagi kaum muda terutama mereka yang berada di

  Wilayah St. Paulus Sambeng, Paroki St. Petrus dan Paulus Kelor agar mereka tidak mengalami kebosanan dalam hidup menggereja.

  • Melatih kepekaan kaum muda terhadap situasinya sendiri serta situasi di sekitarnya.
  • Membantu membina dan memperteguh iman kaum muda kepada Yesus Kristus.

3. Penulis

  • Mempererat relasi dengan kaum m
  • Belajar serta menambah pengetahuan sehubungan dengan pewartaan iman, media dan pembinaan iman.
  • Belajar serta menambah kreativitas sebagai pewarta baik dari segi metode pewartaan, pengetahuan, dan sarana.
  • Belajar mengenal dan memahami kaum muda terutama di Wilayah St.

  Paulus Sambeng.

E. Metode Penulisan

  Metode penulisan skripsi ini adalah deskriptif analitis dan argumentatif didasarkan pada studi pustaka dan eksperimen sederhana. Penulis terlebih dahulu melakukan observasi terhadap objek yang diteliti, kemudian mengadakan eksperimen program pembinaan dengan media film video. Dari eksperimen tersebut diperoleh data mengenai peran film video dalam pembinaan iman kaum muda.

G. Sistematika Penulisan

  Skripsi ini terdiri dari lima bab besar. Adapun garis besar bab tersebut dapat dirincikan penulis dalam uraian di bawah ini.

  Bab I merupakan bagian pendahuluan. Bab tersebut berisikan pokok-pokok latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

  Bab II berbicara mengenai dunia audio visual dan pembinaan iman kaum muda. Dalam bab II ini penulis menguraikan tiga hal pokok. Bagian pertama menguraikan dunia media dan kaum muda, bagian kedua menguraikan pewartaan iman di zaman modern melalui media audio visual, dan bagian ketiga menguraikan pembinaan iman kaum muda melalui film video.

  Bab III berbicara mengenai situasi kaum muda di Wilayah St. Paulus Sambeng, Paroki St. Petrus dan Paulus Kelor, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Bab ini berisikan perencanaan dan pelaksanaan penelitian di Wilayah St. Paulus Sambeng, Paroki St. Petrus dan Paulus Kelor, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pokok-pokok yang dibahas adalah seputar situasi yang terjadi berkaitan dengan kaum muda di wilayah tersebut, hasil penelitian dan analisis.

  Bab IV menguraikan proses pembinaan iman kaum muda di Wilayah St. Paulus Sambeng, Paroki St. Petrus dan Paulus Kelor, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta melalui film video. Penulis menyampaikan persiapan yang diperlukan dalam pembinaan iman, alasan pemilihan tema, program pembinaan iman kaum muda melalui film video, contoh persiapan pembinaan iman kaum muda, proses pembinaan iman kaum muda St. Paulus Sambeng, Paroki St. Petrus dan Paulus Kelor, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta melalui media film., kesimpulan serta refleksi kegiatan.

  Bab V adalah penutup. Sebagai langkah yang terakhir bab ini berisikan kesimpulan serta saran bagi beberapa pihak sehubungan dengan skripsi yang ditulis.

BAB II DUNIA AUDIO VISUAL DAN PEMBINAAN IMAN KAUM MUDA Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini memberi banyak

  pengaruh terhadap kehidupan manusia. Salah satu pengaruh tersebut adalah perkembangan media massa baik elektronik maupun cetak. Media massa yang berkembang pesat ini membuat informasi dan hiburan semakin mudah diakses oleh masyarakat luas (Purwa Hadiwardoyo, 2006: 57).

  Fenomena dunia hiburan dan informasi terutama didominasi oleh stasiun- stasiun televisi dan didukung dengan mengudaranya 11 televisi swasta nasional di Indonesia. Masing-masing stasiun televisi tersebut melakukan siaran 20 jam

  ±

  setiap harinya. Acara hiburan yang berbentuk film seperti sinetron, film kartun, drama komedi, telenovela menduduki prosentase terbanyak di televisi swasta, yakni mencapai 50-60%. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan dengan program siaran berita yang rata-rata hanya 13%. Metro TV adalah stasiun televisi yang menyediakan program berita lebih banyak, yakni 50-60% dari keseluruhan jam siarannya (Sunardian Wirodono, 2005: 10-11).

  Televisi sebagai salah satu media komunikasi merupakan sebuah fenomena dunia modern. Kehadiran media tersebut dipicu oleh sebuah budaya teknologi yang serba canggih, namun juga menciptakan sebuah budaya baru bagi masyarakat. Budaya masyarakat berkomunikasi dari budaya lisan ke budaya tulis menjadi salah satu contoh perubahan tersebut. Dahulu orang berkomunikasi menggunakan bahasa lisan dari mulut ke mulut. Setelah banyak televisi mengiklankan handphone, masyarakat lebih sering menggunakan handphone sebagai sarana berkomunikasi.

  Perubahan budaya tersebut tidak seberapa jika dibandingkan dengan harga yang harus dibayar masyarakat terhadap perubahan karakter, kepribadian dan kemandirian seseorang akibat televisi. Anak-anak terlalu banyak menyaksikan sinetron yang bergaya seperti orang dewasa dan seperti karakter tokoh dalam sinetron. Anak-anak muda senang melihat video musik “dugem” (dunia gemerlap) tanpa mendengarkan orang lain yang berbicara termasuk orangtuanya. Hal tersebut menunjukkan ketidakpedulian mereka terhadap segala sesuatu di sekitarnya akibat keasikan menikmati media sebagai hiburan (Sunardian Wirodono, 2005: 158).

  Dilihat dari sudut pandang manfaat, keberadaan televisi memang memberi muatan wawasan dan ilmu yang semakin bermutu. Di sisi lain perlu disadari dampak negatif yang akan ditimbulkan oleh sebuah media. Perubahan budaya masyarakat dan gaya hidup yang terlalu memuja modernisme sebagai dampak negatif perlu diperhatikan. Sindrom hedonisme, konsumerisme, materialisme dapat menjangkiti siapa saja. Oleh karena itu, sebagai penikmat media hendaklah selektif dan kritis dalam menanggapi media (Bahan Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia 2005, 2006b: 218).

  Perkembangan dunia media komunikasi dewasa ini juga mendapatkan perhatian dari Gereja dalam rangka tugas pewartaannya. Untuk dapat melakukan karyanya di tengah dunia, Gereja perlu melihat dan menyesuaikan diri terhadap perkembangan dunia. Maraknya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menciptakan sebuah bahasa baru bagi masyarakat, yakni bahasa media. Gereja perlu memanfaatkannya semaksimal mungkin dan sebaik mungkin agar sarana-sarana tersebut mampu merangkul umat (Komisi Kateketik KWI, 2000: 147). Dalam beberapa pokok pikiran di bawah ini akan dibahas apa yang dimaksudkan dengan media dan bagaimana pengaruhnya bagi kaum muda khususnya kaum muda katolik.

A. Dunia Media dan Kaum Muda

  Kaum muda merupakan salah satu dari sekian banyak sasaran produk media baik elektronik maupun cetak. Kaum muda mempunyai karakter sebagai pribadi-pribadi yang masih dalam proses pencarian jati diri dan terbuka terhadap perubahan. Alasan tersebut membuat kaum muda mudah dipengaruhi budaya modernisme.

  Perubahan budaya masyarakat dari yang tradisional ke modern membius sebagian kaum muda menjadi generasi yang gila akan kenikmatan, konsumtif, tidak mau hidup susah dan serba instan. Mereka cenderung meninggalkan nilai- nilai moral kristiani yang penuh semangat pengorbanan, ketekunan dan penderitaan (Susilo Suwartana, 2006: 2).

  Video musik, film, internet dan berbagai produk media saat ini bukan hanya dekat dengan kehidupan kaum muda, melainkan telah menjadi nafas hidup sekaligus bahasa sehari-hari. Tidak salah jika Eko Budi Santoso menyebut generasi muda ini sebagai generasi MTV (musik televisi), yakni generasi yang tidak dapat dipisahkan dari dunia video musik, film, internet dan video games. Istilah generasi MTV muncul dari kebiasaan kaum muda di Amerika pada tahun 1981. Kaum muda ini menghabiskan banyak waktu mereka hanya untuk melihat

  

channel MTV (musik televisi). Mereka tidak hanya menikmati musik dan lagu yang ditampilkan MTV, namun mereka juga meniru gaya penyanyi yang membawakannya. Channel tersebut masuk ke Indonesia sekitar tahun 2000.

  Seperti halnya di Amerika, di Indonesia peminat program ini juga didominasi oleh kaum muda dan berpengaruh terhadap kebiasaan mereka yang tidak dapat lepas dari budaya musik dan lagu (Eko Budi Santoso, 2004: 24).

  Lewat media yang mereka nikmati sehari-hari kaum muda terjebak dalam budaya baru yang tidak jarang berdampak negatif. Pola hidup yang menawarkan sikap konsumeristis, hedonistis, individualistis, dan materialistis menjadi sebuah gaya hidup yang berkembang dalam diri kaum muda berhadapan dengan modernisme.

  Fenomena tersebut adalah wajah umum kaum muda dewasa ini, namun apakah semua yang terjadi pada kaum muda dan gejolak yang mereka alami adalah murni kesalahan mereka? Di sisi lain mereka adalah pribadi-pribadi yang membutuhkan sentuhan dan sapaan dari orang-orang yang lebih dewasa. Mereka membutuhkan seseorang yang bersedia mengenal dan mendampingi mereka dalam menghadapi gejolak modernisme terutama gejolak media yang semakin mempengaruhi kehidupan (Susilo Suwartana, 2006: 2).

1. Arti Budaya Media

  Budaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pikiran, akal budi, dan sebuah hasil dari sesuatu. Kebudayaan dapat diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat. Kebudayaan juga diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya. Kebudayaan juga diartikan sebagai hasil akal budi dari alam sekeliling dan dipergunakan bagi kesejahteraan hidupnya (Moeliono, 1990: 130-131).

  Lukas Batmomolin dan Fransiska Hermawan (2003: 26) menyatakan bahwa budaya adalah “Pengetahuan, pengalaman-pengalaman, kepercayaan- kepercayaan, nilai-nilai, perilaku-perilaku, makna-makna, hirarki, agama, waktu dan berbagai objek material serta segala sesuatu yang diperoleh sekelompok orang dari generasi-generasi baik secara individual maupun kelompok”.

  Sedangkan pengertian media dalam ilmu komunikasi adalah sarana untuk mengirim pesan (Adeline, 2005: 66). Kamus Besar Bahasa Indonesia juga memberi pengertian yang sama yakni “media adalah alat (sarana) komunikasi seperti majalah, radio, televisi, film, poster dan spanduk” (Moeliono, 1990: 569).

  Melalui media, pesan yang disampaikan dapat tepat sampai pada sasaran yang dituju serta dapat menyuarakan apa yang ingin disampaikan kepada audience.

  Budaya media bukanlah sesuatu yang tercipta secara tiba-tiba, melainkan merupakan hasil dari kreasi manusia dan hasil dari suatu proses perkembangan yang panjang. Perkembangan yang dimaksud adalah kemajuan dalam bidang teknologi, khususnya teknologi komunikasi dan informasi yang merevolusi teknik- teknik berkomunikasi (Batmomolin & Hermawan, 2003: 31).

  Lukas Batmomolin dan Fransiska Hermawan (2003: 38) mengangkat pendapat Douglas Keller untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan budaya media:

  Budaya media sebagai satu bentuk budaya tekno (techno-culture) yang menggabungkan budaya dan teknologi ke dalam bentuk-bentuk dan konfigurasi baru. Perpaduan ini menghasilkan tipe masyarakat yang di dalamnya media dan teknologi menjadi prinsip yang mengorganisir. Budaya media mencakup semua jenis audio-visual. Terdiri dari semua sistem radio dan reproduksi suara, film beserta semua bentuk pendistribusiannya, sistem pers dan televisi yang kini merupakan pusat dari budaya media.

  Gagasan ini menjelaskan kepada penikmat media bahwa yang dimaksudkan budaya media tidak hanya terbatas pada media yang ditampilkan, namun lebih luas daripada itu, yaitu keseluruhan kerja yang membentuk media. Antara lain suara, gambar, film beserta bentuk pendistribusian dan sistem pers (Batmomolin dan Hermawan, 2003: 38).

  Beberapa pandangan Lukas Batmomolin dan Fransiska Hermawan (2003: 38) mengenai budaya media adalah sebagai berikut:

  • Budaya media merupakan perpaduan yang mengagumkan antara gambar

  (image) dan suara (sound) yang dikemas sedemikian rupa, sehingga mampu menciptakan hal-hal yang serba spektakuler dari keseharian kita.

  • Budaya media dari segi isinya adalah bentuk budaya komersial dan produk-

  produk yang merupakan komoditas yang didesain sedemikian rupa, hingga mampu menarik perhatian secara ekonomis demi profit.

  • Budaya media adalah budaya berteknologi tinggi yang memadukan budaya dan teknologi ke dalam bentuk dan konfigurasi baru, menghasilkan tipe-tipe baru masyarakat yang di dalamnya media dan teknologi menjadi prinsip yang mengorganisasikan aktivitas keseharian manusia.
  • Dapat diambil kesimpulan bahwa budaya media mencakup berbagai produk industri budaya seperti musik, film dan sinetron, sistem organisasi media itu sendiri serta faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi proses produksinya, dan sarana komunikasi massa lewat mana ia disebarluaskan.

2. Fungsi Media

  Menurut Iswarahadi (2003: 115-117) terdapat empat fungsi media yang penting untuk diketahui.