HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA REMAJA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi

  HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA REMAJA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi Disusun Oleh : Rani Puspita Sari NIM : 019114012 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008

  HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA REMAJA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi Disusun Oleh : Rani Puspita Sari NIM : 019114012 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008

  Masa lalu tidaklah nyata. Yang paling penting adalah menjadikan esok jauh lebih baik.

  Aku hari esok tergantung apa yang aku lakukan hari ini. Aku hari ini adalah hasil apa yang aku lakukan kemarin.

  (James Joice) Ketika orang terus mengatakan pada kita bahwa kita tidak bisa melakukan apa-apa, maka kita akan semakin terpacu untuk bisa melakukannya.

  (Margaret Chase Smith) Kepuasan terbesar dalam hidup adalah berhasil melakukan sesuatu yang orang lain kira kita tak mampu melakukannya.

  (Walter Bagehot)

  Dengan segenap jiwa dan ketulusan hati, skripsi ini ku persembahkan untuk : ™ Jesus Christus atas rencana indahNya bagiku.

  ™ Bapak dan Mama tercinta atas segala doa, bimbingan, kasih sayang, perhatian, pengorbanan yang tiada henti dan atas kesempatan yang diberikan.

  ™ Mbak Pipit dan Monik, yang selalu membantu dan mendukungku. ™ Dodik tersayang atas pengertiannya. ™ Teman-teman atas dukungan dan nasehatnya. ™ Dan orang-orang disekitarku, yang mengasihi dan menyayangi aku dan telah mengajariku untuk terus maju tanpa kata menyerah.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Yesus Kristus karena dengan cinta dan kasih karuniaNya serta uluran tanganNya telah memberikan kesabaran dan membukakan jalan kepada penulis, sehingga penulisan skripsi dengan judul ”Hubungan Antara Pola Asuh Demokratis Dengan Prestasi Belajar Pada Remaja” dapat terselesaikan.

  Penulisan skripsi ini hanyalah sebuah karya kecil yang penulis buat dengan segenap usaha sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Psikologi (STRATA 1) di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Terwujudnya penulisan skripsi ini tidak lepas dari adanya dukungan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini tidak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

  1. Bapak P. Eddy Suhartanto selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan dosen pembimbing yang telah memberikan ijin penelitian, dan bersedia meluangkan waktu, tenaga serta pikiran yang dengan penuh ketelitian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan arahan pada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

  2. Bapak V.Didik Suryo Hartoko dan Bapak Heri Widodo selaku dosen penguji yang kritis dan korektif dalam memberikan masukkan-masukkan kepada penulis.

  3. Para dosen pengajar yang telah mendidik dan mengajar selama penulis

  4. Seluruh karyawan/ti Fakultas Psikologi (Pak Gie, Bu Nanik, Mas Gandung) yang telah memberikan perhatian dan pelayanan dengan tulus.

  5. Kepala Sekolah SMU Pangudi Luhur Sedayu yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMU Pangudi Luhur Sedayu.

  6. Siswa-siswi kelas II SMU Pangudi Luhur Sedayu yang telah banyak membantu untuk memperoleh data maupun keterangan yang penulis perlukan dalam penulisan skripsi ini.

  7. Bapak dan Mama tercinta atas segala doa, bimbingan, kasih sayang, perhatian, pengorbanan yang tiada henti dan kesempatan yang diberikan, semoga kegembiraan ini dapat membuat kalian tersenyum bahagia walaupun terlambat.

  8. Dodik terima kasih buat kasih sayang dan pengertiannya selama ini.

  9. Mbak Pipit dan Monik terima kasih atas perhatian, dukungan, dan bantuannya yang telah diberikan selama ini.

  10. Keponakanku tersayang Carlin teman berantem dan bercanda kalau lagi di rumah, terima kasih atas candatawa, keceriaan dan kepolosanmu, sekarang udah gede jangan nakal ya...

  11. Sahabat sejatiku Dewi semoga kita tetap menjadi sahabat selamanya dan ngga’ ada yang bisa merubah semuanya.

  12. My friends : Janet ”makasih ya neng buat semua kekonyolannya kalau lagi stres” Eni ”makasih udah ditemeni nyari ijin” Rani ”ayo semangat...” Upie ”kapan kawin?? He...he...he...” Cies ” makasih...biar udah jauh tetep kasih

  13. Teman-teman KKN : Mukrie, Sigit, P_li, Eni, Lia, Ayu, Desi. Inget kalian semua jadi inget liburan bersama di rumah kakek. Pokoknya kenangan satu bulan bersama kalian ngga’ bakal aku lupa...!!!

  14. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah mendukung dan memberikan dorongan kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

  Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

  Akhir kata diharapkan semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan dapat memberikan pengetahuan khususnya dalam bidang psikologi.

  Yogyakarta, Maret 2008 Penulis

  Rani Puspita Sari

  

DAFTAR ISI

Judul……………………………………………………………………………… i

Pengesahan Dosen Pembimbing…………………………………………………. ii

Pengesahan Dosen Penguji………………………………………………………. iii

Motto …………………………………………………………………………….. iv

Persembahan …………………………………………………………………….. v

Pernyataan Keaslian Karya………………………………………………………..vi

Kata Pengantar…………………………………………………………………… vii

Daftar Isi…………………………………………………………………………. x

Daftar Tabel……………………………………………………………………… xiii

Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah…………………………………. xiv

Abstrak…………………………………………………………………………… xv

Abstrack………………………………………………………………………….. xvi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 6

C. Tujuan Penelitian.............................................................................................. 6

D. Manfaat Penelitian............................................................................................ 6

  1. Manfaat Teoritis......................................................................................... 6

  2. Manfaat Praktis...........................................................................................7

  BAB II LANDASAN TEORI A. Prestasi Belajar.................................................................................................. 8

  1. Pengertian Belajar....................................................................................... 8

  2. Pengertian Prestasi Belajar..... .................................................................... 9

  3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar................................11

  4. Pengukuran Prestasi Belajar.......................................................................15

  

B. Pola Asuh Demokratis......................................................................................16

  2. Pola Asuh Demokratis................................................................................34

  1. Tahap Persiapan.........................................................................................41

  

H. Prosedur Penelitian...........................................................................................41

  

G. Metode Analisis Data...................................................................................... 41

  3. Reliabilitas.................................................................................................40

  2. Seleksi Item...............................................................................................39

  1. Validitas.....................................................................................................38

  

F. Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur ............................................................. 38

  

E. Metode Pengumpulan Data............................................................................. 35

  

D. Subjek Penelitian............................................................................................. 35

  3. Remaja........................................................................................................35

  1. Prestasi Belajar...........................................................................................33

  1. Pengertian Pola Asuh.................................................................................16

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian.................................................................................................33

B. Identifikasi Variabel.........................................................................................33

C. Definisi Operasional.........................................................................................33

  

E. Hipotesis...........................................................................................................32

  

D. Hubungan Antara Pola Asuh Demokratis Dengan Prestasi Belajar.................30

  3. Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja..................................................29

  2. Ciri-Ciri Masa Remaja...............................................................................25

  1. Batasan Usia Remaja..................................................................................23

  

C. Remaja..............................................................................................................23

  4. Aspek Pola Asuh Demokratis....................................................................22

  3. Pola Asuh Demokratis................................................................................20

  2. Faktor Pembentuk Pola Asuh Orang Tua...................................................18

  2. Tahap Pelaksanaan....................................................................................42

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Dan Pelaksanaan Penelitian............................................................43

B. Deskripsi Data Penelitian.................................................................................43

C. Analisis Data Penelitian...................................................................................45

  1. Uji Asumsi.................................................................................................45

  a. Uji Normalitas......................................................................................45

  b. Uji Linearitas........................................................................................46

  2. Uji Hipotesis Hubungan.............................................................................47

  

D. Pembahasan......................................................................................................48

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan......................................................................................................51

B. Saran................................................................................................................51

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL

Tabel 1 Blue Print Skala Persepsi Terhadap Pola Asuh Demokratis Sebelum Uji

Coba Tabel 2 Skala Persepsi Terhadap Pola Asuh Demokratis Sebelum Uji Coba Tabel 3 Distribusi Item Skala Persepsi Terhadap Pola Asuh Demokratis Setelah

  Uji Coba Tabel 4 Skala Persepsi Terhadap Pola Asuh Demokratis Setelah Uji Coba Tabel 5 Identitas Subjek Penelitian Tabel 6 Hasil Analisis Deskriptif Tabel 7 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Tabel 8 Hasil Pengujian Uji Linearitas

  

ABSTRAK

Hubungan Antara Pola Asuh Demokratis Dengan Prestasi Belajar Pada

Remaja

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara pola asuh

demokratis dengan prestasi belajar pada remaja. Hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah ada hubungan positif antara pola asuh demokratis dengan

prestasi belajar pada remaja.

  Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMU Pangudi Luhur Sedayu

kelas II sebanyak 65 siswa. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah skala persepsi terhadap pola asuh demokratis yang mengacu pada

model skala Likert serta laporan hasil belajar berupa nilai raport yang diperoleh

siswa.

  Reliabilitas skala persepsi terhadap pola asuh demokratis diuji dengan

menggunakan metode koefisien reliabilitas Alpha Cronbach dan diperoleh hasil

sebesar 0,916.

  Data hasil penelitian untuk skala persepsi terhadap pola asuh demokratis

dengan prestasi belajar dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi Product

Moment Pearson. Hasil analisis data untuk skala persepsi terhadap pola asuh

demokratis menunjukkan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,390 dan taraf

signifikansi (p) sebesar 0,001 (p<0,05). Maka hipotesis yang menyatakan ada

hubungan positif antara pola asuh demokratis dengan prestasi belajar pada remaja

diterima, atau dapat dikatakan ada hubungan antara pola asuh demokratis dengan

prestasi belajar pada remaja.

  

ABSTRACT

The Relation between the Democratic Education and Learning Achievement

in Teenagers

  This research aimed at knowing the correlation between the democratic

education and learning achievement in teenagers. The hypothesis proposed in this

research was there was positive correlation between the democratic education

perceived and learning achievement in teenagers.

  Subjects in this research were 65 second grade students of Pangudi Luhur

Sedayu Highschool. Data collection method used in this study was perception

scale on democratic education by referring to Likert scale model and students’

book report.

  The scale reliability of democratic education was tested using reliability coefficient of Alpha Cronbach and derived result was 0.916. The data on perception scale of democratic education and learning

achievement analyzed using Product Moment Pearson correlation technique.

Analysis results data on democratic education perceived demonstrating correlation

coefficient (r) by 0.390 and significance level (p) by 0.001 (p<0.05). Accordingly,

the hypothesis proposed above, which stated that there was positive correlation

between the democratic education perceived and learning achievement in

teenagers, accepted. In other words, there was relation between democratic

education and learning achievement in teenagers.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya pendidikan berlangsung seumur hidup. Sejak

  manusia lahir, kepadanya sudah diberikan pendidikan. Pendidikan merupakan hal mendasar dan sangat penting serta berguna bagi kelangsungan hidup manusia. Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses di mana si pendidik dengan sengaja dan penuh tanggung jawab memberikan pengaruhnya kepada anak didiknya demi kemajuan anak didiknya. Pendidikan di sekolah merupakan pendidikan formal. Pendidikan di sekolah menyangkut tiga hal yaitu pemotivasian belajar, proses belajar, dan prestasi belajar (Suryabrata, 1984).

  Proses belajar mempengaruhi prestasi belajar, dengan proses belajar yang efisien maka diperoleh prestasi yang maksimal. Prestasi merupakan hal yang penting bagi perkembangan masa remaja karena selama masa inilah remaja membuat keputusan-keputusan penting sehubungan dengan masa depan pendidikan dan pekerjaan. Prestasi di sekolah dan di dalam pekerjaan sangat berkait karena berprestasi baik di sekolah pada umumnya meratakan jalan untuk memperoleh pekerjaan yang baik pula (Mahmud, 1989). Dalam masyarakat yang semakin maju dan rumit seperti dewasa ini, prestasi seseorang dipandang amat penting. Lembaga-lembaga pendidikan

  2 berhasil baik dalam menempuh tes, baik tes pengetahuan maupun tes kemampuan.

  Syah (1995) mengatakan bahwa proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku, kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari keadaan sebelumnya.

  Tingkah laku yang dihasilkan dari proses belajar tidak selalu sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dimungkinkan karena adanya faktor-faktor yang tidak mendukung proses belajar. Makin banyak faktor yang tidak mendukung, makin kecil terjadi perubahan tingkah laku seperti yang diharapkan. Oleh karena itu penting untuk mengetahui dan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Dengan memperhatikan faktor- faktor tersebut diharapkan dapat mencegah kegagalan dalam belajar.

  Prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Menurut Slameto (1995) faktor internal adalah faktor yang terdapat dalam diri individu itu sendiri, seperti : kesehatan jasmani dan rohani, faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang dimiliki oleh siswa, daya ingat, faktor non-intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti : sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri, faktor kematangan fisik maupun psikis. Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar diri individu yang bersangkutan, seperti : lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, kelompok sebaya, budaya, lingkungan fisik,

  3 Keluarga adalah tempat pendidikan pertama dan utama. Kunci utama dalam pembentukan pribadi anak ada di dalam keluarga. Keluarga memegang peranan penting dalam seluruh perkembangan pribadi anak, termasuk upaya- upaya meningkatkan prestasi belajar. Cara orang tua mendidik anak memegang peranan penting dalam menanamkan dan mendorong anak berprestasi di bidang akademik. Hal ini juga diungkapkan oleh Slameto (1995), bahwa cara orang tua mendidik anak sangat besar pengaruhnya terhadap belajar dan prestasi belajar siswa.

  Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.

  Hasil penelitian di Firlandia dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa orang tua yang sangat jarang berbincang-bincang dengan remajanya, kurang perhatian terhadap aktivitas sekolahnya, dan kurang menyadari posisi perkembangannya akan membuat remaja itu berkemampuan rendah dalam mentolerir frustasi, lemah pengendalian emosi, anak buruk dalam perilaku dan prestasi sekolahnya, kehilangan tujuan jangka panjang, tidak mampu memandang orientasi masa depan, dan sangat mudah dihasut melakukan tindakan kenakalan (Barus, 1999).

  Sebagai pengasuh dan pembimbing dalam keluarga, orang tua sangat

  4 perilaku, dan kebiasaan orang tua selalu dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anaknya yang kemudian semua itu secara sadar atau tak sadar diresapinya dan kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya. Hal demikian disebabkan karena anak mengidentifikasikan diri pada orang tuanya sebelum mengadakan identifikasi dengan orang lain.

  Pola asuh menurut Stewart dan Koch (1983) terdiri dari tiga kecenderungan pola asuh orang tua yaitu : (1) pola asuh otoriter, (2) pola asuh demokratis, dan (3) pola asuh permisif. Menurut Stewart dan Koch (1983), orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter mempunyai ciri sebagai berikut : kaku, tegas, suka menghukum, kurang ada kasih sayang serta simpatik. Orang tua memaksa anak-anak untuk patuh pada aturan-aturan mereka, mencoba membentuk tingkah laku anak sesuai dengan tingkah lakunya dengan cenderung mengekang keinginan anak, tidak mendorong ataupun memberi kesempatan kepada anak untuk mandiri, jarang memberi pujian, serta hak anak dibatasi tetapi dituntut tanggung jawab seperti anak dewasa.

  Stewart dan Koch (1983) menyatakan bahwa orang tua yang mempunyai pola asuh permisif cenderung selalu memberikan kebebasan pada anak tanpa memberikan kontrol sama sekali. Anak sedikit sekali dituntut untuk suatu tanggung jawab, tetapi mempunyai hak yang sama seperti orang dewasa. Anak diberi kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri dan orang tua tidak banyak mengatur anaknya.

  Orang tua yang demokratis memandang sama kewajiban dan hak

  5 jawab bagi anak-anaknya terhadap segala sesuatu yang diperbuatnya sampai mereka menjadi dewasa. Mereka selalu berdialog dengan anak-anaknya, saling memberi dan menerima, selalu mendengarkan keluhan-keluhan dan pendapat anak-anaknya. Dalam bertindak, mereka selalu memberikan alasannya kepada anak, mendorong anak saling membantu dan bertindak secara objektif, tegas tetapi hangat dan penuh pengertian (Stewart dan Koch, 1983).

  Menyimak karakteristik dari ketiga pola asuh orang tua tersebut, maka bias dilihat bahwa pola asuh yang ideal bagi remaja adalah pola asuh demokratis.

  Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua akan menimbulkan persepsi bagi remaja terhadap pola asuh yang diterimanya. Dengan mempersepsikan pola asuh yang diterimanya, mempengaruhi remaja dalam membentuk kepribadian dirinya. Persepsi akan pola asuh juga membantunya dalam mempelajari standar diri dan tujuan diri yang ingin dicapainya.

  Suasana terbuka dan kondusif yang ada pada pola asuh demokratis menyebabkan remaja menjadi lebih berkembang serta memiliki kemampuan menghadapi konflik yang terjadi dengan orang lain. Hal tersebut dipertegas oleh Suparno (2001) yang menjelaskan bahwa ayah dan ibu dengan pola asuh demokratis menjadikan anak tidak tergantung dan tidak berperilaku kekanak- kanakan, mendorong untuk berprestasi, anak menjadi percaya diri, mandiri, imajinatif, mudah beradaptasi, kreatif dan disukai banyak orang, dan

  6 Dari hal itu, dapat dikatakan bahwa pola asuh demokratis dapat mempengaruhi belajar anak, sehingga prestasi yang dihasilkan dalam proses belajarnya juga ikut terpengaruh apakah itu nanti hasilnya akan baik atau buruk. Prestasi belajar biasanya bisa dilihat dari hasil nilai raport mereka.

  Berdasarkan pendapat di atas peneliti tertarik untuk melihat apakah terdapat hubungan antara pola asuh demokratis dengan prestasi belajar pada remaja.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah pokok penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara pola asuh demokratis dengan prestasi belajar pada remaja.

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara pola asuh demokratis dengan prestasi belajar pada remaja.

  D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah penelitian psikologi khususnya di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dan dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi

  7 2.

   Manfaat Praktis

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi para orang tua tentang pentingnya pola asuh demokratis dalam meningkatkan prestasi belajar.

BAB II LANDASAN TEORI A. Prestasi Belajar

1. Pengertian Belajar

  Piaget (dalam Suparno, 2001) membedakan belajar dalam dua pengertian yaitu : a. Belajar dalam arti sempit yaitu belajar yang hanya menekankan pada perolehan informasi baru dan pertambahan. Belajar ini disebut belajar figuratif, suatu bentuk belajar yang positif.

  b. Belajar dalam arti luas yaitu belajar untuk memperoleh dan menemukan struktur pemikiran yang lebih umum yang dapat digunakan pada bermacam-macam situasi. Belajar ini disebut belajar operatif, yaitu dimana seseorang aktif mengkonstruksi struktur dari apa yang dipelajari.

  Menurut Crow dan Crow (dalam Fudyartanto, 2002) belajar merupakan suatu proses aktif yang perlu dirangsang dan dibimbing ke arah hasil-hasil yang diinginkan (dipertimbangkan). Belajar adalah penguasaan kebiasaan-kebiasaan (habitual), pengetahuan dan sikap-sikap.

  Menurut Fudyartanto (2002) belajar adalah proses penguasaan sesuatu yang dipelajari. Penguasaan itu dapat berupa memahami atau mengerti, merasakan dan dapat melakukan sesuatu. Belajar adalah usaha

  9 kerampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai, guna meningkatkan kualitas tingkah lakunya dalam rangka mengembangkan kepribadiannya. Belajar menurut Gage (dalam Dahar, 1989) adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.

  Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah usaha sadar dari individu untuk memahami dan menguasai pengetahuan dan ketrampilan, sikap dan nilai-nilai, guna meningkatkan kualitas tingkah lakunya dalam rangka mengembangkan kepribadiannya.

2. Pengertian Prestasi Belajar

  Salah satu aspek yang menunjukkan keberhasilan seseorang dalam pendidikan di sekolah adalah prestasi belajar. Ilmu yang diperoleh siswa dalam pendidikan bersifat kualitatif kemudian dinyatakan secara kuntitatif yaitu nilai-nilai atau prestasi belajar. Prestasi belajar diperoleh melalui tes hasil belajar. Prestasi belajar disimbolkan dalam bentuk angka dan huruf (Tirtonegoro, 1984).

  Winkel (dalam Segal, 2000) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil pengukuran mengenai perubahan-perubahan yang dialami oleh siswa setelah periode pembelajaran. Prestasi belajar dapat berupa nilai Pekerjaan Rumah (PR), Pekerjaan Sekolah (PS), tugas-tugas dan ulangan harian yang terangkum dalam nilai raport.

  10 Masrun dan Martaniah (1973) mengemukakan pendapat bahwa prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana peserta didik dapat menguasai bahan pelajaran yang telah diajarkan.

  Menurut Syah (1995) prestasi belajar adalah kemampuan siswa untuk mencapai target yang telah ditetapkan dalam suatu program pendidikan. Prestasi itu diukur melalui evaluasi belajar terhadap siswa baik melalui ujian maupun melalui tes.

  Nilai tersebut diperoleh siswa setelah mereka mengerjakan suatu tes yang dikenal dengan sebutan tes prestasi belajar (achievement test). Tes prestasi belajar (achievement test) adalah tes yang mengukur tingkat pemahaman mereka terhadap materi pelajaran yang telah mereka pelajari sebelumnya.

  Ebel (dalam Azwar, 1996) mengatakan bahwa fungsi utama tes prestasi di kelas adalah mengukur prestasi belajar para siswa. Tes prestasi yang dilakukan oleh pihak sekolah adalah sama dengan evaluasi belajar.

  Evaluasi belajar adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang dikerjakan oleh siswa sehingga menghasilkan suatu nilai tentang prestasi siswa tersebut. Nilai yang didapatkan dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh siswa lain atau disebut norma kelompok. Usaha penilaian atau mengevaluasi hasil belajar menggunakan ujian tertulis, lisan maupun praktek yang kemudian diberi skor. Hasil dari pengukuran ini merupakan informasi-

  11 informasi yang diwujudkan dalam bentuk angka yang disebut prestasi belajar (Masrun, 1975).

  Raport merupakan rumusan terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil belajar murid-muridnya selama periode tertentu (Suryabrata, 1984). Hal ini sesuai dengan pendapat Azwar (1996) yang menyatakan bahwa keberhasilan siswa di sekolah dapat dilihat dari prestasi belajarnya. Prestasi belajar siswa di sekolah dioperasionalisasikan dalam bentuk indikator berupa nilai raport.

  Dari pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari perbuatan belajar atau hasil yang dicapai siswa dalam usaha belajar yang dilakukannya yang dapat dibuktikan setelah diadakan evaluasi terhadap hasil belajar siswa.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

  Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar, yaitu faktor biologis dan faktor psikologis. Faktor biologis adalah hambatan yang bersifat kejasmanian seperti kesehatan, cacat badan, kurang makan dan sebagainya. Faktor psikologis yaitu hambatan yang bersifat psikis seperti perhatian, minat, bakat, motivasi, kepribadian, sikap, ketekunan, inteligensi, konsep diri yang rendah dan hal-hal yang berkaitan dengan kondisi emosi yaitu remaja sukar mencerna karena materinya dianggap sulit, kehilangan gairah belajar karena nilai yang diperolehnya rendah,

  12 tidak cukup tekun untuk mengerjakan sesuatu khususnya dalam hal belajar (Roestiyah, 1982; Slameto, 1995; Syah, 1995; Suparno, 2001).

  Secara global, menurut Syah (1995) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu :

  a. Faktor Internal Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang meliputi dua aspek yaitu : 1) Aspek Fisiologis

  Kondisi umum jasmani yang menandai organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh yang lemah dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Kondisi organ indera juga sangat berpengaruh dalam proses timbal balik informasi.

  2) Aspek Psikologis 2.1) Intelegensi

  Menurut Reber, intelegensi dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses atau

  13 2.2) Sikap

  Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya secara positif maupun negatif. Sikap positif atau negatif siswa terhadap mata pelajaran, pengajar, lingkungan pendidikan dan lain-lain dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. 2.3) Bakat

  Menurut Chaplin, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang memiliki potensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. 2.4) Minat

  Reber berpendapat bahwa minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat banyak tergantung pada pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.

  2.5) Motivasi Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme (baik manusia ataupun hewan) yang mendorongnya untuk

  14 (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah. Motivasi muncul ketika ada kebutuhan yang ingin dipenuhi, demikian juga motivasi untuk berprestasi muncul karena ada suatu kebutuhan berprestasi yang ingin dipenuhi.

  b. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari kondisi lingkungan di sekitar siswa. Seperti faktor internal, tipe eksternal seseorang juga terdiri atas dua macam, yaitu : faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non-sosial.

  1. Lingkungan Sosial Lingkungan sosial yang terdapat di sekitar individu seperti keluarga, teman sebaya, masyarakat atau tetangga, dan staff pengajar dapat mempengaruhi semangat belajar seseorang.

  2. Lingkungan Non-Sosial Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non-sosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan dapat menentukan tingkat keberhasilan seseorang dalam belajar.

  c. Faktor Pendekatan Belajar (Approach To Learning) Faktor pendekatan belajar adalah jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

  15 Berdasarkan penjelasan dan definisi di atas ternyata prestasi belajar yang baik tidak sepenuhnya ditentukan oleh faktor inteligensi saja. Faktor biologis dan faktor psikologis juga turut mempengaruhi proses belajar yang pada akhirnya akan sangat berpengaruh pula terhadap prestasi belajar.

4. Pengukuran Prestasi Belajar

  Pengukuran prestasi belajar dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan tes tertulis maupun tes lisan dan perbuatan kemudian menetapkan batas minimum keberhasilan belajar para siswanya. Hal ini penting untuk menentukan dan mempertimbangkan batas terendah prestasi siswa yang dianggap berhasil.

  Ada beberapa alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar (Syah, 1995). Di antara norma-norma pengukuran tersebut adalah :

  a. Norma skala dari 0-10

  b. Norma skala dari 0-100 Angka terendah yang menyatakan kelulusan atau keberhasilan belajar skala 0-10 adalah 5,5 atau 6 sedangkan untuk skala 0-100 adalah

  55 atau 60. Pada prinsipnya jika seseorang siswa dapat menyelesaikan lebih dari separuh tugas atau dapat menjawab lebih dari setengah instrument evaluasi dengan benar, ia dianggap telah memenuhi target

  16 B.

   Pola Asuh Demokratis

1. Pengertian Pola Asuh

  Keluarga atau tindakan orang tua baik dalam sikap dan perilaku mempunyai pengaruh yang nyata terhadap perkembangan remaja. Olson (dalam Setiawan, 1996) mengemukakan bahwa fungsi keluarga bagi remaja adalah memberikan contoh rasa memiliki, memberikan model- model peran dan mengajarkan kemampuan-kemampuan berkomunikasi. Keluarga yang sehat akan memberikan tempat yang nyaman bagi setiap individu, memberikan penghargaan terhadap perubahan yang terjadi seiring dengan kematangan remaja. Setiap anggota keluarga seharusnya terpenuhi kebutuhan-kebutuhan biologi dan emosional mereka, merasa dicintai dan mencintai, saling menghargai dan melibatkan suatu interaksi yang menunjang setiap individu dalam mewujudkan potensinya.

  Para ahli lain juga mengemukakan pendapat yang tidak jauh berbeda. Hetherington dan Parke (dalam Setiawan, 1996) mengemukakan bahwa interaksi remaja dengan orang tuanya akan dijadikan model bagi remaja dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

  Menurut Kohn (dalam Taty Krisnawaty, 1986) sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya merupakan tindakan pola asuh.

  Kegiatan pengasuhan anak oleh orang tua merupakan tindakan yang nyata dari orang tua kepada anak-anaknya. Pola asuh berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai

  17 Sikap orang tua ini meliputi cara orang tua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritasnya, dan cara orang tua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya.

  Pendapat serupa diungkapkan oleh Sears (dalam Fransisca, 2002) bahwa pola pengasuhan anak merupakan keseluruhan interaksi antara orang tua dengan anak yang melibatkan sikap, nilai dan kepercayaan orang tua dalam memelihara anak. Ini menjelaskan bahwa orang tua memiliki tanggung jawab mengarahkan dan membimbing anak agar mampu berhubungan dengan orang lain dan lingkungan. Hal ini dapat terjadi dengan adanya komunikasi dalam relasi antara orang tua dan anak yang baik, yang disebut dengan pola asuh orang tua.

  Setiap individu memiliki kepribadian yang berbeda, hal tersebut dapat disebabkan oleh pola pengasuhan orang tua yang berbeda yang diterimanya sewaktu kecil. Seperti yang diungkapkan Grinder (dalam Listiara, 1996) bahwa pengasuhan orang tua pada anak memiliki dua fungsi yaitu, pertama membantu anak dalam mempelajari standar perilaku dan tujuan dari yang ingin dicapai. Kedua sebagai objek identifikasi, yaitu perilaku orang tua akan mempengaruhi interaksi dalam keluarga dan perkembangan kepribadian anak.

  Pengasuhan orang tua terhadap anak menekankan juga pada adanya komunikasi. Komunikasi dapat menjadi salah satu alat bagi orang tua untuk berhubungan dengan anak-anaknya dengan tujuan untuk

  18 mengakrabkan hubungan antara orang tua dan anak (Melly, 1984). Dengan komunikasi yang baik antara orang tua dan anak dapat berpengaruh pada pembentukan diri anak.

  Jadi dapat disimpulkan bahwa pola asuh merupakan serangkaian tindakan orang tua dalam mengarahkan dan membimbing anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

2. Faktor Pembentuk Pola Asuh Orang Tua

  Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan perilaku individu sebagai orang tua (Setiawan, 1996): a. Pengaruh Kelas Sosial

  Banyak studi mengenai pola pengasuhan anak pada kelompok sosial yang berbeda, khususnya pada kelompok menengah dan kelompok bawah. Semua mengatakan bahwa kelas sosial bawah lebih otoriter dibanding kelas menengah. Binger (dalam Setiawan, 1996) mengatakan bahwa semua orang tua pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama dalam berinteraksi dengan anaknya, tetapi perbedaan nampak dalam gaya interaksi mereka. Sebagai contoh, orang tua dari kelas menengah lebih menghargai prestasi sosial, penguasaan pengetahuan, kemandirian dan perilaku otonomi. Orang tua dari kelas bawah lebih menuntut anak untuk menurut dan patuh terhadap orang

  19

  b. Kepribadian Orang Tua Dari hasil beberapa penelitian menyimpulkan bahwa diri orang tua dan perasaan terhadap dirinya sendiri serta perannya berpengaruh terhadap cara pengasuhan anak. Jika orang tua benar-benar mengalami gangguan yang serius (contoh neurotik), maka akan berpengaruh terhadap kehidupan orang tua dan kemudian akan dikomunikasikan kepada anak. (Binger dalam Setiawan, 1996).

  c. Sikap-Sikap Terhadap Keorangtuaan Faktor sikap terhadap anak dan pengasuhan anak secara umum berkaitan erat dengan kepribadian orang tua. Sikap keorangtuaan dan keyakinan merupakan hasil dari pengalaman masa lalu dan sosialisasi dari individu. Ini membentuk dasar bagi perilaku yang dipilih oleh orang tua yang akan digunakan untuk berinteraksi dengan anaknya.

  d. Peniruan Peran Banyak orang menjadi orang tua tanpa panduan perilaku dan biasanya mengandalkan observasi untuk belajar bagaimana menjadi orang tua.

  Individu menggunakan orang tua masing-masing sebagai model dalam menerapkan pola asuh yang akan mereka terapkan kepada anak- anaknya sendiri. Reaksi, perspektif dan perasaan bagaimana individu tersebut dibesarkan juga mempengaruhi pendekatan yang digunakan untuk berinteraksi dengan anaknya. Seseorang akan merasa puas dengan cara ia dibesarkan, maka ia akan meniru metode dan sikap-

  20 3.

   Pola Asuh Demokratis

  Orang tua yang demokratis memandang sama kewajiban dan hak antara orang tua dan anak. Secara bertahap orang tua memberikan tanggung jawab bagi anak-anaknya terhadap segala sesuatu yang diperbuatnya sampai mereka menjadi dewasa. Mereka selalu berdialog dengan anak-anaknya, saling memberi dan menerima, selalu mendengarkan keluhan-keluhan dan pendapat anak-anaknya. Dalam bertindak, mereka selalu memberikan alasannya kepada anak, mendorong anak saling membantu dan bertindak secara objektif, tegas tetapi hangat dan penuh pengertian (Stewart dan Koch, 1983). Hurlock (dalam Listiara, 1996) mengatakan bahwa dalam keluarga yang menerapkan pola asuh demokratis ditandai dengan adanya hubungan yang penuh kasih sayang antara orang tua dan anak. Keadaan tersebut akan mendorong anak untuk lebih mampu mengontrol diri, sehingga luwes dalam pergaulan dan mudah diajak berteman. Baumrind (dalam Listiara, 1996) menambahkan bahwa anak tersebut juga mempunyai motif berprestasi yang tinggi, mandiri, lebih mengatasi stres, dapat bekerja sama dengan orang dewasa, perilakunya bertujuan, dan mempunyai minat serta rasa ingin tahu terhadap situasi baru.

  Kehangatan emosional yang ditunjukkan orang tua yang demokratis kepada anaknya dianggap sebagai faktor yang penting dalam proses sosialisasi (Hetherington dan Parke dalam Listiara, 1996). Kedua

  21 tersebut. Alasan (1) adalah bahwa seseorang anak mempunyai kecenderungan untuk tetap menjaga kedekatannya dengan orang tua dan tidak ingin kehilangan kehangatan serta cinta dari orang tuanya. Agar anak patuh dengan orang tuanya, dengan demikian tidak diperlukan disiplin yang keras untuk memaksanya. Alasan (2) adalah semakin sering orang tua menggunakan penalaran dan penjelasan terhadap aturan-aturan yang ada dalam keluarga, maka hal ini memungkinkan anak untuk menginternalisasikan norma-norma soial. Kondisi tersebut juga akan membantu anak untuk mampu mengidentifikasikan serta membedakan perilaku-perilaku yang sesuai dengan situasi-situasi yang dihadapi. Alasan (3) adalah kehangatan yang diberikan oleh orang tua cenderung selalu diasosiasikan dengan rasa tanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan anak. Orang tua yang mencintai anaknya akan mendorong anaknya untuk mempunyai sikap yang baik terhadap dirinya sendiri, mampu mengenali diri sendiri serta bertanggung jawab.

  Pendapat lain mengatakan bahwa orang tua yang demokratis selalu memperhatikan perkembangan anak, dan tidak hanya sekedar mampu memberi nasehat dan saran tetapi juga bersedia mendengarkan keluhan- keluhan anak berkaitan dengan persoalan-persoalannya (Sutari Imam Barnadib, 1986). Sejalan dengan Sutari, Hurlock (1976) mengatakan bahwa pola asuh demokratis ditandai dengan ciri-ciri bahwa anak-anak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan kontrol

  22 dalam pengambilan keputusan. Bowerman, Elder dan Elder (dalam Conger, 1975) mengemukakan semua keputusan yang diperoleh merupakan keputusan anak dan orang tua.

4. Aspek Pola Asuh Demokratis

  Aspek pola asuh demokratis menurut Kohn (dalam Setiawan, 1996) adalah:

  a. Aspek Pandangan Orang Tua Terhadap Anak Pandangan orang tua yang berpola asuh demokratis terhadap anak adalah mereka lebih mementingkan pamahaman terhadap perasaan, keinginan dan kondisi anaknya, mendorong dan memberi kesempatan anak untuk mandiri dan bertindak secara matang sesuai dengan kemampuan anak, mengharapkan anaknya mencapai tingkat pendidikan tertentu, memberikan tanggung jawab terhadap anak.

  Menghargai adanya hak-hak yang dimiliki anaknya.

  b. Aspek Komunikasi Cara komunikasi orang tua yang berpola asuh demokratis terhadap anaknya adalah komunikasi dua arah. Orang tua memberi kasempatan anak untuk mengekspresikan pandapatnya, memberi kesempatan untuk berdiskusi, menjelaskan secara jelas dan logis aturan-aturan yang diterapkan kepada anak, suka mengajak dialog dan orang tua tetap sebagai pengambil keputusan bila terjadi perbedaan pendapat.

  23