Isolasi dan identifik flavonoid dari fraksi eter perasan daging buah makuta dewa [Phaleria maerocarpa [Scheff. Boerl.] - USD Repository

  ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FLAVONOID DARI FRAKSI ETER PERASAN DAGING BUAH MAKUTA DEWA (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

  Program Studi Ilmu Farmasi

  Diajukan Oleh:

ATOK WIDIYANTO

  NIM : 998114206 NIRM : 990051122004120178

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  W

  ,

  I I ,

  B

  I I B

  W

  W

  ,

  ,

  D

  I I D

  I I W

  D

  W

  W

  )

  )

  M

  M

  L

  L

  A

  

A

  (

  D

  A

  U

  F

  I I ” ”

T T E E M M A A N N - - T T E E M M A A N N D D A A N N S S A A H H A A B B A A T T , , B B U U A A T T D D O O A A , , S S E E M M A A N N G G A A T T D D A A N N B B A A N N T T U U A A N N K K A A L L

  I I N N T T A A “ “ Y Y A A N N

  I I K K U U Y Y A A N N G G T T E E R R C C

  I I S S T T R R

  ,

  ,

  N

  I I N

  F

  I I F

  F

  U

  A

  U

  K

  K

  K

  I I K

  D

  D

  A

  A

  N

  N

  

(

  U

  iv    

  U

  A

  S

  S

  A

  A

  R

  R

  A

  A

  D

  D

  U

  U

  A

  A

  S

  I I K K U U , , S

  I I U U N N G G K K A A P P A A N N R R A A S S A A H H O O R R M M A A T T D D A A N N B B A A K K T T

  I I N N T T A A , , S S E E B B A A G G A A

  I I B B U U K K U U T T E E R R C C

  I I K K U U P P E E R R S S E E M M B B A A H H K K A A N N U U N N T T U U K K : : B B A A P P A A K K - -

  I I N N

  K K A A R R Y Y A A

  

TIDAK ADA APA PUN YANG INDAH YANG

PERNAH DICAPAI OLEH MEREKA YANG

BERANI MEMPERCAYAI BAHWA SESUATU

DI DALAM DIRI MEREKA LEBIH UNGGUL

DARIPADA KEADAAN

(BRUCE BARTON)

  A

  U

  K

  ,

  K

  K

  K

  A

  A

  K

  K

  A

  A

  K

  K

  ,

  D

  U

  U

  K

  K

  A

  A

  R

  R

  A

  A

  D

  I I A A N N A A L L M M A A M M E E T T E E R R K K U U

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  vi

  ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FLAVONOID DARI FRAKSI ETER PERASAN DAGING BUAH MAKUTA DEWA (Phaleria macrocarpa (Scheff.)Boerl.)

  

INTISARI

  Didalam buah makuta dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) terkandung flavonoid yang mempunyai aktivitas anti bakteri, anti fungal, anti inflamasi, anti oksidan, dan lain-lain. Senyawa flavonoid sendiri mempunyai sifat kelarutan dua bentuk yaitu larut dalam pelarut polar dan pelarut non polar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut kandungan flavonoid yang terdapat dalam perasan daging buah makuta dewa khususnya dalam fraksi eter.

  Perasan daging buah makuta dewa didapat dari buah makuta dewa masak yang masih segar dicuci dengan air sampai bersih, dibuang bijinya, diparut dan diperas dengan kain saring. Setelah itu dilakukan uji pendahuluan dengan reaksi warna dan kromatografi kertas satu arah (KKt 1A), kertas Whatmann no 1 sebagai fase diam dan t-butanol asam asetat : air (3:1:1) sebagai fase gerak. Adanya bercak yang muncul setelah pengembangan diamati dibawah sinar UV 366 nm sebelum dan sesudah diuapi amonia. Kemudian dikromatografi kertas dua dimensi (KKt 2A) menggunakan fase diam kertas Whatmann no 1 dengan cairan pengembang fase I (t-butanol asam asetat : air (3:1:1)) dan fase II (asam asetat 15%) dan diperiksa dibawah lampu UV 366 nm. Diperoleh bercak sebagai isolat dari fraksi eter kemudian diidentifikasi struktur flavanoidnya berdasarkan data-data spektrum spektrofotometri UV (panjang gelombang 200-500 nm). Data yang diperoleh dianalisis dengan metode deskriptif komparatif berdasarkan acuan pustaka.

  Dari hasil analisis reaksi warna, identifikasi kromatografi kertas, identifikasi warna bercak sebelum dan sesudah diuapi amonia dan data spektrum berdasarkan panjang gelombang puncak serta pergeseran puncak dapat diperkirakan jenis kandungan flavonoid dalam fraksi eter perasan daging buah makuta dewa termasuk Isoflavon yang mempunyai gugus orto dihidroksi pada cincin A (6,7 atau 7,8) tanpa gugus hidroksi pada C-3 dan C-5.

  Kata kunci : makuta dewa, flavonoid, fraksi eter, kromatografi kertas, spektroskopi UV

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  v ii

ABSTRACT

  In fruit of makuta dewa ( Phaleria macrocarpa ( Scheff.) Boerl.) Contents of flavonoid that have antibacterial activity, anti fungal, anti inflammation, anti oxidant, and others. Flavonoid compounds it self have dissolve character in two form that is dissolve in polar solvent and non polar solvent. This research aim to know furthermore contents of flavonoid which there are in squizzed juice of fruits flesh makuta dewa especially in ether fraction.

  Squizzed juice of fruits flesh makuta dewa got from fruit of makuta dewa still ripe be fresh washed until cleanness, thrown the seed, grated and extorted with cloth filter. Then done by antecedent test with reaction of one way paper chromatography and colors ( KKt 1A), paper Whatmann no.1 as stationary phase and t-butanol acetic acid : water ( 3:1:1) as mobile phase. Existence mark that appears after development is observed under UV of 366 nm before and after steamed with ammonia. Then paper chromatography of two dimension ( KKt 2A) apply paper stationary phase Whatmann no.1 with dilution of developer of phase I ( t-butanol acetic acid : water ( 3:1:1)) and phase II ( acetic acid of 15%) and checked under UV lamp of 366 nm. Obtained by mark as isolate from ether fraction then identification by the flavanoid structure based on UV spectroscopy spectrums data (wavelength of 200-500 nm). Data which analyzed obtained with descriptive method of comparability based on book reference.

  From analysis result reaction of colour, identify paper chromatography, identify mark colour before and after steamed with ammonia and spectrum data based on top wavelength and also friction of top can estimate type of contents of flavonoid in ether fraction of squizzed juice of fruits flesh makuta dewa cum Isoflavon having bunch orto hydroxy at ring A (6,7 or 7,8) without hydroxy bunch at C-3 and C-5.

  Keyword: makuta dewa, flavonoid, ether faction, paper chromatography, UV spectroscopy

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  viii

  

PRAKATA

  Penulis memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik dan lancar skripsi yang berjudul ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FLAVONOID DARI FRAKSI ETER

  

PERASAN DAGING BUAH MAKUTA DEWA (Phaleria macrocarpa (Scheff.)

Boerl.). skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

  Farmasi (S.Far.) pada program studi Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik berupa materi, moral, maupun spiritual. Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :

  1. Ibu Rita Suhadi, S.Si., Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  2. Ibu Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang dengan kesabaran dan tanggung jawab telah mengarahkan, membimbing serta memotivasi secara tulus. Terima kasih atas setiap waktu, bantuan, saran, serta dorongan semangat sampai selesainya penyusunan skripsi ini.

  3. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku dosen penguji, terima kasih untuk waktu yang diberikan untuk menguji serta memberikan saran-saran membangun, terima kasih untuk perhatiannya.

  4. Romo Drs. Petrus Sunu Hardiyanta, S.J., M.Si., selaku dosen penguji, terima kasih atas kesediaan menguji dan kemurahan hati memberikan saran-saran membangun serta waktu dan perhatiannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  ix

  5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah memberi dan membagikan ilmu serta pengalaman yang sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

  6. Mas Wagiran, mas Sigit, mas Andri, mas Sarwanto selaku laboran Laboratorium Farmakognosi Fitokimia USD, serta Kebun Obat USD. Terima kasih untuk waktu serta keikhlasan dalam membantu pelaksanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini.

  7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan sehingga penulis menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

  Penulis

  x

  4

  6. Penelitian tentang makuta dewa dan hasilnya………………….

  5. Kandungan Kimia Tanaman ........................................................

  8 4. Khasiat dan Kegunaan Tanaman .................................................

  7

  7

  6

  5

  5

  5

  5

  4

  3

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................

  3

  1

  1

  Hal i ii iii iv v vi vii viii x xiii xv xvi

  3. Morfologi Tanaman .....................................................................

  2 Klasifikasi Tanaman ....................................................................

  1. Nama Tanaman ............................................................................

  BAB I. PENDAHULUAN............................................................................ A.Latar Belakang ........................................................................................... B.Permasalahan.............................................................................................. C.Keaslian Penelitian..................................................................................... D.Manfaat Penelitian ..................................................................................... E.Tujuan Penelitian........................................................................................ BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ......................................................... A. Makuta dewa............................................................................................

  PRAKATA..................................................................................................... DAFTAR ISI.................................................................................................. DAFTAR TABEL.......................................................................................... DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................

  ABSTRACT .....................................................................................................

  INTISARI ......................................................................................................

  HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................

  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  xi B. Flavonoid .................................................................................................

  33

  28

  29

  29

  29

  29

  29

  30

  30

  31

  32

  33

  28

  33

  34

  36

  41

  47 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................

  A. Determinasi ..............................................................................................

  B. Pembuatan Perasan Daging Buah Makuta Dewa.....................................

  C. Pemeriksaaan Flavonoid dengan Reaksi Warna ......................................

  D. Identifikasi Pendahuluan Flavonoid dengan KKt 1A ..............................

  E. Identifikasi dan Isolasi Flavonoid Fraksi Eter dengan KKt 2A ...............

  F. Spektroskopi Ultra Violet ........................................................................

  28

  28

  1. Isolasi Flavonoid..........................................................................

  2. Pembuatan Perasan Daging Buah Makuta dewa .........................

  2. Kromatografi Kertas ....................................................................

  3. Kromatografi Kertas Dua Dimensi (KKt 2A)..............................

  C. Spektrofotometri ......................................................................................

  D. Identifikasi Flavonoid Secara Spektrofotometri UV ...............................

  BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................. A. Jenis Penelitian......................................................................................... B. Bahan Penelitian ......................................................................................

  1. Bahan Tanaman ...........................................................................

  2. Bahan Kimia ................................................................................

  3. Bahan Untuk Kromatografi Kertas ..............................................

  D. Alat...........................................................................................................

  E. Rancangan Penelitian...............................................................................

  1. Determinasi ..................................................................................

  3. Reaksi Warna Untuk Flavonoid...................................................

  28

  4. Identifikasi Pendahuluan dengan Kromatografi Kertas Satu Arah (KKt 1A) .....................................................................

  5. Identifikasi Kertas Dua Dimensi (KKt 2A) .................................

  6. Identifikasi Isolat Flavonoid dengan Spektrofotometri UV.........

  F. Analisis Hasil ...........................................................................................

  8

  12

  13

  15

  19

  21

  28

  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  xii

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... A. Kesimpulan .............................................................................................. B. Saran ........................................................................................................

  53

  53

  53

  54

  56

  73 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................

  LAMPIRAN.................................................................................................. BIOGRAFI PENULIS .................................................................................

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  xiii

  25

  Tabel X Data harga Rf dan deteksi sinar UV 366 nm dari bercak-bercak pada kromatogram KKt 2A fraksi eter ekstrak metanol. ............. Tabel XI Interpretasi struktur flavonoid menurut warna bercak KKt 2A dibawah sinar UV 366 nm sebelum dan sesudah diuapi amonia (NH3). ..................................................................

  43 Tabel IX Data kromatogram dari bercak KKt 1A masing-masing sampel dengan fase diam kertas Whatmann no 1 dan fase gerak TBA (3:1:1). Deteksi dengan sinar UV 366 nm sebelum dan sesudah diuapi amonia, serta interpretasi warna bercak (Markham,1998)....................................................

  43

  38

  35

  27

  26

  26

  22

  

DAFTAR TABEL

  18

  16

  Hal

  dan AlCl

3 /HCl (Markham, 1988) .......................................................

Tabel VIII Reaksi warna flavonoid untuk menentukan interpretasi golongan flavonoid dibandingkan dengan pustaka Venkataraman (1962)...................................................................

  3

  Tabel VII Penafsiran spektra UV dengan penambahan AlCl

  3 BO 3 (Markham,1988).................................................

  Tabel I Pengembang yang berguna pada Analisis Flavonoid dengan Kromatografi Kertas Menurut Markham ........................ Tabel II Hubungan warna Bercak dengan Struktur Flavonoid Menurut Mabry et al .................................................................... Tabel III Rentangan serapan maksimum Spektrofotometri UV Flavonoid (Markham, 1988). ................................................ Tabel IV Penafsiran spektra UV dengan penambahan NaOH (Markham, 1988).............................................................. Tabel V Penafsiran spektra UV dengan penambahan NaOAc (Markham, 1988) ............................................................ Tabel VI Penafsiran spektra UV dengan penambahan NaOAc/H

  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  xiv

  46

  49

  50

  52 Tabel XII Penggolongan daerah penyebaran bercak-bercak menurut kromatogram KKT 2A berdasar pada pola penyebaran bercak menurut Markham (1988). ...........................................................

  Tabel XIII Data hasil Spektroskopi UV dari isolat warna kuning (K) .......... Tabel XIV Data hasil Spektroskopi UV dari isolat warna ungu (U) ............. Tabel XV Data hasil Spektroskopi UV dari isolat warna biru (B) ...............

  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  xv

  

DAFTAR GAMBAR

  Hal

  8 Gambar 1. Kerangka dasar flavonoid ( Robinson, 1995 ) ............................. Gambar 2. Kerangka dasar dan penomoran flavonoid ( Mabry et al ., 1970 )...................................................

  9 Gambar 3. Kerangka umum dan penomoran

  10 flavonoid (Mabry et al .,1970)...................................................... Gambar 4. Pembagian cincin flavonoid (Mabry et al., 1970) .......................

  22 Gambar 5. Kromatogram dari bercak KKt 1A dari masing-masing sampel..

  37 Gambar 6. Kromatogram KKt 2A fraksi eter air perasan daging makuta dewa ................................................................................

  42 Gambar 7. Daerah penyebaran bercak-bercak dari kromatogram hasil KKt2A dibandingkan dengan peta penyebaran bercak flavonoid menurut Markham (1988) ...........................................

  46

  xvi Hal.

  56

  65

  67

  69

  70 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Data hasil spektroskopi Ultra Violet fraksi eter perasan daging buah makuta dewa...............................................................

  Lampiran 2. Foto hasil KK satu-arah fase diam kertas Whatmann no. 1 fase pengembang (TBA) ........................................................................ Lampiran 3. Foto hasil KK dua-arah fase diam kertas Whatmann no. 1 fase pengembang (TBA) dan fase pengembang II (asam asetat 15%)... Lampiran 4. Foto hasil reaksi warna................................................................... Lampiran 5. Foto tanaman makuta dewa, buah makuta dewa dan perasan daging buah makuta dewa ..............................................................

  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Makuta dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) merupakan salah

  satu tanaman obat yang banyak digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional. Secara empiris, makuta dewa terbukti mampu menyembuhkan beberapa macam penyakit berat, seperti penyakit lever, kanker, jantung, lemah syahwat, reumatik, diabetes mellitus, asam urat, tekanan darah tinggi, dan ketagihan narkoba, serta penyakit ringan seperti eksim, jerawat, dan luka bekas gigitan serangga (Harmanto, 2003).

  Tanaman makuta dewa memiliki beberapa bagian yang mengandung senyawa-senyawa yang agak berbeda satu sama lain. Pada daging buah dan kulit biji mengandung alkaloid, terpenoid, saponin, dan senyawa polifenol (Lisdawati, 2002). Kulit buah makuta dewa mengandung alkaloid dan saponin, sedangkan daunnya mengandung alkaloid, saponin, polifenol (Sumastuti, 2001).

  Buah makuta dewa banyak mengandung flavonoid yang merupakan salah satu dari sekian banyak zat aktif yang terkandung dalam tumbuhan dan dapat dimanfaatkan untuk mengobati penyakit (Djumidi dkk, 1999). Flavonoid mempunyai aktivitas anti bakteri, anti fungal, anti inflamasi, anti oksidan, anti hemorhagi, diuretik, aktivitasnya estrogenik dan hipoglikemik (Harborne, 1987).

  Penelitian tentang kandungan flavonoid dalam perasan daging buah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  2 perasan daging buah makuta dewa pada mencit jantan terinduksi parasetamol.

  Perasan daging buah makuta dewa dengan komposisi tiga buah makuta dewa diperas airnya (lebih kurang 79 g menghasilkan 10 ml air perasan) dapat memberikan efek hepatoprotektif. Dari penelitian tersebut dibuktikan adanya efek hepatoprotektif berasal dari kandungan flavonoid yang terdapat dalam perasan daging buah makuta dewa, dikarenakan adanya gugus fenol yang mampu menangkap radikal bebas (zat antara yang toksik) dari parasetamol pada struktur flavonoid (Pudjono, 2001).

  Flavonoid adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia senyawa fenol, yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Untuk diketahui bahwa sifat kelarutan flavonoid ada dua bentuk, yaitu larut dalam pelarut polar dan pelarut yang non polar. Pelarut polar yang umum digunakan seperti etanol (EtOH), metanol (MeOH), butanol (BuOH), aseton, dimetilsulfoksida (DMSO), dimetil formamida (DMF), air, dan lain-lain. Adanya gula yang terikat pada flavonoid (bentuk yang umum ditemukan) cenderung menyebabkan flavonoid lebih mudah larut dalam air dan dengan demikian campuran pelarut di atas dengan air merupakan pelarut yang lebih baik untuk glikosida. Sebaliknya, aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon, dan flavon serta flavonol yang termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter dan kloroform (Markham, 1988).

  Dengan diketahui adanya aglikon flavonoid yang larut dalam pelarut polar seperti eter dan kloroform, oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  3 makuta dewa khususnya dalam fraksi eter. Bukti ilmiah tentang jenis kandungan flavonoid yang terdapat dalam fraksi eter perasan daging buah makuta dewa belum pernah diteliti.

1. Permasalahan

  Berdasarkan latar belakang diatas maka timbul masalah menarik untuk diteliti yaitu : golongan flavonoid apa saja yang terkandung dalam fraksi eter perasan daging buah makuta dewa? 2.

   Keaslian Penelitian

  Sudah banyak dilakukan penelitian tentang flavonoid dalam makuta dewa tentang potensi anti bakteri ekstrak etanol dan ekstrak kloroform daun makuta dewa terhadap Staphylococcus aureus oleh Hosen Jaya Edi (2005), daya sitotoksik infusa kulit batang makuta dewa pada sel hela oleh Esti Pusparanti (2003), isolasi dan identifikasi flavonoid dari fraksi eter ekstrak metanol daging buah makuta dewa oleh Dianisius Iwan Susanto (2003).

  Penelitian ini melanjutkan penelitian sebelumnya yang berjudul efek hepatoproktetif air perasan daging buah makuta dewa pada mencit jantan terinduksi parasetamol telah dikerjakan oleh Sisilia (2001). Penelitian ini untuk mengetahui lebih lanjut tentang jenis golongan flavonoid apa yang terkandung dalam perasan daging buah makuta dewa terutama pada fraksi eter.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  4 Penelitian mengenai isolasi dan identifikasi flavonoid dari fraksi eter perasan daging buah makuta dewa, sampai sejauh ini belum pernah dilakukan..

3. Manfaat Penelitian

  Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan memberikan suatu terobosan baru bagi dunia kesehatan pada umumnya maupun bagi perkembangan ilmu kefarmasiaan dan kedokteran khususnya berupa sumbangan teoritis dan manfaat praktis.

  a. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang senyawa flavonoid apa saja yang terdapat dalam fraksi eter perasan daging buah makuta dewa.

  b. Manfaat praktis Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi informasi kepada masyarakat bahwa didalam perasan daging buah makuta dewa khususnya dalam fraksi eter terdapat senyawa flavonoid (aglikon) yang mempunyai kegunaan dalam pengobatan penyakit.

B. Tujuan Penelitian

  Tujuan mengenai penelitian isolasi dan identifikasi flavonoid dari fraksi eter perasan daging buah makuta dewa ini adalah untuk mengetahui senyawa- senyawa flavonoid apa saja yang terdapat dalam fraksi eter perasan daging buah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Makuta dewa 1. Nama tanaman Makuta dewa sering disebut dengan nama botani Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl. atau dengan sinonim Phaleria papuana Warb. Var . Wichanii (Val.) Back. Di Jawa Tengah tanaman inin disebut makuto

  dewo, makuto rojo atau makuto ratu. Sebutan lain untuk tanaman ini yaitu raja obat (Banten), disebut demikian karena khasiatnya dalam mengobati aneka penyakit; pau (etnik Cina), berarti obat pusaka; simalakama (Depok, Jawa Barat; Melayu); makuto mewo (Java) (Harmanto, 2003; Dalimartha, 2003).

2. Klasifikasi

  Klasifikasi tanaman makuta dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) .) termasuk dalam bangsa Thymelales, suku Thymelaleaceae, marga

  Boerl Phaleria dan spesies Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl. (Dalimartha,

  2003).

  Kedudukan tanaman makuta dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.)

  Boerl .) dalam sistematika tumbuhan adalah sebagai berikut :

  Divisi :

  Magnoliophyta

  Kelas : Magnoliopsida (Anonim, 1997) Anak kelas : Rosidae

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  6 Suku : Thymelaeaceae (APG, 1998; Bremer, Bremer dan Thulin, 1999)

  Marga : Phaleria Jack Jenis : Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl. (Backer dan

  Bakhuizen van den Brink, 1963) 3.

   Morfologi tanaman

  Tanaman makuta dewa berupa herba, tajuk pohonnya bercabang- cabang (Harmanto, 2003). Tanaman ini tumbuh tegak dengan ketinggian 1-2,5 m, tumbuh ditanah yang gembur dan subur pada ketinggian 10-1.200 m dpl (Dalimartha, 2003). Namun, jika dibiarkan ketinggiannya bisa mencapai 5 meter (Harmanto, 2003).

  a. Batang bulat, permukaannya kasar, wamanya cokelat, berkayu, dan bergetah, percabangan simpodial (Dalimartha, 2003).

  b. Daun tunggal, letaknya berhadapan, bertangkai pendek, bentuknya lanset atau jorong, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, urat daun agak menonjol tersusun agak rapat melengkung ke atas, permukaan atas mengkilat dan permukaan bawah suram, warnanya hijau tua, panjang 7-10 cm, lebar 2-5 cm (Budiana, 2000; Dalimartha, 2003).

  c. Bunga merupakan bunga majemuk payung dengan anak bunga berjumlah 2-4 tanpa tangkai; daun tenda bunga berjumlah empat berlekatan membentuk tabung, tenda bunga berwarna putih pada bagian pangkalnya berwama hijau, bagian ujung dari tenda bunga berbelah empat, panjang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  7 dua kali jumlah tenda bunga dalam dua lingkaran panjang dan pendek, tangkai sari yang panjang melekat pada bagian tengah daun tenda bunga dan yang pendek di antara daun tenda bunga; tangkai putik bulat panjang berwarna putih, setinggi tenda bunga bakal bulat menumpang (Budiana, 2000).

  d. Buah bentuknya bulat, diameter 3-5 cm, permukaan licin beralur, ketika muda wamanya hijau dan merah setelah masak. Buah batu berdaging, daging buah berwama putih, berserat dan berair (Budiana, 2000; Dalimartha, 2003).

  4. Khasiat dan kegunaan tanaman

  Secara empiris makuta dewa terbukti mampu menyembuhkan beberapa penyakit berat seperti lever, kanker, jantung, lemah syahwat, reumatik, diabetes mellitus, asam urat, tekanan darah tinggi, dan ketagihan narkoba, serta penyakit ringan seperti eksim, jerawat, dan luka bekas gigitan serangga (Harmanto, 2003).

  5. Kandungan kimia tanaman

  Tanaman makuta dewa memiliki beberapa bagian yang mengandung senyawa-senyawa yang agak berbeda satu sama lain.

  a. Daging buah dan kulit biji mengandung alkaloid, terpenoid, saponin, dan senyawa polifenol (Lisdawati, 2002).

  b. Kulit buah mengandung alkaloid dan saponin.

  c. Daun mengandung alkaloid, saponin, polifenol (Sumastuti, 2001).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  8 6.

   Penelitian tentang makuta dewa dan hasilnya

  Penelitian tentang makuta dewa telah banyak dilakukan oleh mahasiswa farmasi USD seperti oleh Betasari (2001) yang melakukan penelitian mengenai efek hipoglikemik perasan daging buah makuta dewa pada tikus diabetes melitus tidak tergantung insulin, hasilnya disebutkan bahwa perasan daging buah makuta dewa dapat memberikan efek hipoglikemik pada tikus diabetes melitus tidak tergantung insulin. Sisilia (2001) melakukan penelitian mengenai efek hepatoprotektif air perasan daging buah makuta dewa pada mencit jantan terinduksi parasetamol, hasilnya disebutkan bahwa air perasan daging buah makuta dewa dapat memberikan efek hepatoprotektif pada mencit terinduksi parasetamol.

B. Flavonoid

  Senyawa Flavonoid adalah golongan senyawa yang mengandung 15 karbon dalam inti dasarnya dan tersusun dalam kerangka dasar C

  6 – C 3 – C 6 terdiri dari dua cincin benzena yang dihubungkan dengan rantai alifatik tiga karbon.

  (Markham,1988; Pramono, 1989; Robinson, 1995 ).

  C C C Gambar 1. Kerangka dasar flavonoid ( Robinson, 1995 )

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  9 Senyawa flavonoid merupakan salah satu golongan senyawa fenol alam terbesar dan hampir terdapat pada semua tumbuhan hijau kecuali algae dan bisa terdapat pada semua bagian tumbuhan yaitu daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, nektar, bunga, buah dan biji (Markham, 1988). Senyawa flavonoid dalam tumbuhan terbentuk sebagai glikosida atau berupa aglikon (Markham, 1988; Pramono, 1989).

  Flavonoid merupakan senyawa yang relatif stabil terhadap pemanasan, mudah dideteksi keberadaannya dan memiliki sebaran yang luas pada semua tumbuhan tingkat tinggi baik pada Angiospermae maupun Gymnospermae (Harborne et al., 1971).

  Secara umum flavonoid mempunyai cincin piran yang menghubungkan rantai tiga karbon dengan salah satu dari cincin benzena (Robinson,1995). Untuk pembacaan strukturnya pada kerangka flavonoid cincin aromatiknya diberi tanda A,B dan C atom karbon dinomori menurut sistem penomoran yang menggunakan angka biasa untuk cincin A dan C serta. angka beraksen untuk cincin B. Sistem penomoran tersebut dapat dijelaskan pada gambar 2.

  3

  ’ 2’

  4’ B

  O

  8 5’

  7

  2 6’

  A C

  3

  6

  4

  5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  7

  3

  5

  6

  7

  8

  9

  10 1’ 2’ 3’

  4’ 5’ 6’ H

  Flavanon HO OH O O

  2

  3

  4

  5

  

6

  8

  4 HO OH O O OH

  9 CH 1’ 2’ 3’ 4’

  5’ 6’ Auron

  HO OH O O OH

  2

  3

  4

  5

  

6

  7

  8

  9

  10 1’ 2’ 3’

  4’ 5’ 6’ OH

  α Calkon

  2

  10 Klasifikasi senyawa flavonoid ditentukan oleh pola subtitusi dan hidroksilasi pada atom C3. Klasifikasi tersebut meliputi flavon, flavanon, flavonol, isoflavon, auron dan kalkon.

  Gambar 3. Kerangka umum dan penomoran flavonoid (Mabry et al.,1970)

  3

  HO OH O O OH

  2

  3

  4

  5

  6

  7

  8

  9

  10 1’ 2’ 3’

  4’ 5’ 6’ OH

  H H Dihidroflavonol

  A C B HO OH O O OH

  2

  4

  8 2’ 3’ 4’

  5

  6

  7

  8

  9

  10 1’ 2’ 3’

  4’ 5’ 6’

  Flavon OH HO OH O O

  2

  3

  4

  5

  6

  7

  5’ 6’ Isoflavon

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  11 Secara individual kelarutan senyawa flavonoid sangat bermacam-macam, sesuai dengan golongan dan substitusi yang terjadi. Flavonoid merupakan senyawa polar, karena mempunyai gugus hidroksi yang tak tersulih atau suatu gula, maka umumnya flavonoid cukup larut dalam pelarut polar seperti metanol, air, butanol, etanol, aseton, dimetilsulfoksida, dimetil formida. Adanya gula terikal yang biasa ditemukan pada flavonoid cenderung flavonoid lebih mudah larut dalam air dan dengan demikian campuran tersebut diatas dengan air merupakan pelarut yang lebih baik untuk glikosida flavonoid. Scbaliknya aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon, flavon serta flavonoid yang termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter, etil asetat dan kloroform (Mursyidi, 1990).

  Untuk mengekstraksi senyawa flavonoid dari tumbuhan biasanya digunakan pelarut yang memiliki polaritas yang sesuai dengan flavonoid tersebut karena kelarutan flavonoid berbeda-beda (Robinson, 1995). Aglikon flavonoid adalah senyawa polifenol, sehingga mempunyai sifat kimia senyawa fenol yaitu agak bersifat asam sehingga dapat larut dalam basa. Flavonoid yang mempunyai gugus hidroksil tak tersubtitusi atau suatu gula merupakan senyawa polar dan umumnya cukup larut dalam pelarut seperti etanol, metanol, aseton, air dan lain- lain ( Markham, 1988).

  Adanya gula yang terikat pada flavonoid, air merupakan pelarut yang baik untuk glikosida. Sebaliknya aglikon yang kurang polar cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter dan kloroform (Markham, 1988). Pelarut-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  12 flavonoid, biasanya digunakan etanol, metanol dan propanol. Bahan-bahan segar dapat diekstraksi dengan menggunakan pelarut-pelarut alkohol tersebut. Sedangkan bahan-bahan kering dan berkayu dapat menggunakan pelarut alkohol berair, hal ini disesuaikan dengan glikosida flavonoidnya. (Harborne et al., 1975}

1. Isolasi Flavonoid

  Metode yang paling menguntungkan untuk mengisolasi atau memisahkan campuran flavonoid adalah dengan kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis karena hanya membutuhkan sampel yang relatif sedikit dan waktu yang relatif singkat. Pemilihan fase diam dan fase gerak dalam kromatografi disesuaikan dengan tipe flavonoid yang akan dipisahkan. Fase diam yang paling umum adalah poliamid dan selulosa mikrokristal (Markham, 1988).

  Pemilihan pelarut tidak hanya tergantung pada senyawa yang akan diuji, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti pada bagaimana substituen tersebut diambil. Bila flavonoid terdapat dafam vakuola sel, yang umumnya bersifat hidrofilik maka penyarian dilakukan dengan menggunakan air atau pelarut-pelarut alkoholik Bila flavonoidnya terdapat dalam kloroplas diperlukan pelarut-pelarut lemah sebelum melakukan penyarian dengan alkohol.

  Penyarian flavonoid untuk tujuan analisis, akan lebih ideal bila digunakan bagian tanaman yang masih segar, walaupun simplisia kering masih memberikan hasil yang memuaskan Untuk pembuatan simplisia kering

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  13 100° C . Selanjutnya simplisia yang sudah kering ini diserbuk, disari dengan pelarut yang sesuai (Mursyidi, 1990).

2. Kromatografi Kertas

  Kromatografi kertas merupakan jenis dari sistem partisi. Fase diam adalah kertas (selulosa) dan sebagai fase gerak biasanya merupakan campuran dari satu atau lebih pelarut - pelarut organik dan air. Senyawa-senyawa yang terpisahkan dapat segera dideteksi pada kertas dan diidentifikasikan. Jika dikehendaki, komponen-komponen yang terpisahkan dapat diambil dari kertas dengan jalan memotong kemudian dilarutkan secara terpisah (Hardjono, 1985).

  Metode identifikasi dapat dilakukan berdasarkan pada perbandingan dari kedudukan noda (bercak) pada kromatogram. Cara lain untuk mengidentifikasi senyawa flavonoid yaitu dengan reaksi-reaksi yang karakteristik. Cara ini terutama berguna dalam pemisahan senyawa anorganik.

  Untuk pengembangan dapat digunakan metode ascending (penaikan), descending (penurunan) dan horisontal (mendatar).

  a. Metode ascending: Kertas digantung dicelupkan sehingga pelarut bergerak dari bawah ke atas.

  b. Metode descending: Dilakukan dengan mencelup kertas dalam solven, sehingga pelarut tersebut bergerak dari atas ke bawah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  14

  c. Metode horisontal: Cuplikan di tempatkan pada pusat kertas yang biasanya berbentuk bulat.

  Pelarut diteteskan dari pusat kertas. Kertas dalam pemisahan terutama berpengaruh pada kecepatan aliran pelarut.

  Kecepatan aliran akan naik dengan kenaikan suhu. Tetapi aliran pelarut pada suhu tertentu dipengaruhi oleh kerapatan dan ketebalan kertas.

  Penurunan kerapatan atau kenaikan ketebalan kertas memberikan kecepatan aliran lebih tinggi. Kertas Whatman no.4 mempunyai sifat yang mirip dengan kertas Whatman no. I namun bahan kertas yang pertama memberikan efek kira-kira 2 kali lebih cepat. Kertas yang lebih tebal (Whatman no.3 / 3MM ) biasanya digunakan untuk pemisahan dalam jumlah yang lebih besar, karena dapat menampung lebih banyak cuplikan tanpa menaikkan area dari noda mula - mula ( Hardjono, 1985 ).

  Oleh karena uap-uap, terutama amonia mempunyai afinitas yang tinggi terhadap selulosa, maka kertas-kertas ini harus disimpan ditempat- tempat yang jauh dari sumber-sumber uap tersebut. Kebanyakan untuk pelarut-pelarut kromatografi cepat menguap tanpa meninggalkan residu.

  Hanya untuk fenol, penguapan sempurnanya kira-kira membutuhkan waktu 4 jam. Harus diusahakan penghilangan pelarut dengan segera dan sempurna, hal ini untuk mencegah terjadinya reaksi pada penambahan reagen. Yang lebih penting lagi terutama dalam kromatografi dua arah dimana jejak pelarut yang pertama harus dihilangkan sebelum pengembangan pelarut yang kedua. Pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  15 meninggalkan kertas setelah bergerak. Umumnya fase gerak merupakan campuran yang terdiri atas komponen-komponen organik, air dan senyawa - senyawa asam, basa atau pereaksi komplek untuk memperbesar kelarutannya.

  Senyawa organik polar akan lebih mudah larut dalam air dari pada digunakan pelarut non polar (Hardjono, 1985).

3. Kromatografi Kertas Dua Dimensi (KKt 2A)

  Kadang-kadang dalam pemisahan bercak yang terdiri atas dua bercak atau lebih pada kromatografi kertas satu arah (KKt 1A) tidak terpisahkan dengan baik. Karena alasan tersebut perlu dilakukan pemisahan dengan kromatografi kertas dua dimensi (KKt 2A). Kertas yang disarankan untuk tujuan ini ialah kertas Whatman 3MM (46 x 57cm) atau yang setara. Jumlah ekstrak yang ditotolkan dapat merupakan faktor kritis yang menentukan mutu flavonoid yang terjadi kemudian. Bila ekstrak yang ditotolkan terlalu sedikit, bercak flavonoid yang terbentuk mungkin sukar untuk dideteksi, sedangkan bila lerlalu banyak maka akan terjadi pencorengan dan resolusi menjadi jelek (Markham, 1988).

  Namun bila cara diatas tidak memungkinkan untuk dilakukan disebabkan ukuran lembaran kertas dan bejana kromatografi yang terlalu besar, maka pcnyesuaian ukuran dapat dilakukan. Bejana kaca yang lebih kecil dapat dipakai bila lembar kertas dibagi dua atau empat sebelum ekstrak ditotolkan, Tetapi bila hal itu dilakukan, ukuran bercak yang ditotolkan dan jumlah ekstrak yang ditotolkan harus disesuaikan (Markham, 1988).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  16 Untuk penilaian kandungan flavonoid suatu ekstrak, sudah menjadi kebiasaan umum untuk menggunakan pengembang beralkohol pada pengembangan pertamanya. Demikian juga dalam KKt dua dimensi ini. Untuk pengembangan pertama dapat digunakan pengembang n-butanol:asam asetat:air (BAA 4:1:5, fase atas) atau t-butanol:asam asetat:air (TBA 3:1:1) menurut arah tepi kertas yang terpanjang. Garis depan pengembang akan mencapai ujung lembaran kertas dalam waktu 12-30 jam (kira-kira membutuhkan 50-60 ml pengembang per kertas). Untuk pengembangan arah kedua dapat digunakan pengembang berupa larutan dalam air seperti larutan asam asetat 15%, dengan menggunakan bejana lain. Waktu yang dibutuhkan dalam pengembangan arah kedua ini 4-6 jam (Markham, 1988).

  Cara lain adalah dengan menggunakan pengembang yang berbeda. Beberapa dari pengembang yang banyak tersedia dicantumkan pada tabel I, yang disertai dengan ulasan tentang penggunaan yang sebaiknya. Sebagian pengembang tersebut boleh digunakan setelah penggunaan BAA atau TBA yang biasanya merupakan pengembang terbaik dari segi kekuatan pelarut dan pemisahan bercak (Markham, 1988).

  Tabel. I. Pengembang pada analisis flavonoid dengan kromatografi kertas * (Markham, 1988).

  Pengembang Susunan pengembang (jangka Penggunaan yang dianjurkan waktu pengembangan) BAA n- Glikosida, aglikon, dan gula (24-48 jam), BuOH;HOAc;H O(4:1:5);dicam glukosa dan galaktosa tak terpisahkan 2 pur baik-baik dalam corong pisah, dipakai fase atas (17 jam) TBA t -BuOH;HOAc;H O (3:1:1) (24 Seperti pada BAA 2 jam)

  KAA CHCl :HOAc:H O (30:15:2); Aglikon (terutama yang dimetilasi), 3 2 campur baik-baik dalam corong glikosida yang diasilasi, glikosida yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Gula , terutama KLT Fenol Fenol (4g): H 2 O (1 ml). Keringkan kromatogram dalam tanur berventilasi (50-60 o

  Cara lain yang paling mudh untuk mendeteksi flavonoid adalah dengan

  Letak bercak yang menggunakan fase diam selulosa yang dikembangkan dua arah dengan dua macam fase gerak (TBA/HOAc) juga merupakan informasi yang berharga karena dapat untuk mengetahui apakah suatu flavonoid merupakan aglikon/glikosida (Mabry. Et al., 1970).

  HCl 1% (5 jam) Antosianin, asam fenolat BBPA n -BuOH:Bz:Pir:H 2 O (5:1:3:3) (20 jam) Gula. Memisahkan glukosa dari galaktosa, xilosa, dan arabinosa