Karya dan Pemikirannya 126 1 10 20171017

60

SUSASTRA

Syahdan lagi maka dengan surat ini kita mengunjuki tabi dan memberi
selamat tinggal kepada sri paduka sahabat kita dengan pengharapan
kita mudah-mudahan Tuhan seru sekalian alam melajutkan seumur
zamannya sri paduka di dalam sehat dan sentosa yang seumpama
istimewa limpah-limpah merahmatkan negerinya sri paduka sahabat kita
jua adanya. Tammat al-kalim.
Termaktub warkat ini di dalam istana kita di negeri Betawi, kepada
29 hari, bulan Februari, tahun 1836, yaih1 13 hari bulan Zulkaidah, hijrat
1251.

Syeikh Yusuf Almakasari: Karya dan
Pemikirannya
Syabrial
Universitas Indonesia
Abstrak
Sycikh Yusuf was an ulama who is also known as hero fighting in the struggle
for independence. Because of his great service, he was declared a national hero

not only by the government of Indonesia but also by South Arican government.
1!1s thoughts regarding tasawuf are reflected in his works. A comprehensive
1csearch is needed on this important igure in order lo reveal one part the intel­
lectual history of our nation.
.nta kuuci: Syekh Yusuf, tasawuf, Arika Sclatan, pemikiran.

D

i antara sekian banyak pahlawan kemerdekaan yang gigih berjuang
menentang penjajahan, Syeikh Yusuf Almakasari merupakan tokoh
yang pantas diperbincangkan, setidaknya untuk dua alasan. Pertama, banyak
11rnng tidak mengenal tokoh ini. Kedua, kepahlawanannya tidak saja diakui
11lch pemerintah Indonesia, namun juga oleh pemerintah Arika Selatan
�.,ng mengangkatnya sebagai pahlawan nasional. Kedua pemerintah
lnsebut tampaknya melihat keistimewaan-keistimewaan pribadi yang
dnuliki tokoh ini sehingga layak mendapat penghargaan demikian.
Dari sekian keistimewaan itu, ada tiga hal yang tampaknya
111r11dorong pemerintah dua negeri itu untuk memberikan tempat yang
1111p,gi kepadanya. Syeikh Yusuf adalah ulama sufi yang memiliki
pn1getahuan Juas, negarawan yang berpengaruh pada zamannya, dan

Jl,111glima perang yang ditakuti. Tiga status itu terasa istimewa pada diri
!)'l0 1kh Yusuf jika kita melihat kebiasaan kebanyakan para sui yang

62

SUSASTRA

memiliki kecenderungan untuk lebih banyak melakukan kegiatan rohani
yang bersiat individual dengan cara ber-khalwat di tempat-tempat sunyi.
Dalam diri tokoh ini, kegiatan-kegiatan politik kenegaraan yang penuh
dengan taktik dan siasat tampak sekali menonjol.
Sejarah mencatat, dia pernah menjadi penasihat raja, bahkan
meminpin perang gerilya dengan jlllnlah pasukan yang cukup banyak
untuk melawan Belanda. Karena tindakannya yang terakhir inilah, ia
terpaksa menjadi orang buangan di dua tcmpat yang jauh, yaitu Caylon
(kini Sri Lanka) dan Cape Town di Afrika Sclatan.
Riwayat Singkat Syeikh Yusuf
Syeh YusufAlrnakasari dilahirkan pada tahun 1036 H. (1626 M). Tidak
ada penmjuk pasti mengenai tempat kelahirannya. Menurut Musa (1997)
dan Hamid (2005), sepe1ti clikutip oleh Islam (2005: 18), Yusufdilahirkan

di daerah MoncongoloE, di nunah neneknya, yang bernama Gallarang
MoncongoloE. Sumber lain menycbutkan bahwa ia dilahirkan di istana
Tallo, li kcrjaan Gowa.
Sama halnya dengan tempat kclahirannya yang tidak pasti, asal-usul
orangtua Yusuf pun sulit dipastikan. Dua buah sumber, yaitu Gowa dan
Tallo, memberikan informasi yang berbeda mengcnai ha! ini. Sumber
Gowa, seperti djelaskan oleh Musa (1997: 33), menyebutkan bahwa
orang:ua Yusuf masih keturunan bangsawan Gowa. Tbunya, bemama
Aminah, adalah putri Gallarang MoncongoloE. Bcliau adalah kerabat
Raja Karaeng Bisei dan Raja Abdul Jalil. Ayah Yusufbcmama Abdullah,
berasal dari kalangan orang biasa namun memiliki kelebihan sehingga
amat disegani oleh masyarakat maupun pihak kerajaan.
Menurut sumber Tallo, ayah Yusuf adalah Gallarang MoncongoloE
sedangkan ibunya adalah Aminah, putri Dampang Ko'maro. Pada usia
40 hari, Yusuf mulai hidup di istana, karena ibunya bercerai, kemudian
diperistri oleh Raja Gowa. Dengan demikian, dia mendapat pengasuhan
sebagaimana layaknya bangsawan setingkat anak rja (Hamid, 2005:
86).
Di kalangan istana, Yusuf dikenal dengan minatnya pada ilmu-ilmu
agama. Yusuf belajar Alquran hingga khatam kepada seorang guru


SYAHRIAL

63

benama Daeng riTasammang. Ia juga belajar ilmu fikih, tauhid, tasawuf,
dan bahasa Arab di Bontoala, daerah yang pada waktu itu merupakan
pusat penlidikan dan pengajaran agama Islam terkenal. Di tempat iui,
ia berguru pada Sayyid Ba'alwi bin Abdullah AllamahTahir. Pada usia
15 tahun, minat Yusuf terhadap tasawuf tampak semakin menonjol. Ia
kcmudian berguru kepada seorang ahli tarikat bemama Syeikh Jalaluddin
Alaidit. Guru ini, menurut beberapa sumber, berasal dari Aceh (Azra,
1999: 212).
Pada tahun 1644, Yusuf muda melanjutkan pelajarannya ke Timur
Tcngah. Kepuusan ini diambil berkat dorongan para gurunya. Mereka
memandang ilmu yang dipelajari Yusuf telah cukup sehingga harus
belajar ke luar daerah jika ingin mempcrdalamnya. Pilihan yang tepat
untuk iu adalah belajar pada beberapa tokoh sufi di Timur Tengah.
Dalam perjalanan ke TimurTengah, tempat pertama yang disinggahi
Yusuf adalah Banten. Tempat inilah yang kelak mcnjadi tempat11ya

mengabdi kepada masyarakat sekembalinya dari Timur Tengah. Di
tempat ini pula ia menyempatkan diri untuk belajar kcpada beberapa
ulama besar Banten. Satu ha! yang amat penting dalam kehidupan
kemasyarakatan Yusufadalah persahabatannya dengan Pangcran Surya,
putra mahkota kesultanan Banten. Tokoh ini lebih dikenal dengan nama
Sultan Ageng Tirtayasa. Di tempat ini pula Yusuf berkenalan dengan
karya-karya Nuruddin Arraniri. Berkat nama it:u pula pada akhinya ia
helajar tasawuf di Aceh (Hamid, 2005: 90).
Oi Timur Tengah, Yusuf bclajar kepada bcberapa guru di berbagai
tcmpat. Daerah pertama yang dia singgahi adalah Haramain. Di tempat
1111 ia belajar pada Syeikh Ibrahim Alqurani hingga mendapat ijazah
tarikat Syatariyah. Sambil belajar, karena keampuannya yang menonjol
dalam ilmu tasawuf, ia diizinkan oleh Ibrahim Alqurani untuk menyalin
bcberapa kitab tasawufyang terkenal pada masa itu, di antaranya adalah
. 1 tab Addurah Ajakhirah karya Aljami. Selain berguru pada Syeikh
Ibrahim Alqurani, ia juga belajar pada tiga guru sufi lainnya, yaiu
Muhammad Almazru, Abdul Karim Allahuri, dan Muhammad Muraz
Asyamsi (Azra, 1990: 217). Di samping itu, Yusufjuga mengajar tasawuf
pada komunitas Melayu yang sedang bermukim di sana. Salah sau
111uridnya adalah Abdul Bashir Addarir Arrapaui. Tokoh inilab yang kelak


64

SUSASTRA

menyebarkan tarikat Naqsabandiyah dan Khalwatiyah di Sulawesi
Selatan.
Setelah cukup lama belajar di Haramain, Yusuf pergi ke Damaskus
untuk belajar tarikat Khalwatiyah hingga mendapat ijazah dari guru sui
terkenal bemama Ayyub bin Ahmad Ayyubi Aldamasyqi Alkhalwati
hingga selesai. Karena penguasaannya pada tarikat inilah, Yusuf
mendapat gelarTajul Alkhalwati atau Mahkota Khalwatiyah (Azra, 1999:
219).
Setelah rnenghabiskan waktu sekitar 15 tahun diTimurTengah, Yusuf
kembali ke negerinya, namun ia tidak kembali ke Gowa, melainkan ke
Banten karena pada waktu itu Gowa dalam pandangan Yusuf telah
berubah dan berada di bawah kekuasaan penjajah. Di Banten, Yusuf
diterirna baik oleh pihak kerajaan karena yang berkuasa pada waktu illt
adalah sahabat karibnya sendiri, yaitu Sultan Ageng Tirtayasa.
Perjuangannya

Masyarakat Banten mcnerima Yusuf dengan baik karena pengetahuan
tasawufnya yang luas, selain dikenal pemah berguu pada tokoh-tokoh
besar. Karena latar belakang itulah dengan cepat ia rncndapat pengakuan
dari masyarakat Banten dan diakui sebagai syeikh atau ahli ta1ikat (Hamid,
2005: 95).
Paduan yang kuat antara persahabatan dengan raja dan ilmu yang
tinggi membuat Yusuf mendapat kepercayaan untuk menjadi penasihat
(mufti) kerajaan. Dia juga bertugas mengajarkan agama kepada keluarga
kerajaan. Sebagai tanda persahabatan, Sultan Banten kemudian
menikahkan putrinya yang bemama Siti Syarifah dengan Sycikh Yusuf
(Lubis, 1996: 25-26).
Menjadi orang penting di lingkungan istana pada akhinya membuat
Yusuf harus terlibat dalam masalah-masalab politik yang membelit
kerajaan. Pada waktu itu tampak tanda-tanda yang kuat akan terjadinya
pembangkangan putra mahkota terhadap raja serta ada tanda-tanda bahwa
hal itu dimanfaatkan pihak Belanda untuk memperlemah Banten dan
kemudian menguasainya.
Awalnya adalah kepergian Pangeran Abdul Qohar, sang putra
mahkota, ke Mekah dan ke Tmki untuk menunaikan ibadah haji dan


SYAHRIAL

65

membuka hubungan persahabatan dengan penguasa di sana. Perjalanan
ke dua kota itu berjalan lancar karena jaringan luas yang diliki oleh
Yusuf di sana.
Selama Abdul Qohar pergi, Sultan Ageng dengan pertimbangannya
scndiri mengangkat Pangeran Purbaya, putranya yang lain, sebagai sul­
tan. Keputusan ini amat nengecewakan Abdul Qohar sehingga nenyt1lut
konflik dengan ayahnya (Azra, 1990: 224). Konflik ini kemudian berubah
menjadi perang terbuka antara ayah dan anak dengan melibatkan dua
pasukan. Dalam perang ini, Abdul Qohar yang kala itu telah dikenal
sebagai Pangeran Haji meminta bantuan lelanda dengan janji jika ia
berkuasa kelak Belanda boleh memonopoli perdagangan di wilayah
perairan Banten.Tindakan Pangeran Haji yang membawa-bawa Belanda
ke dalam konlik keluarga inilah yang membuat Yusuf berpihak kepada
sultan. Keberpihakan ini dilandasi perhitungan bahwa Belanda pasti
hanya memanfaatkan masalah ini untuk memperlemah Banten dan
kemudian menaklukkan pusat perdagangan Nusantara ilu. Yusuf juga

tidak ingin Banten menjadi Gowa kedua karena masalah yang sama,
yang menyebabkan ia tidak mau lagi kembali ke tanah kelahirannya itu.
Dalam perang ini Yusuf bertindak scbagai panglima. Dia didukung
oleh sckitar 5.000 tentara, 1.000 orang di antaranya berasal dari Bugis
dan Makasar. Mereka adalah para pelaul tangguh yang menjadi tulang
punggung pertahanan Banten menghadapi ancaman dari luar di Jautan.
Ketika pada akhimya kcsultanan jatuh ke tangan Pangeran Haji,
Sultan Ageng ditangkap dan dipenjarakan. Yusuf bersama pasukannya
melanjutkan perang dengan cara bergerilya di hampir scluruh wilayah
Jawa Baral. Untuk wakllt yang lama, pihak Bclanda selalu tidak berhasil
menaklukkan Yusuf dan menangkapnya hingga pada tahun 1683 terjadi
pcrtempuran yang dahsyat di Padalarang. Dalam pertempuran yang
hanyak memakan korban ini, pasukan Belanda yang dipimpin oleh Eygel
din van Happel berhasil menewaskan Pangeran Kidul, orang
kcpercayaan Yusuf. Dalam perang ini tertangkap pula istri dan anak
pcrampuan Yusuf(Hamid, 2005: 103-104).
Yusuf yang berhasil meloloskan diri melanjutkan perang dengan
'l'ih. Akan tetapi, dengan tipu muslihat yang menjebak, Belanda
,1.himya bcrhasil menangkapnya setelah seorang mata-mata berhasil


SUSASTRA
66

e lam pasukan Yusufdan menggiring pasukannya ke dalam
P k da
01eoY 115� yang telah disiapkan sehingga mereka terkepung. Dalam
P
n g .. ,
Belanda mengirim anak perempuan Yusuf yang sudah
Pea 1�)W1
umpan agar ayahnya keJuar dari persembunyian.
sitt185
(lP sebagai
0g
tel _ i rupanya berbasil. Yusuf pun terangkap pada 14 Desember
1 0
Sias8 ;ra 1999: 25 dan Hamid, 2005: 106).
1683 (A '
,


1

ye1gasingan
1 a
' is ditlwan, Yusufbersama keluarganya dibawa ke Cirebon, kemudian
setelab · a Sementara itu, anggota pasukannya yang berasal dari Makasar
9ata111
. dipulangkan ke dacrah asal mereka. Pada tanggal 12 Desember
ke
t5
afl !Wg diasingkan ke Ceylon, dengan harapan pengaruhnya pada
d18
1684 ,