ANALISIS BREAK EVEN POINT BEP SEBAGAI PE

ISSN 2407 - 1072

Jurnal Akuntanika, Vol. 3, No. 2 , Juli – Desember 2017

ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) SEBAGAI PENENTU PERENCANAAN LABA
PADA PO ROTI BALANG HL KABUPATEN MUSI BANYUASIN
Hotasadi
Dosen Program Studi Akuntansi Politeknik Sekayu
Email: hot454di@gmail.com
Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis Break Even Point pada PO roti
Balang HL. Objek penelitian ini pada perusahaan Balang HL. Metode yang digunakan
dalam menganalisis data yaitu menggunakan metode kuantitatif, penelitian ini
menggunakan data primer yaitu data penjualan, data perencanaan laba, data biaya
variabel dan biaya tetap untuk tahun 2014-2016. Hasil penelitian ini adalah pada tahun
2014-2016 tidak mencapainya target laba yang ditetapkan oleh perusahaan akan tetapi
pada tahun 2015 mengalami peningkatan sebanyak 98% mendekati target laba yang
direncanakan sehingga perusahaan harus meningkatkan penjualan dan perluasan daerah.
Saran peneliti sebaiknya PO roti Balang Hl melakukan perencanaan laba atas penjualan
dan meningkatkan realisasi atas perencanaan laba dengan meningkatkan penjualan,

perluasan daerah serta inovasi.
Kata Kunci : Break Even Point (BEP), Perencanaan Laba
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Industri roti di Indonesia masih sangat
berprospek seiring dengan beralihnya
kebiasaan masyarakat Indonesia yang semula
mengonsumsi padi dalam bentuk nasi menjadi
beralih mengonsumsi roti dalam kemasan
yang di pandang lebih praktis dan sehat.
Jumlah penduduk Indonesia yang sangat
besar, menjadikan industri roti kemasan
sangat
berpengaruh
di
Indonesia.
Perkembangan roti di Indonesia membuat
para pebisnis ingin mendirikan usaha roti di
Indonesia, khususnya salah satu wilayah di
Sumatera Selatan yaitu Sekayu, dimana telah

banyak industri roti yang berdiri, sehingga
timbul persaingan untuk mengembangkan lagi
industri roti ini.
Perusahaan mempunyai rencana untuk
mengembangkan usahanya dan mempunyai
target yang ingin dicapai, baik laba yang
diinginkan,
kelangsungan
hidup,
pertumbuhan
perusahaan
maupun
menciptakan
kesejahteraan
anggota
masyarakat. Analisis biaya volume laba
menekankan keterkaitan antara biaya,
kuantitas yang terjual, harga, semua informasi
keuangan
perusahaan

terkandung
di
dalamnya.

Perusahaan menentukan target laba
yang ingin dicapai harus menghitung biaya
volume laba yang berguna untuk mengetahui
biaya yang dikeluarkan. Jumlah volume
penjualan dan laba yang diharapkan agar
tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud,
dengan adanya biaya volume laba Perusahaan
dapat mengetahui berapa keuntungan yang
diperoleh dari setiap produk yang terjual.
Perusahaan Roti Balang HL adalah
industri keluarga dan rumahan yang bergerak
dalam produksi pembuatan roti. Usaha ini
didirikan oleh bapak Hasanudin yang
berlokasi di jalan terminal randik No 97
Sekayu. Alasan memilih perusahaan Roti
Balang HL sebagai objek penelitian, karena

perusahaan PO Roti Balang HL telah mampu
memproduksi kurang lebih 14.000 roti per
hari dengan berbagai produk khususnya 6
(enam) jenis roti. Perusahaan ini di anggap
telah berkembang dan sesuai untuk menjadi
objek penelitian. Roti Balang HL memiliki 23
orang karyawan yang kegiatannya dilakukan
selama 13 jam perhari.
Pemilik Roti Balang HL dalam
menetapkan keuntungan dari setiap penjualan
roti hanya berdasarkan keputusan, sehingga
sering terjadi kesalahan dalam menetapkan
berapa biaya sesungguhnya selama proses

135

Jurnal Akuntanika, Vol. 3, No. 2 , Juli – Desember 2017

ISSN 2407 - 1072


produksi. Oleh karena itu, untuk mencegah
kesalahan tersebut pemilik harus mencatat dan
menghitung berapa banyak biaya yang
dikeluarkan serta keuntungan yang di dapat
setiap harinya. Berdasarkan uraian di atas
peneliti tertarik untuk mengambil judul
“Analisis Break Even Point (BEP) Sebagai
Penentu Perencanaan Laba Pada PO Roti
Balang HL”..
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana perhitungan
Break Even Point (BEP) dalam penentuan
perencanaan laba pada PO Roti Balang HL ?.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana analisis Break Even Point (BEP)
dan perencanaan laba pada PO Roti Balang

HL.
2. LANDASAN TEORI
2.1Perencanaan dan pengendalian Biaya
Menurut
Dunia
dan
Wasilah
(2011:04) mendefenisikan perencanaan biaya
sebagai berikut :
Perencanaan merupakan suatu untuk
merumuskan tujuan dan menyusun program
operasional yang lengkap dalam rangka
mencapai tujuan tersebut, termasuk pula
proses penentuan strategi yang disusun untuk
jangka panjang dan jangka pendek. Akuntansi
biaya menyediakan informasi biaya yang
dapat membantu manajemen dalam membuat

keputusan operasi jangka pendek dan
keputusan aolokasi sumber dayajangka

panjang dan merumuskan strategi-strategi
untuk masa yang akan datang.antara lain
mengenai:
1. Harga jual dan volume penjualan
2. Profitabilitas dari produk
3. Pembelian
4. Pengeluaran barang modal
5. Perluasan pabrik
2.2 Analisis Perencanaan Titik Impas
Setiap pengusaha atau pemilik modal
sebelum menanamkan uangnya pasti akan
menhitung untung rugi usaha yang akan
digelutinya terlebih dahulu. Secara sederhana
titik impas adalah sebuah istilah ekonomi
yang menunjukkan kapan total keuntungan
sebuah usaha setara atau sama dengan modal
yang dikeluarkan.
Menurut Rudianto (2013: 30) “Titik
Impas adalah volume penjualan yang harus
dicapai agar perusahaan tidak mengalami

kerugian tetapi juga tidak memperoleh laba
sama sekali.”
Menurut Siregar dkk (2013:213) ”Titik
impas keadaan yang menunjukkan bahwa
jumlah pendapatan yang diterimah perusahaan
sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan
perusahaan.”
Menurut Siregar (2013:510) Secara
sistematis analisis biaya volume laba dapat
dilakukan melalui dua metode yaitu :
a. Titik Impas Dalam Unit
Titik impas dalam unit ada dua pendekatan
yaitu sebagai berikut:

1. Pendekatan Laba Operasi

Laba Operasi = Pendapatan Penjualan – Biaya Variabel – Biaya Tetap
2. Pendekatan Margin Kontribusi
Jumlah Unit


Biaya Tetap Total
=
Harga jual Per Unit – Biaya Variabel Per Unit

Jumlah Unit

=

Biaya Tetap Total
Margin Kontribusi Per unit

menurut Sujarweni (50:2015) “Margin Kontribusi adalah selisih antara
136

Jurnal Akuntanika, Vol. 3, No. 2 , Juli – Desember 2017

ISSN 2407 - 1072

b. Titik Impas Dalam Rupiah Penjualan
Unit Impas


=

Biaya Tetap Total
Harga Jual Per unit – Biaya Variabel Per Unit

Perusahaan yang memproduksi lebih dari dua produk dapat dihitung titik
impasnya sebagai berikut:
Ada dua pendekatan yang dilakukan analisis multi produk
a.
Pendekatan Titik Impas dalam unit
Titik Impas =

b.

Biaya Tetap Langsung
Harga - Biaya Variabel per unit

Pendekatan Titik Impas dalam rupiah penjualan
Penjualan =


Biaya Tetap Total
Rasio Margin Kontribusi

TitikImpas juga dapat digunakan untuk perencanaan laba. Jika suatu usaha
menginginkan target laba tertentu maka unit penjualan dapat dihitung dengan rumus:

Jumlah unit penjualan laba

=

Biaya Tetap + Target Laba
Rasio Margin Kontribusi

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan
bahwa break event point (titik impas) adalah
volume penjualan yang terjadi dimana
pendapatan yang di peroleh sama dengan
biaya-biaya yang telah dikeluarkan.
2.3 Kegunaan Titik Impas dalam
penentuan target laba
Dengan
menggunakan
konsep
perhitungan Titik Impas yang telah diuraikan
di atas, akuntan dapat menyediakan informasi
yang berguna bagi manajemen untuk
perencanaan dan penentuan target laba. Dalam
menghasilkan keakuratan target
laba,
Perusahaan perlu memerlukan pengawasan
faktor yang dapat mempengaruhi laba, yaitu
biaya, harga jual dan volume (produksi atau
penjualan). Biaya mempengaruhi laba
perusahaan, dimana jika biaya perusahaan
semakin tinggi, maka laba yang diperoleh
semakin rendah.
Harga jual mempengaruhi laba,
dimana penentuan harga jual yang terlalu

rendah akan menyebabkan laba yang
diperoleh perusahaan tidak optimal dan
penentuan harga jual yang terlalu tinggi
menyebabkan laba yang diperoleh perusahaan
menjadi kecil karena tidak dapat bersaing
dengan perusahaan lain yang menetukan harga
jualnya yang lebih rendah. Volume penjualan
mempengaruhi laba dimana semakin banyak
volume
penjualan
perusahaan
akan
menyebabkan laba yang diperoleh perusahaan
semakin besar dan sebaliknya. Volume
produksi akan mempengaruhi laba dimana
jika barang yang diproduksi berlebihan, maka
biaya
produksi
perusahaan
semakin
meningkat dan laba yang diperoleh akan
berkurang.
Target laba merupakan anggaran laba,
dimana anggaran laba memuat taksiran laba
atau rugi perusahaan selama periode
anggaran. Anggaran ini disusun dari anggaran
operasi dan digunakan sebagai dasar
perencanaan dan penentuan target laba.
Dengan adanya anggaran laba, perusahaan

137

ISSN 2407 - 1072

Jurnal Akuntanika, Vol. 3, No. 2 , Juli – Desember 2017

dapat merencanakan strategi dan manajemen
yang baik untuk mencapai laba tersebut. Hal
ini disebutkan tujuan utama dari setiap
perusahaan yang berorientasi pada laba adalah
memperoleh laba yang memuaskan.
Menurut
Munandar
(2010:1)
mengemukakan bahwa “Anggaran (budget)
adalah suatu rencana yang disusun secara
sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan
perusahaan, yang dinyatakan dalam satuan
keuangan (unit moneter), dan berlaku untuk
jangka waktu tertentu yang akan datang.”
Menurut
Rudianto
(2013:64)
mengatakan bahwa “Anggaran merupakan
rencana kerja organisasi di masa mendatang
yang diwujudkan dalam bentuk kuantitatif,
formal, dan sistematis.”
Menurut
Nafarin
(2015:11)
mengemukakan bahwa “Anggaran adalah
rencana tertulis mengenai kegiatan suatu
organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif
untuk jangka waktu tertentu dan umumnya
dinyatakan dalam satuan uang, tetapi dapat
juga dinyatakan dalam satuan barang dan
jasa.”
Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa
anggaran
merupakan
suatu
perencanaan dan pengendalian keuangan yang
disusun secara periodik dimana salah satunya
adalah penentuan target laba.
2.4 Manfaat perencanaan laba dan
keterbatasan perencanaan laba
Menurut Carter yang di kutip oleh
Arizal (2014: 04) ada beberapa manfaat dan
keunggulan dari perencanaan laba :
1. Perencanaan laba menyediakan suatu
pendekatan yang disiplin terhadap
identifikasi dan penyelesaian masalah.
2. Perencanaan laba menyediakan arahan ke
semua tingkat manajemen.
3. Perencanaan
laba
meningkatkan
koordianasi.
4. Perencanaan laba meruapak suatu cara
untuk memperoleh ide dan kerja sama
tingkatan manajemen.
5. Perencanaan laba merupakan suatu tolak
ukur untuk mengevaluasi kinerja aktual
dan maningkatkan kemampuan dari setiap
individu. Hal ini mendorong untuk
merencanakan bekerja secara efisien.
Keterbatasan perencanaan laba sebagai
berikut :
1. Perkiraan bukanlah ilmu pasti.

2. Perencanaan laba dapat memfokuskan
perhatian manajemen pada tujuan yang
tidak selalu sesuai dengan tujuan
keseluruhan organisasi.
3. Perencanaan laba harus memperoleh
komitmen dari manajemen puncak dan
kerja dari semua anggota manajemen.
4. Perencanaan laba tidak menghilangkan
atau menggantikan peran administrasi.
5. Penyusunan perencanaan laba memakan
waktu.
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini peneliti memperoleh
data primer melalui wawancara secara
langsung dengan pihak Roti Balang HL yang
relevan dengan masalah yang dibahas.
3.2 Teknis Analisis Data
Dalam
penelitian
ini
peneliti
menggunakan metode penelitian kuantitatif
deskriptif, dimana peneliti menjelaskan,
menguraikan, dan memberikan gambaran
mengenai Break Even Point (BEP) pada
perusahaan.
3.3 Objek
Dan
Penelitian

Ruang

Lingkup

Peneliti membatasi ruang lingkup
pembahasan ini agar pembahasan lebih
terarah dan dapat mencapai tujuan, maka
peneliti hanya akan membahas mengenai
Break Even Point (BEP) dan perencanaan
laba pada PO Roti Balang HL untuk tahun
2014, 2015, dan 2016.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Analisis Data
Hasil analisis penelitian ini meliputi
analisis biaya volume laba untuk perencanaan
laba pada perusahaan roti Balang HL pada
tahun 2014, 2015 dan 2016. Sebelum
dilakukan analisis biaya volume laba untuk
mencapai perencanaan laba, maka perlu
diuraikan tahap-tahap untuk menganalisis
Break Even Point sebagai berikut :
1. Menguraikan kembali hasil dari penjualan
roti di perusahaan roti balang Hl per tahun
2. Mengklasifikasikan biaya variabel dan
biaya tetap.
3. Menentukan perencanaan laba yang akan
ditargetkan.

138

ISSN 2407 - 1072

Jurnal Akuntanika, Vol. 3, No. 2 , Juli – Desember 2017

4. Pemisahan bahan-bahan yang digunakan
untuk masing-masing tiap produk roti.
5. Menghitung laba operasi untuk setiap
produk.
6. Menentukan titik impas per tahun
perusahaan.
7. Menentukan perencanaan laba.
8. Membandingkan perencanaan laba yang
ditargetkan dengan realisasi.
Dari pengklasifikasian biaya tetap dan
biaya variabel perusahaan yang telah
diuraikan pada bab 3 tabel 3, maka dapat
dijelaskan bahwa pengklasifikasian post biaya
sudah tepat, sesuai dengan yang dijelaskan
secara umum, seperti tabel 4.1 jenis biaya
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1. Jenis Biaya PO Roti Balang HL
No.
Klasifikasi
Biaya Produksi
biaya
Bahan Baku
Langsung
1.
Tepung
Variabel
2.
Gula
Variabel
3.
Kacang Hijau
Variabel
4.
Srikaya
Variabel
5.
Gabing
Variabel
6.
Keju
Variabel
7.
Cokelat
Variabel
8.
Tapai
Variabel
Tenaga Keja
Langsung
Karyawan
Variabel

10.
11.
12.
13.
14.
15.

16.
17.

18.
19.
20.

Biaya
Overhead
Bahan
Penolong
Kelapa Parut
Gula Merah
Soda
Bahan
Pengembang
Minyak Goreng
Kemasan Roti
Tenaga kerja
penolong
Sekretaris
Bendahara
Biaya LainLain
Gas Elpiji
Biaya Listrik
Biaya Air

Variabel
Variabel
Variabel
Variabel
Variabel
Variabel

Tetap
Tetap

Variabel
Tetap
Tetap

Sumber: Data dari PO Roti Balang HL (Diolah)

Perusahaan mempunyai taget laba yang
ingin dicapai setiap tahunnya, sehingga perlu
adanya target laba yang direncanakan oleh
perusahaan. Dimana dalam perencanaan laba
perusahaan perlu menentukan komponen
biaya tetap, variabel agar dapat memperoleh
jumlah perencanaan laba yang ingin dicapai.
Pada Tabel 4.2 akan diuraikan
mengenai data perencanaan laba (Anggaran)
pada perusahaan PO Roti Balang HL untuk
tahun 2014, 2015 dan 2016 yaitu sebagai
berikut:

Tabel 4.2. Data Perencanaan Laba Perusahaan Roti Balang HL
Tahun 2014, 2015 dan 2016
No.
Nama Perencanaan
2014 (Rp)
2015 (Rp)
1. Perencanaan Penjualan
3.528.000.000
3.528.000.000
2. Perencanaan Biaya Tetap
78.000.000
78.000.000
3. Perencanaan Biaya
2.450.105.000
2.450.105.000
Variabel
4. Perencanaan Laba
999.895.000
999.895.000

2016 (Rp)
3.528.000.000
78.000.000
2.450.105.000
999.895.000

Sumber: Data dari PO Roti Balang HL (Diolah)

Dari data perencanaan di atas, dapat
diketahui bahwa perencanaan laba perusahaan
untuk tahun 2014, 2015, dan 2016 adalah
sebesar Rp. 999.895.000 hal ini disebabkan
Perencanaan Penjualan
Perencanaan Biaya Variabel
Margin Kontribusi
Perencanaan Biaya Tetap
Perencanaan Laba

perusahaan menetapkan jumlah produksi
setiap tahunnya sama sebesar 700/pack
perhari, dengan perhitungan sebagai berikut:

= Rp. 3.528.000.000
= (Rp.2.450.105.000)
= Rp. 1.077.895.000
= (Rp. 78.000.000)
= Rp 999.895.000
139

ISSN 2407 - 1072

Jurnal Akuntanika, Vol. 3, No. 2 , Juli – Desember 2017

Dari perhitungan perencanaan laba
yang ingin dicapai perusahaan dapat
disimpulkan bahwa untuk tahun 2014, 2015
dan 2016. Perencanaan laba pada perusahaan
PO roti Balang HL adalah sebesar Rp.
999.895.000.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Break Even Point (BEP)
Analisis Break Even Point (BEP)
meliputi langkah-langkah sebagai

berikut :
1. Menguraikan data penjualan
2. Menguraikan data biaya variabel
3. Menguraikan data biaya tetap
4. Menghitung laba operasi
5. Menghitung titik impas dalam unit
6. Menghitung titik impas dalam rupiah
1. Titik Impas Tahun 2014
Berikut ini dapat diuraikan data
penjualan untuk tahun 2014 seperti tabel 4.3
sebagai.berikut:

Tabel 4.3 Data Penjualan PO roti Balang HL 2014
No.
Nama roti
Pack
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Roti Balang
Roti Itam
Roti Donat Linting
Roti Tapai
Roti Keju
Roti Srikaya
Total

141.000
22.000
22.000
21.500
21.200
21.300

Harga per Pack
(Rp)
14.000
14.000
14.000
14.000
14.000
14.000

Jumlah
(Rp)
1.974.000.000
308.000.000
308.000.000
301.000.000
296.800.000
298.200.000
3.486.000.000

Sumber: Data dari PO Roti Balang HL (Diolah)

Dari tabel di atas dapat dilihat hasil
uraian penjualan pada perusahaan Roti Balang
HL untuk tahun 2014 sebesar Rp.
3.486.000.000. Adapun data biaya variabel

tahun 2014 yang telah di pisahkan dan
dibebankan pada masing-masing produk
seperti pada tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.4. Data Biaya Variabel Masing-Masing Produk Pada Tahun 2014
No.
Nama roti
2014 (Rp)
1.
Roti Balang
Rp 1.384.020.800,00
2.
Roti Itam
Rp
228.431.700,00
3.
Roti Donat Linting
Rp
183.605.100,00
4.
Roti Tapai
Rp
218.442.200,00
5.
Roti Keju
Rp
212.346.100,00
6.
Roti Srikaya
Rp
214.259.100,00
Total
Rp 2.441.105.000,00
Sumber: Data dari PO Roti Balang HL (Diolah)

Data biaya variabel yang dibebankan
dapat diperoleh dari pemisahan biaya untuk
bahan-bahan yang telah digunakan dari
masing-masing produk seperi yang dijelaskan
pada lampiran. Total biaya variabel untuk

tahun 2014 dari masing-masing produk adalah
sebesar Rp 2.441.105.000. Setelah dilakukan
perhitungan, laba operasi perusahaan tahun
2014 dapat dihitung seperti sebagai berikut:

1. Perhitungan laba operasi roti balang
Laba operasi roti Balang di tahun 2014 adalah sebesar 511.979.200 yang diperoleh dari:
Laba Operasi = Pendapatan Penjualan - Biaya Variabel - Biaya Tetap
Laba Operasi = 1.974.000.000 – 1.384.020.800 – 78.000.000
Laba Operasi = 511.979.200 (dalam rupiah).
2. Perhitungan laba operasi roti itam
Laba operasi roti itam di tahun 2014 adalah sebesar 1.568.300 yang diperoleh dari:
Laba Operasi = Pendapatan Penjualan - Biaya Variabel - Biaya Tetap
140

ISSN 2407 - 1072

3.

4.

5.

6.

Jurnal Akuntanika, Vol. 3, No. 2 , Juli – Desember 2017

Laba Operasi = 308.000.000 – 228.431.700 – 78.000.000
Laba Operasi = 1.568.300 (dalam rupiah)
Perhitungan laba operasi roti donat linting
Laba operasi roti donat linting di tahun 2014 adalah sebesar 46.394.900 yang diperoleh dari:
Laba Operasi = Pendapatan Penjualan - Biaya Variabel - Biaya Tetap
Laba Operasi = 308.000.000 – 183.605.100 – 78.000.000
Laba Operasi = 46.394.900 (dalam rupiah)
Perhitungan laba operasi roti tapai
Laba operasi roti tapai di tahun 2014 adalah sebesar 4.557.800 yang diperoleh dari:
Laba Operasi = Pendapatan Penjualan - Biaya Variabel - Biaya Tetap
Laba Operasi = 301.000.000 – 218.442.200 – 78.000.000
Laba Operasi = 4.557.800 (dalam rupiah)
Perhitungan laba operasi roti keju
Laba operasi roti keju di tahun 2014 adalah sebesar 6.453.900 yang diperoleh dari:
Laba Operasi = Pendapatan Penjualan - Biaya Variabel - Biaya Tetap
Laba Operasi = 296.800.000 – 212.346.100 – 78.000.000
Laba Operasi = 6.453.900 (dalam rupiah)
Perhitungan laba operasi roti srikaya
Laba operasi roti keju di tahun 2014 adalah sebesar 5.940.900 yang diperoleh dari:
Laba Operasi = Pendapatan Penjualan - Biaya Variabel - Biaya Tetap
Laba Operasi = 298.200.000 – 214.259.100 – 78.000.000
Laba Operasi = 5.940.900 (dalam rupiah).

Dari perhitungan laba operasi perusahaan tahun 2014 di atas, maka dapat diketahui
bahwa:
a. Roti Balang menghasilkan laba operasi yang paling tinggi dibandingkan dengan produk yang
lain.
b. Roti Itam menghasilkan laba operasi yang paling kecil dibandingkan dengan produk yang
lain.
Berikut ini akan diuraikan perhitungan titik impas multi produk dalam rupiah penjualan
dan unit penjualan perusahaan untuk tahun 2014 sebagai berikut:
Titik Impas dalam rupiah untuk tahun 2014 dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut:
Penjualan Impas = Biaya Tetap Total
Rasio Margin Kontribusi
Penjualan Impas = Rp. 78.000.000
0,2997
= Rp. 260.260.260
Biaya tetap total sebesar Rp. 78.000.000 dibagi dengan rasio margin kontribusi sebesar
0.2997 yang diperoleh dari total margin kontribusi dari enam produk dibagi total penjualan yang
telah dilampirkan ( Rp1.044.895.000 / Rp3.486.000.000).
Titik Impas dalam unit untuk tahun 2014 dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut:
Penjualan Impas = Biaya Tetap langsung
Harga – biaya Variabel per unit
Penjualan Impas = 78.000.000
4.195
= 18.593 pack
Dari perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa total penjualan minimum perusahaan
dapat dilihat, dimana jika total penjualan perusahaan dibawah titik impas, perusahaan akan
mengalami kerugian.
141

ISSN 2407 - 1072

Jurnal Akuntanika, Vol. 3, No. 2 , Juli – Desember 2017

2. Titik Impas Tahun 2015
Berikut ini akan diuraikan data penjualan untuk tahun 2015 seperti tabel 4.5 sebagai
berikut:
Tabel 4.5. Data Penjualan PO roti Balang HL 2015
No.
Nama roti
Pack
Harga per Pack (Rp.)
Jumlah
(Rp.)
1.
Roti Balang
139.900
14.000
1.958.600.000
2.
Roti Itam
21.400
14.000
299.600.000
3.
Roti Donat Linting
21.500
14.000
301.000.000
4.
Roti Tapai
21.350
14.000
298.900.000
5.
Roti Keju
21.405
14.000
299.670.000
6.
Roti Srikaya
21.404
14.000
299.656.000
Total
3.457.426.000
Sumber: Data dari PO Roti Balang HL (Diolah)

Dari tabel di atas dapat dilihat hasil
uraian penjualan pada perusahaan Roti Balang
HL untuk tahun 2015 sebesar Rp.
3.457.426.000. Adapun data biaya variabel

tahun 2015 yang telah di pisahkan dan
dibebankan pada masing-masing produk
seperti pada tabel 4.6 sebagai berikut:

Tabel 4.6. Data Biaya Variabel Masing-Masing Produk Pada Tahun 2015
No.
Nama roti
2015 (Rp)
1. Roti Balang
Rp 1.365.873.160,00
2. Roti Itam
Rp 222.158.980,00
3. Roti Donat Linting
Rp 178.958.980,00
4. Roti Tapai
Rp 214.796.920,00
5. Roti Keju
Rp 210.302.980,00
6. Roti Srikaya
Rp 211.448.980,00
Total
Rp 2.403.540.000,00
Sumber: Data dari PO Roti Balang HL (Diolah)
Data biaya variabel yang dibebankan
dapat diperoleh dari pemisahan biaya untuk
bahan-bahan yang telah digunakan dari
masing-masing produk seperi yang dijelaskan
pada lampiran. Total biaya variabel untuk

tahun 2015 dari masing-masing produk adalah
sebesar Rp 2.403.540.000. Setelah dilakukan
perhitungan, laba operasi perusahaan tahun
2015 dapat dihitung seperti sebagai berikut:

1. Perhitungan laba operasi roti balang
Laba operasi roti Balang di tahun 2015 adalah sebesar 514.726.840 yang diperoleh dari :
Laba Operasi = Pendapatan Penjualan - Biaya Variabel - Biaya Tetap
Laba Operasi = 1.958.600.000 – 1.365.873.160 – 78.000.000
Laba Operasi = 514.726.840 (dalam rupiah)
2. Perhitungan laba operasi roti itam
Laba operasi roti itam di tahun 2015 adalah sebesar (558.980) yang diperoleh dari:
Laba Operasi = Pendapatan Penjualan - Biaya Variabel - Biaya Tetap
Laba Operasi = 299.600.000 – 222.158.980 – 78.000.000
Laba Operasi = (558.980) (dalam rupiah)
3. Perhitungan laba operasi roti donat linting
Laba operasi roti donat linting di tahun 2015 adalah sebesar 44.041.020 yang diperoleh dari:
Laba Operasi = Pendapatan Penjualan - Biaya Variabel - Biaya Tetap
Laba Operasi = 301.000.000 – 178.958.980 – 78.000.000
Laba Operasi = 44.041.020 (dalam rupiah)
142

ISSN 2407 - 1072

Jurnal Akuntanika, Vol. 3, No. 2 , Juli – Desember 2017

4. Perhitungan laba operasi roti tapai
Laba operasi roti tapai di tahun 2015 adalah sebesar 6.103.080 yang diperoleh dari:
Laba Operasi = Pendapatan Penjualan - Biaya Variabel - Biaya Tetap
Laba Operasi = 298.900.000 – 214.796.920 – 78.000.000
Laba Operasi = 6.103.080 (dalam rupiah)
5. Perhitungan laba operasi roti keju
Laba operasi roti keju di tahun 2015 adalah sebesar 11.367.020 yang diperoleh dari:
Laba Operasi = Pendapatan Penjualan - Biaya Variabel - Biaya Tetap
Laba Operasi = 299.670.000 – 210.302.980 – 78.000.000
Laba Operasi = 11.367.020 (dalam rupiah)
6. Perhitungan laba operasi roti srikaya
Laba operasi roti keju di tahun 2015 adalah sebesar 10.207.020 yang diperoleh dari:
Laba Operasi = Pendapatan Penjualan - Biaya Variabel - Biaya Tetap
Laba Operasi = 299.656.000 – 211.448.980 – 78.000.000
Laba Operasi
= 10.207.020 (dalam rupiah)

Dari perhitungan laba operasi
perusahaan tahun 2015 di atas, maka dapat
diketahui bahwa :
a. Roti Balang menghasilkan laba operasi
yang paling tinggi dibandingkan dengan
produk yang lain.
b. Roti Itam menghasilkan rugi operasi
dibandingkan dengan produk yang lain.
Berikut ini akan diuraikan perhitungan
titik impas multi produk dalam rupiah
penjualan dan titik impas dalam unit
perusahaan untuk tahun 2015. Titik Impas
dalam rupiah untuk tahun 2015 dengan
menggunakan perhitungan sebagai berikut :
Penjualan Impas = Biaya Tetap Total
Rasio Margin Kontribusi

Biaya tetap total sebesar Rp.
78.000.000 dibagi dengan rasio margin
kontribusi sebesar 0.3048 yang diperoleh dari
total margin kontribusi dari enam produk
dibagi total penjualan (Rp1.053.886.000,00 /
Rp3.457.426.000,00).
Titik Impas dalam unit untuk tahun 2015
dengan menggunakan perhitungan sebagai
berikut:
Penjualan Impas = Biaya Tetap langsung
Harga – biaya Variabel per
unit

Penjualan Impa = Rp. 78.000.000
0.3048
= Rp. 255.905.511

Dari perhitungan di atas, dapat
diketahui bahwa total penjualan minimum
perusahaan dapat dilihat, dimana jika total
penjualan perusahaan dibawah titik impas,
perusahaan akan mengalami kerugian.

Penjualan Impas = 78.000.000
4.195
= 18.593 pack

3. Titik Impas Tahun 2016
Berikut ini akan diuraikan data penjualan untuk tahun 2016 seperti tabel 4.7 sebagai
berikut :
Tabel 4.7 Data Penjualan PO roti Balang HL 2016
No.
Nama roti
Pack
Harga per Pack
Jumlah
(Rp.)
(Rp.)
1.
Roti Balang
140.000
14.000
1.960.000.000
2.
Roti Itam
21.600
14.000
302.400.000
3.
Roti Donat Linting
21.550
14.000
301.700.000
4.
Roti Tapai
21.482
14.000
300.748.000
5.
Roti Keju
21.300
14.000
298.200.000
6.
Roti Srikaya
21.200
14.000
296.800.000
Total
3.459.848.000
Sumber: Data dari PO Roti Balang HL (Diolah)
143

ISSN 2407 - 1072

Jurnal Akuntanika, Vol. 3, No. 2 , Juli – Desember 2017

Dari tabel diatas dapat dilihat hasil penjualan perusahaan roti Balang HL pada tahun 2016
penjualannya sebesar Rp. 3.459.848.000. Adapun data biaya variabel tahun 2016 yang telah di
pisah dan dibebankan pada masing-masing produk seperti pada tabel 4.8 sebagai berikut:
Tabel 4.8. Data Biaya Variabel Masing-Masing Produk Pada Tahun 2016
No.
Nama roti
2016 (Rp)
1.
Roti Balang
Rp 1.368.378.880,00
2.
Roti Itam
Rp
222.651.840,00
3.
Roti Donat Linting
Rp
179.080.040,00
4.
Roti Tapai
Rp
214.930.560,00
5.
Roti Keju
Rp
210.291.640,00
6.
Roti Srikaya
Rp
211.367.040,00
Total
Rp 2.406.700.000,00
Sumber: Data dari PO Roti Balang HL (Diolah)

Data biaya variabel yang diproporsikan
diperoleh dari pemisahan biaya untuk bahanbahan yang telah digunakan dari masingmasing produk seperi yang dijelaskan pada
lampiran. Total biaya variabel untuk tahun

2015 dari masing-masing produk adalah
sebesar Rp 2.406.700.000.
Setelah dilakukan perhitungan, laba
operasi perusahaan tahun 2016 dapat dihitung
seperti.sebagai.berikut
:

1. Perhitungan laba operasi roti balang
Laba operasi roti Balang di tahun 2016 adalah sebesar 513.621.120 yang diperoleh dari:
Laba Operasi = Pendapatan Penjualan - Biaya Variabel - Biaya Tetap
Laba Operasi = 1.960.000.000 – 1.368.378.880 – 78.000.000
Laba Operasi = 513.621.120 (dalam rupiah)
2. Perhitungan laba operasi roti itam
Laba operasi roti itam di tahun 2016 adalah sebesar 1.748.160 yang diperoleh dari:
Laba Operasi = Pendapatan Penjualan - Biaya Variabel - Biaya Tetap
Laba Operasi = 302.400.000 – 222.651.840 – 78.000.000
Laba Operasi = 1.748.160 (dalam rupiah)
3. Perhitungan laba operasi roti donat linting
Laba operasi roti donat linting di tahun 2016 adalah sebesar 44.619.960 yang diperoleh dari:
Laba Operasi = Pendapatan Penjualan - Biaya Variabel - Biaya Tetap
Laba Operasi = 301.700.000 – 179.080.040 – 78.000.000
Laba Operasi = 44.619.960 (dalam rupiah)
4. Perhitungan laba operasi roti tapai
Laba operasi roti tapai di tahun 2016 adalah sebesar 7.817.040 yang diperoleh dari:
Laba Operasi = Pendapatan Penjualan - Biaya Variabel - Biaya Tetap
Laba Operasi = 300.748.000 – 214.930.560 – 78.000.000
Laba Operasi = 7.817.040 (dalam rupiah)
5. Perhitungan laba operasi roti keju
Laba operasi roti keju di tahun 2016 adalah sebesar 9.908.360 yang diperoleh dari:
Laba Operasi = Pendapatan Penjualan - Biaya Variabel - Biaya Tetap
Laba Operasi = 298.200.000 – 210.291.640 – 78.000.000
Laba Operasi = 9.908.360 (dalam rupiah)
6. Perhitungan laba operasi roti srikaya
Laba operasi roti keju di tahun 2016 adalah sebesar 10.207.020 yang diperoleh dari:
Laba Operasi = Pendapatan Penjualan - Biaya Variabel - Biaya Tetap
Laba Operasi = 296.800.000 – 211.367.040 – 78.000.000
Laba Operasi
= 7.432.960 (dalam rupiah)

144

ISSN 2407 - 1072

Jurnal Akuntanika, Vol. 3, No. 2 , Juli – Desember 2017

Dari
perhitungan
laba
operasi
perusahaan tahun 2016 di atas, dapat diketahui
bahwa :
a. Roti Balang menghasilkan laba operasi
yang paling tinggi dibandingkan dengan
produk yang lain.
b. Roti Itam menghasilkan laba operasi yang
paling kecil dibandingkan dengan produk
yang lain.
Berikut
ini
akan
diuraikan
perhitungan titik impas multi produk dalam
rupiah penjualan perusahaan untuk tahun
2016. Titik Impas dalam rupiah untuk tahun
2016 dengan menggunakan perhitungan
sebagai berikut :
Penjualan Impas = Biaya Tetap Total
Rasio Margin Kontribusi
Penjualan Impas = Rp. 78.000.000
0.3043
= Rp. 256.325.994
Biaya tetap total sebesar Rp.
78.000.000 dibagi dengan rasio margin
kontribusi sebesar 0.3043 yang diperoleh dari
total margin kontribusi dari enam produk
dibagi total penjualan (Rp1.053.148.000,00 /
Rp3.459.848.000,00).

Jumlah unit penjualan laba

Titik Impas dalam unit untuk tahun
2016 dengan menggunakan perhitungan
sebagai berikut:
Penjualan Impas = Biaya Tetap langsung
Harga – biaya Variabel
per unit
Penjualan Impas = 78.000.000
4.195
= 18.593 pack
Dari perhitungan di atas, dapat
diketahui bahwa total penjualan minimum
perusahaan dapat dilihat, dimana jika total
penjualan perusahaan dibawah titik impas,
perusahaan akan mengalami kerugian.
Dari perhitungan di atas, dapat
diketahui bahwa total penjualan minimum
perusahaan dapat dilihat, dimana jika total
penjualan perusahaan dibawah titik impas,
perusahaan akan mengalami kerugian.
4.2.2 Evaluasi
Pencapaian
dan
Perbandingan Perencanaan Target
Laba Pada Perusahaan Roti Balang
HL
Perusahaan
ingin
mencapai
perencanaan target laba tersebut, maka
penjualan yang harus ditempuh perusahaan
dapat dihitung dengan cara:

=

Biaya Tetap + Target Laba
Rasio Margin Kontribusi
=
Rp. 78.000.000 + Rp. 999.895.000
0.3055
= Rp.3.528.000.000

Rasio Margin Kontribusi di peroleh
dari total margin kontribusi dibagi dengan
total penjualan, perusahaan harus mencapai
sebesar Rp.3.528.000.000 agar perencanaan
target laba dapat tercapai. Dengan demikian
analisis biaya Volume laba dapat membantu

perusahaan dalam penentuan perencanaan
target laba. Faktor utama yang menyebabkan
perencanaan target laba perusahaan tidak
tercapai adalah adanya penyimpangan
perencanaan dengan realisasi. Pada Tabel 9,
10, dan 11 akan dilakukan perbandingan :

1. Perbandingan Perencanaan dan Realisasi Tahun 2014
Tabel 4.9. Perbandingan Perencanaan Dengan Realisasi Tahun 2014
No.
Nama Perencanaan
Perencanaan
Realisasi
(Rp.)
(Rp.)
1.
Penjualan
3.528.000.000
3.486.000.000
2.
Biaya Tetap
78.000.000
78.000.000
3.
Biaya Variabel
2.450.105.000
2.441.105.000
4.
Laba
999.895.000
966.895.000
Sumber: Data dari PO Roti Balang HL (Diolah)

145

Selisih
(Rp.)
42.000.000
0
9.000.000
33.000.000

ISSN 2407 - 1072

Jurnal Akuntanika, Vol. 3, No. 2 , Juli – Desember 2017

Dari perbandingan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Terjadi selisih perencanaan laba yang
direncanakan perusahaan dengan realisasi
sebesar Rp. 33.000.000.
2. Tidak tercapainya target laba tentunya
akan menyebabkan jumlah perencanaan
penjualan dengan realisasi penjualan

berbeda, yaitu terjadi selisih sebesar Rp.
42.000.000.
3. Jumlah realisasi biaya tetap pada
perusahaan tidak mengalami perubahan
sehingga tidak terjadi selisih dari yang
direncanakan dengan yang terealisasi.
4. Jumlah realisasi biaya variabel lebih kecil
dari perencanaan yang telah ditentukan
yaitu terjadi selisih sebesar Rp. 9.000.000.

2. Perbandingan Perencanaan dan Realisasi Tahun 2015
Tabel 4.10. Perbandingan Perencanaan Dengan Realisasi Tahun 2015
No.
Nama Perencanaan
Perencanaan
Realisasi
(Rp.)
(Rp.)
1.
Penjualan
3.528.000.000
3.457.426.000
2.
Biaya Tetap
78.000.000
78.000.000
3.
Biaya Variabel
2.450.105.000
2.403.540.000
4.
Laba
999.895.000
975.886.000

Selisih
(Rp.)
70.574.000
0
46.565.000
24.009.000

Sumber: Data dari PO Roti Balang HL (Diolah)

Dari perbandingan di atas maka dapat
dievaluasi bahwa :
a. Terjadi selisih perencanaan laba yang
direncanakan perusahaan dengan realisasi
sebesar Rp. 24.009.000.
b. Tidak tercapainya target laba tentunya
akan menyebabkan jumlah perencanaan
penjualan dengan realisasi penjualan
berbeda, yaitu terjadi selisih sebesar Rp.
70.574.000.

c. Jumlah realisasi biaya tetap pada
perusahaan tidak mengalami perubahan
sehingga tidak terjadi selisih dari yang
direncanakan dengan yang terealisasi.
d. Jumlah realisasi biaya variabel lebih kecil
dari perencanaan yang telah ditentukan
yaitu terjadi selisih sebesar Rp.
2.403.540.000.

3. Perbandingan Perencanaan dan Realisasi Tahun 2016
Tabel 4.11 Perbandingan Perencanaan Dengan Realisasi Tahun 2016
No.
Nama Perencanaan
Perencanaan
Realisasi
(Rp)
(Rp)
1.
Penjualan
3.528.000.000
3.459.848.000
2.
Biaya Tetap
78.000.000
78.000.000
3.
Biaya Variabel
2.450.105.000
2.406.700.000
4.
Laba
999.895.000
975.148.000

Selisih
(Rp)
68.152.000
0
43.405.000
24.747.000

Sumber: Data dari PO Roti Balang HL (Diolah)

Dari perbandingan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa :
a. Terjadi selisih perencanaan laba yang
direncanakan perusahaan dengan realisasi
sebesar Rp. 24.747.000.
b. Tidak tercapainya target laba tentunya
akan menyebabkan jumlah perencanaan
penjualan dengan realisasi penjualan
berbeda, yaitu terjadi selisih sebesar Rp.
68.152.000.

c. Jumlah realisasi biaya tetap pada
perusahaan tidak mengalami perubahan
sehingga tidak terjadi selisih dari yang
direncanakan dengan yang terealisasi.
d. Jumlah realisasi biaya variabel lebih kecil
dari perencanaan yang telah ditentukan
yaitu terjadi selisih sebesar Rp.
2.406.700.000.

146

ISSN 2407 - 1072

Jurnal Akuntanika, Vol. 3, No. 2 , Juli – Desember 2017

4.2.3 Perbandingan Laba Tahun 2014, 2015, dan 2016
Tabel 4.12 Perbandingan Untuk Setiap Tahun
Tahun
Perencanaan
Realisasi
2014
999.895.000
966.895.000
2015
999.895.000
975.886.000
2016
999.895.000
975.148.000

Persentase
96%
98%
97%

Sumber: Data dari PO Roti Balang HL (Diolah)

Dari data di atas dapat diketahui
bahwa persentase pada tahun 2014 sebesar
96%, tahun 2015 sebesar 98% sedangkan
tahun 2016 sebesar 97%. Realisasi pada tahun
2015 ke 2016 mengalami penurunan sebesar
Rp. 738.000, dikarenakan oleh produksi
penjualan pada tahun 2016 mengalami
penurunan akan tetapi tidak hal tersebut tidak
mempengaruhi perencanaan laba yang ingin
dicapai perusahaan.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan penelitian yang
telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat
diberikan peneliti adalah sebagai berikut :
1. PO roti Balang HL sudah membuat
perencanaan laba atas penjualan produk
roti yang dihasilkan, akan tetapi
perusahaan belum melakukan Break Event
Point secara detail untuk tahun 2014, 2015,
dan 2016.
2. Berdasarkan perhitungan perbandingan
perencanaan
dengan
realisasi
atas
perencanaan laba tahun 2014, 2015 dan
2016 tidak ada yang mencapai target
perencanaan laba dari hasil pembahasan,
pencapaian target laba pada perusahaan
tertinggi pada tahun 2015 yaitu sebesar Rp.
975.886.000
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka
peneliti memberikan beberapa saran guna
memecahkan persoalan yang dihadapi PO roti
Balang HL yang mungkin berguna bagi semua
pihak. Adapun saran-saran tersebut adalah:
1. PO roti Balang HL dapat melakukan
perencanaan laba atas penjualan produk
roti yang dihasilkan dengan melakukan
analisis
Break
Even
Point
agar
perencanaan dapat lebih detail.
2. Perusahaan
sebaiknya
meningkatkan
realisasi atas perencanaan laba dengan
meningkatkan penjualan, dan perluasan
daerah penjualan serta inovasi.

DAFTAR PUSTAKA
Alexandri, Mohammad Benny, Nenden
Kostini dan Surtikanti. 2011. DasarDasar Akuntansi. Jakarta : Widya
Padjadjara.
Blocher, Edward J, David E. Stout dan Gary
Cokins. 2011. Manajemen Biaya.
Jakarta : Selemba Empat.
Bustami, Bastian dan Nurlela, 2010.
Akuntansi Biaya. Edisi 2. Jakarta :
Mitra Wacana Media.
Firdaus A. Dunia dan Wasilah, 2011.
Akuntansi Biaya. Jakarta : Selemba
Empat.
Mulyadi. 2016. Akuntansi Biaya. Yogyakarta :
UPP STIM YKPN.
Nafarin, M. 2015. Penggaran Perusahaan.
Jakarta : Selemba Empat.
Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi
Penelitian. Jakarta : Prenadamedia.
Politeknik
Sekayu,
2017.
Pedoman
Penyusunan Penelitian Mahasiswa
Tahun 2017. Sekayu : Politeknik
Sekayu.
Raharjaputra, Hendra S. 2011. Manajemen
Keuangan dan Akuntansi. Jakarta :
Selemba Empat.
Raiborn, A Cecily dan Michael R. Kinney.
2011. Akuntansi Biaya. Jakarta :
Salemba Empat.
Rudianto. 2013. Akuntansi Manajemen.
Bandung : Erlangga.
Siregar, 2013. Akuntansi Manajemen. Jakarta
: Selemba Empat

147

ISSN 2407 - 1072

Jurnal Akuntanika, Vol. 3, No. 2 , Juli – Desember 2017

Sugiyono,
2015.
Metode
penelitian
manajemen. Bandung : Alfabeta.

Sunyoto,
Danang.
2013.
Metodologi
Penelitian Akuntansi. Bandung : Refika
Aditama.

148