Praktik Etika and Filsafat Komunikasi Da

ANALISIS PENERAPAN PRAKTIK ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI DI MEDIA MASSA (
STUDI KASUS PEMBERITAAN MAKELAR KASUS (MARKUS) PALSU OLEH TV ONE
PADA TAYANGAN APA KABAR INDONESIA)
UNTUK MEMENUHI TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
MATA KULIAH ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI
DOSEN PENGAMPU : ABDUL WAHID M.A

DISUSUN OLEH :
DAFINDRA GHIFARY KRESNADI
145120207111044

ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

Latar Belakang
Saat ini media massa berkembang sangat pesat. Perkembangan media massa yang
sedemikian pesatnya ditambah lagi dengan perkembangan teknologi dan besarnya tuntutan
baik dari masyarakat maupun tuntutan internal perusahaan media massa membuat kompetisi

antar masing-masing media menjadi ketat. Setiap media berlomba untuk menjadi yang
terdepan dan tercepat dalam mengabarkan sebuah peristiwa. Sehingga tidak sedikit media
massa yang melemparkan sebuah isu/berita kepada masyarakat yang belum tentu
kebenarannya. Kebanyakan isu/berita yang dilempar ke masyarakat adalah isu-isu
kontorversial. Bahkan saat ini tidak jarang kita menemukan media massa khususnya media
online yang meralat beritanya karena ternyata berita tersebut palsu atau hoax. Media berusaha
mencari news maker dan ingin menjadi yang pertama dalam memberitakannya. Dan
melakukan segala cara untuk mendapatkan sorotan masyarakat.
Persaingan antar media massa yang semakin hari semakin ketat tersebut terkadang
harus mengorbankan beberapa hal. Sebagai contoh, karena media massa saat ini berlomba
untuk menjadi yang tercepat dalam mengabarkan sebuah berita/isu banyak media yang
cenderung lebih mengutamakan kecepatan dalam menyampaikan berita tanpa melihat
keakuratan dari berita tersebut. Media seakan-akan tidak melakukan check and recheck
tentang keabsahan berita yang mereka tulis. Hasilnya, berita yang disampaikan tadi menjadi
salah kaprah atau kadang juga disebut hoax karena berita tersebut tidak benar adanya.
Contohnya adalah berita tentang isu tewasnya seorang warga negara Indonesia saat kerusuhan
Mesir terjadi di Tahun 2011. Pada saat itu detik.com menjadi media pertama yang
memberitakan tewasnya seorang WNI yang kabarnya bernama Imanda Amalia. Kabarnya
imanda adalah seorang relawan UNRWA, detik.com menulis berita dengan bersumber dari
halaman facebook Imanda, namun pada 3 februari 2011, Kementerian Luar Negeri

menyatakan bahwa tidak ada WNI yang menjadi relawan UNRWA. Hal tersebut terjadi
karena keinginan media massa menjadi yang tercepat dalam mengabarkan sebuah berita
tanpa melakuakn kroscek tentang fakta sebenarnya yang terjadi.
Padahal dalam Kode Etik Jurnalistik (KEJ) dikatakan bahwa berita haruslah akurat,
faktual dan objektif. KEJ dibuat untuk menjadi pedoman moral bagi para jurnalis untuk
melakukan kegiatan penulisan jurnalistik. Pada paper ini saya akan membahas mengenai
kasus Indy Rahmawati, presenter sekaligus produser Apa Kabar Indonesia (pagi) yang
dituduh telah melakukan pembohongan publik dengan mendatangkan makelar kasus palsu
Andris Ronaldi, saya akan meninjau kasus ini dari sudut pandang etika & filsafat komunikasi.

Masalah
Program Apa Kabar Indonesia di Tv One edisi 18 Maret 2010 menghadirkan
narasumber yang mengaku sebagai makelar kasus (Markus) pajak di tubuh institusi
Kepolisian Republik Indonesia (POLRI). Pada tayangan AKI narasumber menggunakan
topeng dan menggunakan nama samaran Roni dan suaranya pun dirubah agar tidak mirip
suara aslinya. Dalam tayangan tersebut, pria yang mengaku bernama Roni tersebut
menyatakan bahwa ia telah menjadi makelar kasus (markus) di tubuh Mabes POLRI selama
kurang lebih 12 tahun. Namun pada tanggal 7 April 2010, Bareskrim Mabes POLRI
melakukan penangkapan terhadap seseorang yang diduga narasumber dalam program Apa
Kabar Indonesia (AKI) Pagi 18 Maret 2010 tersebut dengan landasan hukum perekayasaan

berita. Diketahui selanjutnya, pria yang menggunakan nama samaran Roni dalam acara
tersebut ternyata bernama asli Andreas, ia adalah seorang wartawan lepas di sebuah
perusahaan media hiburan. Dalam pengakuannya saat pemeriksaan, Andreas mengaku
melakukan hal tersebut atas permintaan pembawa acara berinisial IR dengan imbalan Rp.
1.500.000. ia juga mengaku mengeluarkan pernyataan tersebut hanya untuk mengumpan
Sekretaris Satgas Pemberantasan Mafia Hukum, Denny Indrayana. Ia juga mengaku diminta
berbicara sesuai dengan skenario dengan pertanyaan dan jawaban yang sudah disiapkan oleh
pihak acara terkait padahal kesepakatan awalnya, Andreas mengaku hanya akan membahas
terkait masalah PJTKI.
Analisis Masalah
Menurut pendapat saya seharusnya pihak TV One dalam menyiarkan berita menggunakan
3 landasan dasar filsafat, yaitu :
1. Ontologi
Dalan kajian ontologi, seorang wartawan/jurnalis harus bisa menemukan apa
yang menjadi permasalahan inti yang akan diberitakan. Berdasarkan tiga isu penting
dalam kajian ontologi dapat saya jabarkan sebagai berikut:
1.
Sejauh mana manusia membuat pilihan-pilihan nyata?
Setiap orang mempunyai kesempatan untuk membuat pilihan dalam kehidupan
mereka , hal ini bergantung pada lingkungan dan kondisi-kondisi sebelumnya dan

manusia sebagai entitas yang mengambil keputusan dalam mempengaruhi dirinya
untuk mencapai apa yang menjadi tujuannya. Jika dikaitkan dengan kasus ini, jurnalis
TV One dan juga presenter dalam hal ini Indy Rahmawati (IR) mendapatkan pilihanpilihan untuk menentukan narasumbernya, begitupula dengan Markus palsu tersebut
karena ternyata pada awalnya ia akan membicarakan kasus di PJTKI.
2.
Apakah perilaku manusia sebaiknya dipahami dalam bentuk keadaan
atau sifat?
Keadaan adalah kondisi-kondisi temporer yang memungkinkan manusia untuk
berubah. Karakter manusia sangatlah dinamis, setiap orang memiliki karakter yang
berbeda-beda. Dalam kasus diatas, seorang jurnalis harus bisa mengerti dan mampu

mengendalikan kondisi yang terjadi dan memberikan klarifikasi sesuai dengan apa
yang sebenarnya terjadi.
3.
Apakah pengalaman manusia semata-mata bersifat individual atau
sosial?
Manusia disebut sebagai seorang individu tetapi juga makhluk sosial jika dilihat dari
pola interaksinya dengan orang lain. Dalam memahami masalah ini, seorang jurnalis
yang terlibat dalam kasus makelar kasus palsu ini harus segera mengakui kesalahan
dan memberikan klarifikasi dan permintaan maaf kepada pihak yang dirugikan, hal ini

selain agar hubungan dengan MABES POLRI dapat terjalin dengan baik hal tersebut
juga agar nama baik TV One tidak tercoreng.
2. Epistimologi
Dari sudut pandang epistimologi, pihak TV One seharusnya dapat memahami
bagaimana proses mencari narasumber, apabila memang terdapat makelar kasus di
tubuh mabes POLRI , pihak TV One harus mengetahui bagaimana proses makelar
kasus tersebut tumbuh. Sehingga tidak asal dalam menentukan narasumber. Namun
menurut saya pihak TV One telah gagal dalam mengungkap apa yang sebenarnya
terjadi karena gagal mendapatkan narasumber asli dan tidak mengetahui proses
tumbuhnya makelar kasus di tubuh MABES POLRI.
3. Aksiologi
Dari sudut pandang aksiologi, pihak TV One seharusnya melihat apakah ada manfaat
dengan memberikan narasumber palsu? Ataukah dengan membongkar makelar kasus
ini akan memberikan dampak yang baik bagi masyarakat? Karena menurut saya pihak
TV One hanya melihat manfaat rating bagi pihak perusahaan saja dengan
menghadirkan narasumber palsu tanpa melihat dampaknya baik bagi POLRI maupun
masyarakat dengan adanya narasumber palsu dan berita bohong ini. TV One pun tidak
berpikir panjang apakah jika menggunakan narasumber palsu akan berdampak pada
kredibilitas perusahaan/tidak?
Berdasarkan catatan kuliah Rachmat Kriyantono Ph.D (2015) fakta adalah segala

sesuatu yang ada di dunia. Fakta juga merupakan apa/sesuatu yang membuat suatu
pernyataan menjadi salah/benar. Dalam praktik komunikasi menurut saya Fakta
diterapkan sebagai berikut :
A. Dalam media fakta dalam konteks filsafat ilmu diterapkan dalam membuat sebuah
berita. Berita merupakan sebuah informasi. Banyak masyakarakat yang menjadikan
berita sebagai pedoman mereka, dalam menyajikan sebuah berita, tentu jurnalis harus
mengedepankan sebuah fakta atau sesuatu yang benar-benar ada dan terjadi. Karena
apabila sebuah berita tidak berdasarkan fakta maka hal tersebut akan menimbulkan
konflik atau perpecahan dalam masyarakat. Namun jika dikaitkan dengan kasus ini,
pihak TV One tidak menjalankan praktik fakta dengan baik karena TV One
memberikan berita yang tidak sesuai dengan fakta dan benar-benar terjadi terbukti
dengan hadirnya makelar kasus palsu.

Kriyantono, Rachmat (2015) mengatakan bahwa kepercayaan adalah keyakinan
bahwa suatu fakta yang mengandung kebenaran terlepas apakah fakta tersebut
mengandung kebenaran ataukah tidak. Menurut Russel (1983) kepercayaan dibentuk dari
pengalaman seseorang dengan dunia luar, baik di masa sekarang maupun sebelumnya.
Jadi dalam kepercayaan, pikiran kita mereflesikan sesuatu yang berada di luar kita untuk
merepresentasikan suatu fakta yang kita percayai. Dalam praktik komunikasi, penerapan
kepercayaan dalam sudut pandang filsafat ilmu adalah sebagai berikut :

A. Dalam menyampaikan sebuah berita, jurnalis juga harus yakin bahwa fakta yang ia
tuangkan dalam bentuk berita adalah benar karena masyarakat akan mempertanyakan
kebenaran fakta tersebut. Nantinya masyarakat akan percaya bahwa berita tersebut
benar adanya dan kepercayaan akan didapat media tersebut dari masyarakat sebagai
sebuah media yang kredibel. Dalam kaitan dengan kasus ini, TV One telah
menghadirkan sebuah berita bohong dengan menghadirkan makelar kasus palsu, hal
ini akan berdampak pada kepercayaan masyarakat terhadap TV One, TV One akan
diragukan kredibilitasnya karena telah menghadirkan narasumber palsu dalam
pemberitaannya.
Kebenaran adalah suatu hubungan tertentu antara suatu kepercayaan dengan suatu
fakta/beberapa fakta diluar kepercayaan. Bila hubungan tersebut tidak ada maka
kepercayaan itu salah. (Kriyantono, Rachmat 2015) Kebenaran menurut Kriyantono,
Rachmat (2015) terbagi menjadi 3 kriteria, yaitu :
1. Kebenaran Korespondensi
Yaitu suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung
pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan), menyerupa/merepresentasikan
dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Contoh penerapannya dalam
komunikasi adalah
A. Seorang jurnalis dalam membuat sebuah berita harus melakukan proses observasi
bisa berupa wawancara, analisis terhadap kejadian-kejadian sebelumnya yang

terkait ataupun analisis berdasarkan teori-teori yang ada nantinya hasil observasi
tersebut saling dihubungkan satu sama lain sehingga menghasilkan sebuah
kesimpulan yang merepsentasikan berita yang akan diangkat. TV One memang
sudah melakukan sebuah wawancara dengan narasumber, namun disayangkan
narasumber yang dipilih ternyata palsu dan hasil rekayasa sehingga tidak
merepresentasikan objek yang dibahas dalam tayanga tersebut.
2. Kebenaran Koherensi
Yaitu pernyataan dianggap benar bila pernyataan tersebut bersifat koheren/konsisten
dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Contohnya dalam
praktik ilmu komunikasi adalah sebagai berikut :
A. Dalam membuat berita, seorang jurnalis harus konsisten dalam menghadirkan
sebuah informasi jangan sampai informasi yang disajikan saling bertolak
belakang. Dalam pemberitaannya TV One menyatakan bahwa terdapat makelar
kasus di tubuh MABES POLRI namun kenyatannya narasumber tersebut palsu
dan hasil rekayasa, dan pada akhir mediasi dengan dewan pers pihak TV One

melakukan permintaan maaf kepada pihak-pihak terkait, tentu hal ini
mengindikasikan bahwa apa yang dilakukan oleh TV One tidak konsisten bertolak
belakang dengan apa yang diberitakan pada awal kasus ini yaitu adanya makelar
kasus dan TV One menghadirkan salah satunya tetapi ternyata makelar kasus

tersebut palsu.
3. Kebenaran Pragmatis
A. Yaitu menganggap suatu pernyataan dianggap benar jika pernyataan tersebut
bersifat berfungsi dalam kehidupan praktis. Suatu pernyataan adalah benar jika
pernyataan tersebut mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.
Kriteria pragmatis juga mensyaratkan bahwa kebenaran ditentukan dari
definisi/intrepetasi kita atas pernyataan atau tindakan orang lain, tetapi dalam
mendefinisikan tersebut kita harus mendasarkan pemhaman terhadap apa yang
sebenarnya dilakukan orang lain itu dalam siatuasi ilmiah atau alamiah. Dalam
kaitannya dengan kasus ini adalah bahwa TV One berniat memberikan
pengetahuan kepada masyarakat tentang adanya makelar kasus di tubuh MABES
POLRI namun tindakan yang dilakukan tidak mencerminkan prinsip kebenaran
yang sesuai dengan fakta.
KODE ETIK WARTAWAN INDONESIA&KODE ETIK JURNALISTIK
Dari sudut pandang Kode Etik Wartawan Indonesia dan Kode Etik Jurnalisitik, jelas TV One
telah melakukan pelanggaran terhadap beberapa pasal dalam Kode Etik tersebut, yaitu :
Merujuk pada Lembaga Pers Dr. Soetomo (2006), Kode Etik Jurnalistik yang berkaitan
dengan kasus ini adalah:
Pasal 1
Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan

tidak beritikad buruk.
Kaitannya dengan kasus:
TV One tidak melakukan pemberitaan yang akurat dan berimbang karena memberitakan
sesuatu yang tidak sesuai dengan faktanya terbukti dengan menghadirkan makelar kasus
palsu, selain TV One juga tidak menghadirkan narasumber dari pihak MABES POLRI hal itu
mengindikasikan TV One melakukan cover both side, istilah yang merujuk pada pemberitaan
yang tidak berimbang. Istilah tersebut juga muncul dari mulut Karni Ilyas, pimpinan TV One
saat melakukan permintaan maaf di gedung Dewan Pers.
Pasal 2
Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas
jurnalistik.

Kaitannya dengan kasus:
TV One melakukan cara yang tidak profesional dalam mencari dan menentukan narasumber
karena ia menyuap seseorang yang bukan makelar kasus sebenarnya dan memberikan
imbalan kepada narasumber yang sudah mau menjawab pertanyaan yang sudah disusun
sebelumnya.
Pasal 4
Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.
Kaitannya dengan kasus:

TV One telah melakukan sebuah pemberitaan bohong karena menghadirkan makelar kasus
palsu.
Pasal 10
Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak
akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa.
Kaitannya dengan kasus:
TV One seharusnya meralat berita dan menyampaikan permohonan maaf. TV One sudah
melakukan hal ini yaitu memberikan permintaan maaf kepada pihak MABES POLRI namun
butuh proses panjang berupa mediasi antara Dewan Pers, Andres markus palsu, TV One dan
MABES POLRI.
Pasal 11
Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional.
Kaitannya dengan kasus:
TV One seharusnya memberikan kesempatan kepada pihak yang dirugikan dalam hal ini
MABES POLRI untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan yang
dianggap telah merugikan nama baiknya. Serta segera memberikan klarifikasi serta
menyiarkan pernyataan dari pihak-pihak yang dirugikan
Merujuk pada Persatuan Wartawan Indonesia (2008), Kode Etik Wartawan Indonesia yang
berkaitan dengan kasus ini adalah :
Pasal 3
Waratawan Indonesia pantang menyiarkan karya jurnalistik (tulisan, suara, serta suara dan
gambar) yang menyesatkan memutar balik fakta, bersifat fitnah, cabul serta sensional.

Kaitannya dengan kasus :
Jika dikaitkan dengan kasus ini, maka TV One telah melakukan pelanggaran karena
menyiarkan berita yang menyesatkan yang tidak sesuai dengan fakta
Pasal 4
Wartawan Indonesia menolak imbalan yang dapat mempengaruhi obyektivitas pemberitaan.
Kaitannya dengan kasus :
TV One sudah melakukan pelanggaran karena memberikan imbalan kepada narasumber
untuk berbohong tentang sebuah berita yang akan ditayangkan.
Pasal 5
Wartawan Indonesia menyajikan berita secara berimbang dan adil, mengutamakan
kecermatan dari kecepatan serta tidak mencampur adukkan fakta dan opini sendiri. Karya
jurnalistik berisi interprestasi dan opini wartawan, agar disajikan dengan menggunakan nama
jelas penulisnya.
Kaitannya dengan kasus : TV One telah melakukan pelanggaran terhadap pasal ini karena
membuat pemberitaan yang tidak berimbang dengan tidak menghadirkan narasumber dari
pihak MABES POLRI.
Pasal 7
Wartawan Indonesia dalam memberitakan peristiwa yang diduga menyangkut pelanggaran
hukum atau proses peradilan harus menghoramti asas praduga tak bersalah, prinsip adil, jujur,
dan penyajian yang berimbang.
Kaitannya dengan kasus :
Wartawan Inonesia menempuh cara yang sopan dan terhormat untuk memperoleh bahan
karya jurnalistik (tulisan, suara, serta suara dan gambar)dan selalu menyatakan identitas
kepada sumber berita.
Kaitan dengan kasus : TV One tidak menempuh cara yang terhormat dalam menentukan
narasumber karena narasumber yang dipilih adalah seorang narasumber palsu.
Pasal 10
Wartawan Indonesia dengan kesadaran sendiri secepatnya mencabut atau meralat setiap
oemberitaan yang kemudian ternyata tidak akurat, dan memberi kesempatan hak jawab secara
proporsional kepada sumber atau obyek berita.
Kaitan dengan kasus : TV One seharusnya memberikan kesempatan kepada MABES POLRI
untuk menjawab atau menanggapi tentang pemberitaan yang disiarkan terkait makelar kasus
di tubuh MABES POLRI. TV One juga seharusnya segera meralat berita tersebut. Namun
kenyatannya TV One tidak segera meminta maaf dan butuh proses panjang.
Pasal 11
Wartawan Indonesia meneliti kebenaran bahan berita dan memperhatikan kredibilitas serta
kompetensi sumber berita.

Kaitan dengan kasus : TV One tidak mempelrihatkan kredibilitas karena tidak meneliti
kebenaran tentang fakta apakah benar ada makelar kasus di tubuh MABES POLRI ataukah
tidak.
SIMPULAN
Saat ini media massa berkembang sangat pesat. Perkembangan media massa yang
sedemikian pesatnya ditambah lagi dengan perkembangan teknologi dan besarnya tuntutan
baik dari masyarakat maupun tuntutan internal perusahaan media massa membuat kompetisi
antar masing-masing media menjadi ketat. Setiap media berlomba untuk menjadi yang
terdepan dan tercepat dalam mengabarkan sebuah peristiwa. Sehingga tidak sedikit media
massa yang melemparkan sebuah isu/berita kepada masyarakat yang belum tentu
kebenarannya. Kebanyakan isu/berita yang dilempar ke masyarakat adalah isu-isu
kontorversial. Bahkan saat ini tidak jarang kita menemukan media massa khususnya media
online yang meralat beritanya karena ternyata berita tersebut palsu atau hoax. Media berusaha
mencari news maker dan ingin menjadi yang pertama dalam memberitakannya. Dan
melakukan segala cara untuk mendapatkan sorotan masyarakat.
Contoh kasus yang diangkat dalam paper ini adalah narasumber palsu yang
dihadirkan oleh TV One dalam acara Apa Kabar Indonesia (AKI) terkait isu makelar kasus
(markus) di tubuh MABES POLRI. TV One dikabarkan menghadirkan seseorang bernama
Andreas yang merupakan wartawan lepas untuk mengaku sebagai markus di POLRI dengan
imbalan Rp. 1.500.000, padahal awal kesepakatannya adalah untuk membahas masalah
PJTKI.
TV One dianggap tidak menjalankan nilai-nilai dasar filsafat yang berkaitan dengan
filsafat komunikasi dan telah melanggar baik kode etik jurnalistik yang terdapat dalam
undang-undang maupun kode etik wartawan Indonesia yang dimiliki oleh Persatuan
Wartawan Indonesia (PWI). Salah satu butir yang disorot adalah TV One tidak memberitakan
pemberitaan yang berimbang karena tidak menghadirkan pihak MABES POLRI. TV One
juga dinilai sudah menipu publik dengan melakukan pemberitaan bohong yang tidak sesuai
dengan fakta yang ada termasuk dengan menghadirkan narasumber palsu.
Seharusnya, walaupun persaingan antar media semakin ketat tetapi setiap media yang
ada harus tetap menjungjung tinggi etika dan filsafat didalam melakukan setiap kegiatan
jurnalisme

DAFTAR PUSTAKA
Hama, I. (2010). Filsafat Komunikasi. Diakses pada 30 Desember 2015
http://hamaokb.wordpress.com/2010/10/24/filsafat-komunikasi
Kriyantono, Rachmat. (2012). Etika dan Filsafat Komunikasi. Malang: UB Press.
Kriyantono, Rachmat. (2015). Filsafat dan llmu Komunikasi [Masuscript] teks tidak
terpublikasi. Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Brawijaya
Lembaga Pers Dr. Soetomo (2006). Kode Etik Jurnalistik. Diakses pada 30 Desember 2015,
dari http://lpds.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=40:kode-etikjurnalistik&catid=30:kode-etik-jurnalistik&Itemid=32
Nasir, Rachmat Y (2010). TV One Akhirnya Minta Maaf Terkait Markus Palsu. Diakses pada
30 Desember 2015, dari http://www.kompasiana.com/rachmadbacakoran/tvone-akhirnyaminta-maaf-terkait-markus-palsu_54ff338ca33311fb4550fc31
KSP (2010). TV One Mengaku Salah, Tidak Cover Both Side. Diakses pada 30 Desember
2015, dari
http://nasional.kompas.com/read/2010/04/12/18570857/tv.one.mengaku.salah.tidak.quotcover
.both.sidequot?utm_source=RD&utm_medium=box&utm_campaign=Kaitrd
Persatuan Wartawan Indonesia (2008). UU Pers. Diakses pada 30 Desember 2015 diakses
pada 30 Desember 2015, dari http://pwi.or.id/index.php/uu-kej
Silvana, T. (2004). Aplikasi Filsafat Dalam Ilmu Komunikasi. Perpustakaan Negara Republik
Indonesia.
Wibawa, Annisa A. Hidayat, Dadang R. Supriadi, D. (2012). Etika & Prinsip Dasar
Jurnalisme Media Siber detik.com Mengenai Mekanisme Pemberitaan Tewasnya WNI di
Kerusuhan Mesir. e-Journal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol.1(1). 1-34.
Yuli (2010). Markus Palsu : Saya Dijebak TV One. Diakses pada 30 Desember 2015 dari,
http://nasional.kompas.com/read/2010/04/09/17030214/Markus.Palsu.Saya.Dijebak.TV.One

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3

The Correlation between students vocabulary master and reading comprehension

16 145 49

Improping student's reading comprehension of descriptive text through textual teaching and learning (CTL)

8 140 133

Komunikasi antarpribadi antara guru dan murid dalam memotivasi belajar di Sekolah Dasar Annajah Jakarta

17 110 92

The correlation between listening skill and pronunciation accuracy : a case study in the firt year of smk vocation higt school pupita bangsa ciputat school year 2005-2006

9 128 37

Pengaruh Etika Profesi dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment (Penelitian pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung yang Terdaftar di BPK RI)

24 152 62

Perilaku Komunikasi Waria Di Yayasan Srikandi Pasundan (Studi Deskriptif Mengenai Perilaku Komunikasi Waria di Yayasan Srikandi Pasundan di Kota Bandung)

3 50 1

Transmission of Greek and Arabic Veteri

0 1 22