Bab I V doc 1

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Penelitian
Secara umum perusahaan dagang dapat didefinisikan sebagai organisasi yang

melakukan kegiatan usaha dengan membeli barang dari pihak lain kemudian
menjualnya kembali kepada masyarakat. Setiap perusahaan pasti bertujuan untuk
menghasilkan laba yang optimal agar dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya, memajukan, serta mengembangkan usahanya ketingkat yang lebih tinggi.
Salah satu unsur yang paling aktif dalam perusahaan dagang adalah
persediaan, oleh karena itu baik pedagang maupun pengusaha harus dapat mengelola
usahanya dengan baik. Dalam hal ini yang paling penting adalah bagaimana
perusahaan mengelola persediaannya baik perencanaan maupun pengendaliannya.
Persediaan menunjukkan barang-barang yang dimiliki oleh perusahaan yang
dipergunakan untuk kegiatan normal perusahaan. Baik yang digunakan untuk dijual
kembali maupun yang digunakan kembali serta digunakan untuk proses produksi.

Modal yang tertanam dalam persediaan sering kali merupakan harta lancar yang
paling besar dalam perusahaan, dan juga merupakan bagian yang paling besar dalam
harta perusahaan. Penjualan akan menurun jika barang tidak tersedia dalam bentuk,
jenis, dan jumlah yang diinginkan pelanggan. Jadi, penting bagi perusahaan untuk
mengendalikan persediaan secara cermat untuk membatasi biaya penyimpanan yang
terlalu besar.

1

2

Persediaan juga sangat rentan terhadap kerusakan maupun pencurian. Dalam
hal ini pengendalian intern juga bertujuan untuk melindungi harta perusahaan dan
juga informasi mengenai persediaan agar lebih dapat dipercaya. Pengendalian intern
persediaan dapat dilakukan dengan tindakan pengamanan untuk mencegah terjadinya
kerusakan, pencurian, maupun tindakan penyimpangan lainnya.
Kerusakan, pemasukan yang tidak benar, lalai untuk mencatat permintaan,
dan semua kemungkinan lainnya pada PT Jaya Masawan Putra Sejahtera Palembang
dapat menyebabkan catatan persediaan berbeda dengan catatan yang sebenarnya ada
digudang. Untuk itu diperlukan pemeriksaan persediaan secara periodik atas catatan

persediaan berbeda dengan catatan yang sebenarnya, hal tersebut seringkali
ditemukan oleh pihak auditor intern ketika melakukan stock opname yang mana
terjadi selisih antara barang yang ada digudang dengan persediaan yang tercatat
dikomputer.
PT Jaya Masawan Putra Sejahtera merupakan perusahaan retail yang sedang
berkembang di Kota Palembang dan sudah cukup besar. Persediaan yang ada pada
perusahaan ini terdiri dari baju, celana, aksesoris, kosmetik, makanan, minuman dan
lain-lain. Adapun permasalahannya yaitu sering ditemukan selisih barang masuk dan
keluar pada perusahaan ini yaitu beberapa item barang khususnya barang pecah
belah.
Karena cukup banyak aktivitas yang ada untuk kegiatan keluar-masuk barang
sehingga dikhawatirkan terjadi selisih barang masuk dan keluar yang sangat
signifikan pada tahun 2015 yang ditunjukkan setiap item barang per sku terjadi
selisih pada saat dilakukan pengecekan. Selain itu, pencurian maupun kehilangan

3

persediaan barang akibatnya harus ada pengendalian intern yang baik agar tidak
terjadi kelalaian dalam menjalankan tugas. Karena sangat pentingnya suatu
pengendalian intern persediaan bagi perusahaan dalam meningkatkan efektifitas dan

efisiensi pada suatu perusahaan khususnya yang bergerak dibidang retail maka
penulis tertarik untuk mengangkat hal tersebut dalam sebuah karya tulis ilmiah dalam
bentuk skripsi dengan judul “Analisis Pengendalian Internal Persediaan Barang
Dagangan Pada PT Jaya Masawan Putra Sejahtera Palembang”.

1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan pengendalian intern terhadap persediaan barang
dagangan pada PT Jaya Masawan Putra Sejahtera Palembang?

4

2. Apakah pengendalian intern persediaan barang dagangan pada PT Jaya
Masawan Putra Sejahtera Palembang sudah berjalan efektif?
1.3

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1.

Untuk mengetahui gambaran jelas penerapan pengendalian intern
persediaan barang dagangan yang diterapkan oleh perusahaan PT Jaya
Masawan Putra Sejahtera Palembang.

2.

Untuk mengetahui apakah pengendalian intern persediaan barang
dagangan pada perusahaan PT Jaya Masawan Putra Sejahtera Palembang
sudah berjalan efektif.

1.4

Kegunaan Hasil Penelitian
1.4.1

Kegunaan Praktis
Penelitian ini sangat diharapkan dapat bermanfaat dan membantu

pihak

manajemen

perusahaan

dalam

memperbaiki

perusahaan atas pengendalian persediaan barang dagangan.
1.4.2

Kegunaan Akademis
1. Bagi Penulis

kebijakan

5


Penelitian ini sangat diharapkan bermanfaat untuk menambah
pengetahuan dan wawasan penulis mengenai pengendalian intern
persediaan barang dagangan pada perusahaan dagang.
2. Bagi Pembaca
Diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan informasi,
pengetahuan dan wawasan.
3. Bagi Almamater
Sebagai referensi bagi penulis lainnya yang dapat dipergunakan
untuk melakukan penelitian maupun yang akan melakukan
penelitian dengan judul skripsi ini.

1.5

Metodelogi Penelitian
1.5.1

Jenis Data
Menurut Lungan (2012:23) data adalah keterangan-keterangan atau

fakta-fakta yang dikumpulkan dari suatu populasi atau bagian populasi yang

akan digunakan untuk menerangkan ciri-ciri populasi yang bersangkutan.
Data dibagi menjadi 2 yaitu :
1)

Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari lapangan melalui

2)

percobaan, survei dan observasi.
Data sekunder diperoleh dari data primer, biasanya dalam publikasi.

6

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder. data primer berupa hasil wawancara dengan pihak
bagian gudang. Data sekunder berupa data yang diperoleh dari pihak
perusahaan yang berkaitan dengan pengendalian internal persediaan dan
laporan persediaan PT Jaya Masawan Putra Sejahtera, buku, jurnal, studi
pustaka dan informasi lainnya yang berhubungan dengan penelitian.
1.5.2


Sumber Data
Menurut Arikuntu (2010:172), sumber data merupakan darimana data

tersebut diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini adalah PT Jaya Masawan
Putra Sejahtera dimana perusahaan ini bergerak dibidang retail yang
beralamat di Jalan Kepandean No. 75 Palembang 30111.

1.5.3

Teknik pengumpulan Data
Menurut Fathoni (2011:104) teknik pengumpulan data dapat

dibedakan menjadi:
1)

Observasi, adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap
keadaan atau perilaku objek sasaran.


2)

Wawancara, adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya
jawab lisan yang berlangsung satu arah artinya pertanyaan datang dari
pihak yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang
diwawancarai.

7

3)

Dokumentasi, adalah metode pengumpulan data melalui dokumendokumen yang ada pada perusahaan atau instansi misalnya arsip-arsip,
berkas-berkas mengenai perusahaan atau instansi tersebut.

4)

Studi Pustaka, yaitu dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku
yang ada hubungannya dengan judul dan masalah yang dibahas di
dalam penelitian untuk memperoleh data yang dapat dipergunakan
sebagai perlengkapan isi laporan akhir.

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang penulis gunakan

adalah

wawancara,

dokumentasi,

dan

studi

pustaka

yaitu

dengan

mewawancarai objek penelitian khususnya bagian gudang yaitu bapak eddi
kepala bagian gudang, mengumpulkan arsip-arsip perusahaan seperti: struktur

organisasi, Job Description, dan data persediaan PT Jaya Masawan Putra
Sejatehra dan mempelajari buku-buku referensi yang berkaitan dengan
masalah-masalah yang akan diteliti.
1.5.4

Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono (2009:13) teknik analisis data adalah cara yang

digunakan peneliti untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian. ada dua
metode analisis yaitu:
1)

Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif adalah metode analisis yang dilakukan terhadap
data dalam bentuk angka untuk menerapkan suatu penjelasan dari
angka-angka tersebut.

2)

Analisis Kualitatif

8

Analisis kualitatif adalah metode analisis data yang bukan berupa
angka-angka atau data yang berbentuk penjelasan yang tidak dapat
dinyatakan dalam bentuk angka-angka.
Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan oleh penulis
adalah analisis kualitatif berupa penjelasan dari pihak perusahaan yang
berkaitan dengan metode prosedur-prosedur barang masuk dan keluar
persediaan barang dagangan dan sistem pengendalian intern persediaan pada
PT Jaya Masawan Putra Sejahtera.

1.6

Sistematika Penulisan
Agar dapat memberikan gambaran singkat mengenai isi penulisan penelitian
ini, maka penulis membaginya menjadi beberapa bab. Dimana akan
dirumuskan setiap permasalahan dalam setiap bab secara garis besar yang
tersusun sebagai berikut:

BAB I

PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang memuat latar belakang penelitian,
perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian dan
metodelogi penelitian serta sistematika penelitian.

BAB II

LANDASAN TEORI
Pada bab ini peneliti akan menguraikan sub bab yang terdiri dari
pengertian persediaan, jenis-jenis persediaan, pengendalian intern
persediaan, unsur-unsur pengendalian intern persediaan, penelitian
terdahulu, dan kerangka pemikiran.

9

BAB III

GAMBARAN

UMUM

PT

JAYA

MASAWAN

PUTRA

SEJAHTERA
Merupakan bab yang berisikan gambaran umum PT Jaya Masawan
Putra Sejahtera yang berisikan data perusahaan yang terdiri dari
beberapa sub bab yang terdiri dari gambaran umum PT Jaya Masawan
Putra Sejahtera, visi dan misi PT Jaya Masawan Putra Sejahtera,
struktur organisasi PT Jaya Masawan Putra Sejahtera, dan uraian tugas
karyawan PT Jaya Masawan Putra Sejahtera.
BAB IV

PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan menganalisis uraian data-data sub bab yang
terdiri dari persediaan yang ada pada perusahaan, pengendalian intern
persediaan dan unsur-unsur pengendalian persediaan pada PT Jaya
Masawan Putra Sejahtera.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
Merupakan bab yang berisikan kesimpulan dan saran. Dimana penulis
membuat suatu kesimpulan dari bab-bab sebelumnya dan penulis
memberikan saran-saran yang kiranya dapat bermanfaat bagi
perusahaan.

10

11

BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1

Kajian Pustaka
2.1.1

Pengertian Persediaan
Pada setiap tingkat perusahaan, baik perusahaan kecil, menengah, dan

besar, persediaan sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan.
Perusahaan harus dapat memperkirakan jumlah persediaan yang dimilikinya.
Persediaan yang dimiliki oleh perusahaan tidak boleh terlalu banyak dan juga
tidak boleh terlalu sedikit karena akan mempengaruhi biaya yang akan
dikeluarkan untuk persediaan tersebut.
Menurut Martani, et al. (2012:246), bahwa entitas perdagangan baik
perusahaan ritel maupun perusahaan grosir mencatat persediaan sebagai
persediaan barang dagang (merchandise inventory), persediaan barang
dagang ini merupakan barang yang dibeli oleh perusahaan perdagangan untuk
dijual kembali dalam usaha normalnya. Sedangkan bagi entitas manufaktur,
klasifikasi

persediaan relatif

beragam. Persediaan mencakup persediaan

barang jadi (finished goods inventory) yang merupakan barang yang telah
siap dijual, persediaan barang dalam penyelesaian (work in process
inventory) yang merupakan barang setengah jadi, dan persediaan bahan baku
(raw material inventory) yang merupakan bahan ataupun perlengkapan yang
akan digunakan dalam proses produksi.
Menurut Soemarso (2009:89),
11 bahwa persediaan adalah bagian aktiva
lancar yang paling tidak likuid. Disamping itu, persediaan adalah aktiva

12

dimana kemungkinan kerugian/kehilangan paling sering terjadi. Persediaan
barang dagangan(merchandise inventory) adalah barang-barang yang dimiliki
perusahaan untuk dijual kembali sedangkan untuk perusahaan pabrik,
termasuk persediaan

adalah barang-barang yang akan digunakan

untuk

proses produksi selanjutnya.
Persediaan memiliki beberapa fungsi penting bagi perusahaan, yaitu:
a) Untuk menyeimbangkan produksi dan distribusi.
b) Untuk memperoleh keuntungan dari potongan kuantitas,karena
membeli dalam jumlah yang banyak diskon.
c) Untuk menjaga kelangsungan operasi dengan cara persediaan
dalam proses.
d) Untuk menghindari kekurangan persediaan yang dapat terjadi
karena cuaca, kekurangan pasokan, mutu, dan ketidaktepatan
pengiriman.
e) Agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi akan terjadi.
f) Untuk hedging dari inflasi dan perubahan harga.
Biaya persediaan terdiri dari seluruh pengeluaran, baik yang langsung
maupun tidak langsung, yang berhubungan dengan pembelian, persiapan, dan
penempatan persediaan untuk dijual. Biaya persediaan bahan baku atau
barang yang diperoleh untuk dijual kembali,biaya

termasuk harga

pembelian,pengiriman,penerimaan, penyimpanan, dan seluruh biaya yang
terjadi sampai barang siap untuk dijual.
Masalah penentuan besarnya persediaan sangatlah penting bagi
perusahaan, Karena persediaan memiliki efek langsung terhadap keuntungan
perusahaan. Kesalahan dalam menentukan besarnya investasi (yang

13

ditanamkan) dalam persediaan akan menekan keuntungan perusahaan.
2.1.2

Jenis-Jenis Persediaan
Menurut Jusup, Al Haryono (2011:418), Jenis persediaan yang

dimiliki perusahaan tergantung pada bidang perusahaan yang bersangkutan.
Perusahaan jasa tidak memiliki persediaan karena perusahaan semacam itu
tidak memperdagangkan barang. Berbeda halnya dengan perusahaan dagang
dan manufaktur.
Jenis-jenis persediaan akan berbeda sesuai dengan bidang atau
kegiatan normal usaha perusahaan tersebut. Berdasarkan bidang usaha
perusahaan dapat terbentuk perusahaan industri (Manufacture), perusahaan
dagang ataupun perusahaan jasa. Untuk perusahaan industri maka jenis
persediaan yang dimiliki adalah persediaan bahan baku (raw material), barang
dalam proses (work in process), persediaan barang jadi (finished goods), serta
bahan pembantu yang akan digunakan dalam proses produksi. Dalam
perusahaan dagang maka persediaannya hanya satu yaitu barang dagang.
Untuk persediaan barang setengah jadi atau barang jadi harus
dipahami bahwa mungkin saja barang setengah jadi bagi perusahaan lain
karena proses produksi bagi perusahaan tersebut hanya disitu. Namun dapat
saja terjadi barang setengah jadi atau barang jadi bagi suatu perusahaan
merupakan bahan baku bagi perusahaan lainnya. Jadi, untuk menentukan
apakah persediaan tersebut bahan baku, barang setengah jadi ataupun barang
jadi bagi perusahaan harus dilihat apakah persediaan tersebut sebagai input
atau output dari perusahaan atau hasil dari bagian yang mana dari proses
perusahaan tersebut.

14

Menurut

Hery

(2011:70),

Perusahaan

mengklasifikasikan

persediaannya tergantung apakah perusahaan adalah perusahaan dagang atau
perusahaan manufaktur. Untuk perusahaan dagang persediaannya adalah
persediaan barang dagangan, dimana barang dagangan ini dimiliki oleh
perusahaan dan sudah langsung dalam bentuk siap untuk dijual dalam
kegiatan bisnis normal perusahaan sehari-hari. Sedangkan untuk perusahaan
manufaktur, mula-mula persediaannya belum siap untuk dijual sehingga perlu
diolah terlebih dahulu. Persediaannya diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu
bahan mentah, barang setengah jadi, dan barang jadi. Jadi, dalam perusahaan
manufaktur, perusahaan jenis ini terlebih dahulu akan mengubah input atau
bahan mentah (raw material) menjadi output atau barang jadi (finished
goods), baru kemudian dijual kepada para pelanggan.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa persediaan barang
dagang tidak berhubungan dengan tingkat penyelesaian seperti pada
perusahaan industri, sebab persediaan barang dagang dapat berupa persediaan
bahan baku, barang setengah jadi, ataupun barang jadi. Selain jenis-jenis
persediaan yang telah dijelaskan diatas berdasarkan jenis, untuk perusahaan
jasa persediaannya secara eksplisit sulit didefinisikan, namun persediaannya
dapat diartikan sebagai besarnya biaya jasa yang meliputi upah dan biaya
personalia lainnya yang secara langsung belum dikeluarkan dalam menangani
pemberian jasa.
2.1.3

Sistem Pencatatan Persediaan
Metode pencatatan persediaan barang dagang ada dua yaitu:
1)

Metode Pencatatan Fisik (Physical Inventory Method)

15

Warren, James dan Philip (2009:138) menyatakan bahwa pada
sistem persediaan periodik pencatatan pendapatan dari penjualan
dilakukan dalam

cara

yang

sama dengan sistem persediaan

perpetual, yaitu setiap kali tejadi penjualan, tetapi harga pokok
penjualan tidak dicatat setiap kali terjadi penjualan. Akun-akun dalam
sistem persediaan periodik terdiri dari pembelian, retur dan potongan
pembelian, diskon pembelian, ongkos kirim pembelian.
Dalam

sistem persediaan periodik, pembelian persediaan

dicatat dalam akun pembelian dan bukan dalam akun persediaan. Pada
akhir

periode,

perhitungan

fisik

persediaan

dilakukan

untuk

menentukan harga pokok penjualan dan biaya persediaan.
Hamizar dan Nuh (2009:92) menyatakanbahwa Sistem
Pencatatan Secara Fisik/Periodik (Physical/Periodic InventorySystem)
sistem ini tidak secara langsung berkaitan dengan barang dagang yang
bersangkutan. Misalnya bila terjadi pembelian barang

dagangan

akan dicatat pada rekening khusus yaitu pembelian dan penjualan
barang dagangan dicatat pada rekening penjualan.
Suhayati dan Anggadini (2009:126),menjelaskan Sistem
Pencatatan Fisik/Periodik (Physical/Periodic Inventory System)
merupakan pencatatan persediaan, dimana:
a)

Mutasi

persediaan

tidak

menggunakan

buku

besar

(inventory)melainkan memakaiperkiraanpurchases, purchases
return, sales, sales returndan sebagainya.
b)

Tidak memakai kartu persediaan.

16

c)

Kalkulasi biaya persediaan dengan menetapkan persediaan
akhir telebih dahulu melalui perhitungan secara fisik
selanjutnya dihitung cost of good sold.

2)

Metode Pencatatan Perpetual (Perfetual Inventory Method)
Hery (2011:71) dalam sistem pencatatan perpetual, catatan

mengenai harga pokok dan masing-masing barang dagangan yang
dibeli maupun yang dijual diselenggarakan secara terperinci. Sistem
pencatatan ini akan secara terus-menerus menunjukkan berapa
besarnya saldo persediaan barang dagangan yang ada di gudang untuk
masing-masing jenis persediaan. Dengan sistem pencatatan perpetual,
harga pokok dari barang yang dijual ditentukan setiap kali penjualan
terjadi.
Suhayati dan Anggadini (2009:132) menyatakan
sistem perpetual

bahwa

adalah suatu sistem penilaian persediaan yang

pencatatan persediaannya dilakukan secara terus-menerus dalam kartu
persediaan. Reeve dan Warren (2009:348) menyatakan bahwa sistem
persediaan perpetual dalam perusahaan dagang menghasilkan alat
pengendalian persediaan yang efektif, dimana buku besar pembantu
persediaan menjaga kuantitas persediaan pada tingkat tertentu,
memungkinkan pemesanan kembali tepat pada waktunya dan
mencegah pemesanan kembali dalam jumlah yang berlebihan.
Hasil perhitungan fisik persediaan yang dilakukan
dibandingkan dengan catatan persediaan. Akun persediaan pada awal
periode akuntansi menunjukkan persediaan tersedia pada tanggal
tersebut. Pembelian dicatat dengan mendebit persediaan dan

17

mengkredit kas/utang usaha. Pada tanggal terjadinya penjualan, harga
pokok penjualan dicatat dengan mendebit harga pokok penjualan dan
mengkredit persediaan. Dalam pencatatan persediaan secara perpetual,
sistem dimana setiap persediaan yang masuk dan keluar dicatat dan
dibukukan.
Hamizar dan Nuh (2009:109) menjelaskan bahwa dalam
pencatatan persediaan secara perpetual, dimana setiap persediaan yang
masuk dan keluar dicatat dan dibukukan.Pencatatan perpetual
merupakan sistem pencatatan transaksi persediaan yang akan langsung
mempengaruhi persediaan barang dagang. Misalnya untuk mencatat
transaksi pembelian barang dagangan langsung dicatat pada rekening
persediaan disebelah debet dan penjualan barang dagangan dicatat
pula pada rekening disebelah kredit. Metode pencatatan ini dibantu
dengan buku pembantu persediaan barang dagangan dengan membuat
kartu persediaan barang (stock card).Setiap jenis barang dibuatkan
kartu persediaan dan didalam pembukuan dibuatkan rekening
pembantu persediaan. Rincian dalam buku pembantu bisa diawasi dari
rekening kontrol persediaan barang dalam buku besar. Rekening yang
digunakan untuk mencatat persediaan ini terdiri dari beberapa kolom
yang dapat dipakai untuk mencatat pembelian, penjualan, dan saldo
persediaan. Setiap perubahan dalam persediaan diikuti dengan
pencatatan dalam rekening persediaan sehingga jumlah persediaan
sewaktu-waktu dapat diketahui dengan melihat kolom saldo dalam
rekening persediaan.

18

Ciri-ciri penting dalam sistem perpetual pada penjumlahan
adalah:
a.

Pembelian barang dagangan dicatat dengan mendebet rekening
persediaan.

b.

Harga pokok penjualan dihitung untuk tiap transaksi penjualan
dan dicatat dengan mendebet rekening HPP pada persediaan.

c.

Persediaan merupakan rekening kontrol dan dilengkapi dengan
buku pembantu persediaan yang berisi catatan untuk setiap
jenis persediaan. Buku pembantu persediaan

menunjukkan

kuantitas dan harga perolehan untuk setiap jenis barang yang
ada dalam persediaan.

2.1.4

Metode Penilaian Persediaan
Martani, et al. (2012:251) menyatakan bahwa terdapat tiga alternatif

yang dapat dipertimbangkan oleh suatu entitas terkait dengan asumsi arus
biaya, yaitu:
1)

Metode Identifikasi Khusus

2)

Masuk Pertama Keluar Pertama (FIFO)

3)

Rata-rata Tertimbang

Hamizar dan Nuh (2009:117) menyatakan pencatatan persediaan
dengan sistem perpetual, setiap terjadi transaksi penjualan barang dagang
diadakan perhitungan dan pencatatan harga pokok penjualan.
Menurut Warren, James dan Philip (2009:151), penilaian persediaan
akhir dengan sistem perpetual dapat dilakukan dengan Metode FIFO (First In
First Out), Metode LIFO (Last In First Out) dan Metode Rata-rata

19

Tertimbang (Average), sebagai berikut:
1)

Metode FIFO (First In First Out)
Persediaan akhir berasal dari biaya paling akhir, yaitu barang-

barang yang dibeli paling akhir. Kebanyakan perusahaan menjual
barang berdasarkan urutan yang sama dengan saat barang dibeli,
terutama dilakukan untuk barang yang tidak tahan lama dan barang
yang modelnya sering berubah. Dalam metode FIFO (First In First
Out)/MPKP (Masuk Pertama Keluar Pertama), biaya diasumsikan
dalam harga pokok penjualan dengan urutan yang sama saat biaya
tersebut terjadi.
2)

Metode LIFO (Last In First Out)
Reeve, et al. (2015:350) menyatakan bahwa metode LIFO

adalah biaya unit yang terjual berasal dari biaya pembelian yang
terakhir. Metode ini awalnya dibatasi pada situasi yang sangat jarang
dimana unit yang terjual diambil dari barang yang diperoleh paling
akhir.
Warren, James dan Philip (2009:163) menyatakan persediaan
akhir berasal dari biaya paling awal, yaitu barang-barang yang dibeli
pertama kali. Biaya unit yang terjual merupakan biaya dari pembelian
yang terakhir.
Metode ini merupakan kebalikan dari metode FIFO (First In
First Out)/MPKP (Masuk Pertama Keluar Pertama). Pada metode
LIFO (Last In First Out) / MTKP (Masuk Terakhir Keluar Pertama),
maka barang yang dibeli terakhir harus dijual atau dikeluarkan terlebih

20

dahulu. Bilapenjualan (pengeluaran) barang yang terakhir melebihi
jumlah pembelian barang dagang yang terakhir tadi,maka diambilkan
pada pembelian sebelumnya.
3)

Metode Rata-rata Tertimbang (Average)
Dalam metode ini, barang-barang yang dikeluarkan akan

dibebankan harga pokok pada akhir periode, karena harga pokok
rata-rata baru dihitung pada akhir periode dan akibatnya, jurnal untuk
mencatat berkurangnya persediaan barang juga dibuat pada akhir
periode. Apabila harga pokok rata-rata setiap saat sering kali terjadi
pembelian barang, sehingga dalam satu periode akan terdapat
beberapa harga pokok rata-rata.
Martani, et al. (2012:254) menyatakan untuk menghitung biaya
persediaan dengan menggunakan metode rata-rata tertimbang terlebih
dahulu harus dihitung biaya rata-rata per unit yaitu dengan membagi
biaya barang yang tersedia untuk dijual dengan unit yang tersedia
untuk dijual. Persediaan akhir dan beban pokok penjualan dihitung
dengan dasar harga rat-rata tersebut.
Warren, James dan Philip (2009:167) menyatakan biaya
persediaan per unit merupakan rata-rata biaya pembelian. Biaya unit
rata-rata untuk setiap jenis barang dihitung setiap kali terjadi
pembelian. Data berikut ini merupakan contoh penilaian persediaan
dengan metode rata-rata (Average).
2.1.5

Pengertian dan Unsur-Unsur Pengendalian Internal
Pengendalian internal harus dilaksanakan seefektif mungkin dalam

21

suatu perusahaan untuk mencegah dan menghindari terjadinya kecurangan
dan penyelewengan. Diperusahaan kecil, pengendalian masih dapat dilakukan
langsung oleh pimpinan perusahaan. Namun semakin besar perusahaan,
dimana ruang gerak dan tugas-tugas yang dilakukan semakin kompleks,
menyebabkan pimpinan perusahaan tidak mungkin melakukan pengendalian
secara langsung, maka dibutuhkan suatu pengendalian internal yang dapat
memberikan keyakinan kepada pimpinan bahwa tujuan telah tercapai.
2.1.5.1 Pengertian Pengendalian Internal
Reeve, et al. (2015:388) mendefinisikan pengendalian internal
adalah kebijakan dan prosedur yang digunakan untuk melindungi aset,
menjamin keakuratan informasi usaha dan memastikan kepatuhan
pada hukum dan peraturan

yang berlaku. Menurut Mulyadi

(2016:129) mendefinisikan pengendalian internal meliputi struktur
organsisasi, metode, ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk
menjaga kekayaan organisasi, mengecek penelitian dan keandalan data
akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan
manajemen. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal
merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mencapai tujuan
organisasi yang terdiri dari berbagai kebijakan, prosedur, teknik,
peralatan fisik, dokumentasi, dan manusia.
Menurut tujuannya, sistem pengendalian internal tersebut dapat
dibagi menjadi dua macam,yaitu:
1) Pengendalian internal akuntansi (internal accounting control).
2) Pengendalian

internal

administratif

(internal

administrative

22

control).
Pengendalian internal akuntansi, yang merupakan bagian dari
sistem pengendalian internal, meliputi struktur organisasi, metode dan
ukuran-ukuran yang

dikoordinasikan

terutama

untuk

menjaga

kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan data
akuntansi. Pengendalian internal akuntansi yang baik akan menjamin
keamanan kekayaan para investor dan kreditur yang ditanamkan dalam
perusahaan dan akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat
dipercaya. Pengendalian internal administratif meliputi struktur
organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama
untuk mendorong efisiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen.
Menurut Reeve, et al. (2015:389) Tujuan pengendalian internal
adalah menyediakan keyakinan yang memadai bahwa:
1) aset telah dilindungi dan digunakan untuk keperluan bisnis.
2) informasi bisnis akurat.
3) karyawan mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku.
2.1.5.2 Unsur-Unsur Pengendalian Internal
Menurut Reeve, et al. (20015:390) Manajemen bertanggung
jawab merancang dan menerapkan lima elemen pengendalian internal
dalam mencapai tujuan pengendalian internal. Elemen-elemen tersebut
adalah:
1)

Lingkungan pengendalian
Lingkungan

pengendalian

perusahaan

adalah

perilaku

manajemen dan karyawan secara keseluruhan mengenai pentingnya

23

pengendalian. Salah satu faktor yang memengaruhi lingkungan
pengendalian adalah filosofi dan gaya operasional manajemen.
Manajemen

yang

secara

pencapaian

target

operasi

berlebihan
dan

menekankan

menyimpang

dari

pentingnya
kebijakan

pengendaliannya, secara tidak langsung dapat mendorong karyawan
untuk mengabaikan pengendalian.
Struktur organisasi perusahaan, yang merupakan kerangka
kerja untuk perencanaan dan pengendalian operasi, juga memengaruhi
lingkungan pengendalian. Kebijakan personalia juga berpengaruh pada
lingkungan pengendalian.
Kebijakan personalia meliputi pemberian kontrak kerja,
pelatihan, evaluasi, kompensasi, dan promosi karyawan. Deskripsi
pekerjaan, kode etik karyawan, dan kebijakan atas konflik kepentingan
merupakan bagian dari kebijakan personalia. Kebijakan semacam ini
dapat membuat lingkungan pengendalian internal menjadi lebih baik
jika dapat memberi keyakinan yang memadai bahwa hanya karyawan
yang kompeten dan jujur yang akan dipekerjakan dan dipertahankan.
2)

Penilaian risiko (risk assessment)
Semua perusahaan menghadapi risiko, risiko dapat berupa

perubahan permintaan pelanggan, ancaman pesaing, perubahan
peraturan, perubahan dalam faktor-faktor ekonomi, seperti tingkat
suku bunga maupun pelanggaran karyawan terhadap kebijakan dan
prosedur perusahaan. Manajemen harus menilai risiko-risiko tersebut
dan

melakukan

tindakan-tindakan

yang

diperlukan

untuk

24

mengendalikannya sehingga tujuan pengendalian internal dapat
dicapai. Saat risiko dapat diidentifikasi, risiko dapat dianalisis untuk
memperkirakan seberapa penting risiko tersebut untuk menilai
kemungkinan terjadinya risiko tersebut dan menentukan tindakan yang
dapat menekan risiko tersebut.
3)

Prosedur pengendalian
Prosedur pengendalian dibuat untuk memberikan keyakinan

yang memadai bahwa tujuan perusahaan dapat dicapai, termasuk
mencegah kecurangan. Menurut Siregar, et al.( 2013:6), Pengendalian
adalah usaha sistematis yang dilakukan manajemen untuk mencapai
tujuan secara efisisen dan efektif. Pengendalian dilaksanakan dengan
membandingkan kinerja dengan rencana dan mengambi tindakan yang
perlu untuk menghilangkan berbagai penyimpangan.
4)

Pengawasan
Pengawasan terhadap sistem pengendalian internal dapat

menemukan kelemahan-kelemahan dan memperbaiki efektifitas
pengendalian. Sistem pengendalian internal dapat diawasi melalui
usaha manajemen yang berkelanjutan termasuk memantau perilaku
karyawan sinyal peringatan dari sistem akuntansi.
Secara umum, evaluasi pengawasan terpisah dilakukan pada
saat terjadi perubahan besar dalam strategi, manajemen senior, struktur
bisnis, atau operasi. Pada perusahaan besar, auditor internal yang
independen terhadap operasi biasanya bertanggung jawab atas
pengawasan sistem pengendalian internal. Auditor internal dapat

25

melaporkan masalah-masalah dan hal-hal yang mendapat perhatian
khusus kepada komite audit atau dewan direksi yang independen
terhadap manajemen. Selain itu, auditor eksternal juga dapat
mengevaluasi pengendalian internal sebagai bagian dari audit tahunan
atas laporan keuangan.
5)

Informasi dan komunikasi
Informasi dan komunikasi merupakan elemen penting dalam

pengendalian internal. Pengertian informasi dan komunikasi dalam hal
ini lebih luas cakupannya dan sudah termasuk didalamnya sistem
akuntansi.
2.1.6

Pengendalian Internal Persediaan
Menurut Hery (2011:72), Pengendalian internal persediaan sangat

mutlak diperlukan mengingat aktiva ini tergolong cukup lancar. Tujuan utama
diterapkannya pengendalian internal tersebut yaitu untuk mengamankan atau
mencegah aktiva perusahaan dari tindakan pencurian, penyelewengan,
penyalahgunaan, dan kerusakan, serta menjamin keakuratan (ketepatan)
penyajian persediaan dalam laporan keuangan. Didalamnya, termasuk
pengendalian atas keabsahan transaksi pembelian dan penjualan barang
dagangan.
Menurut Reeve, et al. (2015:343) Pengendalian yang baik atas
persediaan harus dilakukan dan harus segera dimulai saat persediaan diterima.
Dua tujuan utama dari pengendalian atas persediaan adalah melindungi
persediaan dan melaporkannya dengan benar dalam laporan keuangan.
Laporan penerimaan harus dilengkapi oleh departemen penerimaan

26

perusahaan sebagai akuntabilitas awal atas persediaan. Untuk memastikan
persediaan yang diterima adalah barang yang dipesan, laporan penerimaan
harus sesuai dengan pesanan pembelian barang yang dikeluarkan perusahaan.
Pengendalian untuk melindungi persediaan meliputi mengembangkan
dan menggunakan tindakan keamanan untuk mencegah kerusakan persediaan
atau pencurian oleh pelanggan atau karyawan. Mengenai tempat penyimpanan
persediaan, persediaan seharusnya disimpan dalam gudang yang dimana
aksesnya dibatasi hanya untuk karyawan tertentu saja. Setiap pengeluaran
barang dari gudang seharusnya dilengkapi atau didukung dengan formulir
permintaan barang, yang telah diotorisasi sebagaimana mestinya.
Untuk memastikan keakuratan jumlah persediaan yang dilaporkan
dalam laporan keuangan, sebuah perusahaan dagang perlu melakukan
penghitungan fisik persediaan (physical inventory), yaitu menghitung
persediaan secara fisik. Pada sistem persediaan perpetual, hasil penghitungan
fisik dibandingkan dengan catatan persediaan untuk menghitung jumlah
persediaan yang hilang atau rusak.Jika persediaan yang hilang jumlahnya
tidak normal, maka manajemen dapat menyelidiki lebih jauh dan melakukan
tindakan perbaikan yang diperlukan. Kebanyakan perusahaan melakukan
penghitungan fisik saat tingkat persediaan paling rendah. Sebagai contoh,
kebanyakan peritel melakukan penghitungan fisik pada akhir januari dan
februari, yaitu setelah penjualan musim liburan akhir tahun dan sebelum
memesan kembali persediaan untuk musim berikutnya.
2.1.7. Ciri-Ciri Pengendalian Internal Yang Efektif
Menurut Akmal (2010: 45) ciri-ciri pengendalian internal yang efektif

27

yaitu:
1.

Tujuannya jelas
Jika suatu pengendalian tidak dapat dimengerti, maka prosedur
pengendalian tersebut tidak akan digunakan dan jika tidak mempunyai
tujuan yang jelas, maka pengendalian tersebut tidak memiliki nilai.

2.

Dibangun untuk tanggung jawab bersama
Suatu pengendalian internal harus dapat dimanfaatkan oleh seluruh
pengguna atau oleh seluruh pihak yang berkaitan.

3.

Biaya yang dikeluarkan dapat mencapai tujuan
Biaya yang dikeluarkan harus mencapai tujuan yang ditetapkan,
namun biaya tersebut tidak boleh melebihi dari manfaat yang
dihasilkannya.

4.

Didokumentasikan
Proses dokumentasi yang baik adalah proses dokumentasi yang
sederhana dan dapat dengan mudah dimengerti, serta jelas
hubungannya dengan risiko pengendaliam dan memberikan keyakinan
kepada manajemen bahwa pengendalian internal ini berada pada
tempatnya.

5.

Dapat diuji dan direview
Proses pengendalian, manajemen, dan dokumentasinya dapat diuji dan
direview agar dapat disempurnakan atau dapat diperbarui jika proses
pengendalian internal yang dilakukan sudah tidak sesuai dengan
kondisi pada saat pengendalian dilakukan.

28

2.2

Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa penelitian terdahulu

yang relevan sebagai bahan referensi dan perbandingan. Adapun penelitiannya adalah
sebagai berikut:
Penelitian Tahir (2013) Kajian Persediaan Barang Dagang Ditinjau Dari
Pengendalian Intern Pada Utama Service Station. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa

pelaksanaan pengendalian intern barang dagangan pada Utama Service

Station sudah sesuai dengan teori, namun harus melakukan pemisahan tugas sesuai
dengan tugas pokok masing-masing dan memperketat keamanan persediaan barang
dagangan.
Penelitian Effendy dan Murdihardjo (2013) Peranan Pengendalian Intern
Persediaan Barang Dagangan Dalam Menunjang EfektifitasPengelolaan Persediaan
Pada PT. Ramayana Lestari Sentosa,Tbk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
PT. Ramayana Lestari Sentosa,Tbk internal kontrol sediaan barang dagangan sudah
cukup baik karena perusahaan telah menerapkan unsur-unsur pengendalian intern
yang memadai, namun dalam penerimaan dan penyimpanan seharusnya pihak
manajemen menunjuk personil khusus yang menanganinya agar efektif dan efisien.
Penelitian Tamodia (2013)Evaluasi Penerapan Sistem Pengendalian Intern
Untuk Persediaan Barang Dagangan Pada PT Laris Manis Cabang Manado. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa evaluasi sistem pengendalian intern persediaan sudah
efektif, dimana adanya pemisahan tugas antara fungsi-fungsi terkait dengan
penerimaan dan pengeluaran barang dan pemantauan terhadap persediaan barang
dagangan juga dilakukan secara rutin setiap sebulan sekali oleh bagian gudang
melalui kegiatan stock opname.

29

Penelitian Siska dan Syafitri (2012) Analisis Sistem Pengendalian Persediaan
Barang Dagang Pada PT. Sungai BudiPalembang. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Prosedur pemesanan, penerimaan dan pengeluaranpersediaan barang dagang
pada PT. Sungai Budi di Palembang sudah memadai, namun padaperusahaan belum
menerapkan perhitungan EOQ, ROP dan Safety Stock dalam pengelolaan
danpengendalian persediaan.
Penelitian Handayani (2012) Evaluasi Pengendalian Internal Sediaan Barang
Pada Toko Kesongo Tuntang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur
organisasi pada Toko Kesongo sudah cukup baik, akan tetapi masih banyak bagianbagian yang kosong dan mengakibatkan perangkapan jabatan pada karyawan,
aktivitas pengendalian yang dilakukan terhadap pelaksanaan penerimaan dan
pengeluaran sediaan barang masih belum memadai, dikarenakan masih belum adanya
pemisahan atau bagian khusus untuk menangani masalah ini, Sistem informasi dan
komunikasi yang dilakukan oleh Toko Kesongo masih belum efektif karena masih
mempuyai kekurangan pada dokumen-dokumen yang seharusnya digunakan dalam
sistem pembelian barang sediaan.
Penelitian Widiasa (2015) Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Persediaan
Barang Dagang Pada UD Tirta Yasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur
organisasi pada UD Tirta Yasa sudah cukup memadai, akan tetapi masih banyak
bagian-bagian yang kosong dan mengakibatkan perangkapan jabatan pada karyawan,
aktivitas pengendalian yang dilakukan terhadap pelaksanaan penerimaan dan
pengeluaran persediaan barang masih belum memadai, dikarenakan masih belum
adanya pemisahan atau bagian khusus untuk menangani masalah ini, dan efektifitas
pengelolaan persediaan barang dagang yang dilakukan oleh UD Tirta Yasa sudah

30

efektif namun kurang memadai karena masih mempunyai kekurangan pada dokumendokumen yang seharusnya digunakan dalam sistem pembelian barang persediaan.
Penelitian Wicaksono (2015) Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Atas
Persediaan Pada Senyum Media Jember. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem
pengendalian intern atas persediaan pada Senyum Media Jember sudah cukup
memadai, namun belum ada komite audit yang dapat menimbulkan peluang adanya
kecurangan yang dilakukan karyawan sendiri dan masih perlu dilakukan peningkatan
keamanan. Secara ringkas penelitian terdahulu ini dapat dilihat pada tabel 2.8 berikut
ini:
Tabel 2.1
Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu
No
1

Peneliti
Muhammad Tahir,
2013

Judul
“Kajian Persediaan Barang
Dagang Ditinjau Dari

Hasil Penelitian
Hasil penelitian

menunjukkan

bahwa pelaksanaan pengendalian

Pengendalian Intern Pada

intern

Utama Service Station”

Utama

barang

dagangan

pada

Station

sudah

Service

sesuai dengan teori, namun harus
melakukan
sesuai

pemisahan

dengan

tugas

tugas
pokok

masing-masing dan memperketat
keamanan
2

Marwan Effendy dan

“Peranan Pengendalian Intern

Lukas Murdihardjo,

Persediaan Barang

2013

Dagangan Dalam Menunjang

persediaan

dagangan.
Hasil penelitian

barang

menunjukkan

bahwa pada PT. Ramayana Lestari
Sentosa,Tbk

internal kontrol

Efektivitas

sediaan barang dagangan sudah

Pengelolaan Persediaan Pada

cukup baik karena perusahaan

PT. Ramayana Lestari
Sentosa,Tbk”

telah

menerapkan

pengendalian
memadai,

unsur-unsur

intern
namun

penerimaan

dan

seharusnya

pihak

yang
dalam

penyimpanan
manajemen

menunjuk personil khusus yang

31

menanganinya agar efektif dan
3

Widya Tamodia,
2013

“Evaluasi Penerapan Sistem
Pengendalian Intern
Untuk Persediaan Barang
Dagangan Pada
PT. Laris Manis Utama
Cabang Manado”

4

Siska dan
Lili Syafitri,
2012

5

Siti Handayani,
2012

“Evaluasi Pengendalian
Internal
Sediaan Barang Pada Toko
Kesongo
Tuntang”

6

Ketut Widiasa,I Made
Pradana Adi Putra,I Gusti
Ayu Purnamawati,
2015

“Evaluasi Sistem
Pengendalian Intern
Persediaan Barang Dagang
Pada UD Tirta Yasa”

“Analisis Sistem
Pengendalian Persediaan
Barang Dagang Pada PT.
Sungai Budi
Palembang”

efisien.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa
evaluasi
sistem
pengendalian intern persediaan
sudah efektif, dimana adanya
pemisahan tugas antara fungsifungsi terkait dengan penerimaan
dan pengeluaran barang dan
Pemantauan terhadap persediaan
barang dagangan juga dilakukan
secara rutin setiap sebulan sekali
oleh bagian gudang melalui
kegiatan stock opname.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Prosedur pemesanan,
penerimaan dan pengeluaran
persediaan barang dagang pada
PT. Sungai Budi di Palembang
sudah memadai, namun pada
perusahaan belum menerapkan
perhitungan EOQ, ROP dan
Safety Stock dalam pengelolaan
dan pengendalian persediaan.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa struktur organisasi pada
Toko Kesongo sudah cukup baik,
akan tetapi masih banyak bagianbagian
yang
kosong
dan
mengakibatkan
perangkapan
jabatan pada karyawan, aktivitas
pengendalian yang dilakukan
terhadap pelaksanaan penerimaan
dan pengeluaran sediaan barang
masih
belum
memadai,
dikarenakan masih belum adanya
pemisahan atau bagian khusus
untuk menangani masalah ini,
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa struktur organisasi pada
UD Tirta Yasa sudah cukup
memadai, akan tetapi masih
banyak
bagian-bagian
yang
kosong
dan
mengakibatkan
perangkapan
jabatan
pada
karyawan, aktivitas pengendalian
yang
dilakukan
terhadap
pelaksanaan penerimaan dan
pengeluaran persediaan barang
masih
belum
memadai,
dikarenakan masih belum adanya
pemisahan atau bagian khusus
untuk menangani masalah ini, dan
efektifitas pengelolaan persediaan
barang dagang yang dilakukan

32

oleh UD Tirta Yasa sudah efektif
namun kurang memadai karena
masih mempunyai kekurangan
pada dokumen-dokumen yang
seharusnya digunakan dalam
sistem
pembeliaan
barang
persediaan.
7
Agung Adhi Wicaksono,
“Evaluasi Sistem
Hasil penelitian menunjukkan
2015
Pengendalian Intern Atas
bahwa sistem pengendalian intern
Persediaan Pada Senyum
atas persediaan pada Senyum
Media Jember”
Media Jember sudah berjalan
efektif, namun belum ada komite
audit yang dapat menimbulkan
peluang adanya kecurangan yang
dilakukan karyawan sendiri dan
masih
perlu
dilakukan
peningkatan keamanan.
Sumber: Ketut Widiasa,I Made Pradana Adi Putra,I Gusti Ayu Purnamawati (2015), Marwan Effendy
dan Lukas Murdihardjo (2013), Widya Tamodia (2013), Siska danLili Syafitri (2012), Siti Handayani
(2012), Muhammad Tahir (2013), Agung Adhi Wicaksono (2015).

Perbedaan penelitian saya dengan penelitian terdahulu yaitu dengan melihat
penerapan pengendalian internal melalui masuk keluar barang yang dilakukan dalam
kurun waktu satu tahun oleh bagian gudang, aktivitas bagian gudang yang belum
efektif, kehilangan dan pencurian yang dilakukan oleh karyawan sendiri menjadi
tanggung jawab bagian gudang sehingga masih perlu dilakukan peningkatan akses
masuk kedalam gudang yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan.
2.3

Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran ini dibuat untuk memberikan gambaran penelitian yang

akan dilakukan mengenai analisis pengendalian internal persediaan pada PT Jaya
Masawan Putra Sejahtera untuk mengetahui apakah penerapan pengendalian intern
perusahaan PT Jaya Masawan Putra Sejahtera sudah efektif dan efisien.
Berdasarkan teori-teori yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat
digambarkan kerangka pemikiran penelitian sebagai berikut:
PT Jaya Masawan Putra Sejahtera

33

Pengendalian Internal

Pengendalian Persediaan

Analisis dan Evaluasi Pengendalian
Internal persediaan
Belum Efektif

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

BAB III
GAMBARAN UMUM PT JAYA MASAWAN PUTRA SEJATEHRA
PALEMBANG

3.1.

Sejarah PT Jaya Masawan Putra Sejahtera
PT. Jaya Masawan Putra Sejahtera merupakan salah satu perusahaan retail
yang berkembang di Provinsi Sumatera Selatan yang hingga saat ini memiliki 8
outlet yang tersebar di Provinsi Sumatera Selatan dan beberapa outlet yang ada
diluar Provinsi Sumatera Selatan. perusahaan retail yang berkembang sejak tahun
1978 ini didirikan oleh bapak yusuf masawan beserta istri, ibu junlia susanti yang
diawali dengan usaha dibidang konveksi, tetapi berkat kerja keras dan kegigihan
mereka toko konveksi berubah menjadi perusahaan retail yang berkembang.
adapun sejarah perjalanan PT Jaya Masawan Putra Sejahtera adalah sebagai
berikut:
1. Tahun 1978, PT Jaya Masawan Putra Sejahtera diawali dengan berdirinya toko
konveksi yakni toko puncak yang berlokasi penjualan di lorong basah no.77.
toko ini berdiri dengan kokoh selama lebih kurang sepuluh tahun. namun
pada akhirnya tahun 1988 tidak diteruskan karena habis masa kontraknya.
2. Tahun 1983,selang lima tahun sejak pembukaan toko pertamanya bapak yusuf
masawanmendirikan satu toko lagi,yakni JM Fashion Shop yang terletak di

34

35

beringin janggut II tepatnya pada 8 april 1983 dan bertahan hingga 1988
karena tidak diteruskan lagi masa kontraknya.
3. Tahun 1984, di Dika Shoping Center berdiri lagi satu toko bernama Ratu
Fashion pada 8 april 1984 dan bertahan hingga tahun 1988 karena musibah
kebakaran sehingga tidak lagi beroperasi.
4. Tahun 1985,dengan konsep yang sama pada 8 april 1985 berdiri lagi satu pusat
perbelanjaan Di Makmur Shoping Center yang bernama President Dept.Store
tetapi karena musibah kebakaran pada tahun 1988 akhirnya toko ini ditutup.
5. Tahun 1986, menghadirkan konsep yang berbeda dengan sebelumnya bapak
Yusuf Masawan mendirikan outlet terbesarnya yang memakan waktu 2 tahun
untuk pembangunannya.dimulai tahun 1986 peletakan batu pertama untuk
gedung pertama yang dibangun hingga tahun 1988 tepatnya tanggal 3 April
outlet ini dibuka dengan nama JM Plaza.seiring berjalannya waktu dan karena
perkembangan zaman akhirnya JM Plaza berganti nama menjadi Pasaraya JM
dan berdiri kokoh hingga saat ini serta menjadi toko pusat untuk JM Group.
6.Tahun

1989,

pada

april

1989

didirikan

satu

outlet

lagi

bernama

PasarayaBandung yang berlokasi penjualan di jalan TP.Rustam Effendi
No.30.walaupun masih berdiri kokoh hingga saat ini,tetapi pada tahun 1988
outlet Pasaraya Bandung pernah mengalami musibah kebakaran,meskipun
pada akhirnya saat memasuki tahun 2000 pasaraya bandung dibuka kembali

36

untuk umum. pada tanggal 10 April 2012, Pasaraya Bandung resmi mengalami
perluasan untuk area supermarket.
7.Tahun 1991, berselang 2 tahun kemudian diwilayah seberang ulu 1 berdiri
outlet yang bernama Ampera Dept.Store, tetapi outlet yang merambah
konsumen dikawasan seberang ulu ini mengalami musibah kebakaran pada
tahun 1998 dan harus ditutup untuk umum.
8. Tahun 1993,pada tahun 1993 didirikan outlet yang bernama Toserba Gaya
Baru,yang letaknya tidak jauh dari Pasaraya Bandung yakni di jalan TP.Rustam
Effendi No.38 dan berdiri hingga saat ini.
9. Tahun 1996, mencoba berekspansi ke luar kota Palembang PT Jaya Masawan
Putra Sejahtera membuka outlet baru di kota jakarta tepatnya Mega Mall Pluit
yang bernama JM Mega Mall, usaha ini hanya bertahan selama satu tahun
karena pada tahun 1997 JM Mega Mall ditutup.
10.Tahun 1997,meskipun ditahun ini outlet JM Mega Mall ditutup, pada tahun
yang sama dibuka outlet baru yaitu JM Store Pulau Mas pada tanggal 12 juli
1997 yang berlokasi penjualan di pulau mas shopping center.berdiri selama
lebih kurang 8 tahun,kemudian outlet ini juga mengalami musibah kebakaran
pada tanggal 20 desember2005 sehingga mengakibatkan outlet ini harus
ditutup.
11.Tahun 2003,PT Jaya Masawan Putra Sejahtera semakin kokoh dengan
menambah satu outlet lagi yakni JM Kenten Supermarket dan Dept.Store yang

37

dibuka pada tanggal 30 oktober 2003 dan berlokasi penjualan

di jalan

MP.Mangkunegara dan bertahan hingga saat ini.
12.Tahun 2004, pada tahun 2004 PT Jaya Masawan Putra Sejahtera kembali
mengepakkan sayapnya di dunia retail dengan membuka outlet yang memilki
nuansa yang berbeda dengan outlet-outlet sebelumnya karena ini merupakan
outlet terbesar dengan menghadirkan nuansa mall yang elegan, tetapi tetap
dengan harga terjangkau dan mutu yang baik.outlet ini diberi nama Grand JM
yang diresmikan pada bulan agustus 2004 dan berlokasi penjualan di komplek
mall Palembang square blok R No.18.
13. Tahun 2010, kembali tahun 2010 tepatnya pada tanggal 28 juli 2010,telah
diresmikan satu outlet lagi, yaitu JM Sukarami Supermarket dan Dept store.
Outlet yang terletak di KM.8 tepatnya Jln.Kol.H.Burlian No.1917 Sukarami.ini
diharapkan dapat membantu masyarakat wilayah sukarami dan sekitarnya
untuk memenuhi kebutuhan akan pusat perbelanjaan yang dekat dengan tempat
tinggal mereka. Tepat tanggal 15 juli 2012outlet JM Sukarami secara resmi
mengalami

perluasan,hal

ini

menandakan

bahwa

perusahaan

terus

mengupayakan pengembangan usaha yang lebih baik lagi.
14.Tahun 2011, pada tanggal 7 juli 2011 diresmikan satu outlet lagi, yaitu JM
Plaju Supermarket dan Dept.Store.Outlet yang beralamatkan di Jln.DI
Panjaitan RT 31 Kel.16 Ulu Kec.Seberang Ulu,Palembang ini diresmikan
langsung oleh

walikota

palembang,Ir.H.Eddy

Santana Putra,MT dan

38

diharapkan dapat memenuhi kebutuhan konsumen di daerah plaju dan
sekitarnya.
15.Tahun 2012, outlet yang termuda saat ini adalah JM Linggau Supermarket dan
Dept Store yang diresmikan pada tanggal 28 juni 2012.keberadaan outlet ini
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan konsumen di kota lubuk linggau.
Hingga kini PT Jaya Masawan Putra Sejahtera memiliki 8 outlet yang terus
berkembang dan masih menjadi penguasa retail di provinsi sumatera selatan.
Bapak Yusuf Masawan juga memiliki usaha dibidang yang sama yang saat ini
berkembang diluar kota palembang yakni di kota Bandar Lampung dan kota
Malang,jawa timur.perusahaan ini bernama PT Centerpoint Putra Sejahtera
dan outletnya bernama Centerpoint.

3.2.

Visi dan Misi Perusahaan
Dalam menjalankan roda usahanya PT Jaya Masawan Putra Sejahtera
memiliki Visi dan Misi.
Adapun visi dan misinya:
1. Menjadi pemimpin retail lokal dan peretail nasional.
2. Dapat menjadi perusahaan retail yang menyediakan jenis produk yang
lengkap.
3. Menguasai perusahan retail palembang.

39

4. Menjadi perusahaan retail yang berekspansi dengan usaha lainnya.
5. Dapat menjadi perusahaan yang dapat menyerap setiap tenaga kerja guna
mengatasi pengangguran.

3.3.

Struktur Organisasi PT JMPS
Struktur organisasi adalah keseluruhan dari tugas-tugas yang dikelompokkan
ke dalam fungsi-fungsi yang ada sehingga merupakan suatu kesatuan harmonis.
Struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai pola hubungan diantara posisiposisi dal