RESTORASI PASCA ENDODONTIK ONLAY LOGAM T

RESTORASI PASCA ENDODONTIK ONLAY LOGAM TUANG
PADA GIGI MOLAR PERTAMA TETAP MUDA
(Laporan Kasus)

Meltharyna
1206309075

Pembimbing
Dr. drg. Sarworini Budihardjo B., SpKGA(K)

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS
ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS INDONESIA
2015

PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Gigi Pasca Endodontik
Gigi pasca endodontik rentan mengalami fraktur dan diskolorasi. Hal ini
terjadi akibat adanya perubahan struktur pada gigi pasca endodontik. Ada 3 perubahan

utama yang terjadi pada gigi pasca endodontik yaitu (1) kehilangan struktur gigi; (2)
perubahan sifat fisik jaringan gigi; dan (3) perubahan pada karakteristik estetika.
Adanya kehilangan struktur gigi baik akibat karies, prosedur dental, dan
perawatan endodontik membuat gigi pasca endodontik lemah.2 Pembuatan akses ke
kamar pulpa pada perawatan endodontik dapat merusak integritas struktural yang
disediakan oleh dentin korona pada atap pulpa. Adanya peningkatan kedalaman
kavitas akan menyebabkan gigi mengalami fleksi lebih besar saat berfungsi.
Pemberian beban pada cusp akan menyebabkan adanya konsentrasi stress yang tidak
menguntungkan pada area servikal yang membuat cusp rentan mengalami fraktur. Hal
ini tampak pada foto elastisitas yang menunjukkan adanya peningkatan stress pada
area servikal cusp (lihat tanda panah pada gambar 1D) ketika atap kamar pulpa
dibuang.1 Selain itu, preparasi akses menciptakan adanya saluran terbuka antara
rongga mulut dan tulang alveolar yang harus ditutup untuk mencegah invasi bakteri.2

A

B

C


D

Gambar 1. A. Gigi sebelum pembukaan akses pada perawatan endodontik. B. Gigi setelah pembukaan
akses pada perawatan endodontik. C. Foto elastisitas gigi sebelum pembukaan akses kamar pulpa.
D Foto elastisitas gigi setelah pembukaan akses kamar pulpa1

Banyaknya kehilangan pada struktur mahkota menjadi penyebab utama
menurunnya kekuatan gigi. Instrumentasi endodontik dalam saluran akar hanya
sedikit berpengaruh. Prosedur preparasi saluran akar hanya menurunkan tingkat
kekakuan gigi hingga 5% sedangkan pengambilan struktur gigi pada preparasi mesio-

okluso-distal pada pembuatan restorasi menurunkan tingkat kekakuan gigi hingga
60%. Dengan sedikitnya jumlah struktur gigi yang tersisa, tekanan fungsional dapat
menyebabkan fraktur pada undermined cusp, area cemento-enamel-junction, dan
akar.2
Gigi pasca endodontik juga mengalami perubahan sifat fisik yang bersifat
ireversibel.2 Perubahan terjadi pada komposisi gigi, struktur mikro dentin, dan
struktur makro gigi (lihat tabel1). Perubahan sifat fisik pada gigi pasca endodontik
akan mempengaruhi pemilihan restorasi akhir gigi.3 Gigi atas lebih kuat dibandingkan
dengan gigi bawah.2

Tabel 1. Perubahan Fisik Jaringan Gigi Nonvital atau Pasca Endodontik3
Tingkat

Perubahan Spesifik

Implikasi Klinis

Perubahan
Komposisi

Struktur kolagen

Meningkatnya fragilitas gigi

Kelembaban gigi

Mengurangi adesi ke substrat

Komposisi dan kandungan
Struktur dentin


mineral
Perilaku dan modulus

Meningkatnya fragilitas gigi

elastisitas
Tensile strength dan shear
strength
Struktur makro

Microhardness
Resistensi terhadap deformasi

Meningkatnya fragilitas gigi

gigi

Resistensi terhadap fraktur


Berkurangnya retensi/stabilitas

Resistensi terhadap fatigue

protesa

Secara klinis, perubahan warna gigi menjadi lebih gelap banyak ditemukan
pada gigi nonvital. Hal ini ditambah dengan adanya diskolorasi akibat teknik
endodontik yang salah. Contohnya, pembersihan dan pembentukan yang tidak baik
dapat meninggalkan jaringan vital pada tanduk pulpa korona sehingga menyebabkan
gigi menjadi gelap. Perubahan biokimia pada dentin menyebabkan warna dan
penampilan gigi berubah.2 Substansi organik pada dentin (seperti hemoglobin)
memiliki peran terhadap perubahan warna pada dentin. Selain itu, perubahan warna
juga dapat terjadi karena adanya penetrasi pigmen makanan dan minuman karena
tidak terdapatnya tekanan pulpa.3

Gigi pasca endodontik juga kehilangan sifat mekano-reseptif. Gigi nonvital
atau pasca endodontik memiliki ambang batas ”persepsi muatan” 2 kali lebih tinggi
daripada gigi vital.1
Restorasi Gigi Pasca Endodontik

Perubahan-perubahan yang terjadi pada gigi pasca endodontik harus menjadi
pertimbangan operator dalam memilih restorasi akhir gigi tersebut. Restorasi gigi
pasca endodontik didesain untuk melindungi struktur gigi yang tersisa dari
kemungkinan fraktur, mencegah reinfeksi pada sistem saluran akar, dan menggantikan
struktur gigi yang hilang.3 Dalam pemilihannya, terdapat beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan yaitu2


Jumlah struktur gigi yang tersisa
Jumlah struktur gigi yang hilang menjadi salah satu faktor yang paling penting
dalam pemilihan restorasi pasca endodontik. Jumlah kehilangan struktur gigi
pasca endodontik sangat beragam dari berupa preparasi akses endodontik yang
minimal pada gigi yang utuh hingga berupa kerusakan yang meluas yang dapat
membahayakan gigi tersebut. Pemilihan material restorasi dan teknik yang
digunakan ditentukan oleh jumlah dan kesehatan struktur gigi yang tersisa. Jumlah
dentin yang tersisa lebih berpengaruh terhadap prognosis gigi karena tidak ada
material restorasi yang dapat menggantikan dentin. Gigi dengan sisa struktur
normal gigi lebih dari setengah lebih kuat dibandingkan dengan sisa struktur
normal yang kurang. Jika struktur gigi cukup untuk menahan restorasi korona
maka pembuatan pasak tidak dibutuhkan. Hal ini berbeda dengan gigi yang

kehilangan banyak struktur gigi. Gigi tersebut membutuhkan restorasi dengan
mahkota yang didukung dan dipegang oleh pasak dan inti.



Posisi gigi dan tekanan oklusal
Saat berfungsi, gigi menerima tekanan nonaksial yang berulang. Pada kondisi ini,
gigi dan restorasi harus mampu mengabsorpsi tekanan-tekanan tersebut. jika gigi
tidak mampu mengabsorpsi tekanan tersebut maka gigi dapat mengalami fraktur.
Derajat dan arah gaya tergantung dari lokasi gigi pada rahang, bentuk oklusal, dan
kebiasaan pasien.



Kebutuhan estetik

Onlay

1.
2.

3.

Stock CJR, Gulabivala K, Walker RT. Endodontics: Elsevier Science
Health Science Division; 2004.
Cohen S, Hargreaves KM. Pathways of the Pulp: Elsevier Mosby; 2006.
Hargreaves KM, Cohen S, Berman LH. Cohen's Pathways of the Pulp:
Mosby Elsevier; 2011.

Dokumen yang terkait

AN ALIS IS YU RID IS PUT USAN BE B AS DAL AM P E RKAR A TIND AK P IDA NA P E NY E RTA AN M E L AK U K A N P R AK T IK K E DO K T E RA N YA NG M E N G A K IB ATK AN M ATINYA P AS IE N ( PUT USA N N O MOR: 9 0/PID.B /2011/ PN.MD O)

0 82 16

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

PERANCANGAN PENGECORAN LOGAM ALUMINIUM BAHAN BAKAR MINYAK TANAH

0 51 1

PEMETAAN MEDIA PENYIARAN LOKAL PASCA OTONOMI DAERAH (Studi pada Lembaga Penyiaran Televisi Lokal di Kota Batu)

0 35 2

HUBUNGAN ANTARA LAMA WAKTU KERJA TERHADAP KOMPLIKASI PEMBENGKAKAN DAN TRISMUS PASCA ODONTEKTOMI GIGI MOLAR KETIGA RAHANG BAWAH DI RSGM UNIVERSITAS JEMBER

2 30 17

HUBUNGAN ANTARA LAMA WAKTU KERJA TERHADAP KOMPLIKASI PEMBENGKAKAN DAN TRISMUS PASCA ODONTEKTOMI GIGI MOLAR KETIGA RAHANG BAWAH DI RSGM UNIVERSITAS JEMBER

0 28 17

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU ANTARA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGHETHER (NHT) DAN SNOWBALL THROWING (ST) DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS VIII DI SMP YP 17 BARADATU WAYKANAN T

0 25 90

PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU ANTARA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGHETHER (NHT) DAN SNOWBALL THROWING (ST) DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS VIII DI SMP YP 17 BARADATU WAYKANAN T

2 37 89

KINERJA KEUANGAN BUMN PASCA PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) (PENGALAMAN PT. PLN (PERSERO) TAHUN 2003-2011)

0 20 83