PERANCANGAN MODERNISASI MIGRASI JARINGAN pdf

JURNAL PENELITIAN

PERANCANGAN MODERNISASI MIGRASI JARINGAN DARI KABEL
TEMBAGA KE KABEL SERAT OPTIK DI PERUMAHAN DIAN
ANUGERAH REGENCY GAMBUT KABUPATEN BANJAR,
KALIMANTAN SELATAN

DISUSUN OLEH :
DWI AGUS PRIYANTO
D311032

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK TELEKOMUNIKASI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM
PURWOKERTO
2014
1

PERANCANGAN MODERNISASI MIGRASI JARINGAN DARI KABEL
TEMBAGA KE KABEL SERAT OPTIK DI PERUMAHAN DIAN
ANUGERAH REGENCY GAMBUT KABUPATEN BANJAR,
KALIMANTAN SELATAN

12

Dwi Agus Priyanto1, Eka Wahyudi2
Program Studi DIII Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Purwokerto
1
dwiaguspriyanto.23@gmail.com, 2ekawahyudi@st3telkom.ac.id

ABSTRAK
Jaringan telekomunikasi terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman, meningkatnya kebutuhan akan
jasa layanan telekomunikasi yang sangat pesat dan tuntutan akan kualitas layanan telekomunikasi yang baik,
membuat perusahaan-perusahaan penyedia jasa layanan telekomunikasi merasa harus melakukan inovasi
terhadap jaringan telekomunikasi yang ada untuk menjawab semua permintaan. Oleh karena itu dilakukan
modernisasi jaringan akses tembaga dengan fiber optik dengan salah satuteknologi yang berbasis Giga Bit
Passive Optical Network (GPON). Setelah modernisasi jaringan akses tembaga menjadi fiber optik, fiber optik
dapat memenuhi kebutuhan pelanggan dengan kualitas layanan meningkat dan bandwidth yang akan didapatkan
menjadi bertambah besar hingga mencapai 100 Mbps. Proses pertama kali yang harus dilakukan sebelum
perancangan adalah dengan melakukan survey lokasi dan melakukan pengumpulan data-data yang akan
dijadikan bahan dalam perancangan modernisasi. Pada tugas akhir ini juga menggunakan aplikasi AutoCAD
2010 untuk membuat sebuah gambar perancangan yang dimulai dari perancangan jalur kabel feeder, kabel
distribusi sampai dengan kael drop optic. Dengan serat optik biaya yang dibutuhkan menjadi lebih murah dari

pada kabel tembaga dan kapasitas bandwidth yang dapat disalurkan melalui kabel serat optik juga besar serta
layanan yang didapat menjadi lebih banyak. Kemudian sistem menjadi lebih sederhana, penempatan kabel optik
lebih kecil akan kelihatan lebih mudah dan lebih rapi.
Kata kunci : Modernisasi, Inovasi, Kabel Tembaga, Fiber Optik, GPON
ABSTRACTION
Telecommunications networks continue to evolve with the times, the increasing demand for telecommunications
services very rapidly and the demand for good quality telecommunication services, making companies feel
telecommunications service providers must innovate the existing telecommunications network to answer all
requests. Therefore modernization copper access network with fiber optic with one Giga Bit satuteknologi based
Passive Optical Network (GPON). After modernization of the copper access network into the optical fiber,
optical fiber can meet the needs of customers with increased service quality and bandwidth will increase in size
was found to be up to 100 Mbps. First process that must be done before the design is to do a site survey and
collecting data that will be used as materials in the design of modernization. In this thesis also uses AutoCAD
2010 application to create an image design that starts from the design of the feeder cable lines, cable
distribution to the optic drop Kael. With the cost of optical fiber needed to be cheaper than the copper wires and
bandwidth capacity that can be channeled through a fiber optic cable is also great as well as services become
more learned. Then the system becomes simpler, smaller optic cable placement would seem easier and more
presentable.
Keywords: Modernization, Innovation, Copper Cable, Fiber Optics, GPON,
1.


PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

membutuhkan bandwidth yang lebih besar
dan kecepatan tinggi untuk dapat
mengakses layanan tersebut.
Jaringan lokal akses tembaga
kapasitasnya sangat terbatas untuk
memberikan layanan multimedia dan
layanan data, karena kabel tembaga
memiliki keterbatasan bandwidth dan
kecepatan
transmisi.
Langkah
menghentikan secara permanen jaringan

Perkembangan teknologi saat ini
semakin berkembang, khususnya dalam
dunia

telekomunikasi,
sedangkan
kebutuhan komunikasi tidak hanya
terbatas pada layanan voice saja tetapi
juga sudah merambah kelayanan data
(internet dan intranet), dan video (TV
interaktif
dan
multimedia),
yang

2

akses telekomunikasi berbasis kabel
tembaga merupakan langkah strategis
perseroan, sekaligus menuju jaringan
teknologi informasi dan komunikasi
nasional berbasis IP (Internet Protocol)
dan serat optik yang menjadi tulang
punggung terbentuknya Next Generation

Nationwide Broadband Network (NGNBN).
Kebutuhan cakupan (bandwidth)
makin besar seiring meningkatnya
pertumbuhan konten, video, dan aplikasi
data (internet) yang didorong oleh
pertumbuhan penggunanya. Jaringan akses
tembaga hanya mampu menyalurkan
maksimal hingga 4 Mbps, sehingga perlu
dilakukan modernisasi. Tujuannya agar
mampu menyalurkan bandwidth hingga
100 Mbps dengan menggunakan 16
teknologi berbasis Gigabit Passive Optical
Network (GPON). Untuk itu dilakukan
modernisasi
jaringan
akses
dan
pembangunan jaringan IP core. Total
kapasitas jangkauan (bandwidth) pada
backbone jaringan serat optik mencapai

1,78 Tbps.
Prinsip kerja dari GPON itu sendiri
ketika data atau sinyal dikirimkan dari
Optical Line Terminal (OLT), maka ada
bagian yang bernama splitter yang
berfungsi untuk memungkinkan fiber optik
tunggal dapat mengirim ke berbagai
Optical Network Unit (ONU), untuk ONU
sendiri akan memberikan data-data dan
sinyal yang diinginkan user. Pada
prinsinya, PON adalah sistem point to
multipoint, dari fiber ke arsitektur premise
network dimana unpowered optical splitter
(spitter fiber) fiber optik tunggal.
Penggunaan GPON sebagai salah
satu teknlogi dalam dunia telekomunikasi
menunjukkan kualitas yang dirasakan oleh
pengguna yang berbeda-beda.Terutama
para pengguna yang jarak jangkauannya
relative lebih jauh dari sentral. Sehingga

dengan berlandaskan hal tersebut, penulis
mencoba mengangkat karya tulis tersebut
dengan
judul
“PERANCANGAN
MODERNISASI
MIGRASI
JARINGAN DARI KABEL TEMBAGA
KE KABEL SERAT OPTIK DI
PERUMAHAN DIAN ANUGERAH
REGENCY GAMBUT KABUPATEN
BANJAR,
KALIMANTAN
SELATAN”.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian tersebut maka
penulis mendapatkan permasalahan
yang dapat dikaji lebih lanjut, yaitu :

1. Bagaimana

cara
proses
merancang modernisasi jaringan
dari kabel tembaga menjadi kabel
serat optik?
2. Apa saja alat/perangkat yang
dibutuhkan dalam perancangan
modernisasi jaringan ke kabel
serat optik?
3. Apa
prosedur
modernisasi
jaringan kabel tembaga menjadi
fiber optik ke pelanggan beserta
gambar perancangannya?
4. Berapa jumlah layanan dan
jumlah bandwidth yang akan
didapatkan pelanggan setelah
dilakukan modernisasi jaringan?
1.3 Tujuan

Penyusunan
Jurnal
Penelitian
Dari pengerjaan proyek Jurnal
Penelitian, adapun tujuan yang ingin
dicapai penulis yaitu :
1. Membuat
perancangan
modernisasi jaringan dari kabel
tembaga menjadi kabel serat
optik.
2. Membuat rancangan gambar jalur
kabel dari kabel feeder sampai
dengan
kabel
drop
optic
menggunakan aplikasi AutoCAD
2010.
3. Menganalisa jumlah kebutuhan

bandwidth dan jumlah layanan
yang akan didapat per pelanggan.
4. Membuat
perhitungan
Link
Budget dan perhitungan Bill Of
Quantity
dari
perancangan
modernisasi jaringan
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang didapatkan
oleh penulis dari pengerjaan proyek
Jurnal Penelitian ini, yaitu :
1. Menjelaskan kepada pembaca
mengenai proses dan langkahlangkah perencanaan migrasi
jaringan dari kabel tembaga ke
kabel serat optik.
2. Menjelaskan kepada pembaca
agar mengetahui berapa total

bandwidth yang dibutuhkan dari
perancangan yang dibuat.
1.5 Batasan Masalah
Pada Jurnal Penelitian ini dibuat
suatu
batasan
masalah
agar
pembahasan yang akan dilakukan
tidak menyimpang dari topik
pembahasan. Pembatasan masalah
tersebut adalah :
1) Hanya membahas jaringan
akses tembaga dan jaringan
akses fiber secara umum.

3

dengan pelanggan VIP, dan kota-kota
kecil yang pelanggannya masih
sedikit (jumlah KP juga sedikit)
seperti yang terlihat pada gambar 2.2.
Keuntungan menggunakan jaringan
catu langsung dari segi ekonomi
menguntungkan
karena
tidak
menggukan RK, administrasi kabel
menjadi lebih sederhana, dan titik
rawan gangguan kecil.Sedangkan
kerugian menggunakan jaringan catu
langsung yaitu tidak fleksibel, sulit
melokalisir gangguan karena kabel
primer yang digunakan terlalu
panjang sehingga kesulitan untuk
menentukan letak kerusakan dengan
tepat dan perhitungan demand harus
tepat[1,2,3].
2.3 Jaringan Catu Tidak Langsung
Pada jaringan catu tidak langsung,
pelanggan dicatu melalui DP
(distribution Point) terdekat yang
dihubungkan dengan RK terlebih
dahulu sebelum dihubungkan dengan
MDF seperti yang dapat dilihat pada
gambar 2.3. Perbedaan antara
jaringan catu langsung dan jaringan
catu tidak langsung hanya terdapat
pada penggunaan RK[1,2,3].

2)

2.

Hanya membahas prosedur/
langkah penggantian kabel
tembaga menjadi fiber optik.
3) Hanya membahas perangkat
pendukung yang digunakan
dalam jaringan fiber optik di PT
Telkom
Akses
Area
Banjarmasin.
4) Hanya membahas bagaimana
jalur pentransmisian darikabel
tembaga menjadi fiber optik
melalui
gambar
skema
menggunakan aplikasi AutoCad
2010.
5) Perhitungan link budget dan
jumlah BOQ (Bill of Quantity)
material yang dibutuhkan untuk
membangun sebuah jaringan
fiber optik.
DASAR TEORI
2.1 Jaringan Lokal Akses Tembaga
(JARLOKAT)
Jaringan lokal akses tembaga
merupakan suatu jaringan kabel yang
terbuat dari bahan tembaga yang
dipasang atau ditarik dan digunakan
untuk menghubungkan pesawatpesawat pelanggan dengan Sentral
Telepon Otomat (STO) yang
bersangkutan.Setiap
pesawat
pelanggan
terhubung
dengan
sepasang kawat (satu kabel) khusus
ke sentral telepon. Di kantor pusat
terdapat pusat penyambungan berupa
perangkat elektronis[1,2,3].

Gambar 2.3 Konfigurasi Jaringan Catu
Tidak Langsung[1,2,3].
2.4 Kabel Serat Optik
Serat optik adalah merupakan saluran
transmisi atau sejenis kabel yang
terbuat dari kaca atau plastik yang
sangat halus dan lebih kecil dari
sehelai rambut, dan dapat digunakan
untuk mentransmisikan sinyal cahaya
dari suatu tempat ke tempat lain.
Sumber cahaya yang digunakan
biasanya adalah laser atau LED.
Kabel ini berdiameter lebih kurang
120 mikrometer. Cahaya yang ada di
dalam serat optik tidak keluar karena
indeks bias dari kaca lebih besar
daripada indeks bias dari udara,
karena laser mempunyai spektrum
yang sangat sempit. Kecepatan
transmisi serat optik sangat tinggi
sehingga sangat bagus digunakan
sebagai saluran komunikasi[4,5,6].
Perkembangan teknologi serat optik
saat ini, telah dapat menghasilkan
pelemahan (attenuation) kurang dari
20 decibels (dB)/km. Dengan lebar

Gambar 2.1 Konfigurasi
JARLOKAT1,2,3].
2.2 Jaringan Catu Langsung
Pada jaringan catu langsung
pesawat telepon pelanggan dicatu
dari kotak pembagi (KP/DP) terdekat
yang langsung dihubungkan dengan
MDF tanpa melalui RK dengan
menggunakan kabel primer.

Gambar 2.2 Konfigurasi Catu
Langsung[1,2,3].
Jaringan catu langsung biasanya
digunakan di kota-kota besar yang
khusus untuk daerah sentral, daerah

4

jalur (bandwidth) yang besar
sehingga
kemampuan
dalam
mentransmisikan data menjadi lebih
banyak dan cepat dibandingan
dengan
penggunaan
kabel
konvensional. Dengan demikian serat
optik sangat cocok digunakan
terutama dalam aplikasi sistem
telekomunikasi. Pada prinsipnya serat
optik memantulkan dan membiaskan
sejumlah cahaya yang merambat
didalamnya[4,5,6].
2.5 Keunggulan Kabel Serat Optik
Dalam penggunaan serat optik ini,
terdapat beberapa keuntungan antara
lain :
1. Lebar jalur besar dan kemampuan
dalam membawa banyak data,
dapat memuat kapasitas informasi
yang sangat besar dengan
kecepatan transmisi mencapai
gigabit-per
detik
dan
menghantarkan informasi jarak
jauh tanpa pengulangan.
2. Biaya
pemasangan
dan
pengoperasian yang rendah serta
tingkat keamanan yang lebih
tinggi.
3. Ukuran kecil dan ringan, sehingga
hemat pemakaian ruang..
4. Tidak berkarat[4,5,6].
2.6 Struktur Kabel Serat Optik

memiliki diameter antara 10 µm
sampai 50 µm.
b. Bungkus atau selimut (cladding)
berfungsi sebagai cermin yang
bertugas memantulkan cahaya
agar dapat merambat dari ujung
satu ke ujung lainnya. Cladding
merupakan selubung dari core
yangterbuat dari bahan kuarsa
atau silika dengan nilai indeks
bias lebih kecil dari core.
c. Jaket (coating) terbuat dari bahan
plastik yang berfungsi untuk
melindungi serat optik dari
kerusakan dan sebagai tempat
kode warna[4,5,6].
2.7 Arsitektur Jaringan Fiber Optik
Secara Umum
Sistem
JARLOKAF
setidaknya
memiliki 2 buah perangkat opto
elektronik, yaitu satu perangkat opto
elektronik di sisi sentral dan satu
perangkat opto elektronik di sisi
pelanggan. Lokasi perangkat opto
elektronik
di
sisi
pelanggan
selanjutnya disebut Titik Konversi
Optik (TKO).Secara praktis TKO
berarti batas terakhir kabel optik ke
arah pelanggan yang berfungsi
sebagai lokasi konversi sinyal optik
ke sinyal elektronik[4,5,6].

Gambar 2.4 Struktur Kabel Serat
Optik[4,5,6].
Serat optik memiliki susunan dasar
yang terdiri dari inti serat (core),
lapisan atau selimut (cladding), dan
jaket (coating) seperti pada gambar
2.5. Masing-masing dari bagian
tersebut memiliki fungsi tersendiri,
antara lain :
a. Inti serat (core) berfungsi untuk
menentukan
cahaya
yang
merambat dari ujung satu ke
ujung lainnya. Core merupakan
bagian utama dari serat optik
karena pada inti serat inilah
tempat di mana terjadinya
perambatan cahaya. Core terbuat
dari bahan kuarsa atau silika
dengan kualitas tinggi. Core

Gambar 2.5 Konfigurasi FTTx[4,5,6].
A. Fiber To The Building (FTTB)
TKO terletak di dalam gedung
dan biasanya terletak pada ruang
telekomunikasi
basement.
Terminal
pelanggan
dihubungkan
dengan
TKO
melalui kabel tembaga indoor.
B. Fiber To The Zone (FTTZ)
TKO terletak di suatu tempat di
luar bangunan, baik di dalam
kabinet
maupun
manhole.
Terminal
pelanggan
dihubungkan
dengan
TKO
melalui kabel tembaga hingga
beberapa kilometer. [7,8]
C. Fiber To The Curb (FTTC)
TKO terletak di suatu tempat di
luar bangunan, baik di dalam

5

kabinet, di atas tiang maupun
manhole. Terminal pelanggan
dihubungkan
dengan
TKO
melalui kabel tembaga hingga
beberapa ratus meter[7,8].
D. Fiber To The Home (FTTH)
TKO
terletak
di
rumah
pelanggan. Dari gambar dibawah
ini keberadaan kabel tembaga
dapat dihilangkan sama sekali,
sehingga
keterbatasan
kemampuan dalam menyediakan
bandwidth yang lebar dan
interferensi tidak akan terjadi[7,8].
Fiber to the Home merupakan
suatu
format
penghantaran
isyarat optik dari pusat penyedia
(provider) ke kawasan pengguna
dengan menggunakan serat optik
sebagai medium penghantarnya.
Perkembangan teknologi ini
tidak terlepas dari kemajuan
perkembangan teknologi serat
optik yang dapat menggantikan
penggunaan kabel konvensional.
Dan
juga
didorong
oleh
keinginan untuk mendapatkan
layanan yang dikenal dengan
istilah Triple Play Services yaitu
layanan akan akses internet yang
cepat, suara (jaringantelepon,
PSTN) dan video (TV Kabel)
dalam satu infrastruktur pada
unit pelanggan[4,5,6].
2.8 Jaringan Lokal Akses Fiber
(JARLOKAF)
Jaringan Lokal Akses Fiber
(Jarlokaf) menggunakan kabel serat
optik sebagai media transmisi karena
adanya keterbatasan pada jaringan
lokal berbasis kabel tembaga atau
yang lebih dikenal dengan sebutan
Jarlokat. Kabel serat optik dijadikan
alternatif media transmisi yang baru
karena
memiliki
karakteristik
transmisi yang lebih baik, seperti
lebar pita frekuensi (bandwidth) yang
lebih besar, redaman dan dispersi
sinyal yang rendah, kapasitas kanal
yang disediakan jauh lebih besar,
tahan
terhadap
interferensi
eletromagnetik
dan
mampu
menyalurkan
informasi
dengan
kecepatan yang lebih tinggi. Dengan
keunggulan-keunggulan
tersebut
kabel serat optik dipilih untuk
menggantikan kabel tembaga[2,3,4].

DLC
LE
V5.x C

RT

T
PON

PS

V5.x O
L
T

ONU
ONU

V5.x O
L
T

AON

ASP

ONU
ONU

Gambar 2.6 Tipe Jaringan Lokal Akses
Fiber[2,3,4].
Teknologi jarlokaf yang pertama
kali dikembangkan menggunakan
arsitektur single star atau point to
point, dengan cara meletakkan suatu
perangkat yang sama baik di sisi
sentral maupun sisi pelanggan dan
disebut sebagai teknologi Digital
Loop Carrier (DLC).
Kemudian
teknologi
tersebut
berkembang
sampai kepada sistem Optical Access
Network (OAN) dengan ide utama
adalah pembagian optical/electrical
(perangkat
jarlokaf)
diantara
beberapa pelanggan dan membawa
fiber sedekat mungkin kepada
pelanggan yang berasitektur multiple
star atau point to multipoint, dimana
titik pertama di sisi sentral dan titik
berikutnya berada pada daerah antara
sentral dan pelanggan[2,3,4].
Teknologi ini dibedakan menjadi
dua kelompok. Jika sistem secara
langsung
membagi
dan
mengkombinasi intensitas sinyal
optik melalui Passive Splitter (PS),
maka teknologi ini dinamakan
Passive Optical Network (PON).
Tetapi jika menggunakan perangkat
yang secara aktif membagi dan
mengkombinasikan sinyal optik,
maka dinamakan sebagai teknologi
Active Optical Network (AON)[2,3,4].
2.9 ASYMMETRIC
DIGITAL
SUBCRIBER LINE (ADSL)

Gambar 2.7 Konfigurasi ADSL[2,3,4].
Teknologi
ADSL
bekerja
menggunakan kabel telepon standar
yang
terbuat
dari
tembaga.
Teknologi ini membawa kedua sinyal
analog serta digital pada satu
kabel.Sinyal
digital
untuk

6

a. Mendukung aplikasi triple play
(voice,data,dan
video)
pada
layanan FTTx.
b. Memberikan power hingga loop
terakhir.
c. Alokasi bandwidth dapat di atur.
d. Passive component membutuhkan
biaya maintenance yang murah.
e. Proses instalasi dan upgrade
menjadi sederhana. Program
perangkat sistem GPON dikemas
dalam bentuk modul agar
memudahkan
proses
instalasi.Disamping
itu,
penambahan kapasitas jaringan
pada GPON dapat dlakukan
secara mudah dan tidak mahal.
f. Transparan terhadap laju bit dan
format data. GPON dapat secara
fleksibel
mentransferkan
informasi dengan laju bit dan
format yang berbeda karena setipe
laju bit dan format data
ditransmisikan melalui panjang
gelombang yang berbeda. Laju bit
1,244 Gbit/s untuk upstream dan
2,44 Gbit/s untuk downstream.
g. Biaya pemasangan,pemeliharaan
dan pengembangan lebih efisien.
Halini dikarenakan arsitektur
jaringan GPON lebih sederhana
daripada arsitektur jaringan serat
optik konvensional.
h. Dengan
adanya
GPON
mengurangi penggunaan banyak
serat optik dan peralatan pada
kantor pusat atau central office
bila
dibandingkan
dengan
arsitektur point to poin. Hanya
satu port optik di central office
(menggantikan multiple port)
[2,3,4]
.
2.11 MULTI SERVICE ACCESS NODE
(MSAN)

komunikasi data sedangkan sinyal
analog untuk suara.ADSL lebih
banyak diamati oleh pelanggan
karena batasan kecepatan uplink dan
downlink
yang
tidak
setara.
Beberapa keunggulan ADSL antara
lain :[1,2]
a. Dapat tersambung ke internet dan
tetap dapat menggunakan telepon
untuk menerima dan melakukan
panggilan
serta
mengakses
internet pada saat bersamaan
b. Koneksi internet lebih cepat
dibandingkan
menggunakan
modem analog.
c. Tidak perlu kabel telepon baru,
ADSL
memungkinkan
penggunaan kabel telepon yang
telah ada.
d. Beberapa ISP ADSL akan
memberikan
modem
ADSL
sebagai bagian dari istalasi.
e. Tidak terjadi share line dengan
pengguna lain[2,3,4].
2.10 GIGA BIT PASSIVE OPTICAL
(GPON)
Giga Bit Passive Optical (GPON)
adalah suatu teknologi akses yang
dikategorikan sebagai Broadband
Access berbasis kabel serat optik.
GPON merupakan salah satu
teknologi yang dikembangkan oleh
TheInternational Telecommunication
Union-Telecommunications
Standards Sector (ITU-T) dan
hingga kini bersaing dengan Gigabit
Ethernet PON (GEPON), yaitu
Passive Optical Network
(PON)
versi Institute of Electrical and
Electronics Engineers (IEEE) yang
berbasiskan
Ethernet.
GPON
menggunakan serat optik sebagai
medium transmisi. Satu perangkat
akan diletakkan pada sentral,
kemudian akan mendistribusikan
trafik Triple Play (suara/VoIP,
Multimedia/Digital Pay TV dan
data/internet) hanya melalui satu core
kabel optik disisi subscriber atau
pelanggan[2,3,4].

Gambar 2.9 Konfigurasi MSAN
Multi Service Access Node (MSAN)
adalah perangkat access network
yang melayani multi service seperti
ADSL, Symmetric High Speed

Gambar 2.8 Arsitektur GPON[2,3,4].
Keunggulan GPON antara lain:

7

Digital Subscriber Line (SHDSL),
E1, Plain Old Telephone Service
(POTS), Ethernet. Topologi MSAN
biasanya bertingkat atau master slave
architecture yang berarti node slave
digunakan sebagai perpanjangan
tangan dari master seperti yang
ditunjukkan pada gambar 2.10 Jika
node master tidak cukup maka akan
digunakan slave untuk menambah
kapasitas master[2,3,7].
2.12 AUTOCAD
Auto-CAD merupakan perangkat
lunak yang menyediakan fasilitas
atau program untuk bermacammacam keperluan menggambar di
layar komputer sesuai dengan disiplin
ilmu yang dikehendakinya, Misalnya,
untuk keperluan untuk keperluan
menggambar teknik mesin, arsitektur,
elektro dan semacamnya[10].

Untuk membuat sebuah gambar
perancangan
dibutuhkan
data
berdasarkan hasil survey lapangan.
Setelah data diperoleh maka dapat
dibuat sebuah gambar jalur
pendistribusian
kabel
(feeder,
distribusi,
drop
cable)
menggunakan aplikasi AutoCad.
3.3.2 Kebutuhan Bandwidth
Salah satu alasan memodernisasi
jaringan akses tembaga menjadi
fiber optik sampai dengan ke
pelanggan yaitu meningkatnya
kebutuhan
bandwidth
untuk
layanan. Kebutuhan bandwidth
pada kabel tembaga dan fiber optik
yaitu :
1. Dengan kabel tembaga (sistem
lain)
Bandwidth kabel tembaga :
4 Mbps
Aplikasi :
a. Telepon membutuhkan 4
Khz
b.Internet membutuhkan 64
Khz
2. Dengan serat optik
Bandwidth serat optik : 150 –
600 Mbps
Aplikasi yang digunakan dan data
kebutuhan bandwidth dapat dilihat
pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Kebutuhan Bandwidth
Aplikasi per Pelanggan[9]
NO APLIKASI BANDWITDH
(Mbps)
1
Internet
10
2
Telepon
0.1
3
2 SDTV
6
4
2 HDTV
32
TOTAL
48.1 Mbps
3.3.3 Kebutuhan Alat Ukur
A. Alat ukur yang digunakan
pada kabel tembaga.
1) Continuity Tester
2) AVO Meter.
B. Alat Ukur yang digunakan
pada kabel serat optik.
1) OPM (Optical Power
Meter)

Gambar 2.10 Tampilan Depan
AutoCAD[10]
3.

PEMODELAN SISTEM
3.1 TEMPAT
DAN
WAKTU
PENGAMBILAN DATA
Dalam penulisan Tugas Akhir ini,
proses pengambilan data yang akan
dirancang diambil di wilayah
perumahan Anugerah Dian Regency
Gambut Kabupaten Banjar Provinsi
Kalimantan Selatan. Untuk waktu
pengambilan data dilakukan selama
bulan Agustus 2014.
3.2 PERANGKAT
YANG
DIGUNAKAN
Pada penulisan Tugas Akhir ini
menggunakan beberapa perangkat
aktif antara lain Multiple Services
Access Network (MSAN) dan Digital
Subscriber Line Access Multiplexer
(DSLAM).
Perangkat
tersebut
merupakan salah satu teknologi yang
digunakan dalam melakukan migrasi
jaringan dari kabel tembaga menjadi
kabel serat optik.
3.3 PARAMETER YANG DIAMATI
3.3.1 Perancangan
Gambar
Menggunakan AutoCad

Gambar 3.4 OPM

8

2) OTDR (Optical Time Division
Reflectometer)

4.

Gambar 3.5 OTDR
3.3.4 Perhitungan Link Budget
Perhitungan link budget yang
dimaksud yaitu perhitungan
jumlah loss-loss dari seluruh
penggunaan
perangkat
didalam perencanaan jaringan
FTTx pada Tugas Akhir ini.
Link Budget yang dihitung
dalam perencanaan jaringan
yaitu mulai dari Optical Line
Terminal
(OLT)
sampai
dengan
Optical
Network
Terminal
(ONT)
pada
Boundary yang dirancang.
perhitungan Loss dilakukan
berdasarkan nilai redaman
per-perangkat.
3.3.5 Perhitungan Bill Of Quantity
(BOQ)
Bill of Quantity (BoQ)
dimaksudkan
untuk
mengetahui berapa banyak
kebutuhan perangkat yang
digunakan
untuk
pembangunan jaringan Fiber
To The Home (FTTH). Bill of
Quantity (BoQ) dihitung dari
keseluruhan jaringan yang ada
yaitu dari perangkat yang
digunakan, kabel feeder, kabel
distribusi, dan kabel drop.
3.3.6 Metode Pelaksanaan
Dalam
melakukan
modernisasi jaringan dari
kabel tembaga menjadi kabel
serat optik terdapat langkah
langkah yang harus dilakukan.
Adapun
langkah-langkah
tersebut antara lain:
1. Project Management.
2. Survey, Planning dan
Design OSP, dan DRM
(Design
Review
Management).
3. Pengadaan
dan
Pemasangan kabel primer
FO (dari STO s.d ODC).
4. Pengadaan
danPemasangan
kabel

sekunder FO (dari ODC
s.d ODP).
5. Pengadaan
dan
Pemasangan Drop Cable
FO (dari ODP s.d OTP/
Roset).
HASIL DAN ANALISA
4.1 Perancangan Jalur Kabel Feeder
Pada perancangan jalur kabel feeder
hingga ke ODC ini, panjang kabel
yang digunakan adalah sepanjang
1110 meter (1,11 Km). Perancangan
kabel feeder ini jumlah kapasitas
kabel (jumlah core) yang digunakan
dibagi menjadi 2 dengan yang
pertama jumlah kapasitas kabel 288
core sepanjang 275 meter dan
kapasitas kabel 48 core sepanjang
935 meter. Sepanjang jalur kabel
feeder ini juga menggunakan
Manhole sebanyak 5 buah, 2 pipa
HDPE dengan panjang 6 meter, 1
pipa HDPE dengan panjang 40 meter
dan 1 closure yang digunakan tempat
penyambungan dan cadangan kabel
feeder

Gambar 4.1 Skema Jalur Kabel Feeder
4.2 Perancangan Jalur Kabel Distribusi
Pada perancangan jalur kabel
distribusi ini berdasarkan dari data
yang didapat dari PT Telkom Akses
Area
Banjarmasin
dan
hasil
perancangan menggunakan kabel
distribusi sebanyak 5 buah kabel
distribusi dengan kapasitas kabel
fiber optik sebanyak 24 core pada
setiap kabel distribusi, 30 buah
Passive Splitter 1:8 dan total ODP
yang digunakan sebanyak 55 buah
ODP.

Gambar 4.2 Jalur Kabel Distribusi 1
(Warna Hitam)

9

Berdasarkan dari tabel 4.10, rata-rata
total redaman secara keseluruhan
adalah sebesar 21,83 dB. Dimana
besarnya hasil redaman tersebut
masih termasuk dalam batas toleransi
dalam sebuah jaringan FTTH yaitu
sebesar 28 dB.
4.6 Analisis Kebutuhan Alat Ukur
Menggunakan media transmisi kabel
serat optik alat ukur yang digunakan
lebih sedikit dibandingkan dengan
menggunakan media kabel tembaga.
Dan dilihat dari segi kualitas jenis
alat ukur Optical Power Meter
(OPM) dan Optical Time Division
Reflectometer (OTDR) memiliki
kualitas yang lebih baik dan juga
memiliki hasil ukur yang lebih
akurat.
4.7 Perhitungan Bill Of Quantity
(BOQ)
Tabel 4.3 BOQ Kabel Feeder
No
Designator
Satuan Jumlah
1
DC-OF-SM-48D
Meter
935
2
DC-OF-SM-288D Meter
275
3
ODC-288 Splitter
Pcs
1
4
PS-1-4-ODC
Pcs
36
5
MH-HH1
Pcs
1
Tabel 4.4 BOQ Tabel Distribusi
No
Designator
Satuan Jumlah
1
DC-OF-SM-12-SC
Meter
2730
2
DC-OF-SM-24-SC
Meter
2730
3
OS-SM-1 Eks
Core
104
4
ODP-PL-8
Pcs
6
5
ODP-PL-16
Pcs
49
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1) Setelah dilakukan modernisasi
jaringan dari akses kabel tembaga
menjadi akses kabel serat optik
sampai dengan ke pelanggan,
fiber optik mampu menyalurkan
bandwidth yang sangat besar
hingga mencapai 100 Mbps
dengan
salah
satunya
menggunakan perangkat seperti
MSAN.
2) Layanan yang didapatkan oleh
pelanggan akan lebih banyak dan
bervariasi
karena
dengan
menggunakan kabel serat optik
dapat menyalurkan layanan yang
lebih banyak atau yang sekarang
dikenal dengan layanan Triple
Play.
3) Melalui gambar perancangan
yang
dibuat
menggunakan
software AutoCAD 2010 dapat
dilihat
bahwa
dengan
menggunakan kabel serat optik

4.3 Perancangan Jalur Kabel Drop
Optik
Pada perancangan jalur kabel drop
optik jalur yang digunakan hampir
sama dengan jalur kabel distribusi,
dengan jumlah ODP 55 buah yang
didapat
berdasarkan
hasil
perancangan total homepass yang
dapat tercakup adalah sebanyak 612
homepass.

Gambar 4.3 Cakupan Homepass Distribusi
1 (Warna Hitam)
4.4 Analisis Kebutuhan Bandwidth
Pada perancangan ini akan dihitung
total dari keseluruhan bandwidth
yang akan digunakan dengan cara
melakukan perhitungan disetiap
cakupan homepass per jalur kabel
distribusi.
Tabel 4.1 Total Kebutuhan
Bandwidth Pelanggan
Jumlah
HP
122
122
136
108
124

Distribusi
1
2
3
4
5

Total
(Mbps)
5868.2
5868.2
6541.6
5194.8
5964.4
29437.2

Total

Total secara keseluruhan dari
kebutuhan bandwidth per pelanggan
dari tiap jalur distribusi dan total 612
homepass adalah sebesar 29437.2
Mbps atau sama dengan 29.44 Gbps.
Sedangkan jumlah bandwidth yang
dapat disalurkan dari sumber (OLT)
menuju ke ODC hanya sebesar 4.8
Gbps sehingga dari pihak PT Telkom
harus menambah kapasitas bandwidth
yang sesuai dengan kebutuhan
tersebut.
4.5 Perhitungan Link Budget
Tabel 4.2 Perhitungan Link Budget
No
1
2
3

Distribusi
KeTerjauh
1
Terdekat
2
Menengah
3
Rata-Rata
Ket

ODP
1
12
6

Total
(dB)
21,93
21,78
21,82
21,83

10

untuk
konfigurasi
jaringan
menjadi lebih sederhana
4) Dari hasil rancangan didapatkan
total
kebutuhan
bandwidth
seluruh pelanggan adalah sebesar
29.44
Gbps,
sedangkan
bandwidth yang tersedia melalui
jalur sumber (OLT) hingga
menuju ke ODC sebesar 4.8
Gbps. Ini menunjukkan bahwa
dari pihak penyedia jasa layanan
dalam hal ini PT Telkom
Indonesia, harus menyediakan
perangkat yang mampu untuk
menyalurkan bandwidth sesuai
dengan kebutuhan dari tiap-tiap
pelanggan tersebut.
5.2 SARAN
Dari penyusunan Tugas Akhir ini,
penulis menggunakan data pelanggan
sebanyak 306 homepass dan dalam
membuat
perancangan
gambar
jaringan menggunakan software
AutoCAD. Dan untuk pengembangan
dari penulisan Tugas Akhir ini
penulis
menyarankan
agar
menggunakan data homepass lebih
banyak lagi dan dalam membuat
rancangan gambar jaringan penulis
menyarankan agar menggunakan
software yang berbeda agar terlihat
perbedaan dari pembuatan dengan
menggunakan software AutoCAD.
6. DAFTAR PUSTAKA
1. PT.Telekomunikasi Indonesia, Tbk,
Konfigurasi
Jarlokat,
Telkom
Training Center. 2004
2. Fitriani Noor Ellysa. Laporan Tugas
Akhir Dengan Judul “Analisis
Pengaruh Jumlah User
Aktif T
erhadap Kapasitas Bandwidth Pada
Perangkat Giga Bit Passive Optical
Network (GPON) Studi Kasus di PT
Telkom Purwokerto”. Sekolah Tinggi
Teknologi
Telematika
Telkom
Purwokerto. 2013.
3. Pattinasarani, Petronella. Laporan
Tugas
Akhir
Dengan
Judul
“Perancangan Jaringan Fiber To The
Home (FTTH) Menggunakan Google
Earth Berdasarkan Survey Micro
Demand
Di
Wilayah
Laksda
Adisucipto Babarsari Yogyakarta”.
Sekolah Tinggi Teknologi Telematika
Telkom Purwokerto. 2014.
4. Sinaga, Rizly Roni Venda. Laporan
Tugas
Akhir
Dengan
Judul
“Perancangan Jaringan Lokal Akses
Fiber (Jarlokaf) Dengan Konfigurasi
Jaringan Fiber To The Home (FTTH)

Di Daerah Nologaten, Caturtunggal
Yogyakarta”.
Sekolah
Tinggi
Teknologi
Telematika
Telkom
Purwokerto. 2014.
5. Betaria, Purna. Laporan Tugas Akhir
Dengan Judul “Desain Jaringan Akses
Fiber To The Home (Ftth) Di Area
Saturan Raya, Babarsari, Yogyakarta
Menggunakan
Aplikasi
Google
Earth”. Sekolah Tinggi Teknologi
Telematika Telkom Purwokerto. 2014.
6. Lestari, Febriani Eka. Laporan Tugas
Akhir Dengan Judul “Perencanaan
Jalur Ftth Di Wilayah Desa Seturan
Kecamatan Depok Daerah Istimewa
Yogyakarta Menggunakan Google
Earth Dan Kmlcsv Converter”.
Sekolah Tinggi Teknologi Telematika
Telkom Purwokerto. 2014.
7. Isnawati,
Anggun
Fitrian,Diktat
Sistem Komunikasi Serat Optik,
Akatel Sandhy Putra Purwokerto,
Purwokerto, 2005.
8. PT.
Telekomunikasi
Indonesia,
Tbk,PL 1.1 - Dasar Sistem
Komunikasi
Optik,
Bandung,
TELKOMRisTI (R & D Center),
2004.
9. Nugroho,
Adi,Teknologi
GPON
sebagai
Triple
Play
Services,Universitas
Diponegoro,
Semarang, 2009
10. Purwadi., S.Kom., Modul Belajar
Komputer
Teknik
(AutoCAD).

11

Jurnal Penelitian Dengan Judul :

PERANCANGAN MODERNISASI MIGRASI JARINGAN DARI
KABEL TEMBAGA KE KABEL SERAT OPTIK DI PERUMAHAN
DIAN ANUGERAH REGENCY GAMBUT KABUPATEN BANJAR,
KALIMANTAN SELATAN

DESIGN OF MIGRATION NETWORK MODERNIZATION OF
COPPER CABLE TO FIBER OPTIC CABLE HOUSING IN DIAN
ANUGERAH REGENCY BANJAR DISTRICT, SOUTH
KALIMANTAN

Telah Disetujui dan Disahkan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Ahli Madya (A.Md) Pada Program Studi D3 Teknik Telekomunikasi
Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto

Disusun Oleh :
DWI AGUS PRIYANTO
NIM. D311032

Menyetujui,

Pembimbing I

EKA WAHYUDI, S.T., M.Eng.
NIDN. 0617117601

12