ARSITEKTUR BAROQUE Akhir Abad 16M Perten

ARSITEKTUR BAROQUE (Akhir Abad 16M-Pertengahan Abad 18M)
Tidak diketahui secara pasti dari mana asal kata ‘baroque’, namun diperkirakan berasal dari
bahasa Spanyol ‘barrueco’ yang berarti permata dengan bentuk tak beraturan. Arsitektur Baroque mulai
berkembang pada abad ke-16, dan umumnya timbul karena perkembangan yang terjadi pada Gereja
Katolik. Pada pertengahan abad ke-16 Gereja Katolik membuat gerakan untuk melawan perkembangan
Protestanisme dan gerakan untuk lebih menyebarluaskan propaganda tentang Gereja Katolik. Salah satu
cara untuk itu adalah dengan menekankan pentingnya bentukan seni pada Gereja. Di dalam Gereja,
arsitektur dan patung, lukisan dan musik digabungkan dengan cara baru yang teatrikal untuk menekankan
kepentingan ajaran Katolik sehingga dapat membuat pesan-pesannya lebih atraktif/menarik.
Mengenal Bangunan Baroque
Cita rasa pergerakan yang menerus, yang terutama diciptakan oleh permainan dinding-dinding
cekung dan cembung, adalah fitur yang paling jelas pada bangunan Baroque. Kesan pertama dalam
melihat bangunan Baroque adalah seperti melihat sebuah teater. Ada drama, ada pergerakan, ada efek
pencahayaan yang jelas (striking) dan akustik yang baik.
Arsitektur Baroque, yang muncul pertama kali di Roma, adalah gaya bangunan pada gereja, istana dan
bangunan umum (yang dirancang dalam skala besar). Pada hal tertentu, arsitektur Baroque dapat
dikatakan sebagai perpanjangan dari arsitektur Renaissans. Keduanya mempunyai kubah (dome), kolom,
pilaster, entablature dan komponen-komponen klasik lainnya. Yang berbeda pada arsitektur Baroque
adalah kebebasan, kebebasan dalam menggabungkan komponen-komponen tersebut, dimana saat
Renaisans kebebasan ini tidak dapat diterima (ada aturan-aturan baku).


Dinding bergelombang merupakan fitur yang menakjubkan dari gereja-gereja Baroque. Order
raksasa, biasanya setinggi dua lantai, dan dinding raksasa mendominasi eksterior. Tebing layar-nya bisa
berbentuk lengkung kurva, ataupun lengkung yang mengarah ke atas bertemu pada puncaknya.
Jendela-jendela besar berbentuk persegi panjang, dan jendela yang lebih kecil, yang mempunyai lebih
banyak ornament, berbentuk lingkaran, setengah lingkaran, atau oval (bulat telur). Bentuk oval
juga diterapkan pada bingkai pahatan dinding (frame wall carving). Denah lantai dasar biasanya juga
oval, yang merupakan bentuk geometris paling ‘bergerak’ (fluid) dan yang menciptakan rasa pergerakan
(movement). Bentuk oval digunakan di seluruh bangunan.
Saat memasuki gereja kesan teater menjadi lebih kuat. Para perancang gereja Baroque menginginkan
orang yang datang untuk beribadah untuk merasakan bahwa mereka juga ikut dalam
acara, agar mereka dapat mendengar dan melihat si pendeta dengan baik. Karena itu kebanyakan gereja
Baroque tidak mempunyai kolom-kolom yang membagi gang samping (aisle) dan lorong tengah (nave),
namun digantikan dengan kapel-kapel di bagian samping sepanjang dinding.

Pada interior, seperti pada eksterior, dinding bergelombang memberikan cita rasa pergerakan.
Altar kaya dengan dekorasi dan baldachin di atasnya. Baldachin adalah semacam kanopi, umumnya
berbentuk kubah, yang disangga oleh empat kolom yang juga kaya dengan dekorasi ukiran. Balkon,
bagian tak terpisahkan dari teater, juga dapat ditemukan di gereja-gereja Baroque. Beberapa di antaranya
dihiasi dekorasi ukiran-ukiran logam.
Paduan usaha dari para arsitek, pelukis dan pemahat membuahkan hasil yang menawan. Langit-langit

didekorasi dengan lukisan. Dekorasi dinding menggunakan stucco, dimana bahan ini adalah bahan yang
fleksibel, sehingga membantu menciptakan garis-garis lengkung sebagai karakteristik Baroque.
Gereja-gereja Baroque mendapatkan cahaya dari sedikit sumber, umumnya dari kubah, baik kubah
pusat ataupun kubah-kubah kecil di sekelilingnya. Efek dari pencahayaan, yang didapat dari jumlah
cahaya yang tepat menyinari tempat yang tepat, merupakan bagian yang penting dari arsitektur gereja
Baroque.
Banyak karakteristik yang ditemukan di gereja Baroque dapat ditemukan di istana juga. Termasuk
di dalamnya adalah fasade bergelombang, garis-garis ‘hidup’ (fluid) baik dalam konstruksi dan dekorasi,
dan kaya akan dekorasi.
Tangga monumental adalah fitur penting pada istana dan villa Baroque. Tangga-tangga ini mendominasi
sirkulasi bangunan baik di ruang luar ataupun ruang dalam bangunan.

Contoh bangunan periode Baroque

Type bangunan (utilitas)
type bangunan pada masa baroque berupa:





Sebagai tempat ibadah, gereja
Sebagai pusat pemerintahan istana
Bangunan umum yang di rancang dalam skala besar, tempat ziarah dan tempat pusat interaksi
kegiatan masyarakat baik formal maupun informal.

Sitem struktur material
Sistem struktur pada massa baroque hampir tidak mengalami perubahan yang signifikan, hampir
sama dengan massa renaissance.
Pada zaman ini juga masih terlihat komposisi yang lengkap yaitu:
1. Pediment, tiang-tiang
2. Pedestai
3. Entablature

Namun pada zaman ini bentuk segitiga/pedimentersebut tidak berfungsi langsung sebagai bentuk
segitiga atap, namun hanya sebagai tempelan yang juga berfungsi langsung sebagai pintu utama atau
pintu masuk suatu bangunan.
Prinsip estetika venusitas
Prinsip estetika pada masa baroque lebih menekankan pada bagian interior, diantaranya:



Permainan dinding-dinding cekung dan cembung, adalah fitur yang paling jelas pada bangunan



baroque.
Kubah(dome), kolom, pilaster, entablature dan komponen-komponen klasik lainya.

Yang berbeda pada arsitektur baroque adalah kebebasan, kebebasan dalam menggabungkan komponenkomponen tersebut, dimana saat renaisans kebebasan ini tidak diterima.
Menurut Sullivan (2005), bahwa karateristik seni baroque terbentuk dari beberapa unsur, seperti:


Sense of movement, energy dan tension. Salah satu teknik visualisasiyang terkenal pada zaman
baroque adalah teknik chiaroscuro yang digunakan oleh seorang pelukis belanda yang bernama



Rembrandt harmenszoon van rijn.
Cirri visual yang melekat pada corak seni baroque adalah kontras cahaya (gelap-terang) yang
dominan dan menghasilkan kesan dramatis pada lukisan.


Baroque juga memiliki beberapa karakteristik diantaranya:


Naves yang zaman sebelumnya panjang dan sempit digantkan oleh bentuk yang lebih lebar dan






sikular.
Penggunaan cahaya secara dramatis.
Kaya akan ornamen, langit-langit yang dipenuhi fresco (wall painting) dalam skala besar.
Façade eksternal yang memiliki karakter proyeksi terpusat yang dramatis
Interior seringkali tidak lebih dari tempat bagi lukisan dan patung ukiran.

Aliran baroque ini cenderung lebih dinamis sifatnya:







Denah bagian sudut di delesaikan dengan bentuk lengkung atau melingkar.
Pilar-pilar dibentuk berpilin/memutar.
Ornament membentuk 3 dimensi sehingga mencuat keluar.
Banyak terdapat hiasan pahatan untuk menunjang eksterior dan interior.
Penggunaan warna-warna cerah.

CONTOH ARSITEKTUR BAROK
San Carlo alle Quattro Fontane

(gambar 1.1)
San Carlo Alle Quattro dilihat dari atas

San Carlo alle Quattro Fontane adalah suatu gereja ( 1638-41) di Roma, yang dirancang oleh
Francesco Borromini ( 1599-1677), salah satu dari contoh dari arsitektur terkemuka Barok. Kompleksitas
yang geometris dalam menyambungkan bujur berbentuk oval dan lingkaran menciptakan keluasan di

dalam sudut gereja yang kecil, yang mana berdiri sangat dekat dari Palazzo Barberini ( jendela yang

dirancang oleh Borromini) dan piazza (serambi). (lihat gambar 1.1 dan 1.2)

(gambar 1.2)
Bagian muka gedung San Carlo alle quattro fontane

Gereja ini juga di jalan yang sama dari saingan mereka Lorenzo Gian Bernini'S dalam bangunan
yang juga berbentuk oval Sant'Andrea al Quirinale. Kecekung bagian muka gedung yang cembung San
Carlo menggelombang dalam suatu fungsi dan tidak klasik.
Kolom Corinthian jangkung menyela entablatures. hemi-cherubim Bersayap Idiosyncratic
digunakan untuk membingkai relung patung, salah satu patung yang paling utama dalam bangunan gereja
tersebut adalah patung suci Charles Borromeo yang dibuat olehAntonio Raggi. Di sampingnya adalah
patung St. Yohanes Matha dan St. Felix Valois, pendiri dari Order Tritunggal.

(gambar 1.3)
Halaman San Carlo alle quattro fontane.

Di sudut dekat air mancur terdapat suatu lukisan tentang Neptunus berbaring telentang. Kubah dari gereja
mempunyai suatu pola teladan kopor salib kompleks, bujur telur, dan sudut enam. Rencana denah adalah
suatu persimpangan yang gegabah dari bentuk oval. (lihat gambar 1.4)


(gambar 1.4)
Denah San Carlo alle Quattro Fontane
Dari denah ini kita bisa lihat bahwa denah lantai dasar terdiri dari tiga ruangan yang sesuai untuk
bermaca-macam fungsi. Memasuki gereja ini kita akan menjumpai sebuah nave ( ruang tengah gereja)
yang berbentuk oval yang menyediakan keangka spasial untuk rute prosesi umat. Arah gerak dipertegas
oleh kubah barrel yang memanjang dan kolom-kolom pada kedua sisi nave, yang pada seetiap kasus
membentuk relung, nave berakhir pada bagian gereja yang terpenting yaitu mimbar. Ruang ini diperluas

pada ketiga bagian sisi-sisinya melalui apse-apse (bagian gereja yang menonjol dan berbetuk setengah
bundar). Bagian belakang apse tenagh merupakan dinding kolomn. Melaluinya paduan suara dapat
dilihat.

Sumber: http://atpic.wordpress.com/2011/03/02/arsitektur-baroque-akhir-abad-16m-pertengahan-abad18m/#more-289 & http://farizallama-note.blogspot.com/2012/04/perkembangan-arsitekturrenaissance.html & http://sacunaristik.blogspot.com/2012/01/v-behaviorurldefaultvml-o.html