BAHAN MATA KULIAH SEJARAH PERADABAN ISLAm

1

BAHAN MATA KULIAH
SEJARAH PERADABAN ISLAM

Oleh:
H. MUBARAK, S.Pd.I., M.Pd.I.
UNTUK MAHASISWA JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

: Mahasiswa
Ahmad Farich Hidayatullah
NIM :170511448

FAKULTAS AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS KUTAI KARTANEGARA
TENGGARONG
2017/1438


2

BAB I
PENGERTIAN, FAEDAH, FAKTOR, LAPANGAN DAN
PANDANGAN ISLAM TENTANG SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
A. Pengertian Sejarah Peradaban Islam
1. Pengertian Sejarah
Sejarah berasal dari bahasa Arab ‘Syajarah / ‫' شجرة‬, artinya 'Pohon'. Pohon diartikan
sebagai 'Silsilah'. Dalam pengertian pohon di sini, adalah sebagai pohon yang terbalik, akar
di atas dan ranting serta cabangnya berada di bawah, sehingga merupakan silsilah.
Secara harfiah, Sejarah dalam bahasa Arab diartikan ‫ الحكا ية‬: ‫( التا ريخ‬Ahmad Warson
Munawwir: 1997: 17)
Sejarah menurut definisi mempunyai arti:
- Sejarah sebagai peristiwa (-peristiwa) pada masa lampau
- Sejarah sebagai kisah dari pada peristiwa (-peristiwa) itu. (Nugroho Notosusanto:
1964; 6)
Pengertian sejarah ini bisa juga disebut dengan:
- Sejarah sebagai kejadian, khususnya kejadian yang berhubungan dengan perbuatan
manusia, atau bisa
- berarti masa lampau manusia yang berisikan kejadian-kejadian yang menyangkut

perbuatan manusia. (Sumardjo: 1965; 13)
Sayyid Qutub (1987” 18) dalam buku beliau Konsepsi Sejarah dalam Islam,
menyebutkan bahwa Sejarah bukanlah peristiwa-peristiwa, melainkan tafsiran peristiwa dan
pengertian mengenai hubungan-hubungan nyata dan tidak nyata yang menjalin seluruh
bagian serta memberinya dinamisme dalam waktu dan tempat.
* Faktor-faktor yang menyebabkan sejarawan berbeda pandang dalam memberi arti
terhadap suatu objek:
- Sikap berat sebelah pribadi
- Prasangka kelompok
- Interpretasi berlainan tentang faktor-faktor sejarah
- Pandangan dunia yang berbeda-beda (Nugroho Notosusanto: t.t.: 10)
2. Pengertian Peradaban
Peradaban berasal dari kata 'adab' ditambah dengan awal 'per' dan akhiran 'an'. Kata
adab berasal dari bahasa Arab ' ‫ ' اداب‬yang berarti sopan santun, tata karama, budi bahasa.
Peradaban sendiri kalau diambil dari makna bahasa Arab di sebut " ‫ تمدن‬atau " ‫" الحضرة‬.
Dalam bahasa Inggeris "Civilization".
Dalam Webster Dictionary Civilization diartikan:
- Keadaan atau proses peradaban
- Kemajuan sosial dan kebudayaan
- Kurun type dari sosial tertentu

- Seluruh dunia yang telah maju.
Rene Sedilot, mengartikan peradaban adalah Khazanah pengetahuan dan
kecakapan teknis yang meningkat dari angkatan keangkatan dan sanggup berlanjut
terus.
Peradaban juga diartikan sebagai manifestasi berfikir, merasa untuk
mempraktiskan, memudahkan, memajukan kesenangan dalam kehidupan.
* Peradaban adalah merupakan tingkat kebudayan yang lebih tinggi dari kebudayan
orang liar.
* Adalah bidang kehidupan untuk kegunaan yang praktis

3

* Adalah sebagian dari kebudayaan untuk memudahkan dan mensejahterakan hidup.
---- Contoh: alat angkut semula pedati --- > mobil.
3. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan berasal dari kata 'budaya', mendapat awalan ke dan akhiran an. 'Budaya'
berasal dari kata 'Buddhayah'; budi dan daya. Dalam bahasa Arab kebudayaan diartikan
dengan ' ‫' الثقا فة‬, sedang dalam bahasa Inggris diartikan 'Culture'.
Kebudayaan menurut definisi:
* H. Agus Salim: Kebudayaan adalah himpunan segala usaha dan daya-upaya yang

dikerjakan dari hasil budi untuk memperbaiki sesuatu dengan tujuan untuk mencapai
kesempurnaan.
* Sidi Gazalba: Cara berpikir dan merasa, menyatakan diri dalam seluruh segi
kehidupan sekelompok manusia yang membentuk masyarakat, dalam suatu ruang
dan waktu.
* Koentjaraningrat: Keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus
dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya.
Menurut Koentjaraningrat, ada tiga wujud kebudayaan:
- Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, normanorma, peraturan dan sebagainya.
- Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat.
- Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia (Koentja-raningrat:
1980; 201)
* Para ahli seperti Ogburn dan Nimkoff dalam bukunya "Hand Book of Sociology",
seperti dikutip oleh Phil Astrid S Susanto (1979: 149), membagi kebudayaan ada dua
macam, ada kebudayaan materi dan kebudayaan mental.
----- > Jadi Sejarah dan Peradaban Islam: Pembicaraan masa lalu dan kini tentang
cara berpikir, merasa dan memproduksi serta meningkatkannya dari umat
Islam.
B. Faedah Mempelajari Sejarah dan Peradaban Islam

1. Faedah Teoritis:
* Mengetahui tingkat kemajuan dan kehidupan sesuatu bangsa dibanding bangsa
lain.
* Dapat membeda-bedakan masing-masing rumpun bangsa kemudian mengelompokkan berdasarkan persaman dan perbedaan peradaban.
* Dapat memiliki pengetahuan untuk menciptakan lebih lanjut dan menyempurnakannya.
* Dapat mengetahui tingkatan peradaban umat Islam dari berbagai bangsa sampai di
mana sumbangan yang telah diberikan.(Sulhany: 1972; 9)
2. Faedah Praktis:
Dengan mempelajari peradaban (Islam) dapat mengambil contoh, peristiwa
yang telah terjadi untuk mengambil yang baik dan meninggalkan yang buruk untuk
diterapkan dalam kehidupan.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Menentukan Corak Peradaban
1. Faktor yang mempengaruhi:
a. Lingkungan (Milleu)
b. Watak
c. Interaksi Sosial
2. Faktor yang menentukan corak:
a. Geografis, iklim, makanan

4


b. Keturunan/ras atau bangsa
c. Kejiwaan/Challence and Responce
d. Ekonomi
e. Pendidikan.
D. Lapangan Peradaban (Kebudayaan)
1. C. Kluchohn dalam bukunya "Universal Categories of Culture", mengemukakan
lapangan-lapangan kebudayaan sebagai berikut:
a. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia: pakaian, perumahan, alat-alat rumah
tangga, senjata, alat-alat produksi, transportasi dan sebagainya.
b. Mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi: pertanian, peternakan, sistem
produksi, sistem distribusi, dan sebagainya.
c. Sistem kemasyarakatan: sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum,
sistem perkawinan.
d. Bahasa: lisan maupun tulisan.
e. Kesenian; seni rupa, seni suara, seni gerak, dsb.
f. Sistem pengetahuan.
g. Religi (sistem kepercayaan) (Soerjono Soekanto: 1982; 166)
2. Sidi Gazalba (1976: 27) dalam bukunya Masyarakat Islam Pengantar Sosiologi dan
Sosiografi, membagi lapangan kebudayaan sebagai berikut:

a. Sosial, b. Ekonomi, c. Politik, d. Pengetahuan dan Tehnik, e. Seni, f. Filsafat, dan g.
Agama.
Khusus tentang "agama", terdapat dua bagian yaitu, agama yang bersumber dari wahyu
Ilahi (agama samawi), dan agama yang bersumber dari hasil renungan manusia, disebut
agama dunia.
E. Pandangan Islam terhadap Peradaban (Kebudayaan)
1. Prof. Mr. Beiren de Haan, menyatakan bahwa agama itu dasar dari peradaban
(kebudayaan). (Sulhany: 1972; 16)
2. Ajaran Islam menyatakan:
a. Islam memberantas buta hurup.
‫إقرأ با سم ربك الذى خلق‬
Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menjadikan (Al Alaq: 1)
‫ن والقلم وما يسطرون‬
Nun, Demi Kalam (pena) dan demi apa yang tertulis (Al Kalam: 1)
b. Islam mengharuskan menuntut ilmu.
‫… يرفع الله الذين امنوا منكم والذين اوتواالعلم درجا ت‬
Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu
pengetahuan beberapa derajat (Al Mujadalah: 11)
‫طلب العلم فريضة على كل مسلم‬
Menuntut ilmu wajib atas tiap orang muslim (Hadits)

c. Islam menghormati akal.
‫إن فى ذلك ليت لقوم يتفكرون‬
Sesungguhnya pada yang demikian itu menjadi tanda bagi kaum yang mau
berpikir (Al Jasiyah: 13)
‫ لدين لمن لعقل له‬، ‫الدين هو العقل‬
Agama adalah akal, tidak ada agama bagi orang yang tidak berakal (Hadits)
d. Islam melarang taklid.

5

‫ إن السمع والبصر والفؤاد كل اولئك كان عنه مسئول‬، ‫ولتقف ماليس لك به علم‬
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai Pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pandengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabannya.
e. Islam menganjurkan berinisiatif
"Barang siapa yang merintis suatu jalan yang baik di dalam Islam, dia akan mendapat
ganjarannya dan ganjaran orang-orang yang mengerjakan cara yang baik itu sampai
hari kiamat (Hadits).
f. Islam mementingkan dunia adan akhirat.
‫وابتغ فيما اتاك الله الدار الخرة ولتنس نصيبك من الدنيا‬

Dan carilah kurunia Allah yang telah diberikan kepadamu negeri akhirat dan
janganlah engkau lupakan nasibmu di atas dunia ini (Al Qashah: 77)
‫إعمل لدنياك كانك تعيش ابدا وإعمل الخرتك كانك تموت غدا‬
Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya, dan beramallah
untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok hari (Hadits).
g. Akulturasi.
Islam menganjurkan kepada pemeluknya untuk mengunjungi negeri lain,
menghubungkan tali silaturrahmi, untuk mencari pengalaman dan pengetahuan,
serta kebudayaan.
           
            
Artinya: “Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati
yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka
dapat mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta,
ialah hati yang di dalam dada.” (Al Hajj [22]: 46)

6

BAB II
CORAK MASYARAKAT ARAB SEBELUM DATANGNYA ISLAM

A. Geografis Tanah Arab
Tanah Arab atau sering disebut Jazirah Arab terletak di bagian Barat Daya Benua
Asia. Para ahli memang berbeda pendapat mengenai batas yang pasti termasuk wilayah
tanah Arab. Namun umumnya mereka sepakat kalau yang disebut Jazirah Arab adalah
hanya lebih terfokus pada wilayah dataran Hejaz dan Nejaz, termasuk wilayah Hadramaut,
Yaman dan lainnya. Secara keseluruhan luas wilayah ini diperkirakan sekitar 1.200.000 mil
persegi.
Tanah Arab ini berbatasan sebelah:
- Utara dengan Palestina, Syiria dan Irak;
- Selatan dengan Lautan Hindia;
- Timur dengan Teluk Persia dan Oman; dan
- Barat dengan Laut Merah.
Keadaan tanahnya sebagian besar terdiri dari Padang Pasir tandus, bukit dan batu,
terutama bagian tengah. Sedang bagian selatan atau bagian pesisir pada umumnya tanahnya
cukup subur.
Untuk wilayah bagian Tengah terbagi pada:
1. Sahara Langit atau disebut pula Sahara Nufud;
2. Sahara Selatan disebut al-Rub'ul Khali; dan
3. Sahara Harrat.
Kondisi alam/tanah adalah:

- Kering dan tandus, kalaupun ada air hanyalah Oase atau Mata Air .
- Menyebabkan penduduknya suka berpindah-pindah (Nomaden) dari satu wilayah ke
wilayah lain, oleh para ahli mereka disebut suku Badui.
- Dari segi pekerjaan mereka umumnya bekerja menggembalakan kambing dan binatang
ternak lainnya.
Sementara wilayah bagian Pesisir, yaitu terdiri wilayah pesisir Laut Merah,
Samudera Hindia dan Teluk Persi, sehingga kondisi tanahnya:
- Sangat subur, di tempat ini banyak dilakukan usaha pertanian;
- Di samping itu juga dilakukan usaha perdagangan;
- Penduduknya menetap dan sangat padat.
B. Asal Usul Keturunan Bangsa Arab
Bangsa Arab adalah ras Semit yang tinggal di sekitar jazirah Arabia. Bangsa Arab
purbakala adalah masyarakat terpencil sehingga sulit dilacak riwayatnya (MAJ. Beg: 1993:
11)
Orang Arab sendiri membagi bangsa mereka menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Arab-ul-Baidah atau Arab-ul-Ariba
Ialah bangsa Arab yang sudah tidak ada lagi, di antaranya terhitung kaum-kaum Hamiya
(Kusyiya) termasuk dalam kaum ini adalah Kaum Tsamud yang sudah punah. Di antara
kabilah yang terkenal adalah Ad, Tsamud, Thasar, Yodis dan Yurnam.
2. Arab Baqiah (mereka ini masih ada) terbagi pada dua kelompok:
a. Arab Aribah:
Kelompok Quthan di Yaman, Jurham, Ya'rab adalah kabilah-kabilah yang termasuk
dalam kelompok ini. Dari Ya'rab inilah lahir suku-suku Kahlan dan Himyar.
b. Arab Musta'rabah:

7

Kebanyakan dari penduduk Arabia yang mendiami bahagian tengah Jazirah Arabia dari
Hejaz sampai ke Syam.
Kelompok Arab Musta'arabah inilah yang mendiami Mekkah tinggal bersama Nabi
Ibrahim hingga terjadi percampuran (Perkawinan) yang kemudian melahirkan suku
Arab termasuk suku Quraisy, yang tumbuh dari induk suku Adnan.
MAJ. Berg (1993: 12) menyatakan, Bangsa Arab pra-Islam yang tinggal di jazirah
Arab yang sangat luas itu dapat dibagi ke dalam dua kategori atau kelompok, yaitu bangsa
Arab yang menetap (Hadari) dan pengembara (Badui) di sekitar gurun pasir.
1. Bangsa Arab Hadari (menetap) adalah bagian dari strata yang sangat kuat. Suku
terkemuka dan terkuat dari kelompok masyarakat Hadari ini adalah suku Quraisy.
Suku Aristokrasi terkemuka ini sebagian besar tinggal di kota Mekkah. Dari berbagai
suku yang hidup pada masa Arab purbakala, maka kaum Quraisy memperoleh hak
istimewa sebagai golongan tertinggi dalam masyarakat. Mereka memiliki sumber
prestise dan kekuasaan yang rapi. Mereka merupakan pelindung tempat suci, yakni
Ka'bah. Mereka juga kaum bangsawan beragama yang memperoleh prestise pilitik dan
kekayaan, di samping juga dalam dunia perdagangan internasional.
Dari segi status sosial, suku Quraisy menempati khirarchi tertinggi dari suku lainnya
kecuali kaum Thaqiq di Thaif, karena mereka berada di bawah suku Quraisy. Oleh
MAJ.Berg dikatakan, mereka ini menempatkan diri sebagai suku terkemuka dalam
hierarki sosial bangsa Arab. Sementara suku-suku non-Quraisy seperti, Hudhayl,
Azd, Banu Hanifah, Bakr bin Wa'il, Aws, dan Khazraj memiliki status sosial yang
rendah, mereka ini termasuk suku-suku Arab non-Aristokratis (1993: 15)
2. Suku Nomadis (Badui) berada di bawah suku yang menetap (Hadari). Mereka ini
penduduk yang tinggal di pedalaman. Sesuai dengan kondisi alamnya yang gersang dan
tandus, mereka tinggal tidak menetap di suatu daerah secara permanen tetapi
berpindah-pindah, bahkan perpindahan mereka sangat mobil. Guna kelangsungan
hidup, mereka berpindah-pindah untuk mencari makan terutama menggembala binatang
ternak, seperti kambing, biri-biri, onta, dan lainnya.
Bagaimanapun masyarakat Badui hanya memperoleh sedikit kesempatan untuk
meningkatkan moboilitas sosialnya; suku ini dibentuk atas dasar kekeluargaan di
antara para anggotanya. Untuk itu tiap suku dipimpin oleh seorang Syekh, bilamana
meninggal, maka salah seorang di antara mereka dipilih untuk menggantikannya.
C. Beberapa Kerajaan Arab
1. Kerajaan Saba
Kerajaan Saba' ini terletak di Jazirah Arab bagian Selatan, yaitu di Yaman. Kerajaan
ini sangat maju sekali untuk ukuran masa itu, terutama dalam bidang pertanian.
Dalam upaya menyuburkan pertanian, masyarakat sudah memanfaatkan sistem
pengairan, yang terkenal 'Saddul Maarib'. Kerajaan ini menurut catatan sejarah terjadi
pada masa Nabi Sulaiman dengan pimpinannya Ratu Bulqis.
2. Kerajaan Himariyah
Menurut sejarah, Kerajaan Himariyah ini adalah kelanjutan dari Kerajaan Saba. Kerajaan
ini terletak antara Saba dan Laut Merah tepatnya di daerah Qitban.
Kerajaan ini seperti halnya Kerajaan Saba, juga memiliki peradaban yang sudah
maju. Pada saat itu kerajaan ini sudah memiliki hubungan diplomatik dengan kerajaan
besar seperti Bizantium dan Persia.
Pada akhirnya kerajaan ini runtuh sebagai akibat dikuasai dan dihancurkan oleh orangorang Habsyah (Abisenia), salah satu raja yang terkenal adalah Abrahah.
3. Kerajaan Hirah

8

Kerajaan Hirah terletak antara Kerajaan Bizantium dan Persia, atau terletak di wilayah
Irak sekarang. Agama masyarakat adalah Agama Nasrani Nasturia.
4. Kerajaan Ghosasiniah
Kerajaan ini disebut pula Ghasan, terletak di daerah Syam. Kerajaan ini cukup maju,
banyak kota-kota yang dibangun, bangunan toko dan istana dibangun tinggi-tinggi.
Sementara dalam struktur pemerintahan, umumnya sangat dekat dengan yang ada di
Kerajaan Bizantium. Sementara agama masyarakatnya adalah penganut Kristen.
D. Peradaban Arab Sebelum Islam: Sosial, Keluarga, Ekonomi dan Agama
1. Kehidupan Sosial
Keadaan bangsa Arab yang hidup di daerah padang pasir yang tandus, sedikit
banyaknya turut membuat corak kehidupan mereka berjalan agak keras, penuh persaingan,
perebutan kekuasaan antara satu kabilah dengan kabilah lainnya. Siapa yang kuat, gagah
perkasa itulah yang memimpin.
Dalam hidup bermasyarakat, bangsa Arab sangat menyenangi hal-hal seperti:
= Syair; dengan syair, orang bisa dipuji/mulia dan dihina. Dari syair ini akan tergambar
kehidupan sosial bangsa Arab;
= Minum khamar, kendati di antara mereka ada pula yang mengharamkan hal ini;
= Ada pula adat (tradisi) pada saat itu kebiasaan “mengawini isteri bapa” yang telah
meninggal dunia (Syalabi: 1973 :42) Di sisi lain, perkawinan bentuk Endogami
adalah merupakan ciri khas masyarakat Arab pra-Islam (MAJ. Berg: 1993: 17)
= Menganggap hina kaum perempuan;
= Menguburkan anak perempuan, namun hal ini menurut Sallabi, ini hanya dilakukan
oleh Bani Asad dan Tamim.
= Sementara mereka yang pandai membaca saat itu hanyalah sebanyak 17 orang (Syalabi:
1973: 49)
Mengutip pendapat MAJ. Berg, bahwa pada masa Arab pra-Islam, banyak orang
Yahudi dan Kristen yang mampu membaca kitab Injil, sedangkan bangsa Arab pada
umumnya buta huruf. Fakta ini lebih jelas bila kita mengetahui bahwa di Mekkah
hanya terdapat 17 orang Arab yang terpelajar di saat berakhirnya periode Jahiliyah
dan dimulainya era Islam (1993: 15)
= Perbudakan suatu hal yang biasa terjadi pada masa Arab pra-Islam. Mereka ini
memelihara dan mempertahankan perbudakan. Para budak diperoleh dari:
1. Melalui pembelian di pasar-pasar budak terbuka di Arab atau di pasar-pasar asing;
2 Hasil tawanan, yang diperoleh melalui peperangan antarsuku (MAJ. Berg: 1993:
16)
2. Keluarga
Kehidupan bangsa Arab lebih ditentukan oleh suku/kabilah. Tiap kabilah
mempunyai adat istiadat dan budi pekerti sendiri yang tidak sama dengan kabilah lain.
Pere Lammens menyatakan, bangsa Arab sangat patuh dan sangat setia kepada adat
dan tradisi kabilahnya masing-masing dan gemar sekali menjamu tamu-tamu. Bagi mereka
patuh kepada keluarga, kabilah adalah suatu kewajiban, sehingga apapun yang terjadi
kabilah bagi mereka segala-galanya. Sementara terhadap tamu sangat dihormati, sehingga
bagaimanapun keadaan tamu itu wajib bagi mereka melindungi keselamatannya.
3. Ekonomi
Bangsa Arab yang yang nomaden umumnya bekerja sebagai penggembala. Mereka
ini juga kadangkala menjadi pengawal para kafilah dagang yang umumnya dari penduduk
perkotaan.

9

Sementara Arab bagian selatan, pesisir atau perkotaan umumnya mereka lebih
banyak bergerak di bidang perdagangan (niaga). Perdagangan ini mereka lakukan
sampai ke negeri India, Indonesia dan Cina.
 Agama/Kepercayaan
Sementara dalam bidang agama (kepercayaan) pada umumnya mereka adalah
kaum penyembah berhala. Menurut catatan sejarah, di dinding Ka’bah terdapat 360buah
patung.
Dalam hal ini menurut teori Ibnu Kalbi: Bangsa Arab senang memuliakan batu-batu
yang ada di sekeliling Ka’bah/Mekkah kemana mereka pergi selalu membawa batu tersebut,
untuk kemudian thawaf mengelilingi batu yang dibawanya itu, sehingga di mana-mana
dibentuk patung. Patung-patung dan berhala itu mereka kumpulkan di sekitar Ka’bah untuk
disembah (Syalabi: 1973: )
Di sisi lain, mereka menyembah berhala adalah hanya untuk mendekatkan diri kepada
Tuhan (Allah), artinya:
‫ والذين أتخذوا من دونه أوليآء مانعبدهم إل ليقربونآ إلى لله زلف إن لله يحكم بينهم فى ما هم‬، ‫أل لله الدين الخالص‬
‫فيه يختلفون إن لله ل يهدى من هو كذب كفار‬
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orangorang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Tidaklah kami menyembah
mereka (berhala), melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan
sedekat-dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa
yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang
pendusta dan sangat ingkar (Az Zumar: 3).
Di samping itu terdapat pula agama/kepercayaan:
= Agama Hanif: yang mempertahankan syari'at Ibrahim, pemeluk agama ini termasuk
Abd. Muthalib kakek Nabi Muhammad SAW.
= Agama Nasrani; masuk melalui Habsyi dan Syiri'a.
= Agama Yahudi; terdapat di Hejaz
= Mereka juga percaya kepada: Tahayul, Kihanah, Penenung, Thiarah: burung, bintang
yang mempengaruhi hidup. Dalam kaitan ini Syaikhul Islam Muhammad Bin Abdul
Wahab menyatakan, di antara sikap hidup mereka (orang Arab Jahiliyah, pen.) lagi
ialah mengubah haluan hidup, tidak mau mempergunakan Kitab Allah, tetapi justeru
menjadikan kitab-kitab sihir sebagai pegangan hidup mereka (1985: 69)

10

BAB III
PERTUMBUHAN PERADABAN ISLAM PADA MASA RASULULLAH
A. Periode Mekkah
Menurut sejarah, Nabi Muhammad lahir pada hari Senin tahun 570 M, disebut pula
tahun Gajah, atau menurut kalender Islam tepat 12 Rabiul Awal. Kelahiran Muhammad,
demikian Gibbon, tepat sekali datangnya di masa kejatuhan dan kekacauan bangsa Persia,
Roma dan Barbar Eropah (M.A. Enan: 1979: 14)
Setelah Nabi Muhammad SAW menerima wahyu dari Allah SWT di Gua Hira yang
dimulai dengan sebagian dari ayat-ayat (5 ayat) yang terdapat dalam Surah al-Alaq pada 17
Ramadhan, pada saat itu pulalah nabi secara resmi diangkat sebagai Nabi dan Rasul Allah.
Kemudian disusul dengan wahyu yang kedua Surah al Mudassir ayat 1-7. Dengan ayat
tersebut nyatalah sudah tugas kerasulan Muhammad SAW, yaitu menyeru manusia ke jalan
yang benar.
Apa yang diinginkannya waktu itu adalah untuk meyakinkan umat sebangsanya akan
kebenaran dan keabsahan wahyu yang dibawanya. Pernyataannya secara terbuka tentang
panggilan Tuhan telah mengakibatkan bangkitnya perlawanan dari sukunya sendiri, klan
Quraisy, yang dari pernyataan Nabi Muhammad SAW itu bagi keuntungan dan prestise
mereka sebagai pewaris penjaga Ka'bah tempat suci berbentuk persegi di Mekkah, yang
didatangi oleh ribuan pengunjung setiap tahun (Reuben Levy: 1986: 3)
Penyiaran Islam pada periode pertama di Mekkah ini, banyak tantangan
dan halangan yang dilakukan oleh kaum Quraisy, ini pula menyebabkan terjadinya
penyiaran Islam secara sembunyi-sembunyi dari rumah ke rumah yang dimulai oleh para
keluarga sendiri. Tantangan dan halangan itu berupa penganiayaan, pembunuhan,
pembaikotan politik, ekonomi dan sosial, penghinaan, dsb. Namun demikian, bukanlah
berarti Rasulullah dan para pengikutnya semakin kecut, melainkan semakin kuat dan
teguh imannya. Pada gilirannya membuat dakwah Islam dilakukan secara terang-terangan
terutama setelah masuknya Umar bin Khattab ke dalam Islam.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan orang Quraisy menentang Islam yaitu:
1. Persaingan berebut kekuasaan;
2. Ajaran persamaan hak dan derajat yang dibawa Islam; dan
3. Taklid kepada nenek moyang yang dilakukan orang Quraisy. Bahwa agama mereka
dibangun di atas dasar-dasar yang sebagian besarnya adalah taqlid (ikut-ikutan pada
orang-orang tua dahulu tanpa mengetahui dalil-dalil yang sebenarnya) demikian
dinyatakan oleh Syaikhul Islam Muhammad Bin Abdul Wahab (1985: 30)
Dalam periode Mekkah ini pembinaan yang sangat diutamakan oleh Rasulullah
adalah:
1. Mengesakan Allah;
2. Mensucikan dan membersihkan hati;
3. Menguatkan barisan (Ukhuwah); dan
4. Meleburkan kepentingan pribadi di atas kepentingan umum.
B. Periode Madinah
Sewaktu beliau berada di Mekkah, kaum muslimin banyak mendapat tekanan oleh
kaum Quraisy, sehingga oleh Allah Rasulullah diperintahkan untuk hijrah ke Yasyrib
(kemudian menjadi Madinah). Menurut para ahli, hijrah yang dilakukan oleh Rasulullah
adalah dalam rangka "Mengatur starategi untuk kepentingan umat Islam di masa
mendatang", tidaklah berarti seperti yang dikatakan orang yang tidak senang dengan
Islam bahwa hijrah Rasulullah menghindar atau takut akan ancaman.

11

Menurut Reuben Levy (1986: 3) di Madinah kenabian Muhammad SAW
menemukan tanggapan yang lebih baik, karena itu terjadi peningkatan dengan cepat tidak
hanya dalam kekuasaan agama, tetapi juga dalam kekuasaan politik bagi Nabi Muhammad
SAW; suatu fenomena yang tidak aneh di antara rakyat yang sederhana dan demokratis.
Tanggapan positif ini terutama dari kalangan kaum Yahudi, khususnya Suku Ghazlan dan
Aus, hal ini disebabkan oleh:
1. Pada masa Rasulullah di Mekkah, beliau sudah melakukan komunikasi dan pembicaraan
dengan orang-orang Yahudi;
2. Dalam ajaran Yahudi sendiri, sudah ada ketentuan tentang Sang Mesiah (Muhammad)
3. Ingin mencari figur pendamai orang luar yang diterima semua pihak.
Sebagai seorang Nabi dan Rasul begitu juga sebagai seorang kepala "negara" Islam,
pada dasarnya sistem pemerintahan berada di tangan beliau, apakah berkaitan dengan
kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif, kendati demikian beliau selalu
bermusyawarah dengan para sahabatnya. Berbicara tentang "negara" Islam, menarik apa yang
diungkap oleh Ibnu Taymiyyah bahwa Nabi Muhammad memang menegakkan negara,
tetapi tidaklah tepat jika kita menyebutnya sebagai raja dan negaranya itu sebagai negara.
Rejimnya adalah rejim kenabian dan ia hanyalah seorang nabi (Qamaruddin Khan: 1973:
116)
Ada beberapa usaha pokok yang dilakukan Rasulullah dalam usaha membina umat
sewaktu berada di Madinah, yaitu:
1. Mendirikan mesjid (Mesjid Quba);
2. Mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar (Ukhuwah Islamiyah);
3. Perjanjian perdamaian dengan kaum non muslim khususnya kaum Yahudi (baik dalam
bidang ekonomi dan agama); dan
4. Meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi, sosial untuk masyarakat Islam.
Ada beberapa perubahan yang terjadi terhadap bangsa Arab setelah masuknya ajaran
yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, yaitu:
1. Segi keagamaan;
2. Segi kemasyarakatan:
- pentingnya disiplin;
- melarang pertumpahan darah;
- menanamkan persaudaraan; dan
- mengangkat derajat kaum wanita, dll.
3. Segi politik:
- adanya ikatan nasional (bangsa);
- kesatuan agama; dan
- tunduk dalam kesatuan hukum.
Pada masa Nabi Muhammad SAW baik pada periode Mekkah atau periode Madinah,
adalah dasar atau tonggak dari muncul Peradaban Islam belakangan. Seorang sejarawan,
Finlay menyatakan seperti dikutip Profesor MA. Enan, untuk menyelidiki sejarah pribadi
seorang laki-laki yang mempunyai pengaruh dan kekuasaan yang mencengangkan terhadap
fikiran dan gerak-gerak pengikutnya, dan keahliannya dalam meletakkan dasar suatu sistem
politik dan agama yang semenjak saat itu terus-menerus mengatur berjuta-juta manusia dari
berbagai suku bangsa dengan adat istiadat yang berbeda-beda. Hasil yang dicapainya
sebagai pembentuk undang-undang di kalangan bangsa-bangsa yang tertua di Asia, serta
kestabilan hukum-hukum itu selama rangkaian panjang dari generasi dalam berbagai
suasana politik masyarakat... (1979: 16)
Dalam peletakkan hukum atau peraturan di tengah masyarakat muslim, Nabi
Muhammad SAW selain meletakkan ajaran-ajaran baru sesuai dengan wahyu yang diterima,
kadangkala kebiasaan pra Islam tetap diberlakukan selama tidak bertentangan dengan ajaran

12

Islam. Wali Allah ad-Dahlawi menyatakan sebagaimana dikutip oleh Ratno Lukito (1998: 7)
bahwa “berbagai macam adat pra-Islam diteruskan pemberlakukannya selama periode
Rasulullah. Fakta ini mengindikasikan bahwa Islam bukanlah suatu bentuk revolusi hukum
yang secara langsung ditujukan untuk melawan adat yang telah diketahui dan dipraktekkan
oleh bangsa Arab sebelum kemunculan Islam”. Selanjutnya Ratno Lukito menyatakan,
Ringkasnya, pada masa Nabi dan para Sahabat ini, ketika hukum Islam masih dalam awal
pembentukannya, proses penciptaan hukum bersifat terbuka terhadap pengadopsian, baik
itu institusi hukum Arab pra-Islam maupun institusi administrasi dan hukum dari daerahdaerah yang baru (1998: 14) Contoh dalam hal ini seperti, hukuman qisas, dan pembayaran
diat diadopsi dari praktek masyarakat Arab pra-Islam, begitu juga Nabi tetap mempertahankan atau memodifikasi praktek-praktek hukum yang lain seperti poligami, pembayaran
mahar, atau pemberitahuan (iqrar) dalam hal perkawinan. Sementara dalam praktek kenegaraan, Khalifah Umar juga mencontoh sistem yang berlaku di Persia dan Bizantium,
terutama tentang Administrasi Negara seperti, pembagian berdasar provinsi yang dikepalai
oleh seorang gubernur (Wali), dibantu Amil Pajak, Qadhi, Khatib Panglima Tentara dan
Politik, atau Dewan Balatentara, Perhitungan Harta dan Pembayaran Gaji, dan lainnya.

13

BAB IV
MASA KEMAJUAN ISLAM (650 - 1000 M)
A. Masa Khulafaurrasyidin
Setelah Rasulullah wafat, kaum muslimin menghadapi persoalan yang cukup sulit
yaitu, berkenaan dengan penggantian siapa yang akan memimpin "Negara Madinah". Dalam
konsep negara sebenarnya para ahli berbeda pendapat karena ada yang menyatakan bukan
berwujud negara, Ibnu Taymiyah menyatakan bahwa "Nabi tidak pernah menegakkan negara
(Qamaruddin Khan: 1983: 98) walaupun begitu tidak dapat diragukan lagi bahwa di kota
Madinah Nabi telah menegakkan semacam tata sosial yang mirip sekali dengan sebuah
negara.
Pada saat itulah kaum muslimin melakukan musyawarah, baik kaum Muhajirin
ataupun Anshar masing-masing menonjolkan orang-orang yang dianggap mampu menjadi
pimpinan. Tentunya hal ini lebih disebabkan oleh karena dalam golongan Suni, semua pihak
sependapat bahwa Nabi Muhammad saw. tidak pernah mengangkat seseorang untuk
menggantikan dirinya (Qamaruddin Khan; 1983; 126). Karena itu dalam permusyawaratan di
balai kota Bani Sa'idah yang diikuti oleh masing-masing golongan tersebut akhirnya
disepakati yang terpilih sebagai pimpinan adalah Abu Bakar Shiddiq. Terpilihnya Abu
Bakar Shiddiq ini adalah karena semangat keagamaan yang tinggi dimiliki oleh beliau.
Sebagai sebutan dari pemimpin umat Islam setelah Rasul disebut "Khalifah Rasulillah"
(Pengganti Rasul), dalam perkembangan selanjutnya disebut "Khalifah" saja. Istilah
khalifah adalah pemimpin yang diangkat sesudah Nabi wafat untuk menggantikan beliau
melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan. Istilah
pemimpin agama bukanlah berarti jabatan "Kerasulan Muhammad" bisa diganti, tetapi
hanyalah sebagai pemimpin agama biasa.
Masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar Shiddiq, hanyalah dua tahun. Kendati masa
ini tidak terlalu lama, namun berbagai usaha telah beliau lakukan, antara lain:
1. Pemilihan khalifah;
2. Memerangi kaum murtad, nabi palsu (Musailamah al Kazzab, Thulaihah bin Khuwalid,
dan Sadjah Tamimiyah);
3. Memerangi kaum yang enggan membayar zakat (Perang Riddah); dan
4. Mengumpulkan Al Qur'an.
Kendati masa pemerintahannya hanya sekitar dua tahun, selain usaha-usaha di atas
yang dilakukan beliau, juga perhatian terhadap pengembangan pemerintahan ke luar negeri
juga beliau lakukan, seperti ke Hirah, Syria, dan lainnya.
Sewaktu Khalifah Abu Bakar Shiddiq masih sakit, beliau berusaha mengumpulkan
tokoh-tokoh Islam saat itu antara lain, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Sa'ad bin
Abi Waqas, dan lainnya, kemudian atas kesepakatan bersama dipilihlah Umar Bin Khattab
sepeninggal beliau.
Pada masa pemerintahan Umar Bin Khattab, beliau menyebut dirinya Khalifah
Khalifati Rasulillah (pengganti dari pengganti Rasulullah), di samping juga
memperekenalkan istilah Amir al-Mu'minin (Komandan orang-orang beriman). Masa
pemerintahan Khalifah Umar Bin Khattab cukup lama yaitu sekitar 10 tahun (634-644 M).
Pada masa inilah ekspansi kaum muslimin ke berbagai wilayah dilakukan seperti ke Syria,
Palestina, Afrika (Mesir, Marokko, dll), Bizantium, Persia dan wilayah lain, sehingga wilayah
kekuasaan Islam semakin luas.
Saat pemerintahan Umar ini pula dilakukan pembenahan:

14

= administrasi negara mencontoh administrasi Persia. Pemerintahan diatur berdasar
propinsi yang dikepalai seorang gubernur (wali), dibantu oleh Amil Pajak, Qadhi, Khatib
Panglima Tentara dan Polisi;
= mendirikan berbagai departemen (dewan) yang dipandang perlu seperti:
# Dewan Bala Tentara;
# Dewan Perhitungan harta benda negara, dll.
= saat ini pula diatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah, dll.
Khalifah Umar Bin Khattab meninggal dunia dengan tragis, yaitu karena ditusuk
orang. Setelah itu para sahabat yang masih ada mengadakan musyawarah untuk memilih
siapa yang pantas menjadi pengganti Khalifah Umar Bin Khattab. Atas kesepakatan
bersama dipilihlah sahabat nabi Usman Bin Affan. Usia beliau kala itu sudah 70 tahun.
Saat khalifah ketiga ini (644-655 M), perluasan wilayah terus dilakukan, bahkan
kekuasaan Islam di barat sampai ke Maroko dan di timur sampai ke Armenia dan Sind,
sementara di utara daerah Asia Kecil (Antonia), Cyprus, dan Rhodes.
Kendati demikian, pada masa ini sistem pemerintahan banyak dikendalikan oleh
kaum kerabat beliau, terutama dari kalangan keturunan Umayyah. Dari sini pulalah berawal
kehancuran beliau, karena sebagian masyarakat tidak setuju dengan sistem pemerintahan
seperti ini. Khalifah Usman Bin Affan meninggal karena dibunuh oleh kaum pemberontak.
Berbagai usaha yang dilakukan oleh Khalifah Usman, selain perluasan wilayah
seperti disebut di atas, juga saat beliaulah diadakan Mushab Al Qur'an.
Sedangkan khalifah keempat adalah Ali Bin Thalib. Pengangkatan beliau sebagai
khalifah adalah atas musyawarah para sahabat yang ada pada saat itu. Sewaktu pemerintahan
berada di tangan beliau, usaha perluasan wilayah menjadi terhenti. Tentunya hal ini lebih
disebabkan karena beliau lebih memusatkan pada pemerintahan dalam negeri.
Sewaktu pemerintahan khalifah Ali. Ra. untuk pertama kali terjadi dua kali
peperangan besar, sesama kaum muslimin (perang saudara), yaitu:
1. Perang antara Ali Bin Abi Thalib dengan Aisyah (isteri nabi) Thalhah, dan Zubair.
Perang ini sendiri disebut Perang Waqiatul Jamal atau Perang Berunta, mengingat
Aisyah sebagai pimpinan mengendarai unta. Dalam perang ini Ali dapat mengalahkan
Aisyah.
2. Perang antara Ali Bin Thalib dengan Mu'awiyah Bin Abi Sofyan. Abi Sofyan adalah
salah seorang gubernur masa pemerintahan Usman di Damaskus, sewaktu Usman
meninggal dia mengangkat dirinya menjadi Khalifah. Perang ini sendiri disebut Perang
Shifien.
Akhir dari peperangan Shifien terjadi perundingan antara kelompok Ali Bin Abi
Thalib diwakili oleh Abu Musa al-Asy'ari dengan Amru Bin Ash dari pihak Mu'awiyah
yang dikenal dengan Perjanjian Tahkim.
Sebagai eksis dari adanya perundingan itu, kelompok-kelompok tertentu dari pihak
Ali bin Thalib tidak menyetujui, akhirnya mereka dinamakan kaum "Khawarij".
Akhir dari peperangan setelah diadakan perjanjian itu dimenangkan oleh Mu'awiyah
Bin Abi Sofyan. Masa pemerintahan Ali Bin Thalib berakhir pada tanggal 20 Ramadhan 40
H/660 M, dibunuh oleh salah seorang anggota kaum Khawarij.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kaum muslimin mendapat kemenangan di
kala itu, yaitu:
1. Faktor dalam (Intern):
a. Sangat mantapnya roh tauhid
b. Semakin mantapnya rasa persatuan dan kesatuan di kalangan kaum muslimin,
mereka sama derajat kecuali orang yang bertaqwa
c. Sifat toleransi

15

d. Dibagi-baginya tanah milik kaum feodal kepada para petani di daerah yang dikuasai
kaum muslimin
e. Adanya pengaturan yang sama, adil terhadap rakyat yang ditaklukan walaupun berbeda
bangsa, suku, agama dan adat kebiasaan
f. Kemampuan pasukan Islam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.
2. Faktor luar (Ekstren):
a. Terjadinya kelemahan di antara kedua kerajaan besar (Bizantium dan Persia), sebagai
akibat timbulnya peperangan di antara keduanya
b. Adanya pertentangan keagamaan di antara rakyat yang berada di wilayah kekuasaan
kerajaan tersebut
c. Terjadinya diskriminasi rakyat penjajah terhadap rakyat terjajah, dll.
Sejalan dengan berkembangnya kerajaan Islam semakin berkembang pula penyiaran
agama Islam. Namun demikian bukanlah berarti bahwa Islam disiarkan dengan ketajaman
mata pedang (peperangan), tetapi semata-mata karena usaha untuk menyebarkan Islam lewat
jalan damai sudah mengalami hambatan bahkan sudah mengalami perlawanan.
Dalam sejarah Islam, tidak dijumpai pengajaran dan peristiwa berlumur darah yang
biasa menyertai timbulnya sebagian besar agama-agama lama, seperti umpamanya yang tak
asing di abad-abad pertama dari muncul agama kristen. Ajaran Islam tersebar dengan cara
damainya sendiri, sedang kemenangan adalah hasil belajar yang pernah dikenal dalam
sejarah agama dan kepercayaan (MA, Enam; 1979; 26).
Peperangan dalam Islam hanya semata-mata bersifat mempertahankan diri (defensif
positif), ia lebih banyak bersifat to be or not to be (hidup atau mati). Muhammad
Marmadukh Picktchall (1993; 34) menyatakan, Peperangan-peperangan dalam Islam
pada masa hidupnya Rasulullah dan pada masa hidupnya para pengganti beliau terdekat,
semuanya dimulai demi mempertahankan diri (Self-Defence) dan dilakukan dengan
berdasarkan pri kemanusiaan dan pertimbangan bagi musuh yang sudah pernah dikenal
sebelumnya. Biasanya dalam hal ini tentara Islam menawarkan:
1. Islam dan mereka memperoleh hak dan kewajiban yang sama dengan kaum muslimin
lainnya
2. Membayar Jizyah
3. Berperang.
Pada masa Khulafaurrasyidin ini pula mulai dirasakan adanya gerakan-gerakan yang
berusaha menghancurkan Islam. Ada dua masalah besar setelah wafatnya Rasulullah
SAW, yaitu:
1. Masalah pengganti Rasul sebagai Kepala Negara
2. Masalah apakah 'Islam masih ada' setelah Nabi wafat.
Menyangkut masalah pertama, adanya ketidak sepakatan dari sebagian orang atas
pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah pertama. Hal ini menyebabkan terjadinya
beberapa kelompok:
1. Jama'iyah: yang kebanyakan mengangkat Abu Bakar Shiddiq.
2. Syiah, golongan kecil yang menentang Abu bakar sebagai khalifah, golongan ini
beranggapan bahwa masalah pengganti rasul sebagai kepala Negera adalah dari
rumpun keturunan nabi sendiri -- Ali dan keturunannya.
3. Khawarij. Golongan ini lahir sebagai akibat dari tidak setujunya mereka diadakannya
Perjanjian Tahkim.
Gerakan-gerakan tersebut tumbuh semakin subur di gelanggang politik, namun
akhirnya juga berkembang dalam soal aqidah (gerakan agama).
B. Masa Khilafat Bani Umayyah (41-132 H/661-749 M)
1. Sistem Pemerintahan

16

Khilafat bani Umayyah didirikan oleh Mu'awiyah Bin Abi Sofyan. Semula beliau
sebagai seorang gubernur di Damaskus saat pemerintahan Khalifah Usman Bin Affan.
Sewaktu terjadi peperangan dengan Khalifah Ali Bin Abi Thalib, Umayyah mampu
mengalahkannya dengan berbagai kelihaiannya. Saat itulah mulai berdiri Khilafat Bani
Umayyah. Nama "Umayyah" sendiri diambil dari salah seorang nenek moyang mereka
bernama Umayyah bin Abdi Syam.
Pada masa khilafat Bani Umayyah ini terjadi perubahan:
= Dari sistem demokrasi ke sistem monarchi, terutama sewaktu kekhalifahan diturunkan
ke anaknya Yazid;
= Penggunaan kalimat "Khalifah" yang berarti khalifah Allah, berubah menjadi "yang
diangkat oleh Allah".
= Terjadinya perluasan wilayah Islam di barat sampai ke Andalusia, sementara ke timur
ke India, Bukhara dan Samarkand.
= Dihidupkannya kembali rasa kesukuan/Ashabiyah
= Pengangkatan pejabat dari kalangan keluarga
Khilafat Bani Umayyah mengalami keruntuhan sewaku berada di tangan Khalifah
Marwan bin Muhammad 749 M).
Sebab keruntuhannya adalah:
- Penyelewengan dari sistem demokrasi ke monarchi
- Penghianatan terhadap Perjanjian Daumatul Jandal, dan adanya penghinaan terhadap
dirri Ali dan keturunannya secara terus menerus, terutama dalam khotbah
- Menyalahi perjanjian Madain antara Mu'awiyah dengan Hasan Bin Ali yaitu, pengangkatan
khalifah diserahkan kepada kaum muslimin setelah Mu'awiyah mangkat, ternyata
Mu'awiyah mengangkat puteranya Yazid
- Pengangkatan putera mahkota lebih dari satu orang, terutama sewaktu pengangkatan
Ibrahim Bin Walid dan Marwan Bin Muhammad
- Pemborosan di kalangan keluarga istana
- Muncul kekuatan baru, yaitu Bani Abbasiyah.
Menurut Atho Mudzhar (2002; 86-87) paling tidak ada empat teori mengenai sebab
kejatuhan Bani Umayyah sekaligus naiknya Daulah Abbasiyah, yaitu:
1. Teori Faksionalisme Rasial atau teori Pengelompokan Kebangsaan
Bani Umayyah pada dasarnya kerajaan Arab, karena itu orang-orang Arab menempati
“hak istemewa” dibanding suku bangsa lain. Karena itu kejatuhan Bani Umayyah adalah
kejatuhan kerajaan Arab, dan kebangkitan Dinasti Abbasiyah adalah kemenangan orangorang Iran atau non Arab.
2. Taori Faksionalisme Sektarian atau Teori Pengelompokan
Kaum Syiah adalah keturunan Ahli Bait (keturunan Nabi Muhammad SAW). Menurut
kaum ini, merekalah yang berhak mewarisi dinasti pemerintahan, sementara Bani
Umayyah perampas hak ini. Perlawanan selalu mereka lakukan, oleh Bani Abbasiyah
kesempatan dimanfaatkan sebaik-baiknya, mereka bersekutu dengan kaum Syiah Ahli Bait
dari keturunan Ali bin Abi Thalib dengan Fatimah binti Rasulullah SAW), bahkan dia
mengaku juga termasuk keturunan Ahli Bait (keturunan Abbas bin Abdul Muthalib),
walaupun setelah berkuasa kaum Syiah disingkirkan.
3. Teori Faksionalisme Kesukuan
Pertentangan antar suku pada jaman Jahiliyah muncul kembali, yaitu orang-orang
Arab utara disebut Mudhariyah dengan suku Yamaniah dari selatan. Oleh Bani Abbasiyah
kondisi ini dimanfaatkan untuk menjatuhkan Bani Umayyah.
4. Teori Ketidakadilan Ekonomi dan Dispratisme Regional

17

Adanya hak istemewa dalam aspek ekonomi dan ketidakmerataan pembangunan di
kalangan rakyat, terutama adanya “hak istemewa” orang-orang Arab memunculkan
kekecewaan di kalangan suku lain. Kondisi ini sangat menguntungkan Bani Abbasiyah
untuk merebut kekuasaan.
2. Pertumbuhan Aliran-aliran Keagamaan
Munculnya aliran-aliran keagamaan di kalangan umat Islam berawal dari muncul
perpecahan sewaktu masa khulaurrasyidin ddahulu, terutama yang lebih hebat sewaktu masa
Khalifah Ali Bin Thalib.
Golongan-golongan keagamaan itu adalah:
a. Syi'ah
Golongan ini disebut pula kaum Syi'i. Paham golongan ini tentang:
= Politik:
- tidak mengakui khalifah terdahulu, kecuali Ali
- hak kekhalifahan hanya keturunan Ali dan keturunannya
= Keagamaan:
- adanya Imamah, imam yang suci, dan ghaib
- ar-Ruj'ah, kembalinya Muhammad sebagai Nabi Isa
Golongan ini secara garis besarnya terbagi pada :
-- Gol. Imamiyah: Khalifah hanya hak Ali dan keturunannya
-- Gol. Zaidiyah: Khalifah tidak hanya tertuju pada Ali.
b. Golongan Khawarij
Semula kelompok ini berasal dari kelompok Ali, namun mereka tidak setuju
diadakannya perdamaian/Perjanjian Tahkim dengan kelompok Mu'awiyah, maka mereka
keluar/memisahkan diri.
Paham golongan ini:
= Politik:
- Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali (sampai sebelum perjanjian Tahkim) adalah sah
sebagai khalifah
- Jabatan khalifah adalah jabatan kaum muslimin yang mampu
= Keagamaan:
- Memegang teguh Al Qur'an
- Ibadah sama dengan iman; siapa yang melanggar kafir
c. Murji'ah
Lahirnya golongan ini sebagai reaksi terhadap kondisi yang ada. Murjiah berarti
"mengharapkan" atau "menangguhkan". Menurut mereka ketentuan tentang sesuatu hukum
adalah tidak bisa ditentukan sekarang, tetapi Allah lah nanti yang menentukan.
Paham golongan ini:
= Politik:
- tetap mengakui kekhalifahan yang ada
- kekhalifahan hak turun temurun kaum muslimin
= Keagamaan:
- menangguhkan hukum dan menyerahkannya kepada Allah
- tidak boleh menghukum kafir pada seseorang
d. Mu'tazilah
Golongan ini lebih mengandalkan kekuatan rasional, sehingga lebih
mengandalkan kekuatan manusia "Qadariyah".
Paham golongan ini:
= Politik :
- Siapa saja boleh jadi khalifah asal menuhi syarat
= Keagamaan:

18

- al Manzilu bainal Manzilatain
- al Qadar, manusia menentukan
- at Tauhid
- Sultan aqli, kesanggupan akal menentukan baik dan buruk
- al Waid, Allah tidak menyalahi janji-Nya, dll.
3. Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan dan Budaya
Diakui, pada masa Khalifah Abdul Malik Bin Marwan, Walid Bin Abdul Malik dan
Umar Bin Abdul Aziz telah terjadi pertumbuhan Ilmu Pengetahuan (Agama, Filsafat, dan
Sejarah) dan Peradaban (Kebudayaan).
Ilmu pengetahuan (Agama, Filsafat dan Sejarah) sudah mulai mengalami
pertumbuhan. Para ilmuwan telah memberikan sumbangan awal terhadap perkembangan
ilmu-ilmu tersebut, kendati perkembangannya pada tahap awal.
= Gerakan ilmu agama, karena didorong semangat agama sendiri yang sangat kuat pada saat
itu;
= Gerakan filsafat, karena ahli agama terpaksa menggunakan filasafat untuk melawan kaum
Yahudi dan Nasrani;
= Gerakan sejarah/tarikh, karena ilmu-ilmu agama memerlukan akan riwayat.
Gerakan Ilmu Agama terus semakin maju, karena umat Keadaan demikian
memaksa kaum muslimin untuk lebih memperluas ddan memperdalam ajaran agamanya.
Apalagi di antara suku bangsa yang ditaklukkan itu ada kemungkinan masih terpengaruh
dengan ajaran lama atau sengaja ingin merusak aqidah Islam.
Dalam bidang filsafat, dirasakan semakin diperlukan, sebab banyak di antara orrangorang non muslim yang menggunakan filsafat guna menentang hujjah kaum muslimin.
Keadaan demikian memaksa kaum muslimin untuk mempelajari dan mendalami filasafat
lebih jauh. Banyak buku-buku filsafat dari Yunani atau lainnya dikuasai oleh kaum
muslimin.
Gerakan dalam bidang sejarah tidak ketinggalan, hal ini diperlukan sebagai upaya
lebih melengkapi dan memantapkan iilmu-ilmu agama, seperti sejarah para nabi, dll.
Sementara di bidang budaya (peradaban) telah terlihat antara lain:
a. Membentuk Mahkamah Tinggi; untuk mengadili pejabat tinggi yang bersalah. Badan ini
dikepalai oleh ulama-ulama yang saleh
b. Pergantian Bahasa Resmi; Bahasa Romawi dan Persia diganti dan bahasa Arab dijadikan
sebagai bahasa resmi
c. Pergantian Mata Uang; mata uang Romawi dan Persia tidak berlaku lagi diganti mata uang
baru bertuliskan "La ilaha illallah"
d. Pembangunan Pos
e. Mendirikan Rumah sakit
f. Mendirikan mesjid, termasuk perluasan Mesjid al Haram di Mekkah dan Mesjid Nabawi di
Madinah.
C. Masa Khilafat Bani Abbasiyah (132-656 H/750-1258 M)
1. Lahirnya Daulah Abbasiyah
Khilafat Daulah Abbasiyah didirikan oleh Abul Abbas atau lebih dikenal dengan
Abul Abbas Assaffah tahun 656 H/750 M. Khilafat ini dinamai Daulah Bani Abbas,
mengambil nama salah seorang nenek moyang mereka ABBAS anak Abdul Muthalib.
Bani Abbas dapat menduduki jabatan khilafat ini, karena mereka beranggapan
bahwa jabatan khalifah dipegang oleh keluarga dekat Rasulullah, sedang yang dimaksud
keluarga dekat menurut mereka adalah keluarga Abbas dan keluarga Abu Thalib yang
keduanya paman nabi.
Terjadinya perebutan kekuasaan yang dilakukan oleh keturunan Abbas terhadap
Bani Umayyah adalah:

19

a. Sewaktu pemerintahan Bani Umayyah mulai lemah, kalangan Bani Abbas memperkokoh
diri;
b. Kurangnya pengawasan pemerintahan Bani Umayyah terhadap kelompok Abbasiyah,
mengingat gerakan mereka tidak terlihat dengan jelas;
c. Kelompok bani Abbas dalam pergerakannya semula memakai nama Bani Hasyim yang
didalamnya menampung kelompok Syi'ah.
Dalam kelompok Bani Hasyim yang di dalamnya terdapat kelompok Abbas dan
Syi'ah, ternyata dimenangkan oleh kelompok Bani Abbas, hal ini disebabkan:
a. Sewaktu kelompok mereka masih kecil, mereka berkedok sebagai kelompok Bani
Hasyim, sehingga kelompok ini terus menerus membantu mereka;
b. Sementara kelompok Syi'ah sendiri terus menerus dipukul dengan hebat oleh
pemerintahan Daulah Bani Umayyah;
c. Dalam kelompok Syi'ah sendiri saat itu tidak terdapat tokoh kuat yang mempu
membangkitkan mereka.
Saat awal memegang tampuk pemerintahan, pemerintahan Bani Abbas sangat
kejam, tidak saja dari kalangan kaum Umayyah yang disiksa dan dibunuh tetapi juga dari
pengikut Syi'ah, sehingga terkenallah Abul Abbas dengan sebutan Abul Abbas Assaffah (si
penumpah darah)
Dalam menjalankan politiknya pemerintahan melakukan hal-hal:
a. Para khalifah tetap dari kalangan keturunan Arab murni, sementara menteri, gubernur,
panglima dan lainnya bisa diangkat dari kalangan "Mawaly" turunan Persia;
b. Bagdad dijadikan ibukota, baik sebagai pusat pemerintahan, politik, ekonomi,
sosial dan ilmu pengetahuan;
c. Pemerintah mendukung setiap pengembangan ilmu pengetahuan, para ulama dan
cendekiawan mendapat tunjangan dan penghargaan pemerintah;
d. Kebebasan berpikir mendapat tempat yang tinggi, sementara taqlid ditinggal;
e. Para menteri dari Persia diberi hak penuh menjalankan pemerintahan, begitu juga dalam
membina tamaddun Islam;
Masa pemerintahan Daulah Abbasiyah berakhir sewaktu dipegang oleh AlMusta'sim tahun 749 H/1258 M. Hal ini disebabkan:
a. Pengingkaran terhadap kaum Alawiyin (penganut Syi'ah dari turunan ajam);
b. Mengutamakan bangsa asing ketimbang bangsa Arab, terutama pada saat pemerintah
Khalifah Al Makmun yang mengutamakan orang Persia, dan Al Musta'sim mengutamakan
bangsa Turki;
c. Adanya kebebasan luar biasa untuk mengadakan pembahasan soal agama, filsafat
sehingga menimbulkan bid'ah dan pertentangan;
d. Adanya penyerbuan bangsa Mongol terhadap kaum muslimin.
2. Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Pada masa ini ilmu pengetahuan yang bersifat aqli (rasio) atau naqli (agama)
mengalami kemajuan yang luar biasa. Pada masa ini banyak sekali buku-buku dari berbagai
bahasa terutama bahasa Yunani diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Pada saat ini pula telah
berdiri gedung tempat belajar di samping juga mesjid.
a. Ilmu Pengetahuan Aqli.
Menurut Nikholson dalam bukunya "Literatur History of the Arabs" dikatakannya
secara ringkas: bahwa kebudayaan Yunani yang dibawa oleh sarjana-sarjana Kristen yang lari
ke Persia sebagai akibat terjadinya pertentantangan mazhab. Di Persia diterima dengan
baik oleh Kisrra Anusyarwan dan aliran filsafat neo Plato mereka bawa. Semenjak
kekuasaan berada di tangan Daulat Bani Abbas kehidupan ilmu aqli (Thib, Filsafat, dll)
semakin subur, sehingga ilmu-ilmu tersebut dikuasaai oleh kaum muslimin.

20

Ilmu pengetahuan aqli yang berkembang pada masa pemerintahan Harun ar Rasyid
dan al Makmun, yaitu:
= Filsafat
Filsafat yang dibawa oleh orang (sarjana) Kristen ke Persia kemudian dipelajari dan
dikuasai oleh kaum muslimin, namun mendapat perubahan hingga melahirkan "Filsafat
Islam" dengan tokoh-tokohnya; Abu Ishaq Al Kindi, Abu Nasr Faraby, Ibnu Sina, Ibnu
Bajah, Ibnu Thufail, Ibnu Rusyd dan Al Abhary.
= Ilmu Th

Dokumen yang terkait

ANALISIS KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-BC MENGGUNAKAN BUTON GRANULAR ASPHALT (BGA) 15/20 SEBAGAI BAHAN KOMPOSISI CAMPURAN AGREGAT HALUS

14 283 23

STUDI ANALISA PERHITUNGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG KULIAH STIKES SURYA MITRA HUSADA KEDIRI JAWA TIMUR

24 197 1

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE AND GIVE DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS XI-IIS DI SMA NEGERI 7 BANDA ACEH

0 47 1

ANALISIS TEORI ANTRIAN PADA STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU) GAJAH MADA JEMBER

4 71 63

ENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS POKOK BAHASAN KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA DENGAN MODEL PROBLEM POSING PADA SISWA KELAS V SDN GAMBIRAN 01 KALISAT JEMBER TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 24 17

MAKALAH SEJARAH BULUTANGKIS DAN TENIS

0 2 6

UPAYA PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS IV (EMPAT) SDN 3 TEGALSARI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

23 110 52

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN PEMANFAATAN SARANA BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI KEUANGAN SISWA KELAS XI AKUNTANSI SMK WIYATA KARYA NATAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

10 119 78

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

KUALITAS MEAT BLOCK PUYUH DENGAN BAHAN PENGIKAT BERBEDA

0 0 10