ANALISIS GEMPA BUMI MERUSAK SEGMEN MUSI

ANALISIS GEMPA BUMI SIGNIFIKAN SEGMEN MUSI,
KEPAHIANG-BENGKULU OKTOBER 2017
Sabar Ardiansyah1
1

Stasiun Geofisika Kepahiang, Jl.Pembangunan No.156 KepahiangBengkulu
e-mail : sabar.ardiansyah@gmail.com

ABSTRAK
Bengkulu merupakan salah satu kawasan seismik aktif di Pulau Sumatera. Selain
gempa bumi zona subduksi, daerah Bengkulu dan sekitarnya juga sering terjadi
gempa bumi darat yang disebabkan oleh sesar lokal. Pembangkit gempa darat di
wilayah Bengkulu ada tiga segmen yaitu Segmen Manna di Kebupaten Bengkulu
Selatan, Segmen Ketahun di Kebupaten Bengkulu Utara dan Lebong, serta
Segmen Musi di Kabupaten Kepahiang. Segmen Musi merupakan segmen yang
paling aktif di antara tiga segmen tersebut. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya
sejarah gempa yang terjadi di wilayah Segmen Musi ini. Baru baru ini, tepatnya
tanggal 15 hingga 20 Oktober 2017 terjadi rentetan gempa bumi signifikan di
wilayah Segmen Musi. Uniknya, gempa bumi ini terjadi secara beruntun mulai
tanggal 15 hingga 20 Oktober 2017. Tujuan dari kajian ini adalah untuk
menganalisis kejadian gempa bumi darat yang menyebabkan kerusakan di daerah

Kabupaten Kepahiang-Bengkulu pada tanggal 15 hingga 20 Oktober 2017. Data
yang digunakan dalam kajian ini adalah data gempa bumi yang tercatat di Stasiun
Geofisika Kelas III Kepahiang pada tanggal 15 hingga 20 Oktober 2017. Metode
yang dipakai dalam kajian ini adalah metode regresi linier dan analisis kualitatif.
Berdasarkan kajian dan analisis menunjukkan bahwa gempa bumi ini diduga kuat
berasosiasi dengan aktivitas sesar lokal Segmen Musi yang ada di Kabupaten
Kepahiang-Bengkulu.
Kata Kunci : Gempa bumi darat, Segmen Musi, Gempa merusak, Regresi linier.
....................................................................................................................................
1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan daerah rawan gempa bumi karena dilalui oleh jalur 4
(empat) lempeng tektonik yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia,
Lempeng Pasifik, dan Lempeng Laut Filipina. Lempeng Indo-Australia bergerak
relatif ke arah utara dan menyusup kedalam Lempeng Eurasia, sementara

Lempeng Pasifik bergerak relatif ke arah barat. Pertemuan antar dua lempeng
dapat bergerak saling menjauhi (spreading), saling mendekat (collision), dan saling
geser (transform). Umumnya pergerakan tersebut berlangsung lambat dan tidak
dapat dirasakan, tapi kadang-kadang gerakan lempeng ini macet dan saling
menyunci sehingga terjadi pengumpulan energi yang berlangsung terus menerus

sampai pada suatu saat batuan pada lempeng tektonik tidak lagi kuat menahan
gerakan tersebut sehingga terjadi pelepasan energi mendadak yang kita kenal
sebagai gempa bumi (Permana, 2012).
Kondisi geografis Indonesia yang demikian menyebabkan Indonesia menjadi
negara yang harus terus waspada terhadap ancaman bencana tektonik yang bisa
terjadi kapan saja disepanjang jalur konvergensi maupun transform. Salah satu
ancaman tektonik ini adalah masyarakat yang tinggal di pulau Sumatera yang
dekat dengan jalur Sesar Sumatera. Tidak terkecuali untuk kawasan di Propinsi
Bengkulu khususnya Kabupaten Kepahiang yang dilalui oleh sesar Sumatera
Segmen Musi. Pada tanggal 15 hingga 20 Oktober 2017 terjadi gempa bumi darat
yang menyebabkan kerusakan rumah warga dan beberapa fasilitas umum. Tulisan
ini akan menganalisis kejadian gempa bumi merusak tanggal 15 hingga 20
Oktober 2017 yang terjadi di wilayah Kabupaten Kepahiang.
2. DATA DAN METODE
2.1.

Data dan Metode

Data yang dipakai dalam kajian ini adalah data gempa bumi signifikan dan
merusak yang terekam di Stasiun Geofisika Kepahiang pada tanggal 15 hingga 20

Oktober 2017. Daerah kajian meliputi wilayah Segmen Musi dengan rentang
wilayah kajian meliputi 3.65 LS sampai 3.25 LS dan 101.8 BT sampai 103 BT.
Batas ini dipilih karena penelitian sebelumnya oleh Sieh et al. (2000) menyatakan
bahwa Segmen Musi terletak pada batas 3.65 LS hingga 3.25 LS seperti yang
ditampilkan pada Gambar 1 di bawah ini. Metode yang dipakai dalam kajian ini
adalah metode regresi linier dan analisis kualitatif.

Gambar 1. Peta wilayah kajian (kotak hitam) dan peta sebaran gempa bumi wilayah
Bengkulu dan sekitarnya bulan Nopember 2017.

2.2.

Gempa bumi

Teori tentang terjadinya gempa bumi pertama kali diperkenalkan oleh Reid (1906)
yang dikenal saat ini dengan teori “Elastic Rebound Theory”. Reid meneliti
pergerakan tanah di sekitar patahan San Andreas yang diakibatkan oleh gempa
bumi besar San Fransisco pada tanggal 18 April 1906. Berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan, Reid menyimpulkan bahwa gempa bumi disebabkan
oleh pelepasan energi elastik yang disimpan sebelumnya pada suatu batuan.

Pada tahapan interseismik, lempeng bumi bergerak satu sama lain kecuali untuk
daerah yang terkunci. Ilustrasi tentang teori ini diperlihatkan pada Gambar 2 di
bawah ini :

Gambar 2. Mekanisme gempa bumi yang menjadi sumber gempa bumi tektonik (Reid,
1906).

Garis tebal vertikal pada Gambar 2 menunjukkan patahan atau sesar pada bagian
bumi yang padat. Keadaan I menunjukan suatu lapisan yang belum terjadi
perubahan bentuk geologi. Karena di dalam bumi terjadi gerakan yang terus-

menerus, maka akan terdapat stress yang lama kelamaan akan terakumulasi dan
mampu merubah bentuk geologi dari lapisan batuan (keadaan II).
Pada keadaan III menunjukan lapisan batuan yang sudah patah, karena adanya
pergerakan yang tiba-tiba dari batuan tersebut. Gerakan perlahan-lahan sesar ini
akan berjalan terus, sehingga seluruh proses diatas akan diulangi lagi dan sebuah
gempa bumi akan terjadi lagi setelah beberapa waktu lamanya, demikian
seterusnya.
Gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya permukaan bumi akibat pelepasan
energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan

batuan pada kerak bumi. Gempa bumi mempunyai sifat berulang, suatu gempa
bumi yang terjadi diwaktu tertentu akan terulang lagi dimasa yang akan datang
dalam periode kurun waktu tertentu. Menurut Fedotov (1968) dalam Permana et al.
(2012), istilah perulangan gempa bumi ini dinamakan siklus gempa bumi
(earthquake cycle). Siklus seismik dimulai dan diakhiri oleh gempa bumi utama.
Ada tiga tahap dalam siklus ini, tahap pertama yaitu tahap inter-seismic, tahap
kedua yaitu tahap co-seismic, dan tahap selanjutnya adalah tahap post-seismic.
Ilustrasi tiga tahap siklus gempa bumi ini diperlihatkan pada Gambar 3.
Tahapan inter-seismic merupakan tahapan awal dari suatu siklus gempa bumi.
Pada tahap ini, arus konveksi di lapisan dalam bumi menyebabkan pergerakan
lempeng sehingga menimbulkan akumulasi energi di tempat batas antara dua
lempeng, tempat biasanya terjadi gempa bumi. Tahapan co-seismic merupakan
tahapan ketika terjadinya gempa bumi dimana energi yang telah terakumulasi dari
tahapan inter-seismic dilepaskan secara tiba-tiba. Sedangkan tahapan postseismic merupakan tahapan ketika sisa-sisa energi gempa bumi terlepaskan
secara perlahan dalam kurun waktu tertentu sampai kembali ke tahap
kesetimbangan awal.

Gambar 3. Tiga tahapan siklus gempa bumi (Permana et al., 2012).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada tanggal 15 hingga20 Oktober 2017 masyarakat wilayah Kabupaten
Kepahiang dikagetkan oleh gempa bumi yag terjadi secara beruntun. Stasiun
Geofisika Kepahiang mencatat terjadi 8 (delapan) kali kejadian gempa bumi
dirasakan. Pada tanggal 15 Oktober 2017 terjadi empat kali, tanggal 16 dan 17
Oktober 2017 masing-masing terjadi satu, dan tanggal 20 Oktober 2017 sebanyak
dua kali. Hasil analisa Stasiun Geofisika Kepahiang memperlihatkan bahwa
semua gempa terjadi pada lokasi yang berdekatan.
 Gempa Tanggal 15 Oktober 2017 Pukul 02:27:33 WIB
Gempa bumi yang pertama dirasakan pada tanggal 15 Oktober 2017 ini terjadi
pada pukul 02:27:33 WIB. Gempa bumi berpusat pada koordinat 3,65 LS dan
102,58 BT dengan kekuatan M=3,5. Kedalaman gempa yang hanya 1 (satu)
kilometer (km) dan jarak dari pusat kota hanya 1 (satu)km arah Barat Kepahiang
membuat guncangan gempa dirasakan dengan intensitas III-IV MMI di wilayah
Kepahiang. Tidak ada kerusakan bangunan yang disebabkan oleh gempa ini.
 Gempa Tanggal 15 Oktober 2017 Pukul 04:29:13 WIB
Gempa bumi ini merupakan rentetan gempa bumi yang kedua pada wilayah yang
berdekatan. Koordinat gempa terletak pada 3,64 LS dan 102,58 BT. Gempa yang
kedua ini kekuatan lebih kecil dari gempa pertama yaitu M=2,5. Karena kedalaman
yang dangkal hanya 1 (satu) km dan jarak yang sangat dekat dengan pemukiman
yaitu 1 (satu) km Barat Kepahiang, maka gempa ini dirasakan dengan intensitas IIIII MMI di sekitar kota Kepahiang.Patut disyukuri, tidak ada kerusakan bangunan

maupun korban jiwa yang disebabkan oleh gempa ini.
 Gempa Tanggal 15 Oktober 2017 Pukul 04:45:19 WIB
Berselang hanya 25 menit yaitu tepat pada pukul 04:45:19 WIB, pada segmen
yang sama kembali terjadi gempa bumi dengan kekuatan M=3,0. Koordinat gempa
yang ketiga ini adalah 3,65 LS dan 102,58 BT. Kedalaman gempa juga sama
dengan gempa sebelumnya yaitu 1 (satu) km serta terletak pada 1 (satu) km barat
Kepahiang. Kali ini getaran gempa dirasakan dengan intensitas mencapai III-IV
MMI. Berdasarkan laporan, tidak ada kerusakan yang diakibatkan oleh gempa ini.
 Gempa Tanggal 15 Oktober 2017 Pukul 09:06:26 WIB
Tidak berhenti pada gempa ketiga, pada pagi harinya tepat pukul 09:06:26 WIB
segmen ini kembali melepaskan energi dengan terjadi gempa berkekuatan M=3,0.
Koordinat gempa kali terletak pada 3,65 LS 102 BT pada kedalaman 10 km.
Lokasi gempa berada pada jarak 4 (empat) km arah selatan Kota Kepahiang.
Gempa ini dirasakan dengan intensitas II-III MMI di wilayah Kepahiang.
Masyarakat Kabupaten Kepahiang patut bersyukur, karena tidak ada kerusakan
dan korban jiwa yang diakibatkan oleh gempa ini.
 Gempa Tanggal 16 Oktober 2017 Pukul 08:53:02 WIB
Setelah rentetan gempa tanggal 15 Oktober 2017, segmen yang sama pada
keesokan harinya yaitu pada tanggal 16 Oktober 2017 kembali mengguncang
wilayah Kepahiang. Tepat pada pukul 08:53:02 WIB gempa bumi dengan kekuatan

M=3,3 terjadi pada lokasi 3,6 LS dan 102,58 BT. Kedalaman gempa 1 (satu) km
terletak pada jarak 3 (tiga) km Barat Daya Kepahiang. Gempa bumi dirasakan

dengan intensitas IV-V MMI di Kepahiang dan II MMI di Kabupaten Bengkulu
Tengah.
Akibat gempa ini terdapat 2 (dua) rumah warga rusak ringan, 1 (satu) rumah
dindingnya jebol, 1 (satu) rumah mengalami dinding retak, serta terdapat 1 (satu)
jalan raya retak di Desa Bogor Baru, Kabupaten Kepahiang. Selain itu, terdapat
irigasi warga yang dindingnya jebol akibat gempa ini. Rekahan tanah dan jalan
raya sangat jelas di sekitar lokasi gempa. Rekahan ini diduga kuat merupakan
lokasi deformasi sesar Segmen Musi yang ada di Desa Bogor Baru, Kabupaten
Kepahiang. Lokasi episenter gempa ini diperlihatkan pada Gambar 4 di bawah ini.

Gambar 4. Lokasi gempa bumi tanggal 16 Oktober 2017.

Gambar 4 di atas memperlihatkan posisi episenter gempa tanggal 16 Oktober
2017. Posisi episenter gempa ini terletak pada wilayah Segmen Musi yang ada di
wilayah Kabupaten Kepahiang. Hasil penampang melintang (cros section) gempa
ini diperlihatkan pada Gambar 5 di bawah ini.


Gambar 5. Hasil penampang melintang gempa tanggal 16 Oktober 2017.

Dari Gambar 5 di atas jelas memperlihatkan bahwa posisi gempa ini terletak pada
zona Great Sumatera Fault (GSF) yang ada di wilayah Kabupaten Kepahiang yaitu
Segmen Musi.
Sepanjang tahun 2017 dan di antara kejadian gempa darat selama periode 15
Oktober hingga 20 Oktober 2017, gempa ini mengakibatkan kerusakan cukup
signifikan. Gambar 6 di bawah ini memperlihatkan salah satu rumah warga yang
mengalami kerusakan dan jalan yang mengalami rekahan.

Gambar 6. Salah satu rumah warga yang mengalami kerusakan serta jalan yang
retak akibat gempa tanggal 16 Oktober 2017.

Setelah dilakukan survey lapangan, jalan yang mengalami rekahan ini merupakan
lokasi sesar Segmen Musi yang berada di Desa Bogor Baru Kabupaten
Kepahiang. Rumah warga yang mengalami kerusakan ini juga berada sangat
dekat dengan lokasi rekahan atau lokasi sesar ini. Rumah ini hanya berjarak
kurang lebih 10 (sepuluh) meter dari lokasi sesar. Bahkan terdapat salah satu

rumah warga yang letaknya kurang dari 1 (satu) meter dari lokasi sesar ini. Rumah

ini juga mengalami kerusakan bagian dinding belakang serta siring/irigasi depan
rumah juga mengalami kerusakan.
 Gempa Tanggal 17 Oktober 2017 Pukul 21:12:32 WIB
Tidak berhenti pada gempa tanggal 16 Oktober 2017, masih pada segmen yang
sama kembali terjadi gempa bumi signifikan pada tanggal 17 Oktober 2017
dengan kekuatan M=2,9. Gempa ini terletak pada koordinat 3,66 LS dan 102,55
BT. Kedalaman gempa hanya 1 (satu) km terletak pada jarak 5 (lima) km arah
Barat Kota Kepahiang. Gempa dirasakan oleh masyarakat Kepahiang dengan
intensitas III-IV MMI.
 Gempa Tanggal 20 Oktober 2017 Pukul 07:36:06 WIB
Rentetan gempa terakhir yang terjadi pada tanggal 20 Oktober. Gempa ini terletak
pada koordinat 3,65 LS dan 102,58 BT dengan kekuatan M=3,0. Kedalaman
gempa hanya 1 (satu) km terletak pada jarak 2 (dua) km arah Barat Kota
Kepahiang. Gempa ini dirasakan warga Kepahiang dengan intensitas III-IV MMI.
Berselang satu menit kemudian, tepat pada pukul 07:37:15 WIB, gempa kedua
terjadi pada lokasi yang berdekatan yaitu pada koordinat 3,6 LS dan 102,65 BT.
Kekuatan gempa kedua ini M=2,8. Kedalaman gempa sama dengan gempa
pertama yaitu 1 (satu) km dengan jarak 8 km arah Timur Kota Kepahiang.
Akibat dua gempa ini pemukiman penduduk di sekitar Kelurahan Pasar Ujung
Kecamatan Kepahiang Kabupaten Kepahiang mengalami kerusakan ringan.

Kerusakan ini berupa retakan pada dinding dan pagar di beberapa rumah warga
(www.news.okezone.com).
Menarik untuk dianalisa lebih lanjut mengingat kejadian gempa bumi yang terjadi
secara beruntun tanggal 15 hingga 20 Oktober 2017 ini tergolong langkah terjadi
pada Segmen Musi ini. Tabel 1 di bawah ini memperlihatkan rangkaian kejadian
gempa bumi pada tanggal 15 hingga 20 Oktober 2017.
Tabel 1. Gempa bumi yang terjadi pada tanggal 15 hingga 20 Oktober 2017.

NO

Tanggal

1
15-10-2017
2
15-10-2017
3
15-10-2017
4
15-10-2017
5
16-10-2017
6
17-10-2017
7
20-10-2017
8
20-10-2017
Total Energi

OT (WIB)

Lokasi

Mag

02:27:33
04:29:13
04:45:19
09:06:26
08:53:02
21:12:32
07:36:06
07:37:15

3,64 LS 102,58 BT
3,64 LS 102,58 BT
3,65 LS 102,58 BT
3,65 LS 102,59 BT
3,60 LS 102,58 BT
3,66 LS 102,55 BT
3,65 LS 102,58 BT
3,60 LS 102,65 BT

3,5
2,5
3,0
3,0
3,3
2,9
3,0
2,8

Energi
(erg)
1,12x1017
3,55x1015
1,99x1016
1,99x1016
5,62x1016
1,41x1016
1,99x1016
1,00x1016
2,56x1017

Pada tabel 1 di atas memperlihatkan total energi gempa bumi yang terjadi secara
beruntun selama tanggal 15 hingga 20 Oktober 2017 pada Segmen Musi
mencapai 2,55967x1017 erg. Energi ini jika dikonversi menjadi magnitudo setara
dengan gempa bumi berkekuatan M=3,74.

Jika dilihat kembali sejarah kegempaan pada Segmen Musi Kepahiang, Segmen
Musi ini memiliki periode ulang gempa signifikan M≥5,0 setiap 19 tahun
(Ardiansyah, 2016). Gempa bumi dengan kekuatan M≥5,0 terakhir kali terjadi pada
tanggal 15 Mei 1997. Artinya, secara statistik berkisar bulan Mei 2016 Segmen
Musi memasuki tahun perulangan periode ulangnya. Menarik untuk dilihat bahwa
sejak tahun 2014 hingga 2017, segmen ini terus melepaskan energi dengan terjadi
gempa bumi signifikan. Besar kemungkinan rentetan gempa bumi signifikan sejak
tahun 2014 hingga 2017 merupakan perulangan gempa bumi 15 Mei 1997 yang
dilepaskan secara bertahap.
Pada tanggal 26, 27, dan 28 Oktober 2014 terjadi gempa bumi signifikan dengan
energi total dari tiga gempa bumi ini 3,56902 x 1017 erg atau setara dengan gempa
bumi berkekuatam M= 3,8. Sedangkan pada tanggal 30 Mei 2016 terjadi dua
gempa bumi doublet dengan total energi sebesar 2,67 x 1018 erg atau setara
dengan gempa bumi kekuatan M=4,42. Jika kita totalkan rentetan gempa bumi
signifikan selama 2014, 2016, dan 2017 energi total mencapai 3,28287 x 1018 erg
atau setara dengan gempa bumi berkekuatan M=4,48. Melihat total energi yang
sudah dikeluarkan belum mencapai kekuatan M=5,0, artinya pada kawasan
Segmen Musi ini masih menyimpan energi gempa bumi yang belum sepenuhnya
pecah sejak terjadi gempa bumi merusak pada tanggal 15 Mei 1997.
Kajian sebelumnya menyebutkan bahwa wilayah Segmen Musi setelah kejadian
gempa bumi merusak tanggal 15 Mei 1997 menyimpan energi potensial sebesar
5,0187 x 1021 erg atau setara dengan gempa bumi berkekuatan M=6,6 (Ardiansyah
et al., 2015). Artinya sampai saat ini (setelah terjadi gempa 15 hingga 20 Oktober
2017) Segmen Musi masih menyimpan energi sebesar 5,0154 x 1021 erg atau
setara dengan gempa bumi berkekuatan M=6,6. Dengan demikian, rentetan
gempa bumi signifikan pada tahun 2014, 2016, dan 2017 belum berpengaruh
banyak terhadap pelepasan energi yang tersimpan pada Segmen Musi ini. Hal ini
masih mengindikasikan bahwa masyarakat yang tinggal di wilayah Kabupaten
Kepahiang harus tetap waspada karena setiap saat gempa bumi lokal yang
diakibatkan oleh patahan Segmen Musi ini bisa terjadi.
4. KESIMPULAN
Kejadian gempa bumi yang terjadi secara beruntun selama tanggal 15 hingga 20
Oktober 2017 di wilayah Kabupaten Kepahiang jika dilihat dari lokasi episenter dan
kedalaman hiposenter, diduga kuat diakibatkan oleh aktivitas patahan lokal yang
ada di Kabupaten Kepahiang yaitu sesar Segmen Musi. Rentetan gempa bumi
signifikan ini belum berpengaruh secara signifikan mengurangi energi potensial
gempa bumi yang masih tersimpan pada Segmen ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, Sabar., dan Malik Krisbudianto, 2015, “Energi Potensial Gempa bumi
di Kawasan Segmen Musi, Kepahiang-Bengkulu”, Buletin Artikel Ilmiah
MKKUG Vol.5 No.6-Juni 2015.
Ardiansyah, Sabar, 2016, “Analisis Periode Ulang Gempa bumi di Kawasan
Segmen Musi, Kepahiang-Bengkulu”, Buletin Artikel Ilmiah MKKUG Vol.6
No.10-Oktober 2016.

Hadi, Arif Ismaul., dan Kirbani Sri Brotopuspito, 2016, “Estimasi Kedalaman
Bidang Batas Sesar dari Data Gravitasi di Daerah Rawan Gerakan Tanah
(Studi Kasus : Sesar Sumatra Segmen Musi Bengkulu)”, Simetri, Jurnal Ilmu
Fisika IndonesiaVol.2 No.2 Januari 2016.
Natawidjaja, Danny Hilman, 2007, “Gempa bumi dan Tsunami di Sumatra dan
Upaya Untuk Mengembangkan Lingkungan Hidup Yang Aman Dari
Bencana”, Laporan Survey.
Permana, Ikhwan., Irwan Meilano., dan Dina Anggraini Sarsito, 2012, “Analisa
Deformasi Gempa Padang Tahun 2009 Berdasarkan Data Pengamatan GPS
Kontinu Tahun 2009-2010”, Jurnal Geofisika Vol. 13 No. 2/2012.
Pranata Dani Ajie, 2010, “Analisis Mekanisme Fokus Gempa bumi di Meulaboh
(Nanggroe Aceh Darussalam) 9 Mei 2010”, Program Studi Fisika Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Reid H.F., 1906, “The Mechanics of the Earthquake, The California Earthquake of
April 18, 1906”, Report of the State Investigation Commission, Vol.2,
Carnegie Institution of Washington, Washington, D.C., 1910.
Sieh Kerry,. dan Dany Hilman Natawidjaja, 2000, “Sumateran Fault Neotectonics,
“Journal of Gephysical Research, Vo.105, No.B12.
294 Kali Gempa Guncang “Bumi Raflesia” Sepanjang 2017,
https://news.okezone.com/read/2017/12/26/340/1835951/294-kali-gempaguncang-bumi-raflesia-sepanjang-2017?page=1 . Diakses Tanggal : 26
Desember 2017.