Langitnya cukup tidak bersahabat untuk

Langitnya cukup tidak bersahabat untuk mengawali hari ini. Langit mendung,
hujan dan udara dingin membuat malas untuk bergerak dan beraktivitas. “jalanan
pasti becek, harus pakai jaket dan kemana-mana bawa payung”

seorang

perempuan yang masih berada di tempat tidurnya dan melihat suram keluar
jendela kamarnya. Uap air menempel pada kaca jendela kamarnya. Dari tempat
tidurnya bisa dengan jelas melihat ke langit luar. Perempuan itu menarik
selimutnya kembali, menutupi seluruh tubuhnya. Pagi yang cukup membosankan
dan membuat semangat hilang. Terlebih bagi mereka yang memang sudah malas
untuk bergerak dan melakukan aktivitas rutinnya. HUJAN bisa dijadikan alasan
terbaik untuk terlambat datang atau bahkan tidak datang. Beberapa orang bisa saja
memakluminya, namun beberapa orang lagi bisa saja tidak menerima dan menolak
alasan tersebut.
Kring kring kring kring… bunyi itu membuat berisik dan gaduh. Ruangan itu
sangat rapi, semua tersusun rapi dan semua benda dan barang-barang berada pada
tempatnya. Hanya tempat tidur yang masih berantakan dan acak-acakkan. Ya,
seseorang masih menikmati mimpi indahnya. Dia masih berada dalam alam bawah
sadarnya. Bunyi alarm Handphone dan jam beckernya saja tidak membuatnya
terbangun.


Dia

masih

saja

berada

dalam

selimut,

sementara

jam

dan

handphonenya terus berdering.

Hujan diluar sudah mulai reda. Sementara jam sudah menunjukkan pukul
09.00 WIB. Kalau ke sekolah jam segitu, sudah pasti di depak guru pulang, atau
mungkin

bisa

saja

dihukum

membersihkan

kamar

mandi

atau

mungkin


perpustakaan. Kalau ke kantor jam segitu, sudah pasti dimarahi sama BOS.
Sekarang, bunyinya berbeda dari yang sebelumnya, tok tok tok.. tok tok tokk
semakin keras dan semakin keras.

“ mampus telat” perempuan itu langsung bangun dan duduk sambil melihat
handphone dan jamnya. “ 28 panggilan tidak terjawab” perempuan itu kaget. Dia
bahkan mengabaikan suara ketukan pintu yang sudah mulai berisik dengan suarasuara yang sepertinya memarahi dari luar. Perempuan itu segera bangkit dari
tempat tidurnya dan membukakan pintu kamarnya.
“ kamu pikir sekarang jam berapa? Kamu ada acara jam 10.30 di rumah
sakit, kamu akan telat. Anak perempuan apa yang bangunnya jam segini….” Suara
perempuan yang sebaya dengan perempuan itu terus menerus menghujani
perempuan yang sedang sibuk ke kiri dan ke kanan mempersipakan dirinya. Hari
gadis dengan piyama berwarna biru itu di awali dengan ceramah pagi dari seorang
perempuan yang sudah rapi dengan kemeja dan celana panjangnya. Satu jam
kemudian perempuan itu telah siap dengan dirinya. Dia sudah rapi, rambutnya
yang acak-acakkan dan wajahnya yang kusut sekarang sudah 180 derajat berubah
menjadi segar. Walaupun dia agak sedikit kualahan karena perempuan dengan
kemeja berwarna merah marun itu terus menerus menyuruhnya untuk bergegas
dan mengingatkan berapa menit lagi tersisa.
“ oke, sekarang aku siap. Ayo berangkat!!!” ucap perempuan yang sudah

rapi dengan tas dan jas putihnya yang digandeng sambil tersenyum lebar.
“ mudah-mudahan tidak ada kendala di jalan” gumam perempuan yang
sudah terlihat bosan menunggunya dan akhirnya mereka meninggalkan ruangan
dengan tempat tidurnya sudah kembali rapi dan semua terlihat sangat sempurna. “
lain kali, kalau kamu ingin tidur yang panjang, jangan pakai waktu liburmu untuk
bekerja!” ucap perempuan dengan rambutnya disanggul saat mereka menuruni
tangga rumah itu. seseorang yang masih muda datang membawakan segelas susu

dan sepotong roti. Perempuan yang memegang jas putih itu meminum susu yang
dibawakan perempuan itu.
“ terima kasih RATNA” ucap perempuan itu dan kemudian meminum susunya
dan menghabiskannya. “ sekali ini aku terlambat NAD” perempuan itu tersenyum. “
ya… walaumpun sekali ini agak keterlaluan, lagian semalam aku lembur nanad”
ucapnya meyakinkan perempuan yang terlihat kesal kepadanya itu karena sangat
terlambat.
“ ayo berangkat” ucap perempuan itu dan meninggalkan perempuan dengan
jas putihnya. Mereka meninggalkan rumah dan pergi dengan mobil. Perempuan
dengan kemeja merah marun itu yang mengendarai mobil, sementara perempuan
dengan rambut panjang sepunggung itu duduk di sampingnya, sambil merapikan
riasan wajahnya. “ ya ampun, sekali-kali berdandan seperti ini jadinya, lain kali

kalau kamu risih dengan dandananmu, jangan dipakai. Biasa saja!!” ucap
perempuan dengan kemeja merah marun itu sambil tersenyum.
“ mana tahu nad, nanti di sana aku ketemu pangeranku” ucap perempuan
dengan rambut panjang itu sembari terus merapikan dandannannya di cermin. “
AISHA, di rumah sakit jiwa siapa yang mau kamu temui?” ucap perempuan yang
menyetir itu sambil tersenyum dan geleng-geleng.
“ NADIA sahabatku tercinta, yang namanya jodoh itu tidak mengenal tempat,
mau di rumah sakit jiwa sekalipun.” Perempuan yang berambut panjang itu melihat
ke arah sahabatnya itu. “ mulai dari sekarang aku mau terbiasa dengan hal
beginian, biar aku cepat-cepat nyusul kamu.” tambahnya lagi dan merapikan
riasannya.

“ tumben kamu berpikir seperti itu?” Tanya perempuan yang sedang
menyetir itu kepada sahabatnya itu. Aisha terdiam sejenak. Dia kemudian
tersenyum dan menyelesaikan riasannya yang sudah rapi sedari tadi. “ aku pikir
kamu sudah gila karena masih lajang sampai sekarang” tambah perempuan itu lagi
dan terus menyetir.
“ enak aja!! Begini begini aku bahagia, walaupun mamaku terus menerus
mendesakku untuk mengenalkan calonku pada beliau” jelas perempuan dengan
rambut panjang dan baju kemeja lengan pendeknya itu sambil tersenyum.

perempuan ini tanpa riasan sebenarnya sudah cantik. Tapi entah kenapa dia ingin
berdandan hari ini, mungkin untuk menutupi matanya yang berkantung karena
tidak tidur semalaman. Sekarang saja dia masih mengantuk, setidaknya riasan itu
menutupi wajahnya yang masih kusut. Hari ini wanita yang dipanggil aisha ini
mengisi acara di sebuah rumah sakit jiwa. Dia menjadi pemateri tentang HIV AIDS
dan NARKOBA. Maklum saja dia adalah seorang psikolog. AISHA dan NADIA menjadi
pemateri dalam acara tersebut. Acara itu dihadiri oleh MAHASISWA dan SISWA SMA
dan beberapa orang lagi adalah mantan pecandu narkoba. NADIA adalah seorang
dokter. Mereka sebaya dan bersahabat dari kecil. Bahkan orangtua mereka. mereka
akhirnya sampai di rumah sakit itu. nadia memarkirkan mobilnya, setelah itu turun
bersama Aisha. Seorang dengan seragam dokternya dan jas putihnya datang
menghampiri mereka.
“ selamat datang mbak Aisha” sapa seorang perempuan dengan jilbab merah
jambunya dan senyumannya yang hangat menyapa mereka dan bersalaman. Aisha
dan nadia menyambut jabatan tangan dari perempuan yang sepertinya sebaya
dengan mereka. “ maaf buk, kami mengganggu waktu liburan anda” ucap
perempuan itu lagi dengan senyuman hangatnya. Aisha tersenyum.

“ tidak masalah dokter” jawab aisha dan mereka berjalan menuju ruangan
seminar tersebut. “ ini pertama kalinya saya ke sini” gumam aisha. Nadia dan

perempuan berjilbab itu tersenyum mendengarnya. Para peserta sudah duduk rapi
ditempat mereka. mereka siap mendengarkan penyampaian materi dari aisha dan
nadia. Aisha memperhatikan sekelilingnya. Dia selalu memperhatikan sekelilingnya.
Moderator telah siap di depan dan memperkenalkan mereka berdua. Acara itu
berjalan lancar. Selama dua jam lebih mereka berbiacara. Banyak pertanyaan yang
datang, semua peserta aktif bertanya. Jam 14.00 WIB acara tersebut selesai. Aisha
juga penulis buku. Dia menciptakan beberapa novel dan salah satunya menjadi best
seller. Peserta yang datang membawa bukunya diberikan tanda tangan. Tidak siasia dia menerima tawaran nadia. Pesertanya aktif dan dia sangat menyukainya.
Selesai istirahat dan makan siang, aisha dan nadia berpamitan kepada panitia
penyelenggara seminar tersebut.
Perhatiannya teralihkan pada sesuatu saat dia dan nadia sedang berbicara
dengan dokter yang tadi menyambut mereka di pintu aula rumah sakit itu. aisha
bahkan memutar tubuhnya untuk terus bisa melihat hal itu. “ aisha, kamu melihat
apa?” Tanya nadia sambil memegang tangan aisha yang terus memperhatikan
sesuatu dan kemudian dia seperti mencari sesuatu. Dia seperti kehilangan.
“ dokter, apa di sini ada pasien yang namanya HAFIZH?” Tanya aisha kepada
dokter

yang


tadi

menyambutnya

dan

nadia.

Dokter

itu

seperti

mencoba

mengingatnya. “ tidak ada buk” ucap dokter itu. aisha terus melihat sekelilingnya,
memperhatikan setiap sudut yang masih bisa dilihatnya. “ dok, nad. Aku permisi
sebentar.”


Ucap

aisha

sambil

memberikan

tasnya

kepada

nadia

dan

dia

meninggalkan mereka. “tapi sha..” kata-kata nadia terpotong karena sahabatnya
itu sudah meninggalkan mereka. aisha setengah berlari. Dia terus memperhatikan


sekelilingnya. Dia mencari sesuatu. Dia ingin menemukannya. dia terus menulusuri
setiap lorong. “ kemana perginya?” gumamnya dan terus memperhatikan
sekelilingnya. Saat aisha membalikkan badannya, dia menabrak seseorang.
“ maaf, saya tidak sengaja” aisha membuat minuman yang dibawa orang itu
tumpah

dan

membasahi

baju

orang

yang

ditabraknya

itu.


aisha

spontan

membersihkan dengan lengan jas putih yang dikenakannya itu. “ ada bekasnya
lagi..”minuman itu meninggalkan bekas dibaju kaos berwarna biru yang dikenakan
orang itu.
“ sudah, tidak apa-apa. Lengan jas anda bisa kotor juga dokter” ucap orang
itu dan dia adalah seorang laki-laki. Tubuhnya jauh lebih tinggi daripada aisha.
Ketika mereka berdiri berhadapan seperti itu, aisha setinggi dagu laki-laki itu. aisha
merunduk sehingga tidak melihat wajah laki-laki putih dan rambutnya cukup
panjang itu. aisha baru sadar kalau lengan jasnya juga kotor dan dia berdiri terlalu
dekat dengan laki-laki itu. aisha mundur.
“ sekali lagi saya minta maaf” ucap aisha sambil melihat ke arah laki-laki itu.
matanya membesar. Dia deg-deggan. “ketemu” ucap aisha dalam hatinya. “ tidak
apa-apa, ini bisa hilang kok kalau dicuci.” Ucap laki-laki itu tersenyum sambil
merapikan bajunya. “ apa kita pernah bertemu sebelumnya?” Tanya laki-laki itu
kepada aisha.
“ ulat bulu?” Tanya aisha kepada laki-laki itu dan laki-laki itu mencoba
mengingat kembali. “ aisha?” Tanya laki-laki itu. aisha mengangguk dan mereka
berdua tertawa. “ kamu apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu ya?” Tanya lakilaki tinggi dan putih itu. “ aku baik-baik saja.” Jawab aisha dan kemudian mereka
mencari tempat duduk yang ada di dekat mereka berdiri.

“ tunggu dulu, kamu kenapa pakai jas ini? Seingatku, kamu bukan dokter.”
Ucap laki-laki itu mengingat kembali kenangannya beberapa tahun silam. Saat
mereka masih kuliah.
“ iya, tapi aku bisa memakai jas ini kalau berada di sini” tambah aisha sambil
tersenyum.
“ kamu kerja disini?” Tanya laki-laki dengan tubuh yang atletis itu dan terus
memperhatikan aisha yang duduk disampingnya. Sudah lama tidak bertemu.
“ tidak, ada seminar di sini, jadi aku menjadi pematerinya. Kamu ngapain di
sini?” jelas aisha dan dia mulai bertanya untuk melepaskan rasa penasarannya
terhadap laki-laki itu. laki-laki itulah yang dicarinya dari tadi.
“ kamu tahu kan, kalau aku bekas pemakai dulunya dan aku aktif dalam
organisasi anti narkoba?” Tanya laki-laki itu kepada aisha. Aisha sepertinya lupa.
Dia mencoba mengingatnya kembali dan dia mengangguk. “ sampai sekarang aku
masih aktif di sana, ini kunjungan rutinku ke tempat-tempat rehab. Aku mau
menyemangati mereka.” jelas laki-laki itu dengan wajah sedihnya dan aisha
sepertinya berempati kepada hafih. “ kamu semakin hebat ya sekarang, dari dulu
sampai sekarang aku semakin salut sama kamu.” ucap hafih dan membuat aisha
menatapnya sambil tersenyum.
“ dulu?” Tanya aisha. Hafih sepertinya gugup. Dia seperti salah tingkah dan
salah berucap. “iya, dulu. waktu kita KKN dulu. kamu itu workaholic. Sekali bekerja,
bekerja terus. Lucunya kalau kamu sudah lelah, dan pekerjaan masih ada. Kamu
terus bekerja dengan wajah tegang dan sinis.” Laki-laki itu terus menceritakan
kenangannya dan membuat wajah aisha memerah karena malu. Lai-laki itu tertawa

ketika dia melihat wajah aisha yang memerah. “ dan wajah kamu selalu memerah
setiap kali di becandain.” Tambah laki-laki itu dan aisha menutup pipinya dengan
kedua tangannya. Laki-laki itu tertawa.
“ apa sih kamu…” ucap aisha malu. Aisha memperhatikan sekelilingnya.
Rumah sakit itu sangat tenang. Di dekat mereka tidak terlalu banyak aktivitas,
mungkin karena sekarang hari libur. Udara di rumah sakit itu sangat sejuk, banyak
pepohonan di sana. sementara itu, Nadia sudah mulai gelisah menunggu aisha
yang sudah lama tidak datang. Dia terus melihat ke sekelilingnya. Namun tidak ada
tanda-tanda aisha akan datang. Aisha juga tidak membawa telepon selulernya.
Hingga akhirnya nadia memutuskan untuk mencari aisha. Dia mengelilingi tempat
yang sudah tidak asing lagi baginya. Nadia adalah salah seorang dokter yang
bekerja di rumah sakit tersebut. Sementara aisha baru sekali ini datang ke rumah
sakit tersebut. Nadia takut sahabatnya itu tersesat atau tidak tahu jalan keluar,
atau bisa saja keasikkan berbicara dengan seseorang di salah satu bagian rumah
sakit dan melupakan dirinya yang sudah lama menunggunya dari tadi.
“ Aisha” ucap nadia ketika melihat aisha seorang laki-laki. Nadia tidak bisa
melihat laki-laki itu dengan jelas, karena dia berdiri dibelakang laki-laki itu. aisha
kaget melihat nadia yang tiba-tiba datang. Dia langsung ingat karena sudah lama
dia meninggalkan nadia bersama dengan temannya nadia. “ nadia” ucap aisha
sambil memegang kepalanya dan tersenyum tipis. Dia merasa bersalah dan sedikit
malu. Laki-laki ynag bersama aisha tersebut menoleh ke arah nadia. Mereka sedang
asik bercengkrama dan nadia datang. Hafih terseyum. “ aku minta maaf, aku lupa
kalau kamu nungguin aku nad” ucap aisha menghampiri nadia dan memegang
tangannya.

“ kalian berdua saling kenal?” Tanya nadia kepada hafih dan aisha. Mereka
bertiga saling tatap. Hafih berdiri dari duduknya.
“ dokter sahabatnya aisha?” Tanya hafih seperti tidak percaya dan
kemudian tersenyum.
“ kita kenalnya sudah lama nad, tapi baru ketemu sekarang aja.” Jawab
aisha. “ oh aku tahu, karena hafih sering ke sini makanya kalian berdua saling
kenal.” Tebak aisha. Hafih dan nadia mengangguk. Nadia menatap aisha dengan
tatapan aneh. Aisha memegang tangan nadia dan tersenyum sambil melirikkan
matanya. “ oh ya, fih. Lain kali kita ngobrol lagi ya? Aku lupa kalau nana dada janji
sama suaminya.” Ucap aisha sambil tersenyum dan menarik tangan nadia. Nadia
seperti mengerti maksud aisha. Mereka berpamitan dan akhirnya meninggalkan
hafih yang terus memperhatikan mereka dari kejauhan. Nadia dan aisha berbisikbisik kecil sampai mereka masuk ke dalam mobil.
“ aku tebak ya sha, dia adalah cowok yang kamu suka beberapa tahun lalu.”
Ucap nadia saat dia mulai menghidupkan mobilnya. “ kamu sok tahu nad” aisha
duduk manis disamping kemudi dan memasang sabuk pengamanannya. “ ya
ampun sha, apa sih yang aku nggak tahu tentang kamu.” jelas nadia sambil
memuta setirnya dan mereka meninggalkan rumah sakit.
“ iya nad, tapi aku nggak cerita banyakkan sama kamu?” jelas aisha dan dia
terlihat murung. Aisha memegang ujung bajunya. “ kenapa harus ketemu? Kenapa
juga tadi aku pakai nyari dia? Kenapa pakai acara tabrakan segala?” ucap aisha
dalam hatinya. Dia mengutil-ngutil jempolnya. Nadia heran dengan sikap aisha
yang berubah diam.

“ sha” nadia menyenggol bahu aisha dengan tangannya. Aisha kaget. “
kenapa kamu? mikirin apa?” Tanya nadia yang penasaran dengan sahabatnya itu.
mendadak dia sedikit berubah. Seperti ada yang dipikirkan. “ kamu jatuh cinta
lagi?” Tanya nadia kepada aisha sambil tersenyum.
“ enak aja. Aku Cuma kaget aja ketemu dia tadi.” Jawab aisha sambil melihat
ke luar jendela. Hujan turun lagi. Jalanan perlahan basah. Awan gelap. Angin bertiup
agak kencang. “ ketemunya juga karena tadi kamu mencari dia. Coba kamu
abaikan saja dri awal, pasti nggak akan tabrakkan dan akhirnya ketemu.” Celoteh
nadia terus mengemudikan mobilnya. “ pakai hujan lagi” gumam nadia dan aisha
hanya diam. “ masih jaman galau buk?” Tanya nadia yang kembali heran melihat
sikap aisha. Seperti banyak hal yang dipikirkan. Berbeda dari yang tadi pagi. Aisha
yang cerewet. Hujannya semakin deras. Jalanan cukup ramai. Mobil jalannya
perlahan.
“ aku nggak galau nanad. Kamu kenapa nggak pernah cerita kalau hafih
sering ke rumah sakit?” Tanya aisha dengan nada sedikit kesal karena selama ini
nadia ternyata sering bertemu dengan hafih dan mereka juga terlihat akrab.
“ ya, aku mana tahu kalau hafih yang dulu kamu suka dan yang aku kenal
itu orang yang sama. lagian aku juga nggak pernah di kasih lihat foto hafih yang
kamu suka. Boro-boro kamu kenalin dulu ke aku.” Celoteh nadia kepada aisha dan
dia terus memperhatikan jalanan. Air tergenang, sehingga dia harus pelan. Aisha
lagi-lagi terdiam. Semua yang dikatakan oleh nadia benar. Dia tidak pernah
memperkenalkan

hafih

dan

bahkan

memperlihatkan

foto

hafih

kepada

sahabatnya itu. “ apa karena dia mantan pemakai? Itu sebabnya kamu tidak mau
memperkenalkannya ke aku?” Tanya nadia lagi setelah beberapa waktu mereka

diam. Aisha lagi-lagi terdiam. “ ya, aku ingat!! Mama kamu pernah marah besar
karena itu.” nadia mengingat kembali kenangannya beberapa waktu lalu yang telah
berlalu. “ jadi benar?” Tanya nadia kepada aisha. Aisha terdiam. Nadia kaget. Dia
sangat paham sahabatnya itu. jika pertanyaan itu sudah menyudutkannya dan dia
hanya diam sambil memegang tepian bajunya itu pertanda iya.
“ sudahlah nad, semuanya sudah berlalu juga” ucap aisha dengan nada
sedikit kesal bercampur sedih.
“ katanya sahabat, tapi masih saja ada rahasia antara kita.” Gumam nadia
yang menghentiakn mobilnya karena mereka berada di lampu merah. “ nanad,
bukan seperti itu, aku nggak mau kamu ikut-ikuttan kena marah sama mama
kamu.” jelas aisha dengan wajah sedih. Dia menaruh tangaannya di kaca mobil,
sehingga terbentuk uap air karena panas dari suhu tubuhnya. Aisha membentuk
gambar senyuman di kaca mobil. Nadia menghela nafas panjang sambil menoleh
sejenak ke arah aisha. Ada banyak pertanyaan yang ingin diajukannya kepada
sahabatnya itu. tapi dia menahan diri untuk sejenak. Dia ingin membiarkan aisha
sejenak dengan dirinya. Mobil kembali melaju. Mereka akhirnya sampai ke sebuah
rumah dengan desain minimalis berwarna abu-abu putih dengan pintunya berwarna
cokelat dari kayu jati. Halamannya cukup luas. Rumah itu memili pagar. Saat
mereka sampai pagar rumah itu sudah terbuka, sehingga mobil nadia bisa langsung
masuk tanpa salah satu dari mereka harus keluar dari mobil dan harus basah
terkena hujan. Rumput di halaman rumah basah terkena hujan. Di rumah itu ada
sebuah pohon mangga setinggi dua meter dan sedang berbuah. Titik-titik hujan
turun dari buah itu. bunga-bunga yang tersusun rapi di raknya juga basah terkena
hujan. Sore menjelang.

“ aku tidak mampir ya sha?” ucap nadia menghentikan mobilnya begitu
sampai di rumah aisha. “ aku ada janji sama MAS ILHAM “ tambah nadia menatap
aisha.
Aisha mengambil tas dan jas putinhnya. “ iya nanad, titip salam untuk mas
Ilham ya?” aisha membuka pintu mobilnya. “ oya, aku masih nagih oleh-oleh dari
italinya.” Gumam aisha sebelum dia keluar dari mobil. ada atap di tempat nadia
memarkirkan mobilnya di rumah aisha. Tempat itu sekaligus sebagai bagasi, jadi
aisha tidak perlu lagi menyediakan ruang untuk bagasi mobilnya. Sebenarnya
bagasi di rumah itu sudah ada, tapi di rombak oleh aisha sebagai perpustakaannya.
Tempat dia meletakkan semua koleksi buku-bukunya dan juga tempat bersantai.
Seorang perempuan yang kira-kira berumur 36 tahun menghampirinya dan
mengambil tas dan jas aisha ketika dia baru masuk. Aisha menghela nafas panjang,
dia melihat ke seisi rumah. Rumah itu terasa sangat besar dan luas. Tiba-tiba dia
merasa kesepian dan sedih.
“ malam ini, kita nonton flm apa buk?” Tanya perempuan itu sambil
tersneyum kepada aisha. Namun aisha tidak mengubris. Dia masih saja terdiam dan
melihat ke depan. Memperhatikan setiap sudut. Lagi-lagi dia menghela nafas
panjang.
“ mengapa sekarang terasa sepi ya mbak?” Tanya aisha kepada perempuan
yang masih berdiri di sampingnya. Ratna melongo. Dia tidak tahu harus menjawab
apa. Dia hanya menatap aisha. “ mbak ratna?” aisha meninggikan suaranya. Ratna
kaget.

“ eh iya buk?” ratna kaget dan dia hampir menjatuhkan tas aisha. Aisha
mengerutkan dahinya melihat sikap ratna. “ saya bingung mau jawab apa mbak.”
Ratna mengerutkan dahinya.
“ mbak ratna sudah masak?” Tanya aisha sambil memperhatikan ratna dari
atas sampai bawah. Ratna sedikit kusut. Rambutnya acak-acakkan. “ jangan masak
ya mbak? Kita makan di luar saja malam ini.” Ucap aisha kepada ratna. Ratna
sepertinya sangat senang karena dia tidak harus masak makan malam ini. “ ada
tempat makan baru mbak, kata teman aisha di sana enak. Kita makan di sana saja
nanti malam. Habis itu nonton di bioskop.” Aisha seperti bersemangat kembali.
Ratna juga sepertinya sangat senang. Dia tersenyum-senyum dari tadi.
“ tapi mbak, sekarang belum akhir bulan?” Tanya ratna kembali bingung. Dia
sangat mudah bingung. Aisha terkadang sangat suka mengerjai ratna. Kalau ada
mamanya aisha di rumah, dia pasti sudah dimarahi mamanya setiap kali mengerjai
mbak ratna. Mbak ratna adalah keponakan dari simbok, orang yang selalu ikut
bersama keluarga aisha. sekarang yang menemani aisha kemanapun dia pergi
adalah mbak ratna. Mbak ratna sudah ikut dengan aisha selama empat tahun lebih.
Dulunya dia pernah menikah, saat umurnya 18 tahun. Namun ketika 8 tahun
pernikahan, suaminya meninggal karena kecelakaan. Mbak ratna tidak mempunyai
anak dengan suaminya tersebut dan sampai sekarang beliau belum pernah
menikah semenjak saat itu. 4 tahun sebelumnya mbak ratna pernah bekerja
dengan orang lain, namun dia tidak betah karena majikannya tergolong kasar dan
pelit. Hingga akhirnya beliau ikut dengan aisha.
“ jadi mbak nggak mau ikut?” ucap aisha dengan wajah serius. “ ya sudah..”
kata-kata aisha dipotong oleh mbak ratna. “ nggak mbak, saya mau sekali ikut…”

mbak ratna cengengesan dan mereka berjalan ke kamar aisha. ratna menaruh tas
dan aisha di tempatnya, di rak-rak yang sudah di siapkan oleh aisha untuk semua
barang-barangnya. Aisha mengganti pakaiannya. Sementara ratna merapikan
barang-barang aisha. beliau juga mengambil sampah yang ada di tempat sampah.
Aisha mencuci wajahnya dan dia mengambil wudhu untuk sholat aihar. Setelah itu
aisha istirahat sejenak karena malamnya dia akan berpetualang dengan mbak
ratna. aisha sangat suka mengajak ratna jalan-jalan. Biasanya mereka pergi setiap
akhir bulan. Tapi kali ini aisha butuh waktu untuk bersenang-senang. Rasanya satu
hari ini dia mengerjakan sesuatu yang berat. Padahal dia hanya jadi pembicara
selama 2 jam. Jika dibandingkan dengan waktunya bekerja sehari-hari itu belum
seberapa. Jika tidak dihari libur dia bisa bekerja pagi bertemu pagi dan rasanya
tidak seberat hari ini. Mungkin ini karena perasaannya yang sangat lelah. Terlebih
dia bertemu dengan seseorang dari masalalu. Seseorang yang dulu pernah mampir
dalam hidupnya dan mungkin juga pernah mengisi hatinya. Kali ini orang itu hadir
kembali, dengan waktu dan keadaan yang berbeda. Sejenak aisha diusik oleh
kenangannya, sebelum matanya tertutup dan dia hilang dalam tidurnya.
Malam menjelang. Mbak ratna sudah siap di ruang tamu menunggu aisha. dia
sudah siap dengan celana jeans hitam dan sweater hitam putih bergaris horiiontal,
rambutnya dikuncir satu kebelakang dan sandal cantik cokelatnya. Sandal itu
adalah sandal kesayangan mbak ratna. hadiah dari aisha saat dia pergi ke London
beberapa bulan yang lalu. Mbak ratna tidak seperti seorang pembantu. Berbeda
360 derajat dandannanya dengan kesehariannya di rumah saat bekerja. Aisha turun
dengan baju kaos biru langit dan celana tiga perempat berwarna kopi susu dan
rambutnya di lepas dengan bandana yang sewarna dengan celananya. Aisha
menenteng sebuah jaket berwarna kopi susu dengan sentuhan warna biru langit di

tulisannya. Aisha juga mengenakan sandal berwarna putih. Simple dan santai itulah
mereka.
“ mbak ratna cantik malam ini.” Puji aisha saat dia turun dari tangga dan
menghampiri ratna sambil memberikan dompetnya kepada ratna. ratna orang
kepercayaan aisha. dia tidak ragu menitipkan barang berharganya kepada ratna.
“ belum secantik mbak aisha” ratna tersipu malu dan aisha tersenyum.
mereka seperti tante dan keponakan. Ratna semenjak bekerja dengan keluarga
aisha, beliau merasa seperti muda. Terkadang adik dan kakak aisha juga sering
mengajaknya pergi jalan. Mulai dari restaurant paling mahal sampai yang
diemperan. Mulai dari mesjid sampai ke diskotik. Dia sudah pernah memasukinya.
Malam ini milik mereka berdua. Di bioskop ada beberapa orang yang menggoda
mereka, tapi keduanya hanya cuek dan tidak mengacuhkan.
Beberapa hari berlalu. Aisha disibukkan dengan pekerjaannya setiap hari.
Dia bekerja di sebuah rumah sakit swasta ternama dan juga pemerintahan. Dia juga
mempunyai praktek sendiri. dia juga bekerja di kepolisian. dia juga aktif dalam
beberapa kegiatan lainnya. Dia bekerja sering pergi pagi pulang pagi dan terkadang
hanya beberapa jam di rumah.
“ mbak, nanti makan siang dimana?” Tanya seorang perempuan muda
dengan jas putihnya masuk ke ruangan aisha. aisha sedang sibuk dengan beberapa
kertas di mejanya. Dia memakai kacamatanya. Ada pena di tangan kanannya.
Rambutnya disanggul. Dia menoleh ke sumber suara. Ada perempuan yang lebih
muda darinya sedang berdiri dihadapannya.

“ SAFA, maaf saya masih ada yang sedang dikerjakan. Setelah ini selesai,
baru saya makan siang.” Ucap aisha kepada perempuan cantik dengan rambut
panjangnya yang di lepas. Perempuan muda itu tersenyum. “ oya satu lagi, tolong
pesankan saya makan siang saja. Mungkin saya tidak sempat makan di luar.” Jelas
aisha kepada perempuan itu lagi.
“ baik mbak, saya permisi kalau begitu.” Ucap gadis perempuan dengan
lembut dan aisha kembali melanjutkan pekerjaannya. Ada banyak kertas di meja
itu. sepertinya pekerjaan itu harus diselesaikan. Di ruangan kerja yang cukup besar
dan lapang itu ada beberapa meja dan beberapa rak buku acuan. Ruangannya rapi
dan bersih. Ada sebuah set sofa. Ada sebuah meja besar yang biasa mereka
gunakan untuk rapat. Di ruangan itu tidak hanya aisha saja yang ada. Tapi juga ada
tiga orang lagi. Perempuan yang tadi mengajaknya makan siang dan ada dua orang
laki-laki. aisha masih asisten dari atasannya. Beliau seorang laki-laki. Beliau jarang
hadir karena selain bekerja di rumah sakit, beliau seorang dosen di salah satu
universitas ternama. Beliau juga dosen aisha dulunya.
Sore menjelang, aisha menyelesaikan pekerjaannya. Dua orang juniornya,
safa dan ada satu lagi laki-laki yang sedang mengerjakan sesuatu di mejanya. “
saya pamit duluan, safa laporannya besok pagi saya tunggu.” Ucap aisha yang
sudah rapi dengan tas ditangannya dan beberapa berkas di tas satunya lagi dan
juga jas abu-abu yang digantung di tas tangannya. Aisha bersiap meninggalkan
ruangan itu. dia melangkah keluar dan menuju mobilnya.
“ kapan waktu untuk bersenang-senang?” gumam laki-laki yang sedang
mengerjakan sesuatu di mejanya itu. safa menoleh ke arah rekan kerjanya itu.
mereka saling bertatapan dan sama-sama mengangkat bahu dan kembali

mengerjakan laporan yang diminta oleh aisha. sementara itu jalanan mulai padat.
Aisha mengemudikan mobilnya sendiri. dulu dia punya sopir, tapi si bapak masih
dikampungnya, sehingga dia menyetir sendiri kemana-mana. Aisha tidak berniat
untuk mencari pengganti sopirnya itu. dia masih ingin menunggu sopir lamanya.
Aisha harus mengantar hasil pemeriksaannya ke kantor polisi. Ada sebuah kasus
yang harus dia selesaikan. Aisha sebagai saksi ahli dalam kasus itu.
“ hey” sapa seseorang saat aisha hendak keluar dari kantor polisi. Dia sibuk
mencari kunci mobilnya di tas sambil perlahan berjalan keluar dari kantor polisi
sehingga tidak melihat siapa saja yang menyapanya. “ ya” balasnya sambil berlalu
dari laki-laki itu. laki-laki dengan putih dan garis-garis hitam, membuat laki-laki
yang bertubuh tinggi itu semakin tinggi. Dia mengenakan celana katun hitam. Lakilaki itu terlihat formal dengan pakaian dan sepatu kulitnya yang sedikit stylish.
Hanya saja rambutnya yang sedikit panjang, tidak seperti kebanyakan laki-laki
dengan baju cokelat yang lalu lalang sambil tersenyum kepadanya di dekat pintu
masuk kantor polisi tersebut. Laki-laki itu tersenyum melihat tingkah aisha yang
menyahut sapaannya tanpa menoleh ke arahnya. Mereka datang dari arah yang
berlawanan.

Laki-laki

itu

mau

masuk,

sementara

aisha

baru

saja

akan

meninggalkan kantor itu. laki-laki itu membalikkan badannya dan ingin menyapa
aisha.
“ Pak Hafih” ucap seseorang dengan suara besarnya. Dia berjalan setengah
berlari mendekati hafih. Laki-laki itu menoleh kebelakangnya. Dia tidak jadi
mendekati aisha karena seseorang dengan tubuh yang besar sama dengan
suaranya itu memanggilnya. Laki-laki yang sudah tua itu dengan rambut botaknya
sampai

di dekat laki-laki tinggi

dan putih

itu.

mereka kemudian terlibat

pembicaraan. Laki-laki dengan seragam cokelatnya itu mengajak hafih ke dalam.

Laki-laki itu sepertinya sedikit keberatan. Dia menoleh kebelakangnya, ke tempat
tadi dia melihat seorang perempuan yang di sapanya. Perempuan itu hilang. Lakilaki itu sempat mencari di sekelilingnya, sebelum akhirnya dia mengikuti laki-laki
dengan tubuhnya yang besar itu ke sebuah ruangan.
Beberapa waktu berlalu, malam menjelang. Hafih begitulah nama laki-laki
dengan kemeja putih dan garis-garis hitam itu. dia sekarang tidak lagi berada di
kantor polisi. Dia sekarang berada di sudut kota lainnya. Di sebuah tempat yang
ramai sekali dengan buku. Ada banyak orang yang berada di tempat itu. mereka
sibuk dengan pilihannya masing-masing. Hafih juga sama. dia memilih-milih buku
bacaan yang cocok dengan seleranya. Dia melihat satu persatu buku yang ada di
rak.
“ mencari sesuatu yang cocok itu sama susahnya dengan mencari jodoh.
Dilihat satu persatu. Ketika menemukan sesuatu yang cocok dan sudah dilihat,
dipahami,

dirasakan,

dibayangkan,

dihayati.

Ketika

ingin

mengambilnya,

membawanya, atau mungkin memakainya. Ragu. Kemudian kembali menaruhnya.
Mencari yang lain. berharap menemukan yang lebih baik. ternyata setelah sekian
lama mencari. Masih ingat yang pertama. Kembali lagi. Syukur-syukur masih ada.
Bodohnya kalau sudah diambil orang. Atau begini, terus mencari dan kemudian
menemukan. Diambil dan dibawa. Setelah beberapa kali dipakai atau digunakan,
baru tahu tidak cocok. Hingga akhirnya mencari lagi sampai akhirnya cocok.
Pertanyaannya sampai berapa lama?” ucap seseorang dari belakang laki-laki yang
bertubuh tinggi yang sedang membaca sebuah buku di bagian kulit belakangnya.
Laki-laki itu tersenyum.

“ kamu yang menulis?” Tanya laki-laki itu tanpa menoleh kebelakangnya. Dia
hanya menebak suara siapa yang dibelakangnya. Lalu seorang perempuan dengan
celana pendek tiga perempatnya yang berwarna hitam itu pindah ke samping lakilaki itu. perempuan itu menguncir kebelakang rambutnya. Dia tersenyum sambil
mengangguk. “ kapan?” Tanya laki-laki itu sepertinya dia takjub dan tidak percaya.
“ beberapa waktu lalu, itu buku ku yang ke tiga.” Jawab perempuan itu
sambil melihat rak buku yang ada dihadapannya. Dia juga memilih beberapa buku.
“ semuanya pengalaman?” Tanya laki-laki itu, memegang buku itu dan
mengikuti perempuan yang mengelilingi rak buku yang ada di dekat mereka.
perempuan itu mengangkat bahunya, pertanda “entahlah”. Laki laki itu terlihat
senang. “ menurut ku iya” ucap laki-laki itu mengambil beberapa buku yang ada di
dekatnya. “ kalau begitu, ada aku dicerita kamu?” Tanya laki-laki itu spontan.
Perempuan itu menghentikan langkahnya. Dia membalikkan badannya dan
menghadap laki-laki yang lebih tinggi darinya. Perempuan itu menarik nafasnya
dalam-dalam.
“ sok tahu” perempuan itu tersenyum dan membalikkan badannya. “semua
cerita ku fksi. Tidak pernah jadi nyata.” Tambah perempuan itu saat membalikkan
badannya. dia mengambil dan menemukan sebuah buku. “ aku sudah menemukan
yang ku cari” ucapnya sambil memperlihatkan sebuah buku kepada laki-laki yang
dari tadi mengikutinya. “kamu?” Tanya perempuan itu sambil melihat ke arah
teman laki-lakinya itu.
“ aku juga” laki-laki itu memegang beberapa buku. Mereka lalu pergi ke kasir
dan membayar buku-buku itu. “biar aku yang bayar” laki-laki itu lebih dulu

memberikan kredit cardnya kepada kasir saat aisha baru saja mengeluarkan
dompetnya.
“ nggak usah,..” ucap aisha dan semuanya sudah dibayarkan oleh hafih.
Aisha sedikit berberat hati. Dia mengambil bukunya. “terima kasih” ucap aisha
sambil tersenyum dan mengambil bukunya. “ aku duluan kalau begitu.” Ucap aisha
kepada hafih berpamitan. Hafih mengerutkan dahinya.
“ tidak bisakah kita makan malam dulu? atau mungkin minum bersama?”
Tanya hafih dengan nada agak pelan. Dia masih ingin berbicara banyak dengan
aisha. aisha seperti terburu-buru. Dia secepatnya ingin pergi dari sana. tidak ingin
lebih lama lagi tinggal. Perasaan janggal dan aneh sudah merasukinya. Dia tidak
ingin hanyut lagi dalam perasaan aneh dan mengusiknya kembali. Perasaan itu bisa
saja merusak semuanya. “ apa kamu sangat sibuk?” Tanya hafih kembali.
Wajahnya sedikit sedih dan penuh harapan. Aisha bisa melihat itu. dia tidak bisa
menolak kali ini. Di sebelah toko buku itu ada sebuah café dan mereka pergi ke
sana. mereka memesan makanan dan membayarnya. Lalu memilih salah satu
tempat duduk. Mereka memilih tempat yang nyaman dekat jendela kaca sehingga
bisa melihat jalanan dan langit malam. Sebuah sofa berbentuk bundar dan mejanya
yang bulat menghadap ke jendela.
“ jadi,” mereka serentak memulai pembicaraan. “ kamu duluan.” Ucap aisha
sambil tersenyum.
“ ladies frst” ucap hafih yang juga tersenyum. hafih duduk menghadap ke
arah aisha. meskipun mereka duduk bersampingan. Tapi tubuhnya menghadap ke
aisha. aisha agak sedikit canggung. Namun, dia membiasakan dirinya.

“ oke.” Aisha menelan ludahnya. Dia sebenarnya tidak tahu harus memulai
dari mana. Pertanyaan seperti apa yang cocok. Ketika di rumah sakit, hafih yang
memulai pembicaraan. Mereka hanya berbicara masalah materi yang dibawakan
aisha

ketika

seminar.

Berbicara

banyak

tentang

mereka

yang

mengalami

kecanduan. Namun, berbeda dengan sekarang. Malam ini. Aisha tidak tahu harus
bertanya dari mana. Hafih sudah siap mendengarkan aisha berbicara.
“ apa kesibukan kamu sekarang?” Tanya aisha kepada hafih. Pertanyaan
terlalu formal. Dia takut hafih akan meledeknya.
“ aku sekarang bekerja di perusahaan keluarga. Selain itu, aku juga sibuk
membantu mereka yang senasib denganku. Kalau kamu?” Tanya hafih kembali.
Aisha sudah menebak percakapan ini akan menjadi kaku.
“ aku bekerja di rumah sakit dan kalau ada waktu senggang aku nulis.” Jelas
aisha dan dia tidak tahu lagi bertanya apa. Makanan dan minuman yang mereka
pesan datang. Seorang pelayan dengan topi cokelat, celemek berwarna cokelat dan
baju seram berwarna putihnya datang membawakan pesanan mereka. “ terima
kasih” aisha tersenyum kepada pelayan perempuan itu. hafih memperhatikan
dengan wajah yang ikut tersenyum juga.
“ kamu tidak berubah” gumam laki-laki itu dan membuat mereka bertatapan.
Jantung aisha berdegup kenjang. Dia mengalihkan pandangannya ke makanan yang
dipesan dan minumannya. “ tadi sore, kamu ngapain ke kantor polisi?” Tanya hafih
setelah menyeruput minumannya.
“ kamu tahu dari mana?” Tanya aisha menoleh ke hafih.

“ aku manggil kamu dan sambil berlalu kamu jawab “ya” “ ucap hafih
dengan ekspresinya yang lucu. Bibirnya menjadi kriting dan kepalanya digoyang kiri
dan kanan. Aisha tertawa melihat ekspresi itu. “ kenapa kamu tertawa?” hafih
heran.
“ ekspresi kamu itu lucu.” Ucap aisha menyelesaikan tawanya. Mata hafih
berbinar-binar. Tatapannya tidak berpindah dari aisha. dia sepertinya sangat
senang bertemu dengan aisha. “ maaf, tadi aku buru-buru.” Jawab aisha dengan
wajah mengiba. Hafih memegang kepala aisha dan mengacak rambutnya. Jantung
itu kembali berdegup kencang. Aisha takut wajahnya akan memerah dan hafih
melihatnya. Aisha melempar pandangannya ke jendela.
“ apa selama ini kamu baik-baik saja?” Tanya hafih dengan nada pelan
setelah beberapa waktu mereka diam untuk sejenak. Hafih menopang dagunya
dengan tangan kanannya. Lengan kemejanya yang panjang di angkat sampai mata
siku. Dada aisha terasa sesak. Dia terus melihat ke luar. Dia berusaha mengabaikan
pertanyaan itu. dia tidak tahu harus menjawab apa. Hafih terus menatap aisha
yang memalingkan pandangannya dari dirinya.
“ aku baik-baik saja” ucap aisha setelah beberapa saat mereka terdiam.
Malam itu terasa lama. Mereka masih berada di tempat itu. satu dan yang lainnya
seperti tidak ingin beranjak. Aisha ingin sekali pergi, tapi ada hal yang menahannya
untuk tetap di sana, sampai nanti waktu lagi yang memisahkan mereka.
“ aku senang bertemu dengan kamu lagi.” Ucap hafih lagi. Aisha berusaha
keras untuk menahan dirinya. Dia tidak ingin perasaannya terluapkan. Dia masih
tidak ingin menoleh ke arah hafih.

“ sudah waktunya kita pulang, café ini akan tutup.” Ucap aisha sambil
melihat jam di tangannya.
“ baiklah.” Mereka kemudian berdiri dan berjalan keluar dari café itu. hafih
berjalan di depan dan aisha mengikuti di belakangnya. Mereka mendekati mobil
masing-masing. Mobil mereka ternyata berdekatan parkirnya. “ aku harap ini bukan
yang terakhir.” Ucap hafih sebelum mereka benar-benar berpisah lagi.
“ ya.” Aisha tersenyum tipis. Ada perasaan aneh. Perasaan sedih, lega, entah
apa lah namanya.
“ kamu hati-hati di jalan. Semoga kebetulan lagi yang mempertemukan kita.”
Ucap hafih sebelum aisha masuk ke dalam mobilnya. Aisha tersenyum dan masuk
ke dalam mobilnya.
“aku harap ini yang terakhir dan tidak ada kebetulan lagi.” Ucap aisha saat
dia sudah berada di dalam mobil dan meninggalkan hafih yang melihat mobilnya
aisha benar-benar hilang dari pandangannya. Aisha terus mengemudikan mobilnya.
Jalanan sepi dan dia bisa sesuka hatinya. Ada perasaan aneh. Perasaan itu sangat
bertentangan dengan otaknya. Dia tidak tahu harus bagaimana. Perlahan airmata
jatuh dari pipinya. Sangat sakit mengingkari rasa itu. rasa yang sebenarnya tidak
berkejelasan. Apakah ini rasa yang dulu ada, atau ini hanya bentuk kekecewaan
yang belum hilang. Aisha mengenepikan mobilnya. Dia cukup lama diam dan
mematikan mobilnya. Dia merundukkan wajahnya dan airmata mengalir dari
matanya.
Sementara hafih, laki-laki itu mengemudikan mobilnya cukup kencang.
Mereka di jalan yang berlawanan. Ada perasaan senang dan kemudian sedih ketika

mereka berpisah tadi. Malam menjadi panjang. Hafih pulang ke rumahnya. Di
rumah yang besar dan megah itu hanya ada dia. Laki-laki itu tinggal di rumah yang
besar, megah dan mewah itu bersama dengan beberapa orang asiten rumah
tangganya, satpam dan tukang kebunnya. Dia masuk ke kamarnya. Ruangan yang
sangat besar. Ada ruangan kerja, sofa, tempat tidur, ruangan tempat pakaian dan
segala macam atributnya dan juga kamar mandi. Di kamar itu ada sebuah hiasan
dinding yang cukup besar dan ditutupi dengan sebuah kain putih. Lukisan itu
berada di ruangan kerjanya. Tepat dibelakangnya. Laki-laki itu membuka bajunya.
Tubunya berotot. Perutnya six pack. Tubuhnya ideal. Tapi ada bekas luka di
punggung sebelah kanannya. Bekas jahitan. Sepertinya luka itu sangat besar dan
parah. Dia menghidupkan music instrument dengan rythme pelan.
Hari itu berlalu. Aisha memulai kembali aktivitasnya. Ketika dia sudah mulai
bekerja, dia akan susah untuk berhenti. Hari ini dia mempunyai banyak klien. Dia
juga ada kuliah umum di sebuah perguruan tinggi. Jadwalnya akan padat sampai
malam. Dia akan pulang larut malam. Begitulah setiap hari kerja. Sabtu dan minggu
dia selalu mengusahakan kosong, karena itu waktunya merawat diri dan bersenangsenang. Meskipun teman bersenang-senangnya hanya mbak Ratna. kemana-mana
berdua. Terkadang aisha merasa sedang bersama sahabatnya. Mbak ratna selalu
menjadi pendengar yang baik. kedua orangtua aisha berada di luar negeri bersama
kakak dan adiknya. Orangtua aisha bekerja di luar negeri dan mereka di besarkan di
sana kecuali aisha. dia memutuskan untuk tinggal bersama dengan oma dan
opanya di tanah air. Dia pindah sejak sekolah menengah pertama. Dia ingin kembali
pulang, bertemu dengan teman-temannya. Berbeda dengan kakak dan adiknya
yang betah tinggal di sana. papa aisha bekerja di salah satu perusahaan asing
ternama. Sementara mamanya ikut dengan papanya untuk melanjutkan kuliahnya

dan menjadi dokter di sana. di salah satu rumah sakit. Dahulunya, mereka sering
berpindah-pindah antar Negara. Oleh sebab itu aisha sangat tidak menyukainya.
Dia lebih memilih tinggal dengaan oma dan opanya.
Sekarang kedua orangtuanya sudah menetap di Belanda. Mereka juga punya
rumah sendiri di sana. mamanya aisha sampai sekarang masih bekerja sebagai
dokter dan papanya juga masih bekerja. Mereka belum pension. Bahkan sekarang
papanya menjadi dosen di salah satu universitas terkenal di belanda. Kakak aisha
sudah menikah dengan seorang perempuan keturunan arab Indonesia. Mereka juga
menetap di belanda. Sementara adik aisha, si bungsu dia bekerja di perusahaan
otomotif terkenal. Kakak tertua aisha adalah seorang dokter spesialis jantung.
Sedangkan istrinya adalah spesialis kandungan. Jarak aisha dan kakak laki-lakinya 5
tahun, sedangkan dia dan adiknya hanya 3 tahun. Adik aisha seorang perempuan.
Dia sebentar lagi akan menikah dan pulang ke Indonesia, karena setiap kali ada
yang menikah itu harus di tanah air. Omanya aisha sudah

meninggal. Opanya

tinggal di desa bersama dua orang sepupunya yang memilih jalan sama dengan
dirinya. Opa disibukkan dengan kegiatan beliau bercocok tanam, berkebun, melukis
dan banyak hal lainnya. Sesekali beliau mengunjungi aisha. opa sudah tua.
Rambutnya sudah memutih semua. Tapi beliau masih kuat untuk berlari bersama
aisha, jika beliau datang berkunjung. Aisha juga sering berkunjung. Jika dia sudah
bosan akhir pecan dengan menonton dan putar-putar bersama mbak ratna, mereka
pergi ke desa dan menginap di sana, menghabiskan waktu bersama opa dan
berkebun.
“ mbak, pasien yang mencoba untuk bunuh diri itu sudah sadar sekarang.”
Ucap seorang perempuan yang tiba-tiba saja muncul dari pintu masuk ruangan itu.
aisha tengah duduk bersama seorang perempuan yang sedang menangis.

Perempuan itu tidak mengenakan jilbab. Perempuan itu kira-kira sebaya mbak
Ratna, dia mengenakan dress pendek selutut bermotif dan berwarna cokelat biru.
“maaf mbak, saya akan pergi melihatnya.” Ucap perempuan muda itu sambil
menutup pintu kembali. Aisha menatapnya dengan tatapan tajam. Perempuan yang
sedang menangis itu juga melihat ke arah pintu yang sudah tertutup. Tangisannya
berhenti.
“ maaf mbak, atas ketidaknyamanan tadi.” Ucap aisha sambil tersenyum.
“ saya sudah lega mbak.” Ucap perempuan itu sambil menghapus
airmatanya yang tersisa. Perempuan itu kemudian bercerita panjang lebar kepada
aisha.
Hari itu berlalu, jam pulang akhirnya datang. Jam menunjukkan pukul 17.30
WIB. Meskipun itu sudah lewat dari jam pulang sebenarnya. Aisha keluar bersama
perempuan yang tadi masuk ke ruangannya. SAFA. Mereka keluar rumah sakit
bersama. Safa di jemput oleh teman laki-lakinya, sementara aisha pulang sendiri
dengan mobilnya. Mereka berpisah ketika teman laki-laki safa datang menjemput.
Ketika aisha masuk ke dalam mobil, HPnya berdering. MAMA. Sebuah panggilan
masuk dari mamanya. Aisha mengangkat telepon itu.
“ assalammualaikum ma” ucap aisha dengan nada pelan, sambil memasang
headsetnya, kemudian menghidupkan mesin mobil dan meninggalkan rumah sakit.
Seseorang di seberang sana menjawab salam dari aisha.
“ aku baru pulang dari rumah sakit ma, ini mau balik ke rumah.” Ucap aisha
sambil memainkan setir kemudianya.

“aisha, kamu itu harus banyak waktu untuk istirahat, bersenang-senang
dengan teman-teman. Jangan kerja terus.” Ucap perempuan diseberang sana
dengan suara lembutnya. “kalau seperti ini terus, bagaimana kamu bisa punya
pacar?. Mama saja merinding melihat kamu seperti ini, apa lagi orang lain.” tambah
perempuan itu lagi. Aisha menjadi pendengar yang baik. dia hanya menjawab “iya
ma” dan terus mengemudikan mobilnya. Menikmati macetnya jalanan. “kamu itu
sudah mencapai semua mimpimu, sekarang apa lagi sih nak?. Sebentar lagi adikmu
akan bertunangan dan beberapa bulan sesudahnya. Adikmu akan menikah. Kamu
bagaimana? Kapan mau menyusul mas mu dan HARIS?.”

Tambah suara di

seberang telepon. Wajah aisha berubah. Dia terlihat sedih mendengar ucapan
mamanya.
“ ma, aisha mengerti. Tapi untuk saat ini aisha belum menemukan pria yang
cocok dan tepat untuk aisha ma.” Ucap perempuan itu dengan suara dan nada yang
lembut dan pelan.
“sayang, umur kamu itu sudah dua puluh delapan. Untuk seorang wanita itu
sudah waktunya menikah. Kalau kamu laki-laki mama juga tidak akan menanyakan
ini.” nada suara di seberang sana sudah mulai berubah tegas. “ selagi mama dan
papa masih diberi kesehatan sama Gusti Allah, mama dan papa ingin melihat kamu
menikah, putri kami satu-satunya. Kalau oma masih hidup, beliau pasti juga
menginginkan hal yang sama.” tambah mama aisha. aisha menepikan mobilnya.
Matanya berkaca-kaca.
“ iya ma, aisha mengerti dan paham.” Ucap aisha sambil merundukkan
wajahnya. Dia memeluk setirnya. Wajahnya memerah. Matanya berkaca-kaca.

“kamu mau mama kenalkan dengan anak teman mama dan papa?” Tanya
mamanya aisha. aisha mengangkat wajahnya. Dia seperti tidak menerima. “hanya
bertemu, jika kamu cocok, lanjutkan. Jika tidak, mama akan kenalkan dengan anak
dari teman mama dan papa yang lainnya.” Tambah mama aisha, sebelum dia
menyela ucapan mamanya.
“ baiklah ma, aisha akan mencobanya.” Aisha menghembuskan nafasnya.
Tidak lama setelah itu mamanya selesai menelpon. Dadanya terasa sesak. Dia
mengerti. Dia paham. Memang sudah waktunya untuk menikah. Tapi entah kenapa,
dia tidak tahu harus memulai dengan siapa dan bagaimana. Dia takut untuk
memilih. Dia tidak takut untuk memulai, tapi dia takut pada akhirnya. Jika rasa itu
telah tumbuh dan bertahan sangat lama. Ketika dicabut dan mati, akan sangat sakit
terasa. Dia tidak ingin seperti itu lagi. Menikah? Adalah sesuatu yang serius. Tidak
bisa main-main. Ketika salah pilih, bisa saja rumah tangga itu bertahan sebentar.
Banyak kasus yang dia temui. Banyak kliennya yang seperti itu.
“ tidak ada salahnya untuk mencoba.” Gumam aisha dan dia melanjutkan
perjalanan pulang. Magrib menjelang. Gara-gara macet dia masih belum sampai di
rumah saat adian magrib terdengar. Aisha mencari mesjid terdekat untuk
menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim.sebuah mesjid yang cukup
besar di tepi jalan dengan perkarangannya yang luas.aisha memarkirkan mobilnya
dan mencari tempat wudhu’nya. Dia membawa mukenanya. Perempuan dengan
celana jeans hitam dan bajunya yang berwarna putih polo situ masuk ke dalam
mesjid. Hari semakin gelap. Bintang-bintang dilangit sudah tampak, sang bulan juga
sudah keluar dengan cahaya anggunnya. Semua ciptaanNya. Lnagit malam dengan
gemerlap bintangnya dan keanggunan cahaya bulan. Hirup pikuk kotak dengan
segala aktivitas dan kemacetannya. Perempuan itu merapikan rambunya saat dia

berdiri di teras mesjid itu dan melihat ke langit lepas. Dia menyanggul rambutnya.
Perempuan itu masih berdiri di teras mesjid itu. dia memandang jauh ke depan. Ke
jalan. Beberapa jamaah yang melewati perempuan itu, melemparkan senyuman
dan menyapanya. Perempuan itu juga membalas dengan seyuman hangat dan
ringan. Meskipun bedaknya sudah luntur, tapi wajahnya yang putih bersih masih
membuatnya terlihat cantik. Walaupun badannya lelah dan ingin segera pulang ke
rumah.
Setelah beberapa saat dia berdiri di teras itu, perempuan itu melangkah
meninggalkan mesjid yang terlihat megah dan mewah itu. dia melangkah menuju
mobilnya yang sedang berada diparkiran.
“ AISHA” teriak seseorang dari arah belakang perempuan itu, saat dia akan
membuka pintu mobilnya. Perempuan cantik itu langsung membalikkan badannya.
“tunggu” ucap orang itu saat aisha melihat seorang pria dengan tubuhnya yang
tinggi berlari ke arahnya. “ untung ketemu kamu di sini.” Ucap laki-laki itu saat dia
dengan nafasnya yang terengah-engah mendekati aisha. dia seperti sangat lega.
“ DINO?” aisha seperti bingung. Dia mengerutkan dahinya. Dia mencoba
mengingat kembali. “ iya, kamu dino. Kurusan kamu sekarang?” ucap aisha dan
mereka berjabat tangan.
“ kamu sha, aku diet.” Ucap laki-laki itu sedikit malu. “ untung aku ketemu
kamu di sini. Aku mau ngasih ini ke kamu.” laki-laki itu memberikan sesuatu
berwarna perak. Sebuah undangan. Aisha menerimanya. Dia membuka undangan
perak emas berbentuk kotak itu. ada sebuah foto di belakang undangan itu.
sepasang kekasih yang terlihat bahagia. “ aku mau nikah. Awalnya aku mau datang

ke rumah kamu. tapi, mumpung ketemu di sini.” Jelas laki-laki itu dengan wajah
yang berbinar-binar. Dia terlihat benar-benar bahagia.
“ selamat din…” aisha menjabat tangan temannya. Dia juga terlihat sangat
senang. “ aku pasti datang ke pesta kamu.” aisha tersenyum bahagia.
“ aku tunggu kamu ya. Anak-anak yang lain juga aku undang.” Tambah dino.
“ aku mau kado special dari kamu. oke?” dino melirik aisha. aisha mengangguk dan
tersenyum. “ awas kalau nggak special??” tambah dino.
“ iya dino. Aku nanti bawa bom ke sana.” mereka tertawa bersama. Dino
adalah sahabat aisha waktu SMA dulu. mereka masih sempat ngumpul bersama
waktu kuliah dulu. tapi beberapa tahun belakangan ini, karena kesibukkan masingmasing mereka sudah sangat jarang bertemu. Mereka kemudian berpisah
dihalaman mesjid itu. aisha pulang k