Jurnal GENETIKA Siklus Hidup Drosophila

SIKLUS HIDUP Drosophila melanogaster
KELOMPOK VII
KELAS A
Azki Afidati Putri Anfa (1410422025), Josano Rehan Dhani (1410422020), Merini
Apriliani (1410422043), Ratna Suleka (1410421035), Rifta Septiavi (1410421013)
ABSTRAK
Praktikum Siklus Hidup D. melanogaster dilaksanakan pada hari Rabu, 5 April 2016 di
Laboratorium Genetika dan Biologi Sel, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang. Tujuan dilakukan praktikum ini adalah untuk
mengetahui fase-fase dalam siklus hidup Drosophila melanogaster dan lama masing-masing fase.
Metode yang digunakan adalah dengan pengamatan secara langsung siklus hidup Drosophila
melanogaster yang dibiakkan didalam botol bening. Hasil yang didapatkan adalah dihasilkan telur
dalam waktu ±24 jam lalu telur berkembang menjadi larva instar I ±24 jam. lalu selama rentang
waktu ±24 jam larva Instar I berkembang menjadi larva instar II, lalu dalam rentang waktu ±24 jam
larva Instar II berkembang menjadi larva instar III. Setelah ±48 jam larva instar III berkembang
menjadi pupa. Kemudian ±48 jam pupa berkembang menjadi Imago.
Kata Kunci: Drosophila melanogaster, larva, lalat buah, pupa

PENDAHULUAN
D. melanogaster merupakan objek yang
sering digunakan dalam penelitian

Genetika dan ilmu biologi lainnya karena
mudah dikembangbiakkan dan juga
mudah didapatkan di alam bebas.
D.melanogaster biasanya ditemukan
pada buah-buahan yang sudah ranum.
Hal ini dikarenakan makanan lalat buah
adalah jamur yang tumbuh pada buah.
Biasanya untuk melakukan pengamatan
tentang D.melanogaster dibuat sebuah
medium sebagai tempat pemeliharaan
D.melanogaster tersebut yang dapat
memudahkan melakukan pengamatan
tentang lalat buah khususnya mengenai
siklus lalat buah. Karena tanpa suatu
medium, setiap fase pada siklus hidup
D. melanogaster sulit diamati.
D. melanogaster merupakan salah
satu hewan yang sering digunakan
sebagai model percobaan genetika
sejak tahun 1910-an. D. melanogaster

berasal dari filum Arthropoda, kelas
Insekta, dan Ordo Diptera. Spesies ini di

Indonesia dikenal sebagai lalat buah
yaitu jenis lalat yang dapat ditemui di
sekitar buah-buahan yang sudah mulai
membusuk. Selain itu, lalat buah ini
termasuk pada sub-ordo Cyclophorpha,
pengelompokkan lalat yang pada
pupanya terdapat kulit instar 3, dan
termasuk dalam seri Acaliptra (imago
menetas dan keluar dari bagian interior
pupanya). Lalat buah yang sering
ditemukan di Indonesia dan Asia adalah
lalat ananasae, kikawai, malerkotliana,
repleta, hypocausta, dan imigran (Yatim,
1996).
D. melanogaster,sejenis serangga
biasa yang umumnya tidak berbahaya
dan merupakan pemakan jamur yang

tumbuh pada buah. D. melanogaster
merupakan serangga yang mudah
berkembang biak. Dari satu perkawinan
saja dapat dihasilkan ratusan keturunan,
dan generasi yang baru dapat
dikembangkan setiap dua minggu.
Karasteristik ini menunjukkan lalat buah

organisme yang cocok sekali untuk
kajian-kajian genetik (Campbell, 2002).
Adapun ciri umum dari Drosophila
melanogaster diantaranya, warna tubuh
kuning kecoklatan dengan cincin
berwarna hitam di tubuh bagian
belakang, berukuran kecil, antara 3-5
mm, urat tepi sayap (costal vein)
mempunyai
dua
bagian
yang

terinteruptus dekat dengan tubuhnya,
sungut (arista) umumnya berbentuk
bulu, memiliki 7-12 percabangan, mata
majemuk berbentuk bulat agak ellips
dan berwana merah, terdapat mata oceli
pada bagian atas kepala dengan ukuran
lebih kecil dibanding mata majemuk.
Kepala berbentuk elips, thorax berbulubulu dengan warna dasar putih,
sedangkan abdomen bersegmen lima
dan bergaris hitam, sayap panjang,
berwarna transparan, dan posisi
bermula dari thorax (Ashburner, 1989).
D. melanogaster mempunyai empat
stadium metamorfosis, yaitu telur, larva,
pupa, dan imago. Telur lalat buah
berbentuk bulat panjang, berwarna
putih. Telur tersebut akan mengalami
perkembangan selama kurang lebih 24
jam dan menetas menjadi larva (Hartati,
2008). D. melanogaster melalui tiga

tahapan larva, dimana larva makan,
tumbuh, dan larva berganti kulit. Apabila
larva sudah dewasa, kemudian akan
keluar dari buah dan memasuki stadium
pupa tepat di bawah permukaan tanah.
Setelah itu keluarlah serangga muda

(imago) yang kemudian menjadi dewasa
(Campbell, 2003).
Kebanyakan penemuan di bidang
genetika didapatkan melalui penelitian
dengan menggunakan lalat tersebut
sebagai bahan, dikarenakan lalat ini
kecil sehingga suatu populasi yang
besar
dapat
dipelihara
dalam
laboratorium, daur hidup sangat cepat,
tiap 2 minggu dapat dihasilkan satu

generasi dewasa yang baru, lalat ini
sangat subur yang betina dapat
menghasilkan ratusan telur yang dibuahi
dalam hidupnya yang pendek itu
(Kimball, 2001).
Selain itu, D. melanogaster dapat
menghasilkan 20 hingga 25 generasi
tiap tahun. Seekor D. melanogaster
dapat bertelur ribuan kali semasa
hidupnya. Organisme dengan jumlah
keturunan yang besar itu memenuhi
persyaratan sebagai materi percobaan
genetika. D. melanogaster memiliki
kromosom yang ukurannya relatif besar
dan jumlahnya hanya empat pasang.
Penanganan kultur lalat buah sangat
mudah dilakukan dan hanya dengan
menggunakan media dengan komposisi
dan pembuatan yang dan berkembang
biak dengan cepat (Susanto, 2011).

Oleh karena itu, praktikum siklus hidup
D. melanogaster penting dilakukan.
Tujuan
Praktikum
adalah
untuk
mengetahui fase - fase dalam siklus D.
melanogaster dan lama masing - masing
fase.

METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum Genetika tentang Siklus
Hidup D. melanogaster dilaksanakan
pada hari Rabu, 5 April 2016 di
Laboratorium Genetika dan Biologi Sel,
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
dan
Ilmu
Pengetahuan

Alam,
Universitas Andalas, Padang. Metode
yang
digunakan
adalah
dengan
pengamatan langsung D. melanogaster
selama 7 hari.
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan yaitu botol
kultur dengan jarum, pinset, karet
gelang, kasa dan botol kaca. Sedangkan
bahan yang digunakan yaitu pisang atau
papaya, tepung, dan D. melanogaster.

Cara Kerja
Drosophila yang akan diamati ditangkap
di daerah tempat tinggal praktikan.
Diletakkan pada botol kultur yang
berisikan

makanan
pengumpan
ditempat yang banyak makanannya,
seperti ruang makan, dapur atau tempat
sampah. Setelah terlihat adanya
beberapa lalat yang terjebak, botol
ditutup dan dicatat tanggal dan jam
penangkapan tersebut. Diamati dan
dicatat waktu dan tanggal munculnya
telur, larva, pupa dan imago. Kemudian
dibandingkan dengan siklus hidup D.
melanogaster pada suhu 250 C.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun hasil yang didapatkan dari pengamatan yang telah dilakukan maka didapatkan
hasil:
Tabel 1. Pengamatan Siklus Hidup D.melanogaster
No
1.


Hari/tanggal
Kamis/ 31-032016

Fase
-

Jumlah
-

Ciri – ciri
-

2.

Jum’at/ 01-042016

Dewasa

±15 jantan


Jantan: Berukuran
lebih kecil dari
betina,
memiliki
ujung membulat .

±15 betina

Betina : Berukuran
lebih besar dari
jantan,
memiliki
ujung meruncing.

Telur

±3

Larva instar
1

±6

Telur: Berwarna
bening, memiliki
struktur
seperti
kait.
Larva instar 1 :
Larva
berwarna
putih dan memiliki
segmen. Ukuran

3.

Sabtu/
2016

02-04-

Keterangan
Belum
lengkap
5
pasang

4.

Minggu/ 03-042016

tubuh lebih kecil
dari instar 2 dan
instar 3
Larva instar 2:
larva
berwarna
putih
memiliki
segmen, memiliki
ujung
yang
kehitaman, ukuran
tubuh membesar

Larva instar
2

±6

Dewasa

±15 jantan

Jantan: Berukuran
lebih kecil dari
betina,
memiliki
ujung membulat .

±15 betina

Betina : Berukuran
lebih besar dari
jantan,
memiliki
ujung meruncing.

Telur

±10

Larva instar
1

±6

Larva instar
2

±10

Telur: Berwarna
bening, memiliki
struktur
seperti
kait.
Larva instar 1 :
Larva
berwarna
putih dan memiliki
segmen. Ukuran
tubuh lebih kecil
dari instar 2 dan
instar 3
Larva instar 2:
larva
berwarna
putih
memiliki
segmen, memiliki
ujung
yang
kehitaman, ukuran
tubuh membesar

Larva instar
3

±2

Pupa

±3

Dewasa

±15 jantan

Larva instar 3 :
larva
berwarna
putih dan memiliki
bersegmen, ujung
kehitaman, ukuran
tubuh besar dari
instar 1 dan 2
Pupa: Bentuknya
keras, berwarna
kecoklatan
Jantan: Berukuran
lebih kecil dari

betina,
memiliki
ujung membulat .

5.

6.

Senin/
2016

04-04-

Selasa/ 05-042016

±15 betina

Betina : Berukuran
lebih besar dari
jantan,
memiliki
ujung meruncing.

Telur

±50

Larva instar
1

±10

Larva instar
2

±20

Telur: Berwarna
bening, memiliki
struktur
seperti
kait.
Larva instar 1 :
Larva
berwarna
putih dan memiliki
segmen. Ukuran
tubuh lebih kecil
dari instar 2 dan
instar 3
Larva instar 2:
larva
berwarna
putih
memiliki
segmen, memiliki
ujung
yang
kehitaman, ukuran
tubuh membesar

Larva instar
3

±20

Pupa

±10

Dewasa

±15 jantan

Larva instar 3 :
larva
berwarna
putih dan memiliki
bersegmen, ujung
kehitaman, ukuran
tubuh besar dari
instar 1 dan 2
Pupa: Bentuknya
keras, berwarna
kecoklatan
Jantan: Berukuran
lebih kecil dari
betina,
memiliki
ujung membulat .

±15 betina

Betina : Berukuran
lebih besar dari
jantan,
memiliki
ujung meruncing.

Telur

±100

Larva instar
1

±25

Telur: Berwarna
bening, memiliki
struktur
seperti
kait.
Larva instar 1 :
Larva
berwarna
putih dan memiliki

Larva keluar
botol ±20.

Pupa keluar
botol ±5.

Larva instar
2

±30

Larva instar
3

±32

Pupa

±40

Dewasa

±15 jantan

Pengamatan ini telah dilakukan selama
seminggu terhitung mulai hari rabu 30
Maret 2016 (membuat media) hingga
hari rabu 05 April 2016. Pada hari Jumat
01 April 2016, didapatkan ±5 pasang
Drosophila melanogaster pada medium
botol pertama dan botol kedua. Fase
yang didapat yakni fase dewasa jantan
dan betina. Perbedaan jantan dan betina
dari Drosophila melanogaster menurut
Borror (1992), yakni pada jantan, ukuran
tubuh lebih kecil dari betina, sayap lebih
pendek dari sayap betina, terdapat sisir
kelamin (sex comb), dan ujung abdomen
tumpul dan lebih hitam. Sedangkan
pada betina, ukuran tubuh lebih besar
dari jantan, sayap lebih panjang dari
sayap jantan, tidak terdapat sisir kelamin
(sex comb), dan ujung abdomen
runcing.

segmen. Ukuran
tubuh lebih kecil
dari instar 2 dan
instar 3
Larva instar 2:
larva
berwarna
putih
memiliki
segmen, memiliki
ujung
yang
kehitaman, ukuran
tubuh membesar
Larva instar 3 :
larva
berwarna
putih dan memiliki
bersegmen, ujung
kehitaman, ukuran
tubuh besar dari
instar 1 dan 2
Pupa: Bentuknya
keras, berwarna
kecoklatan
Jantan: Berukuran
lebih kecil dari
betina,
memiliki
ujung membulat .

Pupa keluar
botol ±5

Pada
pengamatan
Drosophila
melanogaster dihasilkan telur berwarna
bening dan memiliki struktur seperti kait
yang berfungsi sebagai pengapung
untuk mencegah agar tidak tenggelam
ke dalam makanan yang berbentuk agak
encer. Dapat dilihat dengan mata
telanjang. Tahap telur berlangsung
selama lebih kurang 24 jam. Hal ini
didukung oleh pendapat Yatim (1996),
D. melanogaster baru akan kawin
setelah berumur 8 jam. Dengan
demikian, hewan betina sudah dapat
bertelur keesokkan harinya. Seekor
Drosophila
melanogaster
betina
sanggup menghasilkan sekitar 50-75
butir telur sehari sekitar 400-500 telur
dalam 10 hari. Telur tersebut berwarna
putih susu, bentuk bulat panjang
berukuran sekitar 0,5 mm2.

Pada fase larva, dari pengamatan
ditemukan bahwa larva memiliki bentuk
seperti ulat, berwarna putih, dan
memiliki ujung kehitaman pada fase
instar 2 dan instar 3, serta ukuran tubuh
yang semakin besar pada fase instar 2
dan instar 3. Menurut Asburner (1989),
larva berwarna putih dan bersegmen.
Mulut berwarna hitam dan bertaring.
Larva hidup di dalam makanan dan
aktivitas makannya sangat tinggi. Pada
tahap larva terjadi dua kali pergantian
kulit, dan periode di antara masa
pergantian kulit dinamakan stadium
instar
Pada instar pertama ditemukan
berada pada permukaan media dan ada
juga yang berada di dinding botol kaca.
Ukuran tubuh larva stadium ini masing
sangat kecil, memiliki warna putih, serta
memiliki segmen. Menurut Silvia (2003),
Instar pertama adalah larva sesudah
menetas sampai pergantian kulit
pertama. Dan indikasi instar adalah
ukuran larva dan jumlah gigi pada mulut
hitamnya. Pada instar 1 ruas-ruasnya
terdiri atas 4-5 segmen.
Pada larva instar kedua ditemukan
banyak terdapat pada dinding botol kaca
dan banyak juga di atas media. Ukuran
tubuh larva ini sedikit lebih besar dari
larva instar 1. Menurut Suryo (1984),
Pada larva pada instar 2 terdiri atas 5-8
segmen. besar dan panjang sekitar ±1,5
mm. D. melanogaster berada dalam
bentuk larva instar dua selama 1 hari,
kemudian mengalami pembesaran,
dimana bagian tubuhnya menjadi lebih
jelas.
Pada larva instar 3 banyak
ditemukan pada dinding botol kaca.
Larva pada stadium ini lebih aktif

bergerak hingga banyak dari larva
stadium ini yang berhasil menembuh
kain kasa dan keluar dari botol. Menurut
Mulyanti (2005) Larva Instar II berubah
menjadi larva instar III dalam rentang
waktu 24 jam. Ukuran menjadi lebih
besar sekitar 1,5 mm, sangat aktif dan
dapat terlihat berjalan di dinding botol.
Sesudah pergantian kulit yang kedua,
larva (instar ketiga) makan hingga siap
untuk membentuk pupa. Menurut Silvia
(2003), pada tahap terakhir, larva instar
ketiga merayap ke atas permukaan
medium makanan ke tempat yang kering
dan berhenti bergerak. Dan jika dapat
diringkas, pada D. melanogaster,
destruksi sel-sel larva terjadi pada prose
pergantian
kulit
(molting)
yang
berlangsung empat kali dengan tiga
stadia instar, dari larva instar 1 ke instar
II, dari larva instar II ke instar III, dari
instar III ke pupa, dan dari pupa ke
imago. Tahap larva ini berlangsung ±3
hari.
Pupa ditemukan pada hari keempat,
pupa berbentuk seperti silinder yang
memiliki kutikula keras dan warnanya
kecoklatan. Menurut Hartati (2008),
pupa memiliki kutikula yang keras dan
memiliki warna yang gelap. Tahap pupa
berlangsung sekitar 2 hari. Lalat dewasa
yang baru keluar dari pupa sayapnya
belum mengembang, dan tubuhnya
berwarna bening. Keadaan ini akan
berubah dalam beberapa jam. Untuk
mencapai tahap imago diperlukan waktu
selama 24 jam
Pada pengamatan tidak dapat
ditentukan bagaimana fase imago dari
Drosophila melanogaster. Hal tersebut
dikarenakan kurang jelinya praktikan
yang melakukan pengamatan dan juga

populasi yang terlalu pada dalam media
sehingga menyulitkan pengamatan.
Menurut Silvia (2003), setelah delapan
hingga sebelas hari, pupa akan berubah
menjadi imago. Imago lalat buah ratarata berukuran 0,7mm x 0,3mm dan
terdiri atas kepala, toraks dada, dan
abdomen. Toraks terdiri atas 3 ruas;
berwarna oranye, merah kecoklatan,
coklat, atau hitam dan memiliki
sepasang sayap. Pada B. dorsalis
complex, biasanya terdapat dua garis
membujur
dan
sepasang
sayap
transparan.
Setelah melewati fase-fase tersebut
menunjukkan bahwa lalat buah tersebut
telah melakukan metamorfosis secara
sempurna
perkembangan
dimulai
setelah terjadi fertilisasi, yang terdiri dari
dua
periode.
Pertama,
periode
embrionik di dalam telur pada saat
fertilisasi sampai pada saat larva muda
menetas dari telur dan ini terjadi dalam
waktu kurang lebih 24 jam. Dan pada
saat seperti ini, larva tidak berhentiberhenti untuk makan. Periode kedua
adalah periode setelah menetas dari
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah
dilaksanakan maka dapat diambil
kesimpulan :
1. Pada percobaan D. melanogaster
memiliki siklus hidup telur - larva
instar 1 - larva instar 2 - larva instar
3 – pupa – imago - dewasa.
2. Telur dalam waktu ±24 jam lalu telur
berkembang menjadi larva instar I
±24 jam. lalu selama rentang waktu
±24 jam larva Instar I berkembang

telur dan disebut
perkembangan
postembrionik yang dibagi menjadi tiga
tahap, yaitu larva, pupa, dan imago (fase
seksual dengan perkembangan pada
sayap).
Formasi
lainnya
pada
perkembangan secara seksual terjadi
pada saat dewasa (Silvia, 2003).
Pada pengamatan siklus hidup D.
melanogaster terlebih dahulu dibuat
medium sebagai tempat hidupnya.
Namun, terjadi beberapa kendala dalam
pemeliharaan lalat buah seperti adanya
beberapa larva yang keluar dari botol
kaca. Hal ini terjadi dikarenakan
kepadatan botol medium menjadi alasan
dari keluarnya larva dari medium.
Menurut Shorrocks (1972), botol
medium sebaiknya diisi dengan medium
buah yang cukup dan tidak terlalu padat.
Kondisi ideal dimana terisi cukup ruang
(tidak terlalu padat), individu dewasa
dapat hidup kurang
lebih 40 hari.
Namun, apabila kondisi botol medium
terlalu padat akan menyebabkan
menurunnya
produksi
telur
dan
meningkatnya jumlah kematian pada
individu dewasa.

menjadi larva instar II, lalu dalam
rentang waktu ±24 jam larva Instar II
berkembang menjadi larva instar III.
Setelah ±48 jam larva instar III
kemudian berkembang menjadi
pupa. Pada waktu ±48 jam pupa
berkembang menjadi Imago.

DAFTAR PUSTAKA
Ashburner, Michael. 1989. Drosophila, A
Laboratory Handbook. Coldspring
Harbor Laboratory Press. USA
Borror.J.D,Triplehorn. 1992.Pengenalan
Pengajaran Serangga. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta
Campbell, N.A. 2002. Biologi Jilid I.
Erlangga. Jakarta
Campbell, N.A. 2003. Biologi. Erlangga.
Jakarta
Hartati. 2008. Penuntun Praktikum
Genetika. Jurusan Biologi FMIPA
UNM. Makassar.
Kimball, J.W. 2001.Biologi. Erlangga.
Jakarta
Mulyanti,
F.
2005.
Mutagenesis
Perlakuan dengan uji letal Resesif
Terpaut Seks Pada Drosophila
melanogaster.
Skripsi
Jurusan
Biologi FMIPA UNPAD. Bandung.

Shorrocks, B. 1972. Drosophila. Ginn &
Company Limited. London.
Silvia,
Triana.
2003.
Pengaruh
Pemberian Berbagai Konsentrasi
Formaldehida
Terhadap
Perkembangan Larva Drosophila.
Jurusan
Biologi
Universitas
Padjdjaran. Bandung.
Suryo. 1984. Genetika. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Susanto,Agus Hery .2011. Genetika.
Graha Ilmu. Yogyakarta.
Yatim, Wildan.1996. Genetika. Tarsito.
Bandung.
Wheeler, MR. 1981. The Drosophilidae:
a taxonomic overview. In: The
genetics and biology of Drosophila.
Academic Press.New York.

LAMPIRAN
No
1.

Hari/tanggal
Kamis/ 31-032016

Fase
-

Ciri – ciri
-

Jumlah
-

2.

Jumát/
2016

Botol 1:
Dewasa

Jantan :

±15 jantan
±15 betina

01-04-



Ukuran lebih
kecil
dari
betina
 Memiliki ujung
yang
membulat
Betina :


Botol 2:
Dewasa

Ukuran lebih
besar
dari
jantan.
 Memiliki ujung
yang
meruncing
Jantan :


±10 jantan
±10 betina

Ukuran lebih
kecil
dari
betina
 Memiliki ujung
yang
membulat
Betina :



3.

Sabtu/
2016

02-04-

Botol 1 :
 Telur
 Larva
instar 1
 Larva
instar 2
 Dewasa

Ukuran lebih
besar
dari
jantan.
Memiliki ujung
yang
meruncing

Telur:
 Berwarna
bening
 Memiliki
struktur seperti
kait.
Larva instar 1 :
 Larva
berwarna putih
dan memiliki
segmen.
Ukuran tubuh
lebih kecil dari

Botol 1 :
 Telur ±3
 Larva
instar 1 ±6
 Larva
instar 2 ±6
 Dewasa
±15 jantan
±15 betina

Keterangan
Belum
lengkap
5
pasang

instar 2 dan
instar 3.
Larva instar 2 :
 larva berwarna
putih
dan
bersegmen
 memiliki ujung
kehitaman
 ukuran tubuh
membesar
Dewasa :
Jantan :


Ukuran lebih
kecil
dari
betina
 Memiliki ujung
yang
membulat
Betina :



Botol 2 :
 Telur
 Larva
instar 1
 Larva
instar 2
dewas

Ukuran lebih
besar
dari
jantan.
Memiliki ujung
yang
meruncing

Telur:
 Berwarna
bening
 Memiliki
struktur seperti
kait.
Larva instar 1 :
 Larva
berwarna putih
dan memiliki
segmen.
Ukuran tubuh
lebih kecil dari
instar 2 dan
instar 3.
Larva instar 2 :
 larva berwarna
putih
dan
bersegmen
 memiliki ujung
kehitaman
 ukuran tubuh
membesar
Dewasa :

Botol 2 :
 Telur ±4
 Larva
instar
1
±13
 Larva
instar
2
±17
 Dewasa
±10 jantan
±10 betina

Jantan :


Ukuran lebih
kecil
dari
betina
 Memiliki ujung
yang
membulat
Betina :



4.

Minggu/ 03-042016

Botol 1 :
 Telur
 Larva
instar 1
 Larva
instar 2
 Larva
instar 3
 Pupa
 Dewasa

Ukuran lebih
besar
dari
jantan.
Memiliki ujung
yang
meruncing

Telur:
 Berwarna
bening
 Memiliki
struktur seperti
kait.
Larva instar 1 :
 Larva
berwarna putih
dan memiliki
segmen.
Ukuran tubuh
lebih kecil dari
instar 2 dan
instar 3.
Larva instar 2 :
 larva berwarna
putih
dan
bersegmen
 memiliki ujung
kehitaman
 ukuran tubuh
membesar
Larva instar 3 :
 larva berwarna
putih
dan
bersegmen
 memiliki ujung
kehitaman
 ukuran tubuh
besar
dari
instar 1 dan 2
Pupa :
 Bentuk keras
 Berwarna
kecoklatan

Botol 1 :
 Telur ±10
 Larva
instar 1 ±6
 Larva
instar
2
±10
 Larva
instar 3 ±2
 Pupa ±3
 Dewasa
±15jantan
±15betina

Dewasa :
Jantan :


Ukuran lebih
kecil
dari
betina
 Memiliki ujung
yang
membulat
Betina :



Botol 2 :
 Telur
 Larva
instar 1
 Larva
instar 2
 Larva
instar 3
 Pupa
 Dewasa

Ukuran lebih
besar
dari
jantan.
Memiliki ujung
yang
meruncing

Telur:
 Berwarna
bening
 Memiliki
struktur seperti
kait.
Larva instar 1 :
 Larva
berwarna putih
dan memiliki
segmen.
Ukuran tubuh
lebih kecil dari
instar 2 dan
instar 3.
Larva instar 2 :
 larva berwarna
putih
dan
bersegmen
 memiliki ujung
kehitaman
 ukuran tubuh
membesar
Larva instar 3 :
 larva berwarna
putih
dan
bersegmen
 memiliki ujung
kehitaman
 ukuran tubuh
besar
dari
instar 1 dan 2
Pupa :
 Bentuk keras

Botol 2 :
 Telur ±20
 Larva
instar
1
±10
 Larva
instar
2
±20
 Larva
instar 3 ±3
 Pupa ±2
 Dewasa
±10jantan
±10betina



Berwarna
kecoklatan
Dewasa :
Jantan :


Ukuran lebih
kecil
dari
betina
 Memiliki ujung
yang
membulat
Betina :



5.

Senin/
2016

04-04-

Botol 1 :
 Telur
 Larva
instar 1
 Larva
instar 2
 Larva
instar 3
 Pupa
 Dewasa

Ukuran lebih
besar
dari
jantan.
Memiliki ujung
yang
meruncing

Telur:
 Berwarna
bening
 Memiliki
struktur seperti
kait.
Larva instar 1 :
 Larva
berwarna putih
dan memiliki
segmen.
Ukuran tubuh
lebih kecil dari
instar 2 dan
instar 3.
Larva instar 2 :
 larva berwarna
putih
dan
bersegmen
 memiliki ujung
kehitaman
 ukuran tubuh
membesar
Larva instar 3 :
 larva berwarna
putih
dan
bersegmen
 memiliki ujung
kehitaman
 ukuran tubuh
besar
dari
instar 1 dan 2
Pupa :

Botol 1 :
 Telur ±50
 Larva
instar
1
±10
 Larva
instar
2
±15
 Larva
instar
3
±20
 Pupa ±10
 Dewasa
±15jantan
±15betina

Larva keluar
botol ±20.
Pupa keluar
botol ±5.




Bentuk keras
Berwarna
kecoklatan

Dewasa :
Jantan :


Ukuran lebih
kecil
dari
betina
 Memiliki ujung
yang
membulat
Betina :



Botol 2 :
 Telur
 Larva
instar 1
 Larva
instar 2
 Larva
instar 3
 Pupa
 Dewasa

Ukuran lebih
besar
dari
jantan.
Memiliki ujung
yang
meruncing

Telur:
 Berwarna
bening
 Memiliki
struktur seperti
kait.
Larva instar 1 :
 Larva
berwarna putih
dan memiliki
segmen.
Ukuran tubuh
lebih kecil dari
instar 2 dan
instar 3.
Larva instar 2 :
 larva berwarna
putih
dan
bersegmen
 memiliki ujung
kehitaman
 ukuran tubuh
membesar
Larva instar 3 :
 larva berwarna
putih
dan
bersegmen
 memiliki ujung
kehitaman

Botol 2 :
 Telur ±45
 Larva
instar
1
±15
 Larva
instar
2
±15
 Larva
instar
3
±20
 Pupa ±10
 Dewasa
±10jantan
±10betina

Larva keluar
botol ±10.
Pupa keluar
botol ±5.



ukuran tubuh
besar
dari
instar 1 dan 2
Pupa :
 Bentuk keras
 Berwarna
kecoklatan
Dewasa :
Jantan :


Ukuran lebih
kecil
dari
betina
 Memiliki ujung
yang
membulat
Betina :



6.

Selasa/ 05-042016

Botol 1 :
 Telur
 Larva
instar 1
 Larva
instar 2
 Larva
instar 3
 Pupa
 Dewasa

Ukuran lebih
besar
dari
jantan.
Memiliki ujung
yang
meruncing

Telur:
 Berwarna
bening
 Memiliki
struktur seperti
kait.
Larva instar 1 :
 Larva
berwarna putih
dan memiliki
segmen.
Ukuran tubuh
lebih kecil dari
instar 2 dan
instar 3.
Larva instar 2 :
 larva berwarna
putih
dan
bersegmen
 memiliki ujung
kehitaman
 ukuran tubuh
membesar
Larva instar 3 :
 larva berwarna
putih
dan
bersegmen

Botol 1 :
 Telur ±100
 Larva
instar
1
±25
 Larva
instar
2
±30
 Larva
instar
3
±32
 Pupa ±40
 Dewasa
±15jantan
±15betina

Pupa keluar
botol ±5



memiliki ujung
kehitaman
 ukuran tubuh
besar
dari
instar 1 dan 2
Pupa :
 Bentuk keras
 Berwarna
kecoklatan
Dewasa :
Jantan :


Ukuran lebih
kecil
dari
betina
 Memiliki ujung
yang
membulat
Betina :



Botol 2 :
 Telur
 Larva
instar 1
 Larva
instar 2
 Larva
instar 3
 Pupa
 Dewasa

Ukuran lebih
besar
dari
jantan.
Memiliki ujung
yang
meruncing

Telur:
 Berwarna
bening
 Memiliki
struktur seperti
kait.
Larva instar 1 :
 Larva
berwarna putih
dan memiliki
segmen.
Ukuran tubuh
lebih kecil dari
instar 2 dan
instar 3.
Larva instar 2 :
 larva berwarna
putih
dan
bersegmen
 memiliki ujung
kehitaman
 ukuran tubuh
membesar
Larva instar 3 :

Botol 2 :
 Telur ±100
 Larva
instar
1
±20
 Larva
instar
2
±15
 Larva
instar
3
±20
 Pupa ±50
 Dewasa
±10jantan
±10betina



larva berwarna
putih
dan
bersegmen
 memiliki ujung
kehitaman
 ukuran tubuh
besar
dari
instar 1 dan 2
Pupa :
 Bentuk keras
 Berwarna
kecoklatan
Dewasa :
Jantan :


Ukuran lebih
kecil
dari
betina
 Memiliki ujung
yang
membulat
Betina :



Ukuran lebih
besar
dari
jantan.
Memiliki ujung
yang
meruncing